perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE DIENES MELALUI PERMAINAN TANGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DALAM SATUAN PELAJARAN GEOMETRI ANAK TUNAGRAHITA KELAS V DI SLB B, C-AUTIS BINA ASIH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh: NITA STYANI K5106026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE DIENES MELALUI PERMAINAN TANGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DALAM SATUAN PELAJARAN GEOMETRI ANAK TUNAGRAHITA KELAS V DI SLB B, C-AUTIS BINA ASIH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
NITA STYANI K5106026
SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Nita Styani. Efektivitas Penerapan Metode Dienes melalui Permainan Tangram untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan Pelajaran Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan metode dienes melalui permainan tangram terhadap peningkatan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain one group pre test-post test. Populasi adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 5 orang. Dalam penelitian ini tidak diterapkan sampel atau teknik sampling, karena semua anak menjadi subjek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon. Hasil analisis data penelitian menunjukkan Z hitung sebesar -2, 041 dengan P = 0, 041 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Penerapan metode dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011” dapat diterima kebenarannya. Kata Kunci : Metode Dienes, Permainan Tangram, Prestasi Belajar Matematika, Anak Tunagrahita
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Nita Styani. The Effectiveness Application of Dienes Method Through Tangram Game to Improve The Achievement of Mathematic Lesson in Geometry Course Unit of Mental Retardation Children Class V at SLB B, CAutis Bina Asih Surakarta in Academic Year of 2010/2011. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2010.
The aim of this research is to know the effectiveness application of dienes method through tangram game to improve the achievement of mathematic lesson in geometry course unit of mental retardation children class V at SLB B, CAutis Bina Asih Surakarta in academic year of 2010/2011. The research used method of experiment with it is design is one group pre test-post test. The population are all of students in the class V, consist of 5 persson. In this research does not apply sample and sampling technique, because all students become subjects of research. The technique of collecting data is used written test. The technique of analyzing data that used is statistic non parametric with Wilcoxon Signed Rank Test Analysis. The result of data show that Z table is -2,041 with P = 0,041 which means Ho is rejected and Ha is accepted in the level of significance 5%. Thereby, the hypothesis that said “Application of dienes method through tangram game is effective to improve the achievement of mathematic lesson in geometry course unit of mental retardation children class V at SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta in academic year of 2010/2011” can be accepted as a truth. Keyword : Dienes Method, Game of Tangram, Mathematic Studying Performance, Mental Retardation Children
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Don’t you ever “say can’t” if you never “try to do” (Penulis)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada: “Bapak dan Ibuku tercinta” Terimakasih atas doa yang tak pernah terhenti, kasih sayang serta dukunganmu selama ini yang tak pernah putus, baik yang bersifat spiritual maupun material .
” Kakakku Dike Anggoro tersayang” Terimakasih atas semangat dan dukungannya .
“Mas Agus ” Terima kasih telah memberikan banyak cinta, motivasi dan mengajarkan banyak hal tentang arti sebuah perjuangan. “Sahabatku Selvy, Renni, Anita Cahya” Terima kasih untuk persahabatan kita yang begitu indah dan tak terlupakan. “Teman-teman PLB UNS 2006” “Bapak dan Ibu Dosen PLB yang Telah Banyak Memberikan Ilmu” ”Almamater”
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik materil maupun spiritual, untuk itu peneliti menghaturkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan sekaligus Pembimbing I, atas waktu, bimbingan, nasehat dan arahannya selama penyusunan skripsi. 3. Drs. Hermawan, M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa sekaligus Pembimbing II, atas waktu, bimbingan, nasehat dan arahannya selama penyusunan skripsi. 4. Priyono, S. Pd, M. Si, selaku Pembimbing Akademik, atas waktu, masukan, nasehat, dan motivasinya selama ini. 5. Drs. Bambang Priyanto, selaku Kepala Sekolah SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta, atas izin untuk melakukan penelitian. 6. Wiwik Wijastuti, S. Pd, selaku guru kelas V, atas segala bantuan, dan bimbingannya pada saat penelitian. 7. Sumawardi, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SLB B-C Hamong Putro Sukoharjo, atas izin untuk melakukan try out. 8. Teman-teman belajar dan bermainku tersayang, Sasi, Hamid, Poyan, Lativa, Susi, Ifah, Heni, Drajat, Wahyu, Titus, Aman, Inay, terima kasih atas pengalaman indah yang diberikan. commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Siswa-siswi kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta, atas ketulusan hati dan semangat yang selalu menjadi sumber inspirasiku. 10. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRACT ..............................................................................
vii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ..............................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................
5
C. Pembatasan Masalah .........................................................................
5
D. Rumusan Masalah .............................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ..............................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................
6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................
8
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ..............................
8
1. Kajian Tentang Anak Tunagrahita ..............................................
8
a. Pengertian Anak Tunagrahita ................................................
8
b. Penyebab Anak Tunagrahita .................................................
9
c. Karakteristik Anak Tunagrahita ............................................
10
d. Klasifikasi Anak Tunagrahita ............................................... commit to user 2. Kajian Tentang Prestasi Belajar Matematika ..............................
12
xii
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Prestasi ................................................................
13
b. Pengertian Belajar .................................................................
14
c. Pengertian Prestasi Belajar ....................................................
15
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .............
16
e. Fungsi Prestasi Belajar ..........................................................
18
f. Pengertian Prestasi Belajar Matematika................................
19
3. Kajian Tentang Metode Dienes ...................................................
24
a. Pengertian Metode Dienes ....................................................
24
b. Desain Metode Dienes ..........................................................
27
4. Kajian Tentang Permainan Tangram ..........................................
29
a. Pengertian Permainan............................................................
29
b. Tahapan Perkembangan Bermain .........................................
30
c. Macam-macam Kegiatan Bermain ........................................
32
d. Manfaat Bermain ...................................................................
33
e. Pengertian Tangram ..............................................................
33
f. Asal Usul Tangram ...............................................................
35
g. Aturan Permainan Tangram ..................................................
36
h. Tujuan dan Manfaat Tangram ...............................................
36
B. Kerangka Berpikir .............................................................................
37
C. Hipotesis............................................................................................
39
BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................
40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
40
1. Tempat Penelitian........................................................................
40
2. Waktu Penelitian .........................................................................
40
B. Metode Penelitian..............................................................................
41
C. Populasi dan Sampel .........................................................................
44
1. Populasi .......................................................................................
44
2. Sampel .........................................................................................
44
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................
44
1. Pengertian Tes ............................................................................. commit to user 2. Syarat-syarat Tes yang Baik........................................................
45
xiii
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Validitas dan Reliabilitas ..................................................................
47
1. Validitas Tes................................................................................
47
2. Reliabilitas Tes ............................................................................
48
F. Analisis Data .....................................................................................
49
BAB IV. HASIL PENELITIAN ......................................................................
51
A. Deskripsi Data ...................................................................................
51
1. Pelaksanaan Penelitian ................................................................
52
2. Hasil Penelitian ...........................................................................
53
B. Pengujian Hipotesis ...........................................................................
56
C. Rangkuman untuk Pembuktian Hipotesis .........................................
58
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .......................................................
59
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................
62
A. Simpulan ...........................................................................................
62
B. Implikasi Hasil Penelitian .................................................................
62
C. Saran ..................................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
64
LAMPIRAN .....................................................................................................
67
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 3. 1. Jadwal Waktu Penelitian ................................................................
40
Tabel 3. 2. Desain Penelitian One Group Pre test-Post test ............................
43
Tabel 4. 3. Daftar Identitas Siswa Tunagrahita Kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta ....................................................................................
52
Tabel 4. 4. Nilai Pre test ..................................................................................
53
Tabel 4. 5. Nilai Post test .................................................................................
54
Tabel 4. 6. Hasil Analisis Deskriptif ................................................................
56
Tabel 4. 7. Perhitungan Analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon .................
57
Tabel 4. 8. Hasil Test Statistik .........................................................................
57
Tabel 4. 9. Kesimpulan Hasil Penelitian ..........................................................
58
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK Halaman
Gambar 2. 1. Desain Media Tangram ..............................................................
27
Gambar 2. 2. Contoh Hasil Bermain Tangram ................................................
28
Gambar 2. 3. Bagan Kerangka Berpikir ...........................................................
38
Grafik 4. 1. Nilai Sebelum Perlakuan (Pre test) ..............................................
54
Grafik 4. 2. Nilai Setelah Perlakuan (Post test) ...............................................
55
Grafik 4. 3. Perbandingan Nilai Pre test dan Post test.....................................
55
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Penelitian ..................................................
67
Lampiran 2. Kisi-kisi Tryout ...........................................................................
73
Lampiran 3. Instrumen Try Out .......................................................................
74
Lampiran 4. Data Try Out ................................................................................
79
Lampiran 5. Uji Validitas.................................................................................
80
Lampiran 6. Uji Reliabilitas .............................................................................
83
Lampiran 7. Instrumen Pre test-Post test .........................................................
84
Lampiran 8. Data Hasil Pre test-Post test.........................................................
89
Lampiran 9. Analisis Sign Test Wilcoxon .......................................................
90
Lampiran 10. Contoh Permainan Tangram ......................................................
91
Lampiran 11. Surat-surat Penelitian.................................................................
93
commit to user
xvii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan kepada anak didik untuk dapat berkembang menuju kedewasaan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal maupun non formal, baik di sekolah, dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Sekolah merupakan jalur pendidikan formal di mana didalamnya dilaksanakan serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisir, termasuk kegiatan dalam proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif dalam diri anak. Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan untuk mengembangkan sikap serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar. Di Sekolah Dasar anak dididik untuk belajar membaca, menulis dan berhitung. Kecakapan membaca, menulis dan berhitung merupakan landasan pokok sebagai syarat untuk menggali dan membina pengetahuan lebih lanjut. Tanpa penguasaan yang mantap pada ketiga kemampuan tersebut, maka pengetahuan atau ilmu-ilmu yang lain tidak dapat dikuasai dengan baik. Untuk itu anak luar biasa dalam usia sekolah berhak dibimbing menuju arah kedewasaan sesuai dengan
tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan
pendidikan luar biasa diperlukan cara yang tepat agar anak yang berkelainan khususnya anak tunagrahita dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Anak-anak yang mengalami tuna mental atau tunagrahita walaupun tergolong subnormal juga berhak mendapatkan pendidikan sebagaimana tertera dalam pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa mereka yang cacat pun tanpa terkecuali berhak mendapatkan pengajaran seperti anak normal. Demikian pula bagi anak tunagrahita, mereka yang berhak mendapat commit to user pelayanan pendidikan seperti anak normal lainnya. Munzayanah (2000) dalam
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bukunya ortopaedagogik lanjut mengemukakan bahwa, “anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya, sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri didalam masyarakart” (hlm.13). Akibat dari kelainan tersebut anak tunagrahita memerlukan bantuan pelayanan pendidikan secara khusus yaitu di sekolah luar biasa. Kemamupan anak tunagrahita yang terbatas menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran, sehingga mereka membutuhkan penanganan khusus. Penanganan tersebut dapat diberikan oleh guru pendidikan luar biasa. Anak tunagrahita mengalami hambatan sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan dan tingkat umurnya. Walaupun anak tunagrahita umurnya sesuai dengan anak normal tetapi kemampuannya berbeda. Hambatan-hambatan yang dialami diantaranya kurangnya koordinasi sensori motor : kemampuan berfikir, ekspresi maupun imajinasi, kemampuan bersosialisasi dan sebagainya. Hal
tersebut
juga
berhubungan
dengan
bidang
matematika.
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang harus dipelajari oleh semua siswa dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah bahkan Perguruan Tinggi. Banyak yang menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran atau bidang studi yang sulit. Walaupun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa matematika adalah kebutuhan mendasar bagi setiap individu seperti halnya dengan membaca dan menulis. Untuk itu matematika telah diperkenalkan sedini mungkin sejak anak dalam masa pendidikan pra sekolah. Begitu juga bagi anak tunagrahita, mereka juga memerlukan pembelajaran matematika sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan yang sering dijumpai dalam belajar mengajar adalah banyak siswa yang mengeluh karena menemui kesulitan dalam mempelajari matematika, sehingga tertanam dalam benak siswa yang menganggap matematika adalah pelajaran yang rumit dan sulit. Hal ini secara tidak langsung menjadi momok bagi kebanyakan siswa. Sebenarnya ketakutan itu berawal dari commit to user pendekatan dalam mengajarkan matematika yang terkesan kaku. Anak tidak diberi
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesempatan untuk melakukan eksperimen terhadap konsep-konsep dasar matematika. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan tertentu, seperti anak menjadi sulit menyenangi matematika serta sulit mendapatkan prestasi belajar matematika yang tinggi. Mutu pendidikan matematika yang disinyalir telah tergolong memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata matematika siswa di sekolah yang masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai pelajaran lainnya.bahkan banyak diperbincangkan tentang nilai ujian akhir nasional (UAN) mata pelajaran matematika cenderung rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya yang sudah sering dikemukakan oleh tokoh-tokoh pendidikan baik dalam media massa maupun dalam penelitian. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pemahaman konsep dasar matematika siswa. Rendahnya mutu pembelajaran
dapat
diartikan
kurang
efektivnya
proses
pembelajaran.
Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika diperlukan suatu metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan atau kodrat anak. Kodrat anak-anak adalah suka bermain, sehingga anak lebih suka bermain daripada belajar. Bermain merupakan aktifitas yang menyenangkan dalam diri setiap anak dan menjadi hak setiap anak untuk bermain tanpa dibatasi usia. Dalam pasal 31 Konverensi Hak-Hak Anak Tahun 1990 disebutkan, “Hak anak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan rekreasi yang sesuai dengan usia anak yang bersangkutan dan turut serta secara bebas dalam kehidupan budaya dan seni” (Mayke Tedjasaputra, 2001: 16). Bermain selain menyenangkan juga membantu anak untuk mampu memahami konsep-konsep dan juga pengertian secara alamiah, seperti yang dikutip oleh Mayke Tedjasaputra bahwa, “Belajar dan bermain member kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan commit todan usermendapatkan bermacam-macam sendiri, berekplorasi, mempraktekkan
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya” (2001: 17). Disinilah proses pembelajaran terjadi, anak dapat mengambil keputusan, memilih, menentukan, menciptakan, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah, mengerjakan tugas secara tuntas, bekerja sama dengan teman dan mengalami berbagai macam perasaan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa bermain bagi anak memungkinkan banyak hal yang diperolah diantaranya adalah konsep coba-coba dan salah tanpa resiko. Misalnya, ketika anak membangun balok-balok kemudian balok-baloknya roboh dan anak membangun kembali secara berulang-ulang, disitulah anak akan menemukan konsep yang benar-benar akan ia pahami dan diingatnya seumur hidup dari permainan yang pernah dilakukannya. Begitu juga halnya dengan bermain tangram dapat meningkatkan konsentrasi, ketekunan dan menimbulkan rasa penasaran bagi pemainnya, sehingga sering sekali terdengar bahwa figure atau gambar tertentu rasanya tidak mungkin dibuat, tapi justru disitulah letak tantangannya. Selain itu tangram juga dapat memacu kecerdasan dan mengasah keterampilan melalui permainan komposisi. Menurut Rijanto Tosin (2001) “Tangram dapat dikatakan bukan saja permainan, tapi juga merupakan suatu metode pengujian, penataran, pendadaran atau pemeriksaan. Pengujian ini bisa mencakup berbagai bidang, antara lain: kesabaran, ketekunan, daya pikir, konsentrasi, keterampilan dalam berkomposisi dan kecerdikan” (hlm. 14). Maka dari itu, bermain tangram diperlukan dalam mempelajari matematika terutama dalam bidang geometri khususnya bangun datar. Melalui permainan tangram anak dapat memahami konsep-konsep tentang bentuk bangun datar, bereksplorasi tentang bentuk-bentuk bangun datar apabila bangun datar digabungkan. Dengan hal ini diharapkan anak akan menyukai pelajaran matematika dan prestasi belajar matematika anak akan meningkat. Adanya berbagai pendapat mengenai metode ini menggugah penulis yang juga sebagai calon guru pendidikan khusus untuk menjadikan masalah ini sebagai bahan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Penerapan Metode Dienes melalui Permainan Tangram untuk Meningkatkan Prestasi Belajar commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Matematika dalam Satuan Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam proses perkembangannya
yang
disebabkan
kelainan
intelektualnya
sehingga
memerlukan penanganan khusus. 2. Anak tunagrahita mempunyai pola berpikir dan bernalar yang terbatas karena intelegansinya berada di bawah rata-rata, sehingga dengan keterbatasannya tersebut anak tunagrahita sukar untuk mengikuti program pendidikan yang diberikan kepadanya. 3. Matematika adalah mata pelajaran yang penting dalam pendidikan yang biasanya berhubungan dengan bilangan, angka dan simbol. Matematika dianggap sebagai suatu ilmu yang sulit untuk dipelajari dan kurang diminati oleh anak tunagrahiita, sehingga membuat mereka merasa malas dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal matematika, hal itu menyebabkan prestasi belajar matematika anak tunagrahita itu rendah.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada: 1. Subjek penelitian ini adalah Anak Tunagrahita yang duduk di bangku SDLB kelas V 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Dienes melalui permainan tangram, yaitu permainan teka-teki yang berasal dari China yang terbuat dari bahan tipis dipotong berbentuk bangunan geometris, terdiri dari lima buah segitiga, satu buah bujur sangkar dan satu buah jajaran genjang, di mana dimungkinkan dapat dikombinasikan sedemikian rupa menjadi bermacam-macam gambar. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Tangram yang digunakan berjumlah 20, yang dibagi menjadi 4 figur, yaitu figur manusia, hewan, benda dan bangun datar. 4. Penelitian lebih difokuskan pada tahap pengenalan gambar. 5. Tempat penelitian dilakukan di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta
D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah metode Dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011?”
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penerapan metode Dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang Pendidikan Luar Biasa khususnya dan menambah pengetahuan serta wawasan dalam Ilmu Pendidikan pada umumnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada: a. Peneliti Penelitian ini akan memperluas cakrawala pemikiran dan pengalaman penulis di bidang Pendidikan Luar Biasa untuk lebih jeli dalam menganalisa setiap peluang yang ada untuk kemudian dijadikan wahana untuk meningkatkan mutu pendidikan. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Guru Kelas Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam penggunaan strategi pembelajaran yang efektif bagi siswa melalui kegiatan belajar sambil bermain. c. Pihak Lain yang Berkepentingan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini dan sebagai tambahan informasi yang riil bagi masyarakat untuk dapat mengatasi dan menangani anak tunagrahita dengan mengajari matematika menggunakan permainan tangram.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Tentang Anak Tunagrahita a. Pengertian Anak Tunagrahita Anak tunagrahita adalah mereka yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan atau kemampuannya berada di bawah rata-rata dari ukuran
normal,
sehingga
membutuhkan pelayanan
pendidikan khusus. Menurut Bratanata yang dikutip Mohammad Efendi (2006) bahwa: “Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya” (hlm. 88). Menurut Munzayanah (2000) dijelaskan bahwa anak tunagrahita adalah “Anak yang mengalami gangguan dalam perkembangannya daya fikir serta seluruh kepribadian sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri didalam masyarakat meskipun dengan cara yang sederhana” (hlm. 13). Dari pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah mereka yang
jelas-jelas
mengalami
keterlambatan
dalam
perkembangan
kecerdasan, sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan pelayanan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka mengalami kesulitan dalam belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
b. Penyebab Anak Tunagrahita Penyebab tunagrahita diklasifikasikan oleh para ahli sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing, namun secara garis besar pada prinsipnya sama. Ketunagrahitaan dapat terjadi karena beberapa penyebab, diantaranya yaitu menurut Yannet dalam buku Gangguan Psikiatrik pada anak-anak Retardasi Mental oleh Triman Prasadio yang dikutip oleh Munzayanah (2000) penyebab retardasi mental digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: 1) Kelompok Biomedik yang meliputi: a) Prenatal, dapat terjadi karena (1) Infeksi pada ibu pada waktu mengandung (2) Gangguan metabolism (3) Iradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu (4) Kelainan kromosom (5) Malnutrisi b) Natal, antara lain berupa 1) Anaksia 2) Asphysia 3) Prematuritas dan Postmasturitas 4) Kerusakan otak c) Postnatal, dapat terjadi karena (1) Malnutrisi (2) Infeksi: meningitis dan encephalis (3) Trauma 2) Kelompok Sosio Cultural: psikologi atau lingkungan Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga. Dalam hal ini ada tiga macam teori yaitu: a) Teori Stimulasi Pada umumnya penderita retardasi mental yang tergolong ringan, disebabkan kekurangan rangsangan atau kesempatan dari dari keluarga b) Teori Gangguan Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup terhadap stress pada masa kanak-kanak, sehingga mengakibatkan gangguan pada proses mental c) Teori Keturunan Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan anak sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila anak mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang bermacammacam untuk dapat menyesuaikan diri. Atau dengan kata lain “Security System” sangat lemah di dalam keluarga (hlm. 14). commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Mohammad Efendi (2006), bahwa “sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen)” (hlm. 91). Faktor eksogen yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dengan melihat pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa banyak faktor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya ketunagrahitaan pada anak. Yaitu faktor keturunan, faktor makanan dan minuman serta faktor lingkungan. Dalam hal
ini
faktor-faktor
tersebut
dapat
mempengaruhi
terjadinya
ketunagrahitaan baik pada saat prenatal, natal maupun postnatal.
c. Karakteristik Anak Tunagrahita Untuk lebih memahami bagaimana karakteristik dari anak tunagrahita, di bawah ini adalah beberapa pendapat dari ahli: Moh. Amin (2005) menguraikan ciri-ciri anak tunagrahita sebagai berikut: “Kapasitas belajarnya amat terbatas, dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara dan memimpin diri, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masingmasing, struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal” (hlm. 34). Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000) bahwa: “Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang tunagrahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan, mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil”(hlm. 24). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Karakteristik anak tunagrahita menurut Moh. Amin (2005), yaitu: 1) Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan, adalah anak tunagrahita yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya, mengalami kesukaran berfikir abstrak. Tetapi masih dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa atau sekolah khusus. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun. 2) Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang, hampir tidak bisa mempelajari pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara membeo,. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu tergantung pada perlindungan orang lain, tapi dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Mereka masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan umur 7 tahun atau 8 tahun. 3) Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu). Pada umumnya mereka tidak dapat membedakan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya, tidak mungkin berpartisipasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika sedang berbicara maka kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasan seorang anak tunagrahita berat dan sangat berat hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau 4 tahun (hlm. 37). Sedangkan karakteristik anak tunagrahita yang ditulis oleh Ilkunur Cifci Tekinarslan dan Bulbin Sucuoglu dalam sebuah penelitian seperti dikutip dari International Journal of Special Edication 2003, Vol 18, No.2 : Limitations in social skills such as listening, following the instructions, waiting for one’s turn and asking for help, which are among some of the basic ones, make it difficult for the students to acquire academic skills (Warger & Rutherford, 1996), thus, influencing their academic success in a negative way (Sargent, 1991; Chadsey-Rusch, 1992; Zirpoli & Melloy, 1997). Keterbatasan dalam keterampilan social seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk, menunggu giliran seseorang dan meminta bantuan, yang user termasuk beberapa yangcommit dasar, tomembuatnya sulit bagi siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
memperoleh keterampilan akademik (Warger & Rutherford, 1996), dengan demikian, mempengaruhi keberhasilan akademik mereka dengan cara yang negatif (Sargent, 1991; Chadsey-Rusch, 1992; Zirpoli & Melloy, 1997). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, anak tunagrahita ialah anak-anak yang memiliki karakteristik sebagai berikut: anak yang kurang dapat berpikir abstrak, yang memiliki gangguan dalam kemampuan psikis dan social, akan tetapi masih ada sebagian anak yang dapat mengikuti pembelajaran akademik di sekolah umum maupun sekolah khusus.
d. Klasifikasi Anak Tunagrahita Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang mengemukakannya. Klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Moh. Amin (2005) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tunagrahita Ringan IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tidak saja lingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat. 2) Tunagrahita Sedang IQ anak tunagrahita sedang berkisar 30-50, sehingga tingkat kemajuan dan perkembangan yang dapat dicapai bervariasi. Mereka yang termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku dibawah tunagrahita ringan. 3) Tunagrahita Berat dan Sangat Berat IQ anak tunagrahita berat dan sangat berat kurang dari 30, anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja (hlm. 22). Wardani, et al (2008) Pengelompokan berdasarkan kelainan jasmani yang disebut tipe klinis adalah sebagai berikut: commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Down Syndrome (mongoloid) Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur ke luar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik. 2) Kretin (cebol) Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat. 3) Hydrocephal Anak ini memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling. 4) Microcephal Anak ini memiliki ukuran kepala kecil. 5) Macrocephal Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal (hlm. 6-9). Dari berbagai macam klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
mengklasifikasikan
anak
tungrahita
berdasarkan
kebutuhan
pelayanan pendidikan yang meliputi tunagrahita berat sekali, tunagrahita berat, tunagrahita sedang dan tunagrahita ringan. Di samping dari pelayanan pendidikan ditinjau dari pelayanan klinis atau kesehatan meliputi mongoloid, kretin, hydrocephal, microcephal, dan macrocephal.
2. Kajian Tentang Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Ada beberapa pengertian prestasi, diantaranya menurut W. S Winkell, prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dan pelaksanan suatu usaha tersebut (1987: 62). W. J. S Purwodarminta mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) (1986: 768). Sedangkan menurut Pasaribu dan B. Simanjuntak, prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu (1983: 91). Bukti atau hasil yang dapat dicapai setelah commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilaksanakan usaha sebaik-baiknya sesuai dengan batas kemampuan dari usaha tersebut. Dari berbagai pendapat diatas prestasi dapat disimpulkan sebagai hasil yang telah dicapai atau sebagai bukti keberhasilan setelah melakukan suatu kegiatan tertentu.
b. Pengertian Belajar Dalam dunia pendidikan ada beberapa pengertian belajar diantaranya
Belajar
diartikan
sebagai
upaya
menambah
dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 13). Menurut Slameto (1995) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (hlm. 2). Winkel (dalam Bambang Sutjipto, 2004) menuliskan belajar adalah, “Suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas” (hlm. 179). Belajar menurut A. Suhaenah Suparno (2000) yaitu: “Suatu aktifitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya” (hlm. 2). Sumadi Suryabrata (2002) mengemukakan “Belajar sebagai suatu proses yang membawa perubahan dengan didapatkannya kecakapan baru yang terjadi karena usaha” (hlm. 249). Sedangkan belajar menurut H. J. Gino, dkk (1993) yaitu “Proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada si sekitar individu, proses diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari” (hlm. 31). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Pendapat yang diutarakan Nana Sudjana (2002) belajar diartikan sebagai: 1) Proses yang aktif. 2) Proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. 3) Proses yang diartikan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. 4) Proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. 5) Proses mengubah tingkah laku seseorang (hlm. 28). Pendapat lain menyebutkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan sesuai dengan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 1995: 91) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar dan aktif sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku pada individu sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan atau kecakapan yang sifatnya relatif lama.
c. Pengertian Prestasi Belajar Tujuan individu secara umum untuk memperbaiki prestasi baik akademik maupun non akademik. Pengertian prestasi menurut W. J. S Poerwodarminto (1986) adalah “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)” (hlm. 768). Menurut Dewa Ketut Sukardi (1983) “Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh seseorang dalam usahanya, dalam rangka mengungkapkan diri lewat belajar” (hlm. 30). Sedangkan Reni Akbar Hawadi (2001) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar menggambarkan penguasaan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang telah dipahami siswa, dilakukan evaluasi hasil belajar” (hlm. 89). Pendapat lain dikemukakan oleh Munawir Yusuf (1984) bahwa prestasi belajar merupakan output dari proses kegiatan belajar, hasil commit to user belajar dalam bidang pendidikan di sekolah biasanya dinyatakan dalam
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lambang „angka‟. Angka yang diperoleh dari kegiatan belajar inilah yang selanjutnya disebut hasil belajar atau prestasi belajar (hlm. 135). Berdasarkan berbagai pendapat mengenai prestasi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil penilaian atau pengukuran yang dicapai oleh setiap anak dari proses kegiatan belajar pada periode tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol atau lambang angka.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar bergantung pada banyak hal atau faktor. Tidak semua faktor mempunyai pengaruh yang sama besar. Ada yang peranannya sangat penting dan ada yang kecil pengaruhnya. Secara umum dapat dikatakan agar prestasi belajar berhasil baik, faktor-faktor pendukung belajar perlu dikerahkan sebanyak-banyaknya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat diklasifikasikan dengan beberapa macam cara, tetapi klasifikasi itu tidak terpisah secara mutlak antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991) sebagai berikut: 1) Faktor internal, meliputi: a) Faktor jasmaniah (fisiologis), seperti: penglihatan, pendengaran, dan struktur tubuh. b) Faktor psikologis, antara lain: - Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat - Faktor kecekapan nyata yaitu prestasi c) Faktor kematangan fisik maupun psikis 2) Faktor eksternal, meliputi: a) Faktor sosial, seperti: lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok. b) Faktor budaya, seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor lingkungan fisik, seperti: fasilitas belajar, fasilitas rumah, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan (hlm: 52). commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Muhibbin Syah (1995) secara global yang mempengaruhi belajar anak dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1) Faktor internal, meliputi dua aspek yaitu: a) Aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendi lainnya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. b) Aspek psikologis (bersifat rohaniah) Faktor-faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran anak adalah sebagai berikut: (1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi anak (2) Sikap anak (3) Bakat anak (4) Minat anak (5) Motivasi anak 2) Faktor eksternal Faktor eksternal anak terdiri atas dua macam yakni: a) Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dan lingkungan sosial anak seperti masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga anak itu sendiri. Sifat-sifat orang tua dan keluarga anak itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh anak. b) Lingkungan non sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dalam hal ini dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan anak dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu yang berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran anak tersebut (hlm. 144). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
Faktor-faktor di atas saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2002) menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dapat digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1) Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dibedakan menjadi: a) Faktor fisiologis - Keadaan tonus jasmani pada umumnya. - Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu. b) Faktor psiologis - Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. - Adanya sifat yang kreatif yang ada pada diri manusia dan keinginan untuk selalu maju. - Adanya keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru atau teman. - Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usahanya yang baru. - Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. - Adanya ganjaran atau hukuman sebagai hasil belajar. 2) Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dibedakan menjadi: a) Faktor non sosial, faktor ini tidak terbilang jumlahnya, seperti keadaan udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang tersedia. b) Faktor sosial yaitu faktor manusia (sesama manusia) seperti pada waktu kita belajar orang lain datang mengganggu, kita sedang belajar ada suara telepon atau radio (hlm. 249). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan, namun secara umum dapat diklasifikaikan menjadi faktor dari dalam diri individu dan dari luar individu yang belajar.
e. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai beberapa fungsi utama. Menurut Zainal Arifin (1990) fungsi utama prestasi belajar adalah: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan commit to user yang telah dikuasai anak didik.
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemusatan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan yaitu bahwa prestasi belajar dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) siswa. 5) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat (hlm. 3). Dari keterangan di atas dapat penulis simpulkan bahwa fungsi prestasi belajar adalah sebagai pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai umpan balik bagi guru dalam proses belajar mengajar. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam bidang studi, tapi juga sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan lembaga pendidikan dalam mengantar anak didik menyelesaikan belajar mereka.
f. Pengertian Prestasi Belajar Matematika 1) Pengertian Matematika Menurut Johnson dan Mayklebust yang dikutip Mulyono Abdurahman (1998) “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah memudahkan berpikir” (hlm. 252). Selanjutnya menurut Paling (dalam Mulyono Abdurahman, 1998) mengemukakan bahwa: Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan (hlm. 252). commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pelajaran
matematika
berfungsi
untuk
mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu penjelasan dan penyelesaian permasalahan dalam kehidupan seharihari. Penjelasan mengenai fungsi dari nilai-nilai matematika dalam kehidupan masyarakat yang dikemukakan oleh Karso (1994) sebagai berikut: a) Matematika adalah suatu cara manusia berfikir. Pencarian kebenaran matematika disajikan sebagai suatu cara manusia berfikir sehingga keabsahan dari kebenaran tidak diragukan lagi. b) Masyarakat sebagai pemakai matematika dalam segala segi kehidupan. c) Nilai-nilai luhur matematika dalam bermasyarakat (nilai praktis, nilai disiplin dan nilai budaya) (hlm. 88). Matematika oleh sebagian besar peserta didik dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit. Dari sekian mata pelajaran yang disampaikan, nilai matematika berada di bawah nilai eksakta yang lainnya, bahkan tidak jarang dijumpai nilainya di bawah nilai non eksakta. Adanya anggapan bahwa matematika sulit, maka guru berusaha menimbulkan minat siswa terhadap matematika. Bebagai macam cara ditempuh tetapi belum menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan terhadap matematika. Nilai matematika yang tidak sesuai dengan yang diharapkan menjadi kendala bagi penyeenggaraan pendidikan,
banyak
evaluasi
yang
dilakukan
seperti
metode
penyampaian guru, pemberian penguatan, dan pemberian stimulusstimulus. Sejauh ini belum ada minat siswa terhadap matematika yang tumbuh dari kesadarannya. Kebanyakan dari siswa mempelajari matematika karena terpaksa. Matematika berkenaan dengan konsep abstrak yang tersusun secara sistematis dan logis, artinya materi-materi dalam matematika saling terkait satu sama lainnya. Herman Hudoyo (dalam Putri Kismiati, 2003) mendefinisikan commit to userbahwa, “Matematika berkenaan
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungannya diatur menurut urutan yang logis dan berkenaan dengan konsep yang abstrak” (hlm. 7). E. T. Ruseffendi dkk (1992) menyebutkan bahwa, “Matematika dapat
membantu
manusia
untuk
memahami
dan
menguasai
permasalahan sosial ekonomi dan alam” (hlm. 52). Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari cara atau metode pemecahan masalah masyarakat secara pasti, yang menyangkut tentang sifat, hubungan dan operasi dari suatu bilangan, ukuran, bentuk dalam berbagai dimensi dan ruang perwujudannya disampaikan dalam civitas akademia. Dari berbagai tinjauan pustaka di atas penulis dapat menyimpulkan mengenai prestasi belajar matematika, yaitu nilai atau hasil yang diperoleh siswa dalam mempelajari matematika dengan segala usaha dan kasadaran dalam mewujudkan hasil berupa nilai-nilai yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. . 2) Ruang Lingkup Matematika Dalam Departemen Pendidikan Nasional (2006) disebutkan bahwa ruang lingkup materi atau bahan pelajaran matematika di sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Bilangan b) Geometri dan Pengukuran c) Pengolahan Data (hlm. 100). Sedangkan
menurut
Dali
S.
Naga
(dalam
Mulyono
Abdurrahman, 1998), Bidang studi matematika yang diajarkan di sekolah dasar mencakup tiga cabang yaitu: a) Aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan commit to user tentang bilangan.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmatika. Aljabar ternyata tidak hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan yang diketahui atau belum diketahui, tetapi juga menggunakan lambang-lambang lain seperti titik (.), lebih besar (>), lebih kecil (<), dan sebagainya. c) Geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis (hlm. 218). 3) Tujuan Pengajaran Matematika Dalam Departemen Pendidikan Nasional (2006) disebutkan bahwa tujuan pengajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisiensi, dan tepat dalam pemecahan masalah. b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, marancang model dan menfsirkan solusi yang diperoleh. d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah. e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (hlm. 99). 4) Karakteristik Pengajaran Matematika Belajar matematika atau belajar bidang studi lain memerlukan pikiran yang jernih, tidak ada problema-problema yang dapat mengganggu proses belajar. Karena problema ini akan mempengaruhi kejiwaan seseorang yang menyebabkan terganggunya pikuran. Padahal belajar matematika melibatkan alam pikiran, berlangsung secara kontinue, bertahap dan berurutan serta berkesinambungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman Hudoyo (dalam Putri Kismiati, 2003) yaitu “Mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan
kepada pengalaman commit to user
belajar
yang
lalu.
Belajar
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu” (hlm. 9). Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pengajaran matematika, yaitu: 1) Diajarkan secara bertahap; 2) Mengikuti metode spiral; 3) Matematika berpola pikir deduktif; dan 4) Pengajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
5) Cara Mengukur Keberhasilan Anak dalam Pengajaran Matematika Penilaian setelah proses belajar mengajar matematika perlu dilakukan untuk mengukur kemampuan anak dalam pelajaran matematika diadakan dengan jalan mengadakan tes matematika dalam bentuk pilihan ganda atau lisan. Adapun kisi-kisi soalnya secara garis besar terdiri dari: a) Penjumlahan b) Pengurangan c) Perkalian d) Pembagian e) Hitungan campuran f) Bangun datar g) Pecahan h) Pengukuran Bagi para pendidik, masalah penilaian merupakan hasil dari proses belajar mengajar. Menurut Mudjijo (1995), “Cara paling umum dilakukan pendidik untuk menilai seberapa jauh hasil proses belajar mengajar telah mencapai tujuan, diadakan tes kepada peserta didiknya” (hlm. 2). Suatu jenis tes kecakapan yang menggambarkan (mengukur) apa yang dapat dilakukan seseorang tentang sesuatu yang telah dipelajarinya disebut tes hasil belajar. Menurut Mudjijo (1995), tes hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a) Pre test biasanya dilakukan sebelum dimulainya suatu proses belajar mengajar yang bertujuan commit to user untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan.
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Post test biasanya dilakukan setelah suatu proses belajar mengajar selesai, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siawa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan kepada suatu periode tertentu. Bila post test ini dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilakukan disebut tes formatif. Sedangkan bila tujuan untamanya untuk menentukan kedudukan (lulus atau tidaknya) seseorang, maka disebut test sumatif. c) Entering Behaviour Test ialah suatu tes yang berisi materi pelajaran atau kemampuan-kemampuan yang seharusnya dikuasai siswa sebelum menempuh suatu proses belajar mengajar tertentu. Dengan kata lain entering behaviour test ini bermaksud untuk mengetahui kemampuan-kemampuan siswa yang dijadikan prasyarat untuk mengikuti suatu proses belajar mengajar tertentu (hlm. 30). Dari berbagai tinjauan pustaka di atas penulis dapat menyimpulkan mengenai prestasi belajar matematika, yaitu nilai atau hasil yang diperoleh siswa dalam mempelajari matematika dengan segala usaha dan kesadaran untuk mewujudkan hasil berupa nilai-nilai yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kajian Tentang Metode Dienes a. Pengertian Metode Dienes “Metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar. Selain itu, metode sering diterapkan secara kombinasi, tidak tunggal sehingga keterbatasan tujuan metode dapat diatasi dengan metode lainnya” (Dewi Salma, 2008: 66). Metode yang diajarkan Dienes merupakan suatu metode belajar dengan bermain dan belajar. Seperti halnya beberapa peneliti mengatakan dunia anak adalah dunia bermain, begitu pula yang diterapkan dalam metode ini ialah dunia anak yaitu dunia bermain dengan belajar. Metode belajar ini menggunakan permainan tangram yang berupa bahan yang tipis dipotong berbentuk bangunan geometris, terdiri dari lima buah segitiga, satu buah bujur sangkar dan satu buah jajaran genjang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada teori pieget, dan perkembangannya diorientasikan pada anak-anak, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi anak yang mempelajari matematika. Teori belajar Dienes ini sangat terkait dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, yaitu mengenai teori perkembangan intelektual. Jean Piaget berpendapat bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat periode. Urutan periode itu tetap bagi setiap orang, namun usia atau kronologis pada setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu. Pengajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, menurut kurikulum 2006, bertujuan antara lain agar siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal ini mengisyaratkan bahwa pelajaran matematika pada dasarnya sangatlah abstrak, sehingga diperlukan metode atau strategi dalam menyampaikan materi matematika yang abstrak tersebut menjadi konkret, seelanjutnya dari permasalahan yang konkret tersebut baru dialihkan kebentuk konsep-konsep matematika yang abstrak. Untuk mengawali penyampaian materi matematika yang abstrak melalui konkret itu dapat berpedoman pada teori belajar Dienes. Pada teori belajar Dienes, ditekankan pembentukkan konsep-konsep melalui permainan yang mengarah pada pembentukkan konsep yang abstrak. Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika. Dienes (dalam Ruseffendi, 1992) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, commit to user diantara struktur-struktur dan memisah-misahkan hubungan-hubungan
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
mengkategorikan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pembelajaran matematika. Perkembangan konsep matematika menurut Dienes (dalam Resnick, 1981) dapat dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajar dari konkret ke simbolik. Tahap belajar adalah interaksi yang direncanakan antara yang satu segmen struktur pengetahuan dan belajar aktif, yang dilakukan melalui media matematika yang didesain secara khusus. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara konkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek konkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan baik. Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992), konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Permainan Bebas (Free Play) Permainan yang Menggunakan Aturan (Games) Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities) Permainan representasi (Representation) Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization) Permainan dengan Formalisasi (Formalization) (hlm. 125-127). Dalam mencari kesamaan sifat anak-anak mulai diarahkan dalam
kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih anak-anak dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan mentranslasikan kesamaan commityang to user struktur dari bentuk permainan satu ke bentuk permainan lainnya.
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula.
b. Desain Metode Dienes Untuk membuat tangram, caranya seperti berikut ini. Gambarlah persegi dengan ukuran (10 x 10) cm pada kertas manila atau karton. Bagilah menjadi 7 bagian gambar di samping. Setiap garis pembagi harus melalui titik tengah penggal garis yang dilewati. Selanjutnya dipotong menurut garis sisi bangunannya.
Desain Media Tangram 10 cm
10 cm
Gambar 2. 1. Desain Media Tangram
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh Hasil Susunan Desain Metode Dienes:
(KURA-KURA)
(LILIN)
(ORANG BUANG SAMPAH)
Gambar 2. 2. Contoh hasil bermain tangram commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Dari contoh hasil susunan desain metode Dienes diatas dapat disimpulkan bahwa melalui permainan tangram tersebut anak dapat berkreasi sendiri dengan membentuk bermacam-macam gambar. Selain gambar yang ada di atas anak dapat menyusunnya menjadi bermacammacam gambar manusia, benda dan binatang.
4. Kajian Tentang Permainan Tangram a. Pengertian Permainan Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan dapat memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara berulangulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya sendiri. Kesempatan bermain sangat berguna dalam memahami tahap perkembangan anak yang begitu banyak dan koompleks. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Perkembangan Bahasa (1999) menyatakan bahwa “Bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang” (hlm. 614). Johnson, et al (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2001) mengemukakan “Bermain sebagai kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan” (hlm. 15). Pengertian bermain bila dipahami maka kemampuan itu akan berdampak positif dalam membantu proses belajar anak. Ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak, selain itu juga akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui proses bersosialisasi. Pemahaman tentang bermain juga akan membuka wawasan, sehingga akan dapat lebih luwes terhadap kegiatan bermain itu sendiri dan akibatnya akan mendukung segala aspek perkembangan anak, maksudnya dengan bermain anak akan lebih banyak kesempatan untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipahami oleh anak dengan lebih mudah. Ketika anak bermain ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk itu commit to user belajar anak harus dirancang perencanaan dan persiapan lingkungan
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan seksama sehingga segala sesuatu dapat merupakan kesempatan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak itu sendiri. Mayke S. Tedjasaputra (2001) menyatakan bahwa “Belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tak terhitung banyaknya” (hlm. 12). Dengan demikian proses pembelajaran terjadi, anak mengambil keputusan, memilih, menemukan, mencipttakan, mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah, mengerjakan secara tuntas, bekerjasama dengan teman dan mengalami berbagai macam perasaan. Dari beberapa pendapat mengenai bermain di atas, dapat disimpulkan behwa bermain adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang menyenangkan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak dan merupakan kebutuhan yang sudah melekat pada diri anak, dilakukan secara bebas dan dapat menimbulkan perasaan senang tanpa adanya rasa terpaksa atau dipaksa dalam mempelajarinya.
b. Tahapan Perkembangan Bermain Mildred Parten (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2001) menyatakan bahwa: Kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi dan ia mengamati ada enam bentuk interaksi antara anak yang terjadi saat mereka bermain. Tahapan perkembangan bermain yang mencerminkan tingkat perkembangan sosial anak sebagai berikut: (1) Unoccupied Play, (2) Solitary Play (Bermain Sendiri), (3) Onlooker Play (Pengamatan), (4) Paralel Play (Bermain Paralel), (5) Associative Play (Bermain Asosiatif), (6) Cooperative Play (Bermain Bersama). Kegiatan bermain tersebut terlihat adanya peningkatan kadar interaksi sosial, mulai dari kegiatan bermain sendiri sampai bersama (hlm. 21). commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Unoccupied Play (Bermain Tak Kentara) Anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian disekitarnya yang menarik perhatian anak. Bila tidak ada hal yang menarik, anak akan menyibukkan diri dengan melakukan berbagai hal seperti memainkan anggota tubuhnya. Mengikuti orang lain, berkeliling atau naik turun kursi tanpa tujuan yang jelas. 2) Solitary Play (Bermain Sendiri) Anak sibuk bermain sendiri dan tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain di sekitarnya. Anak lain baru dirasakan kehadirannya apabila anak tersebut mengambil alat permainannya. 3) Onlooker Play (Pengamatan) Kegiatan bermain dengan mengamati anak-anak lain yang sedang melakukan kegiatan bermain sehingga timbul minat terhadap permainan tersebut. 4) Paralel Play (Bermain Paralel) Bermain dengan melakukan kegiatan yang sama, secara sendiri-sendiri pada saat yang bersamaan, misalnya anak yang sedang bermain mobil-mobilan. Anak belum mampu memahami atau berbagi rasa dan kegiatan dengan anak lain. 5) Associative Play (Bermain Asosiatif) Adanya interaksi antar anak yang bermain, saling tukar alat permainan tetapi bila diamati akan tampak masing-masing anak sebenarnya tidak terlibat dalam kerjasama, misalnya anak yang sedang menggambar, saling berbagi pensil berwarna, saling memberi komentar terhadap gambar masing-masing, namun sebenarnya kegiatan menggambar dilakukan sendiri-sendiri.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Cooperative Play (Bermain Bersama) Adanya kerjasama atau pembagian tugas dan pembagian peran antar anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis-jenis kegiatan bermain tersebut tampil berurutan dan menunjukkan perkembangan kegiatan bermain pada anak. Penelitian para ahli lain seperti Howes dan Matheson (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2001), menunjukkan bahwa “Jenis kegiatan bermain tersebut tidaklah muncul berurutan dan mnuculnya jenis kegiatan yang lebih sosial akan menghentikan kegiatan yang non sosial atau kurang kadar interaksi sosialnya” (hlm. 24). Pada kenyataannya semua jenis kegiatan bermain sosial tersebut dapat diamati pada anak-anak pra-sekolah.
c. Macam-macam Kegiatan Bermain Menurut Elizabeth Hurlock (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2001) “Ada dua penggolongan utama kegiatan bermain, yaitu bermain aktif dan bermain pasif” (hlm. 52). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Bermain aktif Bermain aktif yaitu kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang dilakukan sendiri. Macammacam kegiatan bermain aktif, yaitu: a) Bermain bebas spontan b) Bermain konstruktif c) Bermain khayal/bermain peran d) Bermain mengumpulkan benda e) Bermain melakukan penjelajahan f) Permainan games dan olahraga g) Bermain musik
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Bermain pasif Bermain pasif yaitu anak memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukannya sendiri. Macam-macam kegiatan bermain pasif, yaitu antara lain: a) Membaca b) Melihat komik c) Menonton film d) Mendengarkan radio e) Mendengarkan musik
d. Manfaat Bermain Mayke S. Tedjasaputra (2001), mengemukakan beberapa manfaat bermain yaitu sebagai berikut: 1) Untuk perkembangan aspek fisik 2) Untuk perkembangan aspek motorik halus dan kasar 3) Untuk perkembangan aspek sosial 4) Untuk perkembangan aspek emosi dan kepribadian 5) Untuk perkembangan kognisi 6) Untuk mengasah ketajaman penginderaan 7) Untuk keterampilan olahraga dan menari (hlm. 38).
e. Pengertian Tangram Menurut Merriam Webster, “Tangram is Chinese puzzle made by cutting a square of thin material info five triangles, a square and a rhomboid, which are capable of being recombined into many different figures”. Maksud dari pernyataan tersebut tangram adalah permainan tekateki yang berasal dari negeri China yang terbuat dari bahan yang tipis dipotong berbentuk bangunan geometris, terdiri dari lima buah segitiga, satu buah bujur sangkar dan satu buah jajaran genjang, dimana dimungkinkan dapat dikombinasikan sedemikian rupa menjadi bermacamto user macam gambar. Tangramcommit merupakan alat bermain atau permainan yang
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bisa memberikan kesenangan dan hiburan yang asyik bagi banyak orang, baik oleh orang yang berusia lanjut maupun mereka yang masih muda usianya. Tangram bisa dimainkan oleh semua insan, beik berjenis kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan. Tangram menyerupai puzzle dengan kepingan tipis, bedanya kepingan berbentuk geometri, seperti segitiga, persegi panjang, jajaran genjang, dan sebagainya. Anak akan tertarik melihat bentuk-bentuk geometri yang berbeda-beda. Antonius C. Prihandoko berpendapat bahwa “Tangram
adalah
sebuah
permainan
matematika
yang
menguji
keterampilan dan daya pikir siswa. Permainan tangram memenuhi hukum kekekalan luas. Artinya, bentuk apapun yang dibentuk dari potonganpotongan tangram mempunyai luas yang sama”. Tangram adalah sebuah permainan dengan cara memindahmindahkan lempengan-lempengan berbentuk segitiga, segi empat dan jajaran genjang untuk membentuk sebuah bagan yang menyerupai orang, binatang, rumah, kapal dll. Tangram berasal dari negeri China pada jaman dinasti Tang. Tangram ini bisa dimainkan oleh masyarakat umum di seluruh dunia dari anak-anak sampai orangtua dan dari masyarakat miskin sampai yang kaya. Tangram bisa dimainkan kapan saja untuk mengisi waktu luang saat istirahat, santai bersama keluarga, saat bermain atau berekreasi. Tangram bisa dimainkan disemua tempat, bisa diruangan, dikebun, dikendaraan, dipantai dan lain-lain. Tangram juga bisa dimainkan secara perorangan atau kelompok. Menurut Rijanto Tosin (2001), “Tangram menuntut pemain untuk menghasilkan figur berdasarkan kepingan-kepingan tersebut yang tersedia. Inti permainannya adalah komposisi dari kepingan-kepingan tersebut sedemikian rupa sehingga membentuk atau menghasilkan figur tertentu” (hal. 7). Jadi tangram adalah permainan yang sarat dengan kegiatan yang berkaitan dengan penyusunan formasi atau pembentukan figur. Dimana commit yang to user figur adalah bentuk atau gambar mewakili sesuatu yang bisa berasal
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
dari makhluk hidup, maupun benda mati. Contohnya adalah manusia sedang duduk, burung, huruf atau stupa dari candi atau sebagainya. Eko Budiyanto (2004) menjelaskan bahwa “Penyusunan komposisi dimungkinkan, karena tangram dimainkan dengan alat bantu. Alat bantu dalam tangram terdiri dari tujuh keepingan yang masing-masing kepingan mempunyai bentuk geometri yang khas dan unik. Dimana alat bantu tangram bisa dibuat dari kayu, spon, matras, logam, kertas atau plastik” (hlm. 17). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tangram adalah alat bermain atau sebuah permainan dengan cara memindah-mindahkan kepingan-kepingan berbentuk bangun geometris, yang terdiri dari lima kepingan berbentuk segitiga, satu kepingan bujur sangkar dan satu kepingan jajar genjang, bila dikombinasikan antara ketujuh kepingan tersebut dimungkinkan akan menghasilkan bermacam-macam figur atau gambar yang menyerupai orang, binatang, rumah, kapal dan sebagainya.
f. Asal Usul Tangram Priatna menyatakan “Konon, permainan ini berasal dari China. Menurut Samuel Loyd ahli puzzle dari AS, Dewa Tan menciptakan permainan ini 4000 tahun lalu. Tujuh potongan geometri pada tangram melambangkan matahari, bulan, dan lima planet: Mars, Jupiter, Saturnus, Merkurius, dan Venus”. Menurut Rijanto Tosin (2001), “Tangram berasal dari Tiongkok. Di Tiongkok tangram pertama-tama dikenal dengan nama Chi Chae Pan. Yang artinya ialah tujuh bagan kebijaksanaan dan tujuh bagan kecerdikan” (hlm. 15). Kedua nama sama benarnya, karena tanpa daya pikir atau inteligensi yang kuat, maka permainan ini tidak bisa terselesaikan. “Nama permainan Chi Chae Pan dipercaya berasal dari kebiasaan di hari ke tujuh bulan ke tujuh. Pada hari itu biasanya masyarakat di Tiongkok melaksanakan tradisi berupa menusukkan benang dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
memakai jarum ke tujuh telinga. Dimana kebiasaan itu dianggap sebagai pembawa nasib baik” (Rijanto Tosin, 2001: 15). Sejak kapan permainan tangram mulai dilakukan tidak diketahui atau belum dapat ditelusuri dengan cermat. Demikian pula dengan pencipta dari tangram.
g. Aturan Permainan Tangram Karena tangram merupakan permainan, maka ada aturan mainnya. Peraturannya sederhana dan sebenarnya dapat disepakati lebih dulu sebelum permainan dimulai. “Peraturan utama dari tangram adalah setiap figur harus disusun dari ke tujuh potongan. Kepingan tidak boleh dikurangi dan harus berasal dari kepingan-kepingan yang tersedia. Jadi pemain harus memakai ke tujuh kepingan dalam penyusunan setiap figur, tidak bolah kurang” (Rijanto Tosin, 2003: 16). Kepingan tangram tidak boleh ditumpuk dalam menyusunnya. Semua kepingan harus diletakkan berdampingan, atau tidak boleh ada yang saling menindih”. Setiap kepingan tangram dapat secara bebas diatur posisinya. Bisa diputar, digeser atau dibalik. Yang penting semua kepingan harus ditempatkan berdempetan dan saling menyentuh, tidak boleh ada ruang atau rongga di antranya. Disarankan agar tangram dimainkan di atas meja dengan permukaan yang rata dan berkedudukan datar, agar posisi dari setiap kepingan tidak mudah berubah, kecuali dengan bantuan tangan dari pemain.
h. Tujuan dan Manfaat Tangram Menurut Rijanto Tosin (2001), “Tangram dapat dikatakan bukan saja permainan, tapi juga merupakan suatu metode pengujian, penataran, commitPengujian to user ini bisa mencakup berbagai pendadaran atau pemeriksaan.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bidang antara lain: kesabaran, ketekunan, daya pikir, konsentrasi, keterampilan dalam berkomposisi dan kecerdikan” (hlm. 14). Jadi tangram dapat diguunakan dalam berbagai macam bidang kegiatan, mulai dari permainan sederhana sampai tes psikologi. Masingmasing bidang kegiatan mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Bahkan sering ditemukan perancang atau desainer yang senang menggunakan tangram sebagai alat bantu mendesain logo perusahaan atau simbol lainnya. Dengan melibatkan seluruh kepingan, maka tangram bisa juga diminati oleh ilmu filsafat, pendidikan, psikologi dan seni. Jika berbagai bidang disiplin ilmu ini bisa berkinerja secara terpadu, maka manfaat dari permainan tangram akan mampu membuka cakrawala baru yang menarik. (Rijanto Tosin, 2001: 14)
B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arah pemikiran untuk bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Matematika sering dianggap oleh anak sebagai mata pelajaran yang sulit, rumit, kurang menarik dan tidak disukai sebagian besar siswa, tidak terkacuali bagi anak tunagrahita. Anggapan sebagian besar siswa tersebut menyebabkan siswa enggan belajar matematika. Beberapa upaya agar siswa terdorong untuk belajar matematika adalah dengan penyajian materi yang menarik perhatian sehingga menumbuhkan minat untuk belajar. Dalam penelitian ini, digunakan metode pembelajaran yaitu metode Dienes
melalui
permainan
tangram.
Metode
ini
bersifat
ringan
dan
menyenangkan, karena dibuat dengan banyak warna sehingga diharapkan dapat menarik perhatian dan minat belajar siswa dalam bidang matematika. Berdasarkan atas kajian teori tersebut di atas dan sejalan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka dengan penggunaan commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
metode Dienes melalui permainan tangram diharapkan dapat menigkatkan prestasi belajar matematika anak tunagrahita. Dengan adanya dugaan-dugaan di atas, maka penelitian ini diadakan pembuktian hubungan yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut, dengan bagan sebagai berikut:
Tes Prestasi Matematika sebelum treatment (pre test)
Treatment dengan Metode Dienes melalui Permainan Tangram
Tes Prestasi Matematika setelah treatment (post test)
Prestasi Belajar Matematika Anak Tunagrahita Meningkat
Gambar 2. 3. Bagan Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir di atas menjelaskan tentang keadaan prestasi belajar Matematika anak tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta sebelum
diberikan
treatment
melalui
pembelajaran
Matematika
dengan
menggunakan metode dienes melalui permainan tangram. Kemudian, peneliti memberikan treatment dengan metode dienes melalui permainan tangram yang dilakukan saat proses pembelajaran Matematika. Setelah pemberian treatment selesai dilakukan maka pembelajaran Matematika anak tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta meningkat.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, dapat diajukan hipotesis penelitian kuantitatif ini sebagai berikut “Penerapan metode dienes melalui permainan tangram, efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta, tahun ajaran 2010/2011”.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah suatu tempat di mana penelitian itu diadakan. Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian untuk memperoleh data dan untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian Rencananya tahap persiapan hingga tahap pelaporan membutuhkan waktu kurang lebih lima bulan, terhitung sejak April 2010. Berikut rincian jadwal kegiatan penelitian: Tabel 3. 1. Jadwal Waktu Penelitian No Nama Kegiatan 1 Pengajuan judul 2 Proposal 3 Bab 1-3, instrument 4 Perijinan dan tryout 5 Pretest 6 Treatment dan posttest 7 Olah data dan penyusunan laporan 8 Bab 4-5
April
Mei
commit to user
2010 Juni
Juli
Agustus
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Metode Penelitian Metode dalam penelitian memegang peranan yang sangat penting, karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah penelitian untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002), “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (hlm. 136). Sedangkan Sumadi Suryabrata (2002) berpendapat bahwa, “Metode penelitian adalah suatu serangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah” (hlm. 59). “Metode
penelitian
merupakan
rangkaian
cara
atau
kegiatan
pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandanganpandangan, filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai tradisi penelitian atau research traditions” (Nana Syaodih Sukamadinata, 2005: 52). Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau langkah yang digunakan
untuk
mengumpulkan,
menyusun
dan
menganalisis
serta
menginterpretasikan data yang diteliti untuk menarik kesimpulan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan melalui proses berpikir secara terencana dan sistematis dalam mengumpulkan data penelitian untuk mendapatkan pemecahan masalah. Moh. Nazir (1988) mengelompokkan metode penelitian dalam lima kelompok utama yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Metode Sejarah Metode Deskripsi/Survei Metode Eksperimen Metode Grounded Research Metode Penelitian Tindakan (hlm. 54-55). Sedangkan Hadari Nawawi (1995) menyatakan bahwa pada dasarnya
terdapat empat macam metode penelitian. Secara singkat yaitu: 1. Metode Filosofis adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki commit to user atau pemikiran yang mendalam secara rasional melalui perenungan
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan mendasar tentang hakekat sesuatu yang ada dan mungkin ada baik dengan mempergunakan pola fikir induktif maupun deduktif, fenomenologis, dan lain-lain dengan memperhatikan hukum-hukum berfikir (logika). 2. Metode Deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan obyek atau subyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 3. Metode Historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalunya atau peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan sekarang dalam berhubungan dengan kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang. 4. Metode Eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan sebab akibat dua variabel atau lebih dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain (hlm. 62). Dengan berorientasi pada judul penelitian, maka metode yang akan peneliti gunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen, karena dalam penelitian ini penulis mengadakan percobaan untuk menguji hipotesis hubungan sebab akibat antara variabel yang sengaja diadakan dengan variabel di luar variabel yang diteliti, yaitu untuk mengetahui efektivitas penerapan metode Dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita. Metode eksperimen menurut Kartini Kartono (1990) adalah “Suatu prosedur kondisi berupa kegiatan dari tingkah laku seorang individu atau kelompok individu” (hlm. 267). Sedangkan menurut Winarno Surachmad (1994) bereksperimen adalah “Mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil, hasil itu yang menegaskan bagaimana kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki” (hlm. 149). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah metode yang digunakan untuk meneliti suatu peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini eksperimen yang dimaksud adalah menguji pengaruh sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan metode dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geomatri anak tunagrahita. Penelitian eksperimen ini diawali dengan dilakukan pretest kemudian diberi perlakuan/treatment. Setelah perlakuan selesai maka dilakukan posttest untuk mengetahui perbedaan subyek sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Menurut Sumadi Suryabrata (2002) terdapat enam desain/rancangan penelitian eksperimen. Secara garis besar, dikemukakan sebagai beriikut: 1. The One Shot Case Study 2. One Group Pre Test Post Test Design 3. The Static Group Comparison : Randomized Control Group Only Design 4. Randomized Group Pre Test Post Test Design 5. Randomized Solomon Four-Group Design 6. Factorial Design (hlm. 40-50). Dalam penelitian ini menggunakan model One Group Pre Test-Post Test Design.
Table 3. 2. Desain Penelitian One Group Pre test-Post test Pretest
Treatment
Postest
T1
X
T2
(Suharsimi A, 2002: 84) Keterangan: T1
: tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan
X
: treatment (perlakuan), yaitu melakukan pembelajaran dengan metode Dienes
T2
: tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (1993), “Populasi adalah keseluruhan yang akan diteliti” (hlm. 38). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1990), “Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki disebut populasi atau universum. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama” (hlm. 222). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki sifat yang sama. Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh siswa tunagrahita kelas V Di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 5 orang. 2. Sampel Sebagaimana dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1997), “sampel adalah sebagian individu yang diselidiki” (hlm. 70). Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002) berpendapat bahwa, “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (hlm. 109). Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti,. Dalam penelitian ini tidak diterapkan sampel dan teknik sampling karena semua siswa menjadi subyek penelitian yaitu seluruh siswa tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang menjelaskan atau menjawab permasalahan penelitian secara objektif. Kualitas data sangat ditentukan oleh alat pengumpul data yang benar-benar valid dan reliabel. Dari data tersebut akan dapat ditentukan tercapai tidaknya suatu tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data diperoleh dengan menggunakan teknik tes. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
1. Pengertian Tes Dalam satiap akhir sesi pembelajaran diperlukan suatu alat ukur untuk menentukan keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Begitupun dalam pengumpulan data penelitian, diperlukan alat ukur yang kurang lebih sama sifatnya. Salah satu alat ukur atau penilaian yang biasa digunakan adalah tes. Menurut Suharsimi Arikunto (1993), “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau juga alat lain yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, penguasaan ilmu pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok” (hlm. 23). Sedangkan Sumadi Suryabrata (2002) menyatakan bahwa, “Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah yang harus dijalankan, yang berdasarkan atas bagaimana teste menjawab pertanyaan atau melaksanakan perintah, dimana tester mengambil keputusan dengan cara membandingkan dengan standart atau testee yang lain” (hlm. 22). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat penilaian yang digunakan melalui serangkaian pertanyaan atau perintah yang harus dijawab untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan ataupun bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu.
2. Syarat-syarat Tes yang Baik Syarat-syarat yang baik menurut Sumadi Suryabrata (2002) adalah sebagai berikut: 1) Tes harus valid, artinya dapat mengukur apa yang harus diukur dan memenuhi fungsinya sebagai alat ukur. 2) Tes harus reliabel, artinya mempunyai nilai yang sama walaupun dikerjakan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. 3) Tes harus distandarisasikan, yaitu pembakuan bahan, aturan dan prosedur, agar semua teste mendapat perlakuan yang sama sehingga dapat diketahui perbedaan individual yang bersumber dari kemampuan masing-masing teste. 4) Tes harus obyektif, agar hasil yang diperoleh benar-benar menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya, bebas dari pengaruh subyektif penilaian. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Tes harus diskriminatif, artinya mampu membedakan siswa yang pandai dan yang kurang pandai. 6) Tes harus komprehensif, artinya mencakup semua yang akan diukur. 7) Tes harus praktibilitas, yaitu mudah digunakan (hlm. 23). Dengan melihat syarat-syarat tes tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes yang baik dan standar adalah tes yang memenuhi fungsinya, bernilai sama serta sesuai dengan kemampuan siswa. Umumnya tes dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : a. Tes tertulis, yaitu tes yang soal maupun jawabannya disampaikan secara tertulis. b. Tes lisan, yaitu tes yang soal maupun jawabannya disampaikan secara lisan c. Ter perbuatan, yaitu tes yang soal maupun perintahnya disampaikan melalui tugas dan pengamatan. Agar tes tersebut valid dan reliabel, maka sebelum digunakan dalam penelitian perlu diadakan tryout terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan tryout di SLB B-C Hamong Putro Sukoharjo. Dari data kecil tryout tersebut dapat diuji tentang valid dan reliabel tidaknya tes. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes tertulis dengan instrumen terlampir. Materi tes yang digunakan adalah materi pelajaran Matematika SDLB Kelas V semester II materi bangun datar sederhana dan operasi penjumlahan. Perangkat tes kognitif yang digunakan pada penelitian ini adalah tes bentuk tertulis dengan mengisi titik-titik yang merupakan jawaban atas validitas isi yaitu melalui penyusunan kisi-kisi. Langkah-langkah dalam penyusunan perangkat tes adalah sebagai berikut : 1) Menentukn materi, 2) Menentukan alokasi waktu, Waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit. 3) Menentukan bentuk tes, 4) Membuat kisi-kisi,
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Membuat perangkat tes, yaitu dengan menulis butir soal, menulis petunjuk/pedoman mengerjakan serta membuat kunci jawaban, 6) Mengujicobakan instrument.
E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Tes Untuk perbaikan instrument penelitian adalah dengan uji validitas tiaptiap item. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah item tersebut mampu mengukur keadaan siswa yang sebenarnya dengan cepat. Validitas sering diartikan keseimbangan suatu alat ukur atau instrument. Disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak untuk mengukur obyek yang seharusnya diukur dan sesuai kriteria tertentu. Artinya ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sarana pengukuran. Nasution (2004) menjelaskan bahwa, “Alat ukur dikatakan valid jika alat ukur tersebut mampu mengukur apa-apa yang harus diukur” (hlm. 26). Selanjutnya Suharsimi Arikunto (2002) menyatakan bahwa, “Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat kecil dan atau keahlian suatu instrument” (hlm. 160). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas alat ukur adalah dengan teknik “korelasi product moment” (Suharsimi Arikunto, 2002 : 162). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
rxy
= ____
_N ∑XY – (∑X) (∑Y)_________ –
–
keterangan : X = item Y = total item rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y xy = jumlah perkalian x dan y commit to user x2 = jumlah kuadrat dari x
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
y2 = jumlah kuadrat dari y N = jumlah subyek
Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka koefisien korelasi (r). Kriteria koefisien korelasi menurut M. Ngalim Purwanto (2006) adalah: 0,00-0,20 korelasi sangat rendah (hampir tidak ada korelasi) 0,20-0,40 korelasi rendah 0,40-0,70 korelasi cukup 0,70-0,90 korelasi tinggi 0,90-1,00 korelasi sangat tinggi (sempurna) (hlm. 139). Suatu instrument dapat dikatakan valid apabila rxy lebih besar dari pada r pada tabel, dimana rtabel bernilai 0,878 sebaliknya jika rxy lebih kecil dari rtabel maka item tersebut tidak valid sehingga item tersebut tidak digunakan dalam pre test maupun post test. Tes ini telah teruji validitas dan reliabilitasnya, karena sudah di uji cobakan di SLB B-C Hamong Putro Sukoharjo. Sejumlah 24 soal, ada 4 yang tidak valid. Soal yang tidak valid tersebut adalah nomor 2, 7, 15 dan 20. Untuk itu, soal tersebut sudah dibuang dan sisanya berjumlah 20 soal bias digunakan dalam pre test dan post test.
2. Reliabilitas Tes Tes yang reliabel adalah tes yang mempunyai keajegan. Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur itu dalam mengukur suatu gejala akan menunjukkan suatu hasil yang sama meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Menurut Suharsimi Arikunto (2002), “Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah cukup baik” (hlm. 154). Untuk mengetahui reliabilitas tes, peneliti menggunakan pendekatan belah dua atau yang sering disebut dengan teknik gasal-genap. Pendekatan teknik belah dua dilakukan dengan cara membagi tryout menjadi dua bagian. commitmembagi to user setengah dari soal, bisa juga Hal ini dapat dilakukan dengan
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berdasarkan nomor gasal dan nomor genap pada soal tes. Pengujian reliabilits dalam penelitian ini, digunakan teknik belah dua dengan membagi soal berdasarkan nomor gasal dan nomor genap. Untuk menguji reliabilitas tes digunakan teknik belah dua dengan rumus Spearman-Brown dengan bantuan penghitungan menggunakan computer program SPSS. Jika koefisien Spearman-Brown lebih besar dari rtabel, maka item tersebut dapat dikatakan reliabel. Rumus teknik belah dua dengan rumus Spearman-Brown yaitu: r11
=_
2.r ½.½_____ 1 + r ½.½
keterangan : r11
= koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r ½.½
= koefisien diantara skor-skor setiap belahan
F. Analisis Data Dalam menganalisa data penelitian ini, penulis menggunakan teknik data statistik non parametrik, yaitu Uji Rangking Wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank), dimana teknik ini digunakan karena disesuaikan dengan jenis eksperimen dan jenis data, karena peneliti menggunakan pre test-pos test, yaitu sebelum perlakuan diberi tes dan setelah perlakuan diberi tes. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis a. Ho : Tx = Ty (metode Dienes melalui permainan tangram tidak efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011) b. Ha : Tx > Ty (metode Dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010-2011)
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Memilih taraf signifikan (£) Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi adalah 5% 3. Penentuan Statistik Uji a. Mencari selisih dari dua variabel yaitu X1 dan X2 b. Merangking selisih nilai X1 dan X2 (dalam rangking tidak memperhatikan tanda minus atau plus dari nilai rangking tersebut) c. Memilahkan nilai rangking yang lebih kecil frekuensinya sebagian tanda T 4. Keputusan Uji a. Jika To > T1 maka Ho ditolak dan Ha diterima, oleh karena itu hipotesis yang menyatakan penerapan metode Dienes melalui permainan tangram tidak efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010-2011 dapat diterima kebenarannya. b. Jika To < T1 maka Ho diterima dan Ha ditolak, oleh karena itu hipotesis yang menyatakan penerapan metode Dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010-2011 tidak dapat diterima kebenarannya.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan metode dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Instrumen penelitian disusun berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan matematika geometri guna mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dan analisis validitas dan reliabilitas tes dilakukan pada tanggal 22 Maret 2011. Item soal dalam tes ini adalah sebanyak 24 soal. Uji coba dilakukan di SLB B-C Hamong Putro Sukoharjo. Data hasil uji coba tes setelah dilakukan analisis dengan rumus korelasi product moment menggunakan komputer program SPSS 17, dinyatakan 20 item valid dan 4 item tidak valid. Koefisien reliabilitas diperoleh 0,993 yang berarti instrument yang dikembangkan termasuk andal. Selanjutnya tes ini digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya. Penelitian ini berlokasi di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta dengan populasi seluruh siswa tunagrahita kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 5 orang tunagrahita. Data subjek penelitian sejumlah siswa tunagrahita tersebut adalah sebagai berikut:
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 3. Daftar Identitas Siswa Tunagrahita Kelas V SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta No
Nama Siswa
Jenis Kelamin
1.
A
Perempuan
2.
B
Laki-laki
3.
C
Laki-laki
4.
D
Perempuan
5.
E
Laki-laki
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksperimen, karena penelitin ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuanperlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan metode dienes melalui permainan tangram, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar Matematika dalam satuan pelajaran
geometri
anak
tunagrahita.
Analisis
yang
digunakan
adalah
menggunakan statistik non parametrik dengan analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon.
1. Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan treatment terhadap siswa yang dijadikan responden penelitian. Prosedur yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi treatment (pre test), kemudian diberikan treatment, dan setelah treatment dilakukan tes lagi kepada siswa untuk mengetahui hasil kemampuan akhir siswa setelah diberi treatment (post test). Dari hasil pre test dan pos test inilah yang penulis jadikan dasar untuk mengetahui kemampuan siswa setelah adanya treatment. Treatment diberikan pada jam pelajaran matematika. Variabel yang digunakan dalam commit to user penelitian ini ada dua, variabel bebas yaitu penerapan metode dienes melalui
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permainan tangram dan variabel terikat yaitu prestasi belajar Matematika. Penelitian dilaksanakan setelah penyusunan instrument dan persiapan lapangan selesai. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian mulai dari kegiatan pre test, treatment hingga post test yaitu dari tanggal 29 Maret hingga 16 April 2011. Media yang digunakan ialah permainan tangram dengan menggunakan kertas dan karton. 2. Hasil Penelitian Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan Metode Dienes melalui Permainan Tangram untuk meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan Pelajaran Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Berikut ini adalah data hasil pre test kemampuan matematika kelas V SLB dengan materi geometri: Tabel 4. 4. Nilai Pre test No
Nama
Nilai Pre test
1.
A
12
2.
B
15
3.
C
9
4.
D
10
5.
E
13
Data hasil pre test di atas diperoleh hasil sebagai berikut: mean atau rata-rata 11,80 dengan skor tertinggi 15 dan skor terendah 9, sedangkan standar deviasi sebesar 2,387. Berdasarkan tabel daftar nilai di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram berikut ini:
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8 6 Nilai Pre test
4 2 0 1
2
3 4 Subjek
5
Grafik 4. 1. Nilai Sebelum Perlakuan (Pre test)
Setelah diperoleh data hasil pre test, kemudian diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan metode dienes melalui permainan tangram. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tes akhir (post test) adalah sebagai berikut: Tabel 4. 5. Nilai Post test No
Nama
Nilai Post Test
1.
A
14
2.
B
19
3.
C
13
4.
D
15
5.
E
15
Dari hasil post test di atas diperoleh hasil sebagai berikut: mean atau rata-rata 15,20 dengan skor tertinggi 19 dan skor terendah 13, sedangkan standar deviasi sebesar 2,280. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel daftar nilai di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram berikut ini:
10 8
Nilai Post test
6 4 2 0 1
2
3
4
5
Subjek Grafik 4. 2. Nilai Setelah Perlakuan (Post Test)
Dari data nilai pre test dan post test di atas, dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut:
10 9 8 7 6
Nilai
5
Pre test
4
Post test
3 2 1 0 1
2
3
4
5
Subjek Grafik 4. 3. Perbandingan Nilai Pre test dan Post test
Hasil analisis deskriptif data sebelum dan sesudah pembelajaran adalah sebagai berikut:
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 6. Hasil Analisis Deskriptif Variasi
Jumlah
Rata-rata
Siswa
Standar
Nilai
Deviasi
Terendah
Tertinggi
Pre test
5
11,80
2,387
9
15
Post test
5
15,20
2,280
13
19
Berdasarkan deskripsi data tersebut di atas, diketahui bahwa rata-rata pada saat pre test diperoleh nilai 11,80 dan post test 15,20. Selisih nilai ratarata yang cukup banyak memperlihatkan bahwa ada perbedaan nilai tes sebelum dan sesudah perlakuan. Apakah perbedaan itu bermakna secara statistic, akan diuji pada analisis data.
B. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis “Penerapan Metode Dienes Melalui Permainan Tangram, Efektif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan Pelajaran Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”, dilakukan dengan menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan statistik non parametrik yaitu Wilcoxon Sign Ranks Test. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut: a. Jika To > Tt maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : “Penerapan Metode Dienes Melalui Permainan Tangram, Efektif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan Pelajaran Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 tidak dapat diterima kebenarannya”. b. Jika To < Tt maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : “Penerapan commit to user Metode Dienes Melalui Permainan Tangram, Efektif untuk Meningkatkan
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prestasi Belajar Matematika dalam Satuan Pelajaran Geometri Anak Tunagrahita Kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya”. Hasil uji dengan teknik analisis statistik non parametrik dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 4. 7. Perhitungan Analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Postes t - Pretes t
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 5b 0c 5
Mean Rank .00 3.00
Sum of Ranks .00 15.00
a. Postes t < Pretest b. Postes t > Pretest c. Postes t = Pretest
Tabel 4. 8. Hasil Test Statistik Test Statistics b
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Postest Pretest -2.041 a .041
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Data tersebut dianalisis menggunakan program olah data SPSS hasil uji hipotesis tentang tes kemampuan matematika satuan pelajaran geometri diketahui bahwa hasilnya negatif rank mean sebesar 0 dengan sum of rank sebesar 0 dan positif rank mean sebesar 3,00 dengan sum of rank sebesar 15, pada test statistik dihasilkan Z hitung besar -2,041 dengan probabilitas sebesar 0,041 berada di bawah 0,05. Oleh karena nili probabilitas Z hitung dari Wilxocon Signed Rank Test lebih kecil dari pada probabilitas commitkesalahan to user 5% (α = 0,05), dan dari hasil
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
analisis deskriptif diperoleh rata-rata pre test 11,80 dan post test 15,20, maka dapat dikatakan bahwa penerapan metode dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : “penerapan
metode
dienes
melalui
permainan
tangram,
efektif
untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011” adalah signifikan.
C. Rangkuman untuk Pembuktian Hipotesis Dengan membandingkan Asymp. Sig. (2-tailed) dengan taraf signifikan (α) maka dapat diketahui keputusan ditolak atau diterimanya hipotesis nihil (Ho). Berdasarkan analisis di atas, untuk tes kemampuan matematika diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,041 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, seperti tampak dalam tabel berikut ini: Tabel 4. 9. Kesimpulan Hasil Penelitian Hipotesis
Asymp. Sig.
Taraf Signifikan
(2-tailed)
(α)
Hipotesis Nihil: 0.041 Penerapan metode dienes melalui permainan tangram tidak efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
0,05
commit to user
Kesimpulan
Hipotesis ditolak
nihil
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil analisis data maka hipotesis yang berbunyi Penerapan metode dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahit kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya. Dari analisis deskriptif diketahui nilai mean setelah perlakuan yang mempunyai nilai yang lebih besar daripada nilai mean sebelum perlakuan. Pada tes kemampuan Matematika nilai mean setelah perlakuan adalah 15,20, sedangkan mean sebelum perlakuan adalah 11,80. Dengan demikian, dari perbandingan data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode dienes melalui permainan tangram efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Anak tunagrahita merupakan salah satu golongan anak berkelainan mental yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata dan memiliki keterbatasan dalam hal berfikir, sukar memusatkan perhatian, daya ingatnya lemah, sukar berfikir abstrak, serta kurang mampu berfikir logis. Ketunagrahitaan menghambat perkembangan anak. Anak yang mengalami tunagrahita dapat dilihat dari cara berfikirnya yang kurang lancar dan kurang konkrit, kurang mempunyai kesanggupan menganalisa dan menilai suatu kejadian. Hal ini senada dengan pendapat Bratanata S. A (1997) yang membedakan ciri-ciri atau karakteristik anak tunagrahita menjadi dua macam gejala dalam bidang psikis dan social yaitu: 1) Gejala-gejala psikis. Yaitu yang umum dijumpai pada anak tunagrahita adalah cara berfikirnya kurang lancar dan kurang konkrit, kurang memiliki kesanggupn menganalisa dan menilai kejadian yang dihadapinya, daya fantasinya lemah, kurang sanggup mengendalikan perasaannya, sugestibel, kurang mampu mengadakan penilaian mengenai unsur susila, dalam pemecahan masalah selalu digunakan cara coba-coba serta kepribadiannya kurang harmonis. 2) Gejala dalam bidang social. Anak tunagrahita menunjukkan gejala kurangnya kesanggupan untuk berdiri sendiri, kurang nampak jelas commit(setelah to user umur 16 tahun) (hlm. 53). setelah anak tidak bersekolah
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
Matematika adalah salah satu pelajaran yang didalamnya menuntut kemampuan menganalisa dan memecahkan masalah. Karena cara berfikir anak tunagrahita yang kurang lancar dan kurang konkrit menyebabkan daya abstraksinya pun kurang, sehingga dalam pembelajaran memerlukan media pembelajaran yang dapat mempermudah anak dalam memahami konsep yang abstrak khususnya konsep dalam mata pelajaran matematika. Kemampuan pada anak tunagrahita dalam bidang Matematika didukung oleh suatu teori yang dikemukakan oleh Hala Abdelhameed dan Jill Porter dalam Jurnal Internasional Vol 21 (3) 2006, ketika mengadakan penelitian terhadap down syndrom, salah satu jenis anak yang tergolong tunagrahita, yaitu: Many studies have been conducted in different areas of Down syndrome with language taking a large part but with relatively few studies about numerical ability, especially counting. Existing research suggests that children with Down syndrome have low attainment regarding numbers, compared with their ability in reading (e. g. Nye, et al. 1997; Nye, et al. 2001). Because we use numbers in most aspects of our life activities any difficulties with numbers may impact on our daily activities. Banyak penelitian telah dilakukan di berbagai wilayah tentang anak Down sindrom dengan bahasa mengambil sebagian besar namun dengan studi yang relatif sedikit tentang kemampuan numerik, terutama menghitung. Ada penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan Down sindrom memiliki angka pencapaian rendah, dibandingkan dengan kemampuan mereka dalam membaca (misalnya Nye, et al. 1997; Nye, et al. 2001). Karena kita menggunakan nomor dalam sebagian besar aspek kegiatan hidup kita setiap kesulitan dengan angkaangka tersebut terhadap kegiatan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika pada anak dimulai dari benda atau peristiwa konkret, menuju ke semi konkret, baru akhirnya ke abstrak. Penggunaan benda atau peristiwa konkret dalam pembelajaran matematika dimaksudkan agar anak lebih mudah menerima materi pelajaran yang sedang diajarkan. Agar pemahaman materi matematika pada anak menjadi konkret maka dibantu dengan menggunakan metode pembelajaran. commitSalah to usersatu metode pembelajaran yang
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan dalam pembelajaran matematika adalah metode dienes. Dalam penelitian ini, setelah memberikan treatment dengan menggunakan metode dienes melalui permainan tangram terhadap anak tunagrahita pada pembelajaran matematika terdapat peningkatan nilai prestasi belajar matematika anak. Hal ini sesuai dengan perhitungan yang menggunakan analisis Uji Ranking Bertanda Wilxocon. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa nilai To < Tα, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berdasarkan perhitungan tersebut terdapat efektivitas penerapan metode dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajarans geometri anak tunagrahita kelas V.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data mengenai efektivitas penerapan metode dienes melalui permainan tangram untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode dienes melalui permainan tangram efektif dalam meningkatkan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V di SLB B, C-Autis Bina Asih Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat diketahui penerapan metode dienes melalui permainan tangram yang digunakan dalam pembelajaran, efektif terhadap peningkatan prestasi belajar matematika dalam satuan pelajaran geometri anak tunagrahita kelas V. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh anak tunagrahita dalam nelajar Matematika.
C. Saran 1. Bagi guru yang mengajar anak tunagrahita hendaknya memperluas wawasan mengenai metode dan juga media yang digunakan dalam pembelajaran serta dapat menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari dengan memperhatikan karakteristik serta motivasi siswa. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Matematika adalah metode dienes melalui permainan tangram. 2. Bagi siswa diharapkan agar mengoptimalkan pembelajaran menggunakan metode dienes melalui permainan tangram sehingga pembelajaran dapat lebih commit to user bersifat menyenangkan dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bagi kepala sekolah diharapkan agar menyediakan fasilitas belajar dalam hal penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan penerapan metode dienes melalui permainan tangram di dalam kelas. 4. Bagi peneliti lain diharapkan menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu rujukan ataupun acuan dalam melakukan penelitian agar mendapatkan hasil yang lebih optimal.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran
: Matematika
Sekolah
: SLB B, C-Autis Bina Asih
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi Waktu
: 90 menit/pertemuan
I.
Standar Kompetensi Mengenal bangun datar
II.
Kompetensi Dasar 2.1 Mengelompokkan bangun datar sederhana 2.2 Menggambar bangun datar sederhana
III.
Indikator 3.1 Mengelompokkan bangun datar sederhana 3.2 Menggambar bangun datar sederhana 3.3 Menuliskan nama bangun datar sederhana 3.4 Membilang banyak benda 3.5 Melakukan penjumlahan sampai 20
IV.
Tujuan Pembelajaran 4.1 Siswa dapat mengelompokkan bangun datar sederhana 4.2 Siswa dapat menggambar bangun datar sederhana 4.3 Siswa dapat menuliskan nama bangun datar sederhana 4.4 Siswa dapat membilang banyak benda 4.5 Siswa dapat melakukan penjumlahan sampai 20
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
V.
Materi Pokok (Pertemuan Minggu ke-1) Pengenalan dan menggambar bangun datar Lingkaran
Segitiga Persegi Persegi panjang
Jajar Genjang
(Pertemuan Minggu ke-2) Membilang banyak benda Hitunglah! 1.
2.
3.
(Pertemuan Minggu ke-3) Penjumlahan sampai 20 commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Lingkaran + persegi
: ………...
2. Jajar genjang + segitiga
: ………...
3. Persegi panjang + lingkaran : ………... 4. Segitiga + persegi
: ………...
5. Jajar genjang + jajar genjang : ………...
VI.
Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Penugasan
VII.
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Minggu ke-1 (5 kali tatap muka) A. Kegiatan Awal 1. Salam pembuka 2. Berdo‟a 3. Apersepsi B. Kegiatan Inti 1. Guru bersama siswa bermain tangram dengan seri gambar hewan. (untuk 5 hari) 2. Guru bertanya tentang bentuk bangun datar yang ada pada gambar 3. Siswa dengan bimbingan guru mengidentifikasi setiap bentuk bangun datar dalam gambar commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Guru menunjukkan bentuk bangun datar dan meminta siswa untuk menyimaknya 5. Guru menunjuk satu-persatu bangun datar dan meminta siswa untuk menyebutkan namanya 6. Siswa menyalin gambar bangun datar pada buku tulisnya 7. Guru menuliskan nama bangun datar di papan tulis dan meminta siswa untuk menggambarkan bangun datar tersebut 8. Guru meminta siswa satu-persatu maju ke depan untuk menggambar bangun datar C. Kegiatan Akhir 1. Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap siswa 2. Berdo‟a 3. Mengucap salam
Pertemuan Minggu ke-2 (5 kali tatap muka) A. Kegiatan Awal 1. Salam pembuka 2. Berdo‟a 3. Apersepsi B. Kegiatan Inti 1. Guru bersama siswa bermain tangram dengan seri gambar kegiatan manusia. (untuk 5 hari) 2. Guru bertanya tentang bentuk bangun datar yang ada pada gambar 3. Guru menggambarkan bentuk bangun datar di papan tulis dengan jumlah tertentu dan meminta siswa untuk menghitung banyak bangun datar yang sesuai dengan namanya 4. Siswa dengan bimbingan guru menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kegiatan Akhir 1. Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap siswa 2. Berdo‟a 3. Mengucap salam
Pertemuan Minggu ke-3 (5 kali tatap muka) A. Kegiatan Awal 1. Salam pembuka 2. Berdo‟a 3. Apersepsi B. Kegiatan Inti 1. Guru bersama siswa bermain tangram dengan seri gambar bangun datar. (untuk 5 hari) 2. Guru bertanya tentang bentuk bangun datar yang ada pada gambar 3. Guru menggambarkan bentuk bangun datar secara acak dengan jumlah tertentu dan meminta siswa untuk menghitung jumlah bangun datar sesuai dengan namanya 4. Guru memberikan soal yang sama dan memintasiswa untuk menjumlahkan banyaknya bangun datar sesuai dengan perintah 5. Siswa dengan bimbingan guru menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan C. Kegiatan Akhir 1. Memberikan pekerjaan rumah kepada setiap siswa 2. Berdo‟a 3. Mengucapkan salam
VIII.
Alat dan Sumber Pembelajaran 1. Alat a. Alat-alat tulis b. Papan tulis
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Kartu bentuk bangun datar d. Lem dan gunting 2. Sumber a. Buku paket b. Pengembangan guru
IX.
Penilaian 1. Macam Pre test dan Post test 2. Jenis Perbuatan dan tertulis 3. Bentuk Perbuatan
: Permainan tangram
Tertulis
: Mengerjakan soal
4. Tehnik Penilaian proses dan penilaian hasil 5. Aspek yang dinilai Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Surakarta, Maret 2011 Mengetahui, Guru Kelas
Praktikan
Wiwik Wijastuti, S. Pd
Nita Styani
NIP.
NIM.K5106026
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 2 KISI-KISI SOAL TRYOUT MATEMATIKA KELAS V SLB C
NO Kompetensi yang
Bahan
Materi
Indikator
No soal
Jumlah
kls/smstr
soal
diujikan 1.
Mengenal
V/II
Menghubungkan Siswa
dapat 1,2,3,4,5
bangun
gambar bangun menghubungkan
datar
datar
5
dengan gambar bangun
nama yang tepat
datar
dengan
namanya 2.
Mengenal
V/II
bangun
Membilang
Siswa
banyak benda
menghitung dan
datar
dapat 6,7,8,9,10
5
membilang banyak benda
3.
Mengenal
V/II
Menuliskan
bangun
nama
datar
datar
Siswa
dapat 11,12,13,14,15 5
bangun menuliskan sesuai nama
dengan gambar
bangun
datar
sesuai
dengan gambarnya 4.
Mengenal
V/II
Menggambar
bangun
bangun
datar
sederhana
Siswa
dapat 16,17,18,19,20 5
datar menggambar bangun
datar
sederhana 5.
Mengenal
V/II
Melakukan
Siswa
bangun
penjumlahan
melakukan
datar
sampai 20
penjumlahan sampai 20
commit to user
dapat 21,22,23,24
4
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3 SOAL TRYOUT KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR ANAK TUNAGRAHITA
Mata Pelajaran
: Matematika
Sub Bahasan
: Mengenal Bangun Datar
Kelas/Semester
: SD Kelas 5 / II
Waktu
: 60 Menit
Petunjuk Mengerjakan : 1. Tulislah nama dan kelas pada tempat yang tersedia. 2. Jawablah pertanyaan dengan benar. 3. Kerjakan lebih dahulu soal yang kamu anggap mudah. 4. Bedoalah sebelum mengerjakan.
Nama : Kelas :
A. Hubungkan gambar dibawah ini sesuai namanya! 1.
a. Lingkaran
2.
b. Segitiga
3.
commit to user
c. Persegi
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
d. Jajar genjang
5.
e. Persegi panjang
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan bilangan yang tepat sesuai dengan banyak benda! 6.
…………………….
7. …………………….
8.
…………………….
9.
…………………….
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10.
…………………….
C. Tuliskan nama bangun datar di bawah ini sesuai dengan gambar yang ada! 11. …………………………….
12. ………………………….....
13. …………………………….
14. …………………………….
15. …………………………….
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Gambarlah bangun datar di bawah ini! 16. Lingkaran 17. Segitiga 18. Persegi 19. Persegi Panjang 20. Jajar Genjang
E. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! Perhatikan gambar di bawah ini!
21. Jumlah Segitiga + jumlah lingkaran : …………… 22. Jumlah Persegi + jumlah jajar genjang : …………… 23. Jumlah Persegi panjang + jumlah segitiga : ………….. 24. Jumlah Persegi + jumlah lingkaran : ……………
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kunci Jawaban Soal Tryout A. 1. c 2. e 3. b 4. a 5. d B. 6. 16 7. 8 8. 11 9. 15 10. 9 C. 11. Segitiga 12. Peregi panjang 13. Jajar genjang 14. Lingkaran 15. Persegi D. 16.
17.
18.
19.
20.
E. 21. 11 22. 10 23. 12 24. 9 commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 4
Data Try Out No Res 1 2 3 4 5 6 7
Item Soal 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Tot
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
23
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
14
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
22
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
23
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
24
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 5
Uji Validitas Correlations Cor relations X1 X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
Valid
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 7 -.258 .576 7 1.000** .000 7 .730 .062 7 .730 .062 7 1.000** .000 7 -.400 .374 7 .730 .062 7 .929** .002 7
X2 -.258 .576 7 1
X3 1.000** .000 7 -.258 .576 7 1
7 -.258 .576 7 .471 .286 7 .471 .286 7 -.258 .576 7 .645 .117 7 .471 .286 7 .112 .812 7
7 .730 .062 7 .730 .062 7 1.000** .000 7 -.400 .374 7 .730 .062 7 .929** .002 7
X4 .730 .062 7 .471 .286 7 .730 .062 7 1 7 1.000** .000 7 .730 .062 7 .091 .846 7 1.000** .000 7 .927** .003 7
**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).
commit to user
X5 .730 .062 7 .471 .286 7 .730 .062 7 1.000** .000 7 1 7 .730 .062 7 .091 .846 7 1.000** .000 7 .927** .003 7
X6 1.000** .000 7 -.258 .576 7 1.000** .000 7 .730 .062 7 .730 .062 7 1 7 -.400 .374 7 .730 .062 7 .929** .002 7
X7 -.400 .374 7 .645 .117 7 -.400 .374 7 .091 .846 7 .091 .846 7 -.400 .374 7 1 7 .091 .846 7 -.130 .782 7
X8 .730 .062 7 .471 .286 7 .730 .062 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 .730 .062 7 .091 .846 7 1 7 .927** .003 7
Valid .929** .002 7 .112 .812 7 .929** .002 7 .927** .003 7 .927** .003 7 .929** .002 7 -.130 .782 7 .927** .003 7 1 7
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Correlations Cor relations X9 X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
Valid
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 7 1.000** .000 7 .730 .062 7 .730 .062 7 .730 .062 7 .730 .062 7 -.167 .721 7 1.000** .000 7 .927** .003 7
X10 1.000** .000 7 1 7 .730 .062 7 .730 .062 7 .730 .062 7 .730 .062 7 -.167 .721 7 1.000** .000 7 .927** .003 7
X11 .730 .062 7 .730 .062 7 1 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 -.548 .203 7 .730 .062 7 .929** .002 7
X12 .730 .062 7 .730 .062 7 1.000** .000 7 1 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 -.548 .203 7 .730 .062 7 .929** .002 7
**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).
commit to user
X13 .730 .062 7 .730 .062 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1 7 1.000** .000 7 -.548 .203 7 .730 .062 7 .929** .002 7
X14 .730 .062 7 .730 .062 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1 7 -.548 .203 7 .730 .062 7 .929** .002 7
X15 -.167 .721 7 -.167 .721 7 -.548 .203 7 -.548 .203 7 -.548 .203 7 -.548 .203 7 1 7 -.167 .721 7 -.350 .441 7
X16 1.000** .000 7 1.000** .000 7 .730 .062 7 .730 .062 7 .730 .062 7 .730 .062 7 -.167 .721 7 1 7 .927** .003 7
Valid .927** .003 7 .927** .003 7 .929** .002 7 .929** .002 7 .929** .002 7 .929** .002 7 -.350 .441 7 .927** .003 7 1 7
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Uji Validitas Correlations
Cor relations X17 X17
X18
X19
X20
X21
X22
X23
X24
Valid
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 -.400 .374 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 .929** .002 7
X18 1.000** .000 7 1 7 1.000** .000 7 -.400 .374 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 .929** .002 7
X19 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1 7 -.400 .374 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 .929** .002 7
X20 -.400 .374 7 -.400 .374 7 -.400 .374 7 1 7 -.400 .374 7 -.400 .374 7 -.400 .374 7 -.400 .374 7 -.167 .720 7
**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).
commit to user
X21 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 -.400 .374 7 1 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 .929** .002 7
X22 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 -.400 .374 7 1.000** .000 7 1 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 .929** .002 7
X23 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 -.400 .374 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1 7 1.000** .000 7 .929** .002 7
X24 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 -.400 .374 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1.000** .000 7 1 7 .929** .002 7
Valid .929** .002 7 .929** .002 7 .929** .002 7 -.167 .720 7 .929** .002 7 .929** .002 7 .929** .002 7 .929** .002 7 1 7
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 6
Uji Reliabilitas
Reliability Scale: ALL VARIABLES Cas e Proce ss ing Sum m ary N Cases
V alid Ex cludeda Total
% 100.0 .0 100.0
7 0 7
a. Listw ise deletion bas ed on all variables in the proc edure.
Reliability Statis tics Cronbac h's A lpha .993
N of Items 20
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nama : Kelas : Lampiran 7 SOAL PRETEST DAN POSTEST KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR ANAK TUNAGRAHITA
Mata Pelajaran
: Matematika
Sub Bahasan
: Mengenal Bangun Datar
Kelas/Semester
: SD Kelas 5 / II
Waktu
: 90 Menit
F. Hubungkan gambar dibawah ini sesuai namanya! 25.
a. Lingkaran
b. Segitiga 26.
c. Persegi
27. d. Jajar genjang
28.
e. Persegi panjang
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Isilah titik-titik di bawah ini dengan bilangan yang tepat sesuai dengan banyak benda! 29.
…………………….
30.
…………………….
31.
…………………….
32.
…………………….
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Tuliskan nama bangun datar di bawah ini sesuai dengan gambar yang ada! 33. …………………………….
34. ………………………….....
35. …………………………….
36. …………………………….
I. Gambarlah bangun datar di bawah ini! 37. Lingkaran 38. Segitiga 39. Persegi 40. Persegi Panjang
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
J. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! Perhatikan gambar di bawah ini!
41. Jumlah Segitiga + jumlah lingkaran : …………… 42. Jumlah Persegi + jumlah jajar genjang : …………… 43. Jumlah Persegi panjang + jumlah segitiga : ………….. 44. Jumlah Persegi + jumlah lingkaran : ……………
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kunci Jawaban Soal Pre test dan Post test F. 1. c 2. b 3. a 4. d G. 5. 16 6. 11 7. 15 8. 9 H. 9. Segitiga 10. Peregi panjang 11. Jajar genjang 12. Lingkaran I. 13.
14.
15.
16.
J. 17. 11 18. 10 19. 12 20. 9
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 8 DATA PRE TEST No 1 2 3 4 5
1 0 1 0 0 1
2 1 0 0 0 1
3 1 0 0 0 1
4 0 1 0 0 1
5 1 0 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 0 1 1 1 1
8 1 1 0 0 0
9 0 1 0 1 1
10 1 1 0 1 1
11 1 0 0 1 0
12 0 1 0 1 0
13 1 1 0 0 0
14 1 1 1 0 0
15 0 0 1 0 0
16 1 1 1 0 0
17 1 1 0 0 1
18 1 1 1 1 1
19 0 1 1 1 1
20 0 1 1 1 1
Tot 12 15 9 10 13
4 1 1 1 1 1
5 0 1 0 0 0
6 1 0 1 1 1
7 0 1 0 0 0
8 1 1 1 1 0
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 0 1 1
16 1 1 0 1 1
17 0 1 1 1 0
18 0 1 1 0 0
19 1 1 1 0 1
20 1 1 0 0 1
Tot 14 19 13 15 15
DATA POS TEST No 1 2 3 4 5
1 0 1 0 1 1
2 0 1 0 1 1
3 1 1 1 1 1
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 9
NPar Tests
Des criptive Statistics N Pretest Postes t
5 5
Mean 11.80 15.20
Std. Deviation 2.387 2.280
Minimum 9 13
Max imum 15 19
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks N Postes t - Pretes t
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
0a 5b 0c 5
a. Postes t < Pretest b. Postes t > Pretest c. Postes t = Pretest
Tes t Statisticsb
Z A sy mp. Sig. (2-tailed)
Postes t Pretest -2.041a .041
a. Based on negative ranks. b. Wilc oxon Signed Ranks Tes t
commit to user
Mean Rank .00 3.00
Sum of Ranks .00 15.00
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 10
Contoh Permainan Tangram
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampian 11
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user