Efficiency Apartment: Hunian Kelas Menengah yang Prestisius Dita Nadya Ardiyani, Azrar Hadi 1, 2. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Sebagai bagian dari Jakarta dan sekitarnya, masyarakat menengah memiliki kebutuhan terhadap hunian dan prestise. Pengembang berusaha mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan menawarkan efficiency apartment yang sesuai daya beli masyarakat menengah dan terlihat prestisius melalui desainnya. Dalam desain, apartemen tersusun atas elemen-elemen estetika yaitu: garis dan bidang, bentuk dan massa, tekstur dan pola, serta warna. Elemen estetika tersebut dikomposisikan dengan memperhatikan keseimbangan dan keselarasan. Dari penelusuran kasus apartemen Grand Pakubuwono Terrace melalui studi literatur, pengumpulan dokumen, dan kuesioner terhadap 30 orang responden didapatkan kesimpulan bahwa karakter, makna, dan komposisi elemen estetika yang sesuai dengan tren desain masa kini menjadi faktor internal dalam membentuk kesan prestisius pada apartemen. Adapun faktor eksternal hadir ketika desain apartemen direspon oleh masyarakat menengah sebagai sesuatu yang indah dan dapat menjadi simbol status. Oleh karena itu, keindahan dan kesan prestisius pada apartemen dapat memicu masyarakat untuk melakukan pembelian.
Efficiency Apartment: Prestigious Middle-class Housing Abstract As a part of Jakarta and surrounding cities, middle-class society has the need of dwelling place and prestige. The real estate developers try to accomodate the need by offering efficiency apartments that meet society’s purchase power and look prestigious through its design. In design, the apartment consists of aesthetic elements such as: line and plane, shape and mass, texture and pattern, and also color. Those aesthetic elements are composed by considering balance and harmony. From the case search of Grand Pakubuwono Terrace apartment through literature review, document collection, and 30-respondents questionnaire, it can be concluded that the character, meaning, and composition of aesthetic elements that suits the current design trend are the internal factors in making prestigious image of apartment. Meanwhile, the external factors occur when the apartment’s design is responded by middle-class society as something beautiful that could be considered as status symbol. Therefore, the beauty and prestigious image of apartment could trigger society to purchase. Keywords: apartment; design; aesthetic element; middle-class society; prestigious
Pendahuluan Menurut Surya (2006), masyarakat menengah kota adalah mereka yang berpendidikan tinggi, berpenghasilan memadai, bekerja menurut profesi, dan memiliki prestise tinggi (p.1166). Masyarakat menengah kota tersebut berjumlah sebanyak 134 juta atau sekitar 56% dari seluruh penduduk Indonesia menurut data Asia Development Bank pada 2010 (Yuswohady, 2012). Mayoritas masyarakat menengah kota berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
Jumlah masyarakat menengah yang semakin banyak tersebut memengaruhi jumlah kebutuhan hunian baru. Dengan didorong oleh pertumbuhan apartemen kelas menengah (efficiency apartment) yang mencapai 34,3% (Pratama, 2013), harga rumah tapak yang semakin melambung, dan lahan yang terbatas, masyarakat menengah kemudian mulai beralih ke apartemen sebagai hunian vertikal. Menurut studi yang dilakukan oleh Cahyani, Ilhamdaniah, & Indra (2012), mayoritas masyarakat memilih apartemen berdasarkan kriteria antara lain: lokasi, fasilitas, dan harga. Desain yang berkualitas belum menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan apartemen padahal kualitas tersebut juga dapat meningkatkan kualitas hidup. Desain yang berkualitas juga menjadi cerminan pengembang yang dapat dipercaya (Jusuf, 2013). Desain terdiri atas dua aspek utama, yaitu aspek fungsional dan aspek estetika. Aspek fungsional diciptakan untuk mengakomodasi kebutuhan fisik penghuninya terkait dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Selain kebutuhan fisik, manusia juga memiliki kebutuhan psikologis; salah satunya kebutuhan prestise. Aspek estetika yang terdiri dari elemen estetika berkarakter tertentu memiliki dampak yang bersifat psikologis bagi manusia dan berpotensi untuk meningkatkan kualitas hidup. Untuk mewujudkan prestise, kesan prestisius dapat dimunculkan melalui media perantara dan dalam konteks ini adalah elemen estetika pada desain bangunan apartemen. Hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kontribusi elemen estetika desain dalam membentuk kesan prestisius pada apartemen dan keterkaitannya dengan masyarakat menengah kota. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan mengenai karakter dan makna elemen estetika yang berkontribusi dalam menghadirkan kesan prestisius terkait dengan kebutuhan prestise masyarakat menengah.
Tinjauan Teoritis Prestise adalah suatu wibawa yang menunjukkan kemampuan seseorang di mata orang lain (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Prestise dapat terbentuk setelah kebanggaan, kebebasan, dan kekuasaan telah disadari oleh seorang individu. Menurut hirarki kebutuhan Maslow (1943), prestise termasuk dalam kebutuhan penghargaan yaitu penghargaan dari orang lain (respect from others).
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
Dalam mewujudkan prestise, manusia membutuhkan media yang dapat membantu menghadirkan kesan prestisius secara tidak langsung. Media tersebut dapat berupa bangunan arsitektural, termasuk apartemen. Menurut konsep Architectural Branding dari Rybczynski (2006, p.100), citra dari suatu bangunan dapat ditentukan oleh: siapa arsiteknya, di mana lokasinya, berapa harganya, dan bagaimana desainnya. Untuk mengetahui apakah suatu bangunan sudah berkesan prestisius atau belum, dapat digunakan indikator berupa prediksi makna arsitektur menurut teori Hershberger (1974) (Laurens, 2004, pp.95-98). Makna arsitektur tersebut terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu: makna representasional (makna dari wujud visual yang terlihat sebagai stimulus) dan makna responsif (tindak lanjut dari pengamatan). Makna representasional terdiri atas makna presentasional (wujud yang terlihat) dan referensial (acuan fungsi dan tujuan). Sementara makna responsif terdiri atas: afektif (preferensi terkait pengalaman), evaluatif (penilaian kualitas), dan preskriptif (tanggapan pascaevaluasi). Bangunan apartemen kemudian dapat diklasifikasikan menurut kelas masyarakat yang menghuninya. Karena masyarakat yang dibahas adalah kelas menengah, apartemen yang dibahas termasuk dalam efficiency apartment menurut Hancock (1980). Efficiency apartment dikenal sebagai hunian yang mengedepankan efisiensi, kenyamanan, kepraktisan, dan harga yang terjangkau. Meskipun begitu, desain tidak menjadi hal yang disepelekan. Aspek estetika pada desain tersusun atas elemen estetika antara lain: garis (membatasi benda, membentuk tekstur permukaan menurut jarak, ketebalan, bentuk, dan arah), bidang (terkait dengan bentuk, arah, kualitas permukaan), bentuk dan massa, tekstur dan pola, serta warna (Ching, 1996; Atmadjaja & Dewi, 1999). Setiap elemen estetika tersebut memiliki karakter yang terpancar secara tersirat. Elemen-elemen estetika tersebut kemudian dapat dipadukan dengan prinsip-prinsip antara lain: komposisi, keseimbangan, keselarasan, kesatuan, dan irama (Kusmiati, 2004, p.122-160).
Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan penyebaran kuesioner online yang diikuti oleh 66 orang responden yang kemudian tersortir menjadi 30 orang responden berdasarkan kriteria: bekerja, berpenghasilan dalam rentang Rp 5 – 50 juta perbulan, dan berdomisili di Jakarta dan
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
sekitarnya. Kuesioner ini menggunakan skala sikap dengan simbol angka 1 (Sangat Tidak Setuju), 2 (Tidak Setuju), 3 (Setuju), 4 (Sangat Setuju). Hasil kuesioner kemudian diolah berdasarkan frekuensi dan dilihat proporsi serta modusnya. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi literatur dan pengumpulan dokumen. Studi literatur untuk kajian teori didapatkan dari sumber cetak dan sumber elektronik. Sementara dokumen gambar desain terkomputerisasi dikumpulkan dari PT. Selaras Mitra Sejati (pengembang) dan PT. Design Global Indonesia (konsultan arsitektur). Data primer dan sekunder kemudian dibahas secara deskriptif kualitatif melalui studi kasus satu buah efficiency apartment di Jakarta Selatan.
Hasil Studi Kasus Apartemen Grand Pakubuwono Terrace merupakan sebuah efficiency apartment yang berlokasi di Cipulir, tepatnya di jalan penghubung Jakarta Selatan dan Tangerang serta relatif dekat dengan kawasan Senayan-Sudirman-Semanggi-Slipi. Saat ini apartemen tersebut masih dalam proses pemasaran dan belum dihuni, tetapi relevan dengan bahasan yang ingin mengetahui kontribusi elemen estetika dalam membentuk kesan prestisius pada apartemen yang dapat memotivasi pembelian unit. Dari namanya yang menggunakan kata “Grand” dan “Pakubuwono” cukup menunjukkan kesan yang elit dan megah karena mencatut nama Pakubuwono yang merupakan kawasan elit di Kebayoran Lama. Harga yang mencapai kisaran satu miliar rupiah juga cukup bersaing dan menunjukkan kualitas yang tidak main-main. Selain itu, konsultan arsitek yang merancangnya pernah memenangkan IAI Awards 2005. Apartemen ini juga akan menjadi apartemen kedua yang dibangun di kawasan Cipulir sehingga akan mudah dikenali baik dari jauh sekalipun. Adapun setelah dianalisis, data-data hasil pengumpulan dokumen terkait desain apartemen tersebut mencakup elemen-elemen estetika antara lain: garis dan bidang pada fasad, bentuk dan massa dari keseluruhan bangunan, tekstur dan pola pada material penyusun ruang, dan warna yang digunakan dalam ruang. Elemen garis-bidang serta bentuk-massa dibahas sebagai penyusun komposisi eksterior, sementara elemen warna dan tekstur-pola dibahas sebagai penyusun komposisi interior.
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
Dokumen-dokumen gambar yang didapatkan tersebut telah diolah kembali untuk memudahkan penelusuran mengenai karakter dan makna elemen estetika yang digunakan pada desain apartemen. Gambar-gambar terkait elemen garis-bidang dan bentuk-massa yang digunakan antara lain sebagai berikut:
Gambar 1. (a) Elemen Garis1, (b) Elemen Bidang2
Gambar 2. (a) Massa Dasar2, (b) Bentuk (Form)2
Garis yang digunakan pada fasad adalah garis lurus horizontal dan vertikal dengan tiga jenis ketebalan yang berbeda. Karena garis lurus tersebut pula bidang yang terbentuk berupa segiempat dengan permukaan yang cenderung datar. Bangunan memiliki dua massa dasar berbentuk balok identik. Form kemudian terbentuk dengan adanya penambahan massa baru
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
yang berbeda ukuran sebagai kontras. Karakter dan makna dari elemen tersebut akan dijelaskan di bagian Pembahasan. Adapun dokumen gambar terkait elemen warna dan teksturpola antara lain sebagai berikut:
Gambar 3. (a) Warna pada Ruang Interior2, (b) Warna pada Eksterior Bangunan2
Gambar 4. Elemen Tekstur dan Pola2
Warna yang digunakan pada ruang interior antara lain: putih, abu-abu, dan coklat. Pada eksterior bangunan, warna yang digunakan hampir sama dengan penambahan warna merah sebagai aksen. Sementara itu, pola kayu dipadukan dengan tekstur keramik yang mengkilap dan reflektif sebagai pembentuk kedalaman pada ruang. Tekstur dan pola tersebut juga memiliki warna dasar yaitu coklat keemasan. Setelah elemen-elemen tersebut diketahui, bagian bangunan kemudian dikelompokkan untuk
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
melihat bagaimana elemen estetika berperan dalam menyusun komposisi. Komposisi eksterior dan interior pada apartemen yang digunakan sebagai bahan studi kasus antara lain adalah sebagai berikut:
Gambar 5. Komposisi Eksterior2
Gambar 6. Komposisi Interior3
Pada bagian Pembahasan akan dibahas bagaimana proses penyusunan komposisi yang terjadi serta bagaimana karakter dan makna dari setiap elemen berperan dalam menghasilkan suatu kesan prestisius yang utuh. Melalui kuesioner, mayoritas masyarakat menilai bahwa desain apartemen ini lebih indah daripada huniannya saat ini dan akan merasa bangga jika memiliki hunian yang berdesain seperti apartemen studi kasus yang diilustrasikan menggunakan gambar-gambar di atas. Didapatkan pula temuan lain mengenai kondisi demografi yang
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
terkait dengan kepemilikan hunian serta kebutuhan prestise yang dimiliki terkait dengan hunian. Pembahasan Pada paparan hasil studi kasus telah disampaikan elemen-elemen estetika apa saja yang digunakan dalam desain apartemen Grand Pakubuwono Terrace. Karakter dan makna yang tergambarkan melalui elemen tersebut antara lain sebagai berikut: Tabel 1. Karakter dan Makna Elemen Estetika pada Desain Apartemen Studi Kasus
Elemen Estetika
Garis
Bidang Bentuk - Massa Warna Eksterior
Warna Interior Material Interior Tekstur - Pola
Jenis
Karakter
Horizontal Melebar Vertikal Meninggi Tebal Berani, kuat Tegas Pasti, yakin Tipis Lemah lembut Segiempat Statis, kokoh Balok Stabil, kokoh Radial Menyebar Putih Suci, rasa cinta Abu-abu Ketenangan Merah Semangat Putih Suci, rasa cinta Abu-abu Ketenangan Cokelat muda Hangat, intim Kaca Ringan Kayu Sederhana, alami Garis rapat Padat, dalam Cokelat emas Hangat, ceria
Makna Afektif
Makna Evaluatif
Garis lurus dan bidang datar lebih disukai Bentuk unik lebih disukai Menarik Warna redup lebih disukai
Material berpola lebih disukai
Garis tebal pada fasad menjadi aksen yang paling ditonjolkan, sementara garis vertikal menjadi penyeimbang garis horizontal. Keberagaman arah dan ketebalan garis membentuk tekstur permukaan yang tidak monoton. Bidang segiempat yang berorientasi vertikal dan horizontal dengan ukuran dan arah yang bervariasi juga menunjukkan suatu keseimbangan simetris yang tidak datar. Bentuk bangunan yang unik dengan komposisi radial didukung pula dengan bentuk lahan yang unik sebagai suatu cara penyesuaian lahan. Warna interior yang cenderung redup digunakan untuk menyesuaikan fungsi ruang sebagai tempat beristirahat yang nyaman dan intim. Warna eksterior juga cukup menarik akan tetapi
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
masih relatif sama dengan bangunan di lingkungan sekitarnya sehingga kurang eye-catching dan sulit dibedakan. Penggunaan kayu dan keramik yang mengkilap berpadu membentuk kesan yang mengagumkan. Adanya material kaca berkarakter hidup dan ringan melengkapi dengan membentuk transparansi dan ruang yang tidak sepenuhnya solid. Ketika elemen-elemen tersebut dimaknai secara afektif, jenis-jenis elemen yang digunakan diindikasikan sudah sesuai dengan preferensi yang dimiliki oleh masyarakat. Adanya kesesuaian antara preferensi dan realita pada desain membuat mayoritas mengevaluasi setiap elemen sebagai sesuatu yang menarik. Selain preferensi, evaluasi yang dilakukan oleh responden juga mengacu pada hunian yang ditempati saat ini sebagai sebuah pengalaman yang telah terbentuk terlebih dahulu.
Gambar 7. Tahapan Pembentukan Komposisi Eksterior
Elemen bentuk yang kokoh dan unik berpadu dengan elemen garis pada fasad. Garis pada fasad memperjelas bentuk (shape) bangunan dengan cara mengurangi volume sehingga dihasilkan siluet yang tidak datar. Dari garis-garis tersebut terbentuk bidang-bidang yang diisi dengan kaca-kaca jendela lebar. Kaca jendela yang lebar dan menutupi keseluruhan dinding seakan menunjukkan hubungan ruang dalam dan ruang luar yang mengalir. Hal tersebut membuat cahaya yang berasal dari dalam ruang menembus ke luar dan menimbulkan kesan megah. Elemen warna kemudian diterapkan sebagai sentuhan akhir. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa komposisi eksterior oleh elemen estetika terjadi secara linear. Elemen yang ditambahkan melapisi elemen sebelumnya sehingga didapatkan suatu kesan akhir berupa akumulasi dari elemen-elemen estetika yang ada. Kesan akhir yang terbentuk adalah kokoh, dinamis, mudah dikenali, unik, megah, dan eksklusif. Kesan-kesan tersebut menunjukkan bahwa komposisi eksterior ini prestisius dan berpotensi untuk memunculkan kebanggaan bagi
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
penghuni untuk akhirnya diapresiasi oleh orang lain.
Gambar 8. Tahapan Pembentukan Komposisi Interior
Pada komposisi interior, elemen warna terlebih dulu diaplikasikan. Terdapat gradasi warna putih – abu-abu – coklat yang seakan mengarahkan pengamat dari tepi ruangan ke area tempat tidur sebagai fungsi utama ruang. Penambahan warna membuat ruang tidak terlalu polos tetapi masih cukup monoton sehingga kemudian ditambahkan tekstur dan pola kayu yang memberikan kedalaman pada ruang. Elemen warna yang lemah dikuatkan oleh elemen tekstur dan pola. Komposisi interior kemudian dilengkapi dengan material kaca yang ringan. Kaca yang berukuran lebar dan transparan tersebut membingkai pemandangan yang berada di luar bangunan sehingga penghuni yang berada di dalam merasa seakan melayang dan menguasai dunia. Dari integrasi elemen-elemen tersebut didapatkan kesan akhir yaitu: elegan, intim, rileks, mewah, dan eksklusif. Kesan tersebut dapat dirangkum sebagai kesan prestisius yang berpotensi meningkatkan wibawa penghuninya. Bentuk yang unik, warna yang tidak mencolok, dan penggunaan material sederhana dinilai menarik oleh mayoritas responden kelas menengah. Komposisi desain yang indah tersebut juga memiliki kesan prestisius. Namun, kondisi prestisius dari desain tersebut terkait erat dengan faktor waktu yaitu tren desain yang sedang berkembang di masa kini. Semakin sesuai dengan zaman maka suatu bangunan akan semakin menarik.
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
Jika dilihat dari segi kebutuhan penghargaan dari diri sendiri, terdapat ketidakpuasan terhadap desain hunian yang dimiliki saat ini. Masih ada keinginan untuk memperbaharui dan memperindah hunian meskipun hunian saat ini dinilai sudah cukup baik. Ketidakpuasan tersebut kemudian dapat memicu pembelian unit apartemen yang prestisius. Pembelian unit yang terjadi diidikasikan sebagai makna preskriptif setelah masyarakat mengevaluasi desain apartemen. Apabila unit apartemen yang prestisius telah dimiliki, maka akan muncul rasa bangga dan prestise serta mendapatkan pengakuan dari orang lain mengenai citra diri positif yang diinginkan.
Gambar 9. Keterkaitan antara Elemen Estetika Desain Apartemen dan Kebutuhan Prestise Masyarakat Menengah Kota
Dari hasil kuesioner, didapatkan temuan baru terkait kondisi demografis masyarakat menengah Jakarta dan sekitarnya. Semakin tua usia, penghasilan relatif meningkat. Namun,
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
tidak selamanya penghasilan besar diiringi dengan pengeluaran yang besar pula karena tergantung kepada pola konsumsi yang dimiliki. Kecenderungan yang terlihat adalah masyarakat menengah yang berusia di atas 36 tahun sudah cukup stabil dan memadai dari segi penghasilan sehingga sudah memungkinkan untuk memiliki hunian pribadi yang bersifat permanen dan hak milik. Seiring dengan kematangan usia, penghasilan yang meningkat juga menjadi tanda kestabilan ekonomi meskipun belum dapat dikatakan berkecukupan. Penghasilan sekitar Rp 10 – 25 juta menjadi titik tolak bahwa kebutuhan terkait fisik relatif terpenuhi melalui aspek fungsional desain pada hunian dan mulai mengusahakan pemenuhan kebutuhan psikologis (dalam konteks ini prestise) melalui aspek estetika desain yang baik. Tidak ada perbedaan selera desain yang signifikan antara kelompok usia dan kelompok penghasilan berbeda sehingga selera desain masyarakat menengah dapat didefinisikan secara umum. Kesimpulan Elemen estetika berkontribusi dalam membentuk kesan prestisius pada desain apartemen dengan menghadirkan keindahan yang dinikmati secara visual. Masing-masing elemen estetika memiliki karakter dan makna yang menunjukkan keindahan ketika dipadukan menurut keseimbangan simetris (elemen dengan jenis yang sama). Karakter dan makna dari setiap elemen estetika menunjukkan kesan prestisius tetapi masih samar. Kesan prestisius pada desain terbentuk secara utuh ketika elemen-elemen estetika yang berbeda dikomposisikan menurut keseimbangan asimetris sehingga keindahan dan kesan prestisius pada masing-masing elemen estetika terintegrasi menjadi sebuah kesatuan yang selaras. Keselarasan menurut faktor waktu, khususnya menurut tren desain yang sedang berkembang, membuat keindahan komposisi estetika menjadi prestisius. Dalam hal ini, elemen estetika berkontribusi sebagai faktor internal dalam pembentukan kesan prestisius karena hadir dari bangunan apartemen sebagai karya arsitektural. Penilaian dari masyarakat menengah menjadi faktor eksternal dalam pembentukan kesan prestisius pada apartemen. Keindahan yang tidak berlebihan, tidak terlalu sederhana, dan sesuai perkembangan zaman dianggap menarik oleh masyarakat menengah dan kemudian menjadi standar dalam menilai suatu desain bangunan. Ketika banyak orang menilai suatu desain bangunan sebagai sesuatu yang indah dan menarik, masyarakat menengah akan terpacu
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
untuk memilikinya sebagai usaha untuk mempertahankan identitas kelasnya. Karakter desain apartemen yang dikenal indah oleh masyarakat menjadi branding yang melekat sebagai parameter dalam membuat penilaian. Kesan prestisius akan menjadi branding pada efficiency apartment dan berpotensi untuk meningkatkan prestise pemiliknya untuk kemudian mendapatkan pengakuan dari orang lain terkait dengan citra diri yang positif. Saran Saran aplikatif bagi pengembang dan arsitek adalah elemen estetika seperti: garis-garis lurus, bentuk unik, pola kayu, tekstur mengkilap, dan kaca jendela lebar dapat diaplikasikan pada desain apartemen agar kesan prestisius dapat muncul. Elemen estetika tersebut kemudian dapat disesuaikan dari segi biaya agar terjangkau kemampuan finansial calon penghuni yang tergolong dalam masyarakat menengah. Desain yang indah dan prestisius akan semakin menonjol jika didukung dengan lokasi yang strategis, harga yang bersaing, dan arsitek yang terpercaya. Integrasi faktor-faktor tersebut dengan estetika desain yang baik akan menghasilkan kesan prestisius yang terpadu pada efficiency apartment. Saran untuk pengembangan lanjutan akademis adalah penelusuran dilakukan saat apartemen telah selesai dibangun dan dihuni sehingga menjadi sebuah evaluasi. Dapat juga dipilih apartemen di kawasan lain maupun mencakup masyarakat dari kelas sosial lain. Selain itu, jika desain apartemen yang ditawarkan pengembang sudah prestisius dapat dicari tahu apakah penghuni akan mempersonalisasikan desain untuk meningkatkan prestisenya ke tingkatan yang lebih tinggi lagi dan bagaimana caranya. Pengembangan lanjutan dan aplikasi menurut saran yang telah diberikan diharapkan dapat berkontribusi dalam mengembangkan dunia properti di kemudian hari. Daftar Referensi Atmadjaja, J. S., & Dewi, M. S. (1999). Estetika bentuk. March 22, 2014. Elearning System Universitas Gunadarma. http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_wrapper& Itemid=36 Cahyani, D., Ilhamdaniah, & Indra, N. (2012). Preferensi konsumen apartemen di kota Bandung. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012, 41-44. February 26, 2014. http://temuilmiah. iplbi.or.id/wp-content/uploads/2012/10/ Ching, F. D. (1996). Architecture: Form, space, and order (2nd ed.). New Jersey: John Wiley & Sons.
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
Hancock, J. (1980). The apartment house in urban America. In Buildings and Society: Essays on The Social Development of Built Environment (pp. 151-189). London: Routledge & Kegan Paul Ltd. Jusuf, M. (2013). Sunset & sunrise property. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kusmiati, A. (2004). Dimensi estetika pada karya arsitektur dan disain. Jakarta: Djambatan. Laurens, J. M. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. March 28, 2014. Google Books. http://books.google.co.id/books?id=Ltvj89G2AP4C&pg=PA94&lpg=PA94&dq=makna+arsit ektur+hershberger Maslow, A.H. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review, 50(4), 370-396. May 21, 2014. Altruists International. http://www.altruists.org/ Pratama, S. N. (2013, December). Apartemen sedang dibangun tetap lanjut. Apartment Guide, 26-28. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia dalam jaringan. March 18, 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php Rybczynski, W. (2006). Architectural branding. Zell/Lurie Real Estate Center, 94-100. March 31, 2014. http://realestate.wharton.upenn.edu/review/ Surya, A. (2006, August). Pembentukan kelas menengah kota: Peran dan implikasi keberadaannya terhadap percepatan pembangunan. Jurnal Industri dan Perkotaan, 11(18), 1166-1186. February 21, 2014. http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIP/article/view/568 Yuswohady. (2012). Siapa kelas menengah? March 18, 2014. http://economy.okezone.com/read/2012/11/25/279/722879/siapa-kelas-menengah Sumber gambar: 1
Dokumen PT. Design Global Indonesia (telah diolah kembali) Dokumen PT. Selaras Mitra Sejati (telah diolah kembali) 3 Dokumen PT. Selaras Mitra Sejati (asli) 2
Efficiency apartment…, Dita Nadya Ardiyani, FT UI, 2014
Okezone.