Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN METODE BERVARIASI Boby Syefrinando, M.Si Abstrak Untuk melihat peningkatan kualitas pembelajaran dapat ditandai dengan semakin meningkatnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Tetapi, kenyataan yang dialami hasil belajar fisika sudah cukup tinggi, namun yang sering menjadi kendala adalah rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung diperkirakan siswa yang memperhatikan guru yang menerangkan materi pelajaran dan yang aktif mengikuti proses pembelajaran sekitar 25%, kegiatan siswa kebanyakan melirik ke kiri kanan, membuat coretan yang tidak perlu, mengobrol dengan teman sebangku, serta menunggu guru mencatatkan kesimpulan materi pelajaran. Jika kondisi seperti di atas dibiarkan, hal ini akan mengakibatkan pelajaran fisika semakin terasa sulit dan bisa menimbulkan “ketakutan” dikalangan siswa, lebih-lebih bagi siswa yang mempunyai potensi akademik menengah ke bawah. Untuk itu, agar pelajaran fisika lebih mudah dan disenangi di sekolah dilakukanlah beberapa metode, yaitu metode bervariasi yang tercakup di dalamnya metode ceramah interaktif, diskusi kelompok dan pemberian tugas. Dengan menggunakan metode bervariasi diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran fisika, dan meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga suasana kelas saat PBM menjadi lebih hidup. Keyword : Metode bervariasi, RPP, Aktivitas siswa A. Pendahuluan Peningkatan kualitas pembelajaran ditandai dengan semakin meningkatnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Namun, kenyataan yang dialami oleh beberapa guru fisika di sekolah hasil belajar fisika sudah cukup tinggi tetapi yang sering menjadi kendala adalah rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlangsung diperkirakan siswa yang memperhatikan guru yang menerangkan materi pelajaran dan yang aktif mengikuti proses pembelajaran sekitar 25%, kegiatan siswa kebanyakan 39
Boby Syefrinando, Meningkatkan ….
melirik ke kiri kanan, membuat coretan yang tidak perlu, mengobrol dengan teman sebangku, serta menunggu guru mencatatkan kesimpulan materi pelajaran. Bila guru bertanya tentang materi pelajaran yang baru saja diterangkan hanya sedikit sekali siswa yang mau dan mampu menjawab dengan benar, bahkan siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru juga sedikit. Jika ada siswa yang menjawab pertanyaan guru dan ternyata jawaban tersebut kurang tepat maka siswa lain sering menertawakan bahkan ada yang mengeluarkan nada cemooh. Seandainya diminta untuk mengoreksi jawaban yang kurang tepat, jarang sekali siswa mau untuk mengoreksi jawaban tersebut. Apabila kondisi seperti di atas dibiarkan, hal ini akan mengakibatkan pelajaran fisika semakin terasa sulit dan bisa menimbulkan “ketakutan” dikalangan siswa, lebih-lebih bagi siswa yang mempunyai potensi akademik menengah ke bawah. Siswa yang mampu dengan cepat menyerap materi pelajaran adalah mereka yang pada umumnya belajar di rumah sebelum proses pembelajaran di sekolah berlangsung. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas siswa di rumah untuk mempersiapkan diri sebelum belajar di sekolah yaitu dengan membaca materi yang akan dipelajari esok harinya, namun demikian dari segi persentase siswa yang belajar di rumah sebelum proses pembelajaran berlangsung sangatlah rendah. Sebagian siswa masih menganggap sumber belajar itu adalah guru, tanpa bimbingan guru mereka tidak mau belajar, padahal tugas guru bukanlah sumber utama dalam proses pembelajaran melainkan sebagai fasilisator. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006: 148) sebagai fasilitator guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Untuk memberikan motivasi kepada seluruh siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari dan mengikuti kuis setelah proses pembelajaran berlangsung dilakukan beberapa metode, salah satunya dengan menggunakan metode bervariasi terhadap siswa. B. Metoda Bervariasi Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Sedangkan menurut kamus Purwadarminta (1976), secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik–baik untuk mencapai suatu maksud. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 40
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
Dari beberapa pengertian metode di atas, dapat kita simpulkan pengertian metode dalam menyajikan pelajaran secara umum, yaitu suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pendidikan. Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tiga cakupan yang luas yaitu disamping sebagai penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar untuk mencapai tujuan secara cepat. Setiap tujuan yang dirumuskan menghendaki penggunaan metode yang sesuai. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan setiap guru tidak mesti menggunakan satu metode, tetapi bisa juga menggunakan beberapa metode dalam sebuah pembelajaran. Penggunaan beberapa metode dalam sebuah pembelajaran diistilahkan sebagai metode bervariasi. Menurut Yahya (2008) metode mengajar yang bervariasi akan menggairahkan belajar peserta didik. Variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi peserta didik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. 1. Ceramah Interaktif Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Menurut Sudjana (1989:30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian “. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisasia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Adapun mtode pembelajaran yang digunakan adalah metode bervariasi, yaitu metode ceramah interaktif, diskusi kelompok dan pemberian tugas. Metode ceramah Interaktif merupakan metode mengajar yang menggunakan metode ceramah yang diiringi dengan tanya jawab. Menurut Yahya (2008) metode ceramah interaktif merupakan cara penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar yang diiringi tanya jawab atau interaksi dengan warga belajar. Lain halnya menurut Onny (2008) metode ceramah interaktif adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi, sebab ceramah dilakukan dengan kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dan lain-lain). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cendrung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya 41
Boby Syefrinando, Meningkatkan ….
tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta didik. Jadi dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah interkatif secara umum merupakan suatu cara penyampaian materi pembelajaran yang melibatkan interaksi antara sesama siswa dan juga interaksi antara siswa dengan guru dalam bentuk tanya jawab. 2. Diskusi Kelompok Belajar aktif adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa. Belajar aktif perlu digunakan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi belajar siswa, karena siswa terlibat secara langsung. Belajar aktif di desain untuk menghidupkan kelas, kegiatan belajar yang menyenangkan dan meningkatkan keterlibatan fisik. Keterlibatan secara fisik ini meningkatkan partisipasi yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa (Sriyono 1982: 19). Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kete-rampilan proses siswa seperti yang terdapat pada tujuan pendidikan IPA adalah metoda diskusi kelompok. Menurut Alipandie (1984: 80): Metoda diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dimana guru memberikan kesempatan pada kelompok siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau memecahkan suatu masalah. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan IPA Fisika, maka dalam dunia pendidikan dikenal istilah metodologi pembelajaran. Jadi metodologi pembelajaran adalah suatu ilmu dalam bidang pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Burton dalam Nasution (1995: 148) “Diskusi Kelompok adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerja sama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama”. Relasi artinya setiap individu berpartisipasi secara aktif dan turut bekerja sama memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Melalui diskusi kelompok, siswa akan berpikir bersama, berdiskusi bersama dan berbuat ke arah tujuan bersama. Dengan kata lain, metode diskusi kelompok memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk melaksanakan prinsip kerja sama secara demokratis. Alipandie (1984: 83) menyatakan bahwa metode diskusi kelompok memilki beberapa kebaikan diantaranya yaitu : suasana 42
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
kelas sangat hidup sebab siswa sepenuhnya mengarahkan perhatian dan pikiran pada masalah yang sedang didiskusikan sehingga partisipasi siswa terhadap PBM meningkat. Mempertinggi prestasi pribadi seperti kritis dalam berpikir, toleransi,sabar dan mempunyai jiwa demokratis.Hasil diskusi mudah dipahami karena setiap siswa ikut aktif dalam pembahasan sampai menarik kesimpulan. Siswa dilatih mematuhi peraturan dan tata tertib diskusi sehingga menjadi pengalaman berharga dalam kehidupannya di masyarakat. Diskusi kelompok mempertinggi hasil belajar siswa sebab motivasi siswa lebih besar karena tanggung jawab bersama. Sedangkan menurut Hasibuan J. dan Moedjiono (1988: 23) metode diskusi ini sangat bermanfaat bila guru hendak memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa. Metode ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya. dengan memperoleh umpan balik dari siswa, guru mengetahui apakah tujuan sudah tercapai. Selain itu juga dapat membantu siswa berpikir kritis, membantu siswa belajar melalui kemampuan dan peran diri sendiri maupun orang lain, mengembangkan motivasi lebih lanjut untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan masalah rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan mengajar karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metoda lain. 3. Pemberian Tugas Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus peserta didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat. Adapun kelebihan dan kekurangan pemberian tugas ini meurut Onny (2008) adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi a) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan b) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri. 2. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi a) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri; 43
Boby Syefrinando, Meningkatkan ….
b) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan c) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual. Dalam melaksanakan metode yang dipakai semua itu tidak lengkap dengan adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pengertian RPP menurut Soekartawi, dkk (1995: 2) adalah suatu rancangan yang disusun secara logis dan sistematis oleh guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran. RPP tersebut terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: (1) rancangan pengorganisasian buku siswa, (2) rancangan penyajian pembelajaran dan (3) rancangan evaluasi hasil pembelajaran (Soekartawi, dkk, 1995: 15). RPP yang dibuat guru mencakup tujuan pembelajaran, pokok bahasan apa yang akan diajarkan, metode pembelajaran, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang akan diberikan (Hamalik, 2004: 116). RPP ini merupakan kerangka kerja aktivitas guru dan murid-muridnya selama pembelajaran berlangsung. Kaufman (1972 dalam Harjanto, 1997: 2) menjabarkan bahwa RPP merupakan suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang absah dan bernilai. Henich. et. al. (1989 dalam Soekartawi, dkk, 1995: 4) berpendapat ada beberapa hal yang harus dipahami guru dalam merancang RPP antara lain: (1) analize (menganalisis karakteristik siswa), (2) state objectives (menentukan tujuan dan alasan pemilihan model pembelajaran tersebut), (3) select (memilih dan memodifikasi bahan yang digunakan dalam media atau dalam model pembel-ajaran tersebut, (4) utilize (menggunakan bahan yang sesuai untuk model pem-belajaran tersebut, (5) require (meminta siswa untuk merespons apakah model pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan) dan (6) evaluate (mengevaluasi apakah model pembelajaran yang dipilih sudah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan). Menurut Hidayat (1990 dalam Majid, 2006: 21), untuk mempersiapkan RPP, guru harus: 1) Menguasai bahan ajar. 2) Menyusun program pembelajaran. 3) Melaksanakan program pembelajaran. 4) Menilai program pembelajaran dan hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sedangkan menurut Peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas) No. 41 Tahun 2007 pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 44
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus. 2. Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Dengan berhasil menyusun RPP yang baik, guru akan memiliki peluang lebih besar untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan. C. Aktivitas Siswa Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekan pada pendayagunaan 45
Boby Syefrinando, Meningkatkan ….
asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk menjawab tantangan diatas, maka pada jenjang pendidikan SMA diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP terdiri dari standar kompetesi dan kompetensi dasar yang harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan adalah model pembelajaran terpadu.seperti dimuat pada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik, (BSNP, 2007: 3). Aktif mencari mengandung arti bahwa siswa diharapkan mencari sendiri pengetahuan tentang fisika baik melalui tugas yang diberikan guru maupun tidak. Aktif menggali, diharap tekan siswa tidak hanya puas terhadap materi yang diberikan guru tetapi siswa harus aktif menggali untuk meperdalam ilmu pengetahuaannya dengan belajar sendiri dan beraktivitas sendiri baik disekolah maupun di rumah. Aktivitas merupakan hal penting dalam pembelajaran sebab, belajar pada prinsipnya merupakan perubahan tingkah laku. Menurut Sadirman, A. M (1996: 194) “Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Untuk mengelompokkan aktivitas yang sedang berlangsung Sadirman, A. M (1996: 99) membedakan aktivitas tersebut menjadi beberapa bagian yaitu: a. Visual activities, (mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato). b. Oral activities, (menyatakan, bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran, merumuskan, wawancara, diskusi, interupsi). c. Listening activities, (mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato). d. Writing activities, (menulis cerita, karangan, laporan, angket,menyalin). e. Drawing activities, (menggambar, membuat grafik, peta, diagram). f. Motor activities, (melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, bermain, beternak). g. Mental activities, (menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, memutuskan). h. Emotional activities, (menatuh minat, bosan, gembira,bersemangat, berani, bergairah, tenang, gugup). Dengan berpedoman pada pengelompokan aktivitas yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas- aktivitas tersebut 46
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
terdiri dari: 1) Aktivitas verbal yaitu kegiatan yang mengeluarkan ujaran atau suara, 2) Aktivitas non verbal yaitu kegiatan yang tidak mengutamakan ujaran dan 3) Aktivitas mental yaitu kegiatan yang memperlihatkan perubahan sikap atas dasar perubahan pikiran dan perasaan siswa. Aktivitas belajar siswa akan meningkat dan lebih bergairah dalam belajar jika ada yang diharapkan, yaitu pengetahuan serta nilai yang baik. Hal ini sesuai dengan Prayitno (1989: 123) bahwa: “Siswa akan meningkat kegairahan belajarnya karena ingin mendapatkan nilai yang baik, untuk tes yang akan dihadapinya”. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa dengan tes akan memotivasi siswa untuk aktif belajar, sehingga kegairahan dalam belajar akan meningkat dan hasil belajar siswa juga akan lebih baik. Dengan menggunakan metode bervariasi diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran fisika, dan meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga suasana kelas saat PBM menjadi lebih hidup.
DAFTAR PUSTAKA Alipandie, I. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional. Arikunto, Suharsimi. (1991). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2007. Model Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas. Depdikbud. (1997).Pedoman Penyelenggaraan Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Jakarta: Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP. Depdikbud, (1995). Kurikulum SLTP 1994. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti. (2006). Penjelasan Instrumen Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas. Hamalik, Oemar. (2004). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Harjanto. (1997). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hasibuan, J.J. Moedjiono. (1988). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remadja Karya.
47
Boby Syefrinando, Meningkatkan ….
http://1lmu.blogspot.com/2008/12/ragam-metode-pembelajaraninteraktif.html, di akses tanggal 18 Mei 2012. http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/kumpulan-metodepembelajaranpendampinga.html, di akses tanggal 18 Mei 2012. http://smp1rangkasbitung.wordpress.com/2009/02/23/metodepembelajaran-interaktif/, diakses tanggal 18 Mei 2012. http://www.homeartikel.co.cc/2009/11/penggunaan-metode-dalam pembelajaran.html, di akses tanggal 18 Mei 2012. Majid, Abdul. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Prayitno, Elida. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dikti P2LPTK. Sadirman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Persada Media Grup. Soekartawi, Suhardjono, Hartono, T. dan Ansharullah, A. (1995). Meningkatkan Rancangan Instruksional (Instructional Design) untuk Memperbaiki Kualitas Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sriyono. (1982). Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
48