KEMANDIRIAN FINANSIAL LEMBAGA PENDIDIKAN MELALUI ENTREPRENEURSHIP DAN PARTNERSHIP (Studi Kasus Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Parung Bogor) 1
Subaiki Ikhwan, 2Ahmad Romadhon, Moh. 3Supendi 1 2
STAI Nurul Iman, Parung Bogor STAI Nurul Iman, Parung Bogor 3 UHAMKA Jakarta
Desa Bojong Sempu Kec. Parung Kab. Bogor Email:
[email protected]
Abstract The objective of this research was to understand comprehensively the Financial Independent in Organization of Education through Entrepreneurship and partnership. it was a qualitative research with study case method conducted in Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School, Parung-Bogor. In this research data collecting with triangulation technique, Overall the researchers use participant observation, in-depth interviews, and documentation for the same data sources simultaneously. As a private educational institution, Al Ashriyyah Nurul Iman Foundation since its inception independently manage and develop the foundation to establish a wide range of entrepreneurial and cooperation with various institutions and circles. Financial independence has always strived through two things very well. Develop without relying on finance from other parties is a priority for YANIIBS, so that entrepreneurship and partnerships with these institutions become more developed and advanced Keyword: independence financial institutions, entrepreneurship, and partnership.
270
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
1.
PENDAHULUAN
Kebijakan desentralisasi pendidikan di Indonesia selanjutnya memberikan ruang dan kewenangan bagi pemerintah daerah, masyarakat dan lembaga pendidikan untuk menentukan langkah-langkah yang tepat guna dalam meningkatkan mutu pendidikannya sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki setiap daerah. Pasal 56 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta dalam beberapa ketentuan dan peraturan yang mneyatakan hal sama. Kemudian yang menjadi kewenangan pemerintah daerah dan provinsi salah satunya adalah penyelenggaraan pendidikan. A rtinya masing-masing daerah bertanggung jawab untuk merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi sendiri penyelenggaraan pendidikannya. Bagi daerah yang memiliki potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang memadai, kesempatan itu akan digunakan untuk mengejar berbagai ketertinggalannya dan mendorong peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Namun sebaliknya, bagi daerah-daerah yang minim sumber daya manusia dan sumber daya alamnya, upaya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing serta bermartabat sukar untuk diwujudkan. Meskipun kewajiban konstitusional pemerintah daerah untuk memberikan pendidikan yang maksimal, namun karena terkendala dengan persediaan anggaran yang tidak memadai, maka alokasi anggaran untuk pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemamapuan daerah. Hal itu lah yang harus menjadi catatan bahwa setiap Daerah baik lembaga pemerintah, maupun lembaga pendidikan itu sendiri harus memiliki persiapan-persiapan baik dalam penyusunan rencana, program dan penyediaan sumber daya. Otonomi pada hakikatnya bertujuan untuk memandirikan seseorang atau suatu lembaga atau suatu daerah. Lembaga-lembaga tersebut haruslah mampu mengurus dirinya sendiri. Dalam rangka mencapai tujuan kemandirian tersebut, maka usaha-usaha yang dilaksanakan adalah usaha-usaha pemberdayaan (empowerment). Seperti yang telah dilakukan lembaga pendidikan Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic boarding School (YANIIBS), sebagai lembaga pendidikan yang menggabungkan sistem pendidikan formal dan non formal, yaitu selain mereka memberikan pendidikan umum mereka juga menempa seluruh peserta didik dengan pendidikan agama. Dalam usahanya mencukupi seluruh operasional pendidikan yang dibutuhkan lembaga tersebut tidak berpangku tangan, mengandalkan pemerintah ataupun berbagai pihak, namun terobosan melalui kewirausahaan dan kemitraan yang dibangun telah mampu menjadikannya secara mandiri mengelola lembaga tersebut hingga membebaskan seluruh biaya kepada peserta didiknya. Menjadikan lembaga pendidikan, khususnya swasta dapat mampu mencapai kemandirianya (finansial) sangatlah tidak mudah. Harus ada manajemen yang diterapkan guna mencapai kemandirian finansial yang maksimal. Karena finansial pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitaif maupun kualitatif, finansial pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan finansial tersebut. Sehingga dapat dikatakan tanpa finansial, proses pendidikan tidak akan berjalan. Finansial yang dimaksud yaitu semua jenis pendapatan maupun pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan finansial lembaga pendidikan berhubungan dengan proses dimana pendapatan dan sumber-sumber lain yang diterima sekolah dipergunakan untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini sejalan dengan pernyataan H.M. Levin yang dikutip oleh Mintarsih Danumihardja [6] yang menyatakan bahwa”School finance refers to the process by which revenues and other resources are derived for the formation and operation of elementary and secondary school as well as the process by which those resources are located to school in different geographical areas and to types and level of education. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
271
Finansial sekolah atau lembaga pendidikan mengacu pada proses dimana pendapatan dan sumbersumber lain yang diperoleh digunakan untuk penyelenggaraan sekolah dasar dan sekolah menengah, juga proses dimana sumber-sumber tersebut dialokasikan ke sekolah di daerah yang geografisnya berbeda dan jenis serta tingkatan pendidikan yang berbeda. Secara umum pengertian pengelolaan keuangan (financial management) adalah segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, meggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Sehingga dalam kaitanya dengan pendidikan financial management merupakan hal yang primer yang harus dijalankan sehingga lembaga pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik. Dua hal yang menjadi fokus financial management bagi YANIIBS adalah Kewirausahaan dan Kemitraan. Keduanya selalu diupayakn dan dikembangkan oleh YANIIBS agar tercpainya kemandirian fianasial yang dapat menopang berjalan dan berkembangnya lembaga pendidikan tersebut. 2.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Parung Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2014. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dikelompokkan menjai tiga kegiata, yaitu: Pertama, peneliti melakukan grand tour observation, Kedua, peneliti melakukan mini tour observatiaon. Ketiga, melakukan observasi partisipan pada latar (setting) kemandirian finansial lembaga pendidikan melaui kegiatan entrepreneurship dan partnership di Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Parung Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hal tersebut dikarenakan cara pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam latar alamiah dalam arti data yang disajikan berdasarkan apa adanya tanpa manipulasi terhadap subjek yang diteliti. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian data dalam penelitian ini dilakukan ke dalam beberapa criteria, yaitu: kredibilitas (validitas internal), transferbilitas (validitas eksternal), dependabilitas (reliabelitas), dan konfirmabltas (obyektifitas). 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Entrepreneurship Dengan adanya beberapa business unit yang ada, Nurul Iman mampu mengolah serta menjalankan kesemua business unit tersebut dengan profit yang mampu membiayai kebutuhan finansial lembaga pendidikan yang ada. Business unit tersebut antara lain; Air Minum Hexagonal OINTIKA, Pabrik Tahu dan tempe, Pabrik Roti, Percetakan, Budi daya Ikan, Pertanian, Daur Ulang Sampah, Biogas, Peternakan, Toko Nurul Iman, Susu Kedelai dan Konveksi. Kesemua business unit yang ada pada mulanya dimulai dari business unit daur ulang sampah yang kemudian keuntungan yang dihasilkan dapat membiayai unitunit yang lainya. Dimulai pada tahun 1998 hingga sekarang 2014, business unit yang ada mampu berjalan dan berkembang lebih baik lagi. Kesimpulan sementara peneliti terkait pengelolaan entrepreneurship sebagai business unit yang mampu menopang kebutuhan finansial pada unit pendidikan adalah; 1) kepedulian Yayasan terhadap pendidikan yang bebas biaya namun berkualitas, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keseriusan pengelolaan kewirausahaan yang ada. Hingga menjadikan semua business unit yang ada menjadi semacam basic income dari kebutuhan finansial. 2) Sistem yang terintegrasi dan juga optimal dalam pengelolaan setiap business unit yang ada, menjadikan kewirausahaan memiliki daya saing tinggi sehingga upaya untuk berkemb ang dan mandiri secara finansial terus diupayakan, guna mensuport pendidikan yang bebas biaya namun berkualitas. 3) Komunikasi yang terbangun apik antara lembaga pendidikan dengan unit kewirausahaan yang saling mensuport. 4) upaya
272
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
pegadaan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan yang maksimal dan massif yang mampu mendorong seluruh bagian untuk ikut andil. Partnership Apa yang telah Nurul Iman terapkan dalam mengelola kemitraan dengan berbagai macam institusi dan kalangan, merupakan pendekatan yang tepat seperti yang dikatakan oleh Douglas M. Lambert [1] bahwa; “ a partnership is a tailored business relationship based on mutual trust, openness, shared risk, and shared rewards that results in business performance greater than would be achieved by two firms working together in absence of partnership” hubungan kerja sama yang didasarkan pada saling mempercayai, saling terbuka, saling berbagi baik untung maupun rugi, dalam berbisnis. Sehingga dari pendapat diatas bahwa ada beberapa indikasi penting bagaimana mengatur secara efektif sebuah kemitraan, yaitu; a) Emphasize the partnership mentality, b) develope a team of champions, c) communicate frequently, d) think long term, but deliver short-term success. Dari hasil observasi dan kajian peneliti ternyata beberapa indikasi yang tersebut di atas dapat peneliti temukan dalam Nurul Iman. Baik itu berupa sekedar pendekatanya maupun secara prakteknya telah terlaksana. A) Bagaimana Nurul Iman mampu menekankan dan menegaskan mentalitas mitra yang dimiliki. Sebuah komitmen dalam berfikir dan bertindak sebagai mitra yang tepat merupakan aspek yang penting dalam sebuah hubungan kemitraan, dan hal lain yang penting yang telah dilakukan Nurul Iman ialah bagaimana kepercayaan menjadi komitmen masing-masing, antara Nurul Iman dan mitranya. Hal tersebutlah yang membuat kemitraan dapat berjalan. B) Pimpinan Nurul Iman tahu persis bagaimana mereka harus bertindak serta menempatkan posisi mereka. Karena kita tahu seberapa pentingnya dan bermanfaatnya seorang pimpinan yang tepat dalam sebuah organisasi yang besar. Seseorang yang mempercayai gagasan dan ide-ide anda yang luar biasa, dan berusaha untuk menerimanya dan mewujudkanya bersama. Banyak pimpinan organisasi yang gagal karena perencanaan mereka yang tidak tepat bagaimana dan seperti apa organisasi tersebut harus bekerjasama. C) komunikasi yang baik merupakan cara pencegahan yang kuat akan munculnya hal-hal yang dapat merugikan kedua belah pihak. Hal tersebut Juga merupakan kekuatan dalam membentuk sebuah formasi kemitraan. Pada setiap kesempatan Nurul Iman maupun pimpinan dan kepengurusanya selalu berupaya menjalin komunikasi yang baik, bukan saja tatkala ada kepentingan sesaat, namun dalam kegiatan kecil pun mereka saling berkomunikasi. D) Dalam menciptakan sebuah kemitraan kadangkala menjadi sesuatu yang begitu sukar untuk dilakaukan. Terkadang kita lupa akan kesepakatan yang baru dibuat merupakan sesuatu permulaan yang begitu sukar untuk dilakukan. Bagaimana ketika muncul berbagai macam masalah dan harus mampu mengatasinya secara cepat dan tepat pula, dan hal itu terbentuk oleh pengalaman yang terlibat secara nyata, mudah dalam mengidentifikasi sebuah problem serta hasilnya. Sehingga kesimpulan sementara peneliti dari beberapa hal terkait partnership sebagai upaya dalam menopang kebutuhan finansial pada unit pendidikan adalah; 1) Kemitraan yang dilaksanakan Nurul Iman berjalan dengan struktur yang kompleks; tidak hanya bagaimana mendapatkan keuntungan secara langsung dan besar dalam kewirausahaan yang dimilikinya, namun lebih jauh lagi isu-isu sosial juga menjadi faktor utama bagaimana mereka saling menguntungkan. 2) Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berbasis pesantren, managemen yang dimiliki serta kemampuan stakeholders yang ada ternyata mampu berkembang pesat, tidak hanya bertahan dan terdikte. Bagian pendidikan yang sebagai platform yayasan juga merupakan Cost center, dia memiliki hak budget dan pengelolaan, namun dia bukan tempat untuk collect pendanaan. Sehingga dibangunlah unitunit center yang dapat melakukan suatu pengelolaan-pengelolaan yg menjadi unit usaha yang mampu menunjang operasional unit pondok. Cost center di sini juga harus memiliki pola pengelolaan yg jelas serta berorientasi pada keuntungan.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
273
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan temuan penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: (1) Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman dengan populasi yang cukup besar, sejumlah 10.637 siswa-siswa mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak dan bebas biaya. Sumber daya yang dimilikinya diberikan pendidikan secara kompleks, artinya tidak hanya pendidikan formal saja yang diajarkan, namun lebih jauh lagi mereka diajarkan untuk bagaimana dapat menjalankan suatu unit usaha, mampu berwirausaha secara mandiri. Hal itu secara tidak langsung pula akan memberikan pengaruh yang positif bagi YANIIBS. Mengembangan dan membangun sumber daya manusia yang ada juga mendukung tahap mencapai kemandirian finansial di yayasan tersebut.(2) Dalam mencapai dan merumuskan kemandirian finansial, YANIIBS dari sejak berdirinya telah memulai usaha dengan unit wirausaha daur ulang sampah. Kemudian usaha itu terus berkembang hingga tahun-tahun berikutnya mampu mendirikan dan mejalankan unit-unit usaha yang lainya. Selama 16 tahun ini terhitung sejumlah 14 unti usaha telah berkembang dan berjalan menopang keberlangsungan YANIIBS. Business unit tersebut antara lain; Air Minum Hexagonal OINTIKA, Pabrik Tahu dan tempe, Pabrik Roti, Percetakan, Budi daya Ikan, Pertanian, Daur Ulang Sampah, Biogas, Peternakan, Toko Nurul Iman, Susu Kedelai dan Konveksi. Kesemuanya dijalankan dan dikelola secara mandiri oleh siswa-siswi YANIIBS. (3) Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis agama, YANIIBS dalam bermitra tidak membatasi kemitraanya antar agama Islam saja. Dengan setiap kalangan pula YANIIBS menjalankan kemitraan baik itu yg profitable maupun hanya kegiatan social saja. Sejak awal berdirinya YANIIBS sudah bekerjasama dan bermitra dengan beberapa lembaga secara intens dengan pemerintahan maupun lembaga swasta. Beberapa lembaga swasta yang menjadi mitra baik bagi YANIIBS yaitu; dalam bidang kesehatan ataupun pendidikan kedokteran, Nurul Iman begitu intens dalam menjalin kerja sama dengan berbagai institusi, salah satunya dengan Yayasan Tzu-Chi, Dompet Dhu’afa, BRI Syari’ah terkait dengan sistem finance, kerjasama dengan Resimen Mahasiswa Jayakarta dalam memberikan pendidikan dasar militer, bakti sosial masyarakat, ekspedisi social nusantara dan beberapa mitra lainya.(4) Kemanidirian finansial yang dicapai YANIIBS tentunya memerluka managemen yang rapih serta professional. Sehingga sangat tepat jika YANIIBS selain memiliki internal pengelolaan finansial yg bekerjasama dengan lembaga keuangan, tetapi juga memiliki lembaga koperasi dimana hal itu dapat mendorong dan mengembangkan setiap business unit yang ada.
DAFTAR PUSTAKA [1] Douglas M. Lambert, 2008. Supply Chain Management Procces, Partnerdhip, Performance. USA:
Supply Chain Management Institute. [2] E. Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. [3] Hari DJ Maulana. 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta: ECG. [4] James W. Botkin & Jana B. Matthews, Winning Combinations-The Coming Wave Entrepreneurial
Partnerships Between Large & Small Companies. [5] Martono dan Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Kmapus fakultas ekonomi UII, Ekonisia. [6] Mintarsih Danumihardja, Invancevich. 2004. Manajemen, terjemahan Sularno tjiptowardoyo dan imam nurmawan. Jakarta: Uhamka Press. [7] Paul Marcus Fischer, William James Taylor and Rita Hartung Cheng. 2012. Advanced Accounting; Partnership, and government accounting. Shout-Western Cengage Learning. 274
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Peggy Lambing dan Charles R. Kuehl. 1997. Entrepreneurshp, 2nd edition. New York: Prentice Hall. [9] Raymond, W.Y., Rao. 1995. Entrepreneurship: A Wealth-Creation and ValueAdding Process. New York, Prentice Hall. [8]
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
275