EFEK KITOSAN DARI CANGKANG KEPITING LUNAK (SCYLLA OLIVACEAE) TERHADAP BAKTERI VIBRIO HARVEYI Muhammad Rusdi1, Susisusantri2, Guntur Yusuf2 1
Jurusan Farmasi FIK Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2
Fakultas MIPA, Universitas Islam Makassar
Kontak :
[email protected]
ABSTRAK Kitosan merupakan salah satu senyawa turunan kitin yang diperoleh melalui proses deasetilasi. Kitin yang merupakan bahan baku kitosan adalah salah satu komponen penyusun utama limbah cangkang kepiting lunak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kitosan terhadap bakteri Vibrio harveyi. Proses pembuatan kitosan dari cangkang kepiting lunak dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama dilakukan proses deproteinisasi dengan menggunakan NaOH 3,5 %, tahap kedua yaitu proses demineralisasi dengan menggunakan HCL 1,5 N dan tahap ketiga yaitu proses destilasi kitin menjadi kitosan dengan menggunakan NaOH 50 %. Dan tahap selanjutnya yaitu aplikasi pengujian daya hambatan terhadap bakteri Vibrio harveyi. Hasil penelitian selama masa inkubasi 24 jam menunjukan bahwa pada konsentrasi kitosan 200 ppm, 500 dan 1000 ppm masing-masing menimbulkan zona hambatan sebesar 8,3 mm; 11,16 mm dan 13,33 mm, sedangkan untuk kontrol negatif tidak menimbulkan zona hambatan. Kata kunci : Cangkang kepiting lunak, Kitosan, Vibrio harveyi, Uji daya hambat
PENDAHULUAN Indonesia
merupakan
negara
kualitas induk yang kurang baik (Hatmanti,
kepulauan luas, wilayah lautanya lebih
A., 2003).
besar
hasil
Beberapa jenis penyakit yang menyerang
Salah
udang disebabkan oleh vibriosis, predator,
banyak
parasit, bakteri, jamur dan virus, Penyakit
dan potensial adalah
vibriosis disebabkan oleh bakteri vibrio sp.
dari
daratan,
perikanannya satu
hasil
melimpah ruah. yang
dibudidayakan
sehingga
lebih
budidaya kepiting. Salah satu kendala
Bakteri
dalam kegiatan marikultur atau budidaya
vibrionaceae
ini adalah penyakit pada biota budidaya.
berbentuk
Timbulnya
kemampuan
penyakit dapat disebabkan
ini
tergolong yang batang untuk
dalam
famili
mempunyai
tubuh
dan
mempunyai
bergerak
karena
karena kondisi perairan yang kurang baik,
dilengkapi dengan flagel. Ada 3 jenis
kualitas pakan yang kurang, maupun
bakteri
JF FIK UINAM Vol.3 No.2 2015
Vibrio
yang
diidentifikasi
59
Kitosan
menyerang ikan-ikan laut serta udang yaitu
Vibrio
Alginolitycus,
parahaemolytycus
dan
Vibrio
Vibrio
antimikroba
harveyi
merupakan
karena polimer
sebagai
senyawa alami
ini
sehingga
diharapkan aman bagi manusia. Aktivitas
(Widodo, R., 2005,). Vibrio harveyi adalah bakteri yang
antibakteri
kitosan
paling banyak menyebabkan penyakit dan
bakteri
kematian
menggunakan
pada
potensial
budidaya
krustasea.
uji
beragam
yang
terhadap
berbeda.
metode
Uji
difusi
agar
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit
menunjukkan penghambatan yang lebih
kunang-kunang atau penyakit berpendar,
tinggi
karena krustasea yang terinfeksi akan
(L.monocytogenes,
terlihat
S.aureus) dan lebih rendah terhadap gram
terang
dalam
keadaan
gelap
(malam hari). Pada dasarnya bakteri ini
terhadap
gram
positif
B.cereus
dan
negatif(Meidina , dkk)
bersifat oportunistik dan akan menjadi
Permasalahan yang timbul dari
patogen jika pada media pemeliharaannya
uraian diatas adalah apakah kitosan dari
terjadi goncangan secara drastik, seperti
cangkang
perubahan suhu, pH, salinitas dan faktor
menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio
lainnya (Hatmanti, A., 2003).
harveyi.
kepiting
lunak
dapat
Kepiting bertumbuh menjadi lebih besar setelah melewati proses molting
METODE PENELITIAN
(pergantian kulit). Proses molting adalah
Alat dan Bahan
proses terlepasnya cangkang lama yang Alat-alat yang digunakan adalah
keras digantikan dengan cangkang baru. Saat ini, kulit yang
(cangkang lama) tersebut
merupakan
limbah
industri
autoklaf, bunsen, batang pengaduk, botol coklat,
cawan
petri,
corong
pisah,
kepiting lunak dapat diolah untuk diambil
erlenmeyer, gelas beaker 1 L, inframerah,
kitin dan kitosan (Fujaya, Y.Dkk., 2012).
jangka
sorong, labu ukur, lampu spritus,
merupakan
magnetik stirer, ose bulat, oven, pingset,
karbohidrat yang
pipet mikron, pemanas, rak tabung, statif
dapat dihasilkan dari limbah hasil laut,
klem, spoit, thermometer, tip kuning,
khususnya
tabung reaksi dan timbangan analitik.
Kitin
dan
kitosan
senyawa golongan
golongan
udang,
kepiting,
ketam dan kerang. Secara hayati, polimer
Bahan-bahan
yang
digunakan
polisakarida ini disintesa sampai 1 milyar
adalah aquadest, aluminium foill, alkohol
ton per tahun di dunia. Namun yang baru
70 %, bakteri Vibrio harveyi, cangkang
dimanfaatkan hanya sebagian kecil saja
kepiting lunak, etanol 90 %, HCl 1,5 N,
(Lestari A, S., dan Maggy T.S, 2000)
HCl pekat encer, kapas, kertas saring,
JF FIK UINAM Vol.3 No.2 2015
60
label, lidi/tusuk sate, NaCl 0,9 %, NaOH
dengan HCL 1,5 N dengan perbandingan
3,5
10:1 b/v antara sampel dengan pelarut,
%,
paper
disk,
tissu,
Medium
Tripticasein Soy Aga (TSA) dan medium
kemudian
Muller Hilton Agar (MHA).
dipanaskan dan dilakukan pengadukan
Penyiapan dan Pengolahan sampel
dengan menggunakana magnetik stirer
Sampel cangkang kepiting lunak (Scylla
olivaceae)
diperoleh
yang
dari Desa
akan
di
uji
Bojo Kabupaten
dicampurkan.
Selanjutnya
selama 2 jam pada suhu 35 oC. Setelah itu campuran
tersebut disaring.
Residu
berupa dicuci dengan air suling sampai pH
Barru. Sampel awal cangkang kepiting
netral.
yang sudah dibersihkan, dikeringkan dan
oven pada suhu 85 oC selama 24 jam.
dihaluskan sebanyak 50 g.
Setelah
Selanjutnya
kering
dikeringkan
kemudian
dalam
ditimbang
hasilnya 6,05 g untuk dilakukan proses Pengolahan sampel
selanjutnya.
1. Deproteinesasi
3. Deasetilasi kitin menjadi kitosan
Sampel cangkang kepiting yang
Kitin yang telah dihasilkan pada
sudah dihaluskan dengan menggunakan
proses diatas ditimbang 6,05 g
blender sebanyak 50 g, lalu dimasukan ke
lalu dimasukan ke dalam gelas piala 1 L,
dalam gelas piala 1 L ditambah dengan
ditambah dengan larutan NaOH 50 %
larutan NaOH 3,5% dengan perbandingan
dengan perbandingan 10 : 1 (NaOH: kitin)
6:1 b/v antara sampel dengan pelarut.
campuran tersebut dipanaskan dan diaduk
Kemudian
dengan menggunakan magnetik
dipanaskan
pengadukan
dengan
dan
dilakukan
menggunakan
magnetik stirer selama 1 jam pada suhu 0
85 C . Setelah
itu didiamkan sampai
selama
2
jam
pada
suhu
90
stirer o
C.
Didinginkan sebentar kemudian disaring untuk
mendapatkan
residu
padatan.
dingin lalu disaring hingga diperoleh residu
Residu padatannya dicuci dengan air
dan filtrat. Residu dicuci dengan air suling
suling lalu ditambahkan dengan larutan
sampai pH netral dan dikeringkan didalam
HCL encer, agar pH netral kemudian
0
oven dengan suhu 85 C selama 24 jam.
dikeringkan pada oven dengan suhu 85 oC
Setelah
ditimbang
selama 24 jam. Setelah kering ditimbang
hasilnya 42,23 g untuk dilakukan proses
hasilnya 3,31 g. Bentuk akhir dari kitosan
selanjutnya,sedangkan filtratnya disimpan.
dapat berupa serbuk atau serpihan.
kering
kemudian
2. Demineralisasi Serbuk
hasil
deproteinesasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
ditimbang sebanyak 42,23 g,dimasukan
Setelah dilakukan pengamatan dan
kedalam gelas piala 1 L dan ditambahkan
pengukukuran zona hambatan pada efek
JF FIK UINAM Vol.3 No.2 2015
61
kitosan terhadap bakteri vibrio harveyi,
dengan zona hambatan yang terbentuk
selama masa diinkubasi 24 jam pada suhu
dengan menggunakan serbuk kitosan. Bakteri
37 0 C, hasil pengukuran bisa dilihat pada
Vibrio
harveyi
dipilih
tabel sebagai berikut:
sebagai bakteri uji karena merupakan
Tabel 1 . Diameter zona hambatan kitosan terhadap bakteri Vibrio herveyi.
bakteri
berbahaya
dalam
kegiatan
budidaya kepiting cangkang lunak, dimana bakteri ini juga termasuk golangan bakteri
Diameter hambatan kitosan
gram negatif.
(mm)
Bakteri Uji
Dari
hasil
uji
antibakteri
200
500
1000
Kontrol
menunjukan bahwa terlihat adanya zona
ppm
ppm
ppm
negatif
hambatan disekitar paper disk,hal ini
Vibrio
8,5
11,83
12,16
-
harveyi
8,1
10,5
15,5
-
Rata-rata
8,3
11,16
13,33
-
diduga
karenakitosan
mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi dengan zona hambatan 8,5 mm untuk konsentrasi 200 ppm,10,5 mm untuk konsentrasi 500 ppm dan juga 14,5 mm
Pembuatan
larutan
kitosan
untuk konsentrasi 1000 ppm.Adanya zona
digunakan pelarut etanol 90 %, lalu
hambatan pada paper disk
dimasukan kedalam gelas ukur sebanyak
ditetesi
375 ml, kemudian ditambahkan dengan air
membuktikan bahwa senyawa kitosan
suling
dapat berkerja secara efektif dan bukan
25 ml, dipanaskan. Ditimbang
kitosan
sebanyak
g
larutan
kitosan
untuk
dari pengaruh etanol, karena pada kontrol
untuk
negatif tidak terbentuk zona hambatan.
kosentrasi 500 ppm dan 0,1 g untuk
Berdasarkan hasil uji didapatkan bahwa
konsentrasi
pada konsentrasi 200 ppm, 500 ppm dan
konsentrasi 200
0,02
dengan
yang telah
ppm, 0,05 g
1000
ppm,
kemudian
dimasukan dalam labu ukur, selanjutnya
1000 ppm terdapat
dilarutkan dengan etanol 90 % dalam 100
hambatan. Pada zona hambatan dengan
ml yang sudah diencerkan lalu dikocok
konsentrasi 200 ppmitu lebih kecil, begitu
sampai larut. Kitosan yang terlarut ditetesi
dengan konsentarsi 500 ppm kecuali pada
kedalam paperdisk lalu diletakan diatas
kosentarsi 1000 ppm.
medium uji. Pada
perbedaan zona
Besar kecilnya daerah hambatan hasil
penelitian
dapat
dari
bakteri
uji
yang
dihasilkan
diperoleh bahwa diameter zona hambatan
disebabkan karena adanya perbedaan
kontrol negatif (etanol 90% tanpa kitosan)
konsentrasi yang terdapat pada sampel.
tidak ada zona hambatannya dibanding
Sehingga diameter hambatan meningkat
JF FIK UINAM Vol.3 No.2 2015
62
sejalan dengan tingginya konsentrasi dari kitosan, dimana semakin tinggi kosentrasi maka, senyawa aktif semakin banyak yang bersifat sebagai antibakteri
yang
terkandung didalamnya, akan tetapi zona hambatan yang terbentuk tidak selalu mengikuti kaidah ini karena beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran
diameter
zona
Molting dengan Ekstrak Bayam, Surabaya, Brilian Internasional. Lestari A, S., dan Maggy T.S, (2000), Bioteknologi Hasil Laut, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor Meidina , dkk., Aktivitas antibakteri oligomer kitosan yang Diproduksi menggunakan kitonase dari isolate B. Licheniformis mb-2
hambatan
yaitu laju difusi bahan pada medium, pertumbuhan organisme
organisme,kepekaan terhadap
zat
aktif
serta
ketebalan dan kekentalan medium.
KESIMPULAN Kitosan
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri Vibrio herveyi pada konsentrasi 200 1000
ppm, 500 ppm dan
ppm
ppm
masing-masing
menimbulkan
zona
hambatan sebesar
8,3 mm; 11,16 mm dan 13,33 mm
KEPUSTAKAAN Hatmanti, A., (2003), Penyakit Bakterial Pada Budidaya Krustasea Serta Cara Penanganannya, Oseana, Volume XXVIII, Nomor 3, 2003 : 110 Widodo, R., (2005), Pembudidayaan dan prospek pasar udang putih yang tahan penyakit, PT Penebar swadaya, Jakarta. Kordi, H., (2012), Prinsip dan praktek budaya laut, Lilli Publisher. Yokyakarta Fujaya, Y.Dkk., (2012), Budidaya dan Bisnis Kepiting Lunak, Stimulasi
JF FIK UINAM Vol.3 No.2 2015
63