Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd
SENI MENDIDIK ANAK sesuai
TUNTUNAN ISLAM
SMA-01.indd 1
7/31/2013 2:03:05 PM
SENI MENDIDIK ANAK SESUAI TUNTUNAN ISLAM Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd Edisi Asli Hak Cipta © 2013, Penerbit Mitra Wacana Media Telp. : (021) 824-31931 Faks. : (021) 824-31931 Website : http//www. mitrawacanamedia. com E-mail : mitrawacanamedia@gmail. com
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5. 000. 000. 000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500. 000. 000,00 (lima ratus juta rupiah).
Sugiastuti, Sri Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam/Sri Sugiastuti Edisi Pertama —Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013 1 jil. , 14,5 x 21 cm, 148 hal. ISBN: 978-602-1521-54-0 1. Humaniora I. Judul
SMA-01.indd 2
2. Seni Mendidik Anak II. Sri Sugiastuti
7/31/2013 2:03:05 PM
Kata Sambutan
Saya gembira dan sangat menghargai dengan diluncurkannya buku Seni Mendidik Anak Sesuai Tuntunan Islam yang merupakan buah karya seorang ibu sekaligus guru, yang memiliki komitmen tinggi di bidang pendidikan anak. Semua orang tua tentu menginginkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, sebagai pemegang estafet kepemimpinan dan sebagai investasi duniawi maupun ukhrowi, dapat tumbuh kembang sehat dan optimal dalam segala aspek, sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Tumbuh kembang anak sangat tergantung dari bagaimana anak diasuh dan dididik. Pengalaman-pengalaman anak sehari-hari dengan orang tua dan guru iii
SMA-01.indd 3
7/31/2013 2:03:05 PM
iv
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
merupakan pilar-pilar terpenting bagi pembinaan mental-emosional dan mental intelektual anak. Berdasarkan ajaran agama Islam, orang tua kelak akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Hadits Nabi Muhammad menyatakan, jika meninggal seorang anak Adam, maka terputuslan semua amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalleh yang mendoakan (H.R. Bukhari Muslim). Buku ini memberikan gambaran tentang keunikan individu dan berisi petunjuk-petunjuk praktis bagi para orang tua dan guru bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak yang sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah, serta memberikan informasi mengenai berbagai faktor yang memberi pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, agar seluruh area perkembangan anak baik fisik, sosial, emosional, kognitif, dan spiritual dapat berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak. Bahasa yang digunakan dalam buku ini lugas dan sederhana, sehingga mudah dipahami. Petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh penulis sangat jelas, sehingga mudah dilaksanakan, karena apa yang dituangkan dalam buku ini merupakan pengalaman pribadi penulis dalam mengasuh dan mendidik anak-anak. Semoga buku ini memberi manfaat bagi para orang tua dan guru yang mendambakan anak-anak terkasih dapat tumbuh kembang sesuai harapan. Surakarta, 2013
Dra. Sriyanti Rachmatunissa M.Pd
SMA-01.indd 4
7/31/2013 2:03:05 PM
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya atas perkenaan-Nya pula, buku tentang Parenting ini selesai. Buku ini dihadirkan sebagai latar belakang wujud keprihatin saya pribadi sebagai seorang ibu sekaligus seorang guru BK melihat fenomena minimnya kesadaran orang tua dalam menyiapkan anak-anak mereka terhadap norma agama, dan norma kehidupan yang lainnya. Alangkah bahagianya ketika orang tua, seorang pendidik, dan para pemerhati pendidikan dapat menolong anak-anaknya dan anak didik untuk menyadari dan mengembangkan keterampilan berbagi nilai-nilai kehidupan, sama pentingnya dengan mengembangkan kemampuan mereka untuk membaca
v
SMA-01.indd 5
7/31/2013 2:03:05 PM
vi
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dan menyeberang jalan dengan aman. Memahami makna kehidupan yang akan mengantarkan mereka tumbuh dewasa dan berakhlak mulia. Nilai-nilai kehidupan sangat diperlukan oleh anak, dan remaja yang kelak dewasa sebagai bekal, pedoman, atau pelindung dalam kondisi sosial masyarakat yang sedang dan terus berubah dengan cepat ini.Akhir-akhir ini banyak anak di dunia menjadi korban kekerasan, masalah-masalah sosial yang semakin meningkat dan kurangnya sikap saling menghargai antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Pada saat kritis seperti ini, setiap orang semestinya kembali berada pada titik dimana mengakui pentingnya nilai-nilai kehidupan. Para pendidik dan orang tua percaya bahwa pendidikan karakter (melalui pendidikan nilai atau pendidikan budi pekerti) merupakan alternatif solusinya. Buku “Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam” ini merupakan suatu usaha nyata untuk membantu para orang tua, guru dan pemerhati pendidikan dalam mengembangkan kesadaran dan membuka wawasan bagaimana seharusnya menjadi orang tua yang bertanggung jawab dan memperlakukan anak-anaknya sesuai dengan aturan Agama dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam tiap bab dari buku ini diawali dengan pertanyaan yang kerap dilontarkan para orang tua yang merindukan keberhasilan dalam mendidik buah hatinya. Dari jawaban dan paparan yang disajikan dalam buku ini diharapkan orang tua, guru dan pemerhati pendidikan benar-benar paham, apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya dihindari karena tidak sesuai lagi dengan tuntunan yang ada. Semoga buku kecil yang kami susun ini banyak memberi manfaat untuk pembaca yang haus akan ilmu parenting yang kian hari kian pelik permasalahannya. Penulis,
Dra. Sri Sugiastuti M.Pd
SMA-01.indd 6
7/31/2013 2:03:05 PM
Daftar Isi
Kata Sambutan..................................................................................................... iii Kata Pengantar..................................................................................................... v Daftar Isi............................................................................................................... vii Bab 1 Bab 2 Bab 3
Benarkah Anak Aset Masa Depan?................................................... 1 Benarkah Kecerdasan Anak itu Hanya dari Keturunan atau Perlu Ketelatenan?....................................................................... 7 Benarkah Mendidik Anak seperti Melukis di Atas Kanvas?.......... 13 Magic Word................................................................................................. 17 Bagaimana Membuat Anak Nyaman?..................................................... 18 vii
SMA-01.indd 7
7/31/2013 2:03:05 PM
viii
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Bab 4
Benarkah Perlakuan Orang Tua Berdampak Pada Kepribadian Anak?.............................................................................. 21 Orang Tua yang Otoriterkah Anda?........................................................ 28 Apa saja Indikator dari Orang Tua yang Otoriter?................................ 29 Seperti Apakah Pola Asuh Otoriter itu?.................................................. 32
Bab 5
Benarkah Perilaku Anak Terbentuk Karena Pola Asuh Orang tuanya?...................................................................................... 35 Faktor Apa Saja Pendorong Pola Asuh Orang Tua dalam . Mendidik Anak Usia Dini?................................................................. 36 Apakah Anak Berhak Mendapat Bimbingan dan Pendidikan?........... 40 Bagaimana Menggali Kecerdasan Anak dengan . Pola Asuh yang Sehat?......................................................................... 41 Bagaimana Menyelaraskan Kelima Potensi Tersebut?........................... 42 Bagaimana Cara Menumbuhkan Kreativitas Anak?............................. 43 Bagaimana Pola Asuh yang Sehat itu?..................................................... 43 Bagaimana Orang Tua secara Bijak Bisa Mengembangkan . Kecerdasan Anak?................................................................................ 43 Apakah Pendekatan Orang Tua Terhadap Anak Berpotensi . Mengganggu Kepribadian Anak?...................................................... 45
Bab 6
Haruskah Mendidik Tepat Sasaran sesuai Karakteristik Kecerdasan Anak?................................................................................ 47 Kecerdasan Logis Matematis (Logical-Mathematical)........................... 48 Kecerdasan Linguistik............................................................................... 49 Kecerdasan Visual Spasial......................................................................... 49 Kecerdasan Kinestetik-Jasmani................................................................ 50 Kecerdasan Interpersonal......................................................................... 50 Kecerdasan Intrapersonal.......................................................................... 51 Kecerdasan Musikal .................................................................................. 51 Kecerdasan Naturalis................................................................................. 51 Kecerdasan Emosional ............................................................................. 52 Penerapan Kedisiplinan............................................................................. 55 Penerapan Pola Komunikasi..................................................................... 57
SMA-01.indd 8
7/31/2013 2:03:05 PM
Daftar Isi
ix
Bab 7
Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?..... 59 Kiat Mendidik Ala Nabi Muhammad SAW . ......................................... 60 Kiat Ala Barat Keluarga Carmila dan Vincent....................................... 66 Kiat Ala Dr Andriana S Ginanjar yang Menggunakan . Positif Parenting................................................................................... 68 Kiat Ala Dr. Jusni Ichsan Solichin, Sp. KJ............................................... 70 Kiat Ala Tradisional yang Sudah Terbukti Hasilnya.............................. 72
Bab 8
Mampukah Seorang Ibu yang Bekerja Meraih Sukses dalam Mendidik Anak?....................................................................... 77 Ibu dan Sifat Keibuannya.......................................................................... 78 Ibu Berhak Meraih Bahagia ..................................................................... 79 Seorang Ibu dan Kewajibannya................................................................ 80 Posisi Ibu yang Bekerja Dalam Islam...................................................... 81 Bagaimana Upaya Mengurangi Dampak Negatif Tersebut?................. 83 Pola Asuh yang Bisa Digunakan oleh Seorang Ibu yang Bekerja........ 83 Kiat Mendidik Anak bagi Seorang Ibu yang Bekerja............................ 85 Seorang Ibu yang Bekerja Harus Berkualitas dan Tahan Banting....... 87
Bab 9
Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?.......................................................................................... 91 Mengenalkan Anak Kepada Allah SWT................................................. 92 Menanamkan Cinta Kepada Nabi Muhammad SAW........................... 93 Mendidik Anak Agar Taat Kepada Orang Tua....................................... 94 Orang Tua Harus Menghormati Anak.................................................... 95 Orang Tua Harus Bisa Membedakan Antara Sikap Lembut . dan Sikap Keras.................................................................................... 96 Orang Tua Harus Bersikap Adil terhadap Semua Anak....................... 99 Orang Tua Harus Bisa Memberi Kebebasan Bermain pada Anak...... 100 Orang Tua Harus Mengajarkan Masalah Seksual dengan Tepat......... 102 Orang Tua Harus Bisa Mengembangkan Emosi Anak......................... 105
Bab 10 Bagaimana Konsep Mendidik Anak di Usia Remaja?..................... 109 Orang Tua Harus Ekstra Ketat dalam Mendidik Remaja..................... 111
SMA-01.indd 9
7/31/2013 2:03:05 PM
x
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Orang Tua Harus Menekankan pada Remaja Bahwa . Belajar Itu Penting................................................................................ 113 Orang Tua Harus Mengajari Anak untuk Patuh.................................... 114 Orang Tua Harus Siaga dalam Mengawasi Remaja............................... 116 Orang Tua Harus Mampu Mencegah Remajanya . Berperilaku Asusila.............................................................................. 117 Orang Tua Harus Bisa Menciptakan Hubungan . dengan Teladan yang Baik.................................................................. 119
Bab 11 Bagaimana Mengatasi Perilaku Remaja yang Negatif?................... 121 Ingatlah Bahwa Anak itu Amanah dari Allah........................................ 123 Kenali Potensi Anak Remaja Anda.......................................................... 123 Beri Perhatian dan Motivasi pada Anak Anda . .................................... 123 Pelajari Tumbuh Kembang Anak Remaja Anda ................................... 124 Utamakan Ada Kerjasama dengan Anak Remaja Anda....................... 125 Jauhkan Remaja dari Situasi Tertekan..................................................... 125 Cari Teman untuk Berbagi........................................................................ 126 Sabar Salah Satu Usaha untuk Mengatasi Masalah Anak Remaja....... 126 Orang Tua Perlu Tawakal dan Berdoa dalam . Menghadapi Anak Remaja.................................................................. 127 Daftar Pustaka..................................................................................................... 135 Biodata Penulis.................................................................................................... 137
SMA-01.indd 10
7/31/2013 2:03:05 PM
Bab 1 Benarkah Anak Aset Masa Depan?
“(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. ” (QS. Luqman (31); 13) Benarkah anak sebagai aset masa depan? Benar. Anak-anak adalah amanah dan aset bagi kedua orang tua. Anak yang shalih dan shalihah adalah karunia Allah SWT yang begitu besar bagi orang tua. Bagi orang-orang yang tidak beriman, anak adalah aset masa depan, berharap dapat menjadi tempat bergantung hidup di hari tua. Mendapatkan balasan karena sudah menjadikannya sebagai orang yang sukses. 1
SMA-01.indd 1
7/31/2013 2:03:05 PM
2
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Padahal kenyataannya kelak tidak selalu sama dengan apa yang kita harapakan. Sedang bagi orang-orang yang beriman, anak adalah aset akhirat yang tiada ternilai harganya. Dengan mendidiknya menjadi anak shalih berakhlak mulia insyaallah kita akan menuai hasilnya. Apakah tandanya kalau orang tua meyakini bahwa anak adalah aset masa depan? Adakah rasa takut, bila anak yang dititipkan Allah kepada kita, tidak bisa kita didik sesuai dengan yang diamanahkan Allah? Adakah rasa cemas ketika anak yang diamanhkan Allah kepada kita sebagai modal berharga untuk meraih sukses dunia akhirat justru tumbuh sia-sia tidak berguna? Bila jawaban kita “Ya” berarti kita sepakat bahwa Anak adalah aset masa depan. Hampir semua orang mengamini bila dikatakan bahwa anak adalah aset masa depan. Tidak heran bila banyak orang tua yang berusaha banting tulang, memeras keringat, dan rela jadi “pemain sirkus” demi keberhasilan anak. Karena mereka sadar anak jadi sandaran hidupnya kelak di hari tua. Kalau kita sepakat dengan pernyataan di atas, tentu kita berlomba menyiapkan anak agar kelak dia menjadi sebuah aset yang berharga menenangkan, membanggakan dan menjadi Qurotaayun atau sedap dipandang mata dengan memiliki akhlak mulia, dan sukses dunia akhirat. Coba bayangkan orang tua mana yang tidak ingin sukses dalam mendidik anak. Karena anak adalah aset masa depan jadi tidak ada salahnya dong, banyak orang tua yang mencuri start. Maksudnya? Mereka benar-benar menyiapkan sejak anak itu masih di dalam kandungan. Bahkan bayi itu belum lahir pun, mereka kadang sudah berkhayal bahwa kelak anaknya akan menjadi presiden, politikus, dai, profesor atau penulis hebat. Semua itu bukan mimpi, atau isapan jempol kita bisa menyiapkan anak sejak dini agar menjadi aset yang berharga. Mau tahu caranya mari kita bahas bersama dan kita pelajari beberapa langkah yang harus disiapkan agar aset masa depan kita yang berupa anak ini benar benar terwujud dan membuat kita puas bahwa perjuangan kita dalam mendidik mereka tidak sia-sia. Untuk meraih suatu aset tidak semudah membalikan telapak tangan. Disana ada ketekunan, perjuangan, pengabdian, kasih sayang, dan usaha yang pantang menyerah. Coba sejenak kita bayangkan anak kita yang pintar, rajin, akhlaknya bagus, dari kecil rangking kelas, masuk perguruan tinggi favorit, atau bisa kuliah di luar negeri dengan beasiswa, Wow bangganya kita sebagai orang tua. Apalagi ketika menghadiri wisuda, mereka ada yang jadi konsultan, dokter, profesor, atau meraih mimpi menjadi orang sukses. Yang akan terpancar dari wajah orang tua pasti, rasa bangga, syukur, dan bahagia, karena anaknya sudah berhasil “jadi orang”
SMA-01.indd 2
7/31/2013 2:03:05 PM
3
Bab 1 Benarkah Anak Aset Masa Depan?
Sebetulnya ada yang lebih penting supaya bisa mengikuti kesuksesan yang telah dicapai dan sangat didambakan oleh orang tua. Bagi yang beragama Islam dengan meyakini adanya kehidupan setelah mati, bahwa kelak anak kita yang saleh dan solehah dapat meringankan azab kita di akhirat. Melalui doa yang mereka panjatkan seperti yang tertera dalam hadist dari Abu Hurairah R. A, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika anak Adam meninggal dunia, maka akan putuslah semua amalnya, kecuali tiga hal, ilmu yang bermanfaat, shadaqah yang mengalir, dan anak yang shalih yang selalu mendoakan orang tuanya. ” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’I dan Ahmad) Sangat penting bagi orang tua menanamkan keteladanan, pendidikan, bimbingan, dan arahan kepada anaknya. Agar anaknya selain sukses di dunia juga membawa sukses di akhirat bagi dirinya dan orang tua. Pahala atau derajad yang tinggi akan digapai oleh orang tua yang sudah sukses mengantarkan anaknya menjadi anak yang soleh dan soleha. Mereka adalah investasi bagi kedua orang tuanya. Investasi yang mengalir pahalanya walau kita sudah wafat. Sebagaimana diterangkan dalam Al-hadis. Demikian pula sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah R. A: “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di jannah, kemudian ia berkata: ‘Wahai Rabbku, dari mana ini?’ Maka Allah berfirman: ‘Dengan sebab beristighfar (permintaan) anakmu untukmu’. ”(HR Achmad) Kedua hadits tadi sungguh menggembirakan bak tiupan angin surga. Seperti yang kita tahu bahwa mendidik dan mengajarkan, memberi contoh, secara terus menerus kepada anak bukan hal yang mudah. Kalau kita tidak serius atau acuh dan kadang terlena dengan banyak kemudahan saat ini, anak bisa jadi bumerang bagi kita. Koq bisa? Lihat saja beberapa contoh anak durhaka yang mendzolimi orang tua bahkan sampai tega membunuh orang tuanya. Hal ini bisa terjadi karena Allah dalam Al-Qur’an Surat (At-Taghabun:14) Allah telah memberi peringatan(warning) pada kita. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. ” Agar hal ini tidak menimpa kita, mari anak kita yang merupakan aset luar biasa itu kita jadikan menjadi anak yang sukses di dunia dan di akhirat. Kita
SMA-01.indd 3
7/31/2013 2:03:05 PM
4
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
optimalkan dalam mendidiknya, dan kita minimalkan kesalahan yang kita buat terhadap mereka. Dalam Islam yang paling utama agar aset itu menjadi berharga di masa mendatang, ada 8 butir tindakan yang harus dilakukan secara telaten untuk menekankan pendidikan sampai anak dewasa yaitu: • Menjadikannya dekat dengan Al-Qur’an (sebagai panutannya). • Kondisikan anak selalu merasa dalam pengawasan Allah SWT. • Tumbuhkan di hatinya agar cinta Rasul dan keluarganya sebagai panutan hidupnya. • Kondisikan anak mencintai segala hal yang diridhai Allah, dan benci terhadap yang dimurkai Allah. • Bekali anak dengan keterampilan memimpin dan berjuang. • Bekali anak dengan keterampilan hidup. • Bekali anak dengan keterampilan belajar. • Bimbing anak agar mampu menguasai sains dan teknologi. Berdasar pemahaman itu, maka seharusnya orang tua sangat antusias dan bersemangat dalam mendidik anak-anaknya sesuai tuntunan Islam. Pendidikan terbaik yang kita berikan kepada anak-anak, pada nantinya kita sendiri yang akan menuai hasilnya. Bagaimana kita memperlakukan anak-anak kita, akan seperti itu pula anak-anak akan memperlakukan kita sebagai orang tua mereka. Itulah sebabnya, akan sangat rugi jika seseorang sudah dikaruniai anak, tetapi dia tidak sungguh-sungguh dalam mendidiknya menjadi anak saleh atau mendidiknya tidak sesuai tuntunan Islam. Potensi dan peluang besar untuk mendapatkan anak shalih, yang akan selalu mendoakan kedua orang tua, tersia-sia dan terlewat begitu saja. Tanpa disadari banyak kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Agar kita tidak membuat kesalahan dalam mendidik anak sebaiknya kita bisa meneladani sikap Rasulullah SAW dalam mendidik anak. Rasulullah SAW sangat penyayang terhadap anak-anak, baik itu keturunan beliau sendiri maupun anak orang lain. Abu Hurairah r. a meriwayatkan bahwa suatu saat Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali dan di dekat beliau ada Al-Aqra’bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. AlAqra’ kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka. ” Rasulullah SAW segera memandang kepadanya dan berkata, “Barang siapa yang tidak mengasihi,maka ia tidak akan dikasihi. ” (HR. Bukhari) Rasulullah SAW juga mencontohkan bagaimana memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih sayang. Beliau tidak melarang anak-anak dekat dengan beliau bahkan ketika shalat. Beliau bahkan menggendong cucu beliau ketika shalat dan
SMA-01.indd 4
7/31/2013 2:03:05 PM
5
Bab 1 Benarkah Anak Aset Masa Depan?
meletakkannya ketika sujud. Beberapa sahabat juga meriwayatkan bagaimana beliau berlaku lemah lembut kepada anak-anak. Karena itu, beberapa sikap dan perbuatan yang bertolak belakang dengan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW dalam mendidik anak, merupakan sebuah kejahatan terhadap anak dan merupakan kesalahan fatal yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak-anak. Beberapa kesalahan fatal yang dilakukan orang tua dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut; • Memaki dan menghina anak Hal ini biasanya terjadi ketika orang tua menilai terdapat kekurangan pada anak dan memaparkan kebodohannya. Bahkan mereka melakukan hal tersebut di depan teman-teman si anak atau di depan orang lain. Termasuk hal ini adalah memberi gelar yang buruk kepada anak atau memberi nama panggilan dengan nama yang buruk. • Melebihkan seorang anak terhadap anak yang lain Memberi lebih kepada salah seorang anak dan mengabaikan anak yang lain adalah kesalahan fatal yang sering dilakukan orang tua. Hal ini sering memicu putusnya hubungan silaturahmi anak terhadap orang tuanya. Kondisi yang demikian akan menjadi sebab permusuhan antar saudara. Jika orang tua yang memberi perhatian lebih kepada salah seorang anak dan mengabaikan anak yang lain karena memiliki kekurangan atau cacat fisik, maka akibat yang ditimbulkannya akan lebih besar lagi. • Mendoakan keburukan bagi anak Abu Hurairah r. a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga doa yang dikabulkan; doa orang yang teraniaya, doa musafir dan doa orang tua atas anaknya” (HR Tirmidzi). Jika doa orang tua adalah doa yang dikabulkan, mengapa orang tua tidak berdoa dan meminta hal-hal yang baik saja kepada Allah SWT. Jika kebetulan anaknya adalah anak yang bandel dan sulit diajak untuk mengikuti tuntunan Islam atau anak yang tidak patuh kepada orang tua, megapa orang tua lebih suka mendoakan hal-hal yang buruk (menyumpah dan melaknatnya)? Tidak inginkah para orang tua apabila anaknya berubah menjadi lebih baik? Atauapakah mereka lebih suka anaknya berperangai lebih buruk akibat doa-doanya (omelan dan laknat)? Harusnya orang tua tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya dengan omelan panjang-pendek tiada henti meluncur dari lidah. Sebaiknya, tidak mengomel tapi menggantinya
SMA-01.indd 5
7/31/2013 2:03:05 PM
6
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dengan nasihat lembut dan memberi teladan yang baik. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah memohon kepada Allah Ta’ala agar dimudahkan mengarahkan dan mendidik anak menjadi anak shalih dan shalihah.
• Tidak memberi pendidikan kepada anak Tidak peduli kepada pendidikan anak dan membiarkan anak mencari sendiri apa-apa yang diinginkan adalah kesalahan fatal yang lain. Ada kalanya, orang tua merasa cukup dengan membiarkan anaknya tumbuh sesuai keinginan dan bakat yang dimilikinya. Mereka merasa dengan begitu dia telah memberi kebebasan kepada anak dan tidak mengekang bakat yang dimiliki. Lalu orang tua merasa tidak perlu mengarahkan anaknya sesuai dengan tuntunan Islam, tidak merasa bersalah ketika anaknya tidak bisa membaca Al-Qur’an, atau tidak mengerti hukum fiqh, merasa tidak bersalah ketika anaknya tidak mengerjakan shalat lima waktu, dan sebagainya. Dan bahkan orang tua merasa bangga ketika sang anak menjadi penyanyi mengikut bakat yang dimilikiatau menjadi bintang film sesuai keinginan sang anak. Hal ini merupakan kesalahan fatal dengan melalaikan pendidikan dini untuk anak-anaknya. Tauhid yang menjadi pondasi kehidupan buat anak-anaknya lupa ditanamkan. Alih-alih menjadi anak yang shalih atau shalihah, anak-anak justru tumbuh jauh dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agamanyabahkan tidak paham akan tujuan hidup mereka. Jadi, setiap orang tua harus memberikan pendidikan yang dapat mengantarkan anak-anak hidup bahagia di dunia dan akhirat. Pendidikan yang membuat anak-anak taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu…” (QS. At-Tahrim (66): 6) Marilah kita jaga anak-anak kita dengan memberi pujian yang benar. Bersikap adil di antara mereka, mendoakan yang baik, serta mendidik mereka dengan dien dan kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan. Dengan begitu, anak-anak akan menjadi anak yang shalih dan shalihah dan menjadi aset kita yang berharga di dunia dan di akhirat.
SMA-01.indd 6
7/31/2013 2:03:05 PM
Bab 2 Benarkah Kecerdasan Anak itu Hanya dari Keturunan atau Perlu Ketelatenan? “Anak kita bukanlah kita, pun bukan orang lain. Ia adalah ia. Dan hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Karena itu, memerlukan sesuatu yang lain dengan yang kita butuhkan. Kita hanya boleh memberi ramburambu penentu jalan dan menemaninya ikut menyeberangi jalan. Kita bisa memberikan kasih sayang, tapi bukan pendirian. Dan sungguh pun mereka bersamamu,tapi bukan milikmu. ”(Kahlil Gibran) Pernyataan Gibran di atas, sangat mewakili siapa sebenarnya anak-anak kita dan bagaimana seharusnya orang tua atau kelurga berbuat yang terbaik untuknya. Untuk itu syair di atas sejatinya dijadikan referensi dalam memandang anak-anak 7
SMA-01.indd 7
7/31/2013 2:03:05 PM
8
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
oleh keluarga, terutama orang tua, yang ingin menjadikan anaknya berkembang secara kreatif, dinamis, dan produktif. Setiap anak memiliki kecerdasan berbeda, oleh karena itu, keluarga yang selama ini masih cenderung kaku dalam mendidik anaknya pada masa kecil seharusnya sudah berubah kepada pola yang sedikit lebih bebas. Anak adalah dunia bermain. Bermain bagi anak adalah ilmu, dan ilmu adalah cahaya penerang yang akan menerangi hidup dan kehidupan anak. Ilmu yang akan didapat harus diarahkan dengan kecerdasannya masing-masing. Orang tualah yang mendampingi dengan penuh ketelatenan dan pemahaman tentang kepribadian buah hatinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Agar dapat mengajari anak dengan telaten perlu diketahui dulu tentang kecerdasan. Kecerdasan itu sebenarnya apa sih?Menurut Wikipedia kecerdasan atau istilah kerennya IQ (Intelligence Quotient) adalah beberapa cakupan kemampuan seseorang dalam menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Makanya sering orang menanyakan, “ IQ anakmu berapa sih koq hebat banget bisa dapat nilai sempurna?”. Ada juga yang mengatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis. Banyak ilmuwan dan praktisi pendidikan anak mengemukakan bahwa setiap anak punya potensi menjadi anak cerdas dan sukses dalam hidupnya. Kecerdasan anak yang diklaim sebagai bawaan atau keturunan tidak semuanya benar. Banyak faktor yang memengaruhi kecerdasan anak salah satunya bagaimana sang orang tua mendidik, membimbing dan mengarahkan anak menemukan kecerdasannya. Paparan dari faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak berupa: Faktor bawaan atau biologis yang ditentukan sejak awal dari sifatnya, karena keturunan atau gen orang tuanya memang cerdas. Jangan heran kalau ada istilah atau jingle “ Siapa dulu ibunya?Dengan kata lain ketika anak cerdas ini berprestasi orang tuanya ikut bangga karena anak itu keturunannya. Kecerdasan bisa juga dipengaruhi dari pembawaan khas si anak itu sendiri. Anak yang cerdas biasanya sudah terlihat sejak awal dengan melihat apa yang diminati, seperti ada seorang anak yang ketika kecil sangat senang mengoleksi gambar pesawat, terdorong oleh minatnya yang besar anak tersebut sanggup mewujudkan cita-cita menjadi seorang yang ahli di bidang kedirgantaraan. Anak kadang bisa dilihat bakat atau kemampuannya berdasarkan hobi, atau pembawaan dari anak itu sendiri.
SMA-01.indd 8
7/31/2013 2:03:05 PM
Bab 2 Benarkah Kecerdasan Anak itu Hanya dari Keturunan atau Perlu Ketelatenan?
9
Intelegensi atau kecerdasan itu bisa berkembang dengan dipengaruhi faktor pembentukan atau lingkungan. Jadi orang tua yang menginginkan anaknya cerdas harus pandai menempatkan anaknya dalam suatu lingkungan yang bisa membentuk kecerdasannya. Maksudnya begini. Bila orang tua mengarahkan anaknya bergaul dengan suatu lingkungan yang kondusif beratmosfir adanya persaingan yang sehat, penuh kasih sayang, santun, dan rasa toleransi yang tinggi, pasti anak akan terbawa atmosfir itu. Ada lagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak yaitu kematangan atau kedewasaan. Seiring berjalannya waktu kecerdasan itu bisa timbul. Maka sering kita dengar ungkapan yang memberi harapan kepada anak kita; “ Maklum anak anak, logikanya belum jalan. ” Atau ada juga yang mengatakan: “ Ah dia kan masih kecil, besok kalau sudah besar pasti dia jadi orang hebat!”. Karena kita tahu bahwa dalam organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jangan putus asa, masih ada harapan memiliki aset berupa anak yang cerdas dari mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan yang terakhir faktor kecerdasan bisa dipengaruhi juga dengan adanya kebebasaan memilih. Anak yang diberi kebebasan untuk memilih bagaimana dia harus bertindak, memutuskan suatu masalah atau mengambil sikap dari apa yang dilihat, lambat atau cepat kecerdasannya akan terasah. Tadi dikatakan bahwa kecerdasan bisa diraih dengan modal ketelatenan atau kegigihan orang tua dalam mengupayakan agar anaknya cerdas. Kegigihan untuk mencerdaskan anak bukan dominasi sang ibu, tapi kegigihan ayah untuk menciptakan kecerdasan anaknya juga penting. Jangan sampai ketika sang ibu yang terus-menerus mengingatkan anaknya untuk disiplin waktu, tapi sang ayah justru abai dengan waktu alias tidak disiplin. Sehingga anak akan nyeletuk;” Bunda dari dulu selalu bilang jadi anak harus rajin, itu si ayah naruh piring kotor ke dapur aja nggak mau. ” Oke, kita sepakat bahwa ketelatenan juga merupakan suatu cara untuk mencerdaskan anak, lalu ketelatenan seperti apa yang harus dilakukan orang tua yang bisa menumbuhkan kecerdasan anak? Mari kita coba beberapa hal yang bisa kita tanamkan pada anak agar mereka bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas. Saat ini tidak semua orang tua paham betapa pentingnya ketelatenan atau kegigihan dalam mencerdaskan anak. Sebenarnya semua itu bisa dilakukan terhadap anak. Apa sih susahnya memberi dukungan pada anak, mengetahui sejak dini apa yang diminatinya dan mengamati lingkungannya. “Hari ini acaramu apa Nak?, Ada kesulitan apa di sekolahmu Nak? Mana yang sulit? Ayo dicoba lagi, masih ingat rumusnya kan!, Ayo kamu pasti bisa!
SMA-01.indd 9
7/31/2013 2:03:05 PM
10
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Orang tua wajib meluangkan waktu untuk anaknya (hari gini masih ada orang tua yang ngga punya waktu untuk anaknya sungguh “Terlalu”). Mengapa? Ini kan hak anak, yang merupakan salah satu bentuk perhatian orang tua dan tanggung jawabnya. Sekali lagi dibutuhkan komitmen untuk terus memantau perkembangan anak. Kuantitas lama atau sebentar, tidak masalah yang penting kualitasnya top markotop, sehingga anak merasa diperhatikan dan termotivasi untuk belajar yang akhirnya akan memacu otaknya berpikir kritis. Kapan orang tua punya waktu memecahkan masalah anaknya, keluhan anak dengan kebosanannya, kendala yang dihadapi ketika bertemu guru, atau ada suatu keinginannya yang belum terwujud. Tolong diingat, kapan terakhir kali Anda mengajak anak Anda berbincang masalah temannya di kelas? Jadilah tempat curhat untuk menampung stress anak Anda. mendengarkan keluhannya, dan berusaha turut memberikan solusi atas permasalahannya. Kegigihan harus diwujudkan dengan mengawasi kegiatan belajar anak di rumah. Tunjukkan Anda berminat pada perkembangan kecerdasan anak Anda. Sesekali boleh juga diperikasa catatannya, paling tidak ditanya: ”Bagaimana pelajaranmu hari ini sayang? Pastikan anak Anda sudah mengerjakan tugas mereka. Wajibkan diri Anda untuk mempelajari sesuatu bersama anak-anak Anda. ” Coba ibu lihat? Atau ” Yang nggak bisa yang mana Nak?” Jangan lupa membacalah bersamasama mereka. Miliki jadwal waktu setiap hari untuk memeriksa pekerjaan rumah anak Anda. Kendalikan waktu menonton TV juga penting, termasuk Internet dan kegiatan lainnya. Ketelatenan orang tua mencerdaskan anak termasuk bagaimana mengajarkan tanggung jawab kepada mereka. Bagaimana agar Anak dapat bertanggung jawab mengerjakan tugas di sekolah sebagaimana Anda telah mengajar mereka untuk mengerjakan tanggung jawab di rumah. Cobalah mulai memberikan pekerjaan rumah tangga rutin setiap hari dengan jadwal yang spesifik. Hal itu akan mengajarkan rasa tanggung jawab yang mereka butuhkan agar berhasil di sekolah dan di kemudian hari dalam kehidupan. Wujud ketelatenan bisa juga menjadi teman terbaik kita bagi anak kita. Konsekuensinya ya harus luangkan waktu untuk berbagi dalam banyak hal. Seorang anak membutuhkan semua teman yang matang yang bisa ia dapatkan. Sebagai orangtua, kita dapat menghindari banyak problem dan kekhawatiran atas pendidikan anak kita dengan mengingat bahwa kerja sama yang sukses dibangun atas komunikasi yang baik. Karena anak menganggap kita sebagai teman terbaiknya, maka anak dengan leluasa tanpa beban, bisa mengungkapkan keluh kesah atau keinginannya. Hal ini sangat penting untuk perkembangan anak.
SMA-01.indd 10
7/31/2013 2:03:05 PM
Bab 2 Benarkah Kecerdasan Anak itu Hanya dari Keturunan atau Perlu Ketelatenan?
11
Menanamkan disiplin pada anak juga merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan anak. Dengan disiplin tinggi, minat belajar yang oke, memberi banyak contoh bahwa bermodalkan disiplin banyak orang yang sukses. Tak harus memberi contoh yang jauh dari mereka. Lihat saja orang orang yang sukses dalam keluarga kita sendiri. Ajaklah anak kita ke rumah salah satu family kita yang sukses; ” Lihat Nak, Om Adi bisa jadi konsultan PT PAL, karena sejak kecil dia anak yang disiplin. ” Atau sebaliknya boleh juga kita ajak anak ke rumah saudara kita yang kurang bernasib baik. Katakan bahwa orang itu ketika masih kecil sangat malas dan tidak mau menuruti nasehat orang tuanya. Ini diceritakan dengan niatan untuk memberi motivasi kepada anak kalau perlu kita ajak dia menginap di rumah yang sempit dan penghuninya banyak. Sehingga mereka bisa membandingkan antara yang disiplin dan tidak. Langkah lain yang harus diambil agar kita dapat mencerdaskan anak yaitu mengoptimalkan perhatian kita pada mereka, termasuk menjaga kesehatannya. Karena kita tahu bahwa mencegah itu lebih baik dari mengobati. So mutlak hukumnya menjaga kesehatan anak agar prestasi belajarnya tidak terganggu, termasuk membuat jadwal tidur yang cukup untuk anak kita. Ingat juga kalau mereka kelelahan mereka tidak dapat belajar dengan baik. Hindari makanan seperti junk food, yang mendatangkan pengaruh buruk terhadap kesanggupannya untuk berkonsentrasi. Satu hal yang tidak kalah penting untuk menunjang ketelatenan kita dalam mengembangkan kecerdasan anak bekerja sama dengan guru. Kita dituntut bisa hadir ketika ada undangan pertemuan antara wali murid dengan guru. Mencari info secara berkala tentang perkembangan anak kita. Jangan sungkan untuk ke sekolah ketika mempunyai masalah di sekolah, di rumah atau pun dengan temannya. Sadari bahwa komunikasi antara guru dan kita sangat perlu dan harus dilakukan secara intens. Kedekatan kita dengan guru anak kita bisa mengubah cara pandang guru bahwa kita adalah orang tua yang bertanggung jawab terhadap perkembangan kecerdasan anak kita.
SMA-01.indd 11
7/31/2013 2:03:06 PM
12
SMA-01.indd 12
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 3 Benarkah Mendidik Anak Seperti Melukis di Atas Kanvas?
Anak bagaikan pohon rambat. Jika pohon rambat dibiarkan tumbuh sekehendak hatinya, maka akan tumbuh ke segala arah, tanpa tujuan, tak sedap dipandang dan akan mengganggu manusia di sekitarnya. Tapi jika diarahkan bahkan dibentuk, maka akan tumbuh sesuai dengan apa yang kita arahkan, maka keindahan yang terpancar dari tanaman itu akan berguna dan memukau orang disekitarnya. Perumpamaan di atas sangat menggambarkan bagaimana usaha orang tua dan jerih payahnya juga komitmennya kepada Allah dalam mendidik anak. Lalu bagaimana dengan kalimat “Mendidik anak seperti melukis di atas kanvas” sangat 13
SMA-01.indd 13
7/31/2013 2:03:06 PM
14
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
masuk akal, dan 90% benar. Masih ingatkah dengan hadits yang sangat popular tentang mendidik anak? Hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah r. a, Rasulullah telah bersabda: “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” Intinya anak itu bak kanvas putih yang siap dilukis sesuai selera pelukisnya. Orang tua mewarnai hidupnya. Mau yang dominan warna merah, kuning, hijau, abu-abu atau polos hitam semua tidak masalah, kembali kepada orang tuanya. Jadi, sangat jelas peranan orang tua dalam mengantarkan anaknya sampai ke pintu gerbang kehidupan yang sesungguhnya. Kenyataan ini sampai sekarang masih berlaku, seiring berjalannya waktu dan peliknya kehidupan. Sebagai orang tua harus pandai membuat lukisan yang indah, dikagumi banyak orang, dan mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga bisa jadi aset di masa depan. Kehidupan di era globalisasi telah menjadikan wajah dunia pendidikan harus dipercantik dan terus dikembangkan. Perkembangan dunia masuk tanpa batas negara dan budaya, seperti perkembangan dan kemajuan teknologi dan pergeseran norma sosial. Semua itu menuntut kita punya jurus tertentu agar anak kita sukses dunia maupun akhirat. Orang tua harus menyadari bahwa hebatnya suatu bangsa terletak pada pendidikan. Tidak mungkin mengabaikan pendidikan anak. Setiap orang tua akan berjuang dan berusaha mencari jurus dan trik khusus yang bisa digunakan untuk mendidik anak dengan baik. Karena pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan masyarakat yang mampu menyejahterakan negaranya. Kalau bukan kita, para orang tua, guru, dan pemerintah siapa lagi yang mau peduli? Sejak anak belum mengenal sekolah, anak-anak sudah belajar secara alami dalam lingkup keluarga. Bersama dengan orang tua, anak-anak mendapatkan pembelajaran tentang berbagai hal dalam kehidupan. Bagaimana orang tua menyiapkan pendidikan rumah yang berkualitas? Rumah yang melahirkan anakanak berkualitas. Anak-anak berkualitas lahir dari orang tua yang berkualitas. Orang tua berkualitas lahir dari proses pendidikan dan pelatihan secara kontinyu dan tidak pernah berhenti belajar untuk mengembangkan berbagai potensi. Orang tua harus terus belajar dan belajar, terus mencari ilmu, mengikuti pendidikan dan pelatihan, agar mampu mengoptimalkan potensi kebaikan sebagai orang tua yang smart.
SMA-01.indd 14
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 3 Benarkah Mendidik Anak Seperti Melukis di Atas Kanvas?
15
Orang tua yang terobsesi dengan masa depan anaknya, akan membuat lukisan realis. Jelas gambarnya, bermakna dan dikagumi banyak orang. Sedangkan orang tua yang ragu-ragu dan tidak siap untuk melukis adanya hanya coba-coba. Segala hal yang bersifat coba-coba tentu hasilnya tidak sama dengan lukisan yang dihasilkan oleh pelukis yang sudah siap dengan apa yang ingin dilukisnya. Mari kita buat lukisan yang indah sesuai dengan visi dan misi kita mengemban amanah yang diberikan Allah kepada kita. Orang tua masa kini menghadapi sebuah tantangan yang cukup berat dalam membesarkan dan mendidik anak. Salah satunya dituntut untuk mampu mempersiapkan anak yang tangguh agar dapat bertahan dan mampu bersaing menghadapi berbagai tantangan yang akan terjadi. Menyiapkan generasi yang siap bersaing sejak sekarang hingga 20 tahun yang akan datang menjadi hal yang tak bisa ditawar lagi. Dalam perkembangan dan kemajuan dunia yang kian cepat orang tua dituntut terampil dan tahu perkembangan yang ada, sehingga mampu mendidik anak-anaknya menjadi generasi muda berkualitas. Bagaimana kita siap menjadi parent ready (istilah yang dipakai untuk menyebut orang tua siaga) bagi anak anak kita? Sangat penting bagi orang tua untuk mendapatkan pengetahuan yang baik dalam mendidik anak. Peran orang tua sangat mulia. Peran orang tua sangat dibutuhkan sejak anak berusia di bawah lima tahun (golden age period) dan ketika mulai memasuki jenjang pendidikan dasar. Hal ini karena periode tersebut adalah saat yang tepat menanamkan nilai-nilai agar anak menjadi anak yang life ready (anak siaga) di masa depannya. Pada prinsipnya, menurut Ratih Ibrahim (Psikolog), Direktur Personal Growth, Counseling & Development Centre, anak life-ready adalah anak yang memiliki kompetensi individual dan sosial. Anak life ready umumnya akan mampu menerima diri dan yakin akan kemampuan dirinya, memiliki tujuan yang jelas dan fokus, tidak mudah menyerah, dan memiliki relasi yang baik dengan lingkungan. Sedang kompetensi individual yang dimaksud antara lain memiliki pertumbuhan fisik optimal, menunjukkan perkembangan kognitif yang signifikan, serta mengembangkan kecerdasan emosi dan interpersonal. Ingin tahu ciri anak life ready itu seperti apa? Ciri anak lifeready antara lain sehat, berjiwa pemimpin, percaya diri, kreatif, dan mudah bergaul. Jiwa pemimpin anak dapat dilihat dari inisiatif mengambil keputusan-keputusan kecil, sedangkan rasa percaya diri tampak jika anak selalu tersenyum dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Sedangkan kreativitasnya dapat dilihat dari daya imajinasi dan hasil karya coretan tangannya. Selain itu, sikap mudah bergaul nampak dari keberaniannya bersosialisasi dan berkenalan dengan orang baru.
SMA-01.indd 15
7/31/2013 2:03:06 PM
16
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Sedang parentsreadynya seperti apa? Ketika orang tua menjadikan anaknya subjek penerapan dan pengasuhan yang benar, bisa berkomunikasi dengan baik. Kemudian orang tua itu memahami proses tumbuh kembangnya sang anak, dengan mengupayakan apa saja yang diperlukan anak. Mereka juga memantau dan memberikan pola asuh dengan kasih sayang. Orang tua tersebut bisa merespon kemajuan teknologi dan informasi, tidak gaptek internet, gadget, dan mengantisipasi pengaruh negatifnya dengan cepat. Orang tua yang memiliki ciri-ciri seperti ini menurut Ratih bisa dikategorikan sebagai parents-ready. Sebagai parents-ready, mereka mampu menyiapkan dan memilih sekolah yang tepat untuk anaknya, termasuk lingkungan belajar yang aman. Dan yang tidak kalah penting seorang parents ready mampu mengelola keuangan rumah tangga dengan baik, menjaga kesehatan fisik dan mental anak. Terakhir seorang parent ready mampu menyeimbangkan karier dan keluarga. Seandainya punya masalah ketika menyiapkan anak life ready, orang tua dengan segera mendiskusikannya dengan para pakar. “Ibarat mengukir di atas batu”. Pernah dengar pepatah yang satu ini? Pepatah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Pepatah ini merujuk pada makna bahwa mendidik anak pada waktu masih kecil hasilnya akan terbawa hingga waktu yang lama. Karena itu makin dini usia anak mendapat pendidikan, makin besar nilai-nilai yang diperoleh akan membekas dalam dirinya kelak. Dan siapa lagi yang dapat memberikan pendidikan sedini mungkin selain keluarga? Kedua orang tuanya bukan? Anak merupakan amanah Allah SWT. yang menjadi permata hidup orang tua. Kehadirannya dinanti-nanti, melihatnya menyenangkan hati, jauh darinya memekarkan bunga-bunga kerinduan. Itulah anak, buah hati para orang tua, anugerah terbesar yang membawa kebahagiaan tak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Tentu saja dengan catatan orang tua mampu mengemban amanah, mendidik anak-anaknya menjadi anak yang shalih-shalihah yang taat kepada Allah SWT. Seorang anak dalam tahap awal pertumbuhannya akan merespon segala rangsangan (stimulus) dari luar. Saat itu disebut sebagai golden age atau masa emas pertumbuhan yang menurut Kak Seto Mulyadi, seorang aktivis anak, dimulai usia 0 hingga 4 tahun. Namun sebenarnya, jauh-jauh hari sebelum anak lahir orang tua sudah dapat mendidiknya, sejak dalam kandungan. Menurut Kak Seto bayi sudah menerima stimulus berupa suara ketika di dalam kandungan. Suara ibunya kapanpun bagaimanapun dapat ia dengarkan, begitu juga dengan emosinya dapat ia rasakan. Karena itu juga emosi sang ibu sangat mempengaruhi bayi, seperti yang diungkapkan Didik Hermawan dalam bukunya Spiritual-Hynoparenting, Sukses Mendidik Anak Dengan Hypnotherapy menguatkan pendapat Kak Seto.
SMA-01.indd 16
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 3 Benarkah Mendidik Anak Seperti Melukis di Atas Kanvas?
17
Efek musik Mozart yang dipercaya dapat merangsang perkembangan otak bayi dalam kandungan telah mengilhami sebuah lembaga pelatihan otak tengah (midbrain) bernama GMC. Dalam metodenya seperti yang dikatakan Bapak Santoso, Kepala Cabang Solo, GMC meminta peran aktif orang tua. Ada satu sesi pelatihan khusus untuk orang tua yang bertujuan menyadarkan orang tua tentang konsep pendidikan yang benar. Selama ini banyak anak yang tidak optimal karena tekanan orang tua, seperti dituntut untuk juara I, dipaksa mengikuti banyak les dan sebagainya. Seharusnya, orang tua dalam mendidik anak harus menggunakan bahasa anak agar mereka merasa nyaman. Kenyamanan inilah yang dibutuhkan anak. Dan ketika sudah nyaman potensinya bisa diasah dengan baik.
Magic Word Senada dengan Pak Didik Hermawan, MCH, Cht, setuju bahwa yang dibutuhkan anak adalah suasana yang nyaman. Ayah empat anak ini berpendapat banyak kesalahan yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak sejak kecil. Kesalahan itu antara lain dalam masalah komunikasi. Seperti mengatakan kata negatif “awas!, jangan!, tidak boleh!” meskipun sepele namun akan berdampak pada kejiwaan anak hingga dewasa nanti. Citra diri anak akan terbangun dari kata-kata yang diterimanya setiap hari dalam jangka waktu yang lama, dengan kata lain labeling atau cap. Jika banyak menerima kata negatif tentang dirinya maka anak tersebut akan memiliki citra diri negatif pula, dan sebaliknya. Jika dihitung, setiap harinya seorang anak menerima 460 kata negatif dan hanya 75 kata positif. Hypnoparenting adalah metode komunikasi yang dilakukan dengan anak secara persuasif, sugestif, dan efektif. Pola orang tua dalam membangun komunikasi dengan anak sejak masih kecil akan sangat memengaruhi perkembangan anak. Cara berkomunikasi yang salah, seperti misalnya selalu mengkritik anak akan terbawa hingga dia besar. “Ada seorang pasien yang kehilangan semangat belajar gara-gara sudah tidak tahan dengan sikap ayahnya. Sang ayah yang ditugaskan ke lain daerah dan hanya pulang pada akhir pekan. Sayangnya, kesempatan yang harusnya bisa untuk melepas rindu berubah menjadi suasana yang sangat tidak mengenakkan karena sang ayah bersikap keras kepadanya. Hasilnya, si anak sering uring-uringan dan bertindak kasar. “ jelasnya. Mendidik anak-anak ibarat melukis di atas batu. Kesalahan yang sudah terlanjur diukir lama akan sulit mengubahnya. Kata makian, kritikan, larangan akan berdampak buruk bagi anak. Efeknya bisa langsung dan tidak langsung alias
SMA-01.indd 17
7/31/2013 2:03:06 PM
18
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
delay effect. Selain dirasakan saat itu juga, 5 tahun ke depan, 10 tahun, atau bahkan 15 tahun sesudahnya akan muncul sifat penakut, ragu-ragu, dan perasaan negatif lainnya. Selain itu anak akan memiliki mental block yang cukup besar dan akibatnya tidak mudah mengambil keputusan. “Itulah yang dimaksud magic word. Sepatahdua patah kata tapi efeknya bisa luar biasa. Karena itu dalam berkomunikasi, orang tua hendaknya menggunakan kata-kata yang positif dan progresif. Penggunaan kata negatif atau larangan seperti ‘tidak boleh!’ hendaknya diganti dengan kata kebalikannya. Kata ‘jangan!’ sebenarnya justru membuat anak merasa tertantang untuk melakukan. Sedangkan kalimat progresif menunjukkan dukungan orang tua agar anak makin termotivasi untuk maju. Misalnya, “Alhamdulillah sekarang Nanda makin rajin bangun pagi”, “Alhamdulillah hari ini Nanda lebih pintar”, dan sebagainya. ” Komunikasi inilah yang juga sangat dipentingkan oleh Ibu Nurul Chomaria, S. Psi, penulis buku, ibu dari dua anak. Sedini mungkin Bu Nurul selalu mengajak bicara sang buah hati. Pengertian demi pengertian dijelaskannya kepada putri pertamanya yang sekarang kelas III SD. Hasilnya, Ammara nama putrinya biasa berkata “Itu bukan hak kita, kita nggak boleh mengambilnya. ” Subhanallah. “Saya juga mengajarkan bagaimana kita menghormati orang, berbagi rezeki, dan mengendalikan keinginan,” terangnya. Karena terbiasa mengkomunikasikan segala hal kepada anak, sampai-sampai budget keuangan keluarga setiap bulan juga dibuka kepada anak. Tujuannya tidak lain adalah melatih kecerdasan finansial anak sejak dini. “Alhamdulillah dengan mengetahui budget keluarga, Ammara dan adiknya malah berusaha membantu dengan tabungannya. Padahal kami tidak pernah meminta atau menyuruhnya. Saya benar-benar bersyukur. ” Mengelola hubungan adik-kakak pun ada resepnya agar tidak mudah bertengkar. Menurut Bu Nurul dengan selalu mengajak berkomunikasi dan memahamkan anak tentang alasan kenapa kakak yang dibelikan sepatu baru sedang adiknya tidak, memudahkan anak mengerti akan kebutuhannya sendiri. Sampai sekarang hampir tidak pernah terjadi pertengkaran atau saling iri antara kakak dan adik.
Bagaimana Membuat Anak Nyaman? Berada di tengah keluarga sudah semestinya membuat anak merasa nyaman. Namun seringkali anak merasa tak nyaman dengan kondisi di sekitarnya. Mengapa hal itu dapat terjadi? Untuk mengetahui masalah dengan kenyamanan anak, ada baiknya Anda perhatikan tips dari Bapak Didik Hermawan, MCH, ChT berikut:
SMA-01.indd 18
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 3 Benarkah Mendidik Anak Seperti Melukis di Atas Kanvas?
19
1. Mirroring Teknik ini merupakan cara mudah mendekati anak, yakni dengan cara masuk ke dunia anak. Menirukan gaya bicara atau apa yang sedang dilakukan anak, intinya berperilaku seperti anak pada umumnya. Setelah anak merasa nyaman dengan keberadaan orang tua, situasi ini sangat baik untuk memberikan sugesti atau nasihat. 2. Menerima anak apa adanya Sebisa mungkin hindari memberi label pada anak, misalnya anak nakal, anak hiperaktif, anak penakut dan sebagainya. Dengan anak dicap seperti itu selain menuntun kita seperti berhadapan dengan anak nakal betulan, padahal perilaku nakal itu hanya sesaat. Sebaiknya orang tua tetap berpikiran positif terhadap anaknya dan menerima anak apa adanya. 3. Mau mendengarkan anak Tidak jarang orang tua disibukkan dengan urusan kerja atau hal lainnya dan cenderung tidak mau mendengarkan anak. Sesibuk apapun Anda, sebagai orang tua sebaiknya cobalah mendengarkan anak Anda. Jika anak sering tidak didengarkan, dia cenderung jadi anak yang cuek juga. 4. Awasi gejala pada anak bisa jadi dia merasa tidak nyaman Anak belum sepenuhnya mengerti tentang benar dan salah. Apa yang dipahaminya hanyalah merasa nyaman dan tidak nyaman. Ketika anak merasa tidak nyaman karena peristiwa emosional yang berulang-ulang atau dalam waktu yang lama akan memunculkan berbagai gejala psikis bahkan fisiologi seperti phobia. Berikut ada 7 psikodinamika simptom (gejala tidak stabilnya emosi anak) yang dikutip Didik Hermawan dari Charless Tebbets dalam bukunya Miracle of Demand: 1. Menghukum diri sendiri (self punishment) Anak akan menghukum dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa bersalah atau hukuman dari figur yang lebih berotoritas. 2. Pengalaman masa lalu (past experience) Kejadian-kejadian di masa lalu yang menyakitkan seringkali menghambat anak. Akhirnya muncul phobia atau dalam kasus tertentu muncul sebagai trauma. 3. Konflik Internal (internal conflict) Dalam diri anak terdapat dua bagian yang saling bertentangan. Ini lebih sering dialami oleh orang dewasa sedangkan anak-anak jarang mengalami.
SMA-01.indd 19
7/31/2013 2:03:06 PM
20
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
4. Masalah yang belum terselesaikan (unresolved present issue) Di alam bawah sadar, masalah yang belum terselesaikan mengendap dan secara tidak disadari memunculkan simptom atau gejala untuk menarik perhatian pikiran sadar, bahwa “saya tidak menyukai ini” 5. Ingin mendapat perhatian (secondary gain) Anak seringkali mengalami sakit namun setelah diselidiki dia hanya mencari perhatian orang tuanya. Hal ini terjadi karena di alam bawah sadar terbentuk persepsi dengan sakit, orang tuanya akan lebih memperhatikannya. 6. Identifikasi (Identification) Seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan seseorang yang dia kagumi, cintai, atau ingin ditiru. 7. Imprint Kepercayaan atau paham yang ditanamkan oleh figur yang dipandang memilki otoritas. Misalnya orang tua memaksa anaknya untuk mengikuti segala perintah termasuk dalam hal cita-citanya, padahal dia sangat berbeda dari mereka. Tentu sebagai orang tua tidak ada yang menginginkan buah hatinya merasa tertekan dan tidak nyaman dengan lingkungan sekitarnya. Dengan menyelami lebih dalam dunia mereka dan lebih bijak dalam berkata dan bertindak, tak mustahil si buah hati akan tumbuh menjadi pribadi yang saleh dan berkualitas.
SMA-01.indd 20
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 4 Benarkah Perlakuan Orang Tua Berdampak pada Kepribadian Anak? “Hal-hal terbaik yang dapat Anda berikan kepada anak-anak selain tingkah laku yang baik adalah kenangan yang indah. ” Benarkah perlakuan orang tua berdampak pada kepribadian anak? Benar. Sudah seringkan mendengar pepatah bahwa ‘Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Pepatah itu menggambarkan bahwa kebiasaan dan perilaku baik ataupun buruk sangat berdampak pada kepribadian anak. Perilaku orang tua dalam mendidik sejak dini ternyata berkorelasi langsung dengan sikap, pribadi buah hati di masa mendatang. Jika salah melakukan 21
SMA-01.indd 21
7/31/2013 2:03:06 PM
22
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
pengasuhan, yang terjadi justru anak mempunyai sifat atau sikap negatif. Lalu bagaimana mendidik anak yang tepat sehingga menjadi anak hebat. Tak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tetapi, orang tua tetap perlu belajar menerapkan pola pengasuhan yang positif pada anak agar dapat membentuk karakter positif anak di masa depan. Berikut beberapa tips ataupun trik yang bisa menjadi rujukan: 1. Berkomunikasilah secara positif Orang tua harus mempunyai persepsi bahwa anak itu unik dan mempunyai perbedaan dibandingkan anak yang lainnya. Jadi orang tua harus mempunyai kemampuan untuk membangun bakat yang dimiliki dengan cara yang positif. Kalau ibu ingin anaknya belajar bukan bilangnya “Jangan malas-malas”. Tapi akan lebih baik jika mengatakan “Ayo dong semangat belajar”. 2. Hindari membandingkan dengan adik, kakaknya atau dengan anak lain. Jangan membandingkan dengan yang lain, tapi bandingkan dengan kemajuan yang diperoleh buah hati. Jangan mengatakan “Kakak kamu lebih hebat atau kakak kamu lebih rajin belajarnya, jadi kamu harus seperti dia dong. Harusnya “Loh kamu kemarin nilai Matematika dan Bahasa Inggris nilai kurang, seharusnya nanti harus lebih baik”. 3. Dorong anak untuk ikut kompetisi. Anak yang berusia 5-8 tahun lagi senang-senangnya berkompetisi karena dari segi kognotifnya lagi senang-senangnya untuk menunjukkan kebisaannya dan kemampuan yang dimilikinya. Tapi kalau sudah 12 tahun keinginan untuk berkompetisi turun. Jadi kalau ingin membentuk anak yang hebat, ajaklah berkompetisi sejak kecil. 4. Hindari memotong pembicaraan. Seringkali dilakukan orang tua yang tidak sabar mendengarkan dan selalu menyalahkan. Yang harus dilakukan adalah mendengarkan terlebih dahulu dengan penuh perhatian. Anak juga ingin dihargai pendapatnya. Jika ini dilakukan bisa melatih anak berani mengemukakan pendapat, atau gagasan yang dimilikinya. 5. Fokus pada tujuan Terkadang orang tua asal memerintahkan. Misalnya, mengatakan jangan lupa baju olahragamu dibawa pulang atau mengatakan jangan malu bertanya nanti sesat di jalan. Lebih baik mengatakan, “Kalau berani bertanya, itu tanda anak cerdas,”. Jadi bicaranya lebih positif sehingga membuat anak menjadi terinspirasi.
SMA-01.indd 22
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 4 Benarkah Perlakuan Orang Tua Berdampak pada Kepribadian Anak?
23
6. Memberikan banyak pujian, tentunya di tempat dan waktu yang tepat Terlalu banyak waktu Anda yang terbuang jika hanya mengkritik sikap buruk buah hati. Sebaliknya, Anda jadi kekurangan waktu untuk memberinya pujian atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali Anda perlu mengucapkan, “Mama senang, lho, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya di tempat semula. ” 7. Berikan pelukan, belaian, dan ciuman Biasakan memeluk buah hati hingga 12 kali sehari. Tujuannya supaya ia merasakan adanya kedekatan, kehangatan sehingga mampu membangun ikatan emosional yang baik disamping anak akan merasa diterima dan didukung oleh orang tuanya. 8. Membangun aturan sederhana. Melatih kedisiplinan bisa dilakukan dengan membangun rutinitas misalnya: jam makan, jam tidur, makan pada tempat yang benar, dan lain sebagainya. Ini akan melatih anak hidup secara disiplin. Meski demikian, sebagai orang tua harus memberikan contoh melakukan kedisiplinan. Jangan terus dilanggar. 9. Hindari untuk bicara dengan anak ketika sedang mengalami emosi negatif Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami anak-anak saat dia sedang kelelahan, saat Anda terlalu menuntutnya berbuat lebih, saat dia lapar, dan saat dia sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman ini untuk mengurangi kejengkelan pada anak. Agar tidak ada keraguan untuk mendapatkan jurus jitu dalam mendidik anak, mari kita amati dan pelajari beberapa sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak yang akan mengakiabatkan, atau membentuk tingkah laku anak, sesuai dengan perlakuan yang mereka terima dari orang tuanya. Pada dasarnya sikap dan perlakuan orang tua sangat berdampak pada kepribadian anak (Syamsu Yusuf. 2009). Ada 7 katagori perlakuan orang tua dan dampaknya bagi anak. • Over protection (Terlalu Melindungi) Sikap orang tua ini memberi bantuan terus-menerus meski anaknya yang sudah mampu, sering mencemaskan keadaan anaknya memberi pengawasan yang sangat berlebihan. Dan ketika anaknya bermasalah selalu ikut campur.
SMA-01.indd 23
7/31/2013 2:03:06 PM
24
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Sikap ini menyebabkan anak mempunyai sifat agresif dan dengki, mudah menyerah, mudah cemas. lari dari kenyataan, sangat bergantung dengan orang lain, ingin jadi pusat perhatian, menolak tanggung jawab, kurang mampu mengendalikan emosi, suka bertengkar dan sering jadi troublemaker. • Permissiveness (Pembolehan) Perlakuan orang tua penganut pola asuh ini tampak pada sikapnya yang memberi kebebasan berpikir kepada anaknya, dia juga selalu menerima pendapat yang dikemukakan anaknya, orang tua ini tidak banyak menuntut, dia lebih suka memberi, sangat toleran dengan kelemahan anak, dan sering memberi rewards atau penghargaan kepada anak sehingga anak itu kuat. Hasil dari perlakuan orang tua yang menerapkan pola asuh ini berdampak pada sang anak. Berbahagialah anak ini karena dia kan tumbuh menjadi anak yang pandai mencari jalan keluar ketika menghadapi kesulitan, dapat bekerja sama dengan orang lain, memiliki rasa percaya diri, dan kelemahannya dia kurang sabar. • Rejection (Penolakan) Perilaku orang tua ini kurang mempedulikan kesejahteraan anak. Sikapnya masa bodoh, pembawaannya kaku, selalu bertemperamen tinggi dan menampilkan sikap permusuhan, dan selalu mendominasi terhadap anak. Anak yang memiliki orang tua dengan sikap seperti ini sangat memprihatinkan. Anaknya akan berkembang menjadi anak yang mudah marah agresif, sadis, tidak patuh, suka bertengkar, nakal, sering galau, sulit bergaul, pendiam, mudah tersinggung, penakut. • Acceptance (Penerimaan) Sikap orang tua ini sangat perhatian dan penuh kasih sayang, berkomunikasi dengan anak secara terbuka, mau mendengarkan masalah anak, selalu mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau perasaannya, sanagt repek kepada anak, kerap mengembangkan hubungan yang hangat dengat baik. Anak diposisikan pada sebagai yang penting di dalam rumah. Anak yang memilki orang tua seperti ini tingkah lakunya jadi terpuji. Anak ini mau bekerjasama, bersahabat. loyal, emosinya stabil, jujur, ceria dan bersikap optimis, bertanggung jawab. Punya mind map yang baik, bisa dipercaya, dan yang terpenting bisa menerima kenyataan (realistis). Bisa menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. • Domination (Dominasi) Orang tua yang bersikap dominan terhadap anaknya akan menyebabkan anak ini bersikap santun dan hati-hati, pemalu, penurut, dan bingungan (mudah bingung) dan fatalnya tidak bisa bekerja sama.
SMA-01.indd 24
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 4 Benarkah Perlakuan Orang Tua Berdampak pada Kepribadian Anak?
25
• Submission (Penyerahan) Orang tua ini selalu memberi apa pun yang diminta anak, orang tua ini mudah menyerah dengan tuntutan anak, dan yang lebih parah orang tua ini membiarkan anaknya berperilaku semaunya sendiri. Orang tua ini tidak mau repot yang penting dia bisa melayani anaknya semampu dia. Tingkah laku anak yang memiliki orang tua seperti ini kurang terpuji karena dia tumbuh jadi anak yang tidak patuh, bersikap otoriter, agresif dan juga teledor, tidak bertanggung jawab dan ia juga tidak percaya diri. • Punitiveness/Overdiscipline (terlalu disiplin) Perilaku orang tua yang sering memberi hukuman dan menanamkan kedisiplinan yang sangat keras akan melahirkan tingkah laku anak bersifat impulsive dan tidak dapat mengambil keputusan, nakal dan memiliki sifat bermusuhan. Anda bisa menganalisa sendiri bagaimana sikap atau perilaku Anda terhadap anak Anda sudahkah dia disikapi dengan tepat dan penuh tanggung jawab? Ingat kah apa yang sering kita lakukan di waktu kecil? Seingat saya, saya paling suka meniru banyak gaya atau tingkah laku orang dewasa, begitu juga dalam melihat sesuatu yang menarik, sampai kini saya masih bisa membayangkan dan mengingat bagaimana kebiasaan baik dan buruk yang dilakukan orang tua saya. Bagaimana dengan Anda? Masih ingatkah anda bagaimana orang tua kita menanamkan rasa tanggung jawab pada anaknya, atau bagaimana caranya agar kita terampil. Ketika orang tua sedang mengerjakan sesuatu, pasti kita sering dilibat, pekerjaan yang diberikan sesuai kemampuan anak. Sayangnya saat ini tidak semua ibu mau belajar dari apa yang pernah diperoleh ketika kecil. Sehingga kita minta tolong pada anak hasilnya tidak sesuai dengan yang kita inginkan malah kita cenderung tidak sabar. Kadang tanpa sadar sering tercetus ucapan atau keluhan yang kita tujukan kepada anak kita, bahwa mereka tidak seperti zaman kita waktu kecil; “ Tahu nggak waktu Bunda masih kecil, tidak seperti kamu, adanya protes mulu. ” Atau kadang kita jengkel ketika karena perintah kita tidak segera dikerjakan; “ Tadi Bunda minta tolong sudah dikerjakan belum?” Sering dengan menahan emosi kita mengulang lagi apa yang kita minta. Dengan santai biasanya mereka akan menjawab sekenanya; “ Ah capek,” “Ah sebentar lagi” atau ‘ Oh iya ya lupa”. Padahal waktu kita kecil baru sekali diperintah langsung dikerjakan walau perasaan tidak suka dan menahan protes selalu ada. Merasakan dan menjadi objek pola asuh yang pernah kita dapat, sudah seharusnya kita bisa mengambil yang baiknya dan membuang pengalaman buruk
SMA-01.indd 25
7/31/2013 2:03:06 PM
26
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
yang kita alami. Jangan sampai terulang pada anak kita. So what now? Ketika kita ingin menerapkan pola asuh tentunya kita harus cermat, dan mau belajar lebih baik bagaimana agar bisa menerapkan pola asuh yang cocok untuk anak kita. Dengan mempertimbangkan persaingan di era global ini, menentukan pola asuh menjadi beban banyak orang tua. Anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai negara di dunia. Tuntutan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang, membutuhkan pola asuh pendidikan yang tepat. Sebelum menentukan pola asuh sebaiknya kita perhatikan beberapa pola asuh yang salah yang tanpa sengaja mungkin sering kita lakukan terhadap anak atau dilakukan orang tua kita, ketika kita menjadi anak dulu. Sebelum kita menentukan pola asuh yang cocok untuk diterapkan pada anak kita, sebaiknya kita perhatikan kesalahan orang tua ketika mendidik anaknya. Menurut pendapat Dr Budihardja, DTM&H,MPH, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes, saat ini banyak orang tua yang tidak benar dalam mendidik anak, karena orang tua gemar memberi bantuan. Misalnya memakaikan baju, memandikan, atau menyuapinya, padahal anak itu sudah mampu mengerjakannya sendiri. Maksudnya memudahkan anak, tapi malah membuat anak tidak bisa apaapa. Anak berpangku tangan dan otaknya tidak berkembang menjadi kreatif. Begitu juga dengan orang tua yang sibuk, tanpa disadari mereka menerapkan pola asuh yang salah, alasan tidak ada waktu untuk mendidik anak sangat masuk akal. Kebanyakan dari mereka tidak sempat menyapa anak, mendengarkan keluhan anak, mengetahui kesulitan yang dihadapi anak. Orang tua yang sibuk ini lebih suka memerintah ini itu, dan melarang melakukan sesuatu yang dianggap mereka tidak baik. Orang tua yang mengekang kebebasan anak dan memaksanya untuk tunduk pada perintah orang tua berakibat turunnya kepercayaan diri,rasa cemas yang berlebihan bahkan anak bisa mengidap perilaku antisosial. Pola asuh ini membuat anak tertekan dan stress berat. Ini salah satu kelemahan dari pola asuh yang otoriter. Tidak mungkin kita bisa mendidik anak dengan jitu tanpa mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pola asuh. Kita tahu setiap keluarga punya prinsip, cita-cita dan sukses apa yang akan mereka capai. Begitu juga dengan usaha tiap keluarga yang sadar bahwa anak adalah aset di masa depan, bagi keluarga yang sadar akan hal itu, ia dengan sekuat tenaga mewujudkan mimpinya agar anaknya lebih sukses dari dirinya. Untuk mewujudkan itu semua, banyak rintangan yang datang. Saya masih ingat ketika orang tua saya mengomentari anak sahabatnya yang terkena kasus narkoba; “
SMA-01.indd 26
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 4 Benarkah Perlakuan Orang Tua Berdampak pada Kepribadian Anak?
27
Emang nggak gampang mendidik anak, kalau hanya dikasih makan dan dibelikan baju setiap Lebaran, hampir semua orang tua bisa. ” Ya karena orang tua saya merasakan betapa sulitnya mendidik anak agar kelak sukses dunia akhirat. Banyak faktor yang mempengaruhi pola asuh. Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh diantaranya; Faktor lingkungan sosial, pendidikan, nilai agama yang dianut orang tua, kepribadian dan jumlah anak. Faktor lingkungan sosial adalah suatu lingkungan yang dibentuk oleh orang tua dan anaknya dengan pergaulan dan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. Faktor pendidikan, lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. Pengaruh lain adalah dari Nilai-nilai agama yang dianut orang tua: Nilai – nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya. Faktor kepribadian: Dalam mengasuh anak, orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Dan faktor yang harus dipertimbangkan adalah jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, (Okta Sofia, 2009).
SMA-01.indd 27
7/31/2013 2:03:06 PM
28
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Orang Tua yang Otoriterkah Anda? Membahas masalah pola asuh tidak afdhol bila tidak memahami pola asuh otoriter yang kerap diterapkan pada anak dan bagaimana hasilnya untuk perkembangan kepribadian anak. Mari kita renungkan! Apakah kita termasuk orang tua yang otoriter? Orang tua yang otoriter adalah sikap orang tua yang suka menghukum secara fisik, bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi), bersikap kaku (keras) dan cenderung emosional dan bersikap menolak. Pasti Anda akan berpikir, apakah masih ada orang tua yang memukul anaknya ketika anaknya tidak menuruti perintahnya? Memang ada kalanya anak begitu menjengkelkan sampai orang tua kehilangan kesabaran dan memukul tangan atau bokongnya. Sesekali memukul tangan tak akan merusak hubungan antara orang tua dengan anak, tapi pukulan tersebut tak meningkatkan disiplin yang ditegakkan atau hubungan dalam keluarga. Pukulan atau tamparan lebih memberi keuntungan dan hukuman kepada pelaku dari pada anak yang mengalaminya. Jika orang tua merasa bahwa memukul anak merupakan tindakan yang tepat, maka ia cenderung akan semakin sering melakukannya dan akan berkembang hubungan yang diwarnai dengan kebencian antara orang tua dan anak. Dan orang tua pun memberi contoh yang tak baik. Selain itu anak jadi terbiasa, bila tidak ditangani atau diperlakukan kasar, anak tidak jera. Orang tua sering menganggap bahwa dirinya sebagai seorang polisi, polisi yang selalu menghukum bila ada yang bersalah. Menjadi polisi bagi anak merupakan tindakan salah-kaprah, dan salah asuh, salah karena tindakan itu sudah terlambat, anak sudah melakukan kesalahan baru diributkan. Kaprah karena tindakan ini paling sering dilakukan oleh kebanyakan orang tua, baik Ibu maupun ayah. Mereka baru bertindak ketika kesalahan telah dilakukan oleh anak, bukan mencegah, mengarahkan dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Pengertian di atas memberi gambaran bahwa orang tua otoriter adalah orang tua yang mempunyai karakter suka menghukum anak secara fisik, bertemperamen keras atau kaku sekehendak hati pada anak. Orang tua yang sewenang-wenang terhadap anak, tidak akan memberi peluang kepada anak, seolah-olah semuanya sudah diatur oleh orang tua. Hal demikian akan lebih menimbulkan banyak kebencian pada diri anak.
SMA-01.indd 28
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 4 Benarkah Perlakuan Orang Tua Berdampak pada Kepribadian Anak?
29
Sudah jelas ya pengertiannya. Semoga kita bukan termasuk dari golongan orang tua yang otoriter yang menggunakan power kita sebagai orang tua secara semena-mena.
Apa Saja Indikator dari Orang Tua yang Otoriter? Kita semua paham bahwa medidik anak adalah pekerjaan terpenting yang pernah diamanatkan kepada umat manusia. Tugas mulia, membentuk tabiat sebagian besar terletak di tangan orang tua. Dalam hal mendidik, orang tua harus waspada terhadap berbagai kesalahan yang tanpa sadar sering dilakukan. Kendati tanggung jawab dalam mendidik anak itu besar, namun sebagian besar manusia mengabaikan masalah tanggung jawab ini, meremehkannya dan tidak mau memelihara (memperhatikan) masalah tanggung jawab ini secara serius, sehingga mereka menelantarkan anak-anak mereka, membiarkan persoalan pendidikan mereka. Kesalahan dalam mendidik anak itu banyak bentuk dan variasinya serta fenomenanya yang menyebabkan anak itu menyimpang dan menyeleweng, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Tindakan Diktator Tindakan-tindakan brutal dan membabi buta tidak pernah membawa berkat. Tindakan-tindakan diktator lebih banyak merusak dari pada membawa untung. Ayah-ibu yang biasa bertindak terlalu kasar kepada anak-anaknya bukanlah menolong anak itu tetapi merusak. Anak-anak yang dibesarkan di bawah disiplin yang terlalu keras akan mengalami banyak hambatan psikolpgis. Anak perlu bimbingan yang penuh kehalusan jiwa. Seorang Ayah yang bersikap melatih bukan mendidik, dengan segala peraturan yang dibuat ayahnya tapi tidak dimengerti oleh anaknya. 2. Terlalu bersikap keras dan kasar dari yang sewajarnya Misalnya memukul anak-anaknya dengan berlebihan apabila mereka melakukan kesalahan meskipun itu baru pertama kali ia lakukan, ataupun orang tua sering menegur mereka dengan keras dan memarahi mereka ketika mereka melakukan kesalahan kecil maupun besar, atau bentuk-bentuk kekerasan dan kekasaran yang lainnya. 3. Berdo’a jelek untuk sang anak Ketika marah kepada sang anak, terkadang spontanitas keluar kata-kata yang tak pantas dari mulut orang tua, baik kutukan, makian atau bahkan
SMA-01.indd 29
7/31/2013 2:03:06 PM
30
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
keluar seuntai kalimat do’a dari mulut orang tua. Ada diantara orang tua yang mendo’akan buruk atas anak-anaknya hanya karena diantara mereka ada yang durhaka atau menentangnya, yang kedurhakaannya itu mungkin disebabkan oleh orang tuanya sendiri. Hanya karena emosi sesaat orang tua lupa bahwa ucapannya adalah doa. Kedua orang tua tidak menyadari bahwa do’a tersebut terkadang diucapkan pada waktu yang mustajab (do’a itu dikabulkan) sehingga do’a itu benar-benar menjadi kenyataan. Dengan demikian mereka menyesali perbuatannya itu selama-lamanya. Orang tua yang baik dan bijak tak pernah mendo’akan anaknya dengan do’a yang buruk, bahkan ketika anaknya sesat dan tercela, orang ua tersebut selalu mendo’akan dengan do’a kebaikan bagi anaknya di dunia dan di akhirat. Ada orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya do’a itu bagaikan batu yang dilempar, ada kalanya mengenai sasaran dan ada kalanya tidak mengenai sasaran. Seharusnya orang tua mendoakan kebaikan untuk sang anak, sehingga jika anaknya baik, maka kebaikan tersebut akan dirasakan oleh orang tua pula. 4. Menuruti segenap kemauan anak Menuruti segala keinginan anak tidak baik. Mereka itu akan menjadi manja, sesudah dewasa sukar untuk mengontrol diri, karena segenap kemauannya selalu terpenuhi. Anak-anak semacam itu akan gampang kecewa atau putus asa kalau rencananya gagal. Mereka kurang tabah dan kurang sabar dalam mengalami berbagai cobaan hidup. Anak-anak pada umumnya ingin mencoba segala sesuatu, sudah pasti bahwa sebagian besar keinginan mereka itu tidak baik bahkan ada yang membahayakan. Itulah sebabnya orang tua yang bijaksana tidak akan mengabulkan semua keinginan anak. 5. Bersikap tidak adil Anak-anak mungkin belum tahu bagaimana mengucapkan bahwa orang tuanya tidak adil, tetapi mereka mempunyai perasaan yang sangat halus. Mereka kecewa atas tindakan-tindakan yang tidak adil, kekecewaan kemudian menjelma menjadi keputus asaan. Setelah mereka mengalami putus asa, mereka tidak memperdulikan ancaman-ancaman hukuman lagi bahkan sifat-sifat pemberontak terpupuk dalam jiwanya. Sebagai contoh, David marah sekali kepada ibunya karena tindakan yang tidak adil. Ia dihukum lebih berat dari adiknya yang sebenarnya membuat kesalahan lebih besar. Ibunya sudah menjatuhkan vonis sebelum lebih jelas duduk persoalannya. 6. Mendidik anak dengan dimanja dan hidup tanpa aturan, membiasakan anak hidup mewah, congkak, royal dan bersuka ria.
SMA-01.indd 30
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 4 Benarkah Perlakuan Orang Tua Berdampak pada Kepribadian Anak?
31
Akibatnya anak tumbuh dan terbiasa dengan hidup mewah, egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia tidak lagi mempunyai kepedulian terhadap orang lain, tidak pernah menanyakan tentang keadaan saudara-saudaranya sesama kaum muslim, serta tidak ikut merasakan kegembiraan dan kesedihan mereka. Oleh karena itu, mendidik anak seperti ini akan merusak fitrah (naluri baiknya) melenyapkan keistiqomahan, serta membasmi kewibawaan dan keberaniannya. 7. Menumbuhkan pada diri anak rasa kecil hati, takut, gelisah dan keluh kesah. Sebagaimana yang kita perhatikan terhadap metode kita dalam mendidik, yaitu selalu menakut-nakuti mereka dengan hantu, penculik, setan, suara angin, dan sebagainya. Lebih buruk lagi bila kita menakut-nakuti mereka dengan gurunya, sekolahnya, atau dengan dokter, sehingga ia selalu dihantui rasa takut dari sesuatu yang semestinya tidak perlu ditakuti. Mengancam seorang anak supaya mau bekerja juga tidak bijaksana, dia berbuat oleh karena takut, tetapi bukan karena keinginan hendak menurut. Adalah kesalahan besar mengancam seorang anak dengan hukuman kalu tidak menurut. Sebagian anak akan tergoda menimbang berat hukuman dengan berat tugas, lalu mengambil keputusan supaya lebih baik dihukum saja dari pada melakukan tugas berat itu. Anak kecil yang diancam tidak akan diberi kue (roti) kalau menyeberang jalan raya, besar kemungkinan anak tersebut lebih menyeberang jalan walaupun tidak mendapat kue atau roti. 8. Kurangnya kasih sayang Kadang-kadang tanpa disengaja orang tua kurang memberi kasih sayang. Mungkin juga orang tua sudah merasa memberikan kasih sayang, tetapi ternyata anak tidak merasa memperoleh kasih sayang. Memang sulit untuk menentukan apakah sudah cukup kasih sayang yang diberikan atau belum. Perasaan tidak cukup disayangi ini akan menimbulkan akibat pada kepribadiannya. Hal itulah yang menyebabkan mereka berusaha mencari kasih sayang di luar rumah, dengan harapan agar ada orang yang dapat memberikan kasih sayang kepada mereka. 9. Mendidik mereka atas hal-hal (perbuatan yang rendah, kata-kata yang jelek, dan akhlak yang tidak terpuji. Sebagai contoh, orang tua memberi dorongan kepada mereka untuk gemar datang ke gelanggang olah raga jika di gelanggang itu ada percampuran antara laki-laki dan perempuan serta saling memperlihatkan aurat) mengekor/ meniru-niru orang kafir, membiasakan anak-anak perempuan memakai pakaian pendek, melontarkan kata-kata kasar, jorok, dan kotor
SMA-01.indd 31
7/31/2013 2:03:06 PM
32
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
yang disebabkan orang tua sering kali bahkan berulang-ulang, menggunakan kata-kata tersebut. Atau melalui panggilan anak-anaknya dengan julukan jorok, sehingga si anak terbiasa dengan panggilan-panggilan semacam itu dan tidak lagi mau memperhatikan etika berbicara. 10. Terlalu buruk sangka terhadap anak-anak Ada sebagian orang tua yang buruk sangka terhadap anak-anaknya bahkan ia amat berlebihan dalam hal itu sampai keluar dari batas kewajaran. Misalnya menuduh niat anaknya dan sama sekali tidak percaya kepada mereka. Ia memberikan kesan kepada mereka bahwa ia akan memberikan hukuman kepada mereka setiap kali melakukan kesalahan kecil maupun besar tanpa mau memaklumi dan melupakan sedikitpun tentang kekeliruan dan kesalahan mereka. Dari uraian di atas sebenarnya masih banyak lagi kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Orang tua sering tidak menyadari bahwa kesalahan dalam mendidik anak dapat menimbulkan berbagai reaksi, dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak mungkin akan mudah goyah, tidak stabil emosinya, dan sulit untuk dikontrol. Sebagai orang tua yang baik, maka dalam mendidik anak lebih ditekankan pada pendidikan yang membimbing, mengarahkan meraka kepada hal-hal yang benar, dan sabar dalam mendidik dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Semua kesalahan itu sebagai indikator bahwa Anda seorang otoriter yang secara sadar atau tidak telah menjerumuskan anak Anda tumbuh kembang kepribadiannya terhambat, tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Seperti Apakah Pola Asuh Otoriter Itu? Pola asuh otoriter cenderung tidak memikirkan apa yang akan terjadi di masa kemudian hari, fokusnya lebih masa kini. Orang tua atau pengasuh primer mengendalikan anak lebih karena kepentingan orang tua atau pengasuhnya untuk memudahkan pengasuhan. Mereka menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua atau pengasuh, memutlakkan kepatuhan dan rasa hormat atau sopan santun. Orang tua atau pengasuh merasa tidak pernah berbuat salah. Orang tua mau menerima dan menyayangi anak asal anak tunduk mutlak pada perintah-perintah orang tua, dan menjauhi larangan-larangan tertentu. Anak
SMA-01.indd 32
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 4 Benarkah Perlakuan Orang Tua Berdampak pada Kepribadian Anak?
33
juga harus sanggup menolak atau mengingkari dorongan, impuls, dan keinginan sendiri. Perasaan keinginan dan kemampuan sendiri harus ditekan atau dibuang, karena ada larangan dan tekanan-tekanan orang tua. Orang tua sering tidak menyadari bahwa dikemudian hari anak-anaknya dengan pola pengasuhan otoriter mungkin akan menimbulkan masalah yang lebih rumit, meskipun anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan tanggung jawab cukupan, namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan tampak kurang percaya diri. Kebanyakan anak-anak dari pola pengasuhan otoriter melakukan tugas-tugasnya karena takut memperoleh hukuman. Jika orang tua atau pendidik telah menggunakan pukulan atau kekerasan dalam mendidik seorang anak, maka sebenarnya dia telah menghilangkan kesempatan dalam mendidik dengan sebuah didikan yang benar, bahkan hal tersebut bukan merupakan bimbingan yang benar, tidak mengajak berpikir, dan tidak mengajak mengoreksi kebiasaan salah yang dilakukan sang anak, sehingga hasilnyapun nihil, walaupun sang anak nurut dikarenakan takut, walaupun sang anak mendengar bukan karena kewibawaannya sebagai pendidik yang benar tetapi karena takut akan pukulan dan kekerasaan, di belakang akan berkelekar dan akan timbul dendam atau ketidak hormatan sang anak terhadap orang tua tersebut. Dan tidak sedikit anak yang mendapatkan kekerasan dari orang tua, ketika berada di luar rumah mereka melampiaskannya dengan mabuk-mabukan atau bergaul dengan kesesatan karena merasa inilah jalan keluar dan yang terbaik bagi mereka. Dalam kondisi yang ekstrim, anak laki-laki dengan pola pengasuhan otoriter sangat mungkin memiliki risiko berperilaku anti sosial, agressif, impulsif dan perilakuperilaku maladaptif lainnya. Anak perempuan cenderung menjadi tergantung (dependent) pada orang tua atau pengasuh primernya. Terdapat beberapa anak yang kemudian menjadi kriminal atau melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang wajar. Utamanya mereka yang selain terkondisi dalam pola otoriter ditambah dengan siksaan-siksaan atau deraan-deraan fisik (Physical abuseof children). [18] Pola pengasuhan seperti ini seringkali berulang-ulang pada generasi berikutnya (sekali lagi Intergeneration Transmission) yang berjalan dalam ketidaksadaran. Melihat dampak yang tidak baik dari pola asuh otoriter ini, sebaiknya kita sebagai orang tua yang bijak menghindari pola otoriter seperti itu. Seandainya dulu Anda pernah merasakan pola asuh otoriter yang sangat menyakitkan itu. Sudah selayaknya hal buruk itu tidak diterapkan dalam pola asuh saat ini, menimbang lebih banyak mudhoratnya daripada manfaatnya.
SMA-01.indd 33
7/31/2013 2:03:06 PM
34
SMA-01.indd 34
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 5 Benarkah Perilaku Anak Terbentuk Karena Pola Asuh Orang Tuanya? “Nothing you do for children is ever wasted. They seem not to notice us, hovering, averting our eyes, and they seldom offer thanks, but what we do for them is never wasted. “ (Garrison Keillor) Tidak ada yang sia-sia jika kita melakukan sesuatu untuk anak-anak. Mereka sepertinya tidak memperhatikan kita, mengalihkan pandangan dan jarang berterima kasih, tapi apa yang kita lakukan untuk mereka tidak pernah sia-sia. Orang tua selalu ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya, begitu juga dalam hal pendidikananya. Dengan berbagai upaya orang tua berjuang dan berjuang agar anaknya harus lebih sukses dari orang tuanya. Berbagai cara ditempuh 35
SMA-01.indd 35
7/31/2013 2:03:06 PM
36
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
agar aset masa depannya bisa terwujud dengan gemilang. Maka disiapkanlah pola asuh yang pas dalam membimbingnya.
Faktor Apa Saja Pendorong Pola Asuh Orang Tua dalam Mendidik Anak Usia Dini? Mendidik anak, menyayangi, dan mengarahkan anak sejak dini menjadi tanggung jawab utama orang tua. Jangan sampai ada penyesalan ketika orang tua gagal mendidik anak, apalagi bila si anak samapai jatuh ke tempat yang tidak diinginkan atau tersesat dalam kehidupan yang menjeratnya pada masalah kriminal atau ke lembah hitam. Sekarang ini, orang tua berkeinginan untuk sukses mengasuh anak, tetapi juga sukses berkarir. Untuk menentukan pola asuh anak usia dini, orang tua harus mampu mengukur kemampuan diri. Setiap orang tua pasti ingin mengasuh anakanaknya dengan baik. Ketika bekerja, anak harus dengan siapa apakah bersama pembantu, kakek, nenek, tetangga, dititipkan ditempat penitipan anak atau griya asuh bayi dan balita. Semua itu memiliki konsekuensi dengan segala risikonya. Dalam realitas seperti ini, orang tua harus mampu mengukur kemampuan diri, tenaga, pikiran, dan kemampuan ekonomi. Hanya saja, orang tua merupakan pola asuh anak, tidak berpikir pentingnya keamanan, kenyamanan, pengaruh sosial, dan lingkungan anak. Kerena orang tua lengah dan tidak waspada, anak banyak yang dijahili, bahkan sampai terjadi tindak kekerasan seksual. Mereka yang ada di sekeliling kita yang selama ini dianggap baik, menyayangi, dan melindungi ternyata melukai, jika sudah demikian, orang tua hanya bisa menyesal seumur hidup. Dalam membentuk perilaku anak memiliki dampak secara psikologis dan sosial bagi anak serta berbentuk perilaku. Kalau perilaku itu baik dan bijak, maka orang tua menerima dengan senang hati dan gembira. Sebaliknya kalau perilaku itu buruk, maka yang rugi orang tua dan anak akan tumbuh tidak semestinya. Orang tua harus bisa mengukur kemampuan diri, waspada, dan berhati-hati dalam menentukan pola asuh anak. Pada akhirnya, pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, baik menyangkut potensi psikomotorik, sosial, maupun afektif yang sesuai dengan perkembangan anak. Dalam mengasuh anak, lingkungan harus mempermudah pertumbuhan, perkembangan bayi dan balita untuk dapat bermain, serta belajar bersama-sama. Rekomendasi ini harus selalu terngiang-ngiang pada orang tua.
SMA-01.indd 36
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 5 Benarkah Perilaku Anak Terbentuk Karena Pola Asuh Orang Tuanya?
37
Oleh karena itu, ketika orang tua memutuskan anak untuk dititipkan pada lembaga pengasuhan dan penitipan anak, maka lembaga tersebut hendaknya mampu menentukan pola asuh anak yang nyaman dan aman. Orang tua harus memahami bahwa ada tiga faktor utama yang melatar belakangi atau pendorong orang tua agar lebih dini sudah menetapkan pola asuh yang tepat untuk anaknya. Faktor tersebut adalah: 1. Faktor pendidikan Pendidikan yang baik merupakan wahana untuk membangun sumber daya manusia (human resource), dan sumber daya manusia itu terbukti menjadi faktor terpenting bagi keberhasilan seseorang yang akan mempengaruhi pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang baik bisa bersaing secara jujur, lebih bijak dalam berpikir atau memutuskan suatu maalah, karena wawasannya luas, sehingga kepandaiannya sangat bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain. 2. Faktor keagamaan Aqidah atau akhlak seorang anak, keimanannya merupakan factor terpenting yang harus dikenalkan sejak dini pada anak-anak. Dalam rangka mencapai keselamatan anak usia dini, agama memegang peranan penting. Maka orang tua yang mempunyai dasar agama kuat, akan kaya berbagai cara untuk melaksanakan upaya terbaik baik psikis maupun fisik terhadap anak. Orang tua akan mengacu pada Al-Qur’an dan As Sunnah dalam mendidik anaknya. Sehingga sang anak dapat tumbuh kembang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam agama. 3. Faktor lingkungan Lingkungan juga menjadi faktor yang sangat kuat mempengaruhi upaya orang tua secara psikis dan fisik terhadap anak usia dini. Pengaruh lingkungan ada yang baik dan ada yang buruk. Wajib bagi orang tua menjauhkan anaknya dari lingkungan yang buruk. Jangan sampai anak yang sudah dibentengi dengan pendidikan yang baik dalam keluarga, sudah memiliki landasan agama yang kuat, tiba-tiba hancur karena pengaruh lingkungan yang tidak sehat. Untuk mengantarkan anak menjadi anak yang cerdas lahir batin, sehat (psikis) dan fisik, juga menyiapkan generasi yang unggul, orang tua harus menjadikan ketiga faktor tersebut sebagai pendorong dalam menentukan pola asuh yang tepat untuk anaknya. Bisa disimpulkan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh
SMA-01.indd 37
7/31/2013 2:03:06 PM
38
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
terhadap upaya secara psikis dan fisik baik yang menafaskan agama maupun tradisi dalam mendidik anak. Walau ada juga orang tua yang berpendidikan rendah tapi mampu mengantarkan anaknya ke jenjang kesuksesan. Semua kembali pada usaha orang tua itu sendiri. Sebenarnya yang dimaksud pola asuh itu apa? Yang dimaksud dengan pola asuh adalah bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, bagaimana dia menerapkam aturan atau mengajarkan norma yang berlaku di rumah,bagaimana orang tua memberikan perhatian dan kasih sayang, termasuk menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga menjadi panutan bagi anaknya (Theresia,2009). Kesimpulannya pola asuh adalah cara orang tua bertindak sebagai suatu aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik secara individu atau bersama-sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya. Menurut Baumrind,(dikutip oleh Wawan Junaidi,2010), terdapat 5 macam pola asuh orang tua; • Pola asuh demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak - anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain. • Pola asuh Otoriter Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
SMA-01.indd 38
7/31/2013 2:03:06 PM
Bab 5 Benarkah Perilaku Anak Terbentuk Karena Pola Asuh Orang Tuanya?
39
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri • Pola asuh Permisif Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. • Pola asuh Penelantar Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman. • Pola Asuh Kombinasi Suasana hati anak setiap waktu selalu berubah sehingga sangat diperlukan kepandaian orang tua untuk mengkombinasikan pola asuh agar tujuan pengasuhan anak, yaitu untuk mensejahterakan anak baik psikis maupun fisik dapat tercapai. Pola asuh type kombinasi adalah orang tua yang menerapkan pola asuh sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak. Pada pola asuh ini orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, akan tetapi juga tida selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan ototriter dan juga tida secara terus-menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh kombinasi orang tua akan memberikan larangan jika tindakan anak menurut orang tua membahayakan, membiarkan saja jika
SMA-01.indd 39
7/31/2013 2:03:07 PM
40
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan. Nah, itu tadi 5 pola asuh yang dikelompokan dengan hasil yang diperoleh dari tiap pola asuh yang diterapkan. Mari kita flash back sejenak, dengan pola asuh seperti apakah kita dibesarkan ? Bagaimana menurut Anda? Adakah hikmah yang Anda ambil dari hasil pola asuh yang anda dapat dari orang tua Anda? Samakah pola asuh yang Anda dapat dengan pola asuh yang sekarang Anda terapkan kepada anak Anda? Dalam kehidupan sehari-hari orang tua secara sadar atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya. Misalnya meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, memberi nasihat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu yang tepat, berbicara kasar pada anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Beberapa contoh sikap dan perilaku diatas berdampak negatif terhadap perkembangan jiwa anak. Sehingga efek negatif yang terjadi adalah anak memiliki sikap keras hati,manja, keras kepala, pemalas, pemalu dan lain-lain. Semua perilaku diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan orang tua.
Apakah Anak Berhak Mendapat Bimbingan dan Pendidikan? Orang tua sesuai dengan fungsinya harus bisa memberi bimbingan dan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Bimbingan atau pendidikan apa saja yang seharusnya didapat anak dari orang tuanya? Hal-hal yang perlu mendapat bimbingan dari orang tua: 1. Membantu anak memahami posisi dan peranannya sebagai anak. Orang tua harus bisa memberi pemahaman kepada anaknya, siapa dia, harus bagaimana sesuai dengan jenis kelaminnya, sehingga tidak menyalahi kodratnya. Bagimana sang anak dibimbing agar mampu saling menghormati dan tolong-menolong dalam hal kebaikan sesuai dengan perintah Tuhannya. 2. Membantu anak mengenal dan memahami nilai-nilai kehidupan. Dalam hal ini orang tua harus bisa mengenalkan dan memahamkan nilai-nilai kehidupan kepada anak. Bagaimana agar anak dapat mengatur kehidupan
SMA-01.indd 40
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 5 Benarkah Perilaku Anak Terbentuk Karena Pola Asuh Orang Tuanya?
41
dirinya dalam bersosialisasi dengan teman, guru, keluarga, tetangga dan masyarakat. Sehingga anak dapat menghargai arti dari sebuah kehidupan yang harus dijalani dengan baik sesuai dengan norma yang ada. 3. Mendorong anak untuk mencari ilmu dunia dan ilmu agama. Membimbing anak agar semangat dalam menuntut ilmu juga menjadi kewajiban orang tua. Jangan sampai anak hanya dibekali ilmu dunia saja, sedangkan untuk ilmu agama mendapat porsi yang lebih kecil, atau sedikit. Sebaiknya orang tua mampu mengarahkan anaknya merealisasi dirinya sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang beriman. 4. Membantu anak memasuki kehidupan bermasyarakat secara bertahap. Anak pada akhirnya tumbuh menjadi remaja, dan menuju dewasa. Mereka memerlukan bimbingan secara bertahap sesuai dengan usianya dan kematangan kepribadiannya. Mereka setahap demi setahap melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua dan orang dewasa lainnya, serta mampu bertanggung jawab atas sikap dan perilakunya. 5. Memberi kesempatan dan mendorong anak agar mandiri. Memberi kesempatan serta mendorong anak-anak mengerjakan sendiri dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan agama, didalam keluarga dan masyarakat. Anak dibimbing agar dapat hidup mandiri, dengan diberi tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan usianya.
Bagaimana Menggali Kecerdasan Anak dengan Pola Asuh yang Sehat? Prof. DR. H. Arief Rachman, M. Pd seorang pakar Pendidikan dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, memberikan kiat khusus bagi orang tua yang harus menggali kecerdasan anak dengan pola asuh yang sehat. Orang tua akan bahagia bila memiliki anak-anak yang cerdas karena mereka adalah generasi masa depan yang bisa dibanggakan. Namun demikian, bukanlah sebuah pekerjaan mudah dalam mempersiapkan generasi cerdas tersebut. Setiap orang tua wajib memiliki keterampilan dalam menerapkan sistem pendidikan demi mengenal, menggali, dan mengembangkan potensi kecerdasan anak. Diakui Arief Rachman, orang tua sebagai penanggungjawab utama dalam mendidik anak harus memberikan perhatian khusus terhadap pengenalan dan penggalian potensi kecedasan anak. Lebih lanjut, Arief Rachman menjabarkan tata cara menggali potensi kecerdasan anak. Apa saja tata caranya?
SMA-01.indd 41
7/31/2013 2:03:07 PM
42
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Paling tidak ada lima potensi kecerdasan anak yang perlu dikenali dan dikembangkan secara seimbang. Pertama, potensi spiritual. Yang terpenting dalam potensi ini, anak diarahkan untuk mengetahui siapa penciptanya. Hal ini bertujuan agar anak mampu menghadirkan Tuhan/Keimanan dalam setiap aktivitas. Selain itu, hal ini untuk melatih kegemaran berbuat untuk Allah, disiplin dalam beribadah, sabar berupaya, serta berterima kasih/bersyukur atas pemberian Tuhan. Kedua, potensi akal. Potensi yang perlu dikembangkan dalam diri anak dapat dimulai dengan menggali kemampuan berhitung, kemampuan verbal dan spasial, serta kemampuan membedakan dan kemampuan membuat daftar prioritas. Orang tua perlu mengenal sejauh mana kemampuan-kemampuan ini dimiliki anak-anaknya sehingga pendidikan yang diterapkan dalam lingkungan keluarga dapat disesuaikan dengan pribadi anak yang bersangkutan. Ketiga, potensi jasmani. Potensi ini amat menunjang potensi lainnya. Untuk itulah anak harus diusahakan sehat secara medis. Diupayakan juga agar anak dapat beradaptasi dengan berbagai cuaca. Di samping itu, anak juga harus tahan bekerja keras. Ini diperlukan agar ia memiliki jiwa pekerja keras dan tidak lemah. Keempat, potensi perasaan. Banyaknya anak yang mudah marah dan mudah putus asa karena potensi perasaannya tidak diasah. Karenanya, anak perlu diberi pendidikan agar mampu mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat, serta berkepribadian stabil. Hal ini penting bagi anak ketika berinteraksi dengan orang lain. Kelima, potensi sosial. Lingkungan bagi anak merupakan suatu hal yang berharga. Anak diarahkan untuk bisa berinteraksi dengan lingkungannya, seperti senang berkomunikasi, senang membantu orang lain agar merasa bahagia, serta senang bekerjasama dengan teman sebayanya.
Bagaimana Menyelaraskan Kelima Potensi Tersebut? Agar semua potensi tadi bisa dikembangkan secara seimbang, diperlukan pola asuh yang sehat. Anak diberikan suri tauladan yang positif yang didasari oleh rasa kasih sayang, memberikan pendidikan yang sesuai. Yang tidak kalah penting adalah mengembangkan watak positif pada anak, seperti bertakwa, fleksibel, terbuka, tegas, berencana dalam setiap hal, mandiri, toleransi, disiplin, berani mengambil risiko, sportif, setia kawan, memiliki integritas, berorientasi masa depan, serta mampu kemampuan menyelesaikan tugas (amanah) yang diberikan.
SMA-01.indd 42
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 5 Benarkah Perilaku Anak Terbentuk Karena Pola Asuh Orang Tuanya?
43
Bagaimana Cara Menumbuhkan Kreativitas Anak? Kita perlu mengenali ciri-ciri anak yang kreatif yang terdiri dari berwajah cerah dan berfisik dinamis, berminat luas (pada musik, mata pelajaran, politik, dan lain sebagainya), bertanya (pertanyaan yang berbobot), selalu ingin tahu, serta menginginkan penjelasan yang berdasar ilmiah, tidak berbatas tembok status, berani mengambil risiko, mempunyai banyak alternatif untuk menyelesaikan masalah, tidak cepat puas, hampir selalu ingin sempurna, berani tampil beda, senang menggali pengetahuan, serta mempunyai gagasan-gagasan yang original. Model pembelajaran yang mampu mengembangkan kreativitas anak terdiri dari pengenalan, pengalaman (experiential learning), penemuan, pengertian, dan pengamalan. Untuk mengembangkan kreatifitas anak, kita perlu mendidik mereka secara baik dan tepat. Jangan biarkan anak berkreasi di bawah tekanan. Kreativitas harus muncul dari dalam dirinya. Banyak cara untuk menumbuhkan daya kreativitas anak dan salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan melalui permainanpermainan atau pendidikan lain yang sekiranya membuat anak senang belajar.
Bagaimana Pola Asuh yang Sehat Itu? Pola asuh yang sehat adalah yang membuat anak memiliki watak yang baik dan memiliki jati diri. Pola asuh yang baik adalah dengan memberikan suri tauladan dalam mengembangkan kelima potensi kecerdasan anak tadi. Biasakan pula mengajak anak berdialog agar melahirkan watak anak yang senang berdiskusi yang pada gilirannya akan memunculkan jati diri mudah bersosialisasi. Selain itu, lakukanlah pembimbingan agar anak memiliki tempat bertanya, bekerja sama agar anak merasa diperlukan. Terakhir, beri pedoman agar anak berkesadaran akan tujuan hidupnya sehingga memiliki jati diri berprinsip
Bagaimana Orang Tua secara Bijak Bisa Mengembangkan Kecerdasan Anak? Tidak bisa dipungkiri semua orang tua di dunia sangat mendambakan anaknya bisa berkembang optimal kecerdasannya. Banyak cara ditempuh orang tua untuk mewujudkan keinginannya. Tapi sudah bijakkah sikap orang tua ketika menjalankan tugasnya sebagai orang tua? Anak adalah makhluk Tuhan yang sangat unik dan tidak bisa dieksplotasi secara gegabah.
SMA-01.indd 43
7/31/2013 2:03:07 PM
44
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Orang tua yang bijak harus pandai bersikap. Buku Six Pillars of Positive Parenting bisa jadi menjadi panduan Anda sebagai orang tua untuk lebih bijak dalam memahami kondisi anak. Buku yang di tulis oleh Hanny Muchtar Darta (konsultan emotional parenting) ini menjelaskan bagaimana peran orang tua yang seharusnya. Jangan terlalu banyak melarang anak karena justru akan menghambat potensi anak dan mempengaruhi masa depannya. Orang tua tentunya mendambakan seorang anak yang sehat dan cerdas. Mereka dapat tumbuh dengan tinggi dan berat badan yang sesuai dengan usianya. Begitupula dengan kecerdasan. Banyak orang tua dengan berbagai cara dan usaha berupaya merangsang kecerdasan anaknya demikian luar biasa. Selain sehat dan cerdas, sebenarnya ada hal yang lebih penting. Yakni bagaimana mengasuh anak agar mereka juga tumbuh ceria, merasa nyaman, kuat fisik dan mental, serta cerdas emosi dan spiritual. Intinya, semua orang tua memiliki niat baik dalam mengasuh anakanaknya. Hanya, terkadang apa yang mereka lakukan belum sesuai dengan tahap perkembangan anak. Maklumlah karena tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Wajar saja kalau ada beberapa orang tua menerapkan pola asuh yang keliru atau pendekatan negatif dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Misalnya saja dengan menakut-nakuti, memarahi, mengancam, atau membandingkan anak satu dengan yang lain. Namun apakah mereka tahu keinginan anak? Atau apakah mereka pernah bertanya apa yang anak-anak mereka inginkan? Apakah keberhasilan ini untuk jangka panjang atau jangka pendek saja? Riset menunjukan bahwa setiap harinya anak-anak mendengar 432 kata negatif dan hanya mendengar 32 kata positif. Hasilnya, 8 dari 10 anak mengalami dampak psikologis akibat pendekatan ini dan sulit untuk bangkit dan berprestasi. Ada lima pendekatan yang sebaiknya dijalankan orang tua dengan cara bijaksana dan usaha terbaik:
1. Memahami dan yakin akan paradigma pola asuh positif. 2. Memahami redefinisi sukses bahwa semua anak adalah pemenang. 3. Menjalankan peran orang tua sesuai dengan tahap perkembangan anak. 4. Membangun hubungan positif dengan anak. 5. Memahami anak agar dapat menggali segala potensi yang ada dalam dirinya ditentukan oleh kecerdasan holistik, emosional, spiritual, dan intelektual.
SMA-01.indd 44
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 5 Benarkah Perilaku Anak Terbentuk Karena Pola Asuh Orang Tuanya?
45
Dalam pengasuhan juga ada enam pilar yang diharapkan diterapkan oleh para orang tua: 1. Pentingnya kerjasama yang baik antara kedua orang tua (partnership parenting). 2. Belaian fondasi penting dalam mengasuh anak. 3. Terapkan aturan dan kesepakatan secara konsisten. 4. Pahami emosi negatif anak sejak dini. 5. Pentingnya gaya bahasa positif agar anak sehat fisik dan emosional. 6. Pola asuh tanpa hukuman.
Apakah Pendekatan Orang Tua terhadap Anak Berpotensi Mengganggu Kepribadian Anak? Berikut adalah dua sisi pendekatan atau cara mengasuh orang tua yang mempunyai potensi mengganggu kepribadian anak. 1. Pendekatan orang tua yang negatif Ada orang tua yang menyikapi anak-anaknya dengan cara yang negatif, bahkan ada yang sampai menjadikan anak-anak mereka objek kekerasan atau pelampiasan amarah. Ada pula sebagian anak yang terus-menerus dipandang sebagai anak kecil, akibatnya anak tersebut jadi merasa tak berarti dalam hidup, mereka merasa tak dihargai sebagai manusia, padahal mungkin ia sudah bisa memberi pandangan-pandangan yang bermanfaat bagi anggota keluarga yang lain. Jika anak sudah memasuki usia remaja namun masih saja disikapi atau diperlakukan seperti anak kecil maka akan muncul kekecewaan yang mendalam pada diri anak tersebut, dan akan sulit bagi dirinya untuk cepat menjadi dewasa, karena perbuatan yang ia lakukan selalu diremehkan oleh orang tuanya. Ada juga anak-anak yang disikapi secara tidak adil oleh orang tuanya, semua anggota keluarganya mendapar perlakuan yang baik, sementara ia sendiri diperlakukan secara berbeda, seolah ia bukan anak kandung dalam anggota keluarga tersebut. Hal ini tentu sangat menyakitkan si anak dan dapat menjadi faktor pendorong untuk melakukan hal-hal yang menyimpang seperti mengkonsumsi narkoba, mendekati miras,pergaulan bebas, tawuran, dan lain sebagainya. 2. Pendekatan orang tua yang positif Orang tua yang terlalu baik selain orang tua yang bersikap negatif pada anak-anaknya, ada juga yang justru bersikap terlalu positif. Mereka sangat
SMA-01.indd 45
7/31/2013 2:03:07 PM
46
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
sayang terhadap anak-anaknya, tetapi mereka tidak tahu cara mendidiknya, sehingga akhirnya sang anak jadi manja. Hal yang perlu dituturkan disini karena pengalaman dilapangan menunjukkan betapa banyak anak-anak yang dimanjakan dan memperoleh fasilitas yang lebih dari orang tua mereka, mereka ini cenderung akan bersikap arogan, malas dan merasa tidak perlu bekerja keras dalam hidup serta kurang memiliki tanggung jawab terhadap apa yang ia perbuat. Jadi pendekatan orang tua yang positifpun akan membawa dampak buruk pada perkembangan kepribadian anak-anaknya. Dari pembahasan yang telah terurai diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pola asuh orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan bagaimana bentuk pribadi anak dimasa depan, oleh sebab itu orang tua harus benar-benar mawas diri dan bersungguh-sungguh dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan serta norma-norma yang baik kepada anak melalui pola asuh yang baik dan benar. Dari berbagai macam pola asuh yang tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang paling baik adalah pola asuh demokratis karena dapat menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Dan kooperatif terhadap orang lain. Hendaknya orang tua tidak egois, yaitu menganggap bahwa dirinya saja yang paling benar, karena pada prinsipnya setiap anak juga ingin menekspresikan dirinya dengan gaya dan cara sendiri. Orang tua lebih bijaksana kepada anak serta mampu memberikan contoh teladan yang baik kepada anaknya, lebih memahami nilai-nilai dan norma-norma kehidupan dan mengajarkan hal tersebut dengan sosialisasi yang baik kepada anaknya. Pilihlah pola asuh anak yang baik agar anak yang diasuh dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakteristik baik. Karena orang tua adalah tempat curahan hati seorang anak, maka jadilah orang tua yang mampu dijadikan sandaran yang baik bagi anak. Hindari tindakan negatif pada anak seperti memarahi anak tanpa sebab, menyuruh anak seenaknya seperti pembantu tanpa batas, menjatuhkan mental anak, merokok, malas beribadah, membodoh-bodohi anak, sering berbohong pada anak, membawa pulang stres dari kantor, memberi makan dari uang haram pada anak, enggan mengurus anak, terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lain sebagainya.
SMA-01.indd 46
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 6 Haruskah Mendidik Tepat Sasaran sesuai Karakteristik Kecerdasan Anak? Orang yang cerdik adalah orang dapat menaklukkan hawa nafsunya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan muluk kepada Allah(HR. Abu Daud) Menurut (Kamisa1997:112) Cerdas adalah pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam menghadapi masalah, cepat mengerti ketika mendengar keterangan, tajam pikiran, sedangkan cerdik adalah punya akal pintar mampu atau pandai memecahkan persoalan,cepat memahami situasi yang sulit dan menemukan pemecahannya, banyak akal. 47
SMA-01.indd 47
7/31/2013 2:03:07 PM
48
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Sedangkan pengertian cerdas adalah cepat mengerti dan memahami masalah yang dihadapi, cepat tanggap dalam menghadapi masalah, tajam dalam menganalisa dan mencari alternatif-alternatif solusi, dan mampu memecahkan masalah. Umar bin Khattab mendifinisikan orang yang cerdas bukanlah orang yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, melainkan orang yang bisa mengetahui mana yang terbaik di antara dua kebaikan dan mana yang terburuk di antara dua keburukan. (Hasan Zakaria Fulaifal, 2006:61) Sebenarnya dalam menyiapkan kecerdasan anak yang kita perlukan apa saja sih? Paling tidak ketika akan mendidik mereka kita harus tahu dulu, anak ini akan kita arahkan kemana? Dan yang terpenting kita tidak asal didik, tapi sangat perlu mempelajari karakteristik kecerdasan anak. Dengan mengetahui karakteristiknya kita akan lebih mantap mendidik dan memberi arahan kepada anak. Jangan pernah kita salah dalam memaknai karakteristik anak, sebab hal ini akan membuat kita menyesal selamanya. Bayangkan anak yang senang musik, tetapi diarahkan belajar ilmu alam, mereka tidak akan nyaman. Ketidaknyamanan ini akan berakibat fatal. Maka waspada lah! Baik sekarang kita lihat kecerdasan anak berdasarkan karakteristiknya. Berkaitan dengan kecerdasan, Howard Gardner, dalam bukunya Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda), membagi kecerdasan anak dalam spektrum yang cukup luas. Silahkan anda amati! Sehingga anda tahu persis dalam menerapkan pola asuh yang tepat kepada anak anda, setelah mengamati kecerdasan apa yang dimiliki anak anda. Bersiaplah anda untuk mengasah
Kecerdasan Logis Matematis (Logical-Mathematical) Anak yang mempunyai kecerdasan logis matematis, cenderung senang dengan hal-hal yang menggunakan logika. Mereka punya ciri-ciri; bisa menghitung dengan cepat atau di luar kepala, senang dengan teka-teki yang menggunakan logika, suka main catur, halma, monopoli, sering mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya “Mengapa angin bertiup kencang? Dan mereka mampu menjelaskan masalah secara logis, sering melakukan percobaan/eksperimen, menyukai games yang menarik dan menantang di komputer atau games online. Dan yang jelas mereka suka dengan mata pelajaran sains. Prestasinya menonjol di bidang matematika dan IPA.
SMA-01.indd 48
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 6 Haruskah Mendidik Tepat Sasaran sesuai Karakteristik Kecerdasan Anak?
49
Kelak anak yang memiliki kecerdasan logis matematis bisa berprofesi sebagai ahli matematika, programmer, ilmuwan, akuntan pajak, fisikawan, atau juga ahli logika. Tokoh dari Indonesia memiliki kecerdasan logis matematis adalah;Prof. Dr. Ir. Sedijatmo dengan Pondasi Cakar Ayam. Randall Hartolaksono dengan penemuan Kromatograffi Tercepat, ada juga Yogi Ahmad Erlangga dengan Persamaan Matematika (Persamaan Helmholtz). Sedang tokoh dunia di bidang sains ada. Neil Armstrong, Mark Zuckerberg, Patrick Moore.
Kecerdasan linguistik Kecerdasan Linguistik dimiliki oleh anak yang mempunyai kemampuan berkaitan dengan bahasa, mereka cenderung menggunakan bahasa secara efektif baik secara lisan maupun tertulis, peka pada makna, stuktur kata dan tertarik pada komunikasi lisan. Karakteristik anak tersebut; Suka baca buku, gemar puisi, pantun dan merangkai kata, punya perbendaharan kosa kata, suka puzzle berupa kata, juga teka-teki silang. Selain itu mereka pandai berkomunikasi. Mengkhayal, ngerumpi, dan senang dengan lelucon. Sudah bisa ditebak setelah dewasa mereka akan jadi orang yang suka dengan pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa. Profesi mereka bisa sebagai wartawan, politisi, editor, penulis, pendongeng, guru dan presenter. Banyak orang yang sukses di bidang ini seperti Goenawan Mohammad, WS Rendra, Chairul Anwar, H. B Yasin
Kecerdasan Visual Spasial Perhatikanlah, apakah anak kita memiliki kecerdasan spaial? Yaitu kecerdasan yang meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam ruang lingkup spasial. Ciri-cirinya antara lain: memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, mudah membaca peta atau diagram, menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, suka melamun dan berfantasi, mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian, menonjol dalam mata pelajaran seni.
SMA-01.indd 49
7/31/2013 2:03:07 PM
50
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Anak yang memiliki kecerdasan visual spasial akan mendapat pekerjaan atau berprofesi sebagai pemandu, arsitek, design interior, pemburu, navigator, dan design grafis. Tokoh yang sukses di bidang ini antara lain;Hendra Hadiprana dari Hadiprana Graha Cipta, Ridwan Kamil dari Urbane, A. D. Tardiyana (APEP) dari Urbane.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan atau kemampuan menerima rangsangan (proprioceptive). Memiliki ciri: banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau perilaku orang lain, bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif. Karena anak ini mampu menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Maka mereka cocok menjadi aktor, pemain pantomim, atlet atau penari. Sedang keterampilannya menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Maka dia akan menjadi pengrajin, pematung, tukang batu, ahli mekanik, dokter bedah. Banyak kita jumpai orang yang sukses di bidang ini; Dedy Mizwar, Mike Tyson.
Kecerdasan Interpersonal Kemampuan mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Dengan kata lain, mampu berinteraksi atau bergaul dengan orang lain secara baik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat. Karakteristiknya: mempunyai banyak teman, suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
SMA-01.indd 50
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 6 Haruskah Mendidik Tepat Sasaran sesuai Karakteristik Kecerdasan Anak?
51
Mereka paling cocok bila berprofesi sebagai motivator, psikolog, pengamat politik, dan konsultan, psikolog yang sukses di bidangnya. Ada Mario Teguh, dan Tika Bisono.
Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan Intrapersonal ialah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri secara akurat mencakup kekuatan dan keterbatasan. Kesadaran akan kemampuan diri sendiri, suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, keinginan, disiplin diri, memahami dan menghargai diri. Memiliki ciri antara lain: memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, banyak belajar dari kesalahan masa lalu, berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri. Pekerjaan yang akan ditekuni bisa sebagai; wiraswata yang mandiri, enterpreuneur. Tokoh yang sukses sebagai entepreuner Ir. Ciputra. Bob Sadino.
Kecerdasan Musikal Kecerdasan musikal dimiliki oleh anak yang mampu menangani bentukbentuk musikal dengan cara mempersepsikan, membedakan, mengubah dan mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap irama, pola nada, melodi, warna nada atau suara suatu lagu. Memiliki ciri antara lain: suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, mudah mengingat melodi suatu lagu, lebih bisa belajar dengan iringan musik, bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, mudah mengikuti irama musik, mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik. Kelak anak ini jadi penikmat musik, kritikus musik, komposer, atau penyanyi. Krisdayanti, Anang Hermansyah, Dwiki. Dan Harry Roesly.
Kecerdasan Naturalis Anak yang memiliki kecerdasan naturalis biasanya senang mengamati dan mengenali juga mengkategorikan spesies, flora dan fauna di lingkungan sekitar. Merekapeka terhadap fenomena-fenomena alam. Memiliki ciri antara lain: suka
SMA-01.indd 51
7/31/2013 2:03:07 PM
52
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional meliputi kekuatan emosional dan kecakapan sosial. Atau bisa dikatakan sekelompok kemampuan mental yang membantu seseorang mengenali dan memahami perasaan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan diri sendiri Apakah yang Dimaksud Dengan Mendidik Anak Sesuai Zaman? Umar bin Khatab, sahabat Nabi Muhammad SAW, seorang bijak yang hidup di abad ke 7 Masehi, memberikan pernyataan yang sangat terkenal: “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu” Sebuah kalimat sangat sederhana, tetapi memiliki aplikasi yang cukup rumit di dalam pelaksanaannya. Jangankan kita membandingkan dengan kondisi sekitar 13 abad yang lampau, membandingkan cara mendidik nenek dan orang tua kita zaman dulu saja susah. Ya dalam kondisi dari tahun ke tahun selalu ada tantangan dalam membesarkan dan mendidik anak-anak sangatlah berbeda. Perkembangan teknologi, tuntutan zaman dan persaingan yang semakin berat menghadapi dunia luar, memaksa anak dan orang tua harus bisa melalui zaman ini dengan menjadi pemenang atau tidak gagal. Perbedaan zaman juga menimbulkan perbedaan dalam hal menanamkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan seorang anak untuk membekali dirinya sendiri dalam menghadapi masa depannya. Seni Septiani Sanusi, Psi. seorang psikolog yang mengamati tumbuh kembang Anak dan Remaja banyak menulis tentang fenomena pendidikan anak saat ini dan bagaimana orang tua sebaiknya menyikapi fenomena tersebut. Bila diamati lebih mendalam anak di zaman dahulu lebih mandiri terhadap pendidikan mereka sendiri, orang tua hanya sebagai pendukung. Anak zaman dahulu ketika mendaftar ke SMP, dan SMA mereka mendaftarkan sendiri. Sedangkan anak zaman sekarang sepertinya berbanding terbalik dengan hal itu. Sekarang, justru
SMA-01.indd 52
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 6 Haruskah Mendidik Tepat Sasaran sesuai Karakteristik Kecerdasan Anak?
53
orang tua yang terlihat sibuk terhadap pendidikan anak-anak mereka padahal pada saat bersamaan, anak justru terlihat tenang dan sangat tergantung dengan orang tua. Karena sejak awal anak dikondisikan bergantung, dibantu membawakan tasnya, ditunggui ketika belajar, dibantu ketika belajar, bahkan ada yang tega menjerumuskan anaknya mendapatkan soal bocoran ketika ujian. Orang tua itu sangat berlebihan dalam melindungi anaknya. Padahal seorang praktisi di bidang Psikologi pendidikan dan keluarga mendapatkan rekaman hasil pemeriksaan Psikologi (psikotes) yang memperlihatkan anak-anak Indonesia di usia 5 – 6 tahun, sudah memiliki kematangan berpikir yang baik. Mereka memiliki daya tangkap menerima informasi baru yang cepat, memiliki pengamatan yang tajam, daya pikir kritis sudah terasah sejak kecil dan daya ingat yang kuat. Tapi di sisi lain banyak juga mendapatkan hasil yang memperlihatkan kondisi perkembangan dengan kecepatan perkembangan pola pikir kurang diimbangi dengan kematangan kemampuan koordinasi motorik dan kematangan emosi yang memadai. Zaman sekarang anak di usia TK misalnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu di depan TV atau berjalan ke sana ke mari di sekitar rumahnya (karena banyak yang tidak boleh bermain di luar rumah), anak-anak usia SD pun sibuk dengan mainan yang sedang trend saat itu, bermain game atau menonton TV. Untuk usia remaja mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama teman sebayanya, pergi ke tempat-tempat di mana banyak juga seusia mereka berkumpul (hang out) di mall, tempat nongkrong, atau mall, dan kurang mempedulikan apakah tugas yang telah mereka selesaikan sudah memenuhi target yang diberikan. Sudah banyak kasus yang memperlihatkan anak dan remaja terlalu asyik main game sehingga lupa mandi dan makan. Anak TK dan SD sibuk memikirkan mainan apa yang akan dibawa ke mobil agar tidak bosan di perjalanan menuju sekolah, tetapi isi tas mereka mengenai apa yang seharusnya mereka bawa ke sekolah, sudah ada yang mengatur dan menyusunkan. Jika ada yang tertinggal saat mereka di sekolah, adalah suatu pemandangan yang wajar tetapi sebenarnya menyedihkan karena anakanak ini akan menyalahkan orang tua atau pengasuh yang salah dalam memasukkan barang kebutuhan mereka ke dalam tasnya. Anak-anak tinggal menelepon ke rumah, bahkan ada yang sambil memarahi atau merengek-rengek, dan meluncurlah bapak, ibu, pembantu atau sopir mengantarkan kebutuhan mereka ke sekolah. Sedangkan pada anak dan remaja bukan yang sama sekali tidak mempedulikan pendidikan mereka, tetapi ‘belajar’ seringkali dipersepsikan sebagai kegiatan yang membebani dan mereka terlihat asyik dengan minat-minat pribadinya sendiri
SMA-01.indd 53
7/31/2013 2:03:07 PM
54
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
yang bersifat spesifik. Padahal yang terjadi adalah semakin banyak bantuan yang diberikan, kebutuhan seseorang untuk melakukan sendiri pun semakin menurun, ia akan lebih banyak mengandalkan orang lain. Anak-anak dan remaja dengan banyaknya bantuan dan permakluman seperti ini lebih banyak yang tumbuh sebagai seorang yang kurang percaya diri, mudah mengeluh, mudah mencari bantuan, motivasi berusaha kurang, tidak siap gagal dan pada akhirnya menjadi seorang yang egois karena ingin orang lain memaklumi kekurangan dirinya. Kondisi ini tentunya mempengaruhi tampilan si anak dalam keseharian, walaupun ia memiliki daya pikir yang kuat, mampu menganalisa, pandai memanipulasi orang dewasa untuk mendapatkan yang ia inginkan, tetapi jika ia dilibatkan dalam pekerjaan atau tugas yang bersifat praktis dalam keseharian, terlihat cara kerja yang kurang terampil. Mulai dari persiapan yang terlihat lama, harus diingatkan berkali-kali, kemudian dalam prosesnya pun cenderung cepat menyerah atau cepat ingin selesai, hasil akhir yang ditampilkan tentunya kurang memuaskan dari segi kualitas. Sikap kerja mereka terburu-buru, ingin cepat segera terhindar dari tugas yang kurang menyenangkan. Dan jika orang dewasa menghentikan pemberian tugas tersebutpun sebenarnya anak-anak ini hanya akan melakukan aktivitas-aktivitas yang sebenarnya tidak terlalu produktif. Melihat kondisi dan fenomena yang ada saat ini maka sudah seharusnya orang tua mengubah pola pikir dan pola asuhnya dalam mendidik anak. Bentuklah anak kita menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi tantangan dunia dengan bekal seperti yang disarankan oleh Syaikh Akram Mishbah Utsman dalam bukunya 25 Cara Mencetak Anak Tangguh yang menyimpulkan bahwa membentuk anak yang tangguh sepanjang zaman haruslah:
SMA-01.indd 54
• • • • • • • • • • • • •
Mulailah dari diri Anda ! Janganlah bersikap kasar Tanamkanlah rasa percaya diri Jangan jadikan dia pengekormu Jagalah terus kemandiriannya Jangan berlebihan melindunginya (over protective) Tumbuhkanlah jati dirinya. Ajarkanlah ia bahwa hidup hanyalah sementara. Berusahalah terus mengembangkan kecakapan dirinya. Berilah kesempatan padanya untuk membantu Anda. Biarkan dia bermain. Tegakkanlah aturan keluarga di rumah Anda. Jadikan dirinya orang yang memiliki obsesi yang tinggi.
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 6 Haruskah Mendidik Tepat Sasaran sesuai Karakteristik Kecerdasan Anak?
• • • • • • • • • • • •
55
Bantulah anak dalam memilih teman. Hindari cemoohan dan hujatan padanya Bangunlah sasaran dan tujuan hidupnya. Jadikan dia pribadi yang cekatan. Berikanlah limpahan tugas yang tidak mengekang. Tegakkan tanggung jawab dalam dirinya. Alihkan tanggung jawab padanya. Terus meningkatkan prestasi untuk menjadi yang terbaik. Pujian dan Sanjungan yang tidak berlebihan. Berikanlah kebebasan memilih. Utuslah anak untuk menyelesaikan urusan Anda. Ajaklah anak Anda dalam pertemuan orang dewasa.
Sudah cukupkah 25 sikap orang tua terhadap anaknya dalam mendidik anaknya menjadi seorang yang berpribadi tangguh? Jawabannya tergantung hasilnya dan penerapannya. Sedang untuk mengoptimalkan hasilnya masih ada banyak cara yang harus dilakukan orang tua. Untuk menyempurnakan upaya orang tua dalam mendidik anak adalah penerapan disiplin pada anak dan pola komunikasi yang baik antara anak dan orang tua.
Penerapan Kedisiplinan Disiplin sendiri merupakan suatu pola pembiasaan yang bertujuan untuk membentuk suatu tingkah laku tertentu. Dalam disiplin terkandung adanya tingkah laku yang berulang yang dilakukan dan biasanya melibatkan waktu tertentu untuk melakukannya. Sehingga terbentuk suatu tingkah laku yang terjadi secara otomatis tanpa banyak melibatkan analisa ataupun pertimbangan untuk melakukannya. Seringkali kedisiplinan diasosiasikan dengan pola pengasuhan yang ‘galak’ dan membuat relasi dengan anak menjadi kurang hangat. Padahal sebenarnya kedisplinan dapat membuat seorang anak memperoleh kepastian untuk self control mereka. Ketidakdisiplinan akan bermanifestasi pada rasa malas yang kelak menghambat kesuksesan anak karena mereka tidak terbiasa dengan target yang jelas, terlalu memanjakan perasaan. Untuk itu kemampuan disiplin yang berasal dari kesadaran diri anak sendiri akan membentuk self-regulated yang baik pada anak. Sehingga mereka mampu menetapkan dan meraih tujuan serta cita-citanya. Kedisiplinan
SMA-01.indd 55
7/31/2013 2:03:07 PM
56
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
juga dapat mengoptimalkan kemampuan anak di berbagai bidang menjadi sebuah prestasi seperti bidang musik sains dan sebagainya. Tidak mudah menanamkan disiplin untuk membentuk suatu tingkah laku tertentu pada anak karena target tingkah laku yang ingin dicapai adalah hasil keputusan orang tua yang terkadang kurang menyenangkan bagi anak. Dalam hal ini orang tua perlu memiliki suatu pemahaman mengenai strandar disiplin yang berlaku umum atau normatif dengan standar disiplin yang hanya berlaku pada keluarga tertentu saja. Karena hal ini akan menjadi dasar pertimbangan bagi orang tua apakah jika anak menolak perlu dilakukan dengan pendekatan yang lebih ketat (termasuk dengan ancaman atau hukuman) ataukah ada pola disiplin lain yang orang tua dapat lebih longgar dalam menerapkannya. Strandar disiplin yang bersifat normatif umum misalnya: bangun pagi mandi di pagi hari (sebelum jam 7 pagi) berbicara dengan volume yang cukup terdengar (tidak berteriak-teriak atau malah berbisik) buang air di kamar mandi toilet, meminta izin ketika pergi, sarapan, makan malam sekeluarga di meja makan, dan aturan disiplin lainnya yang sudah disepakati dalam keluarga. Sedangkan disiplin yang bersifat lokal subjektif hanya berlaku di keluarga tertentu misalnya: bangun pagi paling lambat jam 5 harus mandi dahulu sebelum sarapan makan harus di meja makan baju basah (walaupun hanya sedikit) harus diganti (biasanya pada bayi) kalau keluar rumah (walaupun sekedar halaman rumput depan rumah) harus menggunakan sandalsepatu harus minum susu minimal 3 gelas menonton TV hanya jam 4-6 sore saja, dan ketentuan lain yang berlaku di rumah. jika:
Suatu bentuk disiplin akan terbentuk dengan sendirinya pada seorang anak
1. Orang tua menerapkannya secara konsisten tidak berubah-ubah sesuai suasana hati orang tua atau hanya tergantung saat orang tua ada bersama anak. Yang tak kalah penting hdala pada keluarga yang memiliki lebih dari 1 anak maka harus ada keadilan pada setiap anak bahwa aturan tersebut berlaku untuk mereka tanpa kecuali. Dalam memberlakukan suatu aturan orang tua perlu melakukan sosialisasi yang bersifat menyeluruh pada seluruh anggota keluarga termasuk pengasuh ataupun asisten rumah tangga lainnya. Kegagalan penerapan disiplin secara otomatis karena seringkali orang tua hanya berbicara pada anak atau orang tua hanya berbicara pada pengasuh saja sehingga tidak terbentuk menjadi tanggung jawab pribadi anak.
SMA-01.indd 56
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 6 Haruskah Mendidik Tepat Sasaran sesuai Karakteristik Kecerdasan Anak?
57
2. Anak pun perlu memahami tujuan pemberlakukan dari disiplin tersebut. Salah satu upaya untuk mencapai pemahaman anak adalah dengan keteladanan terutama dari orang tua. Misalnya masalah bangun pagi. Dalam keadaan lelah sekalipun bila sudah ditanamkan bahwa seluruh anggota keluarga harus bangun pagi, maka kebiasaan itu harus dilaksanakan tanpa kekecualian. Begitu juga dalam menetapkan kapan jam menonton TV kapan TV dimatikan. Orang tua harus konsisten dengan peraturan yang sudah ditetapkan. 3. Orang tua tidak mudah menyerah dan tidak mudah marah jika tingkah laku disiplin yang bersifat normatif tidak tercapai pada anak dalam waktu yang singkat. Anak memiliki keunikan tersendiri sehingga rasa nyaman mereka untuk melakukan tingkah laku tersebut akan berbeda-beda. 4. Semakin bertambah usia seorang anak tuntutan lingkungan sosial terhadap dirinya semakin tinggi sementara ketidakdisiplinan ini sudah terpola sehingga akan semakin sulit bagi dirinya untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku umum. Semakin dini diterapkan, kemampuan beradaptasi anak dengan tuntutan lingkungan akan lebih baik.
Penerapan Pola Komunikasi Bagaimana dengan penerapan pola komunikasi? Memang saat ini relasi orang tua dan anak dapat dikatakan sudah lebih hangat dan komunikatif karena anak sudah lebih berani mengungkapkan apa yang menjadi pemikirannya. Tetapi mengenai pendidikan dan cita-cita, seringkali orang tua memiliki terlalu banyak referensi, sementara mereka kurang menyiapkan anak-anaknya dengan bekal keterampilan motorik dan kekuatan mental yang memadai. Dengan semakin majunya teknologi dalam bentuk media audio visual kemudahan telekomunikasi dan mengakses informasi membuat seorang anak platinum akan mendapatkan percepatan dalam perkembangan kemampuan berpikirnya. Namun dengan segala kemudahan fasilitas ternyata menjadikan mereka terbiasa dengan proses yang serba instant. Banyak anak yang diusia pra sekolah terbentuk menjadi anak yang ingin serba cepat mudah bosan dan membutuhkan tantangan secara kognitif namun kurang mau berusaha jika diberikan tantangan yang membutuhkan pengerahan fisik yang agak melelahkan. Mereka terlalu mengandalkan kemampuan bernegosiasi dan analisa situasi dan lebih sibuk membandingkan dirinya dengan orang lain.
SMA-01.indd 57
7/31/2013 2:03:07 PM
58
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Kondisi ini menyebabkan penerapan disiplin akan membutuhkan suatu strategi tersendiri agar anak tetap dapat berkembang menjadi seorang individu yang cerdas namun santun dan peka terhadap kondisi lingkungan sosialnya. Karena mereka merupakan anak-anak yang energik dan kritis maka orang tua tidak dapat lagi memaksakan suatu pendapat atau aturan tanpa mereka pahami tujuannya. Para orang tua mendapatkan tantangan untuk terus proaktif dalam mengakses informasi terbaru mengenai perkembangan anak. Hal ini penting agar orang tua tidak terjebak pada situasi anak dapat memanipulasi mereka padahal pencapaian disiplin tidak berjalan secara efektif. Memanfaatkan teknologi sebagai sarana komunikasi memang dapat dilakukan, tetapi yang terpenting adalah saat pertemuan secara fisik, yaitu: 1. Orang tua dapat memanfaatkan bahasa tubuh secara optimal, misalnya berbicara dengan anak sambil menatap matanya dan pastikan anak pun terbiasa berbicara dengan menatap orang tuanya. 2. Pengalaman komunikasi anak dengan orang tua akan terpatri kuat dan membentuk pribadi di masa dewasanya. Jarak intim saat berbicara, usahakan semakin muda usianya semakin banyak komunikasi yang disertai sentuhan. Tidak selalu harus dengan pelukan, tetapi pembiasaan bersalaman, mengelus kepala/rambut atau bahu, punggung, akan dapat mencairkan ketegangan yang dirasakan anak maupun orang tuanya. 3. Penggunaan intonasi suara yang tepat dan anak memahami esensi pembicaraan. Topik-topik yang berisi tentang transfer tanggung jawab, kepercayaan orang tua pada anak ataupun umpan balik jika mereka melakukan kesalahan sebaiknya disampaikan secara langsung, tidak menunggu munculnya tingkah laku tak terduga. 4. Dengan kehangatan yang telah terjalin di masa usia dini, sejalan dengan pertambahan usia anak ungkapan kasih sayang tidak selalu harus dengan kedekatan fisik, tetapi lebih mengembangkan komunikasi dua arah yang berimbang.
SMA-01.indd 58
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak? “Biarlah diri kita berjuang hari ini agar anak-anak kita mempunyai masa depan yang lebih baik. ” (Abdul Kalam) Mungkin sudah sering kita sebagai orang tua mencari dan berusaha dengan sepenuh hati untuk mendapatkan kiat jitu dalam mendidik anak, agar sang anak menggapai kesuksesan dengan mudah. Ternyata memang banyak sekali kiat dan trik khusus dalam mendidik anak. Dari mulai kiat yang sederhana baik secara teori atau dengan contoh kasus yang banyak dialami orang tua yang berhasil dalam mendidik anak.
59
SMA-01.indd 59
7/31/2013 2:03:07 PM
60
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Sebenarnya mendidik anak itu ada seninya. Mau dikatakan sukar bisa, mau dibilang sederhana juga bisa, tergantung bagaimana kita sebagai orang tua mau menerapkan cara mendidik yang seperti apa? Bagaimana kalau yang sederhana? Mendengar kata sederhana, kita pasti akan membayangkan suatu kiat atau trik yang jitu dan top markotop dalam mendidik anak. Disini bisa kita bandingkan beberapa kiat yang mungkin cocok untuk selera Anda. Yang paling utama adalah bagaimana kita belajar dari cara Rasulullah SAW mendidik anak.
Kiat Mendidik Ala Nabi Muhammad SAW Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orang tua sangatlah vital. Karena melalui orang tualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak. Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus dilakukan orang tua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat. Rasulullah SAW adalah teladan umat muslim sedunia yang merupakan insan yang paling sempurna akhlaknya. Sehingga dikatakan bahwa beliau Rasul adalah Al-Qur’an berjalan. Banyak orang tua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada anak-anaknya sehingga mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama memberikan panduan lengkap mendidik anak. Rasulullah SAW memiliki cara yang baik dalam mendidik anak sehingga sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al-Qur’an panduan lengkap bagi umat Islam. Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara Islami. Semua itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan Islam di dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling dini adalah orang tua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah pertama dalam kehidupan individu. Selain itu juga masjid, sebagai lembaga agama yang berperan mendidik individu dalam meningkatkan kualitas iman kepada Allah SWT dan menumbuhkan perilaku baik di dalam dirinya. Juga sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang berperan membekali individu dengan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki dalam kehidupan ini.
SMA-01.indd 60
7/31/2013 2:03:07 PM
61
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?
Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sangat bertanggung jawab dalam mengajari anak tentang berbagai macam perilaku Islami. Keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan sosial yang baik. Yang harus diperhatikan dan sangat penting dalam kehidupan anak yaitu pendidikan aqidah, lalu pendidikan rukun iman, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlaq. Sangat penting diajarkan kepada anak bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempunyai akhlaq yang mulia. Dan itu juga ditopang dengan contoh yang mereka temukan di dalam keluarga dan lingkungan. Setiap anak muslim hendaknya diajari untuk selalu berakhlaq baik, seperti sikap ihsan, amanah, ikhlas, sabar, jujur, tawadhu, malu, saling menasihati, adil, membangun silaturahim, menepati janji, mendahulukan kepentingan orang lain, suci diri, dan pemaaf. Akhlaq yang baik merupakan fondasi dasar dalam ajaran Islam. Dan akhlaq yang baik diperoleh dengan berjuang untuk menyucikan jiwa, mengarahkannya untuk berbuat, dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu perbuatan ibadah tidak lain merupakan sarana untuk mencapai akhlaq yang baik. Dalam hal ini Rasulullah SAW adalah contoh yang paling baik, teladan yang paripurna, dunia akhirat. Allah SWT berfirman; “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung. ” (QS Al Qalam:4). Rasulullah SAW bersabda; “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. ” (HR Al-Bukhari). Sebagai orang tua bila ingin mengikuti kiat yang diberikan atau yang diajarkan oleh Rasulullah SAW maka tanamkanlah: 1. Ihsan Ihsan mempunyai beberapa pengertian: Bersungguh sungguh dalam belajar dan profesional dalam bekerja. Membalas keburukan orang-orang yang berlaku salah dengan kebaikan atau menerima permintaan maaf dari mereka. Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan memendam amarah (Setiap anak didik harus belajar memaafkan orang lain dan memberikan nasihat yang baik dengan penuh hikmah). Mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam memiliki nilai moral yang tinggi dan menjadikannya contoh utama
SMA-01.indd 61
7/31/2013 2:03:07 PM
62
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dalam kehidupan ini. Ihsan adalah perbuatan manusia dalam melaksanakan seluruh ibadahnya secara baik dan menjalankannya secara benar. 2. Amanah Amanah adalah menyampaikan hak hak kepada orang yang memilikinya tanpa mengulur-ulur waktu. Sikap amanah dalam dunia ilmu pengetahuan berarti belajar dengan tekun dan rajin, sedangkan sikap amanah dalam berinteraksi dengan sesama manusia adalah dengan menjaga rahasia-rahasia mereka. Sebelum Rasulullah SAW menjadi nabi, masyarakat Jahiliyah yang hidup di sekitar Rasulullah SAW selalu menjuluki beliau dengan kata-kata AlAmin, “orang yang terpercaya”. Itu karena para rasul memang memiliki sikap amanah, begitu pula dengan hamba-hamba Allah yang shalih. Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah kalian orang yang amanah bagi orang orang yang telah mempercayaimu, dan janganlah kalian mengkhianati orang yang mengkhianatimu. ” (HR Daraquthni). 3. Ikhlas Seorang anak harus diajari untuk berbuat ikhlas, baik dalam melaksanakan pekerjaannya maupun proses belajarnya. Semua itu harus mereka laksanakan dengan ikhlas, demi mendapatkan ridha Allah SWT. Jangan sampai perbuatan tersebut dilandaskan pada sifat munafik, riya’, atau hanya mendapatkan pujian dari orang-orang. 4. Sabar Seorang anak harus belajar bahwa kesabaran adalah mendapatkan sesuatu yang tidak disenangi dengan jiwa yang lapang dan bukan dengan kemarahan atau keluhan. Sikap sabar dapat termanifestasi melalui sikap, baik dalam melaksanakan ibadah maupun muamalah, serta menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. ” (QS Ali Imran: 200). Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman, “Sesugguhnya hanya orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas. ” (QS Az-Zumar: 10). Rasulullah SAW bersabda, “Betapa menakjubkannya perkara orang-orang beriman, segala perkara mereka baik, dan hal itu tidak didapatkan kecuali oleh orang beriman. Apabila mendapatkan kebahagiaan, ia akan bersyukur dan itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Begitu pula apabila ditimpa kesedihan, ia akan bersabar dan hal itu adalah yang terbaik bagi dirinya. ” (HR Muslim).
SMA-01.indd 62
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?
63
5. Jujur Seorang anak hendaknya diajarkan untuk memiliki sifat jujur, baik di dalam perkataan maupun perbuatannya, sehingga setiap ucapan yang keluar dari mulutnya sesuai dengan realitas yang ada. Tidak berbohong di hadapan orang lain, karena sifat bohong adalah satu ciri orang munafik. Sifat jujur akan mendatangkan keberkahan dalam rizqi serta dapat membantu seseorang mualim untuk meraih nurani yang tenteram dan jiwa yang damai. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggununggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah janjinya. ” (QS AlAhzab: 23). Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kalian berlaku jujur. Karena kejujuran akan menunjukkan seseorang pada perbuatan baik, dan perbuatan baik akan membawa seseorang kepada surga. Seseorang yang memiliki sifat jujur dan terus mempertahankan kejujurannya, di sisi Allah akan tercatat sebagai orang yang jujur. Dan hendaknya kalian menjauhkan diri dari sifat bohong. Karena kebohongan akan menyeret seseorang pada dosa, dan dosa akan mengantar manusia ke pintu neraka. Seseorang yang berbuat bohong dan masih terus melakukan kebohongan, di sisi Allah akan tercatat sebagai pembohong. ” (HR Muslim). 6. Tawadhu’ Seorang anak hendaknya diajari bahwa tawadhu’ atau rendah hati hanya dapat dicapai dengan menjauhkan diri dari sifat sombong di hadapan hamba Allah yang lain. Jalinlah hubungan dengan fakir miskin, karena doa mereka mustajab. Dan bergaullah dengan baik dengan siapa saja. Usahakan untuk menjauhkan diri dari sikap angkuh, mengagung-agungkan diri, baik dengan memperlihatkan harta, mahkota, maupun ilmu pengetahuan. Jangan suka dengan puji-pujian yang berlebihan atau penghormatan di luar batas. Allah SWT berfirman dalam surah Al Furqan: 63, “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan, Yang Maha Penyayang, adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati; dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. ”Begitu juga dalam firman lainnya. “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah untuk orang-orang yang bertaqwa. ” (QS Al-Qashash: 83).
SMA-01.indd 63
7/31/2013 2:03:07 PM
64
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
7. Malu Seorang anak hendaknya diajari bahwa malu adalah bagian dari iman, yang dapat mendekatkannya pada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan. Sikap malu akan mencegah seorang mualim untuk melakukan perbuatan dosa. Selain itu juga akan menjadikan seorang mualim untuk berbicara benar dalam berbagai kondisi. Rasulullah SAW adalah orang yang,sangat pemalu, sehingga beliau tidak pernah berbicara kecuali yang baik-baik saja. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa tidak memiliki rasa malu, maka ia tidak memiliki keimanan. ” (HR Bukhari Muslim). 8. Saling Menasihati Seorang anak hendaknya diajari bahwa nasihat adalah perkataan yang tulus, terlepas dari maksud-maksud tertentu ataupun hawa nafsu. Maka seorang mualim hendaknya memberikan nasihat kepada mualim lainnya. Karena nasihat dapat melepaskan seseorang dari api neraka. Sering memberi nasihat juga bagian dari akhlaq para nabi dan rasul. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ashy ayat 3, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan aural shalih dan nasih-menasihati supaya menetapi kesabaran. ” 9. Adil Berlaku adil atau memiliki sikap adil harus ditanamkan pada anak. Seorang anak harus menjunjung tinggi sifat kebenaran dan membela mereka yang terzhalimi. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan…. ” (QS An-Nahl: 90). Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang sebelum kalian telah hancur; karena apabila mereka yang terhormat mencuri, mereka akan membiarkannya, tetapi apabila ada orang lemah yang mencuri, mereka menerapkan hukum kepadanya. ” (HR Al-Bukhari). 10. Membangun Silaturahim Silaturahim adalah berbakti dan berbuat baik kepada orang tua serta kaum kerabat. Di samping itu juga menjaga hak-hak para tetangga dan orangorang lemah. Semua itu dilakukan untuk mempererat ikatan hubungan di antara keluarga dan untuk menumbuhkan rasa cinta di antara manusia. Yang termasuk dalam bagian silaturahim adalah berlaku baik dan sopan ketika bertemu dengan kaum kerabat, serta menyambut kedatangan mereka dengan suka cita. Silaturahim juga dapat diartikan sebagai mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui cara mengikatkan tali kekeluargaan, menyambut kedatangan para tetangga dengan suka cita, dan menampakkan wajah senang ketika bertatap muka dengan mereka. Tidak hanya itu, silaturahim juga
SMA-01.indd 64
7/31/2013 2:03:07 PM
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?
65
dapat termanifestasi melalui menjenguk orang yang sakit, dan membantu meringankan beban mereka. Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. ” (QS Ar-Ra’d: 21). 11. Menepati janji Tanamkan rasa percaya kepada anak bahwa menepati janji yang telah dibuatnya merupakan salah satu tanda orang beriman, dan Allah SWT menyukai hal itu. Kalau ia tidak mampu menepatinya, ajarkan pula untuk minta maaf. Menyalahi janji termasuk dalam kategori perbuatan hina, karena perbuatan itu hanya akan menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat. Tidak hanya itu, perbuatan tersebut juga akan melahirkan kemurkaan Allah. Allah SWT berfirman, “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya. ” (QS Al-Isra: 34). 12. Mendahulukan Kepentingan Orang Lain Ikhlas berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain termasuk dalam perbuatan-perbuatan yang utama dalam ajaran Islam. Sikap ini terimplementasi dalam bentuk mencintai orang lain, melayani kebutuhan kaum mualimin, berkorban demi kepentingan mereka, dan memiliki keyakinan bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam dan mendahulukan kepentingan sesama saudara mualim merupakan akhlaq mulia. Allah SWT berfirman, “Dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan spa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang yang beruntung. ” (QS Al-Hasyir: 9). Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman seseorang sebelum mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. ”. Ajarkan kepada anak-anak kita untuk berkasih sayang dengan sesama, terutama kepada orang-orang lemah dan tertindas. Tidak merendahkan atau menyakiti, apalagi mencela mereka. Hendaklah kita selalu bersikap lemah lembut kepada makhluk Allah yang lain. Kasih sayang akan mendatangkan cinta dan menyatukan hati. Sikap keras hanya akan memisahkan hati dan menumbuhkan kebencian. 13. Menjaga Kebersihan Anak harus diajarkan agar selalu menjaga kebersihan. Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan. Islam sangat menganjurkan kepada setiap individu mualim agar selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal masing-masing. Ajaran Islam menganjurkan mempergunakan pakaian yang bersih dan yang terbaik untuk bersujud menghadap Allah
SMA-01.indd 65
7/31/2013 2:03:07 PM
66
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
SWT. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki; dan jika kamu junub, mandilah. ” (QS AI-Maidah: 6). 14. Pemaaf Sifat utama lain yang kita ajarkan kepada anak-anak adalah murah hati, pemaaf, dan berani karena benar. Bagaimana orang tua menumbuhkan sifat pemaaf kepada anak-anak sehingga mereka tidak memiliki sifat pendendam dan hatinya selalu bersih juga mempunyai pikiran yang positif. 15. Pengetahuan ikhwal Akhlak yang buruk Untuk pengetahuan anak perlu dijelaskan seperti apakah akhlaq yang buruk itu. Diharapkan dengan pengetahuan itu anak-anak bisa menghindar dari hal tersebut. Sifat yang jelek itu seperti ghibah atau ngerumpi, yakni membicarakan keburukan-keburukan saudaranya sesama mualim dan orang yang dibicarakan itu tidak ada di hadapannya. Perbuatan ghibah itu bisa dalam bentuk perkataan, perbuatan, isyarat, ataupun sindiran. Kemudian namimah, yaitu perbuatan seseorang yang menukil perkataan seseorang dan kemudian menyampaikannya kepada orang lain dengan tujuan mengobarkan api permusuhan di antara kedua orang tersebut. Akhlaq tercela lainnya seperti riya’, hasad, ucapan keji, sombong, penyindir, pemalas, marah, kikir, bohong, tamak. Mereka yang berakhlaq baik biasanya hatinya akan dicondongkan kepada ajaran agama. Mudah bagi mereka menerima nasihat, dan selalu melakukan evaluasi diri. Anak-anak yang tumbuh di tengah keluarga yang istiqamah mengerjakan perintah Allah SWT dan menghindari larangan-Nya insya Allah akan selalu dituntun-Nya dalam pendidikan dan kasih sayangNya. Begitulah cara Rasulullah SAW mendidik anak. Semua berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah. Orang tua yang bisa membekali anaknya dengan sikap dan perbuatan yang diajarkan Rasulullah SAW, mereka akan menggemgam dunia dan akherat.
Kiat Ala Barat keluarga Carmila dan Vincent 1. Disiplin. Orang tua ini mendidik anaknya dengan cara yang lama dan agak kolot. Sangat keras terhadap anak tapi diiringi dengan cinta. Semua serba diatur, kapan belajar, kapan tidur, kapan waktunya bermain, kapan membantu orang tua. Semua punya tanggung jawab. Anehnya tidak ada hukuman, kata-
SMA-01.indd 66
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?
67
kata kasar, atau teguran yang menyakitkan hati anak-anaknya. Mereka semua menyadari dan tahu persis aturan yang ada dalam keluarga mereka sehingga menurut dan melaksanakan tanggung jawab mereka masing-masing. Dan berusaha mematuhi aturan yang ada demi kebahagian bersama. Orang tua ini tidak suka bila anaknya pulang terlambat sebaliknya anak-anak tahu bahwa mereka harus pulang tepat waktu. Mendidik tanpa disiplin akan berantakan dan mendidik tanpa disiplin tidak akan berhasil. Displin harus dijalani secara ketat tapi dengan dilandasi dengan kasih sayang. 2. Kerja Keras. Keluarga ini sangat sederhana, hanya memiliki sebuah toko obat. Dan sebenarnya mereka tidak sanggup membiayai sekolah anakanaknya. Tapi baik orang tua dan anak-anak berusaha bekerja keras. Sudah ditentukan kapan anak-anak membantu orang tuanya, kapan mereka belajar, dan bersantai. Anak-anak diperlihatkan bahwa orang tua mereka bukan orang tua yang suka berpangku tangan, mereka jarang berlibur, dan tidak suka berfoya-foya. Dengan kata lain orang tua dan anak-anak bekerja keras demi menggapai cita-cita mereka. Tidak ada waktu untuk mengerjakan halhal yang tidak berguna. 3. Hemat. Carmila dan Vincent mendidik anak-anaknya supaya hemat. Mereka dari keluarga sederhana. Tidak membuang sesuatu yang masih berguna. Mereka berusaha tidak berlebihan, baik itu pakaian, makanan, atau keperluan yang lain. Cermat dalam membelanjakan kebutuhan. Bila ada yang bisa didaur ulang akan mereka lakukan, sehingga pengeluaran mereka pun bisa diminimalisir. 4. Tidak mengeritik atau mengecam anak-anak. Orang tua ini berusaha mengendalikan diri. Dijaga mulutnya dan sikapnya agar anak-anaknya tidak sakit hati, atau terluka dengan ucapannya. Sebab perkataan yang buruk sangat menyakitkan bagi anak dan akan membekas sampai mereka tua. Bagaikan batu yang di lempar ke dalam danau, yang tidak tampak di permukaan, padahal batu itu tetap berada di dasar danau. Orang tua tidak mengeritik pekerjaan anak yang tidak baik, tapi memperbaikinya sehingga si anak mengerti bahwa yang dikerjakan belum sempurna. Orang tua ini sadar bahwa kritikan atau mengecam akan menghambat perkembangan cara berpikir anak. Padahal tugas orang tua mendorong anak-anak supaya mereka menggunakan pikiran mereka dengan baik. 5. Bertanggung jawab. Orang tua ini bertanggung jawab. Mereka sadar akan tanggung jawabnya, apa yang harus diperbuat dengan sungguh-sungguh. Begitu juga dengan anak-anak mereka, sejak kecil sudah diberi tugas dan kewajiban harus melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Orang tua
SMA-01.indd 67
7/31/2013 2:03:08 PM
68
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
mengawasi agar anak-anaknya mengerjakan apa yang sudah jadi tanggung jawab mereka masing-masing. Kelak ketika mereka dewasa, mereka memiliki rasa tanggung jawab penuh terhadap tugasnya dalam pekerjaan ataupun dalam rumah tangga. Sebaliknya kita sering melihat banyak orang tua yang tidak memberikan tugas atau tanggung jawab kepada anak, karena takut anaknya lelah, takut nanti sakit, atau terluka ketika mengerjakan sesuatu yang berat. Padahal bekerja harus menggunakan tangan dan pikiran. Pendidkan harus disertai petunjuk dan praktek.
Kiat Ala Dr. Andriana S. Ginanjar yang Menggunakan Positif Parenting 1. Mengenali perkembangan anak. Ketika orang tua berinteraksi dengan anak, cobalah untuk mengenali kemampuan anak, baik kemampuan kognitif, keterampilan fisik, perkembangan emosi, caranya berinteraksi dengan orang lain, juga masalah-masalah khusus yang dihadapi mereka. Sehingga orang tua tahu persis kemampuan anaknya seperti apa. 2. Meluangkan Waktu Berkualitas. Orang tua seharusnya membuka diri untuk mengetahui dunia anak, sehingga bisa melihat dunia anak dengan kaca matanya. Caranya dengan memberinya perhatian khusus yang bisa diisi dengan kegiatan yang menyenangkan. Memasak bareng,mendongeng, atau berkebun. Bila anak Anda sudah remaja, tidak ada salahnya kalau orang tua ikut membaca buku yang sedang dibaca si anak, mungkin komik, novel, atau majalah remaja. Orang tua perlu meluangkan waktu yang berkualitas untuk anak mereka. 3. Memberi pujian atau dukungan,Pujian dan dukungan bukan milik orang dewasa, anak-anak juga butuh pujian. Kenali pula karakter anak, hal ini sangat penting, pada saat ingin menyampaikan pujian pada anak pun amat perlu untuk menyesuaikan cara Anda dengan karakternya. Ada anak yang suka dipuji langsung, tapi tidak di hadapan banyak orang, dan sebaliknya. Dukungan dan pujian merupakan cara untuk mengarahkan tapi tidak memaksa anak, plus merupakan cara untuk memberikan semangat agar bangkit kembali ketika ia sedang terjatuh. Anak-anak pun seperti itu butuh afirmasi dan apresiasi, terlebih dari orang yang mereka anggap penting. Pastikan saat akan memberikan pujian,tujuannya tujuannya dan spesifik. 4. Menjadi model yang baik. Ketika kita ingin anak bisa berlaku sesuai dengan yang kita inginkan sebaiknya kita tidak hanya bicara tetapi mencontohkan dengan tingkah laku. Bagaimana ia bisa percaya atas apa perkataan dan nasihat
SMA-01.indd 68
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?
69
orang tuanya jika Anda tidak melakukan sendiri apa yang diperintahkan kepadanya? Cobalah untuk membuka diri dan tidak terlalu ada pembatas kepada anak, agar ia terbiasa berdiskusi dan bertanya dengan kita. Dengan memberi contoh yang baik, kita juga sekaligus mendorongnya untuk menjadi anak teladan. 5. Memberikan konsekuensi logis. Dr. Adriana menyarankan agar Anda tidak terlalu mengekang anak. Ketika Anda sudah memberitahukan konsekuensi dari tindakan-tindakan tertentu dan ia tetap melakukan tindakan tersebut, asalkan masih dalam batas yang aman, biarkan ia merasakan konsekuensi tersebut. Kadang hal ini diperlukan untuk meredam rasa penasaran si kecil. Pastikan sangsi atau konsekuensi tersebut masih dalam batasan logis dan bisa dimengerti oleh si anak. Ini akan membantu si kecil belajar bertingkah laku. Cara ini tergolong cukup efektif. 6. Fokus pada tingkah laku positif. Jangan hanya melarang. Berikan pujian atau reward atas tindakan-tindakan positif yang baik dari si kecil. Saat akan memberikan reward, pastikan dalam bentuk yang tepat dan benar-benar disukai si kecil. Mencoba tawar-menawar dengan si kecil untuk melakukan sesuatu yang ia suka dengan tindakan yang Anda tahu sulit untuk ia lakukan akan menjadi motivasi baginya. Namun, jangan sampai untuk segala hal harus diberikan iming-iming. Abaikan tingkah laku negatif dari anak yang memancing konflik berulang. 7. Bersikap tegas. Terapkan aturan secara konsisten. Tegurlah anak jika ia berbuat salah dan itu merupakan suatau aturan yang sudah disepakati. Jangan lupa untuk bersikap adil pada semua anggota keluarga. Jangan sekalikali tebang pilih dalam bersikap antara satu anak dengan yang lain. 8. Tanamkan nilai-nilai. Ajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan, seperti sopan santun, tolong-menolong, berbagi, saling mengasihi, dan toleransi. Caranya? Berikan contoh konkret dengan menjadi model. Cara lainnya bisa juga dengan pergi menjalankan ritual agama bersama keluarga. 9. Lakukan Diskusi dan Negosiasi. Diskusi dan negosiasi adalah hal yang wajar dilakukan. Saat seperti ini, penting untuk menghargai pendapat anak dan fleksibel dalam menerapkan aturan. Dengarkan pendapat si anak dan mencoba mencari pemecahan permasalahan bersama. Ajar anak untuk bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain. Untuk anak yang sudah besar, bicarakan konsekuensi jika ada negosiasi seputar aturan. . 10. Disiplin Jelas & Konsisten. Ketika membuat aturan di dalam keluarga. Pastikan. aturannya cukup jelas dan fleksibel, juga terdapat kesepakatan di antara keluarga. Jika orang tua ada ketidaksepakatan, pastikan tidak
SMA-01.indd 69
7/31/2013 2:03:08 PM
70
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
bertengkar di depan anak. Jika ada konsekuensi, beritahukan dan sepakati sejak awal. Hal hal semacam ini mendorong anak untuk mandiri.
Kiat Ala Dr. Jusni Ichsan Solichin, Sp. KJ Secara teknik Dr. Jusni Ichsan Solichin, Sp. KJ punya jurus jitu untuk para orang tua. Mau sukses coba terapkan jurus ini. Agar tercapai target dalam menjadikan anak yang cerdas? Ikuti tahapannya, oke! 1. Tunjukkan pada anak bahwa kita menyayanginya dengan tulus. Tunjukkan kasih sayang yang wajar sesuai umurnya. Membelai, mencium, berkata lembut, atau memperhatikan apa yang anak perlukan. Sehingga anak dapat merasakan apakah ia disayangi, diperhatikan, diterima, dan dihargai atau tidak. Pencurahan kasih sayang ini harus dilakukan konstan, tulus, dan nyata sehingga anak benar-benar merasakannya. 2. Tanamkan disiplin. Disiplin modal untuk menegakkan tata tertib yang tidak berkesan serba membatasi. Hal ini akan menjadi pedoman bagi anak, hingga ia mengerti perilaku apa yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Juga mengenalkan anak pada disiplin. Dengan demikian ia diharapkan mampu mengendalikan diri sekaligus melatih tanggung jawab. 3. Luangkan waktu demi kebersamaan. Memanfaatkan waktu bersama anak merupakan hal yang sangat penting dalam pengasuhan anak. Dari sini akan tercipta lingkungan dan suasana yang menunjang perkembangan. Orang tua bisa menggunakan waktu tersebut dengan bermain bersama, berbincangbincang, melatih keterampilan sehari-hari, dan sebagainya. 4. Beri pengertian tentang Benar-Salah, dan Baik-Buruk. Hal-hal yang dapat diajarkan adalah nilai-nilai yang berlaku di lingkungan keluarga, masyarakat sekitar dan budaya bangsa. Misalnya, adat istiadat, norma dan nilai yang berlaku. Hal ini sangat diperlukan agar anak mudah menyesuaikan diri dengan orang lain. Mintalah anak berlaku ramah dan jujur serta melarangnya menyakiti orang lain. Selain harus terus-menerus dan konsisten, terangkan kenapa perbuatan menyakiti tidak boleh dilakukan sedangkan sikap ramah diperlukan. Dengan begitu anak tahu kenapa mereka dilarang berbuat sesuatu, serta dapat memahami apa arti salah-benar dan baik-buruk 5. Kembangkan Sikap Saling Menghargai. Sikap saling menghargai dapat dicontohkan. Bila orang tua berbuat salah, jangan segan meminta maaf. Kelak ketika anak berbuat salah, dia pun tak segan meminta maaf. Orang
SMA-01.indd 70
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?
71
tua yang menghormati anak akan merangsang anak untuk menghargai dan menghormati orang tua maupun siapa saja. 6. Perhatikan dan Dengarkan Pendapat Anak. Jika anak punya pendapat, dengarkan dan berikan perhatian tanpa berusaha untuk mempengaruhinya. Bila perlu, kemukakan pendapat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Hal ini akan membuat hubungan orang tua dan anak jadi lebih akrab, hingga anak dapat menyatakan perasaannya. Termasuk perasaan yang baik dan buruk, seperti marah dan tidak senang, tanpa takut kehilangan kasih sayang dari orang tua. 7. Membantu Mengatasi Masalah. Anak butuh bimbingan kala menghadapi masalah, namun orang tua jangan sesekali memaksakan pendapatnya. Pahami masalah sesuai sudut pandang anak dan berikan beberapa pendapat serta doronglah anak untuk memilih yang sesuai dengan 8. Melatih Anak Mengenal Diri Sendiri dan Lingkungan. Ajaklah anak mengenal dirinya. “Saya ini anak laki-laki” atau “Saya adalah anak perempuan. ” Lalu mengenalkan orang lain di lingkungannya, ada ibu, bapak, kakek, nenek, paman dan lainnya. Dengan demikian, semakin lama pengenalan anak kian luas. Anak juga perlu dilatih mengenal emosi dan cara menyalurkan emosi yang baik agar tidak menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. 9. Mengembangkan Kemandirian. Rangsanglah inisiatif dan berikan kebebasan untuk mengembangkan diri. Beri kesempatan mengerjakan sesuatu menurut keinginan mereka sendiri. Tentu saja asalkan tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Untuk memupuk inisiatif anak, beri pujian pada apa yang telah berhasil dilakukan dan bukan malah mencelanya 10. Memahami Keterbatasan Anak. Setiap individu, termasuk anak, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Orang tua hendaknya jangan menuntut melebihi kemampuan anak. Yang tak kalah penting, jangan pernah membanding-bandingkan anak yang satu dengan anak yang lain 11. Menerapkan Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-hari. Nilai-nilai agama perlu diajarkan sejak usia dini sekaligus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara paling baik, beri contoh dan minta anak berlaku sama. Misalnya berdoa sebelum melakukan kegiatan apa pun, memaaf kan kesalahan orang lain, mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan dan lainlain. Ke sebelas langkah itu bila bisa dilaksanakan dengan baik, bisa mengasah, dan mengantarkan anak menjadi pribadi yang tangguh. Tapi tidak ada orang tua
SMA-01.indd 71
7/31/2013 2:03:08 PM
72
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
yang sempurna. Orang tua juga manusia yang kadang tidak bisa mengikuti semua langkah ideal yang sudah dipaparkan tadi. “ Kebanyakan teori jadi pusing ya!”. Jangan putus asa, Anda bisa melakukan apa yang sanggup Anda perbuat. Ini sebuah teori, sedang yang paling utama adalah prakteknya dan wujud nyata. Apa sih yang sudah Anda berikan pada buah hati Anda agar menjadi orang yang sukses dan life ready (istilah kerennya).
Kiat Ala Tradisional yang Sudah Terbukti Hasilnya Resep ini diperoleh khusus dari nenek moyang dan laluhur yang sudah diterapkan kepada anak cucu mereka sejak dulu kala. Dimana seratus persen tugas ibu mengurus rumah dan anak. Sukses tidaknya sang anak yang pertama kali ditunjuk adalah ibu. Karena Ibu tokoh yang mengantarkan anaknya menuju kehancuran atau kesuksesan. Ini lah yang harus dilakukan para orang tua. 1. Ajari anak tentang agama sejak dini. Sejak prasekolah anak harus sudah mengenal siapa yang menciptakan bumi dan isinya. Dengan bahasa anak kita rangsang agar ia mengagumi penciptaNya. Tadabur alam dan mensyukuri apa yang sudah ia terima, merupakan pondasi anak agar dia paham bahwa hidup ini ada yang mengatur. Orang tua juga harus belajar banyak dari yang ada dalam Al-Qur’an. Bagaimana kisah Nabi Ibrahim yang sangat dekat kepada anaknya dan menyampaikan pesan Allah melalui mimpi kepada anaknya Nabi Ismail ? Bagaimana ketika Nabi Yaqub menjelaskan mimpi yang dialami Nabi Yusuf? Bagaimana Nabi Zakaria memohon dengan santun kepada Allah agar dikarunia anak ? Dan juga kisah Luqman di dalam Surat Luqman tentang ketauhidan dan tetap menyembah Allah. Sedang Sunnah Rasulullah dalam mendidik anaknya harus jadi referensi orang tua dalam mendidik anak. Orang tua wajib mengajarkan anak agar patuh kepada Allah. Mengajarkan anak agar tidak meninggalkan sholat ketika sudah aqil baliq. Kadang anak sangat sulit untuk beribadah sholat 5 waktu. Orang tua yang hebat orang tua yang bisa mengajak anaknya sholat dengan istiqomah. Ketika seorang anak menolak diajak sholat subuh dengan alasan dingin, sang ibu tidak kurang akal, dia rela menyiapkan air hangat agar anaknya mau sholat. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak sholat. Orang tua mengajari anak dengan berbagai kisah teladan para sahabat Nabi dengan segala perjuangannya, sehingga anak tumbuh dengan akhlak mulia. Dari pembelajaran agama kalau diterapkan dengan baik akan menghasilkan anak yang sukses di dunia dan akhirat, karena Al-Qur’an sudah mengatur segalanya.
SMA-01.indd 72
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?
73
2. Ajari anak tentang sopan santun. Dengan berbicara lembut kepada anak,kita telah mengajarkan kepada mereka suatu nilai moral. Ajari anak untuk bersikap dan berbudi pekerti yang baik. Seperti mengajarkan 4 kata kunci “maaf, terima kasih, tolong dan meminta izin”. Kata “maaf” sangat ampuh tidak semua orang bisa mengucapkan kata itu kalau hatinya tidak lapang, tidak menyadari kesalahannya, atau memiliki rasa ego yang tinggi. Beda dengan anak yang sudah diajari kapan seharusnya ia mengucapkan kata itu. ” Ayo minta maaf dulu, siapa tadi yang memulai pertengkaran?” Perintah orang tua ketika anaknya bertengkar, atau contoh lain “ Maaf Bunda tadi Nina memecahkan gelas”. “ Maaf Ayah, Andi lupa memberi makan ikan yang di aquarium”. Sebaliknya orang tua juga begitu; “ Oh iya nak, maaf ya Mama belum jadi membelikanmu tas yang kau minta” “ Maaf ya tadi Papa sudah kasar terhadapmu!”. Kata terima kasih juga kata yang ampuh, suatu kata yang bisa mengungkapkan bahwa kita senang sudah dibantu, diperhatikan, diberi sesuatu, atau bentuk lain yang membuat kita bahagia, atau keluar dari masalah yang sedang kita hadapi. Anak akan terbiasa setelah memperoleh sesuatu yang menyenangkan hatinya pasti mengucapkan terima kasih; “ Terima kasih kakak”. Dan orang tua sejak dini sudah mengajarkan kata itu. “ Kata tolong” juga harus dibudayakan, karena kata ini sangat membantu dalam berkomunikasi. Dengan kata “tolong” tidak ada kesan memerintah, adanya kesan kita yang membutuhkan bantuan. “ Tolong rapikan tempat tidurmu sayang!” maka anak pun meminta sesuatu bisa menggunakan kata ini “ Mam, tolong belikan tas baru ya, yang lama sudah rusak!” Dan kata berikutnya adalah meminta izin atau bertanya. Kata ini kalau diterapkan akan mendidik anak yang jujur dan paham mana haknya mana yang bukan. Tidak asal asalan. Dengan minta izin ia tahu mana ini boleh atau tidak; “ Bun ini roti siapa” Boleh dimakan?” Ayah aku mau ke rumah Arief boleh? 3. Ajari anak agar tekun dan rajin. Mengajari dua sikap ini susah susah gampang. Anak perlu model. Cara yang tepat adalah dengan memberinya contoh. Memberi penghargaan ketika ketika dia memperoleh hasil dari ketekunannya. Anak yang suka menggambar, atau membuat suatu karya untuk dilombakan, apa pun hasil akhirnya, sebagai orang tua wajib memberinya “reward”. Pupuk terus agar ia tumbuh menjadi anak yang rajin dan berani bersaing sehat dengan temannya. Beri contoh beberapa tokoh terkenal yang sukses karena ketekunan dan kerajinannya. Bagaimana para peneliti berhasil menemukan alat baru yang akhirnya bermanfaat bagi orang banyak. Peran orang tua disini sangat penting. Orang tua yang ingin anaknya sukses, rela semalam suntuk menemani anaknya yang sedang belajar. Menyiapkan segala
SMA-01.indd 73
7/31/2013 2:03:08 PM
74
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
kebutuhan yang diperlukan si anak. Jadi berimbang orang tua menuntut anaknya rajin dan tekun, komit/prasojo dengan sikapnya. Atau orang tua yang selalu mengawasi cara belajar anaknya di sekolah, dan membantunya bila mengalami kesulitan. Hal ini akan membuatnya rajin dan tekun karena selalu dalam pengawasn yang menyenangkan. 4. Ajari anak agar punya semangat juang yang tinggi. Orang tua wajib memotivasi anak punya semangat belajar yang tinggi. Beri motivasi sehingga ia punya cita-cita yang jelas dan semangat untuk meraihnya. Arahkan anak agar membaca buku kisah sukses para tokoh dunia. Biarkan otaknya dipenuhi dengan bagaimana cara meraih sukses. Sedang untuk prakteknya, ajak lah anak ke suatu tempat yang mewah misalnya hotel berbintang 5 tempat pamannya mengikuti lokakarya. Tunjukkan bahwa orang yang pintar dan sukses, masuk ke hotel mewah itu gratis. Karena mendapat fasilitas. Fasilitas itu diperoleh karena dia pintar. Untuk membandingkan ajak saja mereka mengami rumah kardus yang dihuni para pemulung liar yang ada di sepanjang rel kereta api. Jelaskan mengapa mereka bisa tinggal disitu. Dengan cara seperti itu, wawasan anak jadi luar, pola pikirnya akan berubah. 5. Ajari anak agar memiliki ketrampilan motorik dan berkomunikasi. Mengajarkan anak agar memiliki keterampilan motorik, bisa dilakukan dengan banyak cara. Banyak pekerjaan yang ringan yang ada di sekitar rumah yang bisa ia kerjakan. Anak perempuan bisa diajak ibunya ke dapur dan mengerjakan pekerjaan yang ringan. Dari mulai mengelap piring yang sudah dicuci, menjemur pakaian, atau merapihkan meja makan. Sedang anak lelaki bisa diajak ayahnya untuk membantu menyapu halaman, mengecat rumah, memberi makan hewan piaraan, atau menanam pohon. Sedang mengasah keterampilan berkomunikasi bisa diajarkan lewat pemberian tugas berupa pergi ke warung, mengantarkan pesanan ke rumah famili, mengajaknya ke pasar dan berkomunikasi dalam jual beli. Menghadiri suatu acara yang melibatkan orang banyak. Bisa jua diajari bagaimana menawarkan suatu produk untuk dijual. Produk itu bisa buatannya sendiri, menjualkan atau produk buatan orang tuanya. 6. Ajari anak agar punya peta hidup yang jelas. Bila sejak awal anak sudah punya peta hidup, punya cita-cita yang jelas, orang tua akan lebih mudah mengarahkan dan menyiapkan apa yang dibutuhkan anak. Anak yang punya peta hidup tidak akan menghabiskan waktunya untuk hal yang sia-sia. Ia akan fokus dengan cita-citanya dan tidak neko-neko. Biasanya anak yang punya peta hidup, segala sesuatu seperti ada yang mengarahkan. Anak itu sudah memiliki rasa tanggung jawab yang besar sejak kecil. Ia akan sedih
SMA-01.indd 74
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 7 Apakah Kiat Jitu Menuju Kesuksesan dalam Mendidik Anak?
75
bila mendapat nilai ulangan “kurang” atau tidak lulus. Ia akan mengejarnya dan berusaha tidak gagal lagi. Ia punya motivasi yang tinggi untuk bersaing dan mewujudkan mimpinya. 7. Ajari anak hidup yang realistis. Mengajari anak untuk bisa melihat dunia nyata sangat perlu. Jangan berikan janji janji palsu pada anak. Apalagi memanipulasi keadaan. Biarkan ia belajar menerima kenyataan. Kalau dalam waktu yang lama suatu keinginannya belum terlaksana, katakan apa penyebabnya. Anak juga jangan diajarkan untuk mencari kambing hitam dalam suatu masalah yang mereka hadapi: “ Gara-gara Ayahmu sibuk, Dia jadi terlambat mengantarmu ke sekolah?” Jangan sampai anak dengan mudahnya melempar tanggung jawab atau kesalahannya pada orang lain. Apalagi ketika ia gagal atau belum berhasil, jangan sembunyikan hal itu, atau ajari untuk menerima apa yang sudah terjadi, dan belajar dari kegagalan yang dialaminya
SMA-01.indd 75
7/31/2013 2:03:08 PM
76
SMA-01.indd 76
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 8 Mampukah Seorang Ibu yang Bekerja Meraih Sukses dalam Mendidik Anak? The mother’s heart is the child’s schoolroom. ” (Henry Ward Beecher) Hati seorang ibu adalah ruang kelas tempat anaknya belajar. Apakah kalimat ini juga berlaku buat seorang ibu yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah demi membantu ekonomi keluarga, atau bagi seorang single parent? Dengan adanya pemberdayaan wanita, dan eksploitasi besar besaran terhadap kaum wanita. Yang tampak sekilas sangat membanggakan padahal sebenarnya telah mengurangi hak anak. Bayangkan ketika mereka ditinggal oleh ibunya yang bekerja di pabrik dalam waktu lebih dari 12 jam, dan yang lebih parah adanya 77
SMA-01.indd 77
7/31/2013 2:03:08 PM
78
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
shift pagi, siang, dan malam. Sehingga mengganggu pola hidupnya, termasuk pola makan dan pola tidur. Begitu juga dengan pedagang sayur di sebagian kota besar di Indonesia yang merelakan berjauhan dengan anaknya ketika harus tidur di pasar, atau harus keluar rumah di malam buta sehingga pertemuan dengan anaknya sangat terbatas. Sedang wanita karier lainnya, atau wanita yang harus bekerja di luar negeri mempunyai kendala dalam mendidik anak. Semua itu bisa dinafikan sebagai risiko pekerjaan, ada yang harus dikorbankan ketika sang ibu harus membantu ekonomi keluarga demi mencukupi kebutuhan mereka.
Ibu dan Sifat Keibuannya Peran seorang wanita dalam pendidikan anak dari satu sisi lebih besar daripada peran seorang pria. Sebab anak lebih banyak dekat dengan ibunya. Pada dasarnya kata wanita mengingatkan seua orang pada sosok ibu yang tak terlupakan sepanjang hidupnya. Kedudukan seorang ibu sungguh suci dan mulia. Karena Allah SWT telah memberinya kehormatan dan perasaan yang mampu mempengaruhi orang lain. Ibulah yang mengemban tugas suci bagi pendidikan dan keturunan umat manusia. Belaian dan sentuhannya akan melenyapkan berbagai penderitaan. Kaum ibulah yang mengajarkan anak-anak tentang dasar-dasar kehidupan, tradisi, budaya yang ada di masyarakat. Maka seorang ibu harus merawat dan memelihara anaknya agar tumbuh dan berkembang serta menjaganya dari gangguan yang bisa menghancurkan kehidupannya. Rumah tangga yang di dalamnya tidak ada belaian belaian kasih sayang ibu adalah rumah tangga yang dingin, kosong, dan menjemukan. Karena ayah dan pembantu tidak bisa menggantikan peran ibu seratus persen Status sebagai seorang ibu bagi wanita adalah status yang membanggakan dan membahagiakan. Karena seorang anak akan menganggap ibunya sebagai sosok yang menyenangkan, sahabat karib, teman bermain, pembela, dan pengawas yang baik. Syarat sebagai ibu bila ia menyadari bahwa tugas ibu lebih utama daripada tugas sebagai istri Ibu harus menjadi guru, pendidik, dan pengajar, mampu menediakan sarana, dan menciptakan surga bagi anaknya, dan memberi suri-teladan secara nyata.
SMA-01.indd 78
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 8 Mampukah Seorang Ibu yang Bekerja Meraih Sukses dalam Mendidik Anak?
79
Bila seorang ibu melakukan kesalahan karena melimpahkan tanggung jawabnya pada orang lain, sedangkan dia hanya mementingkan diri sendiri. Praktis dia tidak layak disebut sebagai seorang ibu. Pahala yang didapat seorang ibu, menurut ajaran Islam menyatakan bahwa jika seorang ibu sejak mengandung, menyusui, dan membesarkan anak dengan niat karena tugas Ilahi dan kemudian dia meninggal maka seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, ia tidak akan merasa sedih dan susah di negeri akhirat. Karena pengorbanan seorang ibu terhdap anaknya sungguh besar. Dan akhlak, kepribadian anak juga tergantung pada ibu. Seorang ibu harus mempunyai semangat yang tinggi dalam menghadapi berbagai kesulitan, harus tetap melanjutkan perjalanannya meski menghadapi benturan dan kerugian besar. Semangat ibu akan menumbuhkan keberanian bagi si anak untuk mengarungi kehidupan. Perasaan senang dan bahagia seorang anak sangat dipengaruhi oleh semangat yang dimiliki oleh ibunya. Ia bergembira ketika ibunya gembira. Dan bersedih tatkala ibunya bersedih.
Ibu Berhak Meraih Bahagia Ada beberapa upaya untuk meraih kebahagiaan yang bisa dilakukan oleh seorang Ibu antara lain: 1. Percaya kepada Allah. Kepercayaan dan keyakinan kepada Allah merupakan tangga untuk mencapai peringkat yang tinggi. Allah berfirman; “ Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (Al-Rad:28) 2. Menepis perasaan takut. Jika seorang ibu mempunyai jiwa penakut, akan berpengaruh pada anaknya. Si anak akan menjadi anak yang penakut dan tidak berani melangkah. 3. Jangan pernah punya rasa bingung dan gelisah. Bila seorang ibu mempunyai perasaan itu, akan membahayakan kondisi si anak dan jiwanya jadi tertekan karena kekurangan kasih sayang. 4. Memendam rasa sedih dan tangis. Seorang ibu yang tidak tabah dan sabar ketika menghadapi musibah jiwanya akan tersiksa dan ini akan berpengaruh buruk pada anaknya. 5. Perhatian dan tugas seorang ibu ketika ditinggal mati oleh suaminya. Dia harus rasional dan jangan terlalu larut dalam kesedihan. Dia harus siap mengurusi kehidupan anaknya.
SMA-01.indd 79
7/31/2013 2:03:08 PM
80
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
6. Kapasitas ketabahan seorang ibu itu sangat perlu. Ibu harus dapat meyakinkan dirinya bahwa Ia bisa menghadapi persoalan dan kesulitan hidup. Seorang ibu harus tetap tenang dan tegar. 7. Aktivitas dan kesibukan seorang ibu. Sibukkan diri Anda dengan pekerjaan yang bermanfaat agar Anda memiliki semangat dan harapan untuk melanjutkan hidup ini dan membesarkan anak Anda. Selain itu ada hal-hal yang harus disadari. Antara lain, bahaya kesedihan dan kemalasan yang akan meracuni jiwa anak Anda dan menyakitkan hati anak-anak. Maka perlu persiapan dan pembinaan yang berupa pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan ketegaran hati, keimanan yang kuat, wajah yang ramah, dan murah senyum, optimis, dan hindari keluhan dan rintihan dalam menghadapi kesulitan.
Seorang Ibu dan Kewajibannya Banyak hal yang harus diupayakan oleh seorang ibu dalam mendidik anknya sehingga dapat menggapi kesuksesan di dunia dan akhirat antara lain: 1. Mengenal tugas dan tanggung jawab. Ini penting. Karena perubahan pada pemikiran dan program pendidikan sangat berguna dalam mendidik anak. 2. Persiapan sarana untuk pelaksanaan tugas. Bila sudah tahu tugas dan tanggung jawabnya usahakanlah dengan sungguh-sungguh. Melangkahlah dengan semangat. Dan percayalah kepada Allah. Ingat aktivitas berasal dari Anda sedang berkah berasal dari Allah. 3. Upaya dan membentuk figur dan suri teladan. Upaya ini sangat penting untuk memotivasi anak agar anda bisa menjadi figur dan suri-teladan bagi anak Anda. 4. Bersikap matang. Sebagai seorang Islam haruslah konsisten dan konsekuen, punya sikap yang baik, dan perlu memiliki pengetahuan tentang kebijakan dan kearifan agar meraih keberhasillan. 5. Menjaga dan memelihara diri. Seorang ibu adalah panutan bagi anak-anaknya. Kesucian dan kebaikan perilaku ibu adalah pelajaran bagi anaknya. 6. Menambah pengetahuan. Seorang ibu wajib menambah pengetahuan untuk meraih keberhasilan. Sibukkan diri Anda dengan memenuhi kebutuhan anak. Kenalkan dia dengan dunia serta nilai dan relativitasnya Ajari dengan filsafat, aturan kehidupan, dan sesuai hal yang bisa dijadikan bekal hidupnya.
SMA-01.indd 80
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 8 Mampukah Seorang Ibu yang Bekerja Meraih Sukses dalam Mendidik Anak?
81
7. Iman dan keyakinan. Penting bagi seorang ibu menghindari diri dari semua larangan Allah, istiqomalah dala penjalankan tuntunan-Nya, bertawakallah kepadaNya. Dan selalu mengharap rahmat dan pertolonganNya. Semua itu membuat Anda lebih percaya diri. 8. Arif dan hati-hati. Kehidupan adalah suatu yang rumit, sedikit saja kita lengah, kita akan terjerumus. Maka kita prlu bersikap arif dan hati-hati dalam bersikap dan melangkahkan kaki. 9. Teguh dan tegar. Perlu keteguhan dan ketegaran hati, serta menyikirkan sikap apriori dan pesimis. Karena hal ini akan menghambat pertumbuhan dan kemajuan. 10. Senantiasa berpikir. Kehidupan di dunia ini selalu berganti, untuk menentukan sikap pelu berpikir, pelajarilah berbagai sistem dan rahasia yang ada di dalamnya. Apakah yang sudah kita perbuat sudah cukup matang dan rasional
Posisi Ibu yang Bekerja dalam Islam Islam tidak membenarkan wanita meninggalkan tugas utamanya. Wanita harus lebih dahulu menunaikan tugas utamanya, baru bila ada waktu luang boleh digunakan utuk melakukan pekerjaan lain. Berbeda dengan di Barat dimana peran istri bekerja di luar rumah dan menunjang kebutuhan hidup rumah tangga. Wanita di Barat tidak mampu merasakan nikmatnya menjadi seorang ibu. Karena anaknya lebih sering dititipkan di tempat penitipan anak. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana caranya agar pekerjaan dan aktivitas wanita tidak berdampak buruk bagi anak-anaknya. Karena tugas mendidik dan mengasuh anak adalah tugas yang utama. Sebaiknya kita pelajari juga untung ruginya wanita bekerja. Seorang wanita yang bekerja seharian penuh tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa baik bagi dirinya maupun bagi anaknya. Ia lelah dan tidak bergairah setelah seharian bekerja. Kelelahannya kadang dilampiaskan pada anaknya. Sehingga anak lebih suka pada pengasuhnya. Jadi jelas lebih banyak ruginya daripada untungnya bila wanita bekerja di luar rumah. Sebenarnya profesi kaum ibu adalah profesi yang sangat mulia. Bukan profesi yang remeh dan kecil. Urusan merawat dan mengasuh anak menjadikannya sebagai orang yang mulia. Bekerja memang perlu namun akan mengorbankan segalanya. Yang perlu diingat jangan sampai anak menderita dan kehilangan hak-haknya
SMA-01.indd 81
7/31/2013 2:03:08 PM
82
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dikarenakan ibunya bekerja. Dalam berbagai kasus seorang ibu dituntut untuk bekerja dikarenakan; 1. Memenuhi ekonomi dan kebutuhan rumah tangga. Bila ini terjadi jangan sampai pekerjaan itu menguras tenaga dan pikiran Anda. Yang menyebabkan Anda kehabisan tenaga untuk memperhatikan anak. 2. Menjaga kebebasan dan kemerdekaan. Apabila bekerja dimaksudkan untuk menjaga kebebasan dan kemerdekaan atau agar tidak menggantungkan diri pada orang lain. Maka bekerjalah dengan memperhatikan perkembangan diri anak. Mungkin saja dengan cara ini anak dapat hidup mandiri serta dapat membangun kehidupan selanjutnya. 3. Kesibukan dalam bekerja. Seorang ibu memang harus menyibukkan diri dengan pekerjaan agar dapat meringankan beban berat pikirannya. Sibukkanlah diri dengan hal yang bermanfaat. Seorang ibu bisa bertugas sebagai seorang guru yang menyampaikan pelajaran dengan harapan selama dapat memperluas wawasannya. Dan juga mampu meringankan beban masyarakat. Pakailah semboyan “Mendahulukan yang terpenting dari yang penting”. Semuanya kembali untuk mengingat dan menyebut Allah SWT. Hendaknya kita beramal demi mengharap ridha Allah, bukan tuntutan hawa nafsu belaka. Dampak yang disebabkan oleh seorang ibu yang bekerja sangat banyak. Selain itu ada juga bahaya yang menyertainya, ntara lain; 1. Dampak terhadap seorang wanita dengan pekerjaannya. Sebenarnya seorang ibu yang bekerja sedang melawan arus fitrahnya, letih, terluka bila bermasalah dengan temannya, jauh meninggalkan anak, dan berpisah dengan buah hatinya. Bila jauh dia tidak akan memperdulikan rumah dan anak-anaknya. 2. Dampak terhadap rumah tangga. Seorang ibu yang sibuk bekerja di luar, cenderung mudah tersinggung, tidak punya semangat, serta suka membiarkan rumah dalam keadaan berantakan. 3. Dampaknya terhadap anak-anak. Dari sisi emosional sewaktu ibu tidak di rumah, dia diasuh oleh orang lain. Padahal sosok ibu tidak bisa tergantikan. Untuk mencari gantinya dia mencari sosok lain di luar rumah. Dan ini sumber dari malapetaka. Dari sisi moralis, dia sadar akan kesibukannya dan tidak sempat mengasuh anaknya. Seorang ibu berkompensasi dengan membelikan makanan, mainan, dan pakaian kesukaan si anak. Ini menyebabkan anak jadi manja. Sedang dari sisi perilaku dia jadi egois. Jika ibu tidak memenuhi
SMA-01.indd 82
7/31/2013 2:03:08 PM
83
Bab 8 Mampukah Seorang Ibu yang Bekerja Meraih Sukses dalam Mendidik Anak?
kebutuhan kasih sayang anak, maka anak akan cenderung berperilaku kasar, mudah marah, dan suka menentang. Kurangnya perhatian menyebabkan dia melarikan diri pada teman-temannya. 4. Berbagai dampak lain. Kesibukan ibu di luar rumah mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak, terganggunya kesehatan dan keselamatan anak. Kegiatan dan kebersihan sang anak kurang diperhatikan, anak selalu dalam ancaman dan bahaya karena tidak diawasi dengan baik. Anak juga mudah terpengaruh dengan perbuatan yang tidak terpuji.
Bagaimana Upaya Mengurangi Dampak Negatif Tersebut?
1. Kurangi berlama-lama di kantor atau di tempat pekerjaan. 2. Tidak perlu ambil overtime bila tidak terpaksa 3. Jangan biarkan anak sendirian di rumah 4. Usahakan ketika anak pulang sekolah Anda sudah ada di rumah. 5. Jalin hubungan yang hangat dengan si anak.
Perlu diingat pernyataan para pembesar agama yang menyatakan “ Wahai kaum ibu, hari ini rawatlah tunas-tunasmu! Berilah air dan pupuk! Dan jagalah dari berbagai hama yang akan merusak pertumbuhannya! Niscaya pada suatu hari nanti kalian akan menuai panen yang bagus dan berkualitas. ”
Pola Asuh yang Bisa Digunakan oleh Seorang Ibu yang Bekerja Ibu yang bekerja adalah seorang ibu yang aktivitasnya melayani suami dan anak, serta ikut bekerja menambah penghasilan. Jadi, bisa dikatakan bahwa ibu yang bekerja mempunyai peran ganda yaitu mendidik anak dan bekerja. Mereka akan memiliki kepuasan hidup, punya penyesuaian diri yang bagus, memiliki harga diri yang tinggi. Dalam mendidik anak, ibu yang bekerja kurang menggunakan teknik disiplin yang keras dan otoriter, mereka lebih banyak pengertian dalam keluarganya dan anak. Selain itu, mereka akan mampu bersikap positif dalam mengatasi konflik-konflik rumah tangga, serta dapat melakukan kendali langsung terhadap permasalahan yang terjadi (Sofyan, 2005, dalam Prieska Aditya Yasmine).
SMA-01.indd 83
7/31/2013 2:03:08 PM
84
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Menurut Mussen, dkk (1989) pola asuh orang tua digolongkan menjadi tiga bentuk pengasuhan. Pertama, pola asuh otoriter (Authoritarian). Pola asuh otoriter ditunjukkan dengan adanya penggarisan norma oleh orang tua serta kontrol yang ketat pada anak guna mendapat kepatuhan dan ketaatan yang mutlak. Kedua, pola asuh permisif (permissive) merupakan bentuk pengasuhan dimana orang tua sepenuhnya memandang anak sebagai pribadi yang memiliki otonomi terhadap dirinya sendiri. Ketiga, adalah pola asuh demokratis (Authoritative) merupakan metode yang digunakan orang tua dimana mereka memberikan penjelasan dalam membuat peraturan dan perilaku yang diharapkan dengan bertambahnya usia anak. Tidak saja sampai disitu, anak juga diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat mengenai peraturan yang dibuat. Dari teori diatas, dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa pola pengasuhan yang paling baik adalah demokratis (authoritative). Dalam penerapan pola asuh demokratis, orang tua menghargai kebebasan namun tetap diarahkan dan dibimbing dengan penuh pengertian sehingga tercapai komunikasi yang sifatnya timbal balik. Ada juga penggunaan hukuman yang bertujuan untuk memberi tekanan agar anak sadar mana yang baik dan tidak. Falsafah yang mendasari penerapan pola asuh ini bertujuan mengajarkan anak agar mengembangkan kendali atas perilaku mereka sehingga dapat melakukan meskipun orang tua tidak mengawasi, atau dengan kata lain mempunyai kesadaran diri (self awarness) yang tinggi. Salah satu aspek yang hendaknya ditekankan orang tua selain kecerdasan intelektual (intellegences quotient) dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient) adalah perkembangan kecerdasan emosi (emosional quotient). Peran kecerdasan emosional dalam kehidupan sesorang sangatlah penting dan lebih besar dari kecerdasan intelektual maupun spiritual. Mengasuh anak dengan EQ adalah jumlah total apa yang kita lakukan, hal besar atau kecil, hari demi hari, yang dapat menciptakan keseimbangan lebih sehat dalam rumah tangga dengan hubungan dengan anak-anak. Tindakan otang tua harus menekankan pentingnya perasaan dan membantu orang tua dan anak-anak mengatasi serangkain emosi dengan pengendalian diri, bukan dengan tindakan impulsif, serta tidak membiarkan kita terlalu terbawa perasaan. Jika kita tarik benang merah antara bentuk pola pengasuhan dan pengertian mengasuh anak dengan EQ ternyata ada kesamaan esensi yaitu adanya peran orang tua dalam membantu anak dalam mengatasi dan mengenali emosi dan perilakunya tanpa tindakan yang memaksa, tetap mendengarkan pendapat dari anak. Hal ini bisa menjadi bright solution dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi yang tangguh dengan karakter kuat serta mampu menjawab tantangan perkembangan zaman.
SMA-01.indd 84
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 8 Mampukah Seorang Ibu yang Bekerja Meraih Sukses dalam Mendidik Anak?
85
Peran pola asuh ibu yang bekerja sangatlah penting. Untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi yang tangguh, punya karakter kuat, mampu membina hubungan dengan lingkungan dan beradaptasi dan manjadi pribadi yang sukses perlu adanya perhatian yang penuh terhadap perkembangan emosional buah hatinya. Bentuk pola asuh yang bisa diterapkan untuk itu adalah dengan pola Authoritaive. Selain pola itu, hal yang perlu ditekankan dalam pengasuhan adalah perkembangan emosional anak. Diharapkan ibu mengasah kecerdasan emosi anak sejak dini karena peranan kecerdasan emosi sangatlah besar dalam menentukan kesuksesan anak di masa mendatang. Untuk menjawab tantangan tersebut seorang ibu yang bekerja bisa menggunakan pendekatan humanis terhadap anak. Gambaran dan langkah yang telah direkomendasikan bisa dipraktekkan oleh orang tua terutama ibu dalam mengasah kecerdasan emosional buah hati.
Kiat Mendidik Anak bagi Seorang Ibu yang Bekerja Banyak cara untuk dapat mendidik dengan baik buah hatinya dan mengurangi rasa berdosa mereka, atau tidak dicap sebagai ibu yang tidak bertanggung jawab langkah atau kiat ini bisa diterapkan dalam mendidik anak. 1. Jalin komunikasi yang baik. Zaman sudah canggih. Jarak bukan masalah selama komunikasi bisa berjalan dengan baik. Apalagi saat ini banyak teknologi kian berkembang yang bisa mendekatkan Anda dan si buah hati. Sempatkanlah untuk berkomunikasi dengan anak di sela jam kerja, baik melalui telepon, sms, chatting, atau webcam. Hal ini juga bermanfaat untuk memastikan keadaan anak Anda baik-baik saja dengan pengasuhnya. Selain berkomunikasi menggunakan teknologi, bisa juga menggunakan media sederhana seperti papan tulis, secarik kertas yang ditempel di muka kulkas, atau pun buku komunikasi. Ide ini untuk mengakomodir keinginan anak untuk curhat panjang lebar dengan sang ibu di kala ibunya sedang bekerja. Kebiasaan ini pun lama kelamaan akan melatihnya untuk lancar menulis. 2. Beri pengertian tentang pekerjaan Anda. Anak yang sejak dini sudah diberi pengertian bahwa ibunya punya tugas di luar rumah, untuk membantu keluarga dan orang lain, akan memahami posisi ibunya sejak awal. Ketika mereka harus diasuh oleh orang lain, katakan padanya bahwa masih banyak waktu untuk bisa bersama dengannya. Mereka juga harus bangga dengan status ibunya. Ini berdampak positif sehingga anak belajar kerja keras. Dengan menyaksikan sang ibu bekerja, maka anak belajar tentang kerja
SMA-01.indd 85
7/31/2013 2:03:08 PM
86
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
keras. Ia belajar memahami bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini, butuh kerja keras dan perjuangan untuk memperoleh sesuatu. Karena itu, ia pun juga belajar untuk bertanggung jawab dan tidak menyia-nyiakan 3. Jangan merasa berdosa di depan anak. Kita harus memandang positif apa yang sudah kita putuskan. Jangan merasa bersalah bila terjadi sesuatu yang menimpa anak, akibat kita bekerja. Sadari banyak anak yang ibunya tidak bekerja gagal atau mempunyai anak yang bermasalah juga banyak. Karena kegagalan mendidik anak bukan karena faktor sang ibu yang bekerja di luar rumah. Ingatlah para ibu bekerja jangan pernah merasa bersalah karena meninggalkan sang anak demi pekerjaan. Apalagi jika alasan Anda bekerja adalah untuk membantu perekonomian keluarga. Itu adalah alasan yang mulia. Toh Anda bekerja demi anak Anda juga kan? 4. Jangan beri fasilitas yang berlebihan pada anak. Ibu yang bekerja bisa memberikan kompensasi berupa sesuatu kepada anaknya, karena dia sudah seharian meninggalkan anaknya. Kadang di rumah pun tidak sempat menyapa. Sogokan yang diberikan kepada anak ini sangat tidak mendidik. Karena anak akan memanfaatkan momen ini untuk memperoleh apa yang diinginkan bukan apa yang dibutuhkan. Hal ini berbahaya untuk tumbuh kembang karakter anak. Ia akan tumbuh menjadi anak yang manja dan tidak mandiri. Lain halnya jika Anda pulang dengan membawa oleh-oleh untuk sang buah hati, karena ia telah menjadi anak yang manis selama Anda tidak di rumah. Ini lebih bernilai edukasi untuk anak, karena ini adalah hadiah atas perilakunya yang baik. 5. Beri yang terbaik ketika menjalani interaksi dengan anak. Kasih sayang ibu bisa dicurahkan ketika sedang berinteraksi. Katakan dengan tulus dari hati bahwa ibunya sangat mencintainya, dan sangat memperhatikannya. Berdialoglah yang berkualitas, tentang cita-citanya, kesulitannya, atau cerita lucu yang ingin disampaikan pada Anda. Sehingga waktu yang sempit bisa efektif dan bermanfaat. Perlakuan ini akan menguatkan mental anak, bahwa mereka memang berada di antara orang-orang yang menyayanginya, 6. Jadikan Guru dan Pengasuh sebagai partner. Ibu yang bekerja otomatis tidak bisa full mengurusi anaknya. Ibu bekerja butuh orang lain untuk membantunya mengasuh, mengajari, dan menemani anak ketika ditinggal bekerja. Orang itu bisa PRT (pembantu rumah tangga), nenek atau kakeknya, petugas di tempat penitipan anak, atau seorang guru di sekolah anak tersebut. Selama sang ibu tidak di sisinya, orang-orang itulah yang tahu persis sepak terjang anak kita. Kalau kita ingin tahu apa yang telah terjadi pada anak kita ketika kita tidak bersamanya ya dari mereka. Itulah sebabnya kita
SMA-01.indd 86
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 8 Mampukah Seorang Ibu yang Bekerja Meraih Sukses dalam Mendidik Anak?
87
harus menjadikan mereka partner kita yang paling solid. Sehingga kita tahu persis bagaimana keadaannya anak kita selama ditinggal bekerja. Jalinlah komunikasi dengan guru dan pengasuhnya secara intens. Oke, pasti sudah paham dan mendapat kiat yang paling tepat untuk dipakai dalam mendidik anak. Tapi ini masih ada hal lain yang ditawarkan yang mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam mendidik anak. Silahkan saja dimodifikasi sediri, diramu lagi, agar tersaji dengan cantik, dan dapat dinikmati semua orang. Kondisi dan selera orang tua tidak sama jadi tidak ada yang melarang mau memakai resep yang mana. Intinya para orang tua bisa mengukur diri dan keluarga masingmasing. Mana yang tepat untuk dipilih.
Seorang Ibu yang Bekerja Harus Berkualitas dan Tahan Banting Ini masih ada pelengkapnya, kalau mau dicoba lebih bagus. Dibandingkan saja juga boleh, dibaca layap-layap atau dipintas tidak masalah. Kiat berikut ini adalah upaya apa saja sih yang bisa dilakukan orang tua agar anaknya tumbuh cerdas, berkualitas, tahan banting dan berakhlak mulia. Upaya tersebut adalah: 1. Usahakan agar rumah sebagai tempat yang menarik bagi anak. Seorang ibu punya magnit maha dahsyat yang menyebabkan anak betah di rumah, punya rasa kangen dengan ibu dan seisi rumah. Ia bisa dengan tenang belajar di rumah. Perasaannya selalu riang, karena ia berada di antara orang-orang yang mencintainya. “Ikatlah hati anakmu dengan kasih sayang dan kelemah lembutan”. Anak yang dilibatkan untuk berperan dalam keluarga, walau kontribusinya sedikit, ia akan merasa dihargai. 2. Usahakan untuk menghormati hak anak. Hak anak harus dijelaskan. Hal ini untuk menolong anak agar lebih semangat dalan belajar. Karena ia tahu mana haknya, mana kewajibannya. Ciptakan suasana demokrasi yang kondusif. Anak boleh memilih apa yang ia suka selama masih dalam norma yang benar. Tidak ada salahnya orang tua bertanya makanan apa yang dipilih untuk menu sarapannya. Tapi jangan jadikan keinginan anak sebagai patokan. Ini hanya digunakan untuk melatih anak menggunakan pikiran dan hak pilihnya. Sehingga anak bisa berkembang secara wajar. 3. Usahakan anak mendapat mainan yang baik dan sesuai dengan usianya. Orang tua yang bijaksana menjauhkan mainan berbahaya dari jangkauan
SMA-01.indd 87
7/31/2013 2:03:08 PM
88
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
anaknya. Termasuk mainan yang menumbuhkan anak memiliki jiwa yang kasar. Seperti permainan tinju, tembak-tembakan, permainan yang merusak imajinasi dan permainan yang menyebabkan anak malas, termasuk games online, play station, dan permainan lain yang tidak senonoh. 4. Usahakan perlengkapan alat alat sekolah anak lengkap. Agar anak cerdas. Ia harus dilengkapi dengan sarana yang lengkap. Karena banyak anak yang minder ketika peralatan sekolahnya sangat minim. Ini akan mempengaruhi perkembangan jiwanya dalam belajar. Pertama mungkin dia bisa pinjam peralatan temannya, tapiuntuk yang kesekian kali ia pinjam pasti rasa malu melanda. Jangan biarkan anak anda kecewa karena tidak punya penggaris, tas atau perlengkapan lain yang membuatnya berbeda dengan temannya sehingga ia kehilangan konsentrasi dalam belajar. 5. Usahakan menjadi contoh yang baik. Kehidupan orang tua menjadi teladan bagi anaknya. Tingkah laku orang tua jadi sorotan anakknya. Orang tua bisa memancing anaknya agar gemar membaca buku, orang tua bisa tentang riwayat orang-orang sukses, jangan pernah memberi contoh yang memberi kesan bahwa Anda orang tua pemalas. Bila samapi anak mengetahui bahwa anda punya sifat malas, ia akan mengambil kesempatan dan berusaha ingin mencoba. Orang tua yang mengatur rumah tangganya dengan baik dan rapih akan, maka dalam jiwa anaknya akan tubuh benih sifat rajin. 6. Usahakan anak punya waktu dan tempat belajar yang baik. Membantu anak mengatur waktunya belajar, dan menyediakan tempat belajar yang baik, sangat mutlak bagi orang tua. Kecerdasan anak akan terasah ketika ia punya waktu yang banyak untuk belajar. Usahakan agar anak punya disiplin waktu untuk belajar dan tempat belajarnya pun nyaman. Sehingga ia bisa belajar secara optimal. Seandainya orang tua lalai dalam mengawasi waktu belajar anak, maka akibatnya sangat fatal karena anak sukar mengendalikan diri. Karena tidak ada jadwal yangmengikatnya. 7. Usahakan jangan mengintimidasi anak, atau membuatnya takut dengan tahayul. Kata-kata yang sifatnya menakut-nakuti harus dihilangkan dari konsep mendidik orang tua. Banyak orang tua menggunakan konsep ini agar anak menurut dan segera melakukan apa yang disuruh. ” Jangan main di luar, sebentar lagi Nenek Lampir datang”. Ingat menanamkan rasa takut pada anak tidak menguntungkan Perasaan takut bisa jadi penghalang besar bagi perkembangan otak anak. Apa jadinya jika anak takut tidur sendirian, takut mandi sendirian, takut bernyanyi dan lainnya. Sehingga anak kurang percaya diri dan sukar untuk sukses.
SMA-01.indd 88
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 8 Mampukah Seorang Ibu yang Bekerja Meraih Sukses dalam Mendidik Anak?
89
8. Usahakan untuk tidak banyak memberi larangan. ” Tidak boleh ini. Tidak boleh itu “. Statement seperti itu harus dihapus dari konsep mendidik, karena kalimat itu tidak bijaksana kalau dijadikan salah satu pola asuh. Anak akan jenuh dan kesal bila terlalu banyak dilarang. Akibatnya ia akan bosan dan mencari pelarian ke tempat yang tidak ada melarangnya. Sifat anak kadang ingin mencoba hal yang baru, tapi ketika dia meminta justru dilarang. Ia akan membangkang. Sesekali boleh lah anak berbuat salah. Justru dari kesalahan itu pikirannya jadi berkembang. Atau ketika ia ingin memanjat pohon tapi dilarang. Ketika dia terjatuh dan merasakan akibatnya. Baru lah diberitahu, bahwa yang baru saja dilakukan itu berbahaya, ia harus hati-hati. Sehingga ia sadar bahwa yang dilarang orang tuanya itu benar. 9. Usahakan untuk mengembangkan pikiran anak dengan baik. Pancing anak-anak untuk berpikir. Beri suatu masalah yang harus diselesaikan. Sebaiknya orantua membiasakan diri menanyakan berbagai hal kepada anak: “ Bagaimana kalau besok tidak jadi ke rumah Paman?” Atau “Tahukah kamu mengapa Bu Lisa kemaren sakit” dengan pertanyaan “mengapa dan bagaimana” menolong anak untuk menggunakan pikirannya, jawabannya mungkin tidak sesuai, tapi paling tidak ia sudah berlatih berpikir. Setelah itu baru orang tua membetulkan jawabannya. Berlatih dengan bertanya membuat anak percaya diri,dan bisa mengungkapkan pikirannya dengan kata-kata. 10. Usahakan mengajak anak mengunjungi objek-objek atau tempat yang bisa menambah wawasannya. Bisa ke kebun binatang, ke museum, ke pantai, atau ke gunung, sehingga anak punya kesempatan melihat dan bertanya tentang apa yang belum diketahuinya. Rasa ingin tahu anak dengan cepat akan berkembang. Bagaimana pengetahuan anak berkembang dengan belajar dari alam atau sesuatu yang dilihat. Orang tua yang bijak akan mengunakan waktu uangnya untuk hal-hal yang bermanfaat buat anak dan keluarganya. Dengan mengunjungi pabrik, hotel, istana dalam otak anak akan berkembang ide-ide cemerlang dukemudian hari. Mereka jadi paham apa saja kebutuhan manusia, dan bagaimana cara memenuhinya.
SMA-01.indd 89
7/31/2013 2:03:08 PM
90
SMA-01.indd 90
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami? Hendaklah adab sopan anak-anak itu dibentuk sejak kecil kerana ketika kecil mudah membentuk dan mengasuhnya. Belum dirosakkan oleh adat kebiasaan yang sukar ditinggalkan. (Hamka). Orang tua dalam mendidik anak tentunya sudah memiliki konsep yang akan diterapkan kepada anaknya. Konsep apakah yang sudah Anda siapkan kepada anak Anda di masa kanak-kanak? Masa dimana anak begitu memerlukan bimbingan dan pengarahan. Masa kanak-kanak dimulai dari selesainya masa menyusui hingga anak berumur enam atau tujuh tahun. Masa ini termasuk masa yang sangat sensitif 91
SMA-01.indd 91
7/31/2013 2:03:08 PM
92
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak. Di dalamnya terjadilah proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan moralnya. Pada saat ini, orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap masalah pendidikan anak dan mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal dan aktif di masyarakat kelak. Konsep pendidikan yang tepat untuk diterapkan pada masa ini adalah sebagai berikut;
Mengenalkan Anak Kepada Allah SWT Anak atau bahkan manusia secara umum diciptakan dengan membawa bakat iman kepada Allah SWT. Hal itu kita buktikan dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang selalu ada di benaknya tentang asal-muasal dunia. Dari mana ia datang? Siapakah yang menciptakan kedua orang tuanya? Dari manakah asalnya mereka yang berada di sekelilingnya? Anak, dengan kemampuan berpikirnya yang sangat terbatas, siap untuk menerima teori adanya Tuhan yang menciptakan alam. Kewajiban ayah dan ibu adalah memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengenalkannya pada Allah SWT, Tuhan yang Maha Pencipta. Tentu saja, pengenalan tersebut sebatas kemampuan sang anak dalam mencerna pembicaraan dan permasalahan yang ada di hadapannya. Pengenalan anak pada keimanan kepada Allah SWT sama-sama ditekankan, baik oleh para ulama agama maupun para pakar ilmu jiwa. “(Teori keimanan kepada Tuhan) merupakan nilai terpenting yang harus ditanamkan pada anak sejak usia dini. . . . Hal itu akan memberinya semangat dalam menempuh kehidupan di dunia dan membuatnya percaya akan kemurahan dan kemampuan Tuhan. Menanamkan benih-benih keimanan di hati sang anak pada usia dini seperti ini sangat penting dalam program pendidikannya. Anak di usianya yang dini tertarik untuk meniru semua tindak-tanduk ayah ibunya, termasuk yang menyangkut masalah keimanan. Dr Spock mengatakan, “Yang mendasari keimanan anak kepada Allah dan kecintaannya pada Tuhan Yang Maha Pencipta sama dengan apa yang mendasari kedua orang tuanya untuk beriman kepada Allah dan mencintai-Nya. Antara umur tiga sampai enam tahun, anak selalu berusaha untuk menirukan apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Ketika mereka berdua mengenalkannya kepada Allah, ia akan mengenal Allah sejauh kemampuan orang tuanya menuangkan pengenalan ini dalam bentuk kata-kata”
SMA-01.indd 92
7/31/2013 2:03:08 PM
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?
93
Dengan demikian, gambaran yang akan terukir di benak sang anak adalah bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang baik dan penyayang yang membuatnya tertarik untuk mencintai Allah dan berkeyakinan bahwa Allahlah yang memberinya rasa kasih sayang. Jika kita hendak mengenalkan sang anak kepada hari kiamat, maka sebaiknya kita menitikberatkan keterangan pada kenikmatan-kenikmatan yang akan didapat oleh orang yang shaleh karena hal itu sangat sesuai dengan tabiatnya yang menyukai makanan, minuman, permainan dan lainnya. Kita katakan bahwa mereka akan mendapatkan semua kesenangan itu jika berbuat baik dan taat pada agama. Tetapi jika tidak, maka mereka tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Pengenalan terhadap api neraka dan siksaan yang ada di dalamnya dapat diberikan saat anak menginjak usia yang lebih matang.
Menanamkan Cinta Kepada Nabi Muhammad SAW Masa kanak-kanak juga merupakan masa pertumbuhan emosional anak dengan mulai cara belajar mencintai atau membenci sesuatu. Tugas orang tua adalah membangkitkan potensi alamiahnya ini dan mengarahkannya pada contoh dan teladan kehidupan umat manusia dengan menanamkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW dan Para sahabat Beliau di lubuk hati anak. Rasulullah SAW bersabda, “Didiklah anak kalian tentang tiga hal, cinta kepada nabi kalian, cinta kepada Ahlul Baitnya a. s. , dan membaca Al-Qur’an. Metode terbaik yang seyogyanya dijalankan para orang tua adalah menceritakan riwayat hidup manusia-manusia suci itu dan perilaku mereka di tengah masyarakat, khususnya yang menyangkut sikap ramah, lemah-lembut dan kemurahan hati mereka, juga ketabahan dan kesabaran mereka dalam menghadapi segala kesulitan maupun gangguan orang lain. Dengan mendengar kisah teladan seperti ini, secara otomatis, anak akan mencintai mereka dan membenci orang-orang yang memusuhi mereka, yaitu kaum kafir dan durjana. Mengajak anak untuk mengenal Al-Qur’an sejak dini akan membuatnya akrab dengan kitab suci ini. Dengan keakrabannya ini, ia dapat mengetahui makna firman Allah, khususnya ayat-ayat yang mudah dimengerti artinya. Realita membuktikan bahwa seorang anak dari masa ini mampu untuk mengulangi apa yang ia dengar dan menghapalnya dengan mudah. Jika kemampuan ini diarahkan kepada Al-Qur’an, maka anak akan merasa tertarik dan menjadi akrab
SMA-01.indd 93
7/31/2013 2:03:09 PM
94
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dengannya. Apabila anak telah sampai pada tingkat cinta kepada Al-Qur’an, maka kitab Allah ini akan menjadi panduan bagi semua tindakan dan pemikirannya.
Mendidik Anak Agar Taat Kepada Orang Tua Ayah dan ibu memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan anak karena tanggung jawab untuk mendidik anak ada di pundak mereka. Merekalah yang bertugas yang menciptakan kepribadian anak di masa mendatang. Sementara itu, sekolah dan lingkungan memainkan peran kedua setelah peran mereka. Jika seorang anak tidak terbiasa untuk patuh dan taat pada kedua orang tuanya, ia tidak mungkin mau mendengar nasehat, bimbingan, dan kata-kata mereka. Anak yang tumbuh dengan perilaku demikian akan menciptakan masalah bagi dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat sekitarnya. Kelak, ia akan menjadi seseorang yang tidak mengindahkan norma-norma yang ada di tengah masyarakat dan undangundang yang disusun negara. Mendidik anak untuk patuh dan taat pada orang tua menuntut kesabaran dan keuletan yang tinggi dari mereka berdua dalam membiasakan anak untuk mendengar kata-kata mereka. Anak di usia dini sedang mencari jati diri dan kebebasan, karena itulah kita katakan pekerjaaan ini menuntut keuletan dan kesabaran ekstra dari orang tua. Cara terbaik yang yang harus mereka lakukan dalam membiasakan anak untuk patuh adalah memberinya kasih sayang yang cukup. Dr. Yusri Abdul Muhsin mengatakan, “Faktor terpenting yang membantu anak untuk taat kepada orang tua adalah…belaian kasih sayang dan curahan cinta yang ia dapatkan dari orang tua dan seluruh anggota keluarganya”“Anak akan mudah untuk patuh dan taat kepada orang tuanya jika ia merasa bahwa semua kebutuhannya akan keamanan, kasih sayang, penghormatan terhadap dirinya, kebebasan, dan sedikit kekuasaan, telah terpenuhi” Jika anak merasakan bahwa ayah ibunya mencintai dan menghormatinya, otomatis ia akan berusaha untuk menarik hati mereka yang salah satu caranya adalah dengan patuh dan taat kepada mereka. Ayah dan ibu merupakan penentu utama yang membuat anak patuh kepada mereka. Dapat disimpulkan kecintaan anak pada kedua orang tuanya adalah balasan atas cinta mereka kepadanya. Para pakar psikologi menekankan untuk menghindari cara kekerasan sebisa mungkin. Profesor Anwar Jundi mengatakan, “Ketika anak melakukan kesalahan, sedapat mungkin hindari kekerasan dan cara-cara yang kasar, karena jika anak sering mendapatkan perlakuan kasar, ia akan terbiasa dengan itu. Ia akan merasa
SMA-01.indd 94
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?
95
cacian dan makian sebagai suatu yang biasa dan ini berarti bahwa nasehat tidak akan berbekas di hatinya” Jika hubungan antara anak dengan orang tuanya adalah hubungan cinta dan kasih sayang, maka sudah dapat dipastikan bahwa anak tersebut akan patuh dan taat kepada mereka berdua. Di lain pihak, baik ayah maupun ibu, harus memerintahkan sesuatu kepada anak mereka dengan lemah lembut dan dalam bentuk bimbingan atau anjuran, karena hal itu lebih mudah untuk diterima dan dilaksanakan. Tetapi, jika orang tua menggunakan cara-cara yang kasar, maka yang akan terjadi justru sebaliknya. Anak yang mendapat curahan kasih sayang yang cukup tidak akan merasa terbebani ketika harus patuh kepada orang tuanya. Ia juga tidak akan merasa bahwa ketaatannya itu akan mengganggu kebebasan yang ia miliki. Dengan cinta yang ia rasakan di lubuk hati, ia akan dengan senang hati meniru tindakan yang dilakukan oleh orang yang ia cintai, yaitu ayah dan ibunya. Dengan demikian, tindak-tanduk kedua orang tua itu akan terlihat pada perilaku anak mereka. Jika anak diperlakukan layaknya seorang manusia yang matang, ia akan merasa berbesar hati dan menunjukkan tindakan dan sikap yang dewasa dengan cara yang tidak menyinggung kedua orang tuanya. Anak seperti ini akan dengan mudah belajar patuh dan taat, pertama, kepada orang tuanya, dan selanjutnya, taat kepada norma-norma luhur dalam masyarakat yang ia dapatkan dari ayah dan ibunya, sekolah, atau lingkungan sekitarnya.
Orang Tua Harus Menghormati Anak Dalam usianya yang dini, anak sangat membutuhkan kasih sayang dan pujian orang tuanya. Selain itu, ia juga ingin dipandang dan diberi kedudukan yang semestinya di dalam keluarga dan masyarakat. Ketika ia merasa bahwa dirinya dicintai baik oleh ayah dan ibunya maupun oleh lingkungan sekitarnya, ia akan mudah beradaptasi dengan baik. Anak akan tumbuh dengan baik jika merasa dicintai, dihargai, dan merasa aman berada di dalam rumah. Rasa cinta dan penghormatan yang dirasakan oleh anak sangat besar pengaruhnya terhadap semua sisi kehidupannya, seperti perkembangan bahasa, pikiran, emosi, dan kehidupan sosialnya. Anak selalu meniru perbuatan mereka yang dicintainya dan menerima nasehat, anjuran bahkan perintah mereka. Dari merekalah ia belajar melakukan pekerjaan yang terpuji dan perilaku merekalah yang akan tampak pada perilakunya. Itu semua terjadi karena anak merasa dicintai
SMA-01.indd 95
7/31/2013 2:03:09 PM
96
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dan dihormati. Rasulullah bersabda,”Cintailah anak kalian dan sayangilah mereka! Jika kalian menjanjikan sesuatu untuk mereka, tepatilah janji itu karena anak hanya melihat bahwa kalian memperlakukan mereka dengan baik. “ Salah satu hal yang bisa dikategorikan sebagai perwujudan rasa cinta dan penghormatan terhadap anak adalah dengan memujinya ketika melakukan perbuatan yang terpuji meskipun sedikit, memaafkan kesalahan yang ia lakukan, tidak menganggap bodoh kata-kata dan perbuatannya, dan tidak membebaninya pekerjaan yang diluar batas kemampuannya. Rasulullah SAW pernah bersabda,”. . . Semoga Allah merahmati orang tua yang membantu anaknya untuk patuh kepadanya dengan memuji perbuatan baiknya meskipun sedikit, memaafkan kesalahannya, tidak membebaninya pekerjaan yang tidak mampu ia lakukan, dan tidak menganggapnya bodoh. “ Sebaiknya, dalam rangka menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak, orang tua tidak membedakan sikap saat si anak melakukan tindakan terpuji atau berbuat kesalahan yang bisa membuatnya terkena hukuman atau pukulan. Orang tua haruslah pandai-pandai bersikap sehingga anak dapat merasakan bahwa ayah dan ibu mencintainya dan tidak membencinya meskipun ia telah melakukan kesalahan. Dr. Spock mengatakan, “Sebagai orang tua hendaknya kita pandai bersikap, sehingga anak tidak merasa bahwa ia dibenci meskipun hanya dengan pandangan mata. Sebab, anak tidak dapat membedakan antara kebencian orang tua atas tindakannya dengan kebencian mereka padanya”. Anak dapat kita sadarkan terhadap kesalahannya dengan cara mengajarkan secara berulang-ulang bahwa apa yang dilakukannya itu tidak disenangi oleh ayah dan ibunya, atau bahkan dibenci oleh masyarakat sekitarnya, meskipun mereka masih dan selalu mencintainya. Setelah itu, kita usahakan untuk melarangnya melakukan perbuatan salah tersebut dan menanamkan kepadanya bahwa cinta dan kasih sayang ayah dan ibu kepadanya akan lebih besar jika ia meninggalkan perbuatan itu.
Orang Tua Harus Bisa Membedakan antara Sikap Lembut dan Sikap Keras Menghormati anak, memperlakukannya dengan baik, menunjukkan rasa cinta kepada anak, menanamkan pada dirinya bahwa ia memiliki tempat di hati orang tua dan masyarakat sekitarnya, semua itu tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan
SMA-01.indd 96
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?
97
melampui batas kewajaran. Orang tua tidak boleh memberinya kebebasan mutlak sehingga anak bisa berbuat apa saja semuanya. Karena itu, diperlukan adanya konsep yang menyeimbangkan sikap orang tua terhadap anak. Berdasarkan konsep tersebut, orang tua tidak memberikan kebebasan mutlak dan tidak pula bersikap keras terhadap semua tindakan yang dilakukan anak. Dengan kata lain, orang tua harus menerapkan sikap lembut dan keras dengan batasnya masing-masing. Sikap netral seperti ini hendaknya diusahakan untuk dipertahankan sampai anak melewati masa kanak-kanaknya dan mampu membedakan antara perbuatan yang benar dan terpuji dngan perbuatan yang salah dan dibenci. Sebab, tahuntahun pertama adalah masa yang sangat sensitif dalam membentuk karakter dan jati diri anak. Ketika anak melakukan tindakan salah dan tidak terpuji, tugas orang tua adalah mengingatkannya bahwa bahwa perbuatan tersebut memiliki dampak negatif dan harus secepatnya ditinggalkan dan tidak diulangi lagi. Namun jika nasehat dan sikap lemah-lembut ini tidak meninggalkan kesan apa-apa, maka tibalah giliran mereka harus bersikap tegas dan menghukum sisi psikis anak, bukan badannya. Sebab, hukuman terhadap jiwa anak lebih baik dari hukuman terhadap sisi jasmaninya. Imam Musa Kadzim bin Ja’far a. s. saat menjawab pertanyaan bagaimana mestinya orang tua bersikap terhadap anaknya, mengatakan,”Jika anak melakukan kesalahan) jangan kau pukul dia, tapi diamkanlah (tidak berbicara dengannya). . . tetapi, jangan biarkan keadaan ini berlangsung lama.“ Imam Musa a. s. tidak menganjurkan untuk memperlakukan anak dengan amat longgar saat ia melakukan kesalahan, juga tidak menyuruh menghukum anak dengan mendiamkannya dalam waktu yang lama. Akan tetapi, beliau mengajarkan bagaimana bersikap netral dan menyeimbangkan sikap lembut dan keras. Berlebihan atau sebaliknya, bersikap tidak acuh pada satu masalah akan menimbulkan banyak dampak negatif terhadap perkembangan nalar, emosi, dan perilaku anak. Cara mendidik yang benar adalah dengan menyeimbangkan antara pujian dan hukuman bagi anak. Pujian yang berlebihan akan berakibat sama buruknya dengan hukuman berlebihan karena kedua-duanya akan mengganggu keseimbangan mental anak dan membuatnya gelisah. “Anak yang tumbuh besar dalam lingkungan kasih sayang yang berlebihan akan lemah dalam menghadapi tantangan kehidupan dan tidak mampu untuk berdiri di atas kaki sendiri”
SMA-01.indd 97
7/31/2013 2:03:09 PM
98
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Kematangan emosi anak manja akan jauh lebih lambat dibanding dengan anak-anak lainnya. Masa kanak-kanak bagi anak seperti ini akan lebih panjang. Ia akan selalu memerlukan bantuan dan bimbingan orang tuanya dalam semua hal. Hal ini akan berlangsung sampai sang anak menginjak usia dewasa. Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menyaksikan anak-anak atau bahkan orang dewasa yang selalu menunggu uluran tangan orang lain atau masyarakat dalam menyelesaikan urusan mereka. Mereka pun selalu mengharapkan orang lain untuk mendukung pendapatnya dan selalu mengharapkan pujian dari pihak lain. Orangorang seperti ini tidak mampu menghadapi tantangan kehidupan. Hal yang sama juga terjadi pada anak yang merasa terbuang dan tidak atau kurang mendapat perhatian, atau anak yang sering mendapat kecaman, cacian atau hukuman dari kedua orang tuanya Karena itulah, sering kita temukan dalam kehidupan anak-anak berandal dan suka mengganggu orang lain umumnya adalah mereka yang di masa kecil sering menjadi sasaran cacian, makian, dan pukulan. Tugas orang tua adalah mengajarkan kepada anak-anak mana perbuatan yang terpuji dan mana yang tercela serta bahwa pujian atau celaan yang didapatkan oleh seseorang dikarenakan perbuatan yang ia lakukan. Dengan demikian, kita telah menanamkan di hati mereka rasa cinta terhadap kebajikan dan rasa benci terhadap kemungkaran. Ada beberapa keadaan yang harus diperhatikan oleh orang tua agar tidak menimbulkan dampak negatif pada perkembangan nalar dan emosi anak. Sebagai contoh, umumnya anak ketika ia memecahkan benda berharga akan bergembira karena ia merasa telah melakukan perbuatan yang sangat terpuji dengan menjadikan satu benda menjadi beberapa keping. Saat itu ia menunggu untuk mendapat pujian akan pekerjaannya tersebut. Namun malang, orang tua biasanya bukan hanya tidak memujinya, malah melayangkan pukulan kepadanya yang tentu membuat sang anak terkejut. Hal ini mengakibatkan dampak yang sangat negatif pada kejiwaan anak. Namun, terkadang anak memang perlu mendapatkan sedikit pelajaran, teguran, tidak disapa, atau bahkan pukulan, seperti yang dikatakan oleh Dr Spock, “Anak seringkali lebih bergembira ketika ia tahu bahwa ayahnya telah menentukan batas-batas yang dapat membuat mereka dikenai hukuman”. Orang tua hendaknya menjadikan hukuman dan pujian yang dilakukannya murni bermaksud mendidik, bukan karena emosi pribadi mereka. Sering terjadi, seseorang mendapat masalah yang membangkitkan emosinya, lalu anak yang menjadi
SMA-01.indd 98
7/31/2013 2:03:09 PM
99
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?
sasaran amarahnya meskipun si anak tidak berbuat kesalahan apapun. Rasulullah SAW melarang untuk menghukum anak saat amarah sedang memuncak
Orang Tua Harus Bersikap Adil terhadap Semua Anak Dalam kehidupan sehari-hari kita saksikan banyak orang tua yang bersikap tidak baik dengan, umpamanya, mengatakan, “Anakku yang bernama fulan mirip denganku, tapi si fulan tidak”. Pembandingan seperti ini juga dapat melahirkan kecemburuan dan persaingan di antara mereka. Lebih baik jika hal ini dihindari. Tindakan adil lain yang harus dilakukan orang tua adalah tidak membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Membedakan perlakuan di antara keduanya akan berakibat buruk pada diri anak perempuan. Selain itu, tindakan ini juga dapat melahirkan kebencian dan permusuhan antara mereka. Fenomena seperti ini sering kita jumpai dalam masyarakat. Biasanya, orang tua lebih memperhatikan anak laki-laki daripada anak perempuan. Mereka lebih memikirkan permintaan anak laki-laki daripada permintaan anak perempuan. Islam melihat fenomena seperti ini sebagai hal buruk yang harus dihindari. Karena itulah, kita saksikan banyak sekali riwayat yang mengagungkan anak perempuan di atas anak laki-laki dan memerintahkan para orang tua untuk memberikan perhatian ekstra kepadanya. Di antara riwayat-riwayat itu adalah riwayat Abdullah bin ‘Abbas r. a. yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Jika seseorang masuk ke pasar lalu membeli apel untuk dibawa ke rumahnya, orang tersebut sama dengan orang yang membawa sedekah untuk satu kaum yang sangat membutuhkan. Dalam membagikan apel itu, hendaknya ia memulainya dari anak perempuan” Salah satu wujud dari sikap adil dan persamaan adalah dengan tidak membandingkan sifat jasmani, rohani dan kejiwaan satu anak dengan anak yang lain. Jadi, orang tua tidak boleh mengatakan bahwa si fulan lebih cantik dari fulan, fulan lebih cerdas atau lebih sopan dari fulan, karena hal itu akan memancing rasa iri dan dengki antara mereka. Membandingkan satu anak dengan anak yang lain akan menghadirkan rasa cemburu yang selanjutnya akan menimbulkan persaingan di antara mereka. Sikap tersebut juga akan menghilangkan rasa percaya di antara mereka. Tidak membedakan perlakuan terhadap satu anggota keluarga dengan yang lain adalah faktor terpenting yang harus diperhatikan guna menciptakan suasana saling mempercayai antar anggota keluarga.
SMA-01.indd 99
7/31/2013 2:03:09 PM
100
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Sikap yang salah sering ditunjukkan oleh banyak orang tua dengan masuk ke dalam pertengkaran anak-anak dan bertindak sebagai hakim. Menyatakan salah satunya sebagai pihak yang salah, atau bahkan menghukumnya, tidak sesuai dengan konsep keadilan di antara anak-anak. Meskipun orang tua telah bersikap adil dan memperlakukan anak-anak dengan sama, semua itu tidak akan dapat menghilangkan sama sekali pertengkaran di antara mereka. Hal ini tidak perlu dirisaukan karena merupakan sesuatu hal yang wajar dan terjadi di semua atau, paling tidak, sebagian besar keluarga. Pertengkaran mulut biasa terjadi di antara anak-anak, bahkan terkadang sampai ke tingkat saling baku-hantam. Ketika itu, masing-masing saling menuduh bahwa saudaranyalah yang bersalah atau memulai pertengkaran ini. Dalam menghadapi hal ini, orang tua harus bersikap bijak dengan memandangnya secara objektif dan melihat permasalahan ini sebagai hal yang lumrah terjadi. Jika pertengkaran itu masih dalam batas-batas kewajaran, sebaiknya ayah dan ibu tidak campur tangan untuk menyelesaikan perselisihan mereka. Biarkan mereka menyelesaikan sendiri pertengkaran itu. Sikap yang salah sering ditunjukkan oleh banyak orang tua dengan masuk ke dalam pertengkaran anak-anak dan bertindak sebagai hakim. Menyatakan salah satunya sebagai pihak yang salah, atau bahkan menghukumnya, tidak sesuai dengan konsep keadilan di antara anak-anak Namun, bila pertengkaran itu terjadi berkali-kali atau berkelanjutan sepanjang hari atau pertengkaran terjadi dengan hebatnya dan berbahaya, tibalah saatnya orang tua turun tangan dengan memerintahkan mereka untuk mengakhiri pertengkaran tersebut secepatnya, atau memalingkan perhatian mereka kepada hal-hal lain dan menyibukkan mereka dengannya, atau memisahkan mereka. Bila diperlukan untuk menghukum, sebaiknya hukuman itu dikenakan kepada mereka berdua dengan memperhatikan konsep keadilan dan persamaan.
Orang Tua Harus Bisa Memberi Kebebasan Bermain pada Anak Bermain adalah kebutuhan utama anak-anak yang harus dipenuhi. Dengan bermain, anak akan merasa puas. Bermain dapat menjadi langkah awal dari suatu pekerjaan yang sebenarnya. Dari situlah anak dapat menunjukkan kemampuan bergaul dengan teman-teman sebayanya dan menambah kematangan berbahasa,
SMA-01.indd 100
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?
101
nalar, dan jasmaninya. Lewat bermain, anak akan mengetahui banyak hal yang ada disekitarnya. Bermain merupakan kebutuhan bagi anak yang harus dipenuhi. Karena itulah, tidak mungkin ada anak kecil yang tidak bermain. Hukum alam tidak mengecualikan siapapun juga, termasuk para nabi a. s. dan hamba-hamba shaleh lainnya. Di masa kanak-kanak, mereka juga bermain seperti lazimnya anak-anak yang lain meskipun permainan yang mereka lakukan berbeda dengan yang lain. Dari beberapa hadis di atas dapat disimpulkan bahwa usia di bawah delapan tahun adalah usia bermain. Tugas orang tua saat itu adalah memberi mereka kebebasan untuk bermain tanpa larangan, kecuali permainan berbahaya yang memang harus dijauhkan dari mereka. Kebebasan dalam bermain berarti bahwa orang tua tidak ikut campur tangan dalam hal waktu bermain, jenis permainan, dan caranya tetapi dengan catatan bahwa permainan tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma suci Islam dan masyarakat, serta tidak membahayakan anak maupun orang lain. Dalam bermain, anak dalam usianya yang dini ini tidak menyukai campur tangan orang tua maupun perintah mereka dalam permainan. Permainan terbaik untuk anak adalah apa yang mereka pilih sendiri atau yang mereka buat dengan kreasi sendiri. Anak-anak terkadang suka menciptakan satu jenis permainan baru atau cara bermain yang baru. Hal terbaik bagi orang tua adalah menyiapkan alat-alat yang bisa dibuat untuk bermain yang kira-kira sesuai dengan selera anak. Dr. Spock mengatakan, “Tugas kita (orang tua) adalah membiarkan anak-anak untuk mengurusi permainan mereka sehingga mereka bisa belajar dari permainan tersebut…. Kita serahkan kepada mereka semua hal yag menyangkut permainan itu. Biarkan anak-anak mengikuti daya khayal mereka. Hanya dengan cara inilah, permainan akan bermanfaat bagi mereka. Permainan haruslah menjadi guru bagi mereka. Dan mereka harus memanfaatkan potensinya untuk mempergunakan mainan-mainan yang disediakan sesuai dengan apa yang khayalkan. Ketika anak merasa bahwa ia membutuhkan bantuan orang tuanya untuk menyelesaikan problem permainannya, tibalah giliran orang tua untuk membantunya. ” Bermain merupakan sarana pendidikan yang paling tepat dalam mempersiapkan anak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya di masa mendatang. Dengan bermain, kepribadian anak dan potensi yang ia miliki akan dapat kita saksikan dengan jelas. Bermain adalah sarana pengajaran dan pendidikan sosial dan etika bagi anak.
SMA-01.indd 101
7/31/2013 2:03:09 PM
102
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Bermain dapat menjadi ukuran apakah perilaku anak normal anak atau tidak. Di tengah-tengah permainan, anak akan mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya. Lebih jauh lagi, pada saat bermain itulah, segala reaksi yang biasanya ditunjukkan anak-anak jika berhadapan dengan orang yang lebih dewasa akan hilang. Berdasarkan hal tersebut di atas, orang tua harus memperhatikan anak-anak saat bermain tanpa sepengetahuan mereka. Dengan demikian ayah dan ibu akan mengetahui banyak hal yang berhubungan dengan kepribadian dan kemampuan anak-anak mereka dalam bermasyarakat. Semua pembicaraan dan reaksi yang ditunjukkan anak-anak haruslah diperhatikan, juga cara mereka mengutarakan isi hati, keinginan, kecemasan, dan problem yang dihadapi, khususnya jika keadaan itu terjadi berulang-ulang. Selain itu, orang tua harus jeli melihat sikap lemah atau keras si anak, ketidakstabilan emosinya, dan pandangannya tentang orang tuanya, khususnya jika bermain dengan berperan sebagai ayah atau ibu. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita akan mengetahui sejauh mana kemampuan berbahasa, berpikir dan emosi anak. Setelah mengetahui dengan baik apa yang terjadi pada anak-anak, tibalah giliran untuk menyesuaikan program pendidikan dengan kondisi masing-masing anak. Memperhatikan anak secara tidak langsung jauh lebih bermanfaat daripada terjun langsung dalam permainan mereka, karena anak cenderung untuk menyembunyikan banyak hal di hadapan orang tuanya, baik karena malu maupun karena takut kepada mereka.
Orang Tua Harus Mengajarkan Masalah Seksual dengan Tepat Masalah seksual adalah masalah yang paling rumit dalam pendidikan, karena umumnya orang tua kesulitan dalam menghadapi masalah ini. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini, yang bergantung pada konsep dasar pendidikan yang dipilih orang tua, atau adat istiadat yang berlaku di tengah masyarakat dan juga bergantung pada tingkat kesadaran orang tua anak. Dari sini kita ketahui, mengapa banyak orang yang jatuh pada dua sikap ekstrim yang berlawanan, sebagian mengabaikannya sama sekali, tetapi sebagian lagi mengajarkan kepada anak dengan sangat terbuka. Anak, baik laki-laki maupun perempuan, secara naluriah memiliki segudang pertanyaan yang menyangkut masalah seksual, seperti bagaimana ia tercipta dan
SMA-01.indd 102
7/31/2013 2:03:09 PM
103
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?
berada di rahim ibu? Mengapa hanya ibu yang mengandung sedangkan ayah tidak? Bagaimanakah proses persalinan? Mengapa anak perempuan dan wanita yang tidak bersuami tidak hamil? Mengapa mesti ada perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan? Masih banyak lagi pertanyaan yang lain yang mereka miliki. Orang tua seharusnya menganggap pertanyaan-pertanyaan seperti ini sebagai hal yang wajar sehingga tidak perlu takut untuk mendengar dan memberikan jawabannya. Sikap terbaik yang mesti mereka ambil adalah tidak melarang anak untuk menanyakannya karena anak tersebut pasti akan mencari jawabannya dari orang lain yang tentu akan mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan jika jawaban yang didapatnya tidak memuaskan atau terlalu vulgar. Tugas orang tua adalah mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan anak seperti ini dan membantu mengatasi rasa keingintahuan mereka dengan memberikan jawaban-jawaban yang masuk akal dan memuaskan. Dengan sendirinya, anak tidak akan mengulangi pertanyaannya setelah merasa bahwa jawaban yang diterima itu memuaskan. Jawaban yang diberikan ayah dan ibu haruslah sesuai dengan daya tangkap anak. Sebagai contoh, jika anak bertanya tentang proses kehamilan, dapat kita katakan bahwa Allahlah yang menciptakan anak dan meletakkan di perut ibu. Jika anak bertanya tentang perbedaan jenis kelamin, kita jawab bahwa anak laki-laki sama dengan ayahnya sedangkan anak perempuan sama dengan ibu. Atau kita katakan, bahwa Allah menciptakan anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Jawaban mesti diberikan dalam bentuk yang wajar, jauh dari hal-hal yang menimbulkan kekhawatiran, sehingga anak tidak menganggap bahwa jawaban ayah atau ibu tidak benar dan tidak sesuai lalu terdorong untuk mencari jawaban dari orang lain. Sebagian anak gemar mempermainkan alat kelaminnya. Tugas orang tua adalah menjauhkan anak dari perilaku tersebut secara halus atau memalingkan perhatiannya dengan hal-hal yang lain. Selain itu, orang tua tidak boleh membuka aurat di depannya. Sebab, banyak pakar berpendapat bahwa kebiasaan orang tua membuka aurat mereka di hadapan anak merupakan hal yang mengejutkan bagi anak. Dr. Spock mengatakan, “Saya meminta kepada semua ayah dan ibu untuk memperhatikan hal ini dan menutup anggota badan mereka sebatas kewajaran di hadapan anak. ” “Umumnya anak dari usia empat sampai enam tahun mendapatkan alat kelaminnya sebagai daerah yang memberi kenikmatan tersendiri. Setelah itu perasaan seperti ini akan hilang dengan sendirinya”.
SMA-01.indd 103
7/31/2013 2:03:09 PM
104
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Sebaiknya para orang tua untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat membangkitkan naluri seks anak di usianya yang dini ini. Cara terbaik untuk menjauhkan anak dari masalah seksual adalah dengan tidak melakukan hubungan intim di hadapannya. Anak di usia dini selalu ingin meniru semua yang dilakukan oleh orang tuanya, karena itu, ia ingin melakukan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Selain itu, biasanya anak seusia ini lebih menyenangi permainan menjadi pengantin. Dengan demikian, jika anak menyaksikan hubungan intim ayah dan ibunya, tidak mustahil ia akan meniru dan melakukan hal yang sama yang pernah ia saksikan, lalu ia akan terbiasa melakukannya di usianya yang sangat dini. Sudah menjadi tugas orang tua untuk menghindarkan anak-anaknya dari hal tersebut dan dari perilaku yang mengarah kepada perbuatan tersebut, misalnya ciuman, dan lain-lain. Banyak orang tua yang salah dalam bersikap dengan membicarakan masalah seks di depan anak mereka, karena dengan demikian rasa ingin tahu yang ada pada anak akan bertambah besar. Orang tua yang baik adalah mereka yang berhati-hati dalam melakukan hubungan intim walaupun anak-anak mereka sedang terlelap dalam tidur karena mungkin saja anak terjaga secara mendadak. Apabila ia terjaga dan menyaksikan adegan itu, ia akan mengalami goncangan jiwa yang akan tersimpan di alam bawah sadarnya. Tugas orang tua adalah memperhatikan tingkah laku anak dan cara bermain mereka khususnya saat mereka berada di tempat yang sepi. Salah satu cara menjauhkan anak dari rangsangan seks adalah dengan memisahkan tempat tidur mereka. Antara satu anak dan yang lain, hendaknya diberi batas. Selain itu, jangan biarkan mereka tidur dalam satu selimut sehingga badan mereka saling bersentuhan. Banyak riwayat yang menekankan akan penjagaan seperti ini. Dalam hadisnya, Rasulullah SAW bersabda,”Anak-anak hendaknya tidur secara terpisah ketika telah menginjak umur enam tahun. Pemisahan ini mutlak baik antara anak laki-laki dan anak laki-laki lainnya, antara anak perempuan dan lainnya, ataupun antara anak laki-laki dan anak perempuan. Di zaman ini, setelah menyebarnya film-film bioskop dan video, juga televisi dan media massa lainnya, tugas kita menghindarkan anak dari rangsangan seks terasa lebih berat. Bagi mereka yang hidup di negara-negara yang tidak mengenal Islam dan menyajikan film-film seronok dengan bebas, tugas menjaga anak-anak dari pengaruh buruk kemajuan teknologi dan agar anak-anak tidak menonton film-film seperti itu, lebih berat ketimbang yang lain. Tugas yang lebih berat lagi diemban oleh para orang tua yang hidup di negara yang menganggap bahwa cara
SMA-01.indd 104
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?
105
terbaik untuk memberikan kebebasan kepada anak untuk mengenal masa depannya adalah dengan menyajikan film-film porno kepada mereka. Para pakar psikologi mendukung konsep Islam dalam hal ini. Dr Spock yang berkebangsaan Amerika mengatakan, “Jika orang-orang terdahulu pernah melarang kita dalam hal-hal yang layak untuk dilarang, kemudian larangan yang sama kita kenakan kepada anak-anak kita, semua itu memiliki nilai yang positif. Justru larangan semacam itulah yang akan memberikan kepada anak-anak kebebasan berpikir pada saat mereka menjalani masa-masa belajar. Larangan ini juga yang akan mengosongkan benak si anak dari hal-hak yang tidak signifikan, sambil mendorong mereka berkonsentrasi pada hal-hal yang positif semisal belajar baca tulis dan matematika” Kesimpulannya, orang tua berkewajiban, pertama memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan anak-anak mereka mengenai masalah seksual dengan halus dan tidak ceroboh dan kedua menjauhkan mereka dari hal-hal yang dapat merangsang naluri seks mereka yang dapat hadir dengan berbagai cara dan bentuk, khususnya melalui media massa seperti bioskop, televisi, dan video.
Orang Tua Harus Bisa Mengembangkan Emosi Anak Emosi dan perasaan merupakan motor terpenting yang menggerakkan manusia untuk berbuat dan berkarya. Emosi dan perasaan ini dimiliki oleh manusia sejak hari-hari pertama kehidupannya, sejak saat ia menyusu lalu berkembang secara bertahap bersamaan dengan bertambahnya usia dan semakin luasnya hubungan sosial yang ia miliki. Perkembangan emosi dan perubahan yang terjadi pada anak dipengaruhi oleh pola pikir yang dimilikinya. Ketika anak meyakini bahwa dengan melakukan suatu pekerjaan tertentu berarti ia telah membuat hati orang tuanya berbahagia dan membuat Allah ridha padanya, secara otomatis ia terdorong untuk melakukannya. Begitu pula sebaliknya. Emosi dapat dibagi ke dalam empat kategori, yaitu pribadi, vertikal, sosial, dan etis. Emosi pribadi adalah emosi yang berhubungan dengan pribadi manusia, seperti rasa ingin memiliki, cinta kebebasan, ingin unggul di atas orang lain, cinta kedudukan sosial, suka dihormati, dan lainnya. Perasaan dan emosi ini yang menjadikan manusia berbuat segala sesuatu untuk kesenangan pribadinya. Emosi vertikal adalah perasaan yang membawa orang untuk menyenangi hubungan dengan Zat yang Maha mutlak, yaitu Allah SWT, sumber kemurahan,
SMA-01.indd 105
7/31/2013 2:03:09 PM
106
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
kenikmatan, belas kasih, dan cinta. Dengan ini orang akan mencintai kebenaran dan kebaikan. Di sini tidak ada lagi ke-akuan. Emosi sosial adalah perasaan yang mendorong orang untuk berhubungan dengan anggota masyarakat yang lain, dimulai dari orang tua, kakak dan adik, lalu famili secara umum dan selanjutnya, masyarakat dan umat manusia seluruhnya. Emosi etis adalah perasaaan yang berhubungan dengan apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak, seperti berlaku jujur, meninggalkan dusta, dan hal-hal lain yang bersifat etis. Cara terbaik untuk mengarahkan emosi dan perasaan anak adalah dengan memberinya kasih sayang dan cinta, juga memenuhi semua kebutuhan lahir dan batinnya. Jika anak merasa bahwa ia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, secara otomatis ia akan terikat secara emosi pada sumber cinta dan kasih itu, yang tidak lain adalah orang tuanya sendiri. Anak akan percaya pada mereka berdua dan mengikuti apa yang mereka katakan dan lakukan. Selanjutnya, anak dengan senang hati menerima dan menuruti kata-kata, nasehat dan ajaran mereka. Dengan demikian, orang tua dapat mengontrol emosi dan perasaan anak dan selanjutnya mereka dapat mengarahkannya kepada jalan yang terbaik. Emosi terpenting yang harus dinomor satukan pengembangannya adalah emosi vertikal karena dapat mengasah jiwanya untuk mencintai dan akrab dengan Tuhan Mahapencipta. Emosi ini dapat dirasakan anak setelah dia mengetahui bahwa Tuhanlah sumber segala kenikmatan, kasih sayang dan ampunan, dan Dialah yang menciptakan kenikmatan abadi di surga untuk hamba-hamba-Nya yang shalih dan taat. Tugas orang tua selanjutnya adalah mengarahkan emosi dan perasaan anak kepada Rasulullah SAW, para nabi dan rasul lainnya. Cara terbaik dalam hal ini adalah dengan membawakan cerita dan kisah menarik kehidupan manusia-manusia suci ini kepada anak-anak. Ada dua manfaat yang kita petik dari cara ini, yaitu, pertama memperkuat rasa cinta kepada mereka di hati anak dan kedua membuat anak tertarik untuk mengikuti cara hidup dan teladan yang mereka berikan. Dengan demikian, di dalam lubuk hati anak akan tertanamkan perasaan-perasaan positif seperti cinta akan ketulusan, kemuliaan, keberanian, kedermawanan, pengorbanan, norma-norma mulia, dan kebajikan. Dan sebaliknya, mereka akan membenci apa yang dibenci oleh orang-orang mulia tadi dan membenci kaum yang menentang dan melawan mereka. Semua ini akan menjadi konsep hidup anak sekarang dan di masa mendatang.
SMA-01.indd 106
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 9 Bagaimana Konsep Pendidikan Masa Kanak-Kanak yang Islami?
107
Cara lain untuk mengembangkan emosi dan perasaan anak adalah dengan memberikan pengarahan secara kontinyu, sampai anak memahami dengan benar perbedaan antara perbuatan baik dan buruk. Selain itu, mendorong anak untuk meleburkan diri dengan perbuatan-perbuatan yang mulia. Ketika anak meminjamkan mainannya kepada anak lain, tugas orang tua adalah memujinya lalu menggantinya dengan mainan yang lain. Ketika anak melakuan perbuatan terpuji seperti berkata jujur, menghormati orang lain, berlemah lembut terhadap kaum fakir, membantu saudara atau orang tua dalam melakukan sesuatu, hendaknya anak tersebut dipuji di depan dirinya sendiri, keluarga, famili dan teman-temannya. Sikap orang tua memperlakukan anak layaknya seorang teman akan membuat ia leluasa dalam mengutarakan isi hatinya. Hal ini sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan mental anak dan menghilangkan emosi dan perasaan yang tidak baik. Penelitian para ahli menyatakan bahwa bercerita adalah cara terbaik dalam mendidik emosi dan perasaan anak, khususnya jika cerita itu disampaikan dengan gaya bahasa yang diminati dan dimengerti olehnya. Karena itu, kita bisa saja bercerita tentang petualangan seekor burung atau binatang yang berbudi luhur. Dengan mendengar cerita ini, emosi anak akan tergugah untuk mencintai kebaikan, keadilan, kebersamaan, pengorbanan, dan nilai-nilai luhur insani lainnya. Cinta kepada kaum tertindas dan kebencian terhadap kaum penindas dan zalim akan tumbuh subur di lubuk hatinya. Cerita-cerita tentang burung dan binatang sangat menarik bagi anak-anak seusia ini. Mereka akan dengan setia duduk mendengar dan merasakan seolah-olah hal itu benar-benar terjadi. Banyak hal yang bisa menjadi bahan cerita dan semua itu bergantung kepada imajinasi orang tua dalam mengolah sebuah dongeng yang dapat menggugah perasaan dan emosi anak mereka.
SMA-01.indd 107
7/31/2013 2:03:09 PM
108
SMA-01.indd 108
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 10 Bagaimana Konsep Mendidik Anak di Usia Remaja?
“Generasi emas tidak tumbuh dengan sendirinya, mereka memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuknya” Fase ini dimulai dari ketika anak genap berusia tujuh tahun hingga empat belas tahun. Di masa ini anak tengah mempersiapkan dirinya untuk menjadi manusia matang dan satu anggota dari masyarakatnya. Pada fase ini, anak mulai menghilangkan kebiasaannya meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa dan mulai memperhatikan alam dan lingkungan sekitarnya. Saat itulah daya pikir anak mulai terbuka dan mampu untuk berimajinasi dan menangkap banyak masalah yang tidak kasat mata. 109
SMA-01.indd 109
7/31/2013 2:03:09 PM
110
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Ia mulai berpikir tentang dirinya sendiri. Ia memandang dirinya sebagai salah satu mahluk yang hidup, berdiri sendiri, dan memiliki kehendak yang lain dari kehendak orang lain. Cara yang dilakukannya untuk menunjukkan keberadaan dirinya itu seringkali berupa perlawanan dan penentangan terhadap apa yang selama ini biasa ia lakukan. Ia berusaha untuk menampakkan jati dirinya dengan menentang dan membuat keluarganya marah demi menunjukkan kepada mereka bahwa ia adalah dirinya. Anak seperti ini akan memilih jenis dan warna pakaiannya sendiri, ingin bebas menentukan pelajaran yang ia sukai, dan berhubungan dengan siapa pun yang ia sukai dan dengan cara semaunya. Pada masa inilah orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap pendidikannya karena kini ia tengah berada di awal hubungan sosialnya dalam lingkup yang lebih luas dengan masuknya ia ke sekolah. Sekolah sendiri berpotensi besar dalam membangun kepribadian anak dengan adanya banyak anak di sana yang masing-masing mempunyai tingkat kecerdasan dan kegesitan tersendiri. Anak akan tergugah untuk bersaing dengan mereka dan hal itu sangat berpengaruh pada karekternya. Beberapa faktor penting yang berkaitan dengan pembangunan karakter anak dalam fase ini antara lain adalah pola interaksinya dengan ayah, ibu, dan seluruh anggota keluarga yang lain, keadaan fisiknya, seperti tinggi dan berat badannya, serta hal-hal yang didengar dan dipelajarinya. Kebutuhan anak di fase remaja ini berbeda dengan kebutuhannya di fasefase sebelumnya. Hal ini harus diperhatikan oleh orang tua dan diusahakan untuk memenuhinya. Kebutuhan anak tersebut antara lain adalah sebagai berikut.;
1. Kebutuhan primer, seperti makanan, minuman, dan pakaian. 2. Kebutuhan psikis, seperti ketenangan jiwa dan emosi. 3. Kebutuhan terhadap penerimaan dirinya oleh masyarakat. 4. Kebutuhan terhadap perhatian dan penghormatan atas dirinya. 5. Kebutuhan untuk mempelajari banyak hal yang dapat memupuk bakatnya sebagai bekal menempuh perjalanan panjang kehidupannya. 6. Kebutuhan untuk mengenal pemikiran-pemikiran yang menjadi wacana dalam masyarakat dan mengenal isi dunia, yang tentu saja, disesuaikan dengan kemampuan dan kematangan anak seusia ini. Anak perlu mendapatkan perhatian yang ekstra ketat dalam melewati fase yang rentan ini, tetapi tentu saja dengan tetap memberinya kebebasan yang merupakan salah satu kebutuhan aslinya.
SMA-01.indd 110
7/31/2013 2:03:09 PM
111
Bab 10 Bagaimana Konsep Mendidik Anak di Usia Remaja?
Memang, mendidik anak di masa ini sangat sulit sehingga diperlukan usaha dan keuletan yang lebih besar dari orang tua dalam mendidik, menjaga dan mengontrol setiap gerak-gerik anak, termasuk pola berpikir, perasaan, dan pelajaran sekolahnya. Selain itu, ayah dan ibu harus memenuhi semua keperluannya yang beraneka ragam. Anak pada masa ini tengah membutuhkan pengarahan intensif dari orang tuanya, juga bimbingan mereka dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh tantangan dan liku-liku ini. Berikut ini kami kemukakan beberapa hal penting yang berhubungan dengan pendidikan anak di fase ini.
Orang Tua Harus Ekstra Ketat dalam Mendidik Remaja Mendidik anak dengan baik dan benar dan mengajarinya budi pekerti yang luhur merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada di pundak ayah dan ibu. Di lain pihak, adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang benar tersebut. Pada fase ini, anak sangat memerlukan perhatian dan pengawasan ketat dari orang tuanya. Karena itu, orang tua harus meluangkan waktu dan tenaga yang lebih besar. Imam Ali bin Al-Husain a. s. berkata,”Hak anakmu adalah…engkau bertanggung jawab untuk mengajarkan kepadanya akhlaq karimah, mengenalkan kepada Tuhan dan membantunya untuk patuh kepadamu. Tugas berat ini besar sekali pahalanya dan sebaliknya, siksaan menunggu jika melalaikannya. Karena itu, lakukanlah apa yang bisa membuatmu berbangga atasnya di masa depan dan terbebas dari hukuman Tuhan atas tanggung jawab yang Dia berikan kepadamu, dengan mendidiknya secara baik dan benar. ” Karena fase ini merupakan fase yang sulit dalam kehidupan, ayah dan ibu harus mengangkat tangannya dan berdoa kepada Allah SWT agar mendapat taufik dalam mengemban tugas mulia dan besar ini. Imam Ali bin Al-Husain a. s. mengataka,”Ya Allah lindungilah anak-anakku dan keturunanku. . . . Didiklah mereka yang masih kecil. . . . Sehatkanlah badan mereka dan selamatkanlah agama dan akhlak mereka. . . . Jadikanlah mereka orang-orang yang bertakwa dan berpengetahuan. . . . Bantulah aku dalam mendidik mereka dengan benar. . . . Lindungilah aku dan keturunanku dari godaan syetan yang terkutuk. ” Banyak riwayat yang menekankan kewajiban mendidik anak dengan baik dan menanamkan akhlak yang mulia kepadanya. Imam Amirul Mukminin Ali a. s. berkata,”Anak memiliki hak atas ayahnya dan ayah juga memiliki hak atas anaknya.
SMA-01.indd 111
7/31/2013 2:03:09 PM
112
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Hak ayah atas anak adalah bahwa anak wajib untuk patuh dan taat kepadanya dalam setiap hal, kecuali yang berhubungan dengan maksiat. Hak anak atas ayahnya adalah ayah harus memberinya nama yang bagus, mendidiknya dengan baik, dan mengajarinya Al-Qur’an. ” Pendidikan di fase ini lebih penting pada fase-fase lainnya karena anak di usia ini relatif masih bersih dan belum tercemari sehingga mau mendengar dan menerima semua nasehat dan bimbingan. Karena itu, orang tua harus pandai-pandai mempergunakan kesempatan ini untuk mendidiknya dengan benar. Sejarah mencatat bahwa Ahlul Bait a. s. senantiasa menerapkan metode yang tepat dalam mendidik anak-anak mereka. Anak-anak mereka dipersiapkan dan dididik secara sempurna sehingga ketika dewasa mereka memiliki akhlak mulia serta menjadi teladan dalam segala hal. Ali a. s. , contohnya. Beliau melewati masa kecilnya di rumah Rasulullah SAW semasa beliau belum dilantik sebagai nabi. Ketika Rasulullah berdakwah, Ali adalah orang yang pertama kali menyatakan keimanan. Keimanan beliau itu betul-betul tulus yang ditunjukkan dengan ketaatan mutlak terhadap Allah dan Rasul-Nya. Ketika dewasa, beliau menjadi teladan tanpa tanding dalam hal keberanian, pengorbanan, kedermawanan, kerendahhatian, kejujuran, dan seluruh keutamaan akhlak lainnya. Pada gilirannya, Imam Ali kemudian mendidik anak-anaknya dengan cara yang serupa sehingga mengantarkan mereka sampai ke puncak kesempurnaan akhlak. Demikian juga yang terjadi pada para imam berikutnya. Beban yang dipikul oleh orang tua dalam mendidik anak akan makin berat seandainya masyarakat tempat mereka tinggal makin jauh dari Islam. Atau, bisa jadi secara realitas masyarakatnya beragama Islam, tetapi bentuk kehidupan yang Islami tidak termanifestasikan di dalamnya. Penyebabnya bermacam-macam, seperti pengaruh tradisi dan sikap konservatif, atau pengaruh kerancuan sistem pendidikan anak-anak, yang terutama, biasa kita dapatkan dari media massa seperti radio, televisi, film, dan lain-lain. Perlu dicatat juga bahwa pendidikan jasmani anak termasuk ke dalam bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan jiwa, mental, dan kepribadian. Bahkan faktor ini bisa disebut sangat penting sehingga Rasulullah sendiri bersabda, “ Ajarilah anakmu berenang dan memanah. ” Imam Musa Al-Kazhim a. s. memasukkan latihan anak-anak dalam mengerjakan hal-hal yang sulit sebagai hal yang dianjurkan. Beliau berkata,” Sebaiknya, latihlah fisik anak semasa kecil supaya dia menjadi orang sabar ketika sudah besar. ”
SMA-01.indd 112
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 10 Bagaimana Konsep Mendidik Anak di Usia Remaja?
113
Di kalangan ilmuwan psikologi dan pendidikan sendiri sudah lama diketahui bahwa kesehatan badan sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa.
Orang Tua harus Menekankan pada Remaja bahwa Belajar itu Penting Pada fase ini, belajar adalah hal yang penting bagi anak-anak. Inilah saat yang tepat untuk memberikan dorongan belajar kepada mereka, mematangkan kekuatan akal, serta mewujudkan kecintaan hakiki mereka terhadap penguasaan ilmu. Pada masa ini, anak-anak memiliki potensi yang kuat untuk menghapal apapun yang sampai ke pendengarannya. Karena itu, proses belajar menjadi sangat penting untuk menanamkan berbagai pengetahuan dan membuatnya tetap melekat dalam ingatan anak. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang belajar di waktu kecil itu ibarat melukis di atas batu. Dalam kesempatan lain, beliau juga bersabda,”Memori anak-anak itu seperti tanda terpahat di batu. ” Demikian pentingnya pendidikan anak-anak sampai-sampai Rasulullah secara khusus berwasiat kepada para orang tua,”Perintahlah anakmu untuk mencari ilmu.” Bahkan, menurut Rasulullah, pengajaran anak-anak adalah salah satu pintu rahmat Allah bagi orang tua mereka. Beliau bersabda,”Rahmat Allah semoga tercurah bagi seorang hamba yang menunjukkan kepada anaknya bagaimana cara berbuat baik kepada orang tua; yang mengajarkan kelembutan, pendidikan, dan sopan santun Berkaitan dengan hal ini juga, Rasulullah bersabda,”Ada tiga hal yang termasuk ke dalam hak-hak anak yang harus ditunaikan orang tuanya, yaitu membaguskan namanya, mengajarinya penulisan, dan menikahkannya jika sudah dewasa” Dewasa ini, fungsi pengajaran baca tulis sudah dipegang oleh lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah. Tetapi, itu tidaklah berarti bahwa peran orang tua tidak lagi diperlukan. Dalam kondisi seperti ini, harus ada kerja sama di antara orang tua dan sekolah. Harus juga diperhatikan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan di sini tentulah tidak sebatas pendidikan baca tulis. Segala hal yang memungkinkan untuk diajarkan kepada anak-anak, harus diajarkan. Jadi, pendidikan di sini meliputi seluruh bidang ilmu seperti kedokteran, humaniora, sastra, sejarah, filsafat, dan lainlain. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah pentingnya aspek pendidikan ruhani
SMA-01.indd 113
7/31/2013 2:03:09 PM
114
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dan ibadah. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda tentang pentingnya pengajaran Al-Qur’an,”Orang yang mengajarkan Al-Qur’an itu kelak akan dipanggil dari dua pintu. Dia akan mengenakan dua pakaian yang memancarkan dua cahaya. Dari kedua cahaya itu tampaklah wajah penghuni surga. Maksud dari pengajaran Al-Qur’an di sini adalah pengajaran yang komprehensif, dimulai dari pengajaran membaca secara benar sesuai dengan kaidah bahasanya. Berikutnya, si anak harus didorong untuk menghapal beberapa ayat dengan memperhatikan tingkat kemampuan akal seorang anak kecil. Setelah itu, mereka juga perlu diajari tafsir beberapa surat yang relevan dengan kebutuhan anak, terutama yang berkaitan dengan aqidah dan akhlak, atau juga hal-hal yang berhubungan dengan hukum-hukum syar’iy (ibadah dan muamalah). Berikutnya, pada fase inilah si anak harus mulai diperkenalkan pada tata cara beribadah. Yang pertama kali harus diajarkan adalah tata cara wudhu dan shalat. Imam Muhamad Al-Baqir a. s. berkata,”Ketika anak sudah berusia tujuh tahun, katakanlah kepadanya, ”Basuhlah wajah dan tanganmu!” Jika sudah dibasuh, katakanlah, “Shalatlah!” Kemudian biarkan mereka sampai usia sembilan tahun. Barulah pada saat itu mereka diajari wudhu secara benar” Orang tua juga harus memperhatikan aspek pengajaran berbagai hal yang berguna bagi kehidupan anak-anak jika sudah dewasa kelak. Riwayat berikut ini menceritakan bagaimana Imam Ali a. s. mengajari anaknya, Imam Hasan a. s. berpidato. ”(Imam Ali berkata), “Wahai anakku, bangunlah untuk berpidato biar aku dengar pidatomu!” Imam Hasan berkata, “Bagaimana mungkin aku berpidato di hadapanmu, wahai ayahku, pada saat aku sedang menatap wajahmu? Aku pasti malu” Rasulullah juga memberikan dorongan kepada pendidik, orang tua, dan anak dalam kegiatan belajar-mengajar melalui sabdanya berikut ini. ”Jika seorang guru mengajarkan muridnya lafaz bismillah, Allah akan menetapkan ketentuan terbebas dari api neraka baginya, bagi si anak itu, serta bagi orang tuanya. ”
Orang Tua Harus Mengajari Anak untuk Patuh Sikap patuh itu sebenarnya mudah dilakukan. Namun, untuk melaksanakannya sesuai dengan kemampuan, diperlukan latihan. Anak perlu bantuan khusus dari orang tua dalam hal melatih diri bersikap patuh sehingga berbagai macam kesulitan yang mungkin ada pada kepatuhan itu bisa diminimalisasi. Atau, lebih jauh lagi, si anak tidak merasa asing dengan kepatuhan dan mampu mengadaptasikannya dengan
SMA-01.indd 114
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 10 Bagaimana Konsep Mendidik Anak di Usia Remaja?
115
watak dan budi pekertinya sehingga kepatuhan itu menjadi kebiasaan sehari-hari. Diharapkan, kelak si anak akan melaksanakan berbagai macam bentuk kepatuhan dengan gembira, tanpa desakan, keterpaksaan, atau sikap malas. Metode yang ditawarkan Islam dalam melatih kepatuhan anak sangat memperhatikan kemampuan akal dan fisik si anak. Sebagai contoh, dalam hal latihan melaksanakan shalat, Rasulullah SAW bersabda,”Biasakanlah anak-anak untuk shalat ketika usianya mencapai tujuh tahun. Jika sampai usia sembilan tahun si anak masih meninggalkan shalat, pukullah. Artinya memukul yang dimaksudkan dalam hadis ini bisa dalam pengertian yang sebenarnya, yaitu dalam bentuk pukulan fisik atau bisa juga berarti penunjukan sikap marah. Pukulan memang bisa berdampak negatif kepada anak. Akan tetapi, dampaknya itu akan segera hilang; dan itu artinya dampaknya ini sama sekali tidak berarti apa-apa jika dibandingkan kepentingan yang lebih besar yaitu pelatihan shalat. Metode pelatihan shalat yang terbaik adalah dengan memperhatikan tingkat kemampuan anak-anak. Artinya, mereka jangan sampai dibebani porsi yang sangat berat karena itu akan menyebabkan ketidaksenangan terhadap shalat serta akan membangun dinding jiwa yang memisahkannya dengan shalat. Dengan demikian, waktu anak-anak itu tidak terambil kecuali untuk shalatshalat yang diwajibkan. Pada tahap pertama, anak-anak hanya boleh dilatih untuk mengerjakan shalat-shalat wajib. Jika sudah terbiasa dan tumbuh rasa senang, seiring dengan pertambahan usia, mereka lama-kelamaan akan terbiasa pula mengerjakan yang shalat-shalat sunnah. Berkaitan dengan ibadah puasa, anak-anak harus sudah dilatih mengerjakannya pada usia tujuh tahun. Ketika usia mereka bertambah, porsi latihan bisa ditambah dengan memperhatikan kesiapan mental dan batas kemampuan fisik. Diriwayatkan, seseorang pernah bertanya kepada Imam Shadiq a. s. mengenai kapan seorang anak itu mulai berpuasa. Imam menjawab, “Kapan saja ketika dia dianggap kuat berpuasa. ” Jika seorang anak sudah melatih diri melakukan puasa pada usia-usia awal, bisa dipastikan bahwa dia tidak akan lagi menganggap puasa sebagai beban tugas yang memberatkannya. Ada riwayat lain dari Muawiyah bin Wahab. Dia bertanya kepada Imam Shadiq a. s. tentang sejak kapan seorang anak laki-laki wajib melaksanakan puasa. Beliau menjawab,”Jika usianya mencapai sekitar empat belas atau lima belas tahun. Jika dia sudah berpuasa sebelum usia-usia itu, biarkanlah! Anakku sendiri telah berpuasa sebelum usia itu, tapi aku biarkan.
SMA-01.indd 115
7/31/2013 2:03:09 PM
116
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Jenis latihan ketaatan yang lainnya adalah berkenaan dengan ibadah haji. Di-sunnah-kan untuk melatih anak-anak melakukan ibadah ini. Berkaitan dengan latihan haji ini, ada yang mempertanyakan kesiapan fisik anak dalam berihram jika musim haji jatuh pada saat udara dingin. Imam Shadiq menjawab,” Bawalah mereka berihram di ‘Arj. Jika masih khawatir juga (dengan udara dingin), bawalah ke Juhfah. Cara melatih kepatuhan anak yang lain yang juga disunnahkan adalah dengan melatihnya berbuat kebajikan, seperti bersedekah kepada fakir miskin. Imam Ali ArRidha a. s. bersabda, “Latihlah anak-anakmu menyedekahkan uang logam atau kertas langsung tangannya, walaupun sedikit. Sesungguhnya segala sesuatu yang dikehendaki Allah, walaupun sedikit, akan sangat besar nilainya ketika sudah disedekahkan. [“ Dampak positif lain dari latihan bersedekah adalah bahwa latihan ini bisa menjadi metode terbaik dalam mendidik mereka untuk tidak terikat kepada hal-hal yang duniawi. Rasa cinta kepada harta juga akan banyak tereduksi dari jiwa anak dan, tentu saja, hal ini juga akan menumbuhkan rasa empati kepada fakir miskin. Tidak diragukan lagi bahwa latihan ibadah sejak kecil yang dilakukan oleh seorang anak akan menumbuhkan kebiasaan yang kelak akan dilakukan terus menerus olehnya ketika sudah dewasa. Bukti paling nyata adalah sejarah hidup Ahlul Bait a. s. Imam Hasan dulu diriwayatkan melakukan ibadah haji dengan berjalan kaki sebanyak dua puluh kali. Karena itu, orang tua harus selalu memberikan dorongan kepada anakanak agar membiasakan diri taat menjalankan perintah agama dengan cara yang paling efektif, mungkin dengan pemberian perhatian, pujian, atau bisa juga dengan pemberian hadiah (bisa berupa materi atau spiritual).
Orang Tua Harus Siaga dalam Mengawasi Remaja Pada fase ini, keberhasilan pendidikan anak juga mensyaratkan adanya pengawasan orang tua terhadap mereka. Anak-anak perlu diarahkan kepada hal-hal yang benar dan baik. Mereka juga memerlukan pengawasan dalam hal cara berpikir, serta pengembangan imajinasi dan humanisme. Tentu saja, semua bentuk pengawasan itu harus dilakukan dengan dengan cara yang benar jangan sampai membebani si anak. Dalam waktu-waktu tertentu, sebaiknya orang tua melakukannya dengan cara seakan-akan dia adalah seorang kawan yang sedang mencoba membantu si anak dari kesulitan yang ia hadapi.
SMA-01.indd 116
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 10 Bagaimana Konsep Mendidik Anak di Usia Remaja?
117
Pengawasan dalam hal pergaulan anak perlu lebih ditekankan dibandingkan dengan pengawasan di rumah. Orang tua harus memilihkan kawan-kawan bermainnya. Usahakan supaya kawan-kawannya itu hanyalah yang saleh-saleh. Terkadang, penjelasan dan nasehat tidak begitu berguna. Untuk itu, pemberian hukuman bisa menjadi cara yang efektif. Mereka juga harus dilatih untuk introspeksi dan mau menerima koreksi. Lebih jauh lagi, harus tertanam di benak mereka konsep pengawasan yang dilakukan Allah. Konsep ini sangat efektif sebagai tameng yang akan mencegah anak dari penyelewengan walaupun pengawasan dari orang tua tidak ada. Pada dasarnya, pengawasan adalah kewajiban ayah dan ibu. Mereka berdua memiliki porsi tugas yang disesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman hidup. Karenanya, mereka berdua harus saling membantu. Akan tetapi, karena biasanya ayah lebih sering berada di luar rumah, porsi tugas pengawasan seorang ibu terhadap anaknya (baik anaknya itu laki-laki ataupun perempuan) terkadang menjadi lebih besar. Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah bahwa jangan sampai si anak merasa tidak diacuhkan oleh orang tuanya. Kondisi pengawasan melekat harus selalu terjaga. Orang tua terkadang bisa meminta bantuan pihak-pihak lain untuk ikut mengawasi anaknya terutama dalam situasi yang di sana orang tua tidak bisa melakukannya. Dalam hal ini, mereka bisa memberikan kepercayaan kepada famili dan kawan terdekat. Demikian juga, sekolah-sekolah dan institusi tempat si anak beraktivitas sosial memiliki peran pengawasan yang sangat besar dalam pendidikan si anak agar ia tidak terjerumus ke dalam penyimpangan perilaku.
Orang Tua Harus Mampu Mencegah Remajanya Berperilaku Asusila Perilaku asusila termasuk di antara perilaku yang sangat berbahaya yang mengakibatkan berbagai krisis sosial. Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah ini secara khusus dengan mengajarkan cara-cara pencegahan dan terapi seandainya perilaku itu sudah terbentuk. Di sinilah tanggung jawab dan peran orang tua harus dijalankan dengan sungguh-sungguh karena pendidikan dalam rangka menghasilkan kesucian jiwa dan kesalehan anak-anak adalah tugas terpenting mereka.
SMA-01.indd 117
7/31/2013 2:03:09 PM
118
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Rasulullah SAW bersabda,”Hal-hal berikut ini adalah termasuk hak yang dimiliki seorang anak atas ayahnya, yaitu bahwa ayahnya memberinya nama yang bagus ketika lahir, mengajarkan kepadanya baca tulis ketika beranjak besar, serta menyucikan kehormatannya dari perilaku asusila ketika sudah mengenal (masalah seksual--pen. )” Pendidikan yang berkaitan dengan penjagaan kesucian ini dilakukan dengan melakukan langkah-langkah pencegahan atas gejala asusila. Langkah-langkah ini harus dimulai sejak si anak belum mencapai usia baligh. Langkah pertama adalah menjauhkan anak-anak dari segala sesuatu yang bisa mengobarkan hasrat seksual. Mereka juga harus dijauhkan dari pengetahuan yang merangsang imajinasi. Rasulullah bersabda,”: Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika seseorang menggauli istrinya sementara di rumahnya ada seorang anak yang terjaga, kemudian si anak melihat serta mendengar kata-kata dan tarikan nafas mereka berdua, si anak tidak akan bahagia seumur hidup! Anak itu, baik lakilaki maupun perempuan, pasti akan menjadi pezina. Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah adalah dengan memisahkan tempat tidur anak-anak. Imam Ali a. s. berkata,”Kalau anak-anakmu itu sudah mencapai usia sepuluh tahun, pisahkanlah tempat tidur mereka. Rasulullah SAW juga bersabda,”Ketika sudah mencapai usia sepuluh tahun, pisahkan tempat tidur anak-anak, baik antara anak laki-laki, laki-laki dan perempuan, ataupun antara anak-anak perempuan. ” Jika perilaku tindakan asusila ini telah terjadi, orang tua bisa saja menjatuhkan hukuman sampai batas yang kira-kira membuat si anak jera dan tidak mengulanginya. Imam Shadiq pernah ditanya tentang hukuman apa yang harus diberikan kepada seorang anak kecil berusia sepuluh tahun yang berzina dengan seorang perempuan, beliau menjawab, “Anak itu harus dicambuk dibawah had (tidak sampai batas hukuman sebagaimana bagi orang dewasa-- pen. ). Kita juga harus betul-betul mengawasi anak-anak terhadap segala hal yang memungkinkan terciptanya gejolak jiwa. Dewasa ini, hal-hal tersebut akan sangat mungkin terjadi karena mereka dikepung dengan aneka cerita, gambar, film, dan segala hal yang berpotensi merusak kesucian jiwa. Karena itu, sebagai bentuk pencegahan atas kemungkinan terjadinya perilaku asusila, kita harus mengawasi mereka manakala sendirian ataupun ketika mereka bersama orang lain.
SMA-01.indd 118
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 10 Bagaimana Konsep Mendidik Anak di Usia Remaja?
119
Orang Tua Harus Bisa Menciptakan Hubungan dengan Teladan yang Baik Di akhir periode ini, anak-anak akan punya kecenderungan yang sangat kuat untuk meniru apapun yang ada pada diri kebanyakan orang terutama mereka yang menjadi lingkungan baginya. Para psikolog menamai sebuah gejala kejiwaan dari seorang anak pada usia ini yang selalu ingin meniru orang lain secara fisik dengan istilah “peniruan”. Keinginan ini sangat cepat timbulnya dan akan cepat juga berhenti ketika sumber peniruan itu tidak ada. Ada pula jenis peniruan yang bersifat nonfisik. Prosesnya berlangsung perlahan tetapi pengaruhnya sangat kuat menempel pada akal dan jiwa. Contoh konkretnya adalah perilaku taqlid (patuh) dan peneladanan kepada pribadi-pribadi agung. Kepribadian mereka akan sangat kuat mempengaruhi anak-anak muda. Anakanak muda mempunyai kecenderungan untuk merasa tertarik, meneladani dan menghormati orang-orang yang mulia, yang memiliki sifat-sifat keteladanan, dan yang memiliki pengaruh kuat pada masyarakat, seperti para pejabat, tokoh, para juara, orang-orang sukses, serta guru sekolah dan ustadz madrasah. Para psikolog berpendapat bahwa pada dalam diri setiap manusia terdapat kebutuhan untuk memiliki idola. Kebutuhan ini sangat signifikan. Dalam pandangan para psikolog itu, kepribadian ideal yang menjadi idola bagi tiap manusia itu akan sangat bermacam-macam dan bergantung kepada berbagai faktor, seperti fisik, kejiwaan, dan sosial. Idola itu sangat mungkin kemudian akan diejawantahkan dalam paradigma dan cita-cita hidupnya. Dalam pengertian seperti ini, tentulah idola akan menjadi faktor yang sangat penting bagi manusia, terutama anak-anak yang berada pada akhir-akhir fase remaja ini. Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa idola ini, meskipun tidak beranjak dari sekedar konsep, tidak menemui realitasnya, atau tidak sampai membentuk paradigma serta cita-cita hidup, ia akan tetap tinggal dalam benak. Karena itu, si anak tetap memerlukan contoh dan teladan dalam kehidupannya. Dalam hal ini, idola terbaik tentulah pribadi-pribadi agung yang bisa mereka dapatkan dalam diri orang-orang terdahulu. Mereka adalah para nabi, Ahlul Bait Rasulullah, sahabat dan tabi’in yang shalih, serta para ulama terdahulu. Merekalah teladan dalam berbagai keutamaan sifat serta kehormatan jiwa. Salah satu bukti nilai keteladanan yang mereka miliki adalah
SMA-01.indd 119
7/31/2013 2:03:09 PM
120
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
bahwa eksistensi mereka telah banyak mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat sepanjang sejarah, sampai-sampai keberadaan mereka itu sedemikian diagungkan dan disucikan. Kehidupan orang-orang saleh itu penuh dengan nilai-nilai kebajikan yang sangat diperlukan manusia sebagai pegangan. Peneladanan anak-anak kepada mereka inilah yang akan membentuk kepribadian mulia, mengikuti apa yang mereka teladani. Jika mereka sampai kehilangan teladan, elan vital mereka akan membeku, semangat mengendur, dan mungkin saja keperluan meneladani ini akan mereka alihkan kepada pribadi-pribadi awam di lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, orang tua berkewajiban untuk mengarahkan pandangan, pikiran, dan kecenderungan anak-anak ke arah pribadi-pribadi teladan sejak Nabi Adam a. s. hingga orang-orang mulia zaman sekarang. Pada diri mereka terdapat teladan-teladan yang secara historis memiliki konteks yang khas, tetapi semuanya mengandung nilai kemuliaan, kebajikan, dan kepemimpinan dalam hidup. Keteladanan yang suci tersebut memiliki pengaruh dan tempat yang mulia di seluruh sudut kehidupan anak-anak. Dampak dari peneladanan itu akan termanifestasikan dalam kepribadian, mental, logika, dan paradigma hidup mereka. Pada gilirannya, hal ini akan mendorong si anak untuk mencapai posisi tinggi sebagaimana yang telah dicapai oleh orang-orang saleh yang mereka teladani.
SMA-01.indd 120
7/31/2013 2:03:09 PM
Bab 11 Bagaimana Mengatasi Perilaku Remaja yang Negatif?
I have found the best way to give advice to your children is to find out what they want and then advise them to do it. ~ Harry S. Truman Saya telah menemukan cara terbaik memberikan nasihat pada anak Anda yaitu dengan menemukan apa yang mereka inginkan dan kemudian memberikan nasihat kepada mereka untuk melakukannya.
121
SMA-01.indd 121
7/31/2013 2:03:10 PM
122
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Banyak orang tua yang mengeluhkan betapa sulit mengasuh remaja di masa sekarang ini. Apalagi bila mendambakan remaja yang pintar, tetapi juga shalih. Bukan saja sikap remaja sekarang yang memang lebih berani dan agak “sulit” di atur, tidak mandiri, arogan, identik dengan tawuran, mau menang sendiri, sopan santunya minus, dan masih banyak lagi label yang negatif untuk remaja saat ini. Remaja mengalami kris dipicu adanya tantangan globalisasi budaya, informasi dan teknologi yang turut andil dalam mewarnai sikap dan perilaku remaja. Ibarat seperti membuat istana pasir di tepi pantai, begitu tersapu ombak maka akan hanyut hilang begitu saja. Apa yang sudah kita tanamkan sejak kanakkanak, tetapi ketika menginjak remaja, dan mereka salah bergaul, maka yang sudah diupayakan orang tua rasanya sia-sia. Keadaan yang demikian tidak jarang kemudian menimbulkan masalah yang berkepanjangan. Repot, capai, dua hal ini yang sering terucap oleh para ibu ketika sudah merasa jenuh dengan remaja. Apalagi bila remajasudah cenderung bertindak semaunya. Berkata kotor, memiliki sifat pembohong, menuntut kebebasan yang berlebihan, tidak mau diatur, egois dan suka membantah, dan tidak memiliki tanggung jawab. Orang tua yang menyadari sejak awal apa yang sudah terjadi pada anak remaja perlu mencari solusi terbaik. Jangan sampai hanya karena terlalu memikirkan perilaku anak remajanya yang bermasalah menimbulkan masalah baru di tempat kerja, atau mengganggu kesehatan orang tua itu sendiri. Masalah remaja merupakan salah satu persoalan yang dapat menimbulkan stress. Gejala-gejalanya mencakup mental, sosial dan fisik. Bisa berupa kelelahan, kemurungan, kelesuan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur atau malah tidur berlebihan. Stress akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh, menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Banyak penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya agar tidak mudah dihinggapi stress. Lalu bagaimana mengurangi tekanan agar dapat mengasuh remaaja tanpa stress? Perilaku remaja yang negatif kerap membuat para orang tua pusing. Remaja sering membuat masalah dan menjengkelkan orang tua. Bagaimana perilaku anak remaja Anda? Apakah Anda memiliki masalah yang serius dengan perilaku negatif anak Anda? Untuk mengatasi masalah yang sering dihadapi orang tua langkah berikut bisa diaplikasikan kepada anak remaja Anda.
SMA-01.indd 122
7/31/2013 2:03:10 PM
Bab 11 Bagaimana Mengatasi Perilaku Remaja yang Negatif?
123
Ingatlah bahwa Anak Itu Amanah dari Allah Bila Anda menganut agama Islam dan ingat firman Allah SWT dalam”. QS. Al-Anfal: 27-28“Wahai orang-orang yang beriman, jangan kalian mengkhianati Allah dan Rasul, dan jangan kalian mengkhianati amanat-amanat kalian, sedang kalian mengetahui. Ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian adalah ujian. Dan di sisi Allah ada pahala yang besar” Kedua ayat tersebut bisa dijadikan panduan agar kita sebagai orang tua menyadari sejak awal, keberadaan anak-anak yang diamanahkan Allah SWT sebagai ujian hidup kita. Jadi ketika kita dihadapkan pada perilaku remaja yang negatif bersiaplah untuk menghadapinya dan memberi solusi yang terbaik. Sadari bahwa ujian yang diberikan lewat anak sangat beragam. Ketika ajaran Islam tentang anak dapat dipahami dengan baik, maka Insya Allah kita akan dapat mendidik dan mengasuh anak-anak dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Kita ingat dan dihibur dari ayat ersebut bahwa ada pahala yang besar bila kita bisa mendidik anak dengan baik, atau bisa mencetak anak kita menjadi anak yang saleh.
Kenali Potensi Anak Remaja Anda Allah SWT menciptakan manusia sekaligus dengan potensinya berupa akal, kebutuhan jasmani, dan naluri. Pada masa remaja ketiga potensi ini masih terus tumbuh dan berkembang. Disinilah perlunya bimbingan dan pengarahan. Ketidak mampuan orang tua dalam mengenali potensi anak dan penampakannya seringkali menimbulkan masalah. Karena sejatinya, permasalahan manusia termasuk remaja berkisar tentang pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri. Memasuki usia baligh akal remaja masih belum sempurna, sehingga terkadang belum mampu menyelesaikan problemnya dengan pemahaman yang benar. Banyak orang tua (ibu) yang tidak mengenal dengan baik potensi-potensi anak remajanya. Tidak mampu membedakan antara kebutuhan jasmani dan naluri. Akibatnya, sering merasa kesulitan ketika harus menangani masalah perilaku remaja.
Beri Perhatian dan Motivasi pada Anak Anda Sebagai contoh, remaja yang terus menerus menuntut untuk dibelikan sepeda motor sering membuat ibunya kesal. Ketika remaja menuntut, hal pertama yang
SMA-01.indd 123
7/31/2013 2:03:10 PM
124
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
semestinya dilakukan adalah mencari apa alasannya ingin memiliki sepeda motor. Bisa jadi karena terpengaruh oleh temannya, atau mereka merasa sudah patut memiliki sepeda motor, atau mungkin mereka menganggap bahwa orang tuanya mampu untuk membelikannya. Bisa juga disebabkan karena dia punya cita-cita jadi seorang pembalap. Disini peran orang tua diuji, apakah Anda bisa mewujudkan permintaannya atau bisa member pengertian dan menangguhkan permintaannya. Sedang yang berhubungan dengan motivasi, orang tua juga sedini mungkin sudah memberikan banyak motivasi kepada anak remajanya, bagaimana mereka harus bersikap menghadapi dunia di era globalisasi yang penuh persaingan dan perlunya hidup yang berkualitas. Orang tua bisa memberi contoh baik dan contoh buruk yang bisa dipelajari dari lingkungan atau kejadian yang sering terjadi di sekitarnya. Orang tua harus mampu meyakinkan remaja agar tidak salah langkah dan belajar mengenali potensi remaja dan melakukan analisa-analisa kecil dari setiap masalah remaja. Bagaimana mungkin penyelesaian masalah akan didapat kalau akar masalahnya sendiri tidak dikenali.
Pelajari Tumbuh Kembang Anak Remaja Anda Setiap remaja tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya. Ketidak tahuaan orang tua tentang tumbuh kembang anak remajanya bisa menimbulkan tekanan. Apalagi jika orang tua terlalu ambisius dalam menuntut hasil bukan proses. Pendidikan dan pengasuhan yang baik harus dilakukan sesuai dengan minat dan bakat si anak remaja tersebut. Pengetahuan tentang tumbuh kembang akan sangat membantu dalam melakukan penanganan terhadap masalah remaja sehingga tidak sempat stress karena salah memperlakukan remaja. Remaja butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang dimilikinya, dengan pengawasan yang ketat. Dengan berkembangnya usia anak remaja mulai coba-coba berlaku seperti orang dewasa. Kalau orang tua tidak cermat, anak bisa terjerumus ke dalam lubang kriminal, kemaksiatan dan kenakalan lain yang sangat merepotkan orangua. Dalam hal ini orang tua tidak bisa memvonis anaknya dengan semena-mena. Orang tua dituntut bisa menjelaskan dan juga melindungi anak remajanya agar tidak hanyut dalam pergaulan bebas yang dapat menghancurkan masa depannya.
SMA-01.indd 124
7/31/2013 2:03:10 PM
125
Bab 11 Bagaimana Mengatasi Perilaku Remaja yang Negatif?
Utamakan Ada Kerjasama dengan Anak Remaja Anda Mengasuh dan mendidik anak remaja memang tugas utama ibu, tapi diperlukan juga kerjasama untuk meringankan tugasnya. Sekali waktu suami dan anak remaja membantu atau menghendel pekerjaan rumah. Dengan mengajak orang-orang terdekat dan anak remajanya untuk membantu dan bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan maka si anak remaja akan memiliki rasa tanggung jawab. Luangkan waktu khusus bersama suami untuk membicarakan persoalan anak remaja dan mencari solusinya, terutama yang sekiranya bisa menimbulkan masalah besar. Sebenarnya mempekerjakan pembantu rumah tangga juga akan sangat membantu meringankan pekerjaan rutin. Sehingga ibu bisa punya lebih banyak waktu untuk memperhatikan anak remajanya fokus ke tugas-tugas yang lain yang bisa mengembangkan kecerdasannya. Tetapi jika tidak, cobalah untuk bekerja efektif dan efisien dengan manajemen waktu yang baik. Banyak ibu yang merasa sangat capai dengan pekerjaan rumah tangga hanya karena sebenarnya tidak pandai mengatur waktu. Jika mempunyai remaja yang relatif lebih besar, dapat ditanamkan pengertian pada mereka untuk ikut membantu mengelola tugas rumah tangga sehari-hari. Ajarkan prinsip kerja sama dan tanggung jawab sejak dini pada anak, agar ia terbiasa bersikap mandiri, berinisiatif dan dapat diandalkan.
Jauhkan Remaja dari Situasi Tertekan Remaja seringkali mengalami gejolak tidak menentu yang disebabkan adanya perubahan hormon yang ada dalam dirinya. Situasi yang tidak nyaman kerap memicu mereka bertindak aneh dan menjengkelkan orang tua. Kemampuannya berkomunikasi juga masih labil jadi kerap silang pendapat dan orang tua yang kurang peka dengan apa yang dinginkan anak remajanya. Sebaiknya orang tua bisa memahami bahasa tubuh anak remajanya, apakah dia sedang senang, bad mood, atau sedang bermasalah dengan teman, atau gurunya. Orang tua sebaiknya bisa mengorek apa yang sedang terjadi, dan apa yang membuatnya tertekan atau tidak nyaman. Tentunya orang tua bisa mengetahui apa yang dia mau dengan banyak bertanya.
SMA-01.indd 125
7/31/2013 2:03:10 PM
126
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Bila dalam rumah tangga sedang terjadi konflik, orang tua sebaiknya menjelaskan pokok permasalahannya. Jangan malah menutupi masalah yang sedang terjadi. Sekacau apapun keadaan rumah tangga, orang tua harus bisa menjelaskan bahwa hal ini bukan kesalahannya. Dan sang remaja harus bisa memisahkan masalah keluarga dengan tugas dan kewajibannya sebagai anak remaja.
Cari Teman untuk Berbagi Orang tua khususnya ibu ketika banyak menghadapi masalah tentang remajanya biasanya stress dan uring-uringan kadang bertindak tidak bijaksana. Kadang menyalahkan ayahnya, menyalahkan diri sendiri, atau malah memusuhi anaknya. Dalam hal ini sebaiknya seorang ibu atau orang tua membutuhkan orang lain untuk membagi beban masalah yang dihadapi. Bisa dengan orang yang lebih tua, seorang ahli di bidang parenting, atau teman sebaya yang memiliki anak remaja seusai. Teman merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup. Bayangkan jika banyak sekali masalah yang dihadapi, tetapi tidak ada teman curhat yang dapat dipercaya. Ibarat gelas jika diisi air terus-menerus, maka akan tumpah luber kemana-mana. Pastikan bahwa teman yang dipilih benar-benar yang bisa membantu bukan teman yang justru akan menambah masalah baru. Mengunjungi atau berbagi pengalaman dengan para ibu yang sukses dalam melakukan pengasuhan terhadap anak remaja akan sangat membantu. Suami tentu saja diharapkan dapat menjadi teman (sahabat) terbaik buat istri untuk menumpahkan segala masalahnya termasuk urusan anak remaja yang bermasalah. Insya Allah curhat dengan suami rahasia akan lebih terjaga.
Sabar Salah Satu Usaha untuk Mengatasi Masalah Anak Remaja Bisakah Anda bayangkan apa yang terjadi bila orang tua dalam menghadapi remajanya yang bermasalah tanpa kesabaran?Sebenarnya kita paham bahwa sabar merupakan cara mengatasi masalah yang paling jitu. Jika tidak dengan kesabaran, bagaimana mungkin akan sanggup menghadapi setiap masalah anak remaja dengan baik dari sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Sabar disertai dengan niatan ikhlas hanya semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT akan menjadi energi yang luar biasa dalam menjalani kehidupan. Maka
SMA-01.indd 126
7/31/2013 2:03:10 PM
Bab 11 Bagaimana Mengatasi Perilaku Remaja yang Negatif?
127
seberat apapun beban dan ujian yang diberikan lewat anak remaja Insya Allah akan dapat dihadapi dengan ringan. Apalagi bila kita bisa membayangkan ke depannya mereka akan menjadi orang sukses di dunia dan di akhirat dan kita pun mendapat kekayaan yang luar biasa karena memperoleh buah dari kesabaran kita.
Orang Tua Perlu Tawakal dan Berdoa dalam Menghadapi Anak Remaja Tak ada masalah yang tidak ada penyeselesaian. Begitu pula dengan persoalan anak remaja kita. Bertawakallah kepada Allah, maka akan diberi jalan yang kadang di luar perkiraan. Saat sudah merasa sangat tertekan dengan persoalan remaja yang melelahkan, rasanya sudah tidak ada jalan keluar, tanpa diduga terjadi perubahan yang luar biasa pada remaja kita. Kepasrahan puncak kepada Allah perlahan akan meringankan beban dan tidak menimbulkan stress yang berkepanjangan. Berdoalah selalu minta bantuan Allah SWT dalam menyelesaikan masalah remaja kita. Kadang kita sudah berusaha optimal untuk memperlakukan dan memberikan yang terbaik. Tetapi sejatinya hanya Allah jualah yang membukakan mata, hati dan pikiran anak remaja kita untuk mau mengerti seperti yang kita inginkan. Sebutkan namanya satu per satu ketika mendoakan mereka. Mintalah jalan kepada Allah sesuai dengan apa yang kita inginkan untuk masing-masing anak. Doa akan memberikan kekuatan ketika kita menghadapi remaja dan permasalahannya. Karena hanya Allah jualah yang paling mengerti apa yang terbaik untuk anak remaja kita. Doa akan menguatkan kita dalam menghadapi masalah seberat apapun. Orang tua yang normal memang mendambakan anak remajanya bisa terhindar dari masalah dan bisa tumbuh kecerdasannya sehingga ketika dewasa kelak benar-benar siap menghadapi kehidupan ini. Padahal di luar sana banyak sekali remaja yang dalam hidupnya mengalami masalah dan perilakunya membuat si orang tua kewalahan dalam menyikapinya. Dari Buku Panduan yang ditulis Wayne Rice dkk yang berjudul “Help there’s a teenager in My House” mengupas banyak kasus antara orang tua dan remaja. Sebagian dari kasus tersebut bisa kita pelajari dan mungkin bisa dijadikan rujukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi remaja dan orang tuanya. Pertanyaan dan solusi berikut ini adalah kasus yang dialami orang tua dan remaja dan cara menyelesaikannya dengan solusi yang mudah dan bisa diaplikasikan dengan syarat harus ada kemauan, telaten dan pantang menyerah
SMA-01.indd 127
7/31/2013 2:03:10 PM
128
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
• Bagaimana mengendalikan remaja yang ingin bebas? Mereka ingin bebas menyetir mobil, mereka ingin bebas bermain, mereka ingin bebas menggunakan fasilitas yang ada di rumah dan meraka ingin bebas bergames online maupun menggunakan internet. Solusinya: Orang tua harus tegas. Katakan pada anak remaja Anda bahwa hidup ada batasan dan norma-norma yang harus dijalani. Berlakukanlah disiplin yang wajar dan bertanggung jawab dengan menetapkan batasanbatasan dan konsekuensinya sebelum pelanggaran terjadi. Dengan memberi batasan, remaja paham mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. • Bagaimana memantau kegiatan remaja? Kadang orang tua cemas dengan apa yang dilakukan oleh anak remajanya di luar sana. Apakah mereka baik-baik saja? Solusinya: Cara terbaik untuk memantau kegiatan anak remaja Anda adalah dengan bertanya. Banyak orang tua yang enggan bertanya pada anak remajanya, atau malah takut mendapat jawaban yang tidak sopan dari anak remajanya. Orang tua ragu atau takut bila dianggap menghakimi atau member ceramah dalm bentuk nasehat yang berkepanjangan dan akan membuat si remaja bosan dengan ucapan orang tuanya. Untuk menghindari reaksi negatif. dari mereka, maka orang tua harus mengatakan lebih awal bahwa tujuan dari pertanyaan itu hanya untuk mencari informasi demi keselamatannya. Bukan untuk memata-matai atau terlalu jauh mengurusi urusan pribadinya. Katakan juga pada mereka bahwa sebagai orang tua berhak dan punya kewajiban pada anaknya untuk mengetahui kegiatan yang mereka lakukan. Lebih afdholnya bila Anda sebagai orang tua juga berbagi tentang kegiatan atau jadwal yang Anda miliki. Sehingga si remaja merasa diperhatikan dan mereka juga peduli dengan kegiatan orang lain se isi rumah. Ketika Anda sudah mengetahui jadwal kegiatannya, maka Anda akan lebih mudah mengontrolnya. Seiring berjalannya waktu si remaja bisa lebih terbuka dan Anda dengan mudah memantaunya. Karena komunikasi bisa berjalan dengan baik bila ada sinergi dari dua arah. • Bagaimana mengatasi remaja yang kerap berbohong? Seringkali orang tua dipusingkan dengan ulah anak remajanya yang kerap berbohong. Kebohongan itu dari mulai menggelapkan uang sekolah, pulang terlambat,
SMA-01.indd 128
7/31/2013 2:03:10 PM
Bab 11 Bagaimana Mengatasi Perilaku Remaja yang Negatif?
129
menyalahgunakan kepercayaan, atau bohong-bohong kecil lainnya yang sangat menjengkelkan. Solusinya: Perbuatan bohong menggerogoti sendi-sendi karakter remaja. Berbohong bisa seperti narkoba. Mereka bisa kecanduan apalagi bila sejak awal kebohongannya berjalan mulus. Pada awalnya mngkin mereka berbohong tidak disengaja atau tanpa disadari sama sekali. Tanpa ada rencana mereka tiba-tiba berbohong. Bisa saja saat itu mereka khilaf. Karena tidak ketahuan maka kebohongan yang lain terjadi lagi. Padahal perbuatan itu mengikis kepercayaan yang dimiliki. Karena mereka kerap berbohong banyak orang yang tidak percaya lagi padanya. Cara terbaik agar remaja jera berbohong adalah katakan pada mereka bahwa berbohong perbuatan yang dimurkai Tuhan dan merugikan orang lain juga diri sendiri. Bicara dari hati yang paling dalam dan tekankan orang yang suka berbohong akan sulit mendapat kepercayaan lagi. Jadikan momen itu sebagai momen yang bermakna dan pelajaran hidup yang sangat berharga baginya. Ketika menyadari kesalahannya mungkin mereka minta maaf, mungkin juga tidak yang terpenting jelaskan juga pada mereka bahwa kepercayaan itu mudah dibangun kembali asal mereka benar-benar menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Berikan dorongan dan jaminan bahwa Anda percaya dan yakin bahwa dirinya punya kemampuan untuk bangkit lagi dan membuang sifat pembohongnya itu jauh-jauh. Ketika dia berbohong lagi lalu segera mengakui kebobongannya, sebaiknya Anda memberi apresiasi kepadanya bahwa dia mau berterus-terang dan menghindari kebohongan. • Bagaimana mengatasi remaja yang berperilaku kasar? Apakah remaja Anda sering berkata kotor dan kerap memaki-maki Anda di depan umum? Apa yang bisa Anda lakukan ketika menerima perlakuan yang kasar dari remaja Anda? Normalkah remaja berperilaku seperti itu? Solusinya: Perilaku remaja seperti itu masih dalam batas normal. Namun perilaku itu bukan berarti benar atau patut. Mereka berlaku seperti itu dimungkinkan karena belum pandai berkomunikasi. Bisa juga perilaku itu digunakan sebagai senjata untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kadang mereka tidak menyadari bahwa perkataan mereka telah menyakiti hati orang tua mereka. Mereka punya alasan tertentu untuk tidak minta maaf. Perlu juga dipertimbangkan apakah mereka harus diterapi khusus dengan diberi sanksi ringan atau cukup diperingatkan. Semua tergantung dari keadaan remaja itu sendiri. Ingat bahwa sikap remaja bisa berubah
SMA-01.indd 129
7/31/2013 2:03:10 PM
130
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
dengan cepat. Dia bisa sangat emosi dan lepas kontrol, tapi secara tiba-tiba bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tnggapilah emosi remaja Anda dengan perasaan tenang, dan posisikan diri Anda seperti ketika Anda remaja dahulu. Berilah pengertian dengan kata-kata lembut bahwa sikapnya yang kasar itu tidak baik. Dia harus mau belajar dari kesalahan yang dia buat. Tegaskan bahwa perkataan kasarnya telah menyakitkan hati orang yang mengasihinya. Beri dia peringatan bahwa di dalam agama apa pun berbuat kasar terhadap orang tua adalah dosa. • Bagaimana memberi sangsi yang tepat kepada remaja yang berperilaku buruk? Untuk memberikan terapi atau efek jera kepada remaja apa yang harus dilakukan orang tua? Apa saja solusinya? Solusinya: Berikut ini hukuman yang secara efektif bisa menimbulkan efek jera pada diri remaja yang berperilaku buruk: 1. Kurangi jatah uang sakunya. Uang merupakan kebutuhan penting bagi remaja dan semua orang tentunya. Atau Anda menggunakan sistem “denda” bila dia tidak sanggup membayar denda, Anda bisa menyita barang kesayangannya. 2. Kehilangan fasilitas penting. Dia bisa dihukum dengan disita HP atau melarang dirinya melakukan kegiatan yang tidak terlalu bermanfaat selama dia tidak bisa mengubah sikap buruknya. 3. Kehilangan hak untuk berinternet atau menggunakan laptop atau bermain games online. Menghilangkan hak ini bisa menjadi motivasi baginya agar berusaha berperilaku yang baik sesuai dengan norma yang ada. 4. Kehilangan kebebasan. Perlu dibicarakan pada remaja Anda bahwa perilaku buruknya itu bisa menyebabkan dirinya kehilangan kebebasan. Mereka diberi batasan dan dalam pemantauan yang ketat. Sanksi ini bisa jadi “pukulan” baginya dan berusaha untuk mengubah perilakunya menjadi berperilaku yang baik. 5. Kehilangan kepercayaan. Karena ulahnya yang selalu menjengkelkan. Orang tua bisa memberi sangsi pada remajanya, bahwa keluarga sudah tidak mempercayainya untuk dalam banyak hal. Hilangnya kepercayaan bisa jadi motivasi dirinya agar berusaha mengubah sikapnya yang buruk. 6. Kehilangan kemandirian. Remaja sangat tidak suka bila selalu diawasi dan didampingi kemanapun mereka pergi. Mereka tidak ingin dianggap
SMA-01.indd 130
7/31/2013 2:03:10 PM
Bab 11 Bagaimana Mengatasi Perilaku Remaja yang Negatif?
7.
131
sebagai anak kecil. Maka dia akan berusaha agar mendapat kepercayaan lagi dan bisa mandiri. Kehilangan haknya untuk melakukan aktivitas yang mereka gemari. Dengan menyetop berbagai kegiatan yang mereka sukai, remaja ini akan berpikir seribu kali untuk berperilaku buruk, karena mereka paham akan sanksi yang akan mereka terima bila masih berperilaku buruk.
Sedang cara lain yang juga tidak kalah efektifnya adalah: 1. Jangan mengancam akan menggunakan hukuman pada remaja Anda. Apabila Anda memang tidak sanggup melaksanakannya. Atau jangan menghukum secara berlebihan dengan batas waktu yang tidak relevan. 2. Bila Anda memberlakukan suatu hukuman ataupun aturan sebaiknya lakukan secara tegas dan konisten. Jangan plin-plan. Katakan Ya. kalau memang Ya. Dan katakan Tidak kalau memang tidak. Sehingga si ramaja sadar bahwa orang tuanya tidak main-main dalam menetapkan aturan. 3. Tetap pantau tingkah lakunya. Jangan sampai lengah atau kecolongan lagi dengan berbagai perilaku buruknya yang lain. Tunjukkan kepedulian dan kesungguhan Anda dalam mengawasi tingkah lakunya sehingga dia bisa mengubah sikap buruknya. 4. Tetap konsisten dalam member hukuman. Jangan pernah lemah atau mengubah-ubah aturan yang sudah Anda tetapkan. Sebaiknya dibuat peraturan yang tegas dan tertulis, sehingga remaja tahu apa yang akan mereka peroleh jika melanggar aturan yang sudah disepakati bersama orang tuanya. 5. Memberikan hukuman harus seimbang dengan kesalahan yang diperbuat. Hukuman juga harus mendidik dan tidak terlalu berat maupun terlalu ringan. Contoh: Bila remaja gemar mengakses pornografi maka hukumannya ialah bahwa dia tidak boleh menggunakan akses internet tanpa sepengetahuan orang tuanya. Yang terbaik dari semua terapi atau sanksi ini adalah memberi pengertian bahwa perilakunya tidak baik, lalu mendukungnya ketika mereka berjanji tidak akan bersikap buruk lagi dan mendorongnya untuk bisa berubah berperilaku yang baik. Dukungan dan perkataan yang menyejukkan
SMA-01.indd 131
7/31/2013 2:03:10 PM
132
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
lebih dibutuhkan remaja dari pada divonis sebagai trouble maker dalam keluarga. • Bagaimana Mengatasi remaja yang nakalnya luar biasa? Apakah perlu dimasukkan dalam asrama rehabilitasi? Adakah pilihan lain yang bisa mengatasi kenakalannya? Solusinya: Jika remaja Anda sudah kelewat nakal, dan Anda sudah kewalahan mengatasinya sebaiknya Anda tidak malu mempertimbangkan berbagai hal yang bisa menyelamatkan kehidupan anak remaja Anda. Bisa jadi dia sudah dalam tahap bahaya yang serius dan dapat merusak dirinya. Orang tua yang mencintai anaknya akan melakukan apapun demi untuk menyelamatkan buah hatinya. Jadi jangan takut atau ragu untuk memasukkan remaja tersebut ke asrama, atau pusat rehabilitasi anak. Tapi jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Bersabarlah sambil menenangkan diri dan mencari solusi yang terbaik dan mempertimbangkan cara apa yang harus diambil untuk menyelamatkan remaja ini. Seorang konselor yang profesional mungkin bisa membantu. Usaha orang tua sangat menentukan kesembuhan remaja yang nakalnya luar biasa. Tugas orang tua yang paling utama adalah mendekatkan diri anak tersebut kepada Tuhan. Dampingi dirinya dan yakinkan bahwa dia berada dalam lingkungan orang-orang yang mencintainya. Cerahkanlah keredupan dengan suatu sikap positif dan sebuah senyuman setiap kali terbuka kesempatan untuk melakukannya!. Anak Anda milik Tuhan doakanlah dia, dan Tuhan akan menolong Anda dalam masa-masa yang sulit ini. Yang penting Anda yakin bahwa remaja Anda akan menjadi remaja yang baik. • Bagaimana mengatasi anak yang menderita gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yaitu bisa disebut Gangguan Hiperaktif dan Defisit Fokus perhatian? Apakah remaja itu harus diberi obat secara terus-menerus? Bagaimana agar dia bertingkah normal dan memiliki konsentrasi dalam berpikir? Solusinya: Bagi remaja penderita ADHD obat masih sangat diperlukan. Anda membutuhkan seorang psikiater, pediatris, neurology dan psikolog yang bisa membantu remaja Anda agar bisa terbebas dari ketergantungan obat. Menurut lembaga Nasional Kesehatan Jiwa, gejala-gejala penderita ADHD adalah sangat sulit memusatkan perhatian, hiperaktif. Bergerak terus-menerus, dan implusif (bertindak sebelum berpikir). Penderita ADHD sangat tergantung dengan obat penenang yaitu Ritalin obat “penyembuh
SMA-01.indd 132
7/31/2013 2:03:10 PM
Bab 11 Bagaimana Mengatasi Perilaku Remaja yang Negatif?
133
sesaat “ untuk mengendalikan perilaku penderita gangguan tersebut. Anak yang menderita penyakit ini ketika remaja akan semakin parah dengan adanya tantangan dan kesulitan yang biasa dialami oleh remaja yang normal. Remaja Anda tetap memerlukan obat untuk membantu kesembuhannya, juga membuat remaja itu tumbuh dan berkembang hidupnya. Yang terpenting Anda sebagai orang tuanya harus melakukan segala hal yang dapat dilakukan oleh orang tua yang baik, tetap menjaga hubungan yang dekat, selalu berkomunikasi dengan baik dan terbuka, menyediakan stuktur yang tepat, dan batasan-batasan yang jelas serta dukungan semangat dan cinta kasih yang memadai.
SMA-01.indd 133
7/31/2013 2:03:10 PM
134
SMA-01.indd 134
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
7/31/2013 2:03:10 PM
Daftar Pustaka
Ansarian Nusayn,”Membangun Keluarga yang dicintai Allah. ”Pustaka Zahra. Jakarta2002 Awalita Dina. “Jalan Menuju Kebahagiaan. Aneka Tips agar Anda Sehat dan Bahagia. “Indiebooks. Jogyakarta2005. Hidayatullah Furqon. “Guru Sejati Membangun Insan berkarakter Kuat dan Cerdas. ” Yuma Pustaka. Surakarta. 2009 Ie Yen, A. J. Tjahjoanggoro & Budi Atmadji. 2003. “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Kerja Distribiutor (MLM). Dalam Jurnal ANIMA Vol. 18, Januari 2003. Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, Pustaka Inti, Jakarta, 2002, 135
SMA-01.indd 135
7/31/2013 2:03:10 PM
136
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Mangoenprasojo, A. Setiono & Sri Nur Hayati. 2005. Anak Masa Depan dengan Multi Intellegensi. Yogyakarta: Pradipta Publishing. Muhammad Al-Hamd, Kesalahan Mendidik Anak, Cet. IV, Geman Insani Press, Jakarta, 2001 Qaimi Ali “Menggapai Langit Masa Depan Anak”. Penerbit Cahaya Cetakan I Tahun 2002. Rice Wayne, “Help There’s A Teenager in My House” Buku Panduan untuk mengatasi Remaja/Pemuda. Pionir Jaya 2008. Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Texas: University Of Texas. 2004. Suharyo, Pulung “Gambaran Kecerdasan Emosi Pada Remaja Awal Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua”, dalam Skripsi. Universitas Paramadina Jurusan Psikologi. . 2006. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, Indonesia Publishing House, Bandung, 1973. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000. Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Pra Sekolah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Syaikh AkramMishbah Utsman, “25 Cara Mencetak Anak Tangguh “Pustaka Al-Kautsar. Tridhonanto, Al & Beranda Agency. Melejitkan Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati; Panduan Bagi Orang Tua Untuk Melejitkan EQ (Kecerdasan Emosional) Anak yang Sangat Menentukan Masa Depan Anak. Jakarta: Alex Media Komputindo. . 2009. Yasmine, Prieska Aditya. “Perbedaan Kecerdasan Emosi Antra Ibu Rumah Tangga dan Wanita Karier”, dalam Skripsi. Universitas Paramadina Jurusan Psikologi. 2008. ramaniyaonline. com/. . . /71-mendidik-anak-sesuai-den http://www. ruanghati. com/2011/12/29/cara-mendidik-anak-dalam-keluargaagar-kelak-baik-dan-berhasil/ http://uphilunyue. blogspot. com/2013/01/pengaruh-pola-asuh-orang-tua-terhadap. html#ixzz2RCKWB9pd .
SMA-01.indd 136
7/31/2013 2:03:10 PM
Biodata Penulis
Nama : Tempat, Tgl lahir : Alamat Surat : No Telpon/HP : Nama FB : Namasamaran : Email :
Dra. Hj Sri Sugiastuti. MPd Semarang 8 April 1961 SMK Tunas Pembangunan 2 Jln Balekambang Lor No: 1. Manahan Solo 57139 085728304241 -0271 710017 AstutianaSugiastuti Astutiana sugiastutisri@yahoo. com
137
SMA-01.indd 137
7/31/2013 2:03:10 PM
138
Seni Mendidik Anak sesuai Tuntunan Islam
Sekilas info tentang Penulis. Seorang guru yang tinggal di Soloraya. Kegiatannyaselainmengajar, adalahiburumahtangga, jugasebagaiaktivispengajian, pengurus TPA di lingkup Masjid terdekat. Memiiki hobimembaca, menulisdanmengkaji Al Quran. Sukamenulis di Kompasiana, FB,Dumalana,dan Twitter. Menyusunsatubuku Seri PendalamanMateriBahasaInggris SMK yang diterbitkan Erlangga pada tahun 2010. Juara 3 lomba menulis naskah Ketika Buah Hati Sakit yang diselenggarakanPenerbit Indie. Pada tahun 2010 diterbitkan menjadi buku “Diary Bunda Ketika Buah Hati Sakit” Riwayat Mengajar: Tahun 1985-1989 mengajar di SMEA Negri 3 Jakarta. Tahun 1985- 1990 mengajar di SMEA 17 Agustus 1945 Jakarta. Tahun 1990- sekarang mengajar di SMK T. P. 2 Surakarta. RiwayatPendidikan: MenyelesaikanPendidikan SD-SMA Negri di Jakarta 1977-1980 Menyelesaikan S1 di FKIP jurusan Bahasa Inggris di UNS 1980-1985 Menyelesaikan S2 PengkajianBahasaInggris di UMS 2008-2010 Nomer rekening: BRI Slamet Riyadi SoloSri Sugiastuti 00334-01-009179-53-4.
SMA-01.indd 138
7/31/2013 2:03:10 PM