Vol.2 | No.1 | April 2016
Tunas Siliwangi
Halaman 1 – 19
EFEKTIVITAS METODE TALAQQI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN ANAK USIA DINI Cucu Susianti PGPAUD Universitas Pendidikan Indonesia E-mail :
[email protected]
Abstrak Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya adalah untuk mencetak generasi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Salah satu cara untuk menciptakan generasi manusia yang beriman dan bertaqwa adalah dengan memperkenalkan Al-Qur‟an pada anak sejak usia dini. Setiap orang yang beragama Islam harus dapat menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an, sekurang-kurangnya sebagian dari surat pendek Al-Qur‟an yang terhimpun dalam Juz ‘Amma yaitu juz ke 30 dalam Al-Qur‟an karena surat tersebut merupakan bacaan yang akan digunakan dalam sholat. Menghafal Al-Qur‟an merupakan aktivitas yang kaitannya sangat erat dengan kerja memori dalam otak. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur‟an bagi anak haruslah menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode talaqqi dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur‟an anak usia dini. Penulisan artikel ini perlu dilakukan karena menerapkan program pembelajaran menghafal Al-Qur‟an pada anak usia dini tentunya harus menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Metode penulisan artikel yang digunakan adalah studi literatur dengan melakukan kajian dari berbagai sumber bacaan. Penulisan artikel ini menunjukkan bahwa metode talaqqi efektif dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur‟an anak usia dini. Kata kunci : Metode talaqqi, Menghafal Al-Qur’an, Anak Usia Dini.
Abstract The purpose of the national education is mainly to mould a religious and God-fearing generation of human. One of the ways to achieve this is through the introduction of Al-Qur‟an during early childhood. Every Muslim is required to memorize the verses in Al-Qur‟an, at least some of the shorter Al-Qur‟an surah in Juz ‘Amma, which is the 30th juz in Al-Qur‟an, because those are the surahs which is used during the prayer. Memorizing Al-Qur‟an is an activity that is very closely related to the work of memory in the brain. Therefore the methode used in memorizing Al-Qur‟an for children should be using methods appropriate for early childhood development. The purpose of this article is to discover the effectiveness of the talaqqi method in enhancing the ability to memorize Al-Qur‟an for early childhood. The relevance of this article lies in the importance of implementing Al-Qur‟an memorizing learning program which is suitable to the different adolescent age groups. The method used in this article is literature study through examining a variety of reading sources. This article will demonstrate the positive effect of the talaqqi method in enhancing the ability to memorize Al-Qur‟an for adolescent. Keywords: Talaqqi method, Memorizing Al-Qur’an, Early childhood.
Pengantar
pendidikan nasional, sebagaimana diatur dini
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
merupakan bagian dari pencapaian tujuan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan
anak
usia
1
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
yaitu bertujuan untuk berkembangnya
mencapai 89%, kategori hafalan surah
potensi
menjadi
Annas - Al-Quraisy mencapai 32%,
manusia yang beriman dan bertaqwa
kategori surah Annas - Al-„Ashr 19% dan
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
kategori surah Annas - Al-„Adiyat hanya
mulya, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mencapai 5%. Data tersebut menunjukkan
mandiri, dan menjadi warga negara yang
bahwa kemampuan anak dalam menghafal
demokratis
Al-Qur‟an masih jauh dari harapan.
peserta
didik
serta
agar
bertanggung
jawab.
Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya
Metode pembelajaran yang dapat
adalah mencetak generasi manusia yang
digunakan dalam menghafal Al-Qur‟an
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
bagi anak usia dini yang belum mencapai
Maha Esa. Salah satu cara yang dapat
kemampuan menulis dan membaca adalah
dilakukan adalah dengan memperkenalkan
metode talaqqi. Dengan metode ini, guru
Al-Qur‟an pada anak sejak usia dini.
membimbing anak menghafal Al-Qur‟an
Setiap orang yang beragama Islam harus
secara langsung dengan pendampingan
dapat menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an,
yang intensif. Menurut Imana, Y. (2009,
sekurang-kurangnya sebagian dari surah-
hlm.7) Metode talaqqi dilakukan dengan
surah pendek Al-Qur‟an yang terhimpun
cara guru menyampaikan bacaan Al-
dalam Juz ‘Amma yaitu juz ke 30 dalam
Qur‟an kepada anak secara berhadapan
Al-Qur‟an karena surah-surah tersebut
dalam posisi duduk dengan tenang dan
merupakan bacaan yang akan digunakan
nyaman, kemudian guru membimbing
dalam sholat.
anak untuk mengulang-ulang ayat yang
Berdasarkan
data
capaian
dibacakan sampai anak benar-benar hafal.
kemampuan membaca dan menghafal Al-
Tujuan penulisan artikel ini adalah
Qur‟an anak usia dini yang diperoleh dari
ini adalah untuk mengetahui efektivitas
penyebaran angket
metode
terhadap lembaga
talaqqi
dalam
meningkatkan
PAUD yang ada di kecamatan Wanayasa
kemampuan menghafal Al-Qur‟an anak
kabupaten
2016
usia dini. Metode yang digunakan dalam
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan
penulisan artikel ini adalah studi literatur
menghafal Al-Qur‟an anak usia 4-6 dari
dengan melakukan kajian dari berbagai
jumlah 875 peserta didik tahun 2016 baru
sumber bacaan yang relevan.
Purwakarta
tahun
mencapai 30% per satuan lembaga PAUD, dengan rincian sebagai berikut : kategori hafalan surah Annas - surah Al-Ikhlas 2
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
Kajian Teoritis
menggunakan kedua strategi ini untuk
Proses Mental dalam Menghafal Al-
mengingat. Kemampuan anak dalam menghafal
Qur’an
dapat
Al-Qur‟an,
Menghafal Al-Qur‟an merupakan
motivasi
dengan kerja memori dalam otak. Peran
mendukungnya
guru dan orang tua sangat penting ketika
pengulangan-pengulangan
melakukan
yang dilakukan di luar sekolah, agar
pada
anak
pihak
keluarga
oleh
aktivitas yang kaitannya sangat erat
pendampingan
dari
dipengaruhi
dalam
melaksanakan hafalannya
aktivitas
sebagian
belum
optimal, maka kiranya perlu mengetahui
penuh
tiga aspek penting yang dikemukakan
terhadap hafalannya, mereka juga belum
Jensen (2011, hlm. 234) tentang jaringan
mempunyai
untuk
saraf dalam otak yang dapat saling
terhadap
terkoneksi satu sama lain melalui proses
mempunyai
melakukan
anak-anak
tanggung
jawab
strategi
sendiri
pengulangan
informasi yang sudah diterimanya dalam
akuisisi,
hal ini adalah bacaan Al-Qur‟an yang
memori.
elaborasi
Al-Qur‟an
lebih
dalam proses menghafal Al-Qur‟an karena besar
menghafal
yang
dan
pembentukan
sudah dihafalnya. 1. Akuisisi
Anak-anak belum memiliki strategi
Akuisisi merupakan pembentukan
dalam proses menghafal, oleh karena itu adalah
sambungan baru antar sel, hal ini dapat
mendampingi mereka mengatur strategi
dilihat dari definisi neurologis menurut
dalam kegiatan menghafal Al-Qur‟an.
Jensen
Miller dan Seier (dalam Santrock, 2012,
menyatakan
hlm. 259) menjelaskan bahwa strategi
“Pembentukan
terdiri
yang
dengan cara akson sel menjulur ke luar
untuk
untuk berkoneksi dengan dendrit-dendrit
informasi.
pada sel-sel lain. Koneksi ini dibentuk
Sebagai contoh, anak-anak yang lebih tua
ketika pengalaman-pengalaman itu baru
dan orang dewasa biasanya menggunakan
dan koheren.” Jadi jika pengalaman yang
strategi mengulang-ulang informasi dan
masuk ke dalam memori dalam otak tidak
mengorganisasikannya
menarik,
maka
yang
mengingat secara efektif. Sementara itu,
koneksi
yang
lemah,
sebagian besar anak-anak kecil tidak
pengalaman yang masuk itu koheren,
tugas
orang
dari
dilakukan meningkatkan
tua
dan
aktivitas secara
guru
mental sengaja
pemrosesan
agar
dapat
3
(2011,
Hlm.
bahwa
234)
akuisisi
koneksi
sinaptik
terjadi tetapi
yang adalah baru
adalah jika
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
maka koneksi yang ada akan diperkuat
saling
dan proses pembelajaran akan berhasil.
sebagaimana digambarkan oleh Haynes,
Penting
untuk
informasi
bahwa
dkk, (dalam Santrock, 2012, hlm. 129)
mengajarkan menghafal Al-Qur‟an pada
bahwa di dalam otak, terdapat satu tipe sel
anak usia dini, sebaiknya diawali dengan
saraf yang disebut neuron, yang bertugas
kegiatan
menarik,
mengirimkan sinyal-sinyal elektrik dan
misalnya dengan menceritakan kisah-
kimiawi berkomunikasi satu sama lain.
kisah menarik yang terkait dengan ayat-
Sebuah neuron adalah sel saraf yang
ayat yang akan dihafal sehingga dapat
berfungsi
menimbullkan keinginan kuat dalam diri
informasi. Dari tubuh sel neuron muncul
anak untuk mengikuti kegiatan.
dua tipe serabut yang dikenal sebagai
pembuka
Menghafal
diingat,
memberikan
yang
ayat-ayat
Al-Qur‟an
menangani
pemrosesan
akson dan dendrit. Secara umum, akson
dalam satu waktu saja tidak cukup, harus
bertugas
ada
untuk
yang berasal dari tubuh sel, sementara
pengulangan-pengulangan
dendrit bertugas menghantarkan singal-
bacaan agar hafalan yang sudah tersimpan
sinyal menuju tubuh sel. Membran mielin
akan semakin kuat. Jadi tidak berhenti
(myelin sheath) yang merupakan lapisan
pada tahap akusisi yang hanya membuat
sel-sel lemak, melindungi sejumlah akson
koneksi saja, tetapi perlu adanya elaborasi
berfungsi
untuk menguatkan koneksi tersebut.
menghantarkan
waktu-waktu
melakukan
yang
lain
menghantarkan
menyekat
sinyal-sinyal
akson
sinyal-sinyak
dan listrik
melintas lebih cepat melalui akson. Uraian
2. Elaborasi Tahapan
berikutnya
tersebut
menunjukkan
adalah
bagaimana cara kerja antar sel neuron
elaborasi. Dalam tahap elaborasi siswa
dalam otak yang dapat saling terhubung
dipastikan tidak hanya memuntahkan
satu sama lain sesuai dengan stimulus
fakta-fakta yang dihafalkan, melainkan
yang diberikan. Senada degan pendapat di
mengembangkan
yang
atas, Pasiak (2005, hlm. 79) menjelaskan
kompleks yang menghubungkan koneksi
bahwa ketika sebuah informasi masuk,
subjek-subjek pelajaran dengan cara yang
maka segera terjadi kontak dan hubungan
bermakna (Jensen, 2011, hlm. 236).
antar sel
Dengan banyaknya jalur saraf yang
bersinambung terus. Bila jalinan itu
dibangun, maka koneksi antar sel dalam
didukung (dalam bentuk selubung) oleh
otak akan lebih mudah dan cepat untuk
komponen bernama myelin, maka jalinan
jalur
saraf
4
saraf. Informasi
kemudian
Tunas Siliwangi
itu
akan
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
kuat
dan
bertahan
lama.
merasakan,
bergerak
dan
mengalami
Bergantung seberapa banyak dan tebalnya
sendiri suatu kejadian melalui stimulasi
selubungan myelin tersebut. Karena itu,
sensori. Semua pengalaman yang terjadi
myelin berhubungan dengan daya ingat
dalam kehidupan manusia diregistrasi
seseorang.
dalam otak dan semua data diprioritaskan
Semakin
sering seseorang
mengulang informasi yang masuk, maka
berdasarkan
semakin
Ia
kegunaannya oleh struktur dan proses
sepertinya menyelimuti informasi supaya
otak. Dengan demikian banyak neuron
jangan hilang dan bertahan hingga waktu
individual
yang lama.
ditandai dengan terjadinya neuron-neuron
tegas
terjadi
Berdasarkan
mielinasi.
pada
apa
nilai,
yang
makna,
teraktifkan,
dan
hal
ini
yang
yang mentrasmisikan informasi kepada
dipaparkan para ahli di atas, maka tahap
neuron lainnya melalui reaksi kimia dan
elaborasi merupakan tahapan penting
elektrik. Koneksi antar neuron ini akan
dalam upaya mengoptimalkan kegiatan
semakin kuat oleh pengulangan, istrirahat
pembelajaran, karena pada tahap ini
dan emosi yang bertahan lama terbentuk.
koneksi antar sel dalam otak benar-benar
Uraian
di
atas
menggambarkan
dibangun dan diaktifkan agar dapat
bahwa stimulasi sensori yang diberikan
menciptakan
baru
pada anak serta pengalaman-pengalaman
semakin
yang dibangun sejak usia dini dapat
rimbun dan semakin cepat mengantarkan
membangunkan memori yang tertidur.
pesan-pesan listrik.
Berbagai
sehingga
jalur-jalur
saraf
saraf
dalam
otak
melalui
Tahap ke tiga adalah pembentukan Jensen
menyatakan
(2008,
bahwa
stimulasi
yang
diperoleh
(rangsangan)
dan
pengalaman yang masuk, kemudian akan
3. Pembentukan Memori
Memori.
informasi
hlm.
“semua
tersimpan
335)
dalam
memori
otak,
dan
neuron-neuron kembali aktif serta saling
memori
melakukan
interkoneksi
neuron
menunggu sebuah sinyal resonansi untuk
infomasi tersebut kepada neuron lainnya
membangunkannya, seperti jalan tak rata
melalui
yang hening sampai ada sebuah mobil
Koneksi-koneksi
lewat di atasnya.” Jensen menjelaskan
memancarkan
bahwa memori terbentuk melalui beberapa
dengan adanya pengulangan, istirahat dan
cara,
emosi. Kaitannya dengan pembelajaran
dengan
cara
berpikir, 5
reaksi
satu
cara
adalah pola-pola yang dibekukan yang
yaitu
yang
dengan
mentransmisikan
kimia tersebut
dan
elektrik.
dapat
sinyal-sinyal
terus
elektron
Tunas Siliwangi
tahfidz
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
Qur’an,
jelaslah
bahwa
1. Encoding
pengulangan-pengulangan bacaan ayat-
Informasi masuk ke dalam memori
ayat Al-Qur‟an yang dilakukan ketika
melalui auditori (pendengaran) dan visual
menghafal
dan
(penglihatan) seperti yang diungkapkan
neuron,
Pasiak (2005, hlm. 244) bahwa : Ketika
Al-Qur‟an
seseorang mendengar atau melihat, itu
akan
memperkuat semakin
lebih
koneksi
sering
melekat antar
ayat-ayat
dihafal, maka semakin kuat sinyal dalam
artinya
neuron, artinya ketika terjadi proses
penting, yaitu alat indra, terdiri dari mata
pemanggilan
informasi
memori,
dan telinga, dan seluruh komponen di dua
pemanggilan
tersebut
akan
alat itu, serta otak, dalam hal ini kulit otak
terhambat karena lupa, sehingga ayat-ayat
di bagian samping kepala. Dua komponen
Al-Qur‟an dapat diucapkan secara lancar
itu bekerja sama secara baik dan terpadu.
karena benar-benar hafal.
Lebih lanjut Pasiak mengatakan bahwa
dari tidak
ia
“dua
jendela
dua
komponen
(penglihatan
dan
pendengaran) ini dibuat sedemikian rupa
Memori
sehingga
Memori/ingatan menurut Tulving
dan
pengambilan
Pendapat di atas dapat disimpulkan
148) adalah “cara-cara yang dengannya mempertahankan
menjamin
informasi dengan baik.”
dan Craik (dalam Sternberg, 2008, hlm.
kita
memakai
bahwa informasi apapun yang masuk ke
menarik
pengalaman-pengalaman dari masa lalu
dalam
untuk digunakan saat ini.” Sedangkan
pendengaran dan penglihatan. Demikian
Santrock (2012, hlm. 180) menuturkan
halnya dengan anak-anak yang belajar
bahwa
menghafal
“memori
adalah
aktivitas
memori
otak
masuk
Al-Qur‟an,
mereka
melalui
akan
informasi
selama
menerima informasi berbentuk bacaan
Atensi
berperan
ayat-ayat Al-Qur‟an yang diperdengarkan
penting terhadap memori sebagai bagian
kepadanya, dalam hal ini peran auditori
dari
proses
sangat penting. Anak-anak juga dituntut
masuknya informasi ke dalam memori”.
memperhatikan gerak bibir guru agar
Dengan
makhraj huruf yang diucapkan sesuai
mempertahankan berjalannya
waktu.
proses
cara
encoding,
yaitu
bagaimana
informasi-
dengan tempat keluarnya huruf, dalam hal
informasi dapat masuk ke dalam memori?
ini peran visual atau penglihatan juga sangat penting. Sehingga pendengaran dan penglihatan 6
mempunyai
fungsi
yang
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
cukup penting dalam proses masuknya
belakang (lobus occipital), bagian atas
informasi ke dalam memori.
(lobus varietal), dan lobus temporal terletak di bagian kanan dan kiri sekitar telinga”.
2. Storage (Penyimpanan Hafalan) Menurut Jensen (2011, hlm. 215) ada
beberapa
tempat
Santrock
(2012,
hlm.
128)
penyimpanan
memaparkan fungsi dari masing-masing
memori yang terdapat dalam otak. Ia
lobus adalah sebagai berikut : Lobus
menjelaskan bahwa : Memori suara
frontal (frontal lobe), terlibat dengan
tersimpan dalam korteks auditori. Memori
gerakan disengaja, berpikir, personalitas,
nama, kata benda, dan kata ganti terlacak
dan niat atau tujuan. Lobus oksipital
pada lobus temporalis. Amigdala cukup
(occipital lobe), terlibat dengan fungsi
aktif untuk peristiwa-peristiwa emosional
penglihatan. Lobus temporal (temporal
implisit,
negatif,
lobe), berperan aktif dengan pendengaran,
melibatkan
pemrosesan bahasa, dan memori. Lobus
ganglia.
parietal (parietal lobe), berperan penting
Cerebellum juga sangat penting untuk
dengan menentukan lokasi spasial, atensi
pembentukan memori asosiatif, khususnya
dan kendali motorik.
yang
keterampilan
biasanya
pembelajaran
struktur-struktur
ketika
basal
ketepatan
Pendapat tersebut menggambarkan
pembelajaran
bahwa memori sebetulnya terletak bukan
keterampilan-keterampilan motorik. Para
pada lobus tertentu tetapi berada pada
peneliti telah menemukan bahwa sebuah
lobus-lobus yang langsung berhubungan
di bagian otak dalam, hipokampus terlihat
dengan fungsi dari masing-masing lobus
cukup aktif ketika tejadi pembentukan
itu sendiri. Menurut Pasiak (2005, hlm.
memori spacial dan memori eksplisit
31), memori tersimpan dalam kulit otak
lainnya seperti memori untuk berbicara,
dan secara jelas beliau menuturkan bahwa
membaca, dan bahkan ingatan kita tentang
: Semua kegiatan otak memang direkam
peristiwa emosional.
dan disimpan dalam gudang memorinya.
waktu
melibatkan seperti
masalah
dalam
Perlu diketahui bahwa ada beberapa
Yang terjadi pada puluhan tahun lalu
bagian penting dalam otak. Jensen (2008,
disimpan secara baik oleh sel-sel saraf di
hlm. 41) menjelaskan bahwa “otak besar
kuli otak. Semua memori itu, baru atau
atau cerebrum terdiri atas empat bagian
lama, tersimpan dalam kulit otak yang
utama yang disebut lobe (lobus), yaitu :
bentuknya seperti gulungan, Sedemikian
bagian depan (lobus frontal), bagian
luas kulit otak itu, sementara wadah 7
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
penampungnya hanya sebesar tengkorak
Mengaktifkan kembali
memori
dapat
kepala, maka kondisi itu disiasati dengan
dilakukan
dengan
cara
mengingat,
melipat diri dan masuk ke sela-sela
menghafal,
belajar
atau
membangun
komponen otak lainnya. Proses melipat
pengalaman baru.
diri yang disebut konvolusi itu, terjadi secara
sempurna
seiring
dengan
3. Penarikan Hafalan (Retrieval)
perkembangan otak. Semakin sempurna
Pemanggilan
(retrieval),
dalam
lipatan itu, ditandai dengan semakin
bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah
banyaknya girus (tonjolan) dan sulkus
menggunakan informasi yang disimpan
(lekukan), semakin cerdas pemiliknya. Ini
(Jalaluddin
karena semakin banyak informasi yang
Pemanggilan dapat dilakukan dengan
disimpan.
cara:
Kulit
otak
merupakan
bagian
Rakhmat,
a. Pengingatan
(Recall).
1994:58).
Proses
aktif
hemisfer otak terluar yang fungsinya
untuk menghasilkan kembali fakta dan
sangat penting dalam proses berpikir
informasi secara verbatim (kata demi
manusia. Hal ini sebagaimana dijelaskan
kata), tanpa petunjuk yang jelas.
oleh Sternberg (2008, hlm. 35) bahwa
b. Pengenalan (Recognition). Agak sukar
kulit otak adalah : Lapisan terluar
untuk mengingat kembali sejumlah
hemisfer otak yang memainkan peran vital
fakta, lebih mudah mengenalnya.
di dalam proses-proses berpikir dan
c. Belajar lagi (Relearning). Menguasai
mental kita. Oleh karena itu, kulit otak
kembali
merupakan wilayah otak yang istimewa.
peroleh termasuk pekerjaan memori.
Kulit Otak terlibat di dalam pencerapan dan
pemrosesan
informasi
pelajaran yang sudah di
d. Redintergrasi
inderawi,
(Redintergration).
Merekontruksi seluruh masa lalu dari
berpikir, proses kognitif lainnya dan
satu petunjuk memori kecil.
perencanaan serta pengiriman informasi motorik.
Pada dasarnya penarikan hafalan
Untuk proses pemanggilan kembali
adalah pengulangan-pengulangan
informasi yang sudah tersimpan di dalam
dilakukan
memori,
rangsangan-
pengulangan terhadap sebuah informasi,
rangsangan yang dapat mengaktifkan
maka informasi tersebut dapat dipanggil
sinyal-sinyal elektrik yang terhubung
kapan saja saat dibutuhkan. Sebuah
langsung ke dalam memori itu tersimpan.
petunjuk
dibutuhkan
8
karena
untuk
dengan
yang
memanggil
melakukan
kembali
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
informasi yan telah tersimpan dalam
kuat. Pada umumnya proses menghafal
memori
Al-Qur‟an diawali dengan membaca Al-
otak
sangat
penting
untuk
informasi
Qur‟an
karena pada umumnya kegagalan untuk
bacaan.
memanggil kembali sebuah informasi
diulang-ulang untuk dihafalkan dapat
yang telah disimpan di karenakan tidak
melatih
adanya petunjuk yang mengarah kepada
pendengaran
informasi tersebut.
langsung
mempermudah
pemanggilan
diikuti
dengan
Ayat-ayat
panca
pengulangan
Al-Qur‟an
indera
dan
terutama
penglihatan
berhubugan
yang
dengan
yang fungsi
memori dalam otak. Dalam menghafal AlMenghafal Al-Qur’an bagi Anak Usia
Qur‟an ada 3 (tiga) aktivitas yang dapat
Dini
dilakukan
sekaligus
mengulang
bacaan,
Menghafal Al-Qur‟an merupakan
yaitu dan
membaca, menyimpan
kegiatan yang sangat bermanfaat dan
bacaan Al-Qur‟an yang sudah dihafal
dianjurkan dalam kehidupan manusia,
tersebut di dalam ingatan. Oleh karena itu
sekurang-kurangnya
menghafal
menghafal
Juz
mempunyai
Al-Qur‟an
„Amma atau juz ke 30 dalam Al-Qur‟an
tingkatan yang paling tinggi dalam proses
sebagai
penyimpanan informasi.
bacaan
dalam
melaksanakan
sholat. Menghafal Al-Qur‟an sebaiknya
Menurut Rauf, A. (2004) definisi
diterapkan pada anak sejak usia dini agar
menghafal adalah: “proses mengulang
mereka
terbiasa
sesuatu
untuk
melakukan
menggunakan waktu kegiatan
yang
baik
dengan
membaca
atau
mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal”.
bermanfaat bagi kehidupan dan masa depannya.
Berdasarkan pengertian di atas,
Menghafal Al-Qur‟an merupakan
maka dapat disimpulkan bahwa menghafal
aktivitas mengulang-ulang ayat-ayat Al-
Al-Qur‟an berarti mengingat-ingat bacaan
Qur‟an agar masuk ke dalam ingatan.
Al-Qur‟an dan dilakukan secara berulang-
Kaitannya dengan menghafal Al-Qur‟an,
ulang baik dengan mendengar maupun
Subhan
dengan membacanya.
Nur
berpandangan
(2012, bahwa
hlm.
menghafal
45)
Hukum menghafal Al-Qur‟an adalah
Al-
Qur‟an merupakan kegiatan mengingat
kifayah,
hal
ini
sebagaimana
mendalam
dijelaskan oleh Badwilan (2013, hlm. )
hingga masuk ke dalam hati sehingga
bahwa : “Menghafal al-Qur‟an hukumnya
tersimpan dalam memori ingatan dengan
adalah fardhu kifayah bagi orang yang
bacaan
Al-Qur‟an
secara
fadhu
9
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
beragama Islam. Artinya, apabila sebagian
yang akan dihafalkan ke dalam pita
orang melakukannya, maka gugurlah dosa
kaset sesuai dengan kebutuhan dan
dari yang lain.”
kemampuan secara seksama sambil mengikuti
secara
perlahan-lahan.
Metode ini dapat dilakukan dengan dua
Metode-Metode Menghafal Al-Qur’an Metode menghafal Al-Qur‟an, pada
alternatif :
umumnya terdiri dari dua cara yaitu
a. Mendengar
dari
guru
yang
terutama
bagi
dengan cara menambah hafalan baru dan
membimbingnya,
mengulang hafalan yang sudah ada, hal ini
penghafal tuna netra atau anak-anak.
sebagaimana pernyataan H. A. Muhaimin
Dalam hal ini, instruktur dituntut
Zen (dalam Nasokah, Alh dan Ahmad
untuk lebih berperan aktif, sabar dan
Khoiri, 2016, hlm. 225) bahwa : “Metode
teliti
menghafal Al-Qur`an ada dua macam
membimbingnya, karena ia harus
yang satu dengan yang lain tidak dapat
membacakan satu persatu ayat untuk
dipisahkan, yaitu metode tahfidz dan
dihafal, sehingga penghafal mampu
takrir. Tahfidz: yaitu menghafal materi
menghafal secara sempurna. Baru
baru yang belum pernah dihafal. Takrir:
kemudian dilanjutkan dengan ayat
Yaitu mengulang hafalan yang sudah
berikutnya.
diperdengarkan kepada instruktur”.
dalam
membacakan
dan
b. Merekam lebih dahulu ayat-ayat
Adapun beberapa metode menghafal
yang akan dihafalkannya ke dalam
Al-Qur‟an yang dapat digunakan atau
pita kaset sesuai dengan kebutuhan
diimplementasikan di lembaga pendidikan
dalam kemampuannya. Kemudian
formal maupun non formal menurut
kaset diputar dan didengar dengan
penelitian yang dilakukan Khanifah, A.
seksama sambil mengikuti secara
(2011, hlm. 20) dan Nasokah. Alh, Ahmad
perlahan-lahan. Kemudian diulang
Khoiri (2016, hlm. 230) adalah sebagai
lagi dan diulang lagi, dan seterusnya
berikut :
menurut kebutuhan sehingga ayat-
1. Metode Sima’i
ayat tersebut benar-benar hafal di
Metode
sima’i,
yaitu
luar
kepala.
Setelah
hafalan
mendengarkan bacaan untuk dihafalkan
dianggap cukup mapan barulah
dengan cara : (1) Mendengar dari guru
berpindah
yang membimbing dan mengajarnya.
berikutnya dengan cara yang sama,
(2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat
dan demikian seterusnya. 10
kepada
ayat-ayat
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
Metode ini akan sangat efektif
refleksi.
Demikian
selanjutnya,
untuk penghafal tuna netra, anak-anak,
sehingga semakin banyak diulang maka
atau penghafal mandiri atau untuk
kualitas
takrir (mengulang kembali) ayat-ayat
representatif.
yang
sudah
dihafalnya.
Tentunya
hafalan
akan
semakin
kitabah
adalah
3. Metode Kitabah
penghafal yang menggunakan metode
Metode
ini, harus menyediakan alat-alat bantu
menuliskan
secukupnya, seperti tape recorder, pita
Qur‟an yang sudah dihafal. Metode
kaset dan lain-1ain.
kitabah adalah menghafal dengan cara
ayat-ayat
Al-
menulis ayat-ayat yang akan dihafalkan
2. Metode Wahdah Metode
kembali
adalah
pada secarik kertas, kemudian ayat-
Al-Qur‟an dengan cara
ayat tersebut dibaca lalu dihafalkan.
menghafal satu persatu ayat Al-Qur‟an.
Pada metode ini siswa terlebih dahulu
Untuk mencapai hafalan awal, setiap
menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya
ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali,
pada
atau dua puluh kali, atau lebih sehingga
disediakan untuknya, kemudian ayat-
proses ini mampu membentuk pola
ayat tersebut dibacanya sehingga lancar
dalam bayangan, akan tetapi hingga
dan
benar-benar membentuk gerak refleks
dihafalkannya.
pada lisannya. Setelah benar-benar
4. Metode Jama’
menghafal
wahdah
secarik
kertas
benar
yang
bacaannya,
telah
lalu
Menghafal Al-Qur‟an dengan
hafal barulah dilanjutkan pada ayat-
Jama’
ayat berikutnya dengan cara yang
metode
sama. Demikian seterusnya hingga
bersama-sama yang dupimpin oleh
mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat
seorang guru atau instruktur. Metode
dalam satu muka telah dihafalnya,
jama’ yaitu menghafal secara kolektif,
maka gilirannya menghafal urut-urutan
yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca
ayat
dalam
menghafal
muka.
Untuk
secara kolektif dipimpin oleh seorang
demikian
maka
instruktur. Setelah ayat-ayat itu dapat
langkah selanjutnya ialah membaca dan
mereka baca dengan baik dan benar,
mengulang-ulang
tersebut
selanjutnya mereka mengikuti bacaan
mampu
instruktur dengan sedikit demi sedikit
mereproduksi ayat-ayat dalam satu
mencoba melepaskan mushaf (tanpa
muka
melihat
menghafal
hingga
satu
adalah
yang
lembar
benar-benar
tersebut
lisan
secara
alami
atau 11
mushaf)
dan
demikian
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
seterusnya sehingga ayat-ayat yang
anak pada umumnya belum mencapai
sedang
kemampuan
dihafalnya
sepenuhnya
itu
benar-benar
masuk
membaca
dan
menulis
dalam
sehingga metode yang dipilih untuk
bayangannya. Setelah siswa benar-
pembelajaran menghafal Al-Qur‟an benar-
benar
benar harus tepat.
hafal,
barulah
kemudian
diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.
Talaqqi Sebagai Metode Menghafal AlQur’an untuk Anak Usia Dini
5. Metode Talqin Metode talqin yaitu dengan cara guru
membaca,
kemudian
1. Pengertian Talaqqi Sebagai Metode
santri
Menghafal Al-Qur’an
menirukan dan jika salah dibenarkan
Metode talaqqi merupakan metode
oleh guru.
yang dianggap paling sesuai untuk anak usia dini, sehingga dalam pelaksanaannya,
6. Metode Gabungan Metode
gabungan
yaitu
pendidik
diharapkan
dapat
cara
menerapkan metode tersebut pada saat
menggabungkan dua metode atau lebih,
menyampaikan materi menghafal Al-
misalnya metode sima’i dan kitabah,
Qur‟an pada anak. Menurut Muhammad,
dll.
merupakan
J (2011) Talaqqi adalah : “belajar ilmu
gabungan antara metode pertama dan
agama secara langsung kepada guru yang
metode kedua, yakni metode wahdah
mempunyai
dan
dhabit dan mempunyai sanad keilmuan
menghafal
al-Qur‟an
Metode
metode
dengan
para
gabungan
kitabah atau
dengan
metode lainnya.
kompetensi
ilmu,
tsiqah,
yang muttashil sampai ke Rasulullah Shallaahu „Alaihi Wa Sallam melalui para „Ulama „Aalimin „Aarifin”.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
Menurut Imana, Y. (2009, hlm.7)
proses menghafal Al-Qur‟an, ada banyak
cara guru menyampaikan bacaan Al-
metode yang dapat digunakan. Dengan
Qur‟an secara musyafahah (anak melihat
memilih
tepat
gerak bibir guru secara tepat) yaitu
diharapkan kegiatan menghafal Al-Qur‟an
berhadapan langsung dengan murid dalam
menjadi lebih efektif dan evisien. Metode
posisi duduk dengan tenang dan nyaman,
menghafal Al-Qur‟an bagi anak usia dini,
kemudian guru membimbing anak untuk
tentunya
dengan
mengulang-ulang ayat yang dibacakan dan
perkembangan usia anak, dimana anak-
diperdengarkan kepada anak sampai anak
metode
harus
yang
paling
disesuaikan
12
Tunas Siliwangi
benar-benar
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
yang
d. Anak dapat melihat langsung gerakan
istilah
bibir pendidik dalam mengucapkan
talaqqi. Cara seperti ini dianggap sebagai
makhorijul huruf karena berhadapan
salah satu cara yang efektif dalam
secara langsung.
demikian
hafal,
itu
maka
dikenal
cara
dengan
menyampaikan materi hafalan Al-Qur‟an
e. Pendidik biasanya membimbing paling
pada anak usia dini dan dipandang sebagai
banyak 5 (lima) sampai dengan 10
salah satu metode yang sesuai dengan
(sepuluh) orang anak dalam metode
perkembangan usia anak.
talaqqi
Menurut Husaini, F (2008) metode
sehingga
pendidik
dapat
memantau perkembangan hafalan anak
talaqqi merupakan cara yang lebih sering
dengan baik.
di pakai orang untuk menghafal AlQur‟an, karena metode ini mencakup dua
Adapun kelemahan metode talaqqi
faktor yang sangat menentukan yaitu
adalah sebagai berikut :
adanya kerjasama yang maksimal antara
a. Metode talaqqi tidak dapat digunakan
guru dan murid.
secara
klasikal
pada
kelas
yang
siswanya berjumlah banyak karena dirasa kurang efektif.
2. Keunggulan dan Kelemahan Metode
b. Pendidik akan menguji hafalan masing-
Talaqqi Keunggulan ditinjau
dari
metode
definisi
di
talaqqi
masing anak secara sendiri-sendiri
serta
sehingga anak yang belum mendapat
atas
berdasarkan hasil beberapa penelitian
giliran akan merasa bosan menunggu.
yang relevan adalah sebagai berikut : a. Menumbuhkan
kelekatan
c. Perbandingan pendidik dan anak yaitu
antara
1 (satu) orang pendidik berbanding 5
pendidik dengan anak sehingga secara
(lima) orang anak, sehingga
emosional akan menciptakan hubungan
siswanya
yang harmonis.
pendidikan merasa kesulitan dalam
banyak,
pihak
jika
lembaga
b. Pendidik membimbing anak secara
perekrutan guru tahfidz Qur’an yang
berkesinambungan sehingga pendidik
masih sangat terbatas dan dari segi
memahami betul karakteristik masing-
pembiayaan
masing anak.
memerlukan biaya lebih besar.
c. Pendidik dapat langsung mengoreksi bacaan anak agar tidak keliru dalam membuyikan huruf. 13
untuk
menggaji
guru
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
Pembahasan
kaidah tajwid yang benar. Pendidik dapat
Strategi dan Proses Menghafal Al-
memantau sejauh mana hafalan anak
Qur’an dengan Metode Talaqqi pada
terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an yang sudah
Anak Usia Dini
dihafalnya. Hal yang perlu diingat oleh para
1. Strategi dan Proses Menghafal Al-
pendidik
Qur’an dengan Metode Talaqqi
pembelajaran
Strategi yang digunakan dalam proses
menghafal
Al-Qur‟an
PAUD
adalah
dengan
dalam
menerapkan
menghafal
Al-Qur‟an
karakteristik
anak
usia
dini.
metode talaqqi dijelaskan oleh Imana, Y
Pendidik tidak boleh memaksakan hafalan
(2009, hlm. 7) bahwa : “Metode talaqqi
yang terlalu berat yang tidak sanggup
dilaksanakan melalui pendekatan 5 M
dilakukan oleh anak. Target menghafal
yaitu
(menjelaskan),
Al-Qur‟an bagi anak usia dini dibatasi
Mencontohkan, Menirukan, Menyimak
hanya pada juz ke 30 dalam satu tahun
dan Mengevaluasi”.
pelajaran atau dua tahun pelajaran, itupun
Menerangkan
Metode talaqqi adalah cara yang
dilakukan dengan pembimbingan yang
digunakan dalam mengajarkan tahfidz
intensif di sekolah maupun di rumah
Qur‟an
dengan bimbingan orang tua, sehingga
dimana
guru
dan
murid
berhadapan langsung. Hal ini dilakukan
anak-anak
untuk
menghafal.
menghindari
kekeliruan
dan
tidak
terasa
berat
untuk
Metode talaqqi yang diterapkan
kesalahan dalam mengucapkan hurufhuruf Al-Qur‟an. Dengan cara talaqqi,
pada anak usia dini,
guru dapat menjelaskan bagaimana cara
pendekatan 5 M sebagaimana pembahasan
mengucapkan
di atas, yaitu:
makhroj
atau
tempat
a. Menerangkan (menjelaskan). Ketika
keluarnya huruf, kemudian mencontohkan bunyi
huruf
sehingga
siswa
mengacu pada
hendak memulai pelajaran menghafal
dapat
pendidik
sebaiknya
langsung menirukan huruf-huruf atau
Al-Qur‟an,
ayat-ayat Al-Qur‟an yang dibacakan serta
mengkondisikan anak dengan duduk
dapat dilakukan berulang-ulang sampai
melingkar saling berhadapan dengan
hafalan tersebut tersimpan di dalam
pendidik dan teman-teman yang lain
memori ingatan anak. Dengan cara seperti
sehingga perhatian anak-anak tertuju
ini, pendidik juga dapat memperhatikan
dalam wilayah lingkaran. Di dalam
bagaimana anak mengucapkan huruf-
lingkaran pendidik dapat memberikan
huruf Al-Qur‟an secara fasih dengan
penjelasan tentang materi yang akan 14
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
disampaikan
dengan
perencanaan
lagam/lagu, makhraj hurufnya, sifat
pembelajaran yang sudah disiapkan.
hurufnya, panjang dan pendek bacaan
Pendidik menjelaskan isi kandungan
dengan kaidah tajwid yang benar.
Al-Qur‟an sesuai dengan ayat yang
Pendidik
disampaikan untuk menarik minat anak
anak-anak dengan penuh kesabaran dan
sehingga anak-anak terkesan. Dalam
telaten agar bacaan yang ditiru oleh
menyampaikan
hendaknya
membimbing
penjelasan
materi,
anak benar-benar sesuai dengan bacaan
pendidik menyampaikannya
dengan
yang dicontohkan guru.
suara yang cukup terdengar oleh anak-
d. Menyimak. Anak-anak yang menunggu
anak yang ada di dalam lingkaran. b. Mencontohkan. bertanya
Sebaiknya
pada
giliran dianjurkan untuk menyimak
pendidik
bacaan temannya sehingga tidak ada
apakah
anak yang mengobrol atau bermain-
anak-anak
mereka telah siap untuk menghafal Al-
main
sendiri
Qur‟an atau belum, pijakan ini perlu
temannya.
dilakukan agar pada saat kegiatan
e. Mengevaluasi.
apalagi
mengganggu
Evaluasi
kegiatan
menghafal berlangsung tidak ada anak
dilakukan pada saat guru mentalaqqi
yang main-main. Setelah anak-anak
anak satu persatu, dengan demikian
siap mengikuti pelajaran, pendidik
guru dapat mengetahui bagaimana
memberi contoh terlebih dahulu ayat
kulaitas bacaan anak baik dari segi
Al-Qur‟an
yang
akan
dihafal,
pengucapan makhorijul huruf maupun
kemudian anak diajak untuk menirukan
kaidah
bacaan tersebut secara berulang-ulang
memantau perkembangan hafalan anak,
sampai makhorijul huruf dan tajwidnya
apakah hafalannya dapat dilanjutkan
benar-benar
akan
pada ayat berikutnya atau hafalan
membacakan
tersebut diulang kembali hingga benar-
menyuruh
fasih. anak/siswa
Guru
ayat-ayat Al-Qur‟an atau penggalan
tajwid,
serta
guru
dapat
benar hafal.
bacaan Al-Qur‟an yang dicontohkan tadi secara bergantian dengan waktu
2. Pijakan Pembelajaran Mengguna-
tidak terlalu lama untuk menghilangkan
kan Metode Talaqqi
kejenuhan saat menghafal Al-Qur‟an. c. Menirukan. menirukan
Anak-anak bacaan
persis
Metode apapun yang digunakan
harus
dalam menyampaikan materi hafalan Al-
yang
Qur‟an,
dicontohkan oleh pendidik, dari segi 15
para
penghafal
Al-Qur‟an
dianjurkan untuk mengikuti
adab yang
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
telah ditetapkan ketika mempelajarinya.
digunakan pendidik dalam menyampaikan
Pada lembaga pendidikan anak usia dini
ilmu
dikenal dengan istilah pijakan lingkungan
mengajarkan
bermain sebagai pengantar pada anak-
mengacu kepada tata cara atau adab
anak agar mengetahui aturan main dalam
membaca Al-Qur‟an. Namun demikian,
suatu kegiatan. Pijakan dalam menghafal
adab membaca Al-Qur‟an bagi anak usia
Al-Qur‟an atau adab membaca Al-Qur‟an
dini
menurut Khon, A.M. (2013, hlm. 35)
kemampuan mereka. Guru dan orang tua
adalah sebagai berikut :
dapat bekerja sama dalam menciptakan
a. Berguru
secara
musyafahah
Al-Qur‟an,
terlebih
tahfidz
harus
dalam
Qur’an,
disesuaikan
harus
dengan
suasana yang kondusif bagi anak dalam
(berhadapan)
mempelajari Al-Qur‟an.
b. Niat membaca dengan ikhlas c. Dalam keadaan bersuci
3. Faktor-Faktor yang dapat Mem-
d. Memilih tempat yang pantas dan suci
pengaruhi Kemampuan Menghafal
e. Menghadap
Al-Qur’an Anak Usia Dini
kiblat
dan
berpakaian
sopan
Aktivitas
menghafal
Al-Qur‟an
f. Bersiwak (gosok gigi)
bagi anak usia dini dapat dipengaruhi oleh
g. Membaca ta’awudz
beberapa faktor. Sugianto (2006, hlm.
h. Membaca Al-Qur‟an dengan tartil
122) mencatat beberapa faktor yang dapat
i. Merenungkan makna Al-Qur‟an
menentukan keberhasilan seseorang dalam
j. Khusyu dan Khudhu’
menghafal Al-Qur‟an di antaranya adalah
k. Memperindah suara
“faktor latihan, motivasi, pribadi, keadaan
l. Menyaringkan suara
keluarga, guru dan cara mengajukan,
m. Tidak dipotong dengan pembicaraan
lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan faktor motivasi sosial”.
lain n. Tidak melupakan ayat-ayat yang sudah
Berdasarkan pandangan tersebut
dihafal
serta hasil observasi yang dilakukan penulis pada sebuah lembaga Tahfidz
Adab membaca Al-Qur‟an yang
Qur‟an anak usia dini, maka penulis
diuraikan di atas, menunjukkan bahwa
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempelajari Al-Qur‟an tidak sama dengan
dapat
mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Oleh
menghafal Al-Qur‟an bagi anak usia dini,
karena
itu,
metode
apapun
yang 16
mempengaruhi
kemampuan
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
setidaknya dipengaruhi oleh beberapa
hafalannya diulang-ulang, maka akan
faktor berikut ini:
semakin
a. Bimbingan Guru. Guru berkewajiban
Akan tetapi orang tua perlu dibekali
melekat
hafalan
membimbing para siswa di sekolah.
pengetahuan
Bimbingan yang berkesinambungan,
anak
penuh cinta dan kasih sayang serta
dilakukan di rumah sesuai dengan porsi
penuh kesabaran, akan ikut berperan
menghafal anak usia dini dan anak-
dalam
anak tetap diberi waktu yang cukup
meningkatkan
kemampuan
menghafal Al-Qur‟an anak-anak. b. Metode
Hafalan.
perkembangan
pendampingan
yang
untuk aktivitas bermain. yang
e. Motivasi. Anak perlu diberi motivasi
kegiatan
dalam menghafal Al-Qur‟an. Karena
menghafal akan menarik perhatian dan
setiap harinya ia akan dikondisikan
minat anak untuk terus mengikuti
dengan aktivitas menghafal, bukan hal
kegiatan dengan perasaan senang.
yang tidak mungkin jika anak merasa
menyenangkan
Cara-cara
agar
tentang
tersebut.
dalam
c. Kehadiran di sekolah. Kehadiran siswa
jenuh dengan aktivitasnya tersebut,
di sekolah akan sangat berpengaruh
maka dari itu guru maupun orang tua
terhadap hafalan Al-Qur‟annya. Siswa
harus bisa memberikan motivasi dan
yang rajin sekolah tentu akan berbeda
dorongan yang dapat membangkitkan
dengan siswa yang sering membolos.
semangatnya untuk terus menghafal
Di sekolah ada kegiatan apersepsi
Al-Qur‟an.
sebelum masuk pada pelajaran inti dan
f. Lingkungan. Lingkungan meupakan
materi-materi yang diberikan pada hari
salah
yang lalu akan diulang-ulang pada hari
mempengaruhi minat anak terhadap
ini untuk melatih dan memperkuat
tahfidz Qur’an. Semua pihak yang
hafalan anak sehingga guru dapat
terlibat dalam pelaksanaan program
menentukan apakah hafalan Al-Qur‟an
tahfidz
anak dapat dilakukan penambahan atau
menciptakan lingkungan yang kondusif
tidak.
dengan
d. Pendampingan
orang
tua.
satu
Qur’an
suasana
yang
harus
yang
dapat
dapat
dapat
membangkitkan keinginan anak untuk
Pendampingan orang tua terhadap anak
tetap
dalam menghafal Al-Qur‟an di rumah
situasi apapun.
akan sangat menentukan kemampuan anak dalam menghafal.
faktor
g. Teman
Semakin
menghafal
Sebaya.
Al-Qur‟an
Anak-anak
dalam
juga
dipengaruhi oleh hubungan sosialnya. 17
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
Jika ia berada di lingkungan teman-
Daftar Pustaka
teman sebayanya yang juga gemar
Badwilan, A. Salim. (2010). Cara Mudah
menghafal Al-Qur‟an, maka ia juga
Bisa
akan gemar menghafal Al-Qur‟an.
Yogyakarta: Bening.
Menghafal
Al-Qur’an.
Husaini, F. (2008). Metodologi menghafal Penutup
Al-Qur’an.
Menghafal umumnya
pada
Al-Qur‟an
dilakukan
cara
tanggal
Diakses
hari
senin
19 Oktober 2015 dari
menambah
http://hidupsemangat.blogspot.co.id/
hafalan dan mengulang hafalan. Aktivitas
2008/09/ metodologi-menghafal-al-
menghafal Al-Qur‟an pada anak usia dini
quran.html
tidak terlepas dari bimbingan guru dan
Imana, Y. (2009). Sudah Baik dan
pendampingan yang dilakukan orang tua
Benarkah
agar memperoleh hasil yang oftimal.
Panduan Tahsin/Tajwid Sistematis
Bimbingan guru secara langsung dalam
Metode Asyarah
menghafal Al-Qur‟an pada anak usia dini
Bacaan
Al-Qur’anku?
Khon, A.M. (2013). Praktikum Qira’at
secara berhadapan dinamakan talaqqi.
Keanehan
Metode
dalam
Qira’at Ashim dari Hafash. Jakarta:
untuk
Amzah.
talaqqi
mengajarkan
digunakan
tahfidz
Qur‟an
menghindari kekeliruan dan kesalahan dalam
mengucapkan
huruf-huruf
cara
Al-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jensen, E. (2011). Pembelajaran Berbasis
mengucapkan
Otak Paradigma Pengajaran Baru.
makhorijul huruf atau tempat keluarnya huruf,
mencontohkan
bunyi
Al-Qur’an
Jensen, E. (2008). Brain Based Learning.
Qur‟an. Dengan cara ini guru dapat mencontohkan
Bacaan
Jakarta: Indeks.
huruf,
Khanifah, A. (2011). Korelasi Antara
sehingga siswa dapat langsung menirukan
Motivasi Menghafal Al-Qur’an Dan
huruf-huruf atau ayat-ayat Al-Qur‟an yang
Kualitas Hafalan Al-Qur’an Santri
dibacakan. Dengan pijakan lingkungan
Hufadz Pondok Pesantren Raudlotul
membaca atau menghafal Al-Qur‟an, anak
Qur’an Mangkangkulon Tugu Kota
dapat menghafal al-Qur‟an dengan cara
Semarang.
yang menyenangkan, dapat membiasakan
tanggal 21/03/2016 pukul 6:21 dari
sikap disiplin dan tanggung jawab, serta
http://library.walisongo.
membiasakan diri memanfaatkan waktu
ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-
dengan sebaik-baiknya.
gdl-alfakhanif-5672-1-073111028. 18
Diakses
hari
Senin
Tunas Siliwangi
pdf.
Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
(Skripsi).
Sekolah
Sarjana
Santrock. (2012). Life Span Development.
Strata Satu. Institut Agama Islam
Bandung: Rosdakarya.
Negeri Walisongo. Semarang.
Sternberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif.
Khon, A.M. (2013). Praktikum Qira’at Keanehan
Bacaan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Al-Qur’an
Subhan Nur. (2012). Energi Ilahi Tilawah.
Qira’at Ashim dari Hafash. Jakarta:
Jakarta: Republika.
Amzah. Muhammad,
Sugianto, J.
(2011).
Pentingnya
Menghafal
Belajar Ilmu Agama Secara talaqqi. Diakses
I.A.
(2006).
Kiat
Al-Qur’an.
Praktis Bandung:
Mujahid Press.
dari
Undang-Undang
Sistem
Pendidikan
https://jundumuhammad.wordpress.
Nasional no. 23 tahun 2003, (2013)
com/
Bandung: Fokusmedia.
2011/04/30/pentingnya-
belajar-ilmu-agama-secara-talaqqi/. Nasokah. Alh, Ahmad Khoiri. (2016). Pembelajaran
Tahfidzul
Qur‟an
Pondok Pesantren Ulumul Qur‟an Kalibeber Wonosobo. Diakses dari http://abcd.unsiq.ac.id/source/LP3M PB/Jurnal/
Al%20Qalam/Desem-
ber% 202014/15.pdf. Jurnal AlQalam. Vol.XIII. ISSN: 2356-2447XIII.hlm. 225. Pasiak,
Taufiq.
(2005).
Revolusi
IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. Khon, A.M. (2013). Praktikum Qira’at Keanehan
Bacaan
Al-Qur’an
Qira’at Ashim dari Hafash. Jakarta: Amzah. Rauf, A. (2004). Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.
19