Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kontrolle im Tandem dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Etridio Arifia Richard, Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd., Dr. Lucky Herliawan Y.A., M.Pd. Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia. ABSTRAKSI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami teks berbahasa Jerman. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca pada umumnya dipengaruhi oleh kurangnya penguasaan kosakata dan kurangnya minat membaca siswa. Penggunaan metode yang menarik bagi siswa dapat membantu proses pembelajaran membaca menjadi lebih baik, di antaranya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Keterampilan membaca siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem. (2) Keterampilan membaca siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem. (3) Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem dalam meningkatkan keterampilan membaca bahasa Jerman. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen semu atau quasi eksperiment dengan desain tes awal-tes akhir satu kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 12 Bandung dan sampelnya adalah siswa kelas XI Lintas Minat Bahasa Jerman yang berjumlah 30 siswa. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara nilai tes awal dan tes akhir, dilakukan uji signifikansi dengan menggunakan uji-t. Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata tes awal 60,07 dan nilai rata-rata tes akhir 73,86. Dalam penelitian ini diperoleh t hitung sebesar 9,43 dan t tabel sebesar 1,70. Ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi: Terdapat peningkatan yang signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem terhadap keterampilan membaca pemahaman terbukti. Oleh karena itu, disarankan kepada pengajar agar menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem dalam pembelajaran keterampilan membaca.
Die Effektivität der Anwendung des kooperativen Unterrichtsmodell “Typ Kontrolle im Tandem” zur Steigerung der Lesefertigkeit. Etridio Arifia Richard, Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd., Dr. Lucky Herliawan Y.A., M.Pd. Deutschabteilung der Pädagogischen Fakultät für Sprachen und Literatur. Universität Pendidikan Indonesia.
ABSTRAKT Der Hintergrund dieser Untersuchung ist es, dass die Schüler noch Schwierigkeiten haben, deutsche Texte zu verstehen. Die Schüler haben vermütlich Schwierigkeiten beim Lesen, weil ihr Wortschatz und ihre Begeisterung zum Lesen noch gering sind. Die Anwendung der neuen und interessanten Methoden kann den Schülern beim Leseunterricht helfen, u.a durch die Anwendung von “Kontrolle im Tandem” Methoden. Die Ziele dieser Untersuchung sind, folgendes herauszufinden: 1) die Fertigkeit der Schüler beim Lesen vor der Anwendung des Unterrichtsmodells “Typ Kontrolle im Tandem”, 2) die Fertigkeit der Schüler beim Lesen nach der Anwendung des Unterrichtsmodells “Typ Kontrolle im Tandem”, und 3) die Effektivität des kooperatvien Unterrichtsmodells “Typ Kontrolle im Tandem” zur Steigerung des Leseverstehens. In dieser Untersuchung wurde die Schein-Experimentsmethode mit dem Design von einer Gruppe Vortest-Nachtest verwendet. Die Population der Untersuchung waren alle Schüler der 11. Klasse an der SMA Negeri 12 Bandung und die Probanden waren die Schüler 11. Klasse Lintas Minat Bahasa Jerman an der SMA Negeri 12 Bandung. Um den Unterschied zwischen der durchschnittlichen Note vom Vortest und Nachtest zu erkennen, wurde t probe benutzt. Die Datenanalyse zeigt, dass die durchschnittliche Note vom Vortest 60,07 ist und vom Nachtest 73,86 ist. In dieser Untersuchung wurden t rechnung mit dem Wert 9,43 und t tabelle mit dem Wert 1,70 erworben. Das heiβt, dass die Hypothese dieser Untersuchung, die: “Es gibt eine signifikante Steigerung bei der Anwendung des Unterrichtsmodells “Typ Kontrolle im Tandem” in Betreff der Lesefertigkeit”, lautet, bestätigt ist. Deshalb können die Lehrende dieses Unterrichtsmodell im Leseunterricht verwenden.
Schlüsselwort: Lesefertigkeit, Kontrolle im Tandem
PENDAHULUAN Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di SMA/SMK/MAN dan sederajat di Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa yaitu menyimak (Hörfertigkeit), berbicara (Sprechfertigkeit), membaca (Lesefertigkeit) dan menulis (Schreibfertigkeit). Membaca (Lesefertigkeit) adalah salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa karena sebagian besar informasi pembelajaran didapatkan melalui membaca. Dengan membaca siswa dapat mengenal dan memahami simbol-simbol dari suatu pengetahuan. Hal ini yang mendasari siswa mampu memahami proses belajar selanjutnya. Berdasarkan pengalaman yang ditemui penulis selama melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP) sebagian besar siswa sering merasa kesulitan ketika mereka dihadapkan pada teks atau bacaan. Siswa kurang memiliki gambaran mengenai isi bacaan tersebut karena terbentur pada kosakata yang mereka kuasai. Selain itu, siswa juga kurang memahami pembentukan kata dalam bahasa Jerman sehingga sering terjadi kesalahpahaman dalam menangkap makna kata tersebut. Apabila hal tersebut terjadi maka siswa akan kesulitan dalam menentukan tema dan menjawab soal mengenai isi teks tersebut. Metode pembelajaran yang konvensional membuat motivasi belajar siswa menjadi rendah. Metode pembelajaran yang demikian dianggap kurang efektif dalam meningkatkan motivasi belajar dan minat membaca siswa. Berangkat dari
masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas, maka proses pembelajaran yang menarik diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Hal tersebut dibutuhkan karena dengan proses pembelajaran yang menarik siswa akan mudah untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru dan akan timbul rasa percaya diri untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Maka dari itu penulis mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem siswa bukan hanya menerima materi yang disajikan oleh guru tetapi siswa juga dapat belajar dari siswa yang lainnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem akan merangsang siswa untuk lebih aktif karena mereka akan berdiskusi dengan teman sebaya mereka terlebih dahulu. Hal ini akan terasa lebih mudah dibandingkan jika mereka harus bertanya-jawab langsung dengan guru mereka. Berdasarkan paparan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman. Penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam sebuah judul: ”Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kontrolle Im Tandem dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca”.
KAJIAN TEORITIS 1. Hakikat Membaca Membaca adalah fondasi dasar pada keterampilan akademik karena sebagian besar informasi didapatkan melalui membaca. Hal ini selaras dengan pendapat HauffmanNohl yaitu “Lesekompetenz ist eine Verstehenskompetenz, die die Grundlage für alle weiterführenden Lernprozesse bildet” yang berarti kompetensi membaca adalah keterampilan pemahaman yang merupakan dasar untuk semua pembelajaran lebih lanjut. Pengertian tersebut menerangkan bahwa membaca memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran. Hal itu diperjelas kembali dengan sebuah pengertian Lesen dari Ministerum für Schule Weiterbildung des Landes NRW yang ditulis kembali oleh Löhr et al. yaitu:
Namun pada kenyataannya proses membaca itu tidak mudah karena membaca juga adalah sebuah kegiatan memahami teks. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, selera dan minat pembaca terhadap sebuah teks. Seperti halnya yang dikatakan oleh Ehlers (1992:4) yaitu:
Lesen ist ein eigenaktiver Prozess der Sinnkonstruktion, Über Lesen wird eine Vielzahl von Lebensbereichen erschlossen, neben Informationen werden Wertvorstellungen und kulturelle Inhalte vermittelt. Damit nimmt das Lesenkönnen eine Schluesselfunktion fuer erfolgreiches Lernen ein
Membaca adalah kegiatan memahami yang bertujuan untuk membentuk hubungan yang bermakna. Di satu sisi hal ini dikendalikan oleh teks dan strukturnya, di sisi lain dipengaruhi oleh pembaca, baik pengetahuannya, pengalamannya, selera dan minat terhadap sebuah teks. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Westhoff (1997:51) ‘Lesen ist also ein Konstruktiver Prozess, in dem unsere Kenntnisee eine wichtige Rollespielen’. Menurut Westhoff membaca merupakan suatu proses konstruktif, yang didalamya pengetahuan pembaca mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam membaca dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemikiran dan indera pengelihatan.
Definisi di atas dapat diartikan bahwa membaca adalah proses aktif diri dalam konstruksi makna. Dengan membaca, berbagai bidang kehidupan dibuka. Selain itu, nilai-nilai informasi dan konten kultur pun diajarkan, sehingga keterampilan membaca memainkan kunci untuk keberhasilan pembelajaran.
Lesen ist eine Verstehentätigkeit, die darauf zielt, sinnvolle Zusammenhänge zu bilden. Sie wird auf der einen Seite gesteurt von dem Text und seiner Struktur, auf der anderen Seite von dem Leser, der sein Vorwissen, seine Erfahrung, seine Neigungen und sein Interesse an einen Text heranträgt.
Seperti pengertian yang terdapat dalam Kamus Duden (2010:813) “Lesen ist einem Text mit den Augen und dem Verstand erfassen” yang berarti bahwa ‘membaca adalah memahami suatu bacaan dengan menggunakan indera pengelihatan dan daya pikir’ dalam membaca dilibatkan pemikiran dan indera pengelihatan untuk dapat memahami sebuah teks dan dibutuhkan kerjasama yang baik dari keduanya. Secara lebih rinci Nurhadi (2004:13) menjelaskan, sebagai berikut “Membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat beberapa faktor internal dan faktor ekternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat,
motivasi, tujuan membaca dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana-berat, mudahsulit), faktor lingkungan atau faktor latar belakang, sosial ekonomi, kebiasaan dan tradisi membaca” Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses konstruksi makna dalam kegiatan memahami bacaan. Tingkat pemahaman seseorang terhadap bacaan dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman pembaca, juga selera dan minat pembaca terhadap sebuah teks. Membaca adalah keterampilan yang harus dikuasai siswa karena fondasi dasar pada keterampilan akademik adalah karena informasi yang didapatkan dari hasil membaca.
2. Strategi Membaca Pemahaman Dalam membaca, pembaca biasanya membutuhkan strategi membaca yang dapat memudahkan pembaca dalam memahami sebuah teks. Menurut Westhoff (1997:100) terdapat tiga strategi membaca dalam pemahaman teks. a. Globales Lesen: um sich einen Eindruck zu verschaffen. Strategi membaca global bertujuan untuk membaca wacana secara sepintas atau global. Misalnya ketika pembaca membaca sepintas sebuah artikel di koran untuk mendapatkan gambaran umum dari artikel tersebut. b. Detailertes Lesen: um genau zu wissen
c.
Strategi membaca yang mengarahkan pembaca untuk memahami informasi secara rinci, mulai dari paragraf awal sampai paragraf akhir, misalnya informasi yang dicetak kecil saat membaca kontrak (Vertrag). Selektives Lesen: um eine bestimmte Information zu finden. Strategi membaca yang digunakan untuk menemukan informasi tertentu dari sebuah wacana. Misalnya ketika seseorang membaca sebuah teks hasil penelitian, pembaca bertujuan mendapatkan informasi tertentu dari teks tersebut.
3. Penilaian Pemahaman Membaca Berkaitan dengan penilaian pemahaman dalam membaca, Gick
(2000:9) menjelaskan “Beim Detailverstehen geht es ums genaue
Verstehen. Hier reicht es nicht, wenn Sie nur erkennen, wo ungefähr etwas im Text steht. Hier müssen Sie prüfen, was genau im Text steht”. Gick menerangkan bahwa untuk dapat memahami sebuah teks, tidak hanya dibutuhkan pengetahuan secara global mengenai teks atau mengira-ngira isi dari sebuah teks tersebut, tetapi harus diuji apa yang benar benar terkandung dalam teks. Harsiati (2003) dalam Amanah (2011:20) menerangkan beberapa hal yang harus dinilai dalam kemampuan membaca, yaitu: 1.
Kemampuan (kemampuan
2.
3.
4.
teks berdasarkan aspek kebahasaan yang tersurat) Kemampuan inferensia (kemampuan memahami isi teks yang tersirat/menyimpulkan isi yang tidak langsung ada dalam teks) Kemampuan reorganisasi (penyarian/penataan kembali ide pokok dan ide penjelas dalam paragraf maupun ide-ide pokok paragraf yang mendukung tema bacaan) Kemampuan evaluatif (untuk menilai keakuratan, kemanfaatan, kejelasan isi teks.
literal memahami isi
4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok adalah strategi pembelajaran melalui kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur heterogen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar Slavin dalam Solihatin dan Raharjo (2007). Hal ini sesuai dengan pendapat Tetzlaff (2010:4) yaitu “Kooperatives Lernen ist eine Unterrichtsstrategie, die Schülern helfen soll, neben fachlichen auch persönliche, soziale und methodische Kompetenz zu erwerben”. Arti dari definisi tersebut adalah pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran untuk membantu siswa memperoleh keahlian profesional juga kemampuan personal, sosial dan metodologis. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam belajar kooperatif terdapat struktur dorongan atau tugas
yang bersifat kooperatif yang memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok Sugandi dalam Isjoni (2009:14). Pernyataan yang serupa juga dinyatakan oleh Konrad/Traub (2010:5) dalam Scholz (2013:1) yaitu: Kooperatives Lernen ist eine interaktionsform, bei der die beteiligten Personen gemeinsam und in wechselseltigem Austausch Kenntnise und Fertigkeiten erwerben. Im idealfall sind alle Gruppe mitglieder gleichberechtigt am Lerngeschehen beteiligt und tragen gemeisam Verantwortung.
Definisi di atas dapat diartikan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk interaksi di mana seseorang memperoleh dan saling berbagi
pengetahuan dan kemampuannya. Idealnya, semua anggota kelompok terlibat sama dalam peristiwa belajar dan memiliki tanggung jawab bersama. Pembelajaran dalam kelompok masih dianggap efektif dalam membantu siswa mencapai tujuan belajar. Pembelajaran dalam kelompok akan merangsang siswa untuk lebih aktif karena mereka akan berdiskusi dengan teman sebaya mereka hal ini akan terasa lebih mudah dibandingkan jika mereka harus bertanya-jawab langsung dengan guru mereka. Michael dalam Khasanah (2011:26) menyatakan bahwa ‘Cooperative learning is more effective in increasing motive and performance students’ artinya pembelajaran dalam kelompok (pembelajaran kooperatif) akan mendorong peningkatan kemampuan siswa untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang ditemui selama pembelajaran karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan masalah yang terdapat dalam materi pelajaran yang sedang mereka hadapi. Melalui pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa bekerja di dalam sebuah kelompok sehingga mereka dapat leluasa untuk saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain dapat meningakatkan kemampuan siswa dari segi pengetahuan, melalui model pembelajaran kooperatif guru juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dari segi psikologis. Contohnya, model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan sikap tolong menolong antara siswa.
5. Pengertian Metode Kontrolle Im Tandem Kontrolle im Tandem adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Biethahn et al. (2011:19) mengemukakan bahwa Kontrolle im Tandem adalah sebuah bentuk dimana siswa memiliki kesempatan untuk tidak hanya mengontrol hasil kerja mereka tetapi juga untuk mengambil kesempatan ini sebagai kesempatan untuk belajar lebih lanjut, sebagaimana dikemukakannya bahwa: Kontrolle im Tandem ist eine Form, bei der die Schülerinnen und Schüler die Möghlichkeit haben, ihre Arbeit ergebnisse nicht nur zu kontrollieren, sondern diese zum Anlass für weiteres Lernen zu nehmen. Die Form eignet sich für
die Arbeit mit Ergebnissen.
geschlossenen
Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem seperti yang diungkapkan Biethahn et al. (2011:19) adalah sebagai berikut: 1. Einzelarbeit Die lernenden lösen die Aufgaben zunächst allein. Die aufgaben sind so gestellt, dass die Antworten eindeutig richtig oder falsch sind. 2. Kontrolle im Tandem Jeweils zwei Lernende vergleichen ihre Antworten. Bei verschiedenen Anworten müssen
sie diese besprechen, noch einmal im Buch nachschauen, nachrechnen etc. 3. Kontrolle mit einem zweiten Tandem Die Aufgaben, bei denen das Tandem auf keine gemeinsame Lösung gekommen ist, werden mit einem zweiten Tandem besprochen. 4. Besprechen in der Klasse Die Lehrkraft bespricht nur die Antworten, bei denen mindestens zwei Tandems zu keiner eindeutig von allen getragenen Lösung gekommen sind. Langkah-langkah tersebut didefinisikan sebagai berikut:
dapat
1. Tugas individual Siswa mengerjakan tugas mereka secara mandiri. Tugas yang tersedia, jawabannya jelas benar atau salah. 2. Periksa dengan tandem Siswa membandingkan hasil kerja mereka. Bila terdapat jawaban yang berbeda maka siswa harus
mendiskusikannya, atau sekali melihat ke dalam buku. 3. Periksa dengan tandem kedua Tugas yang tidak memiliki kesamaan dengan tandem pertama harus didiskusikan dengan tandem kedua. 4. Diskusi dalam kelas Pada fase ini guru hanya memberi tahu jawabannya jika pada fase yang ketiga siswa belum mendapatkan kejelasan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses Kontrolle im Tandem, pertama-tama siswa akan mengerjakan tugasnya secara individual. Setelah itu, siswa akan mendiskusikan hasil pekerjaan mereka dengan teman sebangku mereka. Selanjutnya, siswa akan membandingkan hasil pekerjaan mereka dengan teman yang duduk di bangku depan. Terakhir sebagai pusat kontrol, siswa akan mendiskusikannya dengan guru mereka.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan satu kelas tanpa kelas pembanding. Penelitian ini juga dirancang menggunakan rancangan pretest posttest one group design (tes awaltes akhir satu kelompok). Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015-2016. Tempat atau lokasi yang akan digunakan pada
penelitian mengenai efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem adalah SMA Negeri 12 Bandung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 12 Bandung. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas XI Lintas Minat Bahasa Jerman yang berjumlah 30 siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN sebesar 86,6 (dalam skala 1-100) dan Nilai tertinggi yang diperoleh nilai terendah sebesar 40 dengan siswa pada saat tes awal adalah
nilai rata-rata 60,07. Pada tes akhir diperoleh nilai tertinggi sebesar 90 dan nilai terendah sebesar 50 dengan nilai rata-rata 73,8. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa melalui tiga kali perlakuan, hasil belajar siswa meningkat. Peningkatan yang lebih baik terlihat pada hasil tes akhir. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa keterampilan membaca siswa sudah meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem memiliki pengaruh terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa. Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa juga terlihat dari uji-t yang menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (9,43 > 1,70). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir siswa. Perubahan yang signifikan terjadi karena siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal ini didasari atas pengamatan yang dilakukan peneliti selama berlangsungnya perlakuan. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang mengharuskan mereka bertanya dan memberikan jawaban kepada teman mereka merupakan hal baru bagi siswa, sehingga menimbulkan motivasi belajar bagi siswa SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah melakukan penelitian mengenai efektifitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem dalam meningkatkan keterampilan
membaca, maka dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut: 1. Pada tes awal diperoleh nilai tertinggi sebesar 86,6 (dalam skala 1-100) dan nilai terendah sebesar 46,6, sedangkan untuk rata-rata diperoleh nilai sebesar 60,07. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem termasuk ke dalam kategori cukup. 2. Pada tes awal diperoleh nilai tertinggi sebesar 90 (dalam skala 1-100) dan nilai terendah sebesar 50, sedangkan untuk rata-rata diperoleh nilai sebesar 73,86. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem termasuk ke dalam kategori baik. 3. Berdasarkan selisih nilai rata-rata tes awal dan tes akhir diperoleh Gain sebesar 13,78. Selain itu, dari hasil penghitungan uji-t diperoleh t hitung > t tabel (9,43 > 1,70). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem efektif untuk diterapkan dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Saran Untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam memahami sebuah teks, diperlukan
suatu metode yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa saran yakni sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Kontrolle im Tandem dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pengajaran keterampilan membaca karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi membaca siswa, sehingga menghsilkan pembelajaran yang menarik dan peningkatan keterampilan siswa. 2. Peneliti lain yang akan meneliti bidang yang sama, dapat menggunakan metode pembelajaran ini untuk meningkatkan keterampilan berbahasa yang lain seperti menyimak. DAFTAR PUSTAKA Amanah, Siti. (2011).Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Scramble Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa. Skripsi pada FPBS UPI Bandung:Tidak Diterbitkan. Biethahn, Ulf. et al.(2011). Methoden Im UnterrichtAnregungen für Schule und Lehrerbildung. Schleswig Holstein: Druckhaus Leupelt GmbH & Co.KG Ehlers, Swantje. (1992). Lesen als Verstehen-Arbeit mit Literarischen Texten. Berlin: Langenscheidt Gick, Cornelia. (2004). Zertifikat Deutsch Der schnelleWeg.Berlin: Langenscheidt. Heilmann, Kristina., Helbig, Pamela dan Löhr, Claudia.Lesen mit
exten und Medien Umgehen.[Online].Tersedia:ww w.utebelch.de/upload/lesen.pdf [2 Desember 2014] Isjoni.(2009).Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Siswa. Bandung: ALFABETA. Khasanah, U. (2011). Keefektifan Penggunaan Metode Two Stay Two Stray (TS-TS) Pada Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Di SMA N 1 SEDAYU. Skripsi Pada FBS UNY Yogyakarta:Tidak Diterbitkan. Nohl, Berenike Haufmann. Leseverstehen-Was ist das?.[Online]. Tersedia:goethe.edu.archive/bere nike-leseverstehen.doc [27 November 2014] Nurhadi. (2004). Membaca Cepat dan Efektif. Sinar Baru: Bandung. Scholz, Daniel. (2013). Kooperatives Lernen.[Online]. Tersedia:http://www.inklusionlexikon.de/KooperativesLernen_ Scholz.pdf [10 Desember 2014] Solihatin dan Raharjo.(2007 ). Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Tetzlaff, Antje. (2010).Kooperatives Lernen-Fortbildung NRW.[Online]. Tersedia:http://www.lehrerfortbild ung.schulministerium.nrw.de./Kte am?img/HOCHSAUERLAND/37 1.pdf [8 Desember 2014] Westhoff, Gerrard. (1997). Fertigkeit Lesen. Berlin: Langenscheidt.