644
Unmas Denpasar
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS KOMPUTER Ni LuhJuniasih1 , I Putu Mega Juli Semara Putra, I KadekSatria Nova (Program StudiAkuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar) 1 Email :
[email protected] ABSTRAK Perusahaan merupakan suatu organisasi yang pada umumnya bertujuan mencari laba atau keuntungan dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. PT Tiara Cipta Nirwana merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang kontraktor mechanical, electrical and plumbing (MEP). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan system informasi akuntansi berbasis computer pada PT Tiara Cipta Nirwana. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan jenis purposive sampling. Data dikumpulkan dari kuisioner yang dikirimkan kepada 30 orang yang pekerjaannya terlibat langsung dengan media computer dan menggunakan system informasi akuntansi berbasis komputer. Adapun variabel yang di teliti pada penelitian ini antara lain terdiri dari 9 variabel yaitu: keamanan data, waktu, keekonomisan, ketelitian, kualitas informasi, relevansi, variasi laporan, kenyamanan fisik, dan teknologi informasi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan teknik pengukuran menggunakan skala likert. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini bahwa efektivitas penerapan system informasi akuntansi berbasis computer, jika dilihat dari masingmasing variable yaitu keamanan data, waktu, keekonomisan, ketelitian, kualitas informasi, relevansi, variasi laporan, kenyamanan fisik, dan teknologi informasi sebagian besar responden menyatakan efektif. Apabila dilihat dari total skor sebesar 6.745 penilaian dari keseluruhan variable skor tersebut berada pada Kriteria Efektif (KE). Kata Kunci : Efektivitas, Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer.
ABSTRACT Company is an organization that is generally aimed for profit by using all capabilities and its resources. PT Tiara CiptaNirwana is a private company specialized on contractor, mechanical, electrical and plumbing (MEP). This study aimed to determine the effectiveness of the application of computer-based accounting information system at PT Tiara CiptaNirwana. Sample selection method used is nonprobability sampling with purposive sampling type. Data were collected from questionnaires sent to 30 people whose their jobs are directly involved with computer media and using a computer-based accounting information system. The variables researched in this study areconsisting of nine variables which are: data security, time, economy,accuracy, quality of information, relevance, variety reports, physical comfort, and information technology. Method of data collection is done by using a questionnaire. The analysis technique used is the technique of quantitative analysis with measurement techniques using Likert scale. Analytical results obtained from this study is that the effectiveness of the application of the accounting information system-based computer, when viewed from each of the variables which is data security, time, economy, accuracy, quality of information, relevance, variety reports, physical comfort, and information technology most respondents declared effective. When viewed from the total Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
645
Unmas Denpasar
score of 6,745 overall assessments of the variable scores are currently on Effective Criteria (KE). Keywords: Effectiveness, Computer-based Accounting Information System PENDAHULUAN Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan Govindarajan (2008), laba menjadi tolok ukur yang penting atas efektivitas dan efisiensi (Swastiningsih, 2013). Kelangsungan usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Ketika suatu perusahaan mengalami permasalahan keuangan (financial distress), kegiatan operasional akan terganggu. Hal itu akhirnya berdampak pada tingginya risiko perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya pada masa mendatang sehingga akan mempengaruhi opini audit yang diberikan oleh auditor. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron yang pada akhirnya bangkrut, menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat kritikan. Dalam kasus Enron, perusahaan tersebut telah diaudit dengan opini wajar tanpa pengecualian namun beberapa saat setelah dikeluarkannya opini tersebut, perusahaan Enron tidak mampu untuk terus beroperasi. Kasus Enron mencuatkan kembali konsep penilaian terhadap going concern perusahaan yang diaudit. Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah,sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Atas dasar banyaknya kasus seperti itu, maka AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) (1988) mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Mengingat betapa pentingnya opini going concern, maka memotivasi untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi opini going concern. Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini going concern, diantaranya financial distress, debt default dan opinion shopping. Variabel financial distress ditambahkan agar hasil penelitian diharapkan akan lebih bisa memprediksi penerbitan opini audit going concern. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, serta ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Kesulitan keuangan akan mengakibatkan perusahaan mengalami arus kas negatif, gagal bayar pada perjanjian utang dan akhirnya mengarahkan pada kebangkrutan sehingga going concern perusahaan diragukan. Variabel debt default digunakan dalam penelitian ini karena PSA 30 paragraf 6 menyebutkan bahwa indikator going concern yang digunakan oleh auditor dalam memberikan keputusan opininya salah satunya adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Jadi jika perusahaan sedang dalam kondisi default maka kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan dan beresikon tinggi dalam pemberian opini audit going concern oleh auditor. Dampak yang tidak diharapkan dari opini going concern yang tidak diinginkan tersebut mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor dan menimbulkan konsekuensi Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
646
Unmas Denpasar
negatif dalam pengeluaran opini going concern. Kondisi tersebut memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping. dengan melakukan pergantian auditor (auditor switching) dengan harapan bahwa auditor baru tidak memberikan opini going concern. Dari uraian diatas maka penulis mengangkat pokok permasalahan dengan judul “Pengaruh financial distress, debt default dan opinion shopping pada penerimaan opini audit going concern.” HIPOTESIS Pengaruh financial distress pada penerimaan opini audit going concern Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang tidak sehat banyak ditemukan indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan hidup usahanya. Oleh karenanya auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang baik. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut: H1: Financial distress berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Pengaruh debt default pada penerimaan opini audit going concern Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya (default). Ketika perusahaan tidak mampu atau gagal dalam memenuhi kewajiban tersebut maka perusahaan dalam status default. Keadaan ini memaksa perusahaan lebih mengarahkan kas untuk membayar utang yang mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan tidak lancar. Penelitian Ramadhany (2004), Praptitorini dan Januarti (2011) serta Lestari (2009) menunjukkan bahwa variabel debt default berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut: H2: Debt default berpengaruh positif terhadap opini audit going concern Pengaruh opinion shopping pada penerimaan opini audit going concern Penelitian dengan topik opini going concern terus dilakukan. Perkembangan baru mengenai topik ini adalah adanya fenomena opinion shopping (auditor switching). Geiger et al (1998) menemukan terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concernpada perusahaan financial distress. Kondisi tersebut memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Lennox (2000) menggunakan model pelaporan audit untuk memprediksi opini dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Hasil dari metode ini berkesimpulan bahwa perusahan-perusahaan di Inggris melakukan praktik opinion shopping. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Praptitorini dan Januarti (2011) yang menyatakan bahwa opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Mereka mengungkapkan bahwa kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
647
Unmas Denpasar
yang dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu cara pertama perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Sehingga auditor akhirnya mengeluarkan opini audit non going concern untuk mempertahankan kliennya tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut: H3: Opinion shopping berpengaruh negatif pada opini audit going concern. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013–2015 yang berjumlah 148 perusahaan. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Tabel 3.1 Sampel Penelitian No Kriteria 1 Jumlah populasi selama periode 2013-2015. 2 Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut selama periode 2013-2015. 3 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporannya. 4 Laporan keuangan yang tidak disajikan per 31 Desember. 5 Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap yang diperlukan untuk penelitian pada periode 2013-2015. Total sampel Total amatan selama 3 tahun Sumber : www.idx.co.id
Jumlah 148 (14) (24) (0) (37) 73 219
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu financial distress, debt default dan opinion shopping dan variabel dependen yaitu opini audit going concern. Definisi masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1) Financial Distress Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Mengacu pada penelitian yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005), dalam penelitian ini digunakan model prediksi kebangkrutan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu Z-Score Altman (1968). persamaan yang diperoleh sebagai berikut: Z = 1.2X1+ 1.4X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 0.999X5 Dimana: X1: working capital/ total asset X2: retained earnings/ total asset X3: earnings before interest and taxes/ total asset X4: market capitalization /book value of debt X5: sales/ total asset 2) Debt Default Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
648
Unmas Denpasar
Chen dan Church (1992) mendefinisikan debt default sebagai kelalaian atau kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo (Irfana, 2012). Debt default menggunakan variable dummy yaitu nilai 1 untuk perusahaan dengan status debt default dan nilai 0 untuk perusahaan dengan status tidak debt default, untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit. 3) Opinion Shopping Opinion shopping didefinisikan oleh SEC (Security Exchange Commission), sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan. Pengukuran opinion shopping menggunakan metode yang diterapkan oleh Lennox (2002). Variabel ini menggunakan variabel dummy, angka 1 diberikan kepada perusahaan yang melakukan pergantian auditor untuk tahun selanjutnya setelah perusahaanmendapatkan opini audit going concern,dan angka 0 jika perusahaan tidak melakukan pergantian auditor untuk tahun selanjutnya setelah perusahaan mendapatkan opini audit going concern. 4) Opini audit going concern Opini audit going concern merupakan opini audit dengan paragraf penjelasan mengenai pertimbangan auditor bahwa terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya di masa mendatang. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going concern unqualified/qualified dan going concern disclaimer opinion (Setyarno, 2006). Opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel dummy. Opini audit going concern diberi kode 1, opini audit non going concern diberi kode 0. Model Penelitian Model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Model Penelitian Financial Distress
Debt Default
Opini Audit Going Concern
Opinion Shopping
Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskripstif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud menbuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014:206). Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
649
Unmas Denpasar
Analisis Regresi Logistik 1) Menguji kelayakan model regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Uji Hosmer dan Lemeshow, Uji Hosmer dan Lemeshow menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model. Jikai nilai statistik Uji Hosmer dan Lemeshow lebih besar daripada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. 2) Menilai keseluruhan model (overall model fit) Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 LogLikelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 LogLikelihood pada akhir (Block Number = 1). Apabila terdapat penurunan nilai likelihood (-2LL), ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. 3) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square. Nilai Nagelkerke R square menunjukkan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabelvariabel lain di luar model penelitian. 4) Uji Multikolinearitas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam regresi logistik menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel bebas lebih kecil dari 0,9 berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas yang serius antar variabel bebas tersebut. 5) Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen. 6) Model Regresi Logistik yang Terbentuk Model regresi logistik yang terbentuk menghasilkan nilai koefisien regresi dan signifikansi. Koefisien regresi dari tiap-tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antar variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α). Apabila sig < α maka dapat dikatakan variabel bebas berpengaruh signifikansi pada variabel terikat. Persamaan model regresi logistik yang digunakan adalah sebagai berikut : GC Ln 1FD 2 DD 3OS e 1 GC Keterangan: GC : Probabilitas mendapatkan opini audit going concern α : Konstanta FD : Financial Distress DD : Debt Default OS : Opinion Shopping e : error Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
650
Unmas Denpasar
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Analisis Statistik Deskriptif dalam penelitian ini adalah : Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian N Minimum FD 219 -2,19 DD 219 0,00 OS 219 0,00 GC 219 0,00 Valid N 219 (Liswise)
Maximum 49,28 1,00 1,00 1,00
Mean 5,3162 0,0274 0,0183 0,0320
Std. Deviation 6,15752 0,16361 0,13421 0,17631
Analisis Regresi Logistik 1) Menguji kelayakan model regresi Tabel 4.2 Uji Hosmer dan Lemeshow Step Chi-Square 1
1,691
Df 8
Sig 0,989
Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah 1,691 dengan probabilitas signifikansi 0,989 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. 2) Menilai keseluruhan model (overall model fit) Tabel 4.3 Menilai Keseluruhan Model Keterangan -2 LogLikelihood (Block Number = 0)
Hasil 61,978
-2 LogLikelihood (Block Number = 1)
21,574
Nilai -2LL awal adalah sebesar 61,978 dan setelah dimasukkan ketiga variable bebas, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar 21,574 atau terjadi penurunan sebesar 40,404. Penurunan nilai -2LL ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. 3) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R square) Tabel 4.4 Koefisien Determinasi Step -2 Log Likelihood 1
21,574
Cox & Snell R Square 0,168
Nagelkerke R Square 0,684
Berdasarkan Tabel 4.3 Cox & Snell R Square sebesar 0,168 dan nilai Nagelkerke R Square adalah 0,684. Variabilitas variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas sebesar
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
651
Unmas Denpasar
68,4 persen, sedangkan sisanya 31,6 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. 4) Uji Multikolinearitas Tabel 4.5 Matriks Korelasi Step 1
Constant FD DD
Constant 1,000 0,205 -0,326
FD 0,205 1,000 -0,076
DD -0,326 -0,076 1,000
OS -0,263 0,282 -0,265
-0,263
0,283
-0,265
1,000
OS
Hasil pengujian menunjukkan tidak ada nilai koefisien korelasi antar variabel yang lebih besar dari 0,9. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas yang serius antar variabel bebas tersebut. 5) Matriks Klasifikasi Tabel 4.6 Klasifikasi Tabel Predicted Observed Step 1
GC
0,00 1,00
0,00 211 3
GC 1,00 1 4
Percentage Correct 99,5 57,1 98.2
Overall Percentage
Berdasarkan tabel 4.6, menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern adalah sebesar 57,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 4 sampel perusahaan (57,1 persen) yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 7 sampel perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit nongoing concern adalah 99,5persen. Hal ini berarti sebanyak 211 sampel perusahaan (99,5 persen) yang diprediksi menerima opini audit non-going concern dari total 212 sampel perusahaan yang menerima opini audit non-going concern. 6) Model Regresi Logistik yang Terbentuk Tabel 4.6 Variabel dalam persamaan B Step 1
FD DD OS Constant
1,721 0,124 1,274 -2,131
S.E 0,542 1,504 1,524 0,703
Wald 10,074 0,007 0,698 9,204
df
Sig. 1 1 1 1
0,002 0,934 0,403 0,002
Exp (B) 5,590 1,132 3,574 0,119
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
652
Unmas Denpasar
Persamaan regresi logistik dapat ditulis sebagai berikut:
Interprestasi dari persamaan regresi logistik tersebut diatas adalah 1. Nilai konstanta sebesar -2,131 menunjukkan bahwa apabila variabel bebas yaitu financial distress, debt default dan opinion shopping bernilai nol (0) maka probabilitas perusahaan yang menerima opini audit going concern adalah sebesar 2,131. 2. Koefisien variable financial distress sebesar 1,721. Ini berarti apabila variabel financial distresss meningkat sebesar satu satuan, maka probabilitas perusahaan akan menerima opini going concern naik sebesar 1,721 dengan asumsi semua variabel bebas lainnya adalah konstan. 3. Koefisien variabel debt default adalah sebesar 0,124. Ini berarti apabila variabel debt default meningkat sebesar satu satuan, maka probabilitas perusahaan akan menerima opini audit going concern naik sebesar 0,124. 4. Koefisien variabel opinion shopping adalah sebesar 1,274. Ini berarti apabila variabel opinion shopping meningkat sebesar satu satuan, maka probabilitas perusahaan akan menerima opini audit going concern naik sebesar 1,274 PEMBAHASAN Pengaruh financial distress terhadap penerimaan opini audit going concern Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan variabel financial distress memiliki koefisien regresi sebesar 1,721 dengan tingkat signifikansi 0,002 yang berarti bahwa financial distress berpengaruh positif terhadap opini audit going concern karena nilai signifikansinya lebih kecil dari nilai 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa H1 yang menyatakan financial distress berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Putra (2012) yang menyatakan bahwa financial distress berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Lestari (2009) yang menyatakan bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel debt default memiliki koefisien regresi sebesar 0,124 dengan tingkat signifikansi 0,934 lebih besar dari nilai 0,05 yang berarti bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hal tersebut menunjukkan bahwa H2 yang menyatakan debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern ditolak. Tidak berpengaruhnya debt default terhadap penerimaan opini going concern disebabkan adanya auditor yang tidak memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami debt default. Hal ini mungkin dikarenakan auditor dapat Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
653
Unmas Denpasar
menerima rencana manajemen kedepannya untuk menanggulangi masalah debt default tersebut.Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nanda (2015) dan Irfana (2012) yang menyatakan bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Praptitorini dan Januarti (2011), Lestari (2009), Ulya (2012) dan Yati (2011) yang menyatakan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Pengaruh opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel opinion shopping memiliki koefisien regresi sebesar 1,274 dengan tingkat signifikansi 0,403 lebih besar dari nilai 0,05 yang berarti bahwa opinion shopping tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hal tersebut menunjukkan bahwa H3 yang menyatakan opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern tidak berganti auditor karena walaupun perusahaan sering mengganti auditor setelah menerima opini audit going concern, perusahaan belum tentu akan mendapat opini non going concern. Hasil penelitian konsisten dengan penelitian sebelumnya Praptitorini dan Januarti (2011) dan Yati (2011) yang menyatakan bahwa opinion shopping tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Nanda (2015) dan Irfana (2012) yang menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh financial distress, debt default dan opinion shopping pada penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan kriteria purposive sampling diperoleh sebanyak 73 sampel perusahaan yang diuji dengan regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Financial distress berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. 2) Debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Tidak berpengaruhnya debt default terhadap penerimaan opini going concern disebabkan adanya auditor yang tidak memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami debt default. Hal ini dikarenakan auditor dapat menerima rencana manajemen kedepannya untuk menanggulangi masalah debt default tersebut. 3) Opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung mendapatkan opini non going concern ketika tidak melakukan pergantian auditor (auditor switching). Ini menunjukkan indikasi kurangnya tingkat independensi auditor di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan masukan dan motivasi, keluarga tercinta atas dukungan dan Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
654
Unmas Denpasar
doanya yang tulus tiada hentinya untuk memotivasi penulis, teman-teman program studi akuntansi kelas Eksekutif G angkatan 2013 atas dukungan, motivasi dan masukannya. DAFTAR PUSTAKA Fanny, Margaretta dan Sylvia, Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Irfana, Muhammad Jauhan. 2012. Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Opinion Shopping dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Lennox, C., 2000. Do Companies Succesfully Engage in Opinion Shopping?: Evidence from The UK. Journal of Accounting and Economics 29 (2000) 321-337. Department of Economics, University of Britol. Lestari, Wahyu Puji. 2009. Pengaruh Financial Distress, Debt Default, Auditor Changes dan Opini Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 8 - No. 1. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Nanda, Fini Rizki. 2015. Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping dan Kondisi Keuangan Terhadap Opini Audit Going Concern (Pada Perusahaan yang Terdaftar Pada Index Syariah BEI).Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 24 No. 1. Universitas Islam Riau. Praptitorini dan Januarti. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 8 - No. 1. Universitas Diponegoro Putra, Boy Ardian Pradhana. 2012. Analisis Pengaruh Audit Tenure dan Financial Distress Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern. Skripsi. Fakultas Ekonomi Depok. Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal MAKSI. Vol. 4. Universitas Diponegoro. Swastiningsih, Ni Luh Wayan Sri. 2013. Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Dan Kondisi Keuangan Perusahaan Terhadap Penerimaan Asumsi Going Concern (Studi Empiris Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Wedari, Linda Kesumaning dan Arga Fajar Sentosa.2007. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. JAAI .Vol.11 No.2. Ulya, Alfaizatul. 2012. Opini Audit Going Concern: Analisis Berdasarkan Faktor Keuangan dan Non Keuangan. Jurnal. Universitas Negeri Semarang Yati, Yuli. 2011. Pengaruh Debt Default, Opinion Shopping, Kondisi Keuangan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016