Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kata Pengantar Kata Pengantar Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kurikulum merupakan cetak biru dari keseluruhan proses pembelajaran pada sistem pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Menyadari pada hal ini, maka Dikti melalu Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan memprogramkan secara khusus kegiataan yang mampu mendukung dan mendorong pengembangan kurikulum di perguruan tinggi. Akan tetapi karena penyusunan kurikulum merupakan hak otonom dari perguruan tinggi, maka keterlibatan Dikti hanya sampai sejauh mengembangkan buku rujukan dalam pengembangan kurikulum. Untuk usaha inilah maka disusun buku Panduan Penyusunan Kurikulum pada Akademi Komunitas.
Buku ini berisi empat bab yang dimulai dengan hal yang melatar belakangi perubahan kurikulum dan proses menuju perubahan ke KPT merujuk KKNI. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan implementasi dan evaluasi KPT di Akademi Komunitas.
Buku ini diharapkan dapat memberikan inspirasi yang realistik tentci.ng KPT di Akademi Komunitas. Kritik dan saran diharapkan dalam rangka perbaikan pada penerbitan yang akan datang. Semoga buku kurikulum ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Jakarta, November 2013 Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Illah Sailah
-
Tim Penyusun
1
. I
Illah Sailah (Ditjen Dikti)
. I
SP Mursid (Polban) Syamsul Arifin (ITS) Rismawati Situmorang (Politeknik Negeri Medan)
> Z
Yulita Priyoningsih (Ditjen Dikti) Nafiron (Ditjen Dikti) ,
~
Cicilia Wijayanti (Ditjen Dikti)
-
Daftar lsi KATA PENGANTAR
I
DAFTAR 151
111
DAFTAR GAMBAR
IV
DAFTAR TABEl
V
1
6
2
KARAKTERI5TIK AKADEMI KOMUNITA5
1.1
PERSPEKTIF KEBIJAKAN
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1.2
POTENSI DAERAH SEBAGAI BASIS AKADEMI KOMUNITAS
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1.3
POTENSI INDUSTRI SEBAGAI MITRA AKADEMI KOMUNITAS
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
2.1
3
14
METODE PENGEMBANGAN KURIKUlUM AK KARAKTERISTIK KHAS AKADEMI KOMUNITAS
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
2.2
SASARAN UMUM KURIKULUM AKADEMI KOMUNITAS
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
2.3
ALUR DASAR PENVUSUNAN KURIKULUM AKADEMI KOMUNITAS
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
KURIKUlUM AK
22
3.1
PRom DIPLOMA I DAN DIPLOMA
3.2
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK VANG MEMBEDAKAN ANTARA PROGRAM DIPLOMA
II
ERROR! BOOKMARK NOTDEFINE'D.
1 DENGAN PROGRAM
DIPLOMA
2:
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
4
METODA PEMBELAJARAN
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
33
CONTEXTUALlEARNING(Cl)
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
COOPERATIVElEARNING(Cl)
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
COLLABORATIVElEARNING(CBL) DISCOVERVLEARNING(DL)
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. ,ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
SELF-DIRECTEDLEARNING(SDL)
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
PROJECT-BASEDLEARNING(PJBL)
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
4. 7
PROBLEM-BASEDLEARNING/INQUIRV(PBL/I)
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
4.8 4.9 4.10
SMALLGRoupDISCUSSION SIMULASI/DEMONSTRASI
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. :
MEMBUATRANCANGANPEMBELAJARANSCL
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
-
Daftar Gambar Gambar 1-1: Target Pertumbuhan Sebaran Industri Nasional Tahun 2014 (%) ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2-1: Metode berbagi dan integrasi Pendidikan Tinggi dan Menengah (Sumber: MP3EI) ....................................................;
Error! Bookmark not defined.
Gambar 2-2: Skema peluangJpotensi belajar akademi komunitas
Error! Bookmark not defined.
Gambar 2-3 : Skema / Sistem Pendidikan Akademi Komunitas
Error! Bookmark not defined.
Gambar 2-4 : Struktur Kurikulum
Error! Bookmark not defined.
Gambar 2-5: Diagram Alir Penyusunan Kurikulum Akademi KomunitasErrorl Bookmark not defined. Gambar 4-1: Unsur yang Dipertimbangkan dalam memilih Metode Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
-
Daftar Tabel Tabell-l : Target Pertumbuhan Sebaran Industri Nasional (%)
Errorl Bookmark not defined.
Tabel1-2 : Realisasi Pertumbuhan PDB Industri Tahun 2005- Triwulan 1112011 (%) ... Errorl Bookmark not defined. Tabel4-1 : Memilih Metode Pembelajaran Berdasarkan Kompetensi
Errorl Bookmark not defined.
Tabel4-2 : Tabel Contoh Rancangan Pembelajaran Matakuliah
Errorl Bookmark not defined•
.
. -."
-
1 KARAKTERISTIK AKADEMI KOMUNITAS Salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya mewujudkan ketersediaan pendidikan tinggi Indonesia yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional adalah: (i) mengembangkan pendidikan vokasi jangka pendek (D1 dan D2) yang berorientasi pada lapangan kerja di daerah maupun dunia usaha dan dunia industri (DUDI); dan (ii) memperluas akses pendidikan tinggi di daerah dan meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK). Melalui program ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi salah satu bentuk perguruan tinggi adalah Akademi Komunitas (AK). Pada tahap awal tahun 2012 mulai dikembangkan AK melalui program studi di luar domisili sebanyak 35 AK di kota /kabupaten se Indonesia. Melalui pendidikan tinggi AK di daerah-daerah, selain akan dapat meningkatkan kemampuan lulusan SLTA agar bisa mandiri, juga diharapkan dapat meningkatkan human capital secara nasional. Pendidikan tinggi AKjuga dimungkinkan lulusannya dapat meneruskan studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi baik di universitas maupun politeknik. Pada periode tahun 2013-2015 akan dilakukan studi kelayakan pendirian AK baru di tingkat kota/kabupaten, mengacu pada target pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Pendidikan Tinggi (RPJP-PT) tahun 2011.
1.1 Perspektif Kebijakan Peningkatan fungsi dan peran komunitas dalam meningkatkan kesejahteraan kehidupan warganya sudah saatnya menjadi arus utama kebijakan pembangunan di Indonesia. Perhatian utama itu telah terumuskan dalam visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025, yakniPercepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah "Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur".
-
-
Salah satu tindak lanjut dari Visi 2025s tersebut akan diwujudkan melalui 3 (tiga) misi.. yaitu: 1) Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antarkawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomL 2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestic dalam rangka penguatan daya 'saing dan daya tahan perekonomian nasional. 3) Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovationdriven economy. Untuk merealisasi misi tersebut selain diperlukan pendekatan komprehensif dan integrative dari berbagai sumberdaya dengan dukungan teknologi yang memadai; juga telah dirumuskanstrategi dan kebijakan pembangunan melalui Master Plan Percepatan, pengembangan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Untuk merealisasi programprogramnta, dalam MP3EI telah dirumuskan sejumlah strategi: 1) strategi peningkatan potensi wilayah melalui pengembangan pusat -pusat pertumbuhan di dalam koridor ekonomi, 2) strategi memperkuat konektivitas nasional, dan 3)
strategi meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia dan IPTEK.
MP3EI disusun dengan memperhatikan keragaman sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Berdasarkan kondisi dan karakteristik wilayah, pembangunan ekonomi dikembangkan dalam konsep koridor ekonomLPembangunan koridor ekonomi dimaksudkan sebagai pengembangan wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi terpadu, kompetitif dan berkelanjutan. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia melalui pembangunan Koridor Ekonomi memberikan penekanan baru bagi pembangunan ekonomi wilayah sebagai berikut: 1) Koridor Ekonomi Indonesia diarahkan pada pembangunan yang menekankan pada peningkatan produktivitas dan nilai tambah penge!olaan sumber daya alam melalui perluasan dan penciptaan rantai kegiatan dari hulu sampai hilir secara berkelanjutan. 2) Koridor Ekonomi Indonesia diarahkan pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif, dan dihubungkan dengan wilayah-wilayah lain di luar koridor ekonomi, agar semua wilayah di Indonesia dapat berkembang sesuai dengan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah.
-
3) Koridor Ekonomi Indonesia menekankan pada sinergi pembangunan sektoral dan wilayah untuk meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif secara nasional, regional maupun global.
4) Koridor Ekonomi Indonesia menekankan pembangunan konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik, serta komunikasi dan informasi untuk membuka akses daerah. 5) Koridor Ekonomi Indonesia akan didukung dengan pemberian insentif fiskal dan nonfiskal, kemudahan peraturan, perijinan dan pelayanan publik dari Pemerintah Pusat maupun Daerah. Konsep MP3EI yang berbasis pada latar keragaman sumber daya alam dengan kekhasan komunitas-komunitas di dalamnya telah menjadi pertimbangan utama dan strategis terhadap pentingnya pendidikan vokasi. Akademi Komunitas (Community College)ini diperlukan dalam kerangka untuk menunjang program MP3EI yang tidak saja bertujuan mempercepat laju pembangunan di Indonesia, tetapi juga memeratakan akses masyarakat luar Jawa terhadap pembangunan di daerahnya masing-masing. Pada RPJP-PT juga diamanatkan bahwa hingga tahun 2025 pendidikan tinggi harus ditingkatkan secara bertahap. Pada saat ini tahap pertama dengan target peningkatan papasitas dan modernisasi sudah tercapai. Periode 5 tahun kedua (2010-2015) diprogramkan kegiatan terkait dengan peningkatan layanan secara komprehensif.Peningkatan daya saing regional diamanatkan oleh RPJP-PT pada periode 5 tahun selanjutnya, yaitu tahun 20152020.Tujuan akhir RPJP-PT periode 2020-2025 atau pada periode 5 tahun terakhir diharapkan tercapainya peningkatan daya saing internasional. Beberapa sasaran strategis yang akan dicapai dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Pendidikan Tinggi (RPJP-PT) Tahun 2005-2025, adalah: (1) mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, (2) menampung permintaan layanan pendidikan tinggi, dan (3) pemerataan distribusi kapasitas. Kontribusi pendidikan tinggi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional membutuhkan kenaikan APK-PT di berbagai jenjang hingga mencapai 33% di tahun 2015, dan mencapai 53% di tahun 2025. Berdasarkan hal~hal diatas, dan dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan serta mampu memberikan penghasilan tinggi secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat, maka sektor pendidikan harus mampu merancang program pendidikan yang terarah, luwes penyelenggaraannya, mengakomodasi kebutuhan seluruh jenjang
-
pengetahuan dan keterampilan masyarakat, menampilkan sosok keterjangkauan, dan menjadi kebanggaan terhadap kompetensi. Berpegang pada prinsip belajar sepanjang hayat (lifelonglearning), maka berbagai komunitas yang ada tersebut diharapkan terus meningkatkan pengetahuan, kompetensi, keahlian, dan keterampilannya untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Community College menawarkan program atau modul praktis yang tidak membutuhkan persyaratan untuk membangun keterampilan tertentu.Jenis keterampilan dapat berbasis personal atau social skills, sehingga mampu memotivasi individu atau bahkan memulai suatu usaha yang sesuai dengan potensi individu dan komunitas. Bentuk lembaga Community College di Indon~sia pada kenyataannya sudah berdiri dan beroperasi sejak lama. Misalnya, Akademi Perbankan yang telah didirikan sejak tahun 1969 atau Lembaga Pendidikan Komputer yang telah berkembang di awal tahun 1980-an. Program satu atau dua tahun ini pada dasarnya diselenggarakan melalui dua pendekatan, yaitu pendidikan formal Diploma-l (D-l) dan Diploma-2 (D-2) dan non-formal seperti pelatihan bersertifikat keahlian. Pendirian pengembangan Akademi Komunitas terdiri dari beberapa aturan-aturan baik berupa Undang-undang, peraturan Presiden maupun rencana pengembangan jangka panjang di tingkat nasional maupun di tingkat kementerian. Uraian ringkas dari aturan yang memayungi pendirian Akademi Komunitas adalah sebagai berikut: 1) UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi 2) UU PT menjelaskan mengenai bentuk perguruan tinggi (Pasal 59 ayat (1)), tentang definisi akademi komunitas pada pasal 59 ayat (7) dan tata cara pendirian dan penyelenggaraan pasal 81 ayat (1). 3) Dokumen MP3EI 4) Mendorong pendidikan vokasi melalui pendirian pendidikan tinggi setingkat akademi (community college) yang menyelenggarakan peogram Diploma satu danjatau diploma dua. 5) Kepmendiknas No 44 tahun 2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014 6) Mendorong peningkatan mahasiswa vokasi dengan rasio antara mahasiswa vokasi dan total seluruh mahasiswa meningkat dari 17,2% pada tahun 2009 menjadi 30% pada tahun 2014 (Indikator Kinerja Utama (IKU3.19).
-
7) Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasionallndonesia Acuan dalam menetapkan kompetensi kualifikasi berdasarkan jenjang pendidikan pada pasal 5 menyetarakan lulusan diploma satu dan diploma dua masing-masing pada jenjang 3 dan 4.
1.2 Potensi Daerah Sebagai Basis Akademi Komunitas Strategi pembangunan MP3EI diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia tumbuh dan berkembang dengan cepat dan dinarriis. Apalagi jika memperhatikan fenomena laju pertumbuhan penduduk di daerah-daerah di dan sekitar 6 koridor. Artinya, kondisi kependudukan di satu sisi akan menjadi variabel penting dalam menunjang dinamika perkembangan ekonomi masyarakat; namun pada saat yang sarna juga dapat menjadi persoalan jika kurang mendapatkan akses dalam pembangunan karena keterbatasan sumber daya manusia (SOM). Untuk mengelola dan memanfaatkan "bonus demografi" serta mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang diamanatkan, diperlukan langkah-Iangkah kegiatan ekonomi yang luar biasa melalui MP3EI. Bonus demografi diartikan sebagai ketersediaan usia produktif yang cukup tinggi pada periode tertentu. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas Sumber Oaya Manusia (SOM) yang baik merupakan potensi daya saing yang luar biasa. Kegiatan ekonomi akan dipacu melalui program konektifitas dan program investasi di 6 (enam) Koridor Ekonomi (KE) dengan kegiatan Ekonomi Utama yang mencakup 22 (dua puluh dua) sektor. Kegiatan Ekonomi Utama dalam 22 sektor tersebut, menurut analisis kebutuhan Sumber Oaya Manusia (SOM), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), setidaknya memerlukan7 juta angkatan kerja baru, yang terdiri dari: 3,3 juta lulusan SDjSMP, 2,3 juta lulusan SMKjA, 743 ribu lulusan 0-3 dan 0-4, 534 ribu lulusan S-l dan S-2, serta 78 ribu lulusan S-3. Oiperlukan strategi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan angkatan kerja baru baik dari sisi kuantitas maupun kompetensi profesionalnya. Sebagai upaya memenuhi kebutuhan jumlah lulusan 0-3 dan 0-4 diperlukan langkah percepatan karena rendahnya daya tampung dan kapasitas meluluskan pendidikan program diploma terutama politeknik. Oaya tampung pendidikan politeknik saat ini berada di sekitar 120.000 mahasiswa, sehingga kapasitas meluluskan per tahunnya hanya berkisar 40.000
-
-
orang. Kebutuhan SDM untuk investasi dan konektivitas menurut perkiraan MP3EI minimal sebesar 743.000 orang, sehingga dibutuhkan upaya yang maksimal untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja terampil. Penyelenggaraan pendidikan Akademi Komunitas dapat menjadi pilihan dalam mengatasi kebutuhan tenaga kerja terampil maupun sebagai potensi peserta didik program D-3 dan D-4. Sesuai dengan karakteristik, jenis dan tujuannya, Akademi Komunitas yang disiapkan adalah Akademi Komunitas yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah. Kegiatan ekonomi di daerah akan dipaeu melalui program konektifitas dan program investasi di 6 (enam) KE dengan kegiatan Ekonomi Utama yang meneakup 22 (dua puluh dua) sektor.
1.3 Potensi Industri sebagai Mitra Akademi Komunitas Sebaran konsentrasi pusat-pusat industri di KE Jawa sampai tahun 2009 masih mengambil porsi sebesar 75%. Pemerintah bereneana mempereepat pembangunan industri di luar Jawa agar industri di daerah berkembang. Pusat-pusat tersebut perlu dikembangkan pada setiap KE sehingga penyebarannya relative merata di seluruh Indonesia. Target pertumbuhan sebaran industri pada tahun 2014, masing-masing adalah (seperti pada Gambar 2.2).
.Jawa • Sulawesi
• Sumatera • Bali· NT
• Kalimantan • Papua· Kep Maluku
Gambar 2.2. Target Pertumbuhan Sebaran Industri Nasional Tahun 2014 (%) Salah satu eara untuk meningkatkan sebaran industri adalah dengan mempereepat pertumbuhan industri keeil dan menengah (IKM) yang diharapkan dapat mendorong ekonomi di masing-masing koridor. Oleh karena itu dibutuhkan lulusan terampil dan siap pakai sebagai pelaku maupun sebagai pendamping pelaku IKM. Para tenaga pendamping
-
pada jenjang 0-1 dan 0-2 diharapkan dapat menjadi penggerak tumbuhnya wirausahawan baru di sentra-sentra pengembangan ekonomi dan industri di daerah, maupun sampai jenjang keeamatan. Target pertumbuhan industri nasional sampai tahun 2025 disajikan pada Tabel 2.1. TabeI2.1. Target Pertumbuhan Sebaran Industri Nasional (%) Koridor Ekonomi Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Bali- NT Papua - Kep Maluku
2009 75.00 18.37 2.16 0.30 3.41 0.79
2010 72.81 19.07 2.28 0.33 3.61 0.82
2014 64.79 22.24 2.89 0.47 4.61 0.99
2020
2025
54.66 28.25 4.15 0.79 6.64 1.34
47.65 34.7 5.65 1.25 9.00 1.75
Sumber: Renstra Kemenperin (2010)
Tabel 2.1 menunjukkan arah kebijakan yang jelas terhadap perubahan pola distribusi sebaran industri nasional dari Jawa dialihkan ke luar Jawa. Industri di Jawa pada tahun 2025 akan semakin jauh berkurang menjadi 47.65 dari 75.00 pada tahun 2009. Pada koridor lainnya, angka pertumbuhan industri didorong untuk terus bertambah. Sebaran industri akan semakin meningkat di semua daerah di luar Jawa pada tahun-tahun mendatang. Penyebaran tersebut masih terbatas pada kelompok Usaha Mikro dan Keeil (UMK) dan belum menyentuh Usaha Menengah dan Besar (UMB).
I
i
!
I
Pada saat ini pengembangan ekonomi masih terpusat di puIau Jawa. Sehingga dibutuhkan kebijakan untuk meredistribusi pengembangan ekonomi dan industri UMK dan VMB, diarahkan ke luar pulau Jawa. Kebijakan ini dimaksudkan untuk pemerataan pembangunan di Indonesia, serta sejumlah pertimbangan antara lain: •
menumbuhkan sentra-sentra ekonomi-industri baru di luar Jawa yang kelak diharapkan menjadi pusat dan pemieu pembangunan daerah dan komunitas-komunitas di sekitarnya
•
mengembangan ekonomi lokaI yang potensiaI sumberdaya alamnya sehingga lebih efisien
•
meningkatkan kemandirian pemerintah daerah dan masyarakat daerah
•
meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dan komunitas di daerah-daerah
•
re-orientasi sosial masyarakat untuk tidak lagi berurbanisasi
Berdasarkan jenis industri, realisasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (POB) di tahun 2011 mengalami kenaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan POB
-
tertinggi adalah industri logam dasar besi dan baja, yaitu sebesar 18,32% (triwulan-1). 15,54% (di triwulan-2), dan 11,42 (di triwulan-3). Pertumbuhan PDB tertinggi kedua adalah industri makanan, minuman, dan tembakau. Sedangkan pertumbuhan PDB tertinggi ketiga adalah industri tekstil, barang kulit dan alas kaki. Detail pertumbuhan PDB industri tahun 2005 sampai dengan triwulan-3 disajikan pada Tabel 2.2. Tabe12.2. Realisasi Pertumbuhan PDB Industri Tahun 2005- Triwulan III 2011 (%) Jenis Industri
No
1 2 3 4 5 6
·7
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Illdustri Pengolahan NOli Migas
5.86
5.27
5.15
4.05
2.52
5.09
Ql 5.78
Makanan, Minuman, dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Barang Kayu dan HasH Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan
2.75
7.21
5.05
234
11.29
2.73
4.04
9.36
8.34
1.31
1.23
-3.68
-3.64
0.53
1.74
10.43
8.25
7.28
-0.92
-0.66
-1.74
3.45
-1.46
-3.50
-0.48
3.20
0.03
Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi dan Baja
Q2 6.67
Q3 6.98
2.39
2.09
5.79
-1.48
6.27
1.64
4.22
3.88
-1.22
8.77
4.48
5.69
4.46
1.51
4.67
-0.02
6.71
5.83
3.81
0.53
3.40
-1.49
-0.63
2.16
4.38
5.71
8.28
-3.70
4.73
1.69
-2.05
-4.53
2.56
18.32
15.54
11.42
12.38
7.55
9.73
9.79
-2.94
10.35
8.84
4.46
7.77
8
Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya Barang Lainnya
2.61
3.62
-2.82
-0.96
3.13
2.98
1.13
6.24
6.32
9
Ekonomi
5.69
5.50
6.35
6.01
4.55
6.10
6.49
6.52
6.54
Industri Pengolahan Termasuk Migas
4.60
4.59
4.67
3.66
211
4.48
5.02
6.15
6.58
10
SumbeT: Renstra Kemenperin (2010)
Tingkat pertumbuhan PDB jenis industri pengolahan non migas berfluktuasi dengan besaran berkisar pada angka 5%, terdapat kecenderungan peningkatan pada tahun 2011 mencapai angka di atas tingkat pertumbuhan sebelumnya. Industri tersebut dapat menyatakan ada kecenderungan peningkatan kualitas tenaga kerja profesional, apabila perkembangan tersebut dapat dipertahankan.
-
2MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM AK Akademi komunitas adalah program pendidikan yang mempertimbangkan kesesuaian lulusan yang dihasilkan dengan potensi wilayah melalui penyediaan tenaga kerja terampil dan diperkokoh dengan adanya kerjasama dengan industri lokal. Pola pendidikan yang berbasis vokasi dan gabungan dengan kesesuaian kebutuhan lokal menjadi pertimbangan khusus dalam merancang kurikultim. Komposisi antara materi teori dan praktek harus menjadi bahan pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikannya. Akademi Komunitas dapat dilaksanakan melalui program satu tahun dan program dua tahun, sehingga menghasilkan lulusan dengan gelar akademik 0-1 dan 0-2.
2.1 Karakterlstlk Khas Akademi Komunitas Secara definisiAkademi Komunitas (Community College) adalah pendidikan tinggi yang dilaksanakan di daerah (kabupaten dan kota) yang dapat dilaksanakan pada jenjang 0-1 (diploma-I) dan jenjang 0-2 (diploma-2) dengan fokus pada pendidikan terapan. Pengembangan Akademi Komunitas merupakan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk: i)
memberikan peluang kepada masyarakat luas untuk meningkatkan kemampuan teknis sesuai dengan potensi yang di miliki daerah,
ii) mendorong pemhangunan masyarakatdaerah,dan
dan
perekonomian,
dan
meningkatkan
kesejahteraan
iii) meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi dalam rangka memperluas dan memeratakan pendidikan tinggi. Lulusan dari Akademi Komunitas sesuai dengan peraturan akan memperoleh gelar: Program pendidikan satu tahun (0-1)
: Ahli Pratama (AP)
Program pendidikan dua tahun (0-2)
: Ahli Muda (AMa)
-
----
----
-
-
Calon peserta lulusan SMU jSMK yang sesuai dengan bidang profesinya dapat melanjutkan pendidikannya melalui AK. Peserta dengan kualifikasi tersebut dapat melanjutkan pendidikan tanpa dibatasi oleh usia maupun tahun lulusan SMUjSMK. Artinya. baik lulusan baru (fresh graduate) maupun calon yang sedang bekerja atau tidak sedang bekerja pada saat mengajukan diri sebagai calon mahasiswa dapat diterima sejauh memenuhi criteria peneriman pada masing masing AK. Konsep pendidikan berkelanjutan dikaitkan dengan kemungkinan alih kredit (credit transfer) dari topic, modul atau matakuliah yang telah diperoleh selama masa studi di AK dapat digunakan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi baik D-3 maupun S1. Proses ini harus melalui kajian antar AK dengan calon perguruan tinggi yang menjadi target melanjutkan pendidikan seorang lulusan AK. Persyaratan dan mekanisme alih kredit diserahkan kepada masing masing perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan dan peraturan akademik yang dianut.
Gambar 2.1. Model berbagi dan integrasi Pendidikan Tinggi dan Menengah (Sumber: MP3EI) Karena harus mendukung pengembangan wilayah di lokasinya, maka pengembangan Akademi Komunitasperlu dilakukan dengan memberdayakan seluruh pemangku kepentingan. Keterlibatan dari instansi pusat (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja, kementerian teknis, dan lembaga pemerintah non-kementerian), hierarki pemerintahan pusat, pemerintah propinsi, kabupaten, dan kota pada tingkat kepentingan tertentu harus terlibat. Peran masyarakan dalam bentuk yayasan atau kelompok masyarakat masyarakat industri, dan masyarakat umum lainnya di daerah kabupaten dan
-
kota juga menjadi bagian dari pendirian dan pengembangan AK. Pengembangan Akademi Komunitasperlu dilakukan secara sistematis dan terencana dalam suatu tahapan untuk mendapatkan dukungan dan kontribusi seluruh pemangku kepentingandan menjamin pencapaian tujuan. Pendidikan model AK ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memperoleh kesempatan pendidikan tinggi. Sebagai dampaknya AK dapat menyiapkan tenaga kerja di lokasi operasionanya dan dengan demikian juga akan mengurangi disparitas antar wilayah serta dapat pula berperan dalam membangun integrasi sosial dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa. Dari sisi ketenagakerjaan, lulusan dari AK diharapkan akan mampu memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal untuk meningkatkan komptensi sehingga bisa meningkatkan pendapatannya. Secara umum denganberoperasinya AK akan memperluas akses pendidikan tinggi kepada siswa di kabupaten dan kota. Pendidikan AK sebagaimana dijelaskan adalah model pendidikan yang unik dengan ciri orientasi kepada potensi wilayah dan penyelenggaraannya yang sangat membutuhkan kerjasama baik dengan perguruan tinggi lain (politeknik dan universitas) maupun dengan industri (Lihat Gambar 2.2). Hubungan dengan industri dapat dan sangat disarankan untuk dilakukan terkait dengan minimal tiga kegiatan yaitu: i) penyediaan tempat untuk magang dan penyediaan tenaga instruktur, ii) penyediaan tempat praktek bagi mahasiswa dan ketersediaan alat dan peralatan industri sesuai bidang atau program studinya, dan
iii) penyediaan potensi tempat bekerja bagi lulusan maupun AK sebagai tempat bagi karyawan industri untuk tugas' belajar. Kerjasama dengan politeknik dan univertas (perguruan tinggi) akan terjadi melalui mekanisme antara lain adalah: i) pelatihan bagi dosen untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan bantuan dosen dari politeknik atau universitas bagi AK, ii) pengembangan materi kuliah atau kurikulum, dan iii) politeknik dan universitas akan dapat menjadi tempat yang berpotensi untuk melanjutkan pendidikan yang sejalan dan satu orientasi bagi lulusan AK.
-
-
SMA/SMK/MA/Paket C
Membuka Lapangan Kerja (Wirausahawan)
Mengisi Lapangan Kerja (Lokal, Nasional, Global)
Gambar 2.2 Skema peluangj potensi belajar akademi komunitas. Secara garis besar dan sistern pernbelajaran rnaupun peserta didik akaderni kornunitas bisa dilihat seperti Garnbar 2.2. Model dasar rnengikuti pola dalarn kerangka kualifikasi nasionalIndonesia (KKNI). Lulusan diharapkan dapat rnernenuhi tingkat keterarnpilan level 3 dan level 4 untuk rnasing rnasing jenjang 0-1 dan jenjang 0-2. Mengacu kepada konsep Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pendidikan dengan jenjang satu tahun (0-1) harus rnernenuhi kriteria sebagai berikut: i)
Marnpu rnelaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan rnenerjernahkan inforrnasi dan rnenggunakan alat, berdasarkan sejurnlah pilihan prosedur kerja, serta rnenunjukan kinerja dengan rnutu dan kualitas yang terukur, yang sebagian rnerupakan hasH kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung.
ii) Merniliki pengetahuan yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep urn urn yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga rnarnpu rnenyelesaikan berbagai rnasalah yang lazirn dengan rnetode yang sesuai. iii) Marnpu bekerjasarna dan rnelakukan kornunikasi dalarn lingkup kerjanya. iv) Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggungjawab atas kuantitas dan rnutu hasH kerja orang lain.
-
PENATAAN JENIS DAN STRATA PENDIDIKAN TINGGI KE DEPAN
L. ,··"··,·L,,CC'oc.-
...
I
~
I
Fokus pada pengemban,an filosofls - I keilmuan
I
.,.-,,,,"
-.>-
_.
~h'~
~ ~.....~""""~-~ ~ . .
,
-
•
Sekolah Menegah Atas! Kejuruan! Madrasah Alyah
Gambar 2.3 Skema / Sistem Pendidikan Akademi Komunitas. Sistem pendidikan AK diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip: i)
Pengembangan kompetensi dan technopreneur
ii)
Sistem pembelajaran AK dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja dan mampu mengembangkan technopreneur dalam Usaha Keeil Menengah (UKM) yang sesuai dengan potensi wilayahnya, disiapkan sejak dini, sejak mereka mulai masuk Akademi Komunitas
iii) Pembelajaran sepanjang hayat(long life learning) iv) Sistem pembelajaran AK mengaeu pada konsep belajar sepanjang hayat tanpa dibatasi oleh usia peserta didik maupun waktu pembelajaran. Konsep ini memiliki keluwesan dalam proses pembelajarannya yaitu dapat dilakukan bersamaan baik belajar sambil bekerja, maupun bekerja sambil belajar. v)
Buka tutup program studi (on-off)
vi) Kompetensi yang ditawarkan dalam program studi di AK sangat tergantung dari kebutuhan pasar kerja dan peluang dalam mengembangkan UKM di daerah dan kebutuhan pembangunan di daerah sesuai dengan potensi wilayah. Kurikulum dan kompetensi harus memiliki kelenturan untuk dapat menyesuaikan kebutuhan yang ada
-
artinya bilamana pasar kerja sudah tidak membutuhkan kompetensi tersebut, maka program studi dapat ditutup dan dapat membuka program studi lain pada jenjang D1 atau D2 yang sesuai dengan kebutuhan. Penyiapan tenaga pendidik nya dapat dilakukan . . . berdasarkan kebutuhan dan waktu yg diperlukan, dIp dgn sistem kontrak, dengan waktu yg terbatas. vii) Modulardan transferable viii) Kelenturan dan keluwesan dalam pendidikan AK memungkinkan peserta didik mengambil sistem modul pelatihan secara spesifik. Modul pelatihanjpendidikan yang sesuai dengan kurikulum pada program studi AK dapat diakui sebagai modul yang dapat disetarakan dengan SKS. Dengan demikian apabila lulusan AK ingin melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, modul tersebut dapat diakui sebagai perolehan SKS. ix) Basis keunggulan dan potensi lokal x)
2.2
PendidikanAK secara khusus harus memiliki kompetensi yang berbasis potensi lokal sehingga kebutuhan SDM yangkompeten akan bisa dipenuhi oleh masyarakat setempat.
Sasaran Umum Kurikulum Akademi Komunitas
Penyusunan kurikulum Akademi Komunitas dapat merujuk atau diselaraskan dengan kurikulum pendidikan tinggi vokasi. Kurikulum tersebut mendefinisikan setiap jenjang yang diselenggarakan berbasis tahunan dengan memiliki capaian kompetensi tertentu. Capaian tersebut mengacu pada profil lulusan program di dunia kerja atau industri berdasarkan unggulan lokal masing-masing daerah. Kerangka dasar dan struktur kurikulum Akademi Komunitas untuk setiap program pendidikan dikembangkan oleh perguruan tinggi, industri terkait dan pemangku kepentingan, dengan mengacu pada Perpres No 8 Tahun 2012 tentang KKNI Akademi Komunitas mempunyai struktur utama kurikuuim yang terdiri dari 3 (tiga) kompetensi yaitu: (i) kompetensi umum, (ii) kompetensi keahlian, dan (iii) kompetensi khusus. (Lihat Tabel 2.1) Pada kelompok matakuliah berbasis kompetensi umum mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi baik dalam bahasa Indonesia yang baik maupun berbahasa asing, minimal dalam satu bahasa asing. Kemampuan memanfaatkan bidang informasi dan teknologi dasar menjadi bagian penting sebagai perangkat untuk mendalami dan memperluas ilmu pengetahuan. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat mengakses sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan yang terkait dengan bidang
-
pilihannya dan mampu mengkompilasikannya. Praktek tersebut ditujukan untuk semua kepentingan pembelajaran yang dilaksanakan melalui media internet. Kemampuan penerapan etika industri adalah suatu kemampuan yang perlu diajarkan untuk memberikan dasar dan pemahaman tentang kedisiplinan dan kualitas kerja profesional. Pengetahuan ini terkait dengan bagaimana bersikap, beretika, disiplin, tahapan kerja di industri, keselamatan kerja, berkomunikasi dan berinteraksi kepada atasan dan sesama staf. Mata kuliah keahlian dirumuskan dan ditentukan secara bersama oleh manajemen pendidikan AK dengan industri atau pemakai, sehingga silabus yang disusundalam struktur kulikulum dapat memenuhi criteria sesuai competes keterampilan. Kurikulumdapat dirubah atau disempurnakan atau direvisi sesuai dengan kemajuan dan perkembangan teknologi terakhir secara periodik. Matakuliah khusus disiapkan untuk mengantisipasi keperluan daerah khususnya terkait dengan pengembangan potensi wilayah dan menjalankan serta melaksanakan berbagai kebijakan dalam rangka peningkatan perekonomian wilayah. . Termasuk didalamnya adalah unsur kebijakan lokal (local wisdom) dan perhatian kepada pelestarian budaya dan adat istiadat. Struktur kurikulum berdasarkan kompetensi dan jenjang pendidikan disajikan pada Tabel 2.1. Sertifikasi kompetensi dapat diberikan kepada mereka yang memerlukan 1-2 matakuliah keahlian saja untuk keperluan pribadi maupun keperluan industri.
Tabe12.1 Struktur Kurikulum Kompetensi
SKS Mata Kuliah D2
Dl
Umum
MKU
8
4
Keahlian
MKkeahlian
60
30
Khusus
MKkhusus
4
2
72
36
Jumlahsks Catatan:
MKU meliputi:(i)Kemampuan berkomunikasi, (ii) Kemampuan memanfaatkan IT, (iii) Kemampuan penerapan etika industri .
Kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi yang sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Metode pembelajaran dirancang dengan lebih
-
mengutamakan keterampilan kerja dengan komposisi 60-70% praktek dan kerja industri, dimana mahasiswa dapat memanfaatkan peralatan dan waktunya untuk meningkatkan kompetensinya di industri yang disebut program magang serta 30-40% teori yang bisa dijalankan dengan pola tatap muka dan pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan IT. Lulusan AK diharapkan memperoleh kompetensi sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, atau dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang sesuai dengan KKNI Perpres. No 8 Tahun 2012, sebagaimana dijelaskan secara skematik pada Gambar 2.3.
11
I
,'-
3 KURIKULUM AK 3.1 Posisi Pendidikan Akademi Komunitas dalam Konstelasl Pendidikan llnggl Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan tiga jenis pendidikan tinggi di Indonesia, yakni pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi diselenggarakan di perguruan tinggi dalam bentuk program pendidikan diploma yang mencakup diploma satu ( DI), diploma dua (DII), diploma tiga (DIll), .dan diploma empat (DIY). UU no 12 tentang PT, Politeknik dapat menyelenggarakan S2 terapan dan S3 terapan. Seluruh bentuk perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi, hanya akademi, akademi komunitas dan politeknik yang melulu menyelenggarakan jenis pendidikan vokasi. Kekhasan pendidikan vokasi dapat diperlihatkan dengan Gambar Model Piramida Pendidikan Tinggi yang memperlihatkan kaitan antara kompetensi alamiah dari jenis pendidikan akademik, vokasi maupun profesi, dan pelatihan.
-
TEKNOLOGI
ILMU
P E N 01 1
PELATIHAN
-
1-
Pendidikan akademik lebih mengutamakan pada arah kompetensi adaptif dan inventif untuk menghasilkan ilmu pengetahuan, sementara pendidikan vokasi (juga pendidikan profesi) lebih mengutamakan pada arah kompetensi inovatif untuk menghasilkan teknologi. Semua jenis pendidikan pada prinsipnya memiliki kompetensi aplikatif pada porsi lebih keeil. Jika hanya penguasaan pada kompetensi aplikatif, sesungguhnya tidak lagi dapat disebut sebagai pendidikan tinggi, namun lebih sebagai pelatihan atau training. Dalam Kepmen Diknas No. 232/U/2000 istilah pendidikan vokasi belum dikenal dan masih menggunakan istilah tunggal yakni pendidikan profesional. Menurut kepmen tersebut, pendidikan profesional bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional dalam menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Pendidikan vokasi dikembangkan di Indonesia untuk memainkan peranan khusus dalam sistem pendidikan tinggi. Ciri yang umum dari pendidikan tinggi vokasi ialah membekali peserta didik dengan dasar-dasar akademik yang diikuti dengan pengembangan kemampuan inovatif di berbagai bidang, baik di bidang keilmuan maupun di bidang profesi. Pendidikan vokasi seeara khusus ditekankan pada pengembangan kemampuan menerapkan dan menginovasi teknologi seeara praktis dan kemahiran menangani pekerjaan seeara profesional di tingkat pelaksanaan. Pendidikan Program Diploma merupakan jalur pendidikan vokasi (dalam Kepmen Diknas 232/U/2000 masih disebut sebagai pendidikan profesional) yang proses pendidikannya diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu (PP 60 tahun 1990, Ps 4 ayat 4). Selanjutnya dijelaskan lebih luas pada Kepmen Diknas No. 232/U/2000 tentang tujuan pendidikan program diploma yaitu menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional dalam menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi danjatau kesenian serta mengupayakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Antara pendidikan akademik dan vokasi tidak sepenuhnya dapat ditarik batas yang tegas untuk membedakannya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin terintegrasi di dalam berbagai bidang terapan. Namun demikian, sebagai aeuan, dapat dirumuskan pokok-pokok yang menjadi ciri pendidikan vokasi sebagai berikut:
-
.:. Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang berbasis kompetensi dengan penekanan pada kompetensi inovatif selain dasar aplikatif, dan sebagian kompetensi adaptif maupun inventif. •:. Penddikan vokasi adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan kompetensi untuk menangani pekerjaan menurut praktik-praktik yang diakui dengan baik, dalam bidang tertentu. •:. Dalam proses belajar mengajar, pelajaran teori dan praktik diselenggarakan untuk saling memperkuat kemampuan penalaran dan ketrampilan menangani masalah praktis. •:. Pengajaran teori menekankan pada pengkaitan konsep-konsep dasar dengan nyata secara langsung melalui metoda pemecahan masalah praktis.
kasus~kasus
•:. Pengajaran praktik menekankan pada kemahiran mengintegrasikan teori penanganan proses-proses nyata yang menghasilkan produk jadi.
pada
Dengan dasar demikian, program pendidikan vokasi akan menghasilkan lulusan yang mempunyai kesiapan untuk secara luwes menyesuaikan diri dengan pekerjaan jabatan baru di bidang yang menjadi profesinya. Tujuan umum pendidikan vokasi diselenggarakan terutama untuk mendukung pengembangan industri baru dan memperbaiki mutu industri yang sudah ada, sekaligus membuat inovasi pada kekayaan sumber daya dan sumber alam bangsa yang khas melalui pengadaan sumber daya manusia yang dapat mengantisipasi kemajuan dan perkembangan teknologi. Juga memiliki kemampuan yang sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan bidang kerja tertentu di industri maupun bidang pekerjaan baru yang dimasukinya. Sedangkan tujuan khusus pendidikan vokasi adalah: .:. Menghasilkan lulusan yang mampu bekerja di bidangnya secara mandiri dan kreatif dalam semua sektor industri yang menggunakan berbagai teknologi dari yang sederhana sampai yang modern dan lebih tinggi. .:. Mengembangkan hubungan yang erat dengan industri untuk mendapat kesesuaian antara kebutuhan ketrampilan di industri dengan program pendidikan yang diselenggarakan. •:. Mengembangkan hubungan yang erat antara lembaga penyelenggara Program Diploma, industri dan masyarakat luas pada umumnya. •:. Melaksanakan penelitian terapan untuk mengembangkan dan meluaskan konsep dan pengetahuan yang menunjang kemungkinan praktik-praktikyang berlaku.
-
Bersepadan dengan tujuan tersebut, Akademi Komunitas dan Program Diploma diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia dengan kompetensi tertentu dalam jumlah yang sesuai dengan tenaga kerja yang diperlukan, untuk itu kemampuan dari hasil Akademi Komunitas mempunyai ciri antara lain: .:. MemiIiki pengetahuan dan keterampilan dan kemampuan inovasi yang cukup untuk mempraktekan profesinya. •:. MemiIiki pengetahuan yang cukup luas pada masalah sosial untuk meletakan praktek profesionalnya dalam konteks kemasyarakatan dan untuk menyediakan profesional leadership. •:. Berkembangnya karakteristik kepribadian untuk bekerja secara efektif. •:. Semangat terus belajar untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan profesinya. •:. Mampu melaksanakan dan menginterpretasikan hasH riset yang akan menambah pengetahuan manusia.
3.2 Diskriptor Capaian Pembelajaran (CP) Sesuai KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) 1. Dalam sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM), dapat ditempuh melalui
beragam cara baik melalui pendidikan, pelatihan/kursus, otodidak, melalui pengalaman bekerja, atau dengan cara lain yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. 2. Setiap proses pembelajaran akan menghasHkan pembelajar yang menguasai pengetahuan keilmuan, kemampuan bekerja, dan internalisasi sikap yang mendukung. HasH dari setiap proses pembelajaran ini akan menjadikan konstruksi manusia utuh yang meningkat kualitasnya. 3. Hasil proses pembelajaran yang merupakan resultan dari setiap komponen belajar sering disebut sebagai Capaian Pembelajaran (CP). 4. Saat ini Indonesia memiIiki penjenjangan Capaian Pembelajaran yang dikenal sebagai KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). 5. Merujuk pada Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasionallndonesia Pasall0 Ayat 4 menyatakan bahwa, Dalam menerapkan KKNI bidang pendidikan tinggi, perguruan tinggi mempunyai fungsi dan tugas:
-
a. setiap program studi wajib menyusun deskripsi capaian pembelajaran minimal mengacu pada KKNI bidang pendidikan tinggi sesuai dengan jenjang. b. setiap program studi wajib menyusun kurikulum, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum mengacu pada KKNI bidang pendidikan tinggi sesuai dengan kebijakan, regulasi, dan panduan tentang penyusunan kurikulum program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b. c. setiap program studi waj.ib mengembangkan sistem penjaminan mutu internal untuk memastikan terpenuhinya capaian pembelajaran program studi. 6. Capaian Pembelajaran diukur melalui parameter-parameter diskripsi kemampuan, pengetahuan, tanggung-jawab dan hak yang dikenal sebagai Diskriptor KKNI. 7. Berdasarkan pada Diskriptornya, KKNI direpresentasikan dalam 9 jenjang dengan jejang pertama (Levell) sebagai jenjang terendah sampai Jenjang 9 (Level 9) sebagai level tertinggi. 8. Pada sistem pendidikan, Level I akan setara dengan domain pendidikan SD (sekolah Dasar) dan level tertinggi, Level 9 setara dengan pendidikan Doktor.
3.3 Capaian Pembelajaran untuk 01 dan 02 pada AK 1. Dalam Akademi Komunitas, diselenggarakan jenis pendidikan vokasi dengan jenjang Dl dan D2.
2. Untuk menjamin mutu lulusan dari akademi komunitas, maka standar kemampuan lulusannya harus disesuaikan dengan diskriptor capaian pembelajaran pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. 3. Capaian Pembelajaran untuk Dl Akademi Komunitas sesuai dengan Level (jenjang) 3 pada KKNI. 4. Diskripsi generik Level 3 KKNI : a. Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak Iangsung. b. Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai. c. Mampu kerjasama dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya. d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasH kerja orang lain.
-
5. Capaian Pembelajaran untuk 02 Akademi Komunitas sesuai dengan Level (jenjang) 4 pada KKNI. a. Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode yang sesuai dari beberapa pHihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur. b. Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahliantertentu dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang kerjanya. c. Mampu bekerja sarna dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki Inisiatif· d. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasH kerja orang lain 6. Berdasar pada diskripsi Capaian Pembelajaran Level 3 maka untuk 01 Akademi Komunitas memiliki kemampuan : a. melaksanakan pekerjaan spesifik yang bersifat rutin sesuai dengan prosedur operasi standar; b. memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang lazim, di bawah bimbingan; c. bekerjasama dan melakukan komunikasi dalam lingkungan kerjanya; d. bertanggung jawab atas hasH kerja orang lain yan setara; 7. Berdasar pada diskripsi Capaian Pembelajaran Level 4 maka untuk 02 Akademi Komunitas memiliki kemampuan : a. melaksanakan pekerjaan spesifik yang bersifat rutin sesuai dengan persyaratan kerja dan standar mutu; b. memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang lazim, secara mandiri baik dalam pelaksanaan maupun tanggungjawab pekerjaannya; c. bekerjasama, melakukan komunikasi, dan memiliki inisiatif, serta menyusun laporan tertulis dalam lingkup terbatas; d. bertanggungjawab atas kuantitas dan mutu hasH kerja orang lain yang setara 8. Rindan Capaian pembelajaran selanjutnya disesuaikan dengan jenis program studi yang diselenggarakan.
Contoh Profil AK Jenis pekerjaan yang mungkin tersedia bagi lulusan Diploma I dan Diploma II ketika pertama kali memasuki dunia kerja adalah sebagai berikut: _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _....;.D--'i""p....;.l..:;.o.::;:m""a"'---
_
I
-
Jenis Pekerjaan Tehnisi Operator Staf Administrasi Tena~a Penjual Lapan~an Wirausaha
I
II
'i
..j
'i
"i
'i
"
..j
Y
" "
Deskripsi Pekerjaan: Pe2awai Administrasi Melaksanakan berbagai tugas administrasi, kesekertarisan, dan perkantoran. Pekerjaan ini memerlukan pengetahuan tentang kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur kantor atau unit kerja agar komunikasi informasi tentang program-program, pelayanan-pelayanan, dan fungsi-fungsi. Tugas-tugas yang mungkin dilakukan meliputi penyiapan dokumen-dokumen dan laporan-Iaporan, penggunaan teknologi perkantoran, mengkompilasi dokumen-dokumen, mengatur dan memelihari arsip-arsip, memposting informasi, menyambutjmerujukjmembantu para pengunjungjklienjstafjdan lainnya, mendistribusikan surat, dan mem-foto kopi. Dalam pelaksanaan tugasnya seringkali perlu melakukan kontak dengan publik untuk mendapatkan, mengklarifikasi, atau memberikan informasi berkenaan dengan aktivitas-aktivtas dari unit kerjanya atau rogram. Posisi ini mungkin bertugas sebagai asisten dari manajer pro~ram atau departemen. Deskripsi Pekerjaan: Tehnisi Laboratorium Medis Melakukan uji-uji laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosa pasien dan binatang. Tugas-tugas yang dilakukannya meliputi: menerima dan mengadakan specimen-specimen, menyiapkan specimen-specimen untuk di-test, memprises specimen-specimen, membantu danjatau melakukan uji-uji laboratorium, menerjemahkan hasil-hasil test, memonitor prosedur-prosedur test, mengendalikan mutu dan menerjemahkan test. Pekerjaan termasuk mengkoordinir tugas-tugas operasional harian didalam laboratorium. Pekerjaannya mungkin meliputi memberikan pelatihan dan orientasi 3.2 Karakteristik-karakteristik yang membedakan antara Program Diploma 1 dengan Program Diploma 2 :
•
•
•
DIPLOMA I; KKNI LEVEL 3 Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur,yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri den.qan pen.qawasan tidak langsung. Memiliki pengetahuan operasional yang len~kap, prinsip-prinsip serta konsep
--
•
•
DIPLOMA II; KKNI LEVEL 4 Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luasdan kasus spesifik dengan menganalisa informasi secara terbatas, memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
• Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan mampu
•
•
umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai. Mampu bekerja sarna dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya.
menyelaraskan dengan permasalahan faktual dibidang kerjanya.
Mampu bekerja sarna dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lin.qkup yang terbatas, dan memiliki inisiatif. Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri • Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasH kerja orang lain hasH kerja orang lain.
3.4. Alur Dasar Penyusunan Kurikulum Akademi Komunitas Diagram alir berikut menggambarkan urutan dalam penyusunan kurikulum pada program studi di perguruan tinggi.
Gambar 2.4. Diagram Alir Penyusunan Kurikulum Akademi Komunitas Setidaknya ada tujuh tahapan dalam penyusunan kurikulum, masing-masing adalah :
-
1. Mengetahui posisi program studi dalam konstelasi sistem pendidikan. Pada tahap
2.
3.
4.
5.
-
pertama ini dibahas sistem pendidikan secara umum baik yang berlangsung di Indonesia atau bahkan konsep pendidikan yang diakui dunia. Paradigma pendidikan yang dikembangkan oleh UNESCO, ISCED, Bologna Process ataupun pendapat para pakar menjadi bagian dari bahasan. Secara khusus juga akan dibahas sistem pendidikan tinggi di Indonesia, sehingga perspektif pendidikan yang akan melatarbelakangi pengembangan kurikulum menjadi lebih lengkap dan luas. Menentukan Spesifikasi Program. Kurikulum disusun pada tingkat program studi. ]ika merujuk pada peraturan pendidikan, definisi program studi berkembang mulai dari satuan terkecil penyelenggara pendidikan bergeser ke program pembelajaran beserta perencanaan sumberdaya untuk mendukungnya. Apapun definisinya, pada prakteknya proses pembelajaran berlangsung di dalam program studi. ]enjang dari capaian pembelajaran ditetukan di tingkat program studio Pada tahap ini, akan dirujuk kualifikasi capaian pembelajaran dalam KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang tengah dikembangkan di Indonesia. Muatan pembelajaran yang meningkatkan kualitas proses pendidikan turut disertakan seperti halnya pembangunan karakter bangsa yang positif, EfSD (Education for Sustainable Development), dan juga kewirausahaan. Mengidentifikasi Pengetahuan dan Kemampuan Lulusan. Saat ini ada tiga jenis pendidikan tinggi yakni, vokasi, profesi, dan akademik Pen-jenisan ini sepenuhnya merujuk pada peraturan, jadi bukan sepenuhnya berdasarkan pada kajian ilmiah yang didukung oleh naskah akademis yang sahih. Namun demikian, penjenisan ini dapat digunakan untuk mengkerangkai diskusi· mengenai kelompok pengetahuan dan kemampuan lulusan dari berbagai program studi yang memiliki kekhasan tertentu, seperti program studi dari politeknik yang memiliki kekhasan pada terapan dibanding dengan program studi pada universitas yang lebih keilmuan. Kelompok pengetahuan dan kemampuan yangJperlu dikuasai oleh lulusan dapat dipilahkan berdasar pada area pengaruhnya pada profil lulusan yang mencakup kelompok utama dan pendukung. Kelompok pengetahuan dan kemampuan utama memberikan pengaruh dan ciri khusus pada lulusan sesuai dengan bidang studinya, sedangkan kelompok pendukung akan melengkapi profil lulusan dengan keunggulan yang dipiIih oleh program studi atau institusi. Mengidentifikasi Bahan Kajian dan Pelajaran. Agar lulusan dari program studi dapat menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan capaian pembelajaran maupun profilnya, maka selama proses pembelajarannya harus disiapkan bahan kajian dan pelajaran yang sesuai. Penyiapan bahan kajian dan pelajaran harus dapat mengisyaratkan kedalaman capaian pembelajarannya, hal ini bersesuaian dengan seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang hendak dikuasai. Matakuliah. Bahan kajian ataupun materi ajar pada akhirnya harus diakuisisijdikuasai oleh mahasiswa dalam proses pembelajarannya secara terorganisasi melalui matakuliah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa matakuliah adalah konsekwensi adanya bahan kajian atau pelajaran yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Atau dapat juga dianggap matakuliah merupakan wadah dari bahan kajian. Kedalaman bahan kajian selanjutnya akan menentukan besarnya sks setiap matakuliah. Pada tahap
penentuan makakuliah ini juga dilakukan proses penyebaran per-semester setiap matakuliah tersebut sesuai dengan urutan kapan proses pembelajaran terjadi. 6. Proses Pembelajaran. Efektifitas akuisisi atau penguasaan bahan kajian oleh para mahasiswa akan sangat terpengaruh pada methode dan media belajar selama proses pembelajaran. Pemilihan methode dan media belajar dipengaruhi oleh pengetahuan dan kemampuan dari bahan kajian yang harus dikuasai mahasiswa. 7. Penilaian. Proses penilaian merupakan bagian penting untuk mengevaluasi atau mengetahui telah sampai seberapa jauh bahan kajian ataupun pelajaran dikuasai oleh mahasiswa sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Penilaian/evaluasi mencakup evaluasi terhadap capain hasil mahasiswa maupun evaluasi terhadap efektifitas proses pembelajaran yang telah diselenggarakan. Tujuh langkah proses pengembangan dan penyusunan kurikulum ini menjadi dasar pembahasan dalam naskah selanjutnya.
-
4PEMBEIAJARAN PADA AKADEMI KOMUNITAS 4.1 Model Pendidikan Akademis Komunitas
Pendidikan model akademi komunitas ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memperoleh kesempatan pendidikan tinggi. Sebagai dampaknya akademi komunitasmampu menyiapkan tenaga kerja di lokasi operasionalnya dari lulusan yang dihasilkan. Dengan demikian juga akan mengurangi disparitas antar wilayah serta dapat pula berperan dalam membangun integrasi sosial dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa. Dari sisi ketenagakerjaan, lulusan dari akademi komunitas diharapkan akan mampu memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal untuk meningkatkan kompetensi sehingga bisa meningkatkan pendapatannya. Secara umum dengan beroperasinya akademi komunitas akan memperluas akses pendidikan tinggi kepada siswa di kabupaten dan kota. Penyelenggaraan akademi komunitas mempertimbangkan pengaruh dari waktu terhadap keberhasilan peserta. Metoda penyelenggaraanya dapat dilakukan antara lain dengan (Mullin, C. M., 2012): i) ketersediaan waktu peserta, ii) kerangka instruksi yang membentuk model belajar aktif, iii) perangkat asesmen yang lebih presisi,
iv) menawarkan model pembelajaran melalui internet dikombinasikan dengan bentuk modular, dan v) merancang model pembelajaran yang terstruktur. Pendidikan akademi komunitas (MCRDE, 2003, Narat Wattanapanit, 2010) sebagaimana dijelaskan adalah model pendidikan yang unik dengan ciri orientasi kepada potensi wilayah dan penyelenggaraannya yang sangat membutuhkan kerjasama baik dengan perguruan tinggi lain (politeknik dan universitas) maupun dengan industri (Gambar 4.2). Hubungan dengan industri dapat dan sangat disarankan untuk dilakukan terkait dengan minimal tiga kegiatan yaitu: i) penyediaan tempat untuk magang dan penyediaan tenaga instruktur, ii) penyediaan tempat praktek bagi mahasiswa dan ketersediaan alat dan peralatan industri
-
sesuai bidang atau program studinya, dan
iii) penyediaan potensi tempat bekerja bagi lulusan maupun akademi komunitas sebagai tempat bagi karyawan industri untuk tugas belajar.
Dalam penyelenggaraanya akademi komunitas bekerja sarna dengan berbagai fihak seperti dengan industri, sektor komersial dan jasa, serta mampu merespon kebutuhan sosial serta masalah yang terjadi di tingkat komunitas. Penyelenggaraannya juga menyediakan tempat untuk kegiatan magang dan penempatan lulusan di wilayah kerjanya dan promosi bekerja mandiri serta mampu mengembangkan usaha keeil mandiri dengan menyiapkan kompetensi dan kemampuan untuk melakukan kegiatan profesional. Kerjasama dengan politeknik dan perguruan tinggi (universitas atau institut) akan terjadi melalui mekanisme antara lain adalah:
i) pelatihan bagi dosen untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan bantuan dosen dari politeknik atau universitas bagi akademi komunitas, ii) pengembangan materi kuliah atau kurikulum, dan politeknik dan universitas atau institut akan dapat menjadi tempat yang berpotensi untuk melanjutkan pendidikan yang sejalan dan satu orientasi bagi lulusan akademi komunitas.
Sistem pendidikan akademi komunitas diselenggarakan agar memungkinkan sebanyak mungkin masyarakat dapat berpartisipasi dan menampung keinginan untuk belajar dan meningkatkan kemampuannya seeara akademik.
Berdasarkan pendekatan tersebut prinsip-prinsip dapat dijalankan dengan bentuk penyelenggaraannya adalah sebagai berikut: i) Pembelajaran sepanjang hayat (life long learning) I
I
[ I
Sistem pembelajaran akademi komunitas mengaeu pada konsep belajar sepanjang hayat tanpa dibatasi oleh usia peserta didik maupun waktu pembelajaran. Konsep ini memiliki keluwesan dalam proses pembelajarannya yaitu dapat dilakukan bersamaan baik belajar sambil bekerja, maupun bekerja sambil belajar. ii) Modular dan transferable.
Kelenturan dan keluwesan dalam pendidikan akademi komunitas memungkinkan peserta didik mengambil sistem modul pelatihan seeara spesifik. Modul pelatihanjpendidikan yang sesuai dengan kurikulum pada program studi akademi komunitasdapat diakui sebagai modul yang dapat disetarakan dengan SKS. Dengan demikian apabila lulusan akademi komunitasingin melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, modul tersebut dapat diakui sebagai perolehan SKS, melalui proses RPL (rekognisi pembelajaran lampau) yang dapat berbentuk program matrikulasi sesuai dengan ketentuan satuan pendidikan penerima.
-
iii) Pengembangan kompetensi dan tec~nopreneur
Sistem pembelajaran akademi komu~itasdimaksudkan untuk memperoleh kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja dan mampu mengembangkan technopreneur dalam Usaha Keeil Menengah (UKM) yang sesuai dengan potensi wilayahnya, disiapkan sejak dini, sejak mereka mulai masuk akademi komunitas.
iv) Program studi yang dinamis (dynamic and adaptable) Kompetensi yang ditawarkan dalam program studi di akademi komunitas sangat tergantung dari kebutuhan pasar kerja dan peluang dalam mengembangkan usaha dan industry,dan pembangunan di daerah sesuai· dengan potensi wilayah. Kurikulum dan kompetensi harus memiliki kelenturan untuk dapat menyesuaikan kebutuhan yang ada artinya bilamana pasar kerja sudah tidak membutuhkan kompetensi tersebut, maka program studi dapat ditutup dan dapat membuka program studi lain pada jenjang D-I .atau D-II yang sesuai dengan kebutuhan. Pembukaan dan penutupan harus direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi inefisiensi penyelenggaraan. Metoda yang lebih tepat adalah apabila terdapat kecenderungan keterpenuhan penyediaan lululusan, program. studi yang ditawarkan disesuaikan kembali dengan kondisi yang ada dengan tetap berpegang kepada prinsip kesesuaian dengan program studi awalnya. v) Basis keunggulan dan potensi lokal Pendidikan akademi komunitas secara khusus harus memiliki kompetensi yang berbasis potensi lokal sehingga kebutuhan sumberdaya manusia yang kompeten akan bisa dipenuhi oleh masyarakat setempat.
Lokasi pusat penyelenggaraan pendidikan akademi komunitas harus berada di kabupaten atau kota. Persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan untuk pendirian perguruan tinggi lainnya. akademi komunitas harus memiliki sebidang tanah yang dialokasikan khusus untuk kepentingannya dengan luasan tertentu agar dapat menampung kegiatan pembelajaran baik teori maupun praktek. akademi komunitas juga harus memiliki seperangkat infrastruktur yang mampu secara maksimal mendorong terlaksananya program pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan keterampilan harus dapat menjamin para peserta mampu mengoperasikan berbagai perangkat dan peralatan yang terkait dengan bidang keterampilan. Sebagai penunjang utama kegiatan peningkatan keterampilan maka kerjasama dengan industri terkait baik di wilayah kerja akademi komunitas maupun di sekitamya harus merijadi pertimbangan utama. Sebagaimana telah dijelaskan, industri akan sangat berperan dalam kaitan dengan peningkatan kemampuan, keterampilan serta penguasaan situasi dan kondisi lingkungan kerja bagi peserta didiknya. Sejalan dengan label "komunitas" yang menjadi ciri utama perguruan tinggi ini, kedekatan lokasi penyelenggaraan pendidikan dengan calon potensi peserta atau
-
---
mahasiswa menjadi faktor penting dalam menetapkan dan memilih lokasi kampus. Dengan pola pemikiran tersebut, dimungkinkan akademi komunitas memi1iki jaringan lokasi disekitar pusat administrasi dan pusa:t pendidikan (dimaria lokasi akademi komunitas pusat beroperasi) sebagai tempat pembelajaran. Meski demikian pemilihan lokasi dengan model nukleus ini tetap hatus mempertimbangkan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan sejalan dengan konsep pendidikan serta kurikulumnya. Kampus akademi komunitas dalam satu kabupatenjkota diharapkan menjadi pusat administrasi, dan penyelenggaraan pen~idikan dengan fokus pada minimal dua prodi sangat relevan sesuai potensi wilayahnya.Penyelenggaraan pendidikan untuk bidang studi atau program studi lainnya dapat diselenggarakan pada lembagaj institusijSMK dengan tetap mempertimbangkan ketentuan dan peraturan penyelenggaraannya. Penetapan lokasi dan instansi yang akan dipilih sebagai sub-kampus tetap hams mempertimbangkan keberadaan .s~rana . dan prasarana pendidikan yang memenuhi kriteria dan persyaratan utama pendidikan tinggi. Dengan demikian disyaratkan lokasi diluar pusat kegiatan akademi komunitas hams meinpunyai peralatan maupun pendidik yang terbaik di kabupaten dan kohl tersebut. Persyaratan calon instruktur tetap harus memenuhi kriteria sebagaimana yang ditetapkan pada akademi komunitas pusat. Konektifitas atau sistem koneksi antara kampus utama dan subkampus dapat dilakukan melalui sistem teknologi informasi, dan diperbahanii setiap waktu oleh pemerintah dan masyarakat. Apapun pilihannya, baik lokasi subkampus, keberadaan sarana dan prasarana pendidikan dan ketersediaan tenc;lga instruktur tetap harus mempertimbangkan dan mempertahankan kualitas pendidikan yang akuntabel dan memenuhi persyaratan sebagai institusi pendidikan tinggi.Konsep penjaminan mutu pendidikan menjadi kata kunci dalam menunjang keberhasilan penyelenggaraan dengan model tersebut. Diharapkan dengan sistem ini dapat meningkatkan kapasitas dan turut berperan dalam meningkatkan angka partisipasi kasar untuk pendidikan tinggi. Subkampus dari setiap akademi komunitas ditentukan bersama pememerintah daerah dan masyarakat untuk mendorong warga di kecamatan tersebut untuk meningkatkan kualifikasi, menambah kompetensi.Guna menjaga kontinuitas dan berjalannya program pembelajaran, disarankan subkampus dipilih dari lembaga pendidikan yang mempunyai jaringan internet! intranet yang terhubung pada kampus utama. Pada lokasi subkampus seperti BLK, PKBM, PLIK (Pusat Layanan Internet Kecamatan) atau lembaga lain hams terjamin dapat tersambung dengan internet. Sebagai contoh kasus untuk penyelenggaraan model nukleus adalah prototype setara akademi komunitas di wilayah Bojonegoro-Jawa Timur.
Pendidikan yang diselenggarakan melalui akademi komunitas merupakan gabungan antara keterampilan profesional dan pendidikan life skill. Keterampilan transformatif yang memberi nilai tambah terhadap kehidupan individual peserta dan memberikan fokus
-
jelas dan arahan tujuan hidup seperti mengenali kemampuan sendiri, pengelolaan stress dan bermasyarakat. Pendidikan juga mengarahkan kepada peningkatan kepercayaan diri, kemampuan dasar komputasi serta kemampuan berkomunikasi. Sehingga komponen pengajaran merupakan gabungan antara pemberian materi atau substansi program studi serta life skill. Penyusunan kurikulum akademi komunitas merujuk atau diselaraskan dengan kurikulum pendidikan tinggi vokasi. Kurikulum tersebut mendefinisikan setiap jenjang yang diselenggarakan berbasis tahunan dengan memiliki capaian kompetensi tertentu. Capaian tersebut mengacu pada profil lulusan program di dunia kerja atau industri berdasarkan unggulan lokal masing-masing daenlh. Kerangka dasar dan struktur kurikulum akademi komunitas untuk setiap program pendidikan dikembangkan oleh perguruan tinggi, industri terkait dan pemangku kepentingan, dengan mengacu pada Perpres No 8 Tahun 2012 tentang KKNI. akademikomunitas mempunyai struktur utama kurikulum yang terdiri dari 3 (tiga) kompetensi yaitu: (i) kompetensi umum, (ii) kompetensi keahlian, dan (iii) kompetensi khusus. (Lihat Tabel 4.1) Pada kelompok matakuliah berbasis kompetensi umum mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi baik dalam bahasa Indonesia maupun berbahasa asing, minimal dalam satu bahasa asing. Kemampuan memanfaatkan bidang informasi dan teknologi dasar menjadi bagian penting sebagai perangkat untuk mendalami dan memperluas ilmu pengetahuan.Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat mengakses sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan yang terkait dengan bidang pilihannya dan mampu mengkompilasikannya.Praktek tersebut ditujukan untuk semua kepentingan penibelajaran yang dilaksanakan melalui media internet. Kemampuan penerapan etika industri adalah suatu kemampl1.an yang perlu diajarkan untuk memberikan dasar dan pemahaman tentang kedisipllnan dan kualitas kerja profesional. Pengetahuan initerkait dengan bagaimana bersikap, beretika, disiplin, tahapan kerja di industri, keselamatan kerja, berkomunikasi dan berinteraksi kepada atasan dan sesama staf. Mata kuliah keahlian dirumuskan dan ditentukan secara bersama oleh manajemen pendidikan akademi komunitas dengan industri atau pemakai, sehingga silabus yang disusun dalam struktur kurikulum dapat memenuhi kriteria sesuai kompetensi keterampilan. Kurikulum dapat diubah, disempurnakan atau direvisi sesuai dengan kemajuan dan perkembangan teknologi terakhir secara periodik. Matakuliah khusus disiapkan untuk mengantisipasi keperluan daerah khususnya terkait dengan pengembangan potensi wilayah dan menjalankan serta melaksanakan berbagai kebijakan dalam rangka peningkatan perekonomian wilayah. Termasuk didalamnya adalah unsur kebijakan lokal (local wisdom) dan perhatian kepada pelestarian budaya dan adat istiadat. Struktur kurikulum berdasarkan kompetensi dan jenjang pendidikan disajikan pada Tabel 4.1.
-
Tabel4.1Struktur Kurikulum SKS Kompeten si
Mata Kuliah
Umum
DII
D-I
MKU
8
4
Keahlian
MKkeahlian
60
30
Khusus
MKkhusus
4
2
72
36
Jumlahsks
Catatan: MKU meliputi: (i)Kemampuan berkomunikasi, (ii) Kemampuan memanfaatkan IT, (iii) Kemampuan penerapan etika industri Definisi mata kuliah praktek adalah mata kuliah yang dijalankan melalui laboratorium, dilaksanakan penuh di bengkel dan mata kuliah yang didalamnya menyatu dengan kegiatan praktikum dan kegiatan praktek industri atau magang. Pengakuan kreditdapat diberikan kepada mereka yang memerlukan 1-2 matakuliah keahlian saja untuk keperluan pribadi maupun keperluan industri. Pilihan ini merupakan salah satu dari sifat unik pendidikan tinggi akademi komunitas. Pelaksanaannya perlu dikaji dengan teliti untuk menghindari penyalahgunaan yang akan berdampak kepada penurunan kualitas akademi komunitas.
I I
Kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi yang sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Metode pembelajaran dirancang dengan lebih mengutamakan keterampilan kerja dengan komposisi 60-70% praktek dan kerja industri, dimana mahasiswa dapat memanfaatkan peralatan dan waktunya untuk meningkatkan kompetensinya di industri yang disebut program magang serta 30-40% teori yang bisa dijalankan dengan poia tatap muka dan pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan IT. Lulusanakademi komunitas diharapkan memperoleh kompetensi sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, atau dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang sesuai dengan KKNI Perpres. No 8 Tahun 2012.
-
4.2 Rencana Pembelajaran Semester Pembelajaran tiap mata kuliah kuliah merupakan upaya pemenuhan capaian pembelajaran mata kuliah tersebut. Perencanaan proses pembelajaran tiap mata kuliah dimuat dalam rencana pembelajaran semester (RPS) atau istilah lain. RPS atau istilah lain ditetapkan dan dikembangkan oleh dosen, baik sendiri atau bersama dalam kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan danjatau teknologi. Penyusunan RPS atau istilah lain harus mempertimbangkan tingkat partisipasi mahasiswa, penerapan teknologi informasi dan komunikasi, keterkaitan dan keterpaduan antarmateri, umpan balik, dan tindak lanjut. RPS paling sedikit memuat: 1. nama program studi, kode, semester, sks, dosen, serta capaian pembelajaran mata kuliah; 2. kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran; 3. waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap pembelajaran; 4. bahan pembelajaran atau bahan kajian; S. kriteria atau indikator penilaian; 6. bobot penilaian; 7. strategi pembelajaranjpengalaman belajar mahasiswa; 8. daftar referensi yang digunakan; 9. rincianjdeskripsi semua tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa.
4.3 Penilaian dan Evaluasi A. Sistem Penilaian Penilaian (assessment) dalam proses belalar mengajar adalah penafsiran hasil pengukuran dan pencapaian hasil belajar. Hasil penilaian bisa kualitatif (pernyataan naratif dengan kata-kata), bisa kuantitatif (berupa angka). Bentuk penilaian hasil belajar oleh pendidik : 1. Ulangan harian
2. Ulangan tengah semester
.-
3. Ulangan akhir semester
I
-
----
Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan yang bersangkutan, dan bertujuan antara lain untuk memastikan seberapa banyak indikator kompetensi dasar suatu mata kuliah tercapai. Hal ini meliputi a) Menilai kebutuhan individual mahasiswa, b) Menentukan kebutuhan pembelajaran, c) Membantu dan mendorong mahasiswa, d) Membantu dan menolong staf pengajarjdosen untuk dapat mengajar dengan lebih baik, e) 'Menentukan strategi pembelajaran, f) Representasi dari akuntabilitas lembaga dan g) Meningkatkan kualitas pendidikan. Selain indikator kompetensi dasar, penilaian juga berfungsi: a) Mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar mahasiswa, b) Memberikan umpan balik, c) Melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran, serta e) Memotivasi agar para mahasiswa dapat belajar lebih giat lagi. Dalam melakukan proses penilaian perlu dipahami prinsip penilaian yang lazim dilakukan di dunia pendidikan harus memperhatikan: a)Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran, b) Mencerminkan masalah dunia nyata, c) Menggunakan berbagai ukuran, metode, teknik dan kriteria sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar dan d) Bersipat holistic, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran. Acuan pada penilaian belajar berbasis kompetensi mengacu pada kriteria. Sebagai kriteria digunakan asumsi bahwa hampir semua orang belajar apapun akan mampu. Hanya kecepatan dan waktu yang berbeda. Asumsi tersebut mengindikasikan perlunya program perbaikan atau remedial. Dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana penerapan prinsip mastery learning(belajar tuntas), dimana mahasiswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil baik. Oleh karena itu, maka sebaiknya disiapkan lembar checklist penilaian untuk setiap modul mata kuliah. Agar sistem penilaian memenuhi prinsip kesahihan dan keandalan, maka hendaknya memperhatikan: 1) penilaian secara menyeluruh, 2) penilaian secara berkelanjutan, 3) berorientasi pada indikator ketercapaian, 4) Sesuai dengan pengalaman belajar. Aspek yang diujikan antara lain setidaknya harus meliputi: a) Proses belajar itu sendiri, yaitu seluruh pengalaman belajar mahasiswa, b) Hasil belajar, ketercapaian setiap kompetensi dasar, baik kognitif, afektif maupun psikomotor . Tindak lanjut hasil penilaian dapat dilakukan dengan: a) remedial, bagi mahasiswa yang belum mencapaibatas ketuntasan minimal. b) pengayaan, bagi mahasiswa yang mencapai ketuntasan minimal, penguatan dilakukan dengan memberi tugas membaca, tutorial, maupun
-
dengan mengerjakan soai, dan c)percepatan, yakni bagi mahasiswa yang telah mencapai ketuntasan maksimum. Bentuk instrument dalam proses penilaian antara lain dapat berupa: kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan semester, ulangan harian, classwork dan lain-lain. B. Sistem Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi program tercapai atau belum, berharga atau tidak, efisien atau tidak. Evaluasi proses belajar mengajar (PBM) dinilai penting, karena sebagai rapor kegiatan belajar mengajar dan peningkatan kualitas Tujuan Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan: a) Mendeskripsikan kemampuan belajar mahasiswa, b) Mengetahui tingkat keberhasilan PBM, c) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, dan d) Memberikan pertanggung jawaban (accountability) Manfaat Evaluasi
Secara umum evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti: a) Bagi Mahasiswa: Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran: memuaskan atau tidak memuaskan; b) Bagi Dosen: Mendeteksi mahasiswa yang telah dan belum menguasai tujuan: remedial atau pengayaan, ketepatan materi yang diberikan: jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dIl, serta ketepatan metode yang digunakan; c) Bagi Institusi Pendidikan: Hasil belajar merupakan cermin kualitas institusi, membuat program, dan pemenuhan standar. Adapun fungsi dari evaluasi pendidikan adalah: a) Mengukur kemajuan. Disini seorang staf pengajarjdosen dapat mengetahui sejauhmana seorang peserta didik atau mahasiswa dapat menerima pelajaran yang telah di sampaikan, serta dengan diadakannya pengukuran, seorang dosen dapat mengkoreksi bahwa selama ini cara penyampaiannya itu baik atau tidak. Dengan kata lain, kita dapat mengembangkan lagi cara memberi pelajaran. b) Melakukan penyempurnaan kembali. Setelah mengetahui hasil, kita dapat merevisi atau memperbaharui yang kurang dalam hal pendidikan. c) Menunjang penyusunan rencana. Dengan ini kita dapat menyusun rencana-rencana untuk pendidikan dan untuk kedepannya kita jadi lebih terencana.
-
Macam-macam Evaluasi
a. Formatif Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasanjtopik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh mahasiswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para mahasiswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi· mahasiswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
b.Sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Evaluasi sumatif menggunakan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studio
c. Diagnostik Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihankelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada mahasiswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon mahasiswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga dosen dapat memberi bantuan secara dini agar mahasiswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara tahap akhir evaluasi diagnostik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
-
5TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 5.1 Kesesuaian Kualifikasi dan Kemampuan Pengajar pada Akademi Komunitas 1. Bahwa sistem pembelajaran AK dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja dan mampu mengembangkan technopreneur dalam Usaha Keeil Menengah (UKM) yang sesuai dengan potensi wilayahnya, disiapkan sejak dini, sejak mereka mulai masuk Akademi Komunitas. 2. Sistem akademik AK dengan demikian harus dapat memfasilitasi dan menjamin terselenggaranya proses pembelajaran. 3. Komponen penting dalam proses pembelajaran adalah pengajar (Dosen), dengan demikian dosen pada AK harus memiliki kualifikasi dan kemampuan yang memungkinkan peserta didik memperoleh Capaian Pembelajaran sesuai dengan kualifikasi program studinya..
Catatan dan bahan tambahan : Pendidikan akademi komunitas adalah unit pendidikan tinggi yang diberi tanggung jawab untuk menghasilkan tenaga vokasi terampil pada jenjang diploma satu dan diploma dua. Berdasarkan tujuan untuk menghasilkan tenaga terampil maka program pendidikan akan lebih tinggi bobotnya kepada mendidik mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan yang dapat menghasilkan hand-on experience. dalam mempelajari pengetahuan dan keilmuannya. Bobot pendidikan keterampilan menjadi lebih dominan dibandingkan dengan porsi keilmuan murninya. Komposisi dan model pembelajaran tersebut mengharuskan tenaga pengajarnya memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Porsi praktek seeara signifikan harus lebih besar dibandingkan dengan porsi teorinya. Pendekatan pada pendidikan tersebut diterjemahkan kedalam struktur dan komposisi kurikulum porsi 70:30 atau sedikitnya ekuivalen dengan minimal 60:40. Pendidik tersebut dapat diklasifikasi menjadi pendidik teori dan pendidik (praktek) keterampilan atau instruktur. Pendidik yang ditugasi harus lebih berorientasi kepada peningkatan kemampuan keterampilan dan diutamakan mereka yang telah berpengalaman di dunia industri. Dosen teori tetap dibutuhkan dengan porsi yang lebih keeil dibandingkan dengan dosen atau instruktur dengan latar belakang profesional. Status pendidik tetap yang direkrut oleh akademi komunitas perlu dibatasi dengan jumlah tertentu ditentukan sebagai
-
batas maksimal. Pada kasus akademi komunitas milik pemerintah danjatau pemerintah daerah pendidik yangdirekrut harus mempertimbangkan kemampuan untuk keberlanjutan program, berlatar pendidikan dengan basis vokasi dan profesional, kebutuhan inti pada program studi yang ditawarkan serta menyesuaikan dengan ketentuan dan perundangan. Sebagai indikatorkemampuan dosen praktek dapat diidentifikasi melalui sertifikat keterampilan, atau mereka yang telah dikenal (well recognized) oleh masyarakat di lingkungan keilmuannyajketerampilannya. Pada peraturan tentang dosen PP no 47 dltetapkari bahwa untuk menjadi dosen harus memiliki jenjang akademik strata dua. Akademi Komunttas dikelompokan sebagai perguruan tinggi sehingga secara legal, ketentuan untuk memenuhi criteria tersebut harus dipenuhi. Berdasarkan prinsip tersebut persyaratan kualifikasi akademik dosen untuk akademi komunitas dapat dipenuhi melalui skema, yaitu: (i) skema regular dengan mempersyaratkan jenjang pendidikan akademik strata 2, dan atau (ii) skema pemagangan (recognition priority learning). Sesuai dengan tujuan akademi komunitas untuk menghasilkan tenaga terampil, maka ketentuan tambahan baik untuk skema .regular maupun RPL kemampuan atau keterampilan serta pengalaman praktis tentu akan menjadi persyaratan penting. Sehingga proses delivery material berbasis kemampuan dan keterampilan akan terpenuhi.
Model Reguler: diterapkan bagi lulusan S-1jD-IV dan mengikuti programpendidikan calon pendidik AK (P2-CPAK) selama 2 (dua) semester dengan beban belajar 36 - 40 sks. Program P2-CPAK dilaksanakan melalui penguatanjpendalaman materi pedagogik dan bidang keahlian, workshop subject specific pedagogy (SSP), praktik pengalaman profesi pendidik AK, dan Praktik Industri yang diakhiri dengan uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dan sertifikat keahlian. Model Rekognisi Pengalaman Lampau: bagi guru SMK, instruktur, teknisijpraktisi industri, dan atau masyarakat otodidak lainnya, didasarkan atas kriteria pengalaman kerja dan kebutuhan bidang tertentu melalui Rekognisi Pengalaman Lampau (RPL). Melalui model ini, kualifikasi pendidik dapat disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan pengalaman profesional di lingkungan industri terkait atau linier dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Persyaratan minimal untuk menjadi dosen akademi komunitas jenjang diploma satu (D-I) adalah: i)
Lulusan diploma empat dengan pengalaman profesional industri 3 tahun
ii)
Lulusan sarjana strata satu dengan pengalaman profesional industri 5 tahun
iii)
Lulusan SMK dengan pengalaman profesional industri 10 tahun
iv)
Tenaga kerja profesional dengan pengalaman kerja minimal setara dengan jenjang 6 (enam) KKNI.
Persyaratan minimal untuk menjadi dosen akademi komunitas jenjang diploma dua (D-B) adalah:
-
i)
Lulusan diploma empat dengan pengalaman profesional industri 5 tahun
ii)
Lulusan sarjana strata satu dengan pengalaman profesional industri 7 tahun
iii)
Lulusan SMK dengan pengalaman profesional industri 15 ~ahun
iV)
Tenaga kerja profesional dengan pengalaman kerja minimal setara dengan jenjang 7 (tujuh) KKNI.
1. Pendidik tetap atau tenaga professional tidak harus berstatus PNS, bahkan sangat disarankan dan diharapkan tenaga tersebut direkrut dari industri, praktisi, dan atau wirausahawan. Pola rekrutmen untuk pendidik dan instruktur disarankan dilakukan melalui pola kerjasama antara pengelola akademi komunitas dengan pelaku industri. Mempertimbangkan pola penyelenggaraan pendidikan akademi komunitas dengan model dinamis (dynamic and adaptable program)penetapan pendidik berjangka perlu disesuaikan dengan kebutuhan apabila dikemudian hari oleh karena suatu hal program studi dibuka,diselaraskan atau ditutup. Secara umum kebutuhan dosen diperkirakan dengan rasio pendidik dan mahasiswa adalah berkisar 1:40 dan tenaga instruktur dengan rasio 1:10. Pendidikan akademi komunitas adalah unit pendidikan tinggi yang diberi tanggung jawab untuk menghasilkan tenaga vokasi terampil pada jenjang diploma satu dan diploma dua, Berdasarkan tujuan untuk menghasilkan tenaga terampil maka program pendidikan harus memberi porsi lebih tinggi kepada mendidik mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan yang dapat menghasilkan hand-on experience dalam mempelajari pengetahuan dan keilmuannya. Bobot pendidikan keterampilan menjadi lebih dominan dibandingkan dengan porsi keilmuan murninya. Porsi praktek secara signifikan harus lebih besar dibandingkan dengan porsi teorinya. Pendekatan pada pendidikan tersebut diterjemahkan kedalam struktur dan komposisi kurikulum porsi 70:30 atau sedikitnya ekuivalennya dengan minimal 60:40. Komposisi dan model pembelajaran tersebut mengharuskan tenaga pengajarnya memiliki kemampuan dan keterafnpilan dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Pendidik yang akan ditugasi harus memiliki pengalaman profesional dalam bidang yang akan menjadi tanggung jawabnya. Pengalaman tersebut dapat dicapai dengan kegiatan profesional di industri terkait atau dengan menjalankan bisnis mandiri yang terbukti memberi dampak positifkepada peningkatan produksi dan kualitas sumberdaya manusia. Penyiapan pendidiknya dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan dan waktu yang diperlukan, dengan sistem kontrak, atau penunjukan sesuai dengan struktur kurikulum dengan waktu yang terbatas. Kerjasama dengan industri di wilayah opersional akademi komunitasakan menjadi nilai positif dalam merekrut tenaga dosen maupun instruktur yang dibutuhkan. Pendidik dapat ditetapkan melalui kerjasama dengan pemerintah daerah dengan bentuk penunjukan atau penugasan baik permanen maupun temporer sesuai dengan program pendidikan yang dijalankan. Pendidik inti disarankan untuk dibatasi dengan mempertimbangkan konsep keberlanjutan dan efisiensi. Artinya, dosen tetap yang hanya diperlukan untuk pengelola akademik dan bidang inti dari program pendidikan akademi
-
komunitas, kebutuhan dosen untuk memenuhi standar kualitas dapat dilakukan melalui penunjukan sebagai tenaga dosen luar biasa
-