BAB I PENDAHULLUAN 1.1
Latar Belakang Permasalahan
Bahasa merupakan sarana penting dalam berkomunikasi guna menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bahasa bersifat dinamis yaitu berkembang sesuai dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya. Dengan mengenal bahasa dapat diketahui budaya dan kebiasaan sehari pada bangsa tersebut. Sesuai dengan pendapat Samsuri (1991:4) bahwa bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi, dan bahasa adalah dasar pertama dan berurat akar dari masyarakat manusia. Maksudnya bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, gagasan, maksud dan tujuan dalam mencapai hasrat dan keinginannya kepada orang lain demi kelancaran dan kelangsungan hidupnya, baik dilakukan secara lisan maupun secara tertulis. Fungsi bahasa adalah sebagai alat pemersatu dari suatu bangsa. Untuk dapat berkomunikasi antarbangsa haruslah mengetahui bahasa yang digunakan oleh bangsa lain karena bahasa yang dipergunakan oleh setiap bangsa tidaklah sama. Demikianlah halnya dengan bahasa Jepang. Untuk mengenal lebih jauh tentang masyarakat Jepang kita mengggunakan bahasa Jepang sebagai media berkomunikasi yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memahami jalan pikiran orang Jepang salah satunya dengan cara berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Tetapi tidak mudah memahami tatanan bahasa Jepang karena banyak sekali ungkapan untuk menyatakan suatu kondisi yang sama. Akhir-akhir ini bahasa Jepang banyak dipelajari oleh masyarakat dunia. Hal itu sejalan dengan perkembangan teknologi, informasi dan industri bangsa Jepang yang biasa dikatakan terdepan di Asia. Oleh karena itu, banyak masyarakat dunia yang tertarik untuk mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing dan bahasa pergaulan dalam berbagai situasi dan kesempatan. Berdasarkan fungsinya sebagai bahasa pergaulan dan percakapan sehari-hari dalam berbagai situasi atau kesempatan informal, bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang masih diminati, terutama bagi orang-orang yang mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing. Bahasa Jepang miliki penggunaan yang berbeda sekali dengan bahasa lain. Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing. Artinya dalam pemakaian bahasa tersebut harus sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Seperti penggunaan kata yang memiliki arti yang sama, sehingga para pembelajar kurang memahami makna yang sebenarnya dalam kalimat yang menggunakan kata tersebut. Seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama pada saat kita hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
sama halnya apabila ingin berkomunikasi dengan masyarakat Jepang, kita harus menguasai bahasa tersebut. Dalam bahasa Jepang kita pasti sering menggunakan atau menemukan bermacam-macam kata sifat atau keiyooshi yang bersinonim. Seperti Chiisai, Komakai dan Kuwashii mempunyai makna sama yaitu Kecil atau Sekecil-kecilnya (Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar edisi Bahasa Indonesia), tetapi jika digunakan dalam kalimat harus sesuaikan dengan situasi dan kondisinya, kalau tidak maka akan terjadi kerancuan atau kesalapahaman. Contoh: 1. 小さい部屋だから大きな机は置けない。(Kikuo Nomoto, 1988 : 100) Chiisai heya dakara ookina tsukue wa okenai Karena kamarnya Kecil, meja tulis besar tidak dapat ditaruh. 2. 字書は字が細かくて読みにくい. (Kikuo Nomoto, 1988 : 583) Jisho wa ji ga komakakute yominikui huruf dalam kamus susah dibaca karena Kecil. 3. 詳しくは手紙でお知らせする. (Kikuo Nomoto, 1988 : 651) Kuwashiku wa tegami de osirasesuru. Akan diberitahukan secara mendetil dengan surat. Dari contoh dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut mengandung makna “Kecil atau Sekecil-kecilnya” tetapi intesitas “Kecil atau Sekecil-kecilnya” benda itu dapat diketahui dari kata sifat apa yang digunakannya didalam kalimat. Untuk mengetahui lebih jauh penggunaan kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii penulis akan
Universitas Sumatera Utara
menganalisis dalam skripsi yang berjudul “Analisis Makna Kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau dari Segi Semantik)”
1.2 Perumusan Masalah Dalam penelitian ini penulis mencoba menjelaskan masalah kata yang bersinonim (dougigo) dalam bahasa Jepang yang sering membuat pembelajar bahasa Jepang kesulitan dalam mengartikan menurut konteks kalimatnya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Seperti kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang dimana mempunyai arti yang sama secara leksikal, yaitu Kecil atau Sekecil-kecilnya (Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Eedisi Bahasa Indonesia), kedua kata tersebut ketika dipakai dalam kalimat akan lain penggunaannya, tergantung pada situasinya sehingga sering terjadi salah pemakaian. Untuk membahas masalah yang mempunyai makna yang sama, tetapi nuansanya berbeda dalam kalimat seperti Chiisai, Komakai dan Kuwashii ini, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Seperti apa pengertian kata sifat Chiisai, Komakai, dan Kuwashii 2. Bagaimana makna kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Ruang Lingkup pembahasan Kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii jika terjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya Kecil atau Sekecil-kecilnya (Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia). Akan tetapi kedua kata ini tidak dapat digunakan begitu saja, karena harus disesuaikan dengan kondisi yang tepat dalam kalimat. Dalam penelitian ini penulis menfokuskan pembahasan bagaimana penggunaan kata Chiisai Komakai dan Kuwashii pada kalimat bahasa Jepang. Dalam pembahasannya masing-masing Chiisai 6 buah kalimat, Komakai 5 buah kalimat dan Kuwashii 5 buah kalimat yang diambil dari majalah dan buku-buku yang berbahasa Jepang. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis juga membahas tentang kata sifat secara umum serta akan menfokuskan teori tentang Chiisai, Komakai dan Kuwashii dengan tujuan memudahkan dalam pembahasannya.
1.4
a.
Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
Tinjauan Pustaka Fokus dari penelitian ini adalah analisis penggunaan kata Chiisai,
Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau definisi yang berhubungan dengan lingustik, terutama di bidang semantik. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Alwasilah Abdul Chaedar (1994:5), Linguistik itu adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objeknya adalah bahasa lisan dan tulisan yang memilki ciri lainnya, semantik, rasional, umum, sebagai pemberian dari kenyataan struktur pembagian aturan-aturan bahasa. Menurut Motojiro dalam Sudjianto (1996:27), terdapat sepuluh jenis kelas kata dalam bahasa Jepang, yaitu: 1. Doushi (kata kerja) 2. Keiyooshi (kata sifat berakhiran I) 3. Keiyoodoushi (kata sifat berakhiran NA) 4. Meisi (kata benda) 5. Fukushi (kata keterangan) 6. Rentaishi (pra kata benda) 7. Setsuzokushi (kata sambung) 8. Kandoushi (kata seru,kata serapan,dan kata panggilan) 9. Jodoushi (kata kerja kopula) 10. Joshi (kata bantu) Dari pembagian kata tersebut salah satunya adalah kata sifat (keiyooshi). Dalam bahasa Jepang kata sifat (Keiyooshi) terdiri dari dua jenis yaitu I-keiyooshi dan Na-keiyooshi yaitu kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk (Kitahara, dalam skripsi Novalia Hutapea 2006: 6). Kata-kata yang termasuk I-Keiyooshi dapat
Universitas Sumatera Utara
menbentuk Bunsetsu yang diantaranya dapat berdiri sendiri membentuk sebuah kalimat tanpa bantuan kata lain. Setiap kata yang termasuk I-Keiyooshi selalu diakhiri dengan silabel (I) dalam bentuk kamusnya dapat menjadi predikat dan dapat juga dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan suatu kalimat, kelas kata ini mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat. Contoh : Nagai (panjang), Muzukashi (sulit) dan lain-lain. Sedangkan Na-keiyooshi sering disebut Keiyoudoushi (jintsugo) dan dapat berdiri sendiri membentuk sebuah kalimat tanpa bantuan kata lain. Setiap kata yang termasuk Na-keiyooshi selalu diakhiri dengan silabel (Na). Oleh sebab itu, perubahannya mirip dengan dooshi sedangkan artinya mirip dengan keiyooshi, maka kelas kata ini diberi nama keiyoodooshi (Iwabuchi, dalam Sudjianto 1989:96). Selain predikat, Na-keiyooshi pun dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan kata lain pada suatu kalimat. Contoh : Hansamu na (ganteng), Kirei na (cantik) dan Jyouju na (pintar,pandai). b.
Kerangka Teori Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempergunakan konsep berdasarkan
pendapat para pakar untuk menganalisis pemakaian kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii serta pengkajian linguistik dalam kajian semantik. Sutedi (2003 : 103), mengatakan bahwa semantik (imiron) adalah salah satu cabang linguistik (genngogaku) yang mengkaji tentang makna. Kata semantik juga digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari hubungan makna atau arti
Universitas Sumatera Utara
dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan ilmu tentang makna atau arti. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya. Dalam pembicaraan tentang relasi makna ini salah satunya membicarakan mengenai masalah sinonim. Seperti dalam kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii yang merupakan kata yang bersinonim. Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan ujaran lainnya yang dalam bahasa Jepang Ruigigo. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi makna antara satu kata dengan kata lain, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya (Chaer,2003:297). Dari beberapa makna yang termasuk ke dalam kajian semantik, salah satu makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah makna kontekstual. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem kata yang berada di dalam satu konteks (Chaer,2003:290). Menurut J.S Badudu (1986:72) bahwa sinonim adalah kata yang bentuk berbeda tetapi mengandung makna yang sama atau pun hampir sama. Sinonim kata dalam bahasa Jepang disebut dengan dougigo atau douigo. Dalam buku kamus yang berjudul Kumon no Gakushuu Kokugojiten diterangkan mengenai definisi douigo (sinonim), yaitu
Universitas Sumatera Utara
発音も形も違うが、同じ意味を表す言葉。
Hatsuon mo katachi mo chigau ga,onaji imi o arawasu kotoba Terjemahan: Kata yang cara pengucapannya maupun bentuknya berbeda, tetapi menunjukkan arti yang sama. Hubungannya dalam penulisan ini, penulis juga akan menganalisis makna kata sifat tersebut dengan mendekatkan pada makna gramatikal. Menurut Fatimah Djajasudarma (1999:40) bahwa makna gramatikal menyangkut hubungan antara bahasa dan makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Selain itu, aturan-aturan mengenai bagaimana menyusun beberapa bunsetsu untuk membuat sebuah kalimat. Didukung dengan Lubis (2002:7) mengungkapkan bahwa yang menjadi objek penelitiannya adalah semantik gramatikal, yang menjadi objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran bahasa yang lebih menfokuskan pada pemakaian kata sesuai dengan konteks ujaran dan situasinya. Makna gramatikal diartikan sebagai aturan-aturan menyusun bentuk satuan bahasa tertentu. Yang dimaksud dengan bahasa tertentu disini yaitu bahasa alami tertentu, bisa bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Cina, dan sebagainya, lalu yang disebut bentuk satuan bahasa biasanya mengacu pada kata, klausa, kalimat, dan sebagainya. Didalam semantik makna gramatikal dibedakan dari leksikal, karena makna leksikal dapat berubah kedalam makna gramatikal secara operasional. Berdasarkan kedua pendapat diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa makna kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dapat terjadi akibat adanya
Universitas Sumatera Utara
proses gramatikal sesuai dengan konteks kalimatnya. Seperti kita ketahui bahwa kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii artinya Kecil atau Sekecil-kecilnya, tetapi dilihat dari makna gramatikal sesuai dengan konteks kalimatnya akan berbeda maknanya. Dengan konsep gramatikal ini akan memudahkan penulis untuk menganalisis makna kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii pada kalimat bahasa Jepang.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian kata sifat Chiisai, Komakai dan Kuwashii 2. Untuk mengetahui bagaimana makna kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang.
b. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah: 1. Menambah referensi yang berkaitan dengan linguistik khususnya mengenai kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii. 2. Menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umummnya, terutama mengenai penggunaan kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam kalimat bahasa Jepang. 3. Untuk memenuhi syarat kelulusan dari program studi Sastra Jepanng Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Metode Penelitian Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode deskritif. Menurut Nawawi, (1991:63) metode deksritif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek /objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Digunakan juga metode kepustakaan (library research), yaitu metode yang menggunakan pengumpulan data-data atau berbagai informasi dengan cara pengumpulan data dari beberapa buku atau referensi yang beerkaitan dengan pembahasan (Isyandi : 2003 : 13). Dalam hal ini juga, penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan data-data yang berhubungan dengan tata bahasa baik buku yang berbahasa Jepang maupun yang berbahasa Indonesia serta data yang berbahasa Inggris, khususnya buku-buku dan data-data yang berhubungan dengan kata sifat dalam bahasa Jepang dan buku-buku relevan dengan pembahasan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara