DOMINASI LAKI-LAKI TERHADAP IDEOLOGI GENDER TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI (SUATU KAJIAN PERSPEKTIF KRITIK FEMINIS)
ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)
MELDA NOVIANTY NPM 10080278
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
DOMINASI LAKI-LAKI TERHADAP IDEOLOGI GENDER TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI (SUATU KAJIAN PERSPEKTIF KRITIK FEMINIS) Oleh Melda Novianty¹, Yasnur Asri², Zulfitriyani³
1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dan penyebab terjadinya dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, bentuk-bentuk dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan adalah (1) marginalisasi, (2) subordinasi, (3) stereotip, (4) kekerasan, (5) beban kerja, dan (6) diskriminasi dan represi. Kedua, peyebab terjadinya dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari adalah (1) mitos yang berlangsung secara turun temurun, (2) laki-laki yang selalu bertindak berdasarkan rasional, sedangkan perempuan selalu mendahulukan perasaan, (3) budaya patriarkhi, dan (4) sistem kapitalis.
Kata Kunci : ideologi gender, Maryam, kajian perspektif kritik feminis
DOMINASI LAKI-LAKI TERHADAP IDEOLOGI GENDER TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI (SUATU KAJIAN PERSPEKTIF KRITIK FEMINIS) Oleh Melda Novianty¹, Yasnur Asri², Zulfitriyani³
1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT This research was grounded by the problem showing that the men tended to dominate the female characters in novel Maryam written by Okky Madasari. The purpose of this research was to describe the domination forms done by men on the female characters in novel Maryam written by Okky Madasari. This was a qualitative research which used descriptive method. The results of the research were as follows. First, the domination forms of male characters toward female characters were (1) marginalization, (2) subordination, (3) stereotype, (4) violence, (5) work load, and (6) descrimination and repression. Second, the domination of male characters toward the female characters was caused by (1) myths which were believed hereditarily, (2) the male characters who acted rationally, and female ones who acted emosionally (3) patriarchy culture and (4) capitalism system.
Key words : ideology of gender, Maryam, perspective study of feminism criticism
PENDAHULUAN Berbicara tentang karya sastra sudah tidak asing lagi bagi kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari karya-karya yang terus lahir dari pikiran kreatif pengarang dan dapat memberikan dampak yang baik bagi manusia. Kenyataan itu dapat dilihat dari pesan yang disampaikan melalui tokoh yang memerankan sebuah cerita. Pengarang berperan aktif dalam menampilkan karakter tokoh dalam cerita yang dapat menciptakan sebuah karya yang memiliki ciri khas tersendiri. Pada umumnya, karya sastra adalah duplikat dari realita kehidupan. Masalah-masalah yang biasa diangkat oleh pengarang dalam karya sastra tidak lepas dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya pengarang memang harus menambah dan mengemas terlebih dahulu gaya bahasa yang menarik sehingga dapat membuat pembaca terbawa masuk dalam cerita tersebut. Kahadiran tokoh dalam sebuah cerita sangatlah penting, tanpa tokoh dalam sebuah cerita, cerita itu tidak akan hidup dan menarik. Oleh karena itu, tokoh memberikan gambaran yang sangat penting dalam karya sastra begitu juga dengan alur, tema, dan amanat. Unsur-unsur tersebut saling mempengaruhi dalam membangun karya sastra yang akan diciptakan. Dilihat dari masalah yang ada dalam novel Indonesia saat ini banyak yang mengangkat tentang kehidupan perempuan. Fenomena tentang perempuan menjadi faktor pendorong bagi pengarang untuk menghadirkannya dalam sebuah karya sastra. Banyak pengarang yang mengungkapkan karya mereka tentang masalah emansipasi, gender dan perjuangan hidup perempuan. Istilah gender pada saat ini masih asing bagi kebanyakan orang, bahkan ada yang hanya mengetahui istilah tersebut tetapi tidak paham dengan maknanya. Namun, istilah ini sudah lekat pada perempuan yang sering menerima ketidakadilan dalam kehidupannya. Secara biologis laki-laki dan perempuan memang berbeda. hal ini dapat dilihat dari fisiknya, perempuan lebih lemah dari laki-laki dan dari sifatnya perempuan lebih lembut dan mudah tersentuh. Hal tersebut seharusnya memberikan gambaran kepada laki-laki untuk dapat melindungi perempuan. Bukan sebaliknya, banyak terlihat kekerasan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan seperti di dalam rumah tangga. Hal inilah yang menyebabkan munculnya ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender mendapat tanggapan yang bervariasi dari berbagai kalangan masyarakat. Ketidakadilan gender termanifestasi dari bentuk-bentuk ketidakadilan gender yaitu marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting bagi perempuan dalam keputusan rumah tangga dan politik, pembentukan stereotip atau melalui pelabelan negatif, kekerasan, beban kerja lebih panjang dan lebih banyak, serta diskriminasi atau perbedaan peran dan kedudukan, dan represi atau pengucilan. Novel Maryam karya Okky Madasari ini mengangkat permasalahan yang banyak ditemui sekarang, terutama dalam kehidupan masyarakat yang sarat akan tindak premanisme. Ini dapat dilihat dalam novel Maryam yang banyak menceritakan tentang permasalahan perempuan dalam melawan kekerasan. Lombok menjadi ruang intensif dalam cerita ini. Banyak perempuan yang menjadi korban dari kekerasan. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui masalah semacam ini. Kekerasan yang dialami oleh perempuan yang lemah tidak hanya dialami masyarakat Lombok tetapi juga daerah lain. Berdasarkan uraian di atas, fokus masalah dalam penelitian ini yaitu dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan bentuk-bentuk dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari, 2) mendeskripsikan penyebab terjadinya dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Kajian teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu Darma (2009:159) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan yang terjadi pada perempuan ada dalam beberapa bentuk yaitu (1) marginalisasi (pemiskinan ekonomi) (2) subordinasi (anggapan tidak penting atau peminggiran bagi perempuan dalam rumah tangga atau politik) (3) pembentukan stereotip atau pelabelan negatif (4) kekerasan (5) beban kerja yang lebih banyak dan lebih panjang (6) diskriminasi (perbedaan peran dan kedudukan) dan represi atau pengucilan. Selanjutnya, Relewati (2010:6) menjelaskan bahwa penyebab dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan terbagi menjadi empat
adalah (1) mitos yang berlangsung turun temurun (2) laki-laki selalu dianggap bertindak berdasarkan rasional, sedangkan perempuan selalu menggunakan perasaan (3) budaya patriarkhi (4) sistem kapitalis. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Semi (1993:23) menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Untuk mencapai masalah yang diteliti maka metode yang digunakan metode deskriptif. Data penelitian ini adalah teks dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara menganalisis data sebagai berikut : (1) mengidentifikasi tindakan tokoh-tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari, (2) mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi, (3) membahas secara mendalam tentang dominasi laki-laki terhadap ideologi gender yang dilihat dari ketidakadilan gender yang terungkap dalam novel Maryam karya Okky Madasari dengan cara mengaitkan temuan penelitian dengan teori (4) merumuskan hasil interpretasi (5) menarik kesimpulan dari data yang telah diinterpretasikan (6) melaporkan hasil penelitian. Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik uraian rinci. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis data maka dapat ditemukan yang terkait dengan dominasi lakilaki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari adalah Pertama, bentuk-bentuk dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan adalah (1) marginalisasi, (2) subordinasi, (3) stereotip, (4) kekerasan, (5) beban kerja, dan (6) diskriminasi dan represi. Kedua, peyebab terjadinya dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari adalah (1) mitos yang berlangsung secara turun temurun, (2) laki-laki yang selalu bertindak berdasarkan rasional, sedangkan perempuan selalu mendahulukan perasaan, (3) budaya patriarkhi, dan (4) sistem kapitalis. Pembahasan ini akan dilakukan pada data yang ditemukan dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Pada cerita Maryam terdapat enam bentuk-bentuk dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan sebagai berikut. 1) Marginalisasi Darma (2009:159) menjelaskan marginalisasi (pemiskinan ekonomi) terhadap perempuan bisa dilihat dari lingkungan rumah tangga dalam bentuk diskriminasi pada anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan, misalnya dengan memprioritaskan anggota keluarga laki-laki harus lebih didahulukan dalam menuntut pendidikan. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari ini terdapat marginalisasi (pemiskinan ekonomi) terhadap perempuan yang dialami oleh tokoh perempuan yang bernama Nur. Nur mendapatkan marginalisasi dari suaminya sendiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. Sebelumnya, suaminya sudah membuat rekening di BRI kecamatan. Suaminya yang setiap bulan mengambil uang kirimannya. Dengan uang itu seluruh keperluan keluarganya dibiayai. Makan dan sekolah anak-anaknya. Dengan uang itu rumah ibu Nur bisa sedikit diperbaiki. Punya penghasilan tetap tiap bulan dari pekerjaan istrinya membuat suami Nur yang memang tak akrab dengan laut semakin malas untuk melaut. (Maryam, 2013:201) Nur mengungkapkan dalam kutipan tersebut bahwa demi memenuhi kebutuhan keluarga ia rela kerja jauh ke Arab Saudi agar semua kebutuhan keluarganya dapat tercukupi. Sedangkan, suaminya yang biasanya kerja ke laut malah bermalas-malasan di rumah. Karena telah keenakan menerima uang kiriman dari istrinya setiap bulan. Ungkapan Nur memberikan pengertian bahwa telah terjadinya proses pemiskinan dari suami Nur sendiri.
2)
Subordinasi Darma (2009:159) menjelaskan subordinasi (anggapan tidak penting atau peminggiran bagi perempuan dalam rumah tangga atau politik) terhadap perempuan dapat dilihat dari sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Hal ini terjadi karena pelabelan stereotip kultural yang turun temurun, menganggap perempuan irasional atau emosional, sehingga tidak layak tampil sebagai pemimpin. Contohnya masih ada anggapan bahwa perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi, karena akhirnya akan ke dapur. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari ini terdapat subordinasi (anggapan tidak penting atau peminggiran bagi perempuan dalam rumah tangga atau politik) yang dihadapi oleh tokoh perempuan yang bernama Maryam. Maryam mendapatkan subordinasi dari mertuanya sendiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. .....Penghulu mengarahkan Alam dan Maryam untuk bersalaman kepada orangtua. Memohon restu agar pernikahan yang baru dimulai ini abadi dan selalu penuh berkah. Ada rasa gentar saat Maryam bersimpuh di pangkuan ibu Alam. Ada rasa ragu ketika ia mencium tangan mertuanya itu. Ketika ibu Alam merunduk mendekat ke telinga Maryam, jantung Maryam berdebar cepat. Perempuan itu membisikkan wejangan-wejangan. Meminta Maryam senantiasa patuh dan menuruti kata suami. Menjadikan suami satu-satunya panutan. Menjauh diri dari segala yang tidak benar. (Maryam, 2013:111) Kutipan di atas menunjukkan adanya peminggiran perempuan atau anggapan yang tidak penting mengenai perempuan. Permasalahan ini terjadi ketika Maryam bersimpuh dipangkuan ibu Alam. Ada rasa ragu, ketika ia harus mencium tangan mertuanya. Ketika ibu Alam merunduk ia membisikkan sesuatu kepada Maryam, agar Maryam dapat patuh kepada suaminya dan menjadikan suaminya satu-satunya panutan. Tidak hanya itu, ibu mertua Maryam juga memintanya untuk menjauhkan diri dari segala yang tidak benar. Hal inilah yang menyebabkan peminggiran perempuan dan anggapan tidak penting terhadap perempuan dalam mengambil sebuah keputusan. 3)
Stereotipe Darma (2009:159) menjelaskan stereotip atau pelabelan negatif terhadap perempuan yang sangat merugikan, misalnya penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek dalam rangka memancing lawan jenisnya, sehingga banyak kasus pelecehan seksual pada perempuan. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari terdapat stereotipe yang dialami oleh tokoh perempuan yang bernama Fatimah. Fatimah mendapatkan stereotipe dari kaum laki-laki dan juga warga sekitar tempat tinggalnya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. Hampir bersamaan dengan bapak Maryam berangkat, Fatimah juga keluar rumah. Ia berangkat ke tempat kerjanya, sebuah hotel Senggigi. Fatimah bertugas di bagian restoran, ikut menyiapkan hidangan untuk tamu-tamu hotel. Pekerjaan itu baru saja didapatkannya tiga bulan lalu. Sebelumnya Fatimah sudah melamar di banyak tempat, tapi tak ada yang menerima. Dengan ijazah SMA dan tanpa pengalaman apa-apa pekerjaan yang terlihat sepele pun susah didapatkan..... (Maryam, 2013:104) Kutipan ini menggambarkan bahwa Fatimah bekerja di sebuah hotel di Senggigi. Fatimah bertugas di restoran. Di sana Fatimah bekerja menyiapkan makanan untuk tamu-tamu hotel. Pekerjaan ini baru didapatkan Fatimah tiga bulan yang lalu. Sebelumnya Fatimah sudah melamar di banyak tempat tapi tidak ada yang mau menerima. Dengan ijazah SMA dan tanpa pengalaman apa-apa pekerjaan yang sepelepun susah didapatkan. Karena bekerja di hotel inilah Fatimah mengalami streotip dalam pandangan gender. 4)
Kekerasan Darma (2009:159) menjelaskan kekerasan perempuan baik dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga, kekerasan terhadap perempuan terjadi karena adanya ketidaksetaraan kekuatan. Kekerasan banyak terjadi di masyarakat, misalnya pemerkosaan, pelacuran, pornografi, dan lain-lain. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari ini terdapat kekerasan yang dialami oleh masyarakat. Seperti yang dialami oleh keluarga Maryam dan tetangga-tetangganya
mengalami kekerasan yang berupa pengusiran oleh pihak kepolisian. Polisi yang sengaja datang ketempat kejadian untuk mengamankan warga. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. “Polisi-polisi itu bohong. Kita bukan disuruh pergi sementara agar selamat. Kita diusir. Rumah itu bukan milik kita lagi,” kata Fatimah. Suaranya tidak tinggi. Tapi ada penekanan dan getaran yang siapapun akan tahu ia sedang marah. (Maryam,2013:233) Kutipan ini menjelaskan pada keluarga Maryam bahwa polisi yang bermula meminta keluarga Maryam untuk pergi sementara itu bohong. Polisi itu telah mengusir keluarga Maryam dari rumahnya. Hal ini membuat Fatimah marah akan perlakuan polisi yang tidak merakyat. Rakyat yang kesusahan malah ditindas oleh pihak keamanan negara sendiri. Tidak hanya oleh pihak kepolisian, kekerasan juga dialami oleh tokoh perempuan oleh warga sekitar. 5)
Beban Kerja Darma (2009:159) menjelaskan beban kerja adalah pemisahan beban pekerjaan kepada pihak perempuan. Pemisahan ini terjadi karena adanya anggapan bahwa kaum perempuan ini hanya pantas melakukan pekerjaan di rumah. Hal inilah yang menjadi pemicu bagi kaum perempuan untuk melakukan perjuangan, agar perlakuan yang dia dapat sama terhadap kaum lakilaki. Beban kerja yang panjang ini ia dapatkan dilingkungan rumah tangga, seperti membersihkan rumah, melayani suami, mengandung, melahirkan dan mengasuh anak. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari terdapat beban kerja yang dialami oleh tokoh perempuan yang bernama Maryam. Disini Maryam mendapatkan beban kerja yang berupa mengandung seorang anak. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. Kehamilan Maryam sedikit mengubah kebiasaan. Mereka mengurangi jalan-jalan. Hanya berkunjung ke Gegerung, itu pun tidak setiap hari. Pergi makan keluar hanya jika Maryam benar-benar menginginkan. (Maryam, 2013:217) Kehamilan Maryam yang semakin membesar membuat ia sedikit mengubah kebiasaannya. Maryam mengurangi jalan-jalan keluar rumah jika tidak penting. Maryampun tidak setiap hari pergi ke tempat bapak dan ibunya yang tinggal di Gegerung. Ia hanya akan benar-benar keluar rumah jika sangat menginginkannya. Karena mengandung inilah Maryam mengalami beban kerja yang panjang dari pada kaum laki-laki. 6)
Diskriminasi dan Represi Darma (2009:159) menjelaskan diskriminasi merupakan proses pemisahan yang dilakukan oleh pihak yang lebih kuat. Diskriminasi disini terlihat pada posisi perempuan yang dianggap tidak penting oleh kaum laki-laki. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari terdapat diskriminasi yang dialami oleh tokoh perempuan yang bernama Maryam. Diskriminasi ini dialami oleh Maryam di rumah kedua orangtua Alam. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. “Suami adalah imam seorang istri. Ketika sudah menikah nanti, istri harus mengikuti suaminya, menuruti suaminya, apalagi dalam soal beragama, “kata ibu Alam. Jantung Maryam berdegup meski tak dikatakan langsung, ia tahu apa yang tersembunyi dibalik kalimat itu. Ia juga tahu, yang terpenting dari pembicaraan malam ini justru yang sengaja tidak dikatakan. Maryam pun meraba-raba. Menyimpulkan sendiri dengan nalarnya. Malam itu, ia tak bicara banyak. Hanya mengangguk-angguk. Alam yang menjelaskan saat mengantar Maryam pulang. Katanya, bapak dan ibunya sudah tau Maryam seorang Ahmadi. Mereka mau merestui semuanya kalau Maryam mau meninggalkan semuanya. (Maryam, 2013:36) Maryam mendapatkan perlakuan yang berbeda dari kedua orangtua Alam. Perlakuan yang tidak adil itu didapatkan oleh Maryam karna ia memiliki keyakinan yang berbeda dengan keluarga Alam. Maryam sangat kecewa dengan perlakuan kedua orangtua Alam. Maryam tidak mampu mengutarakan kekecewaan pada keluarga Alam. Maryam hanya meraba-raba dan menyimpulkan sendiri dengan nalarnya. Maryam tidak mau berbicara banyak karna dia sendiri masih bingung atas sikap keluarga Alam. Tetapi, kebingungan itu tidak berlangsung lama. Alam segera menjelaskan kepada Maryam bahwa kedua orangtuanya sudah mengetahui kalau Maryam
adalah seorang Ahmadi. Orangtua Alam mau merestui hubungan mereka, kalau Maryam mau meninggalkan semua yang berhubungan dengan keyakinannya yang dulu. Pada novel Maryam karya Okky Madasari terdapat empat penyebab terjadinya dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan sebagai berikut. 1) Mitos yang berlangsung secara turun temurun Relewati (2010:6) menjelaskan mitos yang berlangsung turun temurun di masyarakat. Yang mengatakan perempuan adalah teman belakang. Kata teman belakang mempunyai makna jika di dalam rumah urusan perempuan adalah disekitar dapur dan berbagai urusan rumah tangga lainnya. Alasan ini yang digunakan alasan orangtua untuk tidak menyekolahkan anak perempuan tinggi-tinggi, karena pada akhirnya mereka menikah akan hanya berada di dapur. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari terdapat mitos yang berlangsung secara turun temurun yang dialami oleh dua orang perempuan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. .....Ada dua yang duduk di SMA kelas tiga. Dua-duanya perempuan. Dua-duanya sama-sama tidak mau melanjutkan sekolah. Sudah dibujuk berbagai cara termasuk oleh Zulkhair dan Umar. Pak Khairuddin pun menceritakan bagaimana dulu Fatimah tetap harus sekolah meski dalam pengungsian. Tapi kedua anak itu sudah memilih. Orangtua keduanya juga enggan memaksa. Malah terlihat membenarkan keputusan anaknya. “Sudah, tidak apa-apa. Anak perempuan saja. Sudah pernah SMA sudah lumayan,” kata orangtua mereka. (Maryam, 2013:250) Ada dua anak perempuan yang tidak mau lagi melanjutkan pendidikannya karena malu tinggal di pengungsian. Bapak Khairuddin, Zulkhair dan Umarpun telah membujuk anak perempuan itu agar mau lagi melanjutkan pendidikannya. Tetapi dua anak perempuan itu sudah memilih dan memutuskan sendiri apa keputusannya. Orangtua kedua anak tersebut malah membenarkan apa keputusan anaknya dan menganggap pendidikan untuk perempuan itu tidak terlalu penting karena nanti kalau sudah berkeluarga juga akan mengurusi semua kepentingan rumah tangganya. 2)
Laki-laki yang selalu bertindak berdasarkan rasional, sedangkan perempuan selalu mendahulukan perasaan Relewati (2010:6) menjelaskan laki-laki selalu dianggap bertindak berdasarkan rasional, sedangkan perempuan selalu menggunakan perasaan. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari terdapat laki-laki selalu dianggap bertindak berdasarkan rasional, sedangkan perempuan selalu menggunakan perasaan yang dialami oleh tokoh perempuan yang bernama Maryam. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. .....Maryam tak mau mengangkat telepon atau membalas surat-surat panjang yang dikirim bapak dan ibunya. Pak dan Bu Zul juga mengirim surat, mengingkatkan agar Maryam tak terbawa oleh rasa cinta yang sesat. Dengan bahasa yang lembut dan indah. (Maryam, 2013: 33) Maryam sangat kecewa atas sikap bapaknya yang selalu melarang-larang Maryam untuk tidak menjalin hubungan dengan orang luar. Kekecewaan itu membuat Maryam tidak mau lagi mengangkat telepon atau membalas surat-surat panjang yang dikirim orangtuanya dari kampung. Bu Zul pun mengetahui masalah Maryam dengan kedua orangtuanya. Bu Zul mencoba membujuk Maryam dengan mengirimkan sepucuk surat kepada Maryam dan mengingatkan Maryam agar tidak terbawa oleh rasa cinta yang sesat. 3)
Budaya patriarkhi Relewati (2010:6) menjelaskan budaya patriarkhi (budaya yang lebih mementingkan lakilaki) dalam keluarga yang lebih berkuasa adalah bapak. Patriakhi adalah konsep bahwa laki-laki memegang kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat, dalam pemerintahan, militer, pendidikan, industri, bisnis, perawatan kesehatan, iklan, agama dan lain sebagainya. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari terdapat budaya patriarkhi yang dialami oleh tokoh perempuan yang bernama Maryam. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. Maryam menyebut namanya Alam Syah. Karyawan di perusahaan kontruksi. “ Kalian pacaran?” tanya bapaknya lagi. Maryam tak menjawab jelas, hanya tertawa
kecil sambil mengangguk-angguk. Lalu bapaknya mulai bertanya, sudah berapa lama kenal, bagaimana kelakuannya, seperti apa sifatnya, bagaimana keluarganya. Maryam bercerita apa adanya. Biasa-biasa saja. Ia mengaku belum pernah berkenalan dengan keluarga Alam. “Ini baru saling pendekatan saja,”katanya. Ibunya ikut bicara. “Lebih baik tidak usah pacaran dengan orang luar. Daripada nanti sama-sama kecewa. Sama-sama terluka. Lebih baik diakhiri sekarang saja.” (Maryam, 2013:17) Sebagai perempuan yang telah dewasa, Maryam tidak terima jika bapak dan ibunya masih melarangnya untuk tidak berhubungan dengan laki-laki yang berasal dari luar. Orangtua Maryam berharap agar anak sulungnya dapat melupakan laki-laki yang baru ia kenal. Sehingga Maryam bisa menjalin hubungan dengan orang dalam yang jelas dapat menghargai dan mencintai lebih baik. Hal ini dilakukan oleh orangtua Maryam agar anaknya tidak kecewa dan terluka atas sikap orang luar yang ingin menang sendiri. 4)
Sistem kapitalis Relewati (2010:6) menjelaskan sistem kapitalis yang berlaku yaitu siapa yang memiliki modal besar itulah yang menang. Implikasinya dari sistem kapitalis ini telah diperluas tidak hanya terkait bisnis tetapi juga dalam ranah kehidupan lainnya. Laki-laki secara fisik lebih kuat dari pada perempuan sehingga akan mempunyai peran dan fungsi yang lebih besar dalam berbagai aspek. Di dalam novel Maryam karya Okky Madasari terdapat sistem kapitalis yang dialami oleh tokoh perempuan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. Memasuki tahun baru, setiap kepala keluarga telah memiliki pekerjaan. Mendapatkan uang tak seberapa yang tak selalu cukup untuk makan. Tapi memang bukan hanya itu yang dicari. Melainkan perasaan berarti dan bisa mandiri. Meninggalkan kamar-kamar itu pada pagi hari, lalu pulang pada sore hari. Sambil menunggu suami, istri-istri mereka memasak bersama, mengasuh anak dan mengaji. (Maryam, 2013:253) Kepala rumah tangga bekerja untuk menghidupi keluarganya. Walau dengan gaji yang tak seberapa dan tidak selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Seorang suami sangat bangga pergi pagi pulang sore untuk bekerja daripada harus berdiam diri di rumah. Ketika suami bekerja seorang istri memasak makanan, mengasuh anak dan mengaji. PENUTUP Simpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan dua hal. Pertama, Bentuk-bentuk dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan yang ditemukan pada tokoh perempuan terdapat dalam novel Maryam karya Okky Madasari, yaitu marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan, beban kerja, dan diskriminasi dan represi. Kedua, penyebab terjadinya dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan yang terdapat pada tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari yaitu: mitos yang berlangsung secara turun-temurun di masyarakat, laki-laki selalu dianggap bertindak berdasarkan rasional sedangkan perempuan selalu menggunakan perasaan, budaya patriarkhi dan sistem kapitalis. Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI semester 1, Standar Kompetensi (SK) 7 Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Kompetensi Dasar (KD) 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ektrinsik novel Indonesia/novel terjemahan.
Saran Setelah menganalisis dominasi laki-laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Maka ada beberapa hal yang ingin disampaikan peneliti. Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan pada bidang sastra. Kedua, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut : (a) bagi peneliti lainnya dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman untuk penelitian berikutnya dan dapat menambah wawasan tentang penelitian sastra, (b) bagi pembaca dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang karya sastra. KEPUSTAKAAN Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung : Yrama Widya. Madasari, Okky. 2012. Maryam. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Relewati, Rahayu. 2011. Konsep Gender dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung : Muara Indah. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.