JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
Editor in Chief Drs. RaswanUdjang, M.Si Managing Editor TututDewiAstuti S.E., M.Si.,Ak., CA., CTA
Editorial Board Prof. Dr. Indra Bastian, MBA, CMA., Akt (Universitas Gadjah Mada Yogyakarta) Dr. Greg Shailer, BCom., MCom., FCPA. (The Australian National University Canbera) Dr. Harun Harun, M.Acc, CA (University of Canberra) Dr. Sri Suryaningsum, MS.i, Ak, CA (Universitas Pembangunan Nasional Veteran) Wisnu Haryo Pramudya, SE, M.Si, Ak, CA (Akademi Akuntansi YKPN) Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) Rochmad Bayu Utomo, SE, M.Si, Ak, CA (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) Nugraeni, SE, M.Sc (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) Endang Sri Utami, SE, M.Si, Ak, CA (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) Hasim As’ari, SE, MM (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) M. Budiantara, SE, M.Si, Ak, CA (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) Mushawir, M.Si (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) Zaenal Wafa, ST, M.Kom (Universitas Mercu Buana Yogyakarta)
Asistan Editor Drs. Sumarsam DwiRusniwati ALAMAT REDAKSI Pusat Pengembangan Akuntansi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Jalan Wates km. 10 Yogyakarta 55753 Telpon (0274) 6498212 pesawat 145 Fax (0274) 6498213 http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id Email:
[email protected] Jurnal Riset Akuntansi Mercu Buana (JRAMB) diterbitkan oleh Unit Publikasi Ilmiah & HaKI Universitas Mercu Buana Yogyakarta, dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan hasil penelitian antara staf pengajar, alumni, mahasiswa. JRAMB terbit dua kali setahun. Redaksi menerima naskah yang belum pernah dipublikasikan. Pedoman penulisan naskah untuk JRAMB tercantum pada bagian akhir jurnal ini. Surat-menyurat mengenai artikel yang akan diterbitkan, langganan, keagenan dll, dialamatkan langsung ke alamat redaksi.
i
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
JURNAL RISET AKUNTANSI MERCU BUANA (JRAMB) Pusat Pengembangan Akuntansi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Sekretariat: Jalan Wates Km. 10 Yogyakarta, telpon (0274) 6498212 pesawat 144 email:
[email protected] web: www.mercubuana-yogya.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan Jurnal Riset Akuntansi Mercu Buana Edisi Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga jurnal edisi pertama ini akhirnya dapat diterbitkan. Redaksi menyadari bahwa jurnal edisi pertama ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya jurnal ini. Semoga jurnal ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Yogyakarta, 30 Mei 2016 Redaksi
ii
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
DAFTAR ISI Anggota Redaksi.................................................................................................................................. Kata Pengantar..................................................................................................................................... Daftar Isi ..............................................................................................................................................
ii iii iv
Analisa Rasio Keuangan (Studi Kasus Pada Industri Farmasi Di Indonesia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2012-2014) Annisa Faktkhul Jannah....................................................................................................................... 1 - 20
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Yogyakarta (Studi Kasus Laporan Hasil Pemeriksaan Audit Bpk Atas Lkpd Yogyakarta Tahun 2010-2014 Khususnya Laporan Realisasi Anggaran) Aristyan Jeffri Nugroho, Martinus Budiantara .................................................................................... 21 – 34 Model Prediksi Kepemilikan Manajerial Dengan Teknik Analisis Multinomial Logistik Triska Dewi Pramitasari, Isti Fadah, Hadi Paramu.............................................................................. 35 - 58
Peran Ilmu Audit Forensik Dalam Menangani Kasus Korupsi Pengadaan Alat Simulator Surat Izin Mengemudi (Sim) Gressi Hariyanti ................................................................................................................................... 59 – 81
Analisa Kerugian Negara Dengan Penerapan Audit Investigasi Pada Indikasi Kecurangan Distribusi Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten X Dengan Analisis Fraud Triangle Ifnatul Khasanah .................................................................................................................................. 82 – 104
Pengaruh Dau Dan Pad Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Manggar WUlan Kumala ..................................................................................................................... 105 – 118 Faktor Penentu Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei V.Wiratna Sujarweni, Lila Retnani Utami ........................................................................................... 119 – 137 Pedoman Penulisan Naskah ..................................................................................................................... 120
iii
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA YOGYAKARTA (Studi Kasus Laporan Hasil Pemeriksaan Audit BPK Atas LKPD Yogyakarta Tahun 2010-2014 Khususnya Laporan Realisasi Anggaran) Aristyan Jeffri Nugroho1, Martianus Budiantara2 12
Prodi Akutansi, Fakultas Ekonomi, UniversitasMercuBuana Yogyakarta 1
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota Yogyakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dan belanja daerah. Sedangkan variabel dependennya adalah kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio efisiensi.Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Yogyakarta tahun 2010-2014 yang telah diaudit oleh BPK. Sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA) semua kabupaten/kota dan provinsi DIY. Hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi berganda yang diukur dengan menggunakan software SPSS 16.Hasil penelitian ini adalah tingkat kekayaan daerah memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Dan belanja daerah juga memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Kata kunci: tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat, belanja daerah, kinerja keuangan pemerintah daerah.
FACTORS AFFECTING FINANCIAL PERFORMANCE OF DISTRICT/CITY LOCAL GOVERNMENT OF YOGYAKARTA Case Study of Audit Inquiry Reports of Indonesian Supreme Audit Institution on the 2010-2014 Yogyakarta Local Government Financial Report Especially on the Budget Realization Report Aristyan Jeffri Nugroho1, Martianus Budiantara2 12
Prodi Akutansi, Fakultas Ekonomi, UniversitasMercuBuana Yogyakarta 1 krisnak@gmail,com
Abstract The research aims to find out factors of financial performance of regencies or city local government in Yogyakarta. The independent variables are wealth of local government, dependence on central government, and local government expenditures. On the other hand, the dependent variable is financial performance of local government as measured by the efficiency ratio. The population of this research is local government financial report of Yogyakarta in the period 2010-2014 audited by BPK. The samples are budget realization report of all regencies or city and the province of Daerah Istimewa Yogyakarta. Hypothesis of this research was examined by using multiple regression in SPSS 16 software. The result of this research indicates that wealth of local government has significant positive effect on the financial performance of local government. The dependence on central government has significant positive effect on the financial performance of local government. Then, local government expenditures also have significant positive effect on the financial performance of local government. Keywords: wealth of local government, dependence on central government and local government expenditures, financial performance of local government.
21
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
PENDAHULUAN Memasuki era reformasi, Indonesia menerapkan
sistem
desentralisasi
ISSN : 2460-1233
pemerintahan
tahun
2000
Menurut Mahmudi (2010: 2) dalam
yang
Muhibtari (2014) terkait dengan tugas untuk
mensyaratkan perlunya pemberian otonomi
menegakkan akuntabilitas kinerja keuangan,
seluas-luasnya
kepada
pemerintah
daerah
pemerintah daerah bertanggungjawab untuk
termasuk
bidang
keuangan
daerah.
mempublikasikan laporan keuangan kepada
di
pada
(APBD).
Desentralisasi fiskal merupakan salah satu
pemangku
implementasi dari paradigma hubungan antara
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
pemerintah
Negara
pusat
dan
daerah.Dalam
kepentingan.
menetapkan
Undang-undang
bahwa
laporan
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
fiskal, pemerintah daerah diberi keleluasaan
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
(diskresi) untuk mengelola dan memanfaatkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sumber penerimaan daerah yang dimilikinya.
(APBD)
Pemerintah daerah harus mengoptimalkan
keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
sumber-sumber penerimaan daerah tersebut
Pemerintahan (SAP) yang telah diaudit oleh
agar tidak mengalami defisit fiskal.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Anggaran merupakan alat akuntabilitas,
disampaikan
Laporan
berupa
Keuangan
Daerah
sebagai
manajemen dan kebijakan ekonomi yang
bentuk
berarti bahwa anggaran merupakan rencana
APBD dapat dilihat dari Laporan Keuangan
keuangan
Pemerintah
masa
datang
yang
mencakup
pertanggungjawaban
laporan
Daerah
(LKPD)
pelaksanaan
yang
telah
harapan manajemen terhadap pendapatan,
diperiksa oleh Badan Pemeriksaan Keuangan
biaya dan transaksi keuangan lain dalam masa
Republik
satu tahun. Hal tersebut terkait dengan
pertanggungjawaban sumber-sumber keuangan
pelaksanaan suatu kebijakan. Suatu kebijakan
daerah dan penggunaannya adalah dengan
akan sulit diwujudkan pelaksanaannya tanpa
Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Unsur
didukung oleh ketersediaan anggaran karena
yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran
anggaran merupakan instrumen utama untuk
meliputi: Pendapatan, Belanja, Transfer dan
melaksanakan kebijakan. Dalam pelaksanaan
Pembiayaan.Sumber penerimaan pendapatan
progam-program dan kebijakan, pemerintah
daerah
daerah
program/kegiatan pemerintah daerah. Belanja
perlu
didukung
dengan
adanya
Indonesia
digunakan
(BPK
untuk
dipergunakan
RI).
Bentuk
menjalankan
anggaran. Anggaran dalam pemerintah daerah
Daerah
yang berisi rencana keuangan dalam rangka
pelaksanaan program/kegiatan pemerintahan
pelaksanaan program dan kebijakan adalah
yang
berpotensi
untuk
kesejahteraan masyarakat. 22
dalam
rangka
meningkatkan
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan
fiskalnya kecil namun kebutuhan fiskal besar
sumber dalam penerimaan pendapatan daerah.
akan memperoleh alokasi DAU relatif besar.
PAD menggambarkan tingkat kekayaan dalam
Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan
suatu
upaya
pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi
menghasikan
layanan dasar umum. Layanan dasar publik
pendapatan secara mandiri. Setiap daerah
yang dimaksud antara lain adalah penyediaan
memiliki potensi daerah dan sumber-sumber
layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan
pendapatan yang berbeda-beda. Semakin besar
infrastruktur, dan pengentasan masyarakat dari
tingkat pendapatan asli daerah diharapkan
kemiskinan.
dapat mendorong peningkatan sumber dana
penyedia DAU akan memantau pemanfaaatan
yang
DAU sehingga dapat mendorong peningkatan
daerah.
pemerintah
PAD
daerah
akan
pelaksanaan
merupakan dalam
digunakan
dalam
program/kegiatan
rangka
pemerintah
Pemerintah
pusat
sebagai
kinerja pemerintah daerah.
daerah. Sehingga nantinya akan terlihat kinerja
Belanja daerah dipergunakan dalam
pemerintah daerah dalam pelayanan publik.
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
Karena dengan jumlah PAD yang tinggi, maka
berkaitan dengan pelayanan dasar untuk
akan mendorong pemerintah daerah untuk
meningkatkan
melakukan program/kegiatan pelayanan publik
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 167
baik infrastruktur maupun dari segi pelayanan
ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa belanja daerah
publik lainnya.
digunakan
kesejahteraan
untuk
masyarakat.
melindungi
dan
DAU, menurut UU Nomor 33 Tahun
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
merupakan alokasi dana dari pemerintah pusat
pelayanan urusan wajib dan pelayanan lain di
(APBN) yang bertujuan untuk pemerataan
bidang pendidikan, kesehatan, penyediaan
kemampuan
fasilitas
dimaksudkan daerah
keuangan untuk
dalam
daerah
mendanai
kebutuhan
sosial,
pengembangan
fasilitas sistem
umum,
jaminan
dan sosial.
pelaksanaan
Pengelolaan dan pemanfaatan dana anggaran
DAU
ini
belanja daerah akan menggambarkan tingkat
ketergantungan
kinerja keuangan pemerintah daerah dalam
pemerintah daerah pada pemerintah pusat.
kaitannya dengan ekonomi, efisiensi dan
Alokasi DAU dari pemerintah pusat ke setiap
efektivitas dana APBD. Dari konsep tersebut,
daerah juga berbeda-beda. Bagi daerah yang
dapat
potensi fiskalnya besar, tetapi kebutuhan
program/kegiatan
fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU
belanja daerah seharusnya dapat menghasilkan
desentralisasi. menggambarkan
rangka
yang
Penerimaan tingkat
disimpulkan
bahwa
yang
pelaksanaan
terealisasi
dengan
23
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
output dan outcome yang telah ditetapkan
sama
dalam
kinerja keuangan pemerintah daerah?
visi
dan
misi
program/kegiatan.
Sehingga semakin besar realisasi belanja,
memiliki
Tingkat
pengaruh
kekayaan
terhadap
daerah
dalam
output dan outcome dapat tercapai dengan
penelitian ini digambarkan dengan total PAD
maksimal yang akan menunjukkan tingkat
(Pendapatan Asli Daerah) yang terdiri dari
kinerja keuangan pemerintah daerah.
pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi
Sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap
pengelolaan
pendapatan
hasil
pengelolaan
daerah,
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
pemerintah daerah dituntut untuk melakukan
lain PAD yang sah.PAD menggambarkan
evaluasi atas kinerja keuangannya. Menurut
kemampuan
Mardiasmo
(2012)
menghasilkan pendapatan secara mandiri.
pemerintah
Semakin besar tingkat pendapatan asli daerah,
menjadi suatu hal yang menjadi fokus
semakin besar juga tuntutan atau kewajiban
perhatian dalam pengelolaan keuangan negara.
pemerintah
Artinya kinerja keuangan dapat menunjukkan
penggunaan
bagaimana kondisi keuangan pemerintah serta
daerah untuk kebutuhan pelayanan publik
kemampuan pemerintah dalam memperoleh
sehingga akan mendorong pemerintah daerah
dan menggunakan dana untuk pembangunan
meningkatkan kinerjanya. Dalam laporan
negara.Berdasarkanpaparandiatas,
realisasi anggaran akan ditunjukkan berapa
makadalampenelitianinidapatditarikrumusanm
jumlah total penerimaan daerah dibandingkan
asalahsebagaiberikut :
dengan anggarannya. Semakin tinggi realisasi
(2007)
menyebutkan
1.
Apakah
keuangan
daerah,
dalam
bahwa
Mirza
kinerja
tingkat
kekayaan
memiliki pengaruh positif
2.
pengungkapan
sumber-sumber
dalam
atas
penerimaan
PAD dibandingkan dengan anggaran akan
terhadap
menunjukkan bagaimana kinerja pemerintah
kinerja keuangan pemerintah daerah?
daerah
Apakah tingkat ketergantungan pada
penerimaan daerah. Sudarsana dan Shiddiq
pemerintah pusat memiliki pengaruh
(2013) di dalam penelitiannya menghasilkan
positif
kesimpulan bahwa PAD memiliki pengaruh
Apakah pengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
belanja positif
Apakah
tingkat
dalam
menggali
sumber-sumber
positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah terhadap
memiliki kinerja
keuangan pemerintah daerah? 4.
dalam
daerah
daerah
pemerintah daerah? 3.
pemerintah
kekayaan
daerah. Dari uraian tersebut, maka dapat diperoleh hipotesisH1
: Tingkat kekayaan
daerah memiliki pengaruh positif terhadap daerah,
tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat, belanja daerah,secara bersama-
kinerja keuangan pemerintah daerah. Tingkat
ketergantungan
pemerintah
daerah terhadap pemerintah pusat dalam penelitian ini digambarkan dengan penerimaan
24
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
dana perimbangan yaitu DAU (Dana Alokasi
ekonomi, efisiensi dan efektivitas dana APBD.
Umum).Alokasi DAU dari pemerintah pusat
Dalam
ke setiap daerah juga berbeda-beda.Bagi
digambarkan dengan total belanja daerah yang
daerah yang potensi fiskalnya besar, tetapi
terdiri dari belanja operasi, belanja modal dan
kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh
belanja tidak terduga.Sehingga pemerintah
alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah
daerah
yang potensi fiskalnya kecil namun kebutuhan
mempertanggungjawabkan
fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU
sumber keuangan daerah. Hal ini akan
relatif
mendorong
besar.
Kebutuhan
fiskal
daerah
penelitian
ini,
akan
belanja
dituntut
pemerintah
daerah
untuk
alokasi
belanja
daerah
untuk
berkaitan
dengan
keuangan
daerah.
merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk
meningkatkan
melaksanakan fungsi layanan dasar umum.
pemanfaatan
Layanan dasar publik yang dimaksud antara
Marfiana dan Kurniasih (2013) di dalam
lain adalah penyediaan layanan kesehatan dan
penelitiannya
pendidikan, penyediaan
infrastruktur, dan
bahwa belanja daerah berpengaruh terhadap
masyarakat dari kemiskinan.
kinerja keuangan pemerintah daerah. Dari
pengentasan
kinerja sumber
menghasilkan
kesimpulan
Pemerintah pusat sebagai penyedia DAU akan
uraian tersebut, dapat diperoleh hipotesis:
melakukan
H3
pemantauan
terhadap
: Belanja daerah memiliki pengaruh
pemanfaaatan DAU sesuai dengan prioritas,
positif terhadap kinerja keuangan pemerintah
kepentingan dan kebutuhan daerah sehingga
daerah
dapat
mendorong
peningkatan
kinerja
Dari
uraian
hipotesis
diatas,
pemerintah daerah. Marfiana dan Kurniasih
dikembangkan hipotesis berdasarkan pengaruh
(2013) di dalam penelitiannya menghasilkan
secara bersama-sama variabel independen
kesimpulan bahwa DAU berpengaruh terhadap
yaitu
kinerja keuangan pemerintah.
ketergantungan terhadap pemerintah pusat,
Belanja daerah menggambarkan alokasi penggunaan
sumber-sumber
penerimaan
tingkat
kekayaan
daerah,
tingkat
dan belanja daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah.
Sehingga
diperoleh
daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam
hipotesis:
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
H4
berkaitan dengan pelayanan dasar, pendidikan,
ketergantungan terhadap pemerintah pusat,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum
dan belanja daerah secara bersama-sama
untuk
memiiki pengaruh terhadap kinerja keuangan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Pengelolaan dan pemanfaatan dana
anggaran
belanja
daerah
: Tingkat kekayaan daerah, tingkat
pemerintah daerah.
akan
menggambarkan tingkat kinerja keuangan
METODE
pemerintah daerah dalam kaitannya dengan 25
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016 Teknik penelitian
pengumpulan
data
adalah
dengan
ini
dalam cara
mengumpulkan data sekunder. Kuswadi dan Mutiara
(2004)
dalam
Mirza
ISSN : 2460-1233
(2012)
Sumber: Marfiana dan Kurniasih, 2013 Tingkat
ketergantungan
pada
menyebutkan bahwa data sekunder (secondary
pemerintah pusat menggambarkan tingkat
data) yaitu teknik pengumpulan data yang
kemandirian suatu daerah dalam pelaksanaan
dapat digunakan adalah teknik pengumpulan
kegiatan
data dari basis data. Data yang dibutuhkan
ketergantungan ini dapat dilihat dari besarnya
dalam penelitian ini diperoleh dari softcopy
Dana Alokasi Umum (DAU) dari pemerintah
BPK RI Perwakilan Provinsi DIY.
pusat. Dalam penelitian ini mengacu pada
Populasi dalam penelitian ini adalah
dan
program
daerah.
Tingkat
penelitian yang dilakukan oleh Marfiana dan
daerah
Kurniasih (2013), tingkat ketergantungan pada
kabupaten/kota dan pemerintah Provinsi DIY
pemerintah pusat diproksikan dengan Total
yang telah diaudit oleh BPK RI pada tahun
DAU terhadap Total Pendapatan Daerahnya.
data
keuangan
pemerintah
2010-2014. Sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Dalam penelitian ini terdapat 4 sampel kabupaten, 1 kota dan 1 provinsi yaitu kabupaten Sleman,
Sumber: Marfiana dan Kurniasih, 2013 Belanja
daerah
menggambarkan
Gunungkidul, Kulon Progo, Bantul, Kota
pemenuhan
Yogyakarta dan DIY. Sehingga diperoleh data
diwujudkan
sebanyak 30 (5 tahun anggaran x 6). Teknik
pelayanan urusan wajib dan pelayanan lain di
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
bidang pendidikan, kesehatan, penyediaan
sampling
fasilitas
jenuh
(sensus)
yaitu
teknik
kewajiban dalam
sosial,
daerah
bentuk
fasilitas
yang
peningkatan
umum,
dan
penentuan sampel bila semua anggota populasi
pengembangan sistem jaminan sosial. Dalam
digunakan sebagai sampel.
hal ini dituntut adanya efisiensi belanja, sehingga realisasi belanja daerah diharapkan
Definisi operasional variabel
dapat diminimalkan sehingga tidak melebihi
a. Variabel Independen
angaran yang ditetapkan. Tingkat belanja
Tingkat
kekayaan
daerah
daerah dalam penelitian ini mengacu pada
menggambarkan kemampuan daerah dalam
penelitian yang dilakukan oleh Sudarsana dan
menggali
Shiddiq (2013) yang memproksikan Realisasi
sumber-sumber
dan
potensi
keuangan di daerahnya. Tingkat kekayaan daerah
dalam
penelitian
ini
Belanja terhadap Anggaran Belanja Daerah.
diproksikan
dengan Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan Daerah (TPD). 26
Sumber: Sudarsana dan Shiddiq, 2013
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
b. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintah daerah.
Sumber: Mahsun, 2014 : 191
Pengukuran kinerja dalam penelitian ini diukur
Kriteria efisiensi adalah:
dengan efisiensi dalam mengelola keuangan
1).
< 100%) berarti efisien
daerah. Pengukuran ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marfiana
dan
mengukur
Kurniasih
tingkat
(2013).
efisiensi
perbandingan antara realisasi biaya untuk memperoleh
pendapatan
dengan
2).
Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efisien berimbang
Untuk
digunakan
Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x
3).
Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti tidak efisien
realisasi
pendapatan. Sehingga rumus tingkat efisiensi:
Model Penelitian
Gambar 1: Kerangka Penelitian
Tabel 1.Statistik Deskriptif
Sumber: data sekunder diolah, 2016 efisiensi anggaran karena prosentase di bawah
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif,
100%. Artinya, pemerintah DIY mampu
rata-rata kinerja keuangan pemerintah daerah
menggunakan sumber daya keuangan daerah
kabupaten/kota di Yogyakarta adalah 94,20%.
(output) berupa realisasi belanja daerah untuk
Hasil
kinerja
menghasilkan input atau pemasukan keuangan
keuangan pemerintah berada pada tingkat
daerah yang lebih tinggi atau dengan kata lain,
ini
menunjukkan
bahwa
27
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
input yang dihasilkan lebih tinggi daripada
51,84%. Hasil ini menggambarkan bahwa
outputnya.
tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat
Tingkat kekayaan daerah yang diperoleh
masih sangat tinggi, karena 50% lebih dari
dari perbandingan antara pendapatan asli
rata-rata total pendapatan daerah diperoleh
daerah
dari dana alokasi umum.
dan
total
menunjukkan
nilai
pendapatan
ini
Tingkat belanja daerah yang diperoleh
porsi
dari realisasi belanja dibandingkan dengan
pendapatan asli daerah adalah tinggi karena
anggaran belanja daerah menunjukkan nilai
pemerintah daerah mampu menghasilkan
90,48%. Hasil ini menggambarkan bahwa
menggambarkan
pendapatan
64,03%.
daerah
bahwa
diatas
Hasil
rata-rata
50%
dari
total
pendapatan daerahnya. Tingkat pemerintah
dengan baik karena tidak melebihi rencana
ketergantungan pusat
pemerintah mampu menggunakan dananya
yang
pada
diperoleh
dari
perbandingan antara dana alokasi umum dan
anggaran belanja. Uji Asumsi Klasik 1.
Uji Normalitas
total pendapatan daerah menunjukkan nilai Tabel 2.Hasil Uji Normalitas
Sumber: data sekunder diolah, 2016 Uji normalitas dalam penelitian ini
bahwa nilai PP Plots terletak di sekitar garis
menggunakan grafik PP Plots. Suatu data akan
diagonal atau tidak menyimpang jauh dari
terdistribusi
nilai
garis diagonal. Sehingga bisa diartikan bahwa
probabilitas yang diharapkan adalah sama
data dalam penelitian terdistribusi secara
dengan nilai pengamatan. Dari grafik terlihat
normal.
secara
normal
jika
Tabel 3.Coefficients
Sumber: data sekunder diolah, 2016 28
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016 2. Uji Multikolinieritas
3.
ISSN : 2460-1233
Uji Heteroskedastisitas
Data dalam penelitian regresi dikatakan
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian
bebas multikolinieritas apabila nilai VIF
ini menggunakan Scatterplot. Pengujian ini
(Variance Inflation Factor)kurang dari 10 dan
digunakan untuk mengetahui apakah data
Tolerance lebih dari 0,1. Berdasarkan hasil
memiliki kesamaan variansi atau tidak. Suatu
tabel di atas semua variabel dalam penelitian
model
memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan nilai
heteroskedastisitas
tolerance lebih dari 0,1 sehingga dapat
variabel independen tidak berpengaruh secara
disimpulkan
signifikan terhadap nilai absolut variabel
bahwa
tidak
terjadi
multikolinieritas.
regresi
dapat jika
dikatakan
bebas
masing-masing
dependen.
Tabel 4.Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data sekunder diolah, 2016 Berdasarkan
hasil
uji
tidak membentuk pola tertentu. Sehingga dapat
heteroskedastisitas, terlihat bahwa penyebaran
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
residual adalah tidak teratur. Hal tersebut
heteroskedastisitas dalam model regresi.
dapat dilihat pada plot yang terpencar dan 4.
Uji Autokorelasi Tabel 5.Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: data sekunder diolah, 2016 Nilai DW sebesar 1,724 tersebut akan
jumlah variabel independen adalah 3 (k=3)
dibandingkandengan perhitungan nilai tabel
maka diperoleh nilai du 1,6498. Nilai DW
signifikansi 5% . Jumlah sampel 30 dan
1,724 lebih besar dari batas bawah (du) yaitu 29
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
1,6498 dan kurang dari (4-du) yaitu 2,3502.
berganda. Metode yang digunakan adalah
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
Stepwise.
terdapat autokorelasi.
Analisis regresi berganda Hasil analisis regresi berganda adalah
Uji Hipotesis Dalam hipotesis
penelitian
menggunakan
ini, analisis
pengujian
sebagai berikut:
regresi Tabel 6.Hasil Uji Regresi Berganda
Sumber: data sekunder diolah, 2016
Berdasarkan
hasil
analisis
regresi
berganda, maka model persamaan regresi inier berganda adalah sebagi berikut: 30
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
Y = 34,358 + 0,114 X1 + 0,267 X2 +
maka kinerja keuangan pemerintah daerah
0,428 X3 + e
akan naik sebesar 0,428.
Keterangan: Y
Di bawah ini merupakan penjelasan dari
=
Kinerja
keuangan
pemerintah DIY X1
1. Uji t
= Tingkat kekayaan daerah
(PAD) X2
uji regresi berganda yang telah dilakukan:
Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh hasil uji t yaitu sebagai berikut:
=
Tingkat
ketergantungan
a. Tingkat kekayaan daerah (PAD)
pada pemerintah pusat (DAU)
Dari uji t diperoleh nilai koefisien
X3
= Belanja daerah
regresi
e
= Error
probabilitas sebesar 0,037. Hipotesis
Persamaan regresi menunjukkan bahwa: 1. Nilai
konstanta
sebesar
34,358
sebesar
0,114
ditolak artinya tingkat kekayaan daerah memilikipengaruh
tingkat
keuangan pemerintah daerah.
daerah,
tingkat
ketergantungan pada pemerintah pusat, dan belanja
daerah
keuanganpemerintah
nilai
ditolak jika nilai probabilitas ≤ 0,05. Ho
menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel kekayaan
dan
b. Tingkat
terhadap
kinerja
ketergantungan
pada
maka
kinerja
pemerintah pusat (DAU)
daerah
sebesar
Dari uji t diperoleh nilai koefisien
34,358.
regresi
sebesar
0,267
dan
nilai
2. Nilai koefisien variabel tingkat kekayaan
probabilitas sebesar 0,010. Hipotesis
daerah (PAD) sebesar 0,114 menunjukkan
ditolak jika nilai probabilitas ≤ 0,05. Ho
bahwa saat tingkat kekayaan daerah naik
ditolak artinya tingkat ketergantungan
sebesar satu satuan maka kinerja keuangan
pada
pemerintah daerah akan bertambah sebesar
pengaruh terhadap kinerja keuangan
0,114.
pemerintah daerah.
3. Nilai
koefisien
variabel
tingkat
pemerintah
pusat
memiliki
c. Belanja daerah
ketergantungan pada pemerintah pusat
Dari uji t diperoleh nilai koefisien
(DAU) sebesar 0,267 menunjukkan bahwa
regresi
ketika
pada
probabilitas 0,038. Hipotesis ditolak jika
pemerintah pusat naik sebesar satu satuan
nilai probabilitas ≤ 0,05. Ho ditolak
maka kinerja keuangan pemerintah daerah
artinya tingkat ketergantungan pada
akan naik sebesar 0,267.
pemerintah pusat mempunyai pengaruh
tingkat
ketergantungan
4. Nilai koefisien variabel belanja daerah sebesar 0,428 menunjukkan bahwa ketika belanja daerah naik sebesar satu satuan
sebesar
0,428
dan
nilai
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. 2. Uji Signifikansi Simultan F 31
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda
menyimpulkan bahwa tingkat kekayaan daerah
diperoleh nilai probabilitas uji F sebesar
berpengaruh
0,000. Nila probabilitas uji F < 0,05
pemerintah daerah.
menunjukkan bahwa tingkat
2. Pengaruh Tingkat Ketergantungan Pada
kekayaan
positif
terhadap
daerah, ketergantungan pemerintah daerah
Pemerintah
dan belanja daerah secara bersama-sama
Keuangan Pemerintah Daerah.
mampu
menjelaskan
variabel
kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Pusat
Dari
3. Uji Koefisien Determinasi (
Terhadap
hasil
sebelumnya,
tingkat
kinerja
Kinerja
pengujian
regresi
ketergantungan
pada
pemerintah pusat yang diperoleh dari dana
)
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi
alokasi
diperoleh nilai Adjusted R Square (Adj.
mempunyai
)
umum
(DAU)
pengaruh
secara
signifikan
terhadap
kinerja
daerah.
Nilai
angka
positif.
sebesar 0,627 atau mendekati angka 1.
keuangan
pemerintah
Sehingga dapat diartikan bahwa variabel
probabilitas
menunjukkan
independen
Sehingga hasil tersebut mendukung hipotesis
daerah,
berupa
tingkat
tingkat
kekayaan pada
awal bahwa tingkat ketergantungan pada
dan belanja daerah
pemerintah pusat mempunyai pengaruh positif
ketergantungan
pemerintah pusat
dalam
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
menjelaskan kinerja keuangan pemerintah
hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
daerah yaitu sebesar 62,7% , sedangkan
yang dilakukan oleh Marfiana dan Kurniasih
sisanya 37,3% dijelaskan oleh faktor lain.
(2013) yang menyimpulkan bahwa tingkat
memiliki
pengaruh
yang
kuat
ketergantungan pada pemerintah pusat yang 1. Pengaruh
Tingkat
Kekayaan
Daerah
diperoleh dari DAU memiliki pengaruh positif
Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Daerah
3. Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Kinerja
Dari sebelumnya,
hasil
pengujian
tingkat
kekayaan
regresi daerah
Keuangan Pemerintah Daerah. Dari
hasil
pengujian
regresi
belanja
daerah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
sebelumnya,
kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
probabilitas
kinerja keuangan pemerintah daerah. Nilai
menunjukkan
angka
positif.
tingkat
Sehingga hasil tersebut mendukung hipotesis
probabilitas
bahwa tingkat kekayaan daerah mempunyai
Sehingga hasil tersebut mendukung hipotesis
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan
bahwa belanja daerah mempunyai pengaruh
pemerintah
positif terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah.
hasil
penelitian
ini
menunjukkan
daerah.
Sudarsana
penelitian yang dilakukan oleh Marfiana dan
32
Shiddiq
(2013)
yang
penelitian
ini
positif.
mendukung penelitian yang dilakukan oleh dan
hasil
angka
mendukung
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016
ISSN : 2460-1233
Kurniasih (2013) yang menyimpulkan bahwa
daerah Yogyakarta. Hasil analisis data ini
belanja daerah mempunyai pengaruh positif
mendukung hipotesis awal penelitian.
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. 4. Pengaruh Secara Bersama-sama Tingkat
4. Tingkat
kekayaan
daerah,
tingkat
ketergantungan pada pemerintah pusat, dan
Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan
belanja
daerah
secara
pada Pemerintah Pusat, dan Belanja Daerah
memiliki
Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
keuangan pemerintah daerah.
pengaruh
bersama-sama
terhadap
kinerja
Daerah Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan
dalam
model
pengaruh
secara
variabel
dependen.
mempunyai
bersama-sama
terhadap
Berdasarkan
uji
signifikansi simultan F, tingkat kekayaan daerah,
tingkat
DAFTAR PUSTAKA Adhiantoko, Hony. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Blora, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
ketergantungan
pada
pemerintah pusat, dan belanja daerah secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap
Anggraini, Yunita dan B. Hendra Puranto. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2014. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
kinerja keuangan pemerintah daerah.
KESIMPULAN Dari
hasil
penelitian ini
dapat
diambil
kesimpulan yaitu: 1. Tingkat
kekayaan
daerah
memiliki
Marfiana, Nandhya dan Lulus Kurniasih. 2013. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Hasil Pemeriksaan Audit BPK terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Diambil dari: http://www.jp.feb.unsoed.ac.id. (10 Oktober 2015)
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah
Yogyakarta.
Hasil
analisis data yang dilakukan mendukung hipotesis awal penelitian. 2. Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil analisis data ini mendukung hipotesis awal
Mirza, Rifka Amalia. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2005-2010, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang Muhibtari, Astriana Nabila. 2014. Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2008-2012, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
penelitian. 3. Belanja daerah memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah
Ritonga, Irwan Taufiq dan Ehrmann Suhartono. 2012. Akuntansi Keuangan Daerah. Yogyakarta: Lembaga Kajian Manajemen Pemerintah Daerah
33
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 2 No. 1., Mei 2016 Rustiyaningsih, Sri dan Intan Immanuela. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pemerintah Daerah. Diambil dari:http://id.portalgaruda.org. (23 Oktober 2015) Santosa, Purbayu Budi dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta: ANDI Sudarsana, Hafidh Susila dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2013. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.Diambil dari:http://id.portalgaruda.org. (19 Oktober 2015) Yani, Ahmad. 2008. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta: Rajagrafindo Persada . 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual
34
ISSN : 2460-1233
. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual . 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah . 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah . 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah . 2014. Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. Diambil dari: http://www.djpk.kemenkeu.go.id. (30 September 2015)