PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB) DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA
SKRIPSI
DISUSUN OLEH: DANANG BAGUS FEBRYANTO K 1506015
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL/BANGUNAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB) DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA
Oleh:
DANANG BAGUS FEBRYANTO K 1506015
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skipsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen pembimbing skripsi untuk diseminarkan pada forum seminar Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Hari
:
Tanggal
:
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Suradji, M.Pd NIP. 19511013 197803 1 002
Ernawati Sri Sunarsih, ST. M.Eng NIP. 19760512 200501 2 001
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Kamis
Tanggal
: 10 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda tangan
Ketua
: Drs. H. Sutrisno, M.Pd
___________
Sekretaris
: Sukatiman, ST., M.Si
___________
Anggota I
: Drs. Suradji, M.Pd
___________
Anggota II : Ernawati Sri Sunarsih, ST., M.Eng
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Dekan
Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
iv
___________
ABSTRAK Danang Bagus Febryanto, NIM K1506015. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB) DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA. Sripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010. Tujuan penelitian adalah untuk (1) Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2 Surakarta. (2) Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan. (3) Memaparkan bagaimana cara mengatasi kendala penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta. Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalan siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta . Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan: (1) Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2 Surakarta, yaitu ditandai dengan: Siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) sebanyak 34 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan hanya 38,22% siswa belajar tuntas setelah tindakan menjadi 73,51%. (2) Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan antara lain guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang v
menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan beajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta. Cara mengatasi kendala penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 adalah guru harus terampil dalam menerapkan pembelajaran kontekstual diantaraya: (1) Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa, (2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa. (3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa. (4) Merancang pembelajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dilingkungan kehidupan mereka, (5) Melaksanakan pengajaran dan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang telah dimiliki. (6) Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa.
vi
MOTTO
Hari lalu boleh dikenang, hari ini boleh dinikmati dan hari esok boleh diharapkan, tapi hendaklah engkau optimis dengan harapanmu bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini .(Q.S Luqman ayat 33) ALLAH tidak akan membebani setiap jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya. (Q.S Al Baqarah ayat 286) Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. (Q.S Al Baqarah ayat 216) Selama manusia mau berusaha dan berdoa maka pasti ALLAH tidak akan menyia-nyiakan usahanya sesuai dengan firman ALLAH “ALLAH tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu mau berusaha untuk merubahnya “.(Q.S Arra’id ayat 11) Dan janganlah kita bangga dengan keberhasilan yang kita raih dengan berlebihan karena akan mengubah niat kita kepada Allah.Rasulullah bersabda:”Allah tidak melihat rupa dan harta kalian tetapi Allah melihat hati kalian”(H.R Muslim) Gunakanlah waktumu sebaik-baiknya. (penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada: Allah SWT Ayah dan Ibu tercinta Calon istri yang selalu mendukungku Almarhumah adikku Chella yang tercinta Adik-adikku yang aku sayangi Rekan-rekan seperjuangan PTS/B 06‟ Almamater
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dikesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuannya kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta. 4. Bapak Drs. Suradji, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing I. 5. Ibu Ernawati sri Sunarsih S.T., M.Eng, sebagai Dosen Pembimbing II. 6. Warga SMK Negeri 2 Surakarta sebagai tempat penelitian. 7. Kedua orang tuaku dan keluarga atas dukungan moril dan material yang telah diberikan selama ini. 8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga dapat selesainya skripsi ini.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Terakhir, semoga dkripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pemabaca. AMIN. Surakarta, Penulis
ix
Juni 2010
DAFTAR ISI Hal JUDUL ............................................................................................................ ii PENGAJUAN .................................................................................................. iii PERSETUJUAN .............................................................................................. iiii PENGESAHAN ............................................................................................... iv ABSTRAK ....................................................................................................... v MOTTO ........................................................................................................... viii PERSEMBAHAN ............................................................................................ viiii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Indentifikasi Masalah .......................................................................... 2 C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 3 D. Perumusan Masalah ............................................................................. 3 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 5 A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 5 1. Hasil Belajar .................................................................................... 5 2. Tinjauan Tentang Belajar................................................................. 7 3. Tinjauan Tentang Pembelajaran ...................................................... 9 a. Hakikat Pembelajaran .................................................................. 9 b. Komponen Pembelajaran ............................................................. 10 c. Ciri-ciri Pembelajaran.................................................................. 11 4. Hakikat Model Pembelajaran……………………………………… 13 5. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ................................................. 14 6. Survei dan Pemetaan ....................................................................... 24 B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 28 A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 28 1. Tempat Penelitian ........................................................................... 28 2. Waktu Penelitian ............................................................................. 28 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 29 C. Sumber Data ........................................................................................ 29 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30 E. Validitas Data ...................................................................................... 30 F. Analisis Data ....................................................................................... 31 G. Indikator Kinerja ................................................................................. 33 H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 33 x
Hal BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... A. Profil Tempat Penelitian...................................................................... 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 .......... 2. Visi dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta ........................................ 3. Alat Bantu Pengajaran ................................................................... 4. Jenis dan Jumlah Ruang di SMK Negeri 2 ................................... 5. Jurusan Teknik Bangunan ............................................................. B. Deskripsi Kondisi Awal .................................................................... C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ................................................... 1. Tindakan Siklus I .......................................................................... 2. Tindakan Siklus II ......................................................................... D. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. E. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... A. Simpulan .......................................................................................... B. Implikasi .......................................................................................... C. Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
39 39 39 41 41 42 43 45 48 48 55 62 66 69 69 70 72
DAFTAR GAMBAR Gambar
Hal
Gambar 1. Keterkaitan antar Komponen Pembelajaran Kontekstual ................. 17 Gambar 2. Kerangka Konsep .............................................................................. 27 Gambar 3. Rangkaian Langkah dan Tindakan ................................................... 30 Gambar 4. Teknik Validitas Data........................................................................ 31 Gambar 5. Model Analisis Interaktif .................................................................. 32 Gambar 6. Model Spiral (Kemmis dan Taggart .................................................. 34 Gambar 7. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan ........................................................ 46 Gambar 8. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I .......................................................................... 53 Gambar 9. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II ......................................................................... 60
xii
DAFTAR TABEL Tabel
Hal
Tabel 1. Standar Komppetensi dan Kompetensi dasar.....................................
25
Tabel 2. Waktu penelitian ................................................................................
28
Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan ................................
46
Tabel 4. Hasil Tes Awal. ..................................................................................
47
Tabel 5. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I ...............................................................................................
52
Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I ...............................................................................
53
Tabel 7. Perkembangan Prestasi Belajar Pada Tes Awal dan tes Siklus I Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta.........................................
54
Tabel 8. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II ..............................................................................................
59
Tabel 9. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II..............................................................................
60
Tabel 10. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta ............................................................................................
61
Tabel 11. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I dan Sebelum Tindakan ...........
63
Tabel 12. Perkembangan Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I, Sebelum dan Sesudah Tindakan ..............................................................................
63
Tabel 13. PFrekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II, Sebelum dan Sesudah Tindakan ............................................................................................
64
Tabel 14. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum dan Sesudah Tindakan ........................................
65
Tabel 15. Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta ..................................................
xiii
65
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Hal
Lampiran 1. Pengajuan Judul ...........................................................................
73
Lampiran 2. Perijinan Kepada Kepala Dikpora ...............................................
74
Lampiran 3. Ijin Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta ....................................
75
Lampiran 4. Ijin Penyusunan Skripsi. ..............................................................
76
Lampiran 5. Permohonan ijin Kepada Dekan .................................................
77
Lampiran 6. Surat Pernyataan ..........................................................................
78
Lampiran 7. Daftar Hadir Peserta Seminar ......................................................
79
Lampiran 8. Permohonan Ijin Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta ..............
81
Lampiran 9. Surat Ijin dari Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta ....................
82
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.............................
83
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...........................
86
Lampiran 12. Tes Tertulis Siklus I...................................................................
89
Lampiran 13. Tes Tertulis Siklus II .................................................................
90
Lampiran 14. Nilai Tes Sebelum Tindakan .....................................................
92
Lampiran 15. Nilai Tes Siklus I .......................................................................
93
Lampiran 16. Nilai Tes Siklus II ......................................................................
94
Lampiran 17.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ............
95
Lampiran 18.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus I ..............................
96
Lampiran 19.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus II.............................
97
Lampiran 20. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ....................................................................................
98
Lampiran 21. Tabel Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I .................
100
Lampiran 22. Tabel Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus II ................
101
Lampiran 23. Tabel Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I .........................
102
Lampiran 24. Tabel Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus II ........................
103
Lampiran 25. Hasil Wawancara Guru………………………………………… 104 Lampiran 26. Hasil Wawancara Siswa………………………………………… 108 Lampiran 27. Gambar Oservasi Penelitian Tindakan Kelas ............................
xiv
109
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari didirikannya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu mencetak siswa untuk siap menghadapi dunia kerja sebagai profesional yang tangguh, dan mampu berkompetensi akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswa dapat meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai kekhususan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) pada mata pelajaran produktif. Maka kurikulum yang ada di SMK harus mengacu pula pada Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI). (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen pendidikan Nasional). Salah satu mata pelajaran yang ada di SMK yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah Survei dan Pemetaan yang diajarkan di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB). SMK adalah tempat pertama siswa mengenal konsep-konsep dasar pada ilmu praktek, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi dasar yang dapat dikembangkan ditingkat sekolah yang lebih tinggi atau pada dunia kerja. Pelaksanaan pembelajaran secara klasikal kurang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Komponen pendidikan seperti kurikulum, kegiatan belajar mengajar, penilaian, dan sistem kenaikan kelas didasarkan pada asumsi bahwa semua siswa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang homogen. Akibatnya siswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak dapat berkembang secara optimal sebaliknya siswa yang berkemampuan rendah selalu tertinggal dalam penguasaan materi. Keberhasilan proses belajar mengajar pada umumnya di ukur dari keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pemahaman akan pengertian dan pandangan guru terhadap metode mengajar akan mempengaruhi peranan dan aktifitas siswa dalam belajar, sebaliknya aktifitas guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap metode mengajarnya. Mengajar bukan sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan saja melainkan mengandung makna yang lebih luas dan kompleks yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi antara siswa dan guru. 1
2 Prestasi belajar yang masih dibawah kriteria ketuntasan yaitu 70% membuat kita prihatin, mengingat bahwa begitu pentingnya peranan ilmu Survei Dan Pemetaan dalam dasar dari ilmu bangunan. Berdasarkan kenyataan itulah, maka mata pelajaran Survei dan Pemetaan perlu ditingkatkan kualitasnya. Untuk meningkatkan kualitas mata pelajaran Survei Dan Pemetaan perlu memperhatikan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada faktor yang mempengaruhi
proses
dan
hasil
pembelajaran.
Faktor-faktor
tersebut
dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain kondisi fisiolagis, kecerdasan, bakat, minat, aktivitas dan motivasi belajar. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal antara lain guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar yang ada, kondisi lingkungan, juga bimbingan orang tua. Maksud tersebut akan diaplikasikan pada mata pelajaran Survei Dan Pemetaan menggunakan pendekatan kontekstual dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswanya membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan hasil pembelajaran akan dapat lebih bermakna bagi siswa. Dalam peningkatan hasil belajar yang dimulai dari suatu kelas atau komponen terkecil di dalam suatu sekolah, akan lebih efektif untuk meningkatkan mutu atau kualitasd dari sekolah itu sendiri. Maka peningkatan hasil atau kualitas belajar pada setiap mata palajaran sangat diperlukan.
B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, timbul beberapa permasalahan yang di identifikasikan sebagai berikut : 1. Keaktifan siswa dan kemampuan guru ada kecenderungan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. 2. Sekolah ada ke untukcenderung menaikkan Standar Kompetensi Kelulusan, sehingga diperlukan peningkatan kualitas pembelajaran. 3. Masih rendah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan.
3 4. Dalam proses belajar mengajar guru kurang memperhatikan apakah metode pembelajaran yang diterapkan akan cenderung diterima oleh siswa. C. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa hal sebagai berikut : 1. Hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada pembelajaran Survei dan Pemetaan di SMK Negeri 2 Surakarta. 2. Penelitian ini mengambil studi kasus Siswa Kelas X TKB Semester II tahun ajaran 2009/2010 di SMK N 2 Surakarta. 3. Tahapan pembelajaran yang meliputi kegiatan pembelajaran Survei dan Pemetaan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Dapatkah pembelajaran kontekstual meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan siswa kelas X TKB ? 2. Adakah hambatan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kontekstual ? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mampu meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan siswa kelas X TKB. 2. Menunjukkan hambatan-hambatan dalam meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual. F. Manfaat Penelitian Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Manfaat Praktis : a. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran Survei dan Pemetaan di Sekolah Menengah Kejuruan. b. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pelajaran Survei dan Pemetaan di Sekolah Menengah Kejuruan.
4 c. Bagi guru dan siswa teknik Bangunan SMK Negeri 2 Surakarta, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan terhadap hal-hal yang telah diusahakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran yang telah diberikan.
2. Manfaat Teoritis : a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan relevan. b. Sebagai
bahan
pustaka
bagi
mahasiswa
Progam
Pendidikan
Teknik
Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universutas Sebelas Maret Surakarta.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar Hasil belajar siswa pada penelitian ini dilihat dari hasil belajar siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah sebuah indikator untuk mengetahui seberapa jauh siswa tersebut dapat menerima pelajaran yang telah disampaikan guru, siswa yang aktif akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif. Pengertian prestasi menurut WJS Poerwadarminto (1987: 768) dalam kamus bahasa Indonesia menyebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan dan dihasilkan. Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari – hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S.Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil 5
6 nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Seorang guru yang professional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternatif. Disamping itu, guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan. Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh disamping pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa SMK. Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan mengajar. Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari : (1) mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran Kontekstual. Tujuan mengajar adalah mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Muhamad Nur, 2003: 33). Aktivitas siswa adalah keterlibatan
7 siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan mengajar. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan prestasi belajar siswa merupakan aspek-aspek dari hasil belajar siswa. Keaktifan merupakan salah satu kunci dari keberhasilan pembelajaran. Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku atau psikofisik berkat pengalaman dan latihan. Sedangkan prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai dalam proses perubahan tingkah laku atau psikofisik berkat pengalaman dan latihan yang dilakukan siswa. 2. Tinjauan Tentang Belajar Dalam kamus bahasa Indonesia (1996: 14) disebutkan “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. “Belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai–nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi, dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman terorganisasi.” Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli mengenai belajar, para ahli berpendapat berbeda-beda mengenai pengertian belajar, namun baik secara umum diantara mereka terdapat kesamaan maknanya, bahwa belajar selalu menunjukkan kepada “Suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman
8 dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. a. Hakikat Belajar Sebagai landasan penguasaan apa yang dimaksud dengan belajar akan penulis kemukakan beberapa pengertian tentang belajar, menurut Herman Hudoyo (1988: 2) dikemukakan bahwa “Belajar adalah suatu proses kegiatan dalam diri seseorang yang mengakibatkan adanya suatu perubahan tingkah laku” Sementara menurut R. Berguis (Slameto, 2003: 8) bahwa “belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi kesituasi lain. Menurut Witherington (Ngalim Purwanto, 2006: 84) “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”. Pendapat Brophy dan Good yang dikutip Ngalim Purwanto (1997: 75) dikemukakan bahwa “learning is development of new associations as a result experience” yang artinya bahwa belajar adalah suatu perkembangan dari hubungan baru sebagai hasil suatu pengalaman. Hal ini berarti belajar merupakan pengalaman yang diperoleh siswa selama siswa berada di lingkungan baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Semerntara M. Dimiyati Mahmud (1990: 14) mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan dari dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman-pengalaman” seperti pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru yang paling baik”. Dengan demikian, belajar yang paling efektif dan berkualitas adalah belajar melalui pengalaman. Dalam
proses
belajar
seseorang
berinteraksi
langsung
dengan
obyek
menggunakan semua alat inderanya. Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa unsur yang termasuk ciri-ciri adanya proses belajar yaitu : 1) Usaha untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, nilai dan sikap. 2) Belajar menghasilkan adanya perubahan tingkah laku.
9 3) Perubahan tingkah laku adalah hasil interaksi aktif dengan lingkungannya. 4) Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 1) Faktor internal siswa. 2) Faktor eksternal siswa. 3) Faktor pendekatan belajar.
3. Tinjauan Tentang Pembelajaran a. Hakikat Pembelajaran Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti : cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan (Purwadarminta, 1976: 22). Bila Pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau belajar yaitu siswa. Dengan demikian, Pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa), mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan searah. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang mencapai untuk tujuan (Oemar Hamalik, 1995: 57). Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pembelajaran menurut Gagne (1989: iii) adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya tingkah laku dari siswa. Sedangkan perubahan tingkah laku itu dapat terjadi karena adanya interaksi antara siswa dan lingkungannya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi pembelajaran dalam pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi siswa untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki bukan sekedar
10 menyampaikan
pengetahuan
menyampaikan
pengetahuan
dan dan
membentuk membentuk
keterampilan.
Bila
keterampilan
saja
proses yang
dipergunakan, maka akan menurunkan kualitas pebelajaran. Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. b. Komponen Pembelajaran Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah situasi di mana siswa dapat berinteraksi dengan guru atau bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Situasi ini dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode dan atau media yang tepat, agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. 1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang di butuhkan untuk mencapai tujuan. 2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar
mengajar,
dan
peranan
lainnya
yang
memungkinkan
berlangsungya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif. 4) Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
11 6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. 7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi adalah dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan bahkan bagi setiap komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu system. c. Ciri-ciri Pembelajaran Dalam menentukan ciri-ciri pembelajaran ditekankan pada unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa. Ciri-ciri pembelajaran adalah tanda-tanda adanya upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu: 1) motivasi belajar, 2) bahan ajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, dan 5) kondisi subyek yang belajar. 1) Motivasi Belajar Dalam pembelajaran bila ada siswa tidak dapat berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki dan dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa itu mau melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjalin kelangsungan dan
12 memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. (Sardiman, A.M, 1992: 75). 2) Bahan Belajar Bahan belajar atau materi belajar yaitu segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran, jadi bahan bahan belajar harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar bahan belajar tersebut diminati siswa, sesuai dengan pendapat Dadang Sulaiman (1988: 29) pemilihan materi belajar yang dilakukan dengan teliti serta penggunaannya yang bijaksana, akan membarikan motivasi yang tinggi para siswa untuk merespon terhadap pengajaran. 3) Alat Bantu Belajar Alat bantu belajar atau media belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar yang berupa media cetak, media elektronik atau yang lainnya. Untuk memudahkan siswa menerima materi pengajaran perlu diusahakan agar siswa dapat menggunakan sebanyak mungkin alat indera yang dimilikinya, makin banyak alat indera yang digunakan untuk mempelajari materi pelajaran makin mudah diingat apa yang dipelajari. 4) Suasana Belajar Suasana dapat menimbulkan aktivitas atau kegairahan belajar siswa antara lain: (a) Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa, siswa-siswa) yang hangat, hal tersebut akan menunjukkan suasana yang gembira dan bebas sehingga akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. (b) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar yang dapat
meningkatkan kegairahan dan kegembiraan belajar akan
terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian dengan karakter untuk siswa. Adanya memaksimalkan keaktifan siswa yang belajar (Moedjiono, Moh. Dimiyati, 1992: 23).
13 5) Kondisi Siswa Yang Belajar Mengenai kondisi siswa yang belajar dapat dikemukakan sebagai berikut: a) Siswa memiliki sifat yang unik artinya antara anak yang satu dengan anak yang lainnya berbeda b) Adanya kesamaan yang memiliki langkah-langkah perkembangan dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang demikian akan berpengaruh pada partisipasi siswa dalam proses belajar. Kondisi siswa dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar. Untuk itu, Kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada siswa untuk belajar), motivator (memberi dorongan pada siswa untuk belajar) dan sebagai pembimbing (membari bimbingan kepada siswa yang memerlukan).
4. Hakikat Model Pembelajaran Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu : rasional teoritik yang logis yang disusun oleh terciptanya tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (LPMP, 207: 12). Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Tugas guru dalam pembelajaran autentik yaitu membantu siswa untuk belajar masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan
14 nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata (Nurhadi dan Senduk, 203: 76). Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa harus mengidentifikasi masalah, kemungkinan
pemecahannya,
memilih
suatu
pemecahan,
melaksanakan
pemecahan atas masalah tersebut dan menganalisis serta melaporkan penemuanpenemuan. Tugas guru dalam pembelajaran inkuiri yaitu mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menyelidiki sendiri untuk mencari tahu jawabannya, sehingga siswa diharapkan dapat berinisiatif dalam memecahkan masalah-masalah dan bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah yang ditemui seharihari.
5. Hakikat Pembelajaran Kontekstual Salah satu usaha untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dapat dipertimbangkan adalah pengajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL), yakni sebuah pendekatan pembelajaran yang terpusat pada siswa (Student Oriented). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) adalah pembelajaran yang memungkinkan belajar memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan (menggunakan = employ) pemahaman dan kemampuan akademik mereka dalam beragam konteks baik di dalam maupun di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah yang mensimulasikan keadaan real atau masalah-masalah dunia nyata. CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menhubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih baik
bermakna
jika
anak
mengalami
apa
yang
dipelajarinya,
bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
15 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Sementara Nurhadi dan Senduk (2003: 13) memberikan batasan tentang pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) sebagai berikut: ”Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar dimana guru menhadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat”. Depdiknas (2003: 5) mendefinisikan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: ”Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (quenstioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment)”. Menurut
Kuswanto
(2005:
2)
menyatakan
bahwa
”Pendekatan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning adalah suatu konsep mengajar dan belajar yang akan membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar masa pelajarannya dengan situasi nyata dan yang memotivasi
16 siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan anggota keluarga bahkan anggota masyarakat di masa ia hidup”. Sumarwan (2004: 1) menjelaskan ”Pendekatan pembelajaran kontekstual contextual teaching and learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”. Menurut Elaine B. Johnson (2008: 58) ”Contxtual Teaching and Learning adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa”. Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang menyeluruh yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Tujuan pendekatan kontekstual (CTL) pada dasarnya adalah membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan yang lain dan dari suatu konteks ke konteks yang lain (Rusgianto, 2002: 23). Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain. Berdasarkan uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan guru mengaitkan content atau isi materi pelajaran dengan dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan siswa baik sebagai anggota keluarga maupun masyarakat. Di samping itu, dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademiknya dalam berbagai tatanan di sekolah dan di luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-
17 masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Untuk itu agar siswa dapat menciptakan hubungan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan dunia nyata, maka dalam pembelajaran kontekstual selalu diupayakan agar proses pembelajarannya dekat dengan pengalaman siswa. a. Komponen Dalam Pendekatan Kontekstual Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment)”. Berdasarkan ketujuh komponen tersebut, maka sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika ketujuh komponen tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas (Depdiknas: 2003: 10). Untuk memperjelas keterkaitan antar komponen diatas, maka dapat digambarkan sebagai berikut: Konstuktivisme (Construktivism)
Bertanya (Questioning)
Menemukan (Inquiry)
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Pemodelan (Modeling)
Refleksi (Reflection)
Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
(Nurhadi, Agus Gerard Senduk, 2003: 31) Gambar 1. Keterkaitan Antar Komponen Pembelajaran Kontekstual
18 Adapun penjelasan tiap-tiap komponen tersebut di atas di antaranya sebagai berikut: 1) Kontruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Konstruktivisme dalam belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensi yang jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada latihan dan rangsangan tanggapan (stimulus-response). Pembelajaran modern menganjurkan bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman dan tanggapan). Secara ilmiah, ketika ada pengetahuan baru, pikiran seseorang bekerja untuk menemukan makna pengetahuan baru itu dalam konteks nyata dan bisa terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Siswa mampu secara independen menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum pernah dihadapi, serta memiliki tanggungjawab yang lebih terhadap belajar seiring dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuan mereka. Esensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam pandangan kontruktivisme strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses
19 tersebut dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapakan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Pembelajaran yang konstruktivisme selayaknya memiliki delapan komponen utama yaitu: (a) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections) Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara
aktif
dalam
mengembangkan
minatnya
secara
individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing). (b) Melakukan
kegiatan-kegiatan
yang
signifikan
(doing
significant work) Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat. (c) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning) Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produk/hasil yang sifatnya nyata. (d) Bekerja sama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana
mereka
saling
mempengaruhi
dan
saling
berkomunikasi. (e) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis,
20 memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti. (f) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual) Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa juga menghormati temannya. (g) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa
mengenal
mengidentifikasi
dan tujuan
mencapai dan
standar
yang
tinggi:
memotivasi
siswa
untuk
mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai excellence. (h) Menggunakan penilaian otentik (using authentic assessment) Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. 2) Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta–fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Untuk itu guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan mememukan apapun materi pelajarannya. Untuk merancang pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan ini, ada empat langkah yang dapat diikuti antara lain: (1) merumuskan masalah, (2) mengamati atau mengobservasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru kelas, dan adiens lainnya.
21 3) Bertanya (Questioning) Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membibing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi. Pada semua aktifitas belajar, bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas. Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya, karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual (CTL). Dalam sebuah pembelajaran yang produktif , kegiatan bertanya berguna untuk: (a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. (b) Mengecek pemahaman siswa. (c) Membangkitkan respon pada siswa. (d) Mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa. (e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa. (f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. (g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa. (h) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep
learning
community
menyarankan
agar
hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari „sharing’ antar temen, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang–orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar.
22 Dalam
kelas
CTL,
guru
disarankan
selalu
melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok besar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajar yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya , semua pihak saling mendengarkan. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, ini berarti setiap orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik “Learning community” sangat membantu proses pembelajaran di kelas. 5) Pemodelan (Modeling) Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengalaman tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satusatunya model. Model dirancang dengan melibatkan siswa. 6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan
23 yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan refleksi itu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap kebenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan sejenak agar siswa melakukan refleksi. 7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya harus ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. b. Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) di Kelas Penerapan pendekatan kontekstual (CTL) di kelas cukup mudah, dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja termasuk
pelajaran Survei dan Pemetaan dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual berkaitan erat dengan tujuh komponen yang telah disebutkan di atas. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. 2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Mengembangkan sifat-sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
24 4) Menciptakan masyarakat belajar. 5) Menghadirkan model yang bisa ditiru sebagai contoh pembelajaran. 6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan. 7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. c. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual (CTL) Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berusaha dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru itu berupa pengetahuan dan keterampilan datang dari „menemukan sendiri„ bukan dari „apa kata guru‟. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola.
6. Survei dan Pemetaan Survei dan Pemetaan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas X TKB SMK program bangunan, mata pelajaran Survei Dan Pemetaan hanya diberikan pada dua semester awal sehingga siswa harus benarbenar mampu memahami dasar dari pekerjaan tersebut dan guru dituntut mampu menyampaikan materi dan memberikan proses pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan minat dan hasil yang baik dari siswa. Survei Dan Pemetaan adalah mata pelajaran yang harus diberikan pada semua program kelas bangunan baik itu pada program Teknik Konstruksi Kayu (TKK), Teknik Gambar Bangunan (TGB), dan Teknik Konstruksi Bangunan (TGB). Mata Pelajaran Survei dan Pemetaan ini merupakan dasar dari ilmu ukur tanah yang ada pada bangku perkuliahan pada program studi teknik bangunan., juga awal dari sebuah pekerjaan pada ilmu bangunan akan menggunakan ilmu ini pada tahap awal pengerjaanya. Dengan menaikkan Standar Kompetensi Kelulusan pada mata pelajaran produktif, maka guru dan siswa harus lebih berkompeten agar dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Sehingga hambatan yang ada pada proses pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya
25 dapat dipecahkan mulai dari pengenalan masalah. Untuk memperoleh hasil dan tujuan yang ingin dicapai pada proses pembelajaran guru dituntut dapat memberikan model pembelajaran yang tepat salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual. Pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan terdapat empat standar kompetensi pada semester satu, dan dua standar kompetensi pada semester dua. Daftar standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X Semester I STANDAR KOMPETENSI 1. Membuat garis lurus di lapangan
2. Mengukur jarak di lapangan
3. Mengukur beda tinggi dengan alat ukur sederhana
4. Membuat peta situasi dengan alat sederhana
KOMPETENSI DASAR 1.1 Memahami syarat-syarat pembuatan garis lurus 1.2 Memahami sumber kesalahan pembuatan garis lurus 1.3 Memahami teknik pembuatan garis lurus 2.1 Memahami syarat-syarat pengukuran jarak mendatar 2.2 Memahami sumber kesalahan 2.3 Memahami langkah kerja pengukuran datar/terhalang pandangan 3.1 Memahami syarat-syarat pengukura beda tinggi 3.2 Memahami teknik pengukuran beda tinggi dengan alat sedehana 3.3 Memehami teknik penggambaran hal pengukuran beda tinggi 4.1 Memahami teknik membuat petasituasi dengan alat ukur sederhana 4.2 Memahami rumus-rumus perhitungan pengukuran luas 4.3 Memahami penggambaran peta situasi
26 Kelas X Semester II STANDAR KOMPETENSI 1. Mengukur beda tinggi dengan alat pesawat penyipat datar
KOMPETENSI DASAR 1.1 Memahami penyetelan pesawat penyipat datar. Dumpy Level, Tilting dan Automatic Level 1.2 Memahami rumus-rumus perhitungan beda tinggi 1.3 Memahami sumber-sumber kesalahan pada pengukuran 1.4 Memahami teknik penggambaran hasil pengukuran beda tinggi 2.4 Mengukur beda tinggi memanjang dengan jarak langsung 2.5 Mengukur beda tinggi keliling (tertutup) jarak langsung 2.6 Menggambar hasil pengukuran beda tinggi
2. Mengukur beda tinggi di lapangan dengan alat ukur penyiat datar
B. Kerangka Berpikir Belajar merupakan aktivitas yang ditempuh siswa dengan tujuan untuk membentuk sikap/budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat. Tujuan pembelajaran di duga dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran
kontekstual
merupakan
pembelajaran
yang
mempertimbangkan keragaman siswa dan multi intelegensi siswa yang ada di kelas itu. Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses pembelajaran. Dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan masih banyak ditemukan masalah-masalah antara lain: masih rendahnya prestasi belajar siswa, masih rendahnya tingkat partisipasi siswa, masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep–konsep dasar Survei dan Pemetaan. Untuk
itu
diperlukan
perhatian
khusus
yang
berkaitan
dengan
pengembangan strategi pendekatan pembelajaran Survei dan Pemetaan di sekolah. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang besar untuk meningkatkan hasil belajar adalah pendekatan kontekstual (CTL).
27 Siswa akan dibiasakan berinteraksi dengan siswa lain melalui belajar kelompok dan observasi langsung di lapangan. Siswa belajar bersama-sama dalam kelompoknya yang terdiri dari berbagai macam tipe, artinya kelompok tersebut bersifat heterogen dan didalamnya terdiri dari siswa yang tergolong pandai, sedang dan lemah. Jika ada anggota kelompok yang tidak jelas maka anggota kelompok yang merasa mampu akan menjelaskan pada siswa tersebut. Dengan demikian pembelajaran akan menyenangkan dan berarti bagi siswa yang selanjutnya akan menimbulkan semangat belajar siswa dan diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. Dari
uraian
di
atas,
dapat
digambarkan
pola
pemikiran
yang
menggambarkan secara singkat konsep hubungan dalam penelitian yaitu sebagai berikut : Kondisi Awal
Guru belum menggunakan pembelajaran kontekstual
Hasil belajar siswa rendah
Siklus 1
Tindakan
Dalam Pembelajaran Menggunakan pendekatan kontekstual Siklus 2
Kondisi Akhir
Diduga melalui pembelajaran kontekstual hasil belajar meningkat 70% Gambar 2. Kerangka konsep
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian tentang penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan adalah di SMK Negeri 2 Surakarta kelas X TKB, dengan pertimbangan : a) SMK N 2 Surakarta adalah sekolah yang berstandar internasional (SBI) di kota Surakarta dan cenderung menaikkan standar kelulusan. b) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta terletak di Jl. LU. Adisucipto 33 Telp. 0271-714901 Surakarta Kode Pos 57139 merupakan tempat yang strategis sehingga memudahkan dalam pengawasan proses pembelajaran selama penelitian. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian direncanakan pada bulan Desember 2009-Juni 2010. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut. Tabel 2. Waktu Penelitian Desember
Januari
Tahun 2009/2010 Februari Maret April
Pengajuan judul Pra proposal Proposal Seminar proposal Revisi proposal Perijinan Penelitian Analisa Data Penulisan Laporan Ujian 28
Mei
Juni
29 B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Penelitian tindakan disini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian pengembangan model pembelajaran dan tindakan. Penelitian tindakan terikat dalam perencanaan dan pengimplementasian perangkat pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning). Teknik analisis yang digunakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Dimana penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran
C. Sumber Data Data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis (pree test), wawancara dan lembar observasi. Jenis data yang digunakan ada tiga, yaitu data yang berhubungan dengan proses, dampak tindakan yang dilakukan, dan data yang digunakan sebagai dasar menilai keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan dengan proses berupa data tentang peningkatan hasil belajar Survei Dan Pemetaan Melalui Pembelajaran Kontekstual. Sesuai dengan fokus masalah yang diamati, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Hasil pengamatan terhadap langkah-langkah pembelajaran. 2. Informasi dari guru Survei dan Pemetan kelas X TKB. 3. Tes hasil belajar.
30 D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian, diperlukan alat dan metode untuk mendapatkan data yang tepat dan obyektif. Penetapan metode pengumpulan data berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai juga berdasar pada kebutuhan dan sumber data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Mencatat dokumen, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data-data tertulis, Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Satuan Acara Pembelajaran (SRP), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan nilai yang diberikan guru (terlampir).
2.
Observasi untuk mengamati aktifitas selama proses pembelajaran Pekerjaan Dasar Survei, dalam penelitian ini adalah observasi langsung dilakukan dengan cara formal dan informal.
3.
Evaluasi untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada materi pembelajaran.
4.
Wawancara teknik penelitian ini adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan.
E. Validitas Data Untuk
memperoleh
kebenaran
data
agar
hasil
penelitian
dapat
dipertanggungjawabkan, maka diperlukan teknik pemeriksaan data yang tepat. Menurut H.B Sutopo (2002) “Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian. Validasi data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (Wiraatmadja, 2005 : 168-171), yaitu : a) Member chek, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh
selama
observasi
atau
wawancara
dilakukan
dengan
cara
mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir pembelajaran. b) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif.
31 c) Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing. d) Expert Opinion, pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional, dalam hal ini penulis mengkonfirmasikan temuan kepada pembimbing atau dosen. Berdasarkan validasi di atas, maka validasi data yang akan digunakan oleh peneliti yaitu member chek dan triangulasi. Untuk validasi member chek, setelah wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran Survei dan pemetaan. Peneliti memeriksa hasil wawancara dan observasi, apakah sudah tercatat sesuai yang terjadi atau ada yang belum tercatat. Dalam hal ini menjamin keabsahan data dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data, yaitu mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan diskusi, membandingkan pendapat beberapa peneliti, hasil pengamatan data evaluasi. Untuk lebih jelasnya, proses trianggulasi data (sumber) dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Teknik Validitas Data (Sumber H.B Sutopo, 2002) F. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Menurut Huberman (2007: 19-20) “Analisis mempunyai tiga kegiatan yaitu : reduksi data,
32 penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi”. Tiga jenis Kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif. Reduksi
data
yaitu
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data ini harus disusun pada waktu peneliti sudah mendapatkan sejumlah data yand diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian analisis data kualitatif dalam penelitian tindakan ini dilakukan semenjak tindakan–tindakan dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan gambar berikut : PENGUMPULAN DATA
REDUKSI
SAJIAN DATA
PENARIKAN KESIMPULAN
Gambar 5. Model Analisis Interaktif (Sumber : Huberman, 2007: 20)
33 G. Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan kelas ini adalah jika terjadi perubahan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual di indikasikan jika: 1) 70% dari seluruh siswa terlihat peningkatan hasil belajar pada pelajaran Survei dan Pemetaan. 2) 70% siswa menunjukkan keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. 3) 70% siswa menunjukkan adanya interaksi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kelompok, menunjukkan adanya hubungan siswa dengan guru dan siswa dengan siswa selama pembelajaran. 4) 70% siswa terlibat aktif dalam pembelajaran kontekstual. Kemampuan guru untuk mengimplementasikan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditujukan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.
H. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar kelas X TKB di SMK N 2 Surakarta dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Melalui langkahlangkah yang dilakukan peneliti maka dapat ditentukan tidakan yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual.
34
Masalah
Rencana I
Evaluasi Refleksi
Tindakan I
Siklus I
Observasi I
Rencana II
Tindakan II
Evaluasi Refleksi
Siklus II
Observasi II
Rencana III
Tindakan III
Evaluasi Refleksi
Siklus III
Observasi III Model Spiral (Kemmis dan Taggart) Gambar 6. Prosedur Tindakan Untuk menerapkan perangkat pembelajaran kontekstual digunakan rancangan penelitian tindakan, selain itu juga memecahkan masalah-masalah praktis, juga untuk memperbaiki strategi pembelajaran. Dalam penelitian ini tindakan yang dimaksud adalah penerapan pembelajaran kontekstual, untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi. Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui tahap :
35 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan tindakan 3. Observasi 4. Refleksi Pada kegiatan siklus akan dilakukan sesuai dengan tahap-tahap berikut. Rencana tindakan siklus I 1. Tahap Perencanaan a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran Survei dan Pemetaan dengan Kompetensi Dasar (KD) Penyetelan dan pembacaan pesawat penyipat datar dengan model pembelajaran kontekstual. b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. c. Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilakanakan. d. Menyiapkan lembar penilaian e. Membuat lembar evaluasi. 2. Tahap pelaksanaan tindakan Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat yaitu : a. Tahap Awal Pembelajaran 1) Membuka pertemuan dengan kesiapan siswa untuk memulai pelajaran dengan berdoa. 2) Guru mengecek kehadiran siswa (presensi). Kemudian mengarahkan pada materi yang akan dibahas. 3) Tes awal tentang pembelajaran. b. Tahap Inti Pembelajaran 1) Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 6-7 orang tiap alat) dengan karakteristik yang heterogen secara acak. 2) Siswa menyimak panjelasan guru tentang tugas dan langkah kerja di lapangan yang harus dikerjakan pada waktu praktek dalam kelompoknya. 3) Guru memberikan bahan akademik yang disajikan kepada siswa dalam bentuk teks atau job sheet dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari bagian dari bahan akademik tersebut.
36 4) Salah satu siswa dari setiap kelompok diberi tanggung jawab untuk memimpin teman dalam satu kelompoknya untuk membagi tugas dalam pekerjaan yang akan dilaksanakan. 5) Siswa atau setiap kelompok diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang kurang dipahami dari job sheet pekerjaan yang diberikan oleh guru sebelum memulai praktek. 6) Setelah diadakan diskusi dalam kelompok dan sudah dianggap mengerti, siswa melakukan praktek sesuai dengan petunjuk dan job sheet yang sudah diberikan oleh guru. c. Tahap Akhir Pembelajaran 1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Melakukan tindak lanjut. 3. Tahap Observasi Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. 4. Tahap Evaluasi dan Refleksi Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan awal pembelajaran, kegatan inti pembelajaran, sampai kegiatan akhir pembelajaran berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya. Tahap ini dilaksanakan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.
37 a) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai : 1) Penampilan guru didepan kelas. 2) Cara menyampaikan materi pelajaran. 3) Cara pengelolaan kelas. 4) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran. 5) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran. 6) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan. 7) Waktu yang diperlukan guru. b) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai: 1) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Survei dan Pemetaan. 2) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan. 3) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat. 4) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi. 5) Banyaknya siswa yang bertanya. 6) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah. 7) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan tugas. 8) Kerjasama dalam kelompok. Bila hasil evaluasi dan refleksi siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada pelajaran Survei dan Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas X TKB, maka perlu dilanjutkan ke siklus II. Rencana Tindakan Siklus II 1. Perencanaan tindakan a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah. b. Menyiapkan media yang dibutuhkan. c. Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilakanakan. d. Menyiapkan lembar penilaian e. Membuat lembar evaluasi. f. Pengembangan program tindakan II.
38 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui: a. Guru melakukan apersepsi b. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran langkah-langkahnya hampir sama dengan yang tertera pada siklus I. c. Siswa diberi kesempatan melakukan diskusi dalam kelompok untuk membahas kesulitan dalam praktek yang sudah dilakukan. d. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa. 3. Observasi a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. b. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan. 4. Refleksi a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul. b. Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran kontekstual pada siklus II. c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III jika diperlukan. Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 5% dari siklus I apabila pada sikus II belum mengalami peningkatan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Tempat Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta. Perkembangan pemikiran para ahli teknologi yang didorong oleh perkembangan zaman, maka diperoleh pemikiran untuk mendirikan STM di Solo. Para pendirinya antara lain: 1) Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden 2) Prof. Ir. Soediro 3) R.T Djojo Suparno (Sri Sampurno) 4) R. Sumardi Djadi sworo 5) Lalda Soedjono BA Pada tanggal 1 Juli 1952 berdirilah sekolah yang diberi nama Sekolah Tinggi Mesin (STM) di Solo. Namun sejak pada tahun 1998 lokasi tersebut menjadi tempat untuk SMP Negeri 24 dan SMP Negeri 25 Surakarta. Tiga jurusan yang dibuka pada saat itu adalah: 1) Jurusan Mesin 2) Jurusan Listrik 3) Jurusan Bangunan Pada tanggal 12 juli 1952 keluar surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 3095/B, maka STM solo resmi menjadi STM Negeri Solo dengan pimpinan Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden. Dari mulai berdiri tahun 1952 hingga tahun 1998 pejabat kepala sekolah 12 orang dengan periode meningkat Periode I Sejak tahun 1956 mendapat lokasi dijalan Letjend. Adi Sucipto No.13 , tahun 1966 menjadi STM Negeri 1 Surakarta. Tahun 1971 mendapat proyek pertama pembuatan ruang/bengkel kerja mesin.
39
40 Periode II Tahun 1977 dengan SK Dikmenjur tertanggal 6 Januari 1977 No. 57. 012. 77 ditunjuk melaksanakan kurikulum 1967 (STM 3 tahun) dengan pengembangan jurusan: 1) Mesin, 2) Bangunan, 3) Listrik, 4) Elektronika, 5) Otomotif. Periode III Tahun 1986 dengan SK dekmanjur bertanggal 4 Desember 1986 No. 267 / CU/Kep/1.86 menetapkan STM Negeri 1 Surakarta untuk melaksanakan rumpun / program study berikut: 1)
Bangunan : Bangunan Gedung dan Gambar Bangunan.
2)
Elektronika : Elektronika Komunikasi.
3)
Teknologi pekerjaan logam : Mesin Produksi
4)
Otomotif : Mekanik Otomotif. Serta pelaksanaan program pengembangan sekolah seutuh-utuhnya (PGG)
Periode IV Tahun 1994 berlaku perubahan jurusan, maka STM Negeri 1 Surakarta memiliki 5 jurusan 6 program study: 1) Bangunan : Bangunan Gedung dan Gambar Bangunan. 2) Elektronika : Elektronika Komunikasi. 3) Teknologi pekerjaan logam : Mesin Produksi 4) Otomotif : Mekanik Otomotif. 5) Listrik : Listrik Pemakaian. Pada pelajaran tahun 1999 / 2000 SMK Negeri 1 Surakarta diberlakukan kurikulum dengan perubahan rumpun menjadi bidang keahlian yang meliputi: 1.
Bidang perkayuaan 1.1. Teknik perkayuan 1.2. Teknik kontruksi bangunan 1.3. Teknik gambar bangunan
2.
Bidang keahlian elektronika 2.1. Teknik audio visual 2.2. Listrik pemakaian
41 3.
Bidang keahlian mesin 3.1. Mesin perkakas 3.2. Mekanik otomotif Adapun dana dari pemerintah telah diterima dengan tahapannya adalah sebagai
berikut: 1) Th 1971 – 1972 memperoleh dana Pelita I, berupa gedung praktek diatas tanah seluas 500m2. 2) Th 1975 – 1977 memperoleh dana Pelita II, berupa peralatan praktek. 3) Th 1978 memperoleh dana pelita III, berupa penambahan gedung, tahun berikutnya memperoleh dana bantuan dari negara Belanda berupa alat-alat dan mesin peralatan yang tujuannya untuk mememnuhi kebutuhan di SMK N 2 Surakarta.
2. Visi Dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta. a. Visi Mewujudkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai pencetak sumber daya manusia yang profesional dalam bidang teknologi dan industri yang mampu menghadapi era global. b. Misi a. Membentuk
tamatan
yang
berkepribadian
unggul
dan
mampu
mengembangkan diri. b. Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing dilapangan kerja. c. Menyiapkan wirausaha yang tangguh dalam bidang teknologi dan industri d. Menyiapkan SMK 2 Surakarta sebagai SMK yang mandiri.
3. Alat Bantu Pengajaran Untuk mencapai tujuan pendidikan dan program mata pelajaran diperlukan alat-alat yang memadai berkaitan dengan hal tersebut maka SMK Negeri 2 Surakarta telah menyediakan alat-alat dan prasarana sebagai berikut:
42 a. Alat dan prasarana penunjang praktek Pada umumnya SMK Negeri 2 Surakarta lebih mengutamakan praktek daripada teori. Hal ini diamati dari perkembangannya yaitu 40% untuk teori dan 60% untuk praktek. Keberadaan laboratoriumnya sendiri antara lain terdiri dari: 1) Laboratorium mesin untuk rumpun mesin TP I. 2) Laboratorium elektronika untuk rumpun elektronika. 3) Laboratorium kayu mesin untuk rumpun bangunan. 4) Laboratorium otomotif untuk rumpun otomotif. b. Alat dan prasarana penunjang materi Untuk penunjang disediakan buku-buku perpustakaan yang berupa buku pelajaran, pengetahuan umum, koran, majalah dan lain-lain. c. Alat dan prasarana penunjang kesenian Untuk menunjang kesenian disediakan alat musik tradisonal seperti: gamelan, kulintang, sedangkan untuk alat musik kontemporer disediakan alat musik band lengkap. d. Alat dan prasarana penunjang olahraga Sarana untuk menunjang kegiatan olahraga dalah: 1) Lapangan Volly. 2) Lapangan basket. 3) Perkembangan atletik. 4) Peralatan senam. 5) Perlengkapan permainan.
4. Jenis dan Jumlah Ruang di SMK Negeri 2 Surakarta. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis ruang Ruang Kepala Sekolah Ruang Wakil Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Piket Ruang Administrasi Ruang Teori Ruang Gambar
Jumlah 11 1 5 1 1 5 3
Luas (m2) 32 24 60 36 96 1312 108
43 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Ruang Bangunan Ruang Elektronika Ruang Mesin Ruang Otomotif Ruang Diesel Ruang Gedung Gegistik Ruang Alat Olahraga Ruang Bp Ruang Perpustakaan Ruang Pertemuan Ruang Kesenian Ruang UKS Ruang SPP Ruang Osis Masjid Ruang koperasi karyawan Ruang koperasi siswa Kantin Menara air Rumah penjaga Rumah satpam Parkir guru Parkir siswa Kamar mandi karyawan Kamar mandi siswa Lorong jalan Ruang dinas
5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 7 7 1
1553 463 1228 895 36 100 35 60 130 200 35 30 24 9 14 24 18 134 10 15 7 147 360 270 103 112 42
5. Jurusan Teknik Bangunan. a. Keadaan umum Pada rumpun teknik bangunan secara keseluruhan terdapat 9 kelas, masingmasing terdapat 3 kelas dengan jumlah murid tiap kelas ± 30 siswa dan dari masing-masing kelas dipimpin oleh seorang wali kelas. b. Pembelajaran Secara umum perbandingan antara teori dan praktek untuk kelas 1 adalah 40% teori dan 60% praktek, untuk 2 dan 3 adalah 30% teori dan 70% praktek,
44 tiap bidang studi praktek minimal dipegang oleh 2 orang guru. Jumlah jam dalam 1 minggu adalah 50 jam untuk praktek, jumlah siswanya 30 orang yang dibimbing 2 orang guru (lokal). Praktek disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Alat dan sarana yang dimiliki oleh jurusan teknik bangunan sudah memenuhi syarat karena sudah dikategorikan sebagai sekolah unggulan. c. Struktur Organisasi Bengkel Teknik Bangunan Bengkel Jurusan Teknik Bangunan Ketua Jurusan
Wakil Ketua Jurusan
Kepala Bengkel
Teknik Konstruksi kayu
Teknik Konstruksi Batu
Teknik Gambar Bangunan
d. Unit Produksi Pada jurusan teknik perkayuan terdapat unit produksi yang memberikan jasa kepada pihak luar sekolah. Dalam unit produksi ini SMK Negeri 2 Surakarta melayani pembuatan mebel baik itu meja, kursi, almari, rak buku. e. Alumni Untuk alumni jurusan perkayuan banyak yang bekerja di industri-indusri mebel.
45 B. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil survey awal antara lain: 1. Tidak Adanya Tes Tertulis Atau Evaluasi Tes dan Evaluasi pada awal atau akhir pelajaran berfungsi untuk mengetahui kondisi awal atau kesiapan siswa sebelum melaksanakan tugas atau pekerjaan yang akan diberikan, juga dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah melaksanakan pekerjaan atau materi yang telah diberikan. Namun dari survey diperoleh hasil bahwa di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) tidak diadakan tes dan evaluasi tersebut, sehingga guru tidak terlalu mengetahui tentang kondisi siswa sebelum atau setelah diberikan pekerjaan maka hasil yang dicapai tidak akan dapat maksimal sesuai yang diinginkan.
2. Rendahnya Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Berdasarkan hasil pengamatan langsung tanggal 17 Februari 2010 terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam penyampaian pelajaran Survei dan pemetaan pada materi pengukuran jarak di lapangan untuk mengetahui gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta. Nilai hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes dalam praktek dan tes tertulis (pree test),dalam pree test
terdapat 5 soal uraian digunakan untuk mengetahui
kondisi awal siswa sebelum memulai praktek. Dan hasil dari praktek yang telah dilaksanakan dari guru kelas yang hasilnya masih belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar, dari seluruh soal yang di uji cobakan seluruh soal ternyata valid atau memenuhi syarat untuk dapat dipergunakan sebagai alat tes prestasi. Hasil tes awal materi pembacaan bak ukur dengan pesawat penyipat datar dapat dilihat pada table 3 di bawah ini:
46 Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa KelasX TKB SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan. Nomor
Nilai
Frekuensi
Prosentase
1
21-30
0
0%
2
31-40
2
5,88%
3
41-50
4
11,78%
4
51-60
6
17,64%
5
61-70
9
26,48%
6
71-80
8
23,52%
7
81-90
5
14,70%
8
91-100
0
0%
34
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 3 prosentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada
FREKWENSI
grafik
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9 8 6 5 4 2 0 21-30
0
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 NILAI
Gambar 7. Grafik Nilai Survei Dan Pemetan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan.
47
Berdasarkan data nilai diatas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta sebanyak 34 siswa hanya 13 siswa yang memperoleh nilai diatas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 21 siswa atau 61,78% memperoleh nilai dibawah batas nilai ketuntasan yaitu 7,00. Maka
peneliti
mengadakan
konsultasi
dengan
guru
untuk
melaksanakan
pembelajaran melalui pendekatan kontekstual. Tabel 4. Hasil Tes Awal Keterangan
Ujian Awal
Nilai terendah
40
Nilai tertinggi
90
Rata-rata nilai
61,94
Siswa belajar tuntas
38,22%
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa adalah 61,94 dimana hasil tersebut masih dibawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 70. Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas belajar pada materi pengukuran jarak sebesar 38,22% saja, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari 70%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman, prestasi belajar, aktivitas siswa pada kegiatan KBM, khususnya untuk materi pokok pengukuran jarak. Dari hasil tes awal pada table diatas dapat disimpulkan sementara bahwa penguasaan materi pengukuran jarak oleh siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari 70% memberikan indikasi bahwa siswa masih belum begitu paham pada beberapa indikator belajar materi pengukuran jarak.
48 C. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Tindakan Siklus 1 Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal 22 Februari 2010 sampai tanggal 27 Februari 2010. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan 1 dilaksanakan pada hari Senin 22 Februari 2010 di ruang guru SMK Negeri 2 Surakarta. Peneliti dan guru kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan siklus 1 dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (dengan alokasi waktu 4x45 menit) yaitu pada hari rabu 24 Februari 2010. Dengan berpedoman pada Kurikulum Spectrum, peneliti melakukan langkahlangkah perencanaan pembelajaran materi pengukuran jaak di lapangan. Standar Kompetensi : Mengukur jarak di lapangan Kompetensi Dasar
: Mengukur jarak di lapangan dengan penyipat datar
Indikator : 1) Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar. 2) Dapat menyebutkan jenis-jenis pengukuran di lapangan. 3) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran . Alasan Pemilihan yaitu peneliti ingin meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan siswa kelas X Teknik Konstruksi Banguna (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta. Langkah-langkah perencanaan tindakan: 1) Peneliti bersama guru kelas merancang RPP dengan indikator siswa dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar, siswa dapat menyebutkan jenis-jenis pengukuran di lapangan, siswa dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran . 2) Menyiapkan media yang dibutuhkan antara lain bak ukur pesawat penyipat datar. 3) Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilaksanakan.
49 4) Menyiapkan lembar penilaian. 5) Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. 6) Membuat lembar evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus 1 dengan menggunakan pendekatan konteksual. Sebelum pelajaran dimulai guru telah menyiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Pada pembukaan pelajaran seperti biasanya guru memimpin berdoa sebelum pelajaran dimulai dan mulai mengecek presensi siswa. Sebagai kegiatan awal guru memberikan motivasi pada siswa dengan mengajak siswa untuk sedikit santai karena pada pelajaran survei dan pemetaan di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan mendapatkan jadwal jam siang yaitu jam 8-10 atau pukul 12.45-15.00 WIB. Dengan tujuan untuk mengkondisikan kelas serta melepas rasa lelah setelah sehari penuh mengikuti pelajaran dan siswa dapat kembali termotivasi untuk belajar dan kembali mempunyai minat dalam mengikuti pelajaran. Kemudian pada kegiatan inti guru memberikan sedikit review tentang pelajaran yang sudah disampaikan pada minggu lalu untuk kembali menyegarkan ingatan siswa, dilanjutkan mengaitkan materi minggu lalu dengan materi yang akan disampaikan pada hari ini yaitu tentang pengukuran jarak dilapangan. Selanjutnya guru memberikan waktu pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas, setelah materi sudah dianggap selesai guru memulai dengan membagikan soal atau tes tertulis untuk mengetahui kondisi siswa sebelum melaksanakan pekerjaan yang diberikan dan setelah materi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan siswa dapat diterima dengan baik. Pada tes tertulis siswa diberikan soal yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan pada pengerjaannya siswa diberikan waktu maksimal untuk menyelesaikannya. Selanjutnya guru kembali memberikan waktu untuk melakukan tanya jawab tentang kejelasan siswa yang dianggap kurang pada pekerjaan yang akan dilaksanakan.
50 Selanjutnya guru mulai membagi kelompok secara acak dengan anggota tiga orang setiap kelompok karena keterbatasan alat maka tiap alat dipakai oleh dua klempok dengan 6-7 orang tiap pesawat, Kelompok digunakan untuk mendukung keefektifan pembelajaran serta memudahkan siswa untuk diskusi dan bertukar pendapat sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, di sarankan untuk dapat membagi pekerjaan pada setiap kelompok agar terjalin kerjasama yang baik. Setelah pembagian kelompok kemudian guru membagikan lembar observasi kelompok untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan, lembar observasi digunakan untuk melukiskan pengamatan atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan yang akan dilaporkan pada guru pembimbing untuk nilai akhir siswa pada kompetensi dasar tersebut. Kegiatan selanjutnya guru mengajak siswa untuk ke lapangan dengan membimbing setiap kelompok secara bergiliran dan mengawasi keaktifan siswa disetiap kelompok pada waktu diskusi observasi langsung serta memberikan bimbingan pada siswa yang belum jelas pada pekerjaan yang dilaksanakan. Untuk kegiatan akhir, hasil yang sudah dicatat didiskusikan kelompok dan pada guru pembimbing kemudian dilanjutkan mengemasi kembali alat yang telah digunakan dan dikembalikan ke laboratorium penyimpanan alat. Selanjutnya kembali kedalam kelas untuk kembali memberikan review dan diskusi tentang pekerjaan yang sudah dilaksanakan, tentang kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan. Setelah selesai kemudian melakukan doa penutup pada akhir pelajaran. c. Observasi Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama melakukan pembelajaran Survei dan Pemetaan dengan menerapkan metode kontekstual serta mengamati keterampilan guru dalam mengajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 1) Hasil observasi bagi guru Dari data observasi pada siklus 1 diperoleh hasil observasi sebagai berikut: (a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik. (b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah memberi pengantar dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna meningkatkan motivasi siswa.
51 (c) Guru dalam bertanya jawab hanya menunjuk siswa yang berada pada bagian depan dan belakang, untuk bagian tengah kurang diperhatikan. (d) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. (e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang memperhatikan pelajaran. (f) Guru belum optimal dalam memberi pujian kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar. (g) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah baik. (h) Guru sudah baik dalam mengelola kelas. (i) Guru memanfaatkan media dan alat pembelajaran dengan baik. (j) Guru sudah mampu merangsang siswa untuk aktif bertanya dan mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat menyenangkan. (k) Guru kurang memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengamatan. (l) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum dan menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan. (m) Guru belum berkeliling untuk mengecek kegiatan siswa didiknya dalam proses pembelajaran. (n) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh guru, jadi aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik. 2) Hasil observasi siswa Dari data pada siklus I diperoleh hasil belajar afektif siswa sebagai berikut: (a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan peningkatan. (b) Perhatian siswa sudah baik
dalam memperhatikan pelajaran
yang
disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan. (c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat. (d) Siswa aktif dalam pembelajaran. (e) Dua pertiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan pendapat. (f) Siswa menunjukkan kerjasama dalam kelompok.
52 (g) Siswa kurang adanya minat untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas dengan baik. (h) Keberanian siswa maju kedepan untuk mempresentasikan hasil tugas kurang. (i) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman sudah baik. Tabel 5. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB Di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I. No
Aspek yang diamati
Pertemuan 1
1
Kemauan untuk menerima pelajaran
2
Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan
2
3
4
oleh guru
3
Penghargaan siswa oleh guru
4
Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
5
Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat 6
Semangat dalam KBM
7
Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok
d. Refleksi Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 15 siswa yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus ke II untuk materi Survei dan Pemetaan dengan menindak lanjuti siklus I. Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
53 Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I Nomor
Nilai
Frekuensi
Prosentase
1
0-30
0
0%
2
31-40
0
0%
3
41-50
3
8,82%
4
51-60
5
14,70%
5
61-70
7
20,58%
6
71-80
9
26,50%
7
81-90
7
20,58%
8
91-100
3
8,82%
34
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel prosentase hasil belajar Survei dan Pemetaan siklus I siswa
FREKWENSI
kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta maka dapat digambarkan grafik 5.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9 7
7
5 3
0
3
0
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 NILAI
Gambar 8. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siklus I Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta
54
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus I, siswa memperoleh nilai 50 sebanyak 3 siswa atau 8,82%, siswa memperoleh nilai 60 Sebanyak 5 siswa atau 14,70%, siswa mendapat nilai 70 sebanyak 7 siswa atau 20,60%, siswa mendapat nilai 80 sebanyak 9 siswa atau 26,50%, dan siswa mendapat nilai 90 sebanyak 7 siswa atau 20,58%, dan siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak 3 siswa atau 8,82 %. Tabel 7. Perkembangan Prestasi Belajar Pada Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa Kelas X TKB Di SMK Negeri 2 Surakarta. Keterangan
Tes Awal
Siklus I
Nilai terendah
40
50
Nilai tertinggi
90
100
Rata-rata nilai
61,94
68,47
38,22%
55,9%
Siswa belajar tuntas
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes siklus I table 5 dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 17,68% dengan nilai batas tuntas 70 keatas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 55,9%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 38,22% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 40 pada siklus I naik menjadi 50. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 61,94 naik pada tes siklus I menjadi 68,47 nilai sudah menjadi rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah. Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan, antara lain: 1) Bagi Guru a) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat proses belajar mengajar. b) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan pelajaran.
55 c) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum menyeluruh). d) Guru belum optimal memberikan pujian bagi siswa yang telah menjawab pertanyaan dengan benar. e) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik. f) Guru belum optimal dalam memantau kegiatan siswa dalam kelas. 2) Bagi Siswa a) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami indikator pembacaan bak ukur dengan pesawat penyipat datar. b) Beberapa siswa kesulitan membaca dan menuliskanbak ukur dengan pesawat penyipat datar. c) Siswa sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil dalam belajar lebih maksimal.
2. Tindakan Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal 1 Maret 2010 sampai tanggal 6 Maret 2010. Perencanaan kegiatan dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4x45 menit, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi: a. Tahap Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada asiklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada pelajaran Survei dan Pemetaan dengan standar Kompetensi mengukur jarak dilapangan diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan belajar yang cukup signifikan. Oleh karena itu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali dengan indikator yang berbeda. Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari rabu 1 Maret 2010 di ruang guru SMK Negeri 2 Surakarta. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan disepakati bahwa
56 pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam satu pertemuan (dengan alokasi waktu 4x45 menit) yaitu pada hari rabu tanggal 4 Maret 2010. Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut: Indikator: 1) Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar. 2) Dapat mengukur jarak dengan cara polar. 3) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran . Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual pada KD mengukur jarak di lapangan serta meningkatkan dan mempertahankan pencapaian penguasaan materi yang ditujukan unuk memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang konsep pengukuran di bidang bangunan. Pada siklus I ternyata hasil yang diperoleh belum mencapai indikator yang peneliti inginkan meskipun sudah ada peningkatan dalam persensentase ketuntasan siswa, maka peneliti perlu menambahkan pada siklus berikutnya. Pembelajaran ini direncanakan dalam satu kali pertemuan
dengan
alokasi waktu 4x45 menit. Pertemuan pertama mengacu pada indikator yaitu mengenai pembacaan bak ukur, yang kedua mengukur jarak dengan cara polar, dan yang terakhir pemahaman tentang sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dengan menggunakan pendekatan konteksual. Sebelum pelajaran dimulai, guru telah menyiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Pada pembukaan pelajaran seperti biasanya guru memimpin berdoa sebelum pelajaran dimulai dan mulai mengecek presensi siswa. Sebagai kegiatan awal guru memberikan motivasi pada siswa dengan mengajak siswa untuk sedikit santai karena pada pelajaran survei dan pemetaan di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan mendapatkan jadwal jam siang yaitu jam 8-10 atau pukul 12.45-15.00 WIB. Dengan tujuan untuk mengkondisikan kelas serta melepas
57 rasa lelah setelah sehari penuh mengikuti pelajaran dan siswa dapat kembali termotivasi untuk belajar dan kembali mempunyai minat dalam mengikuti pelajaran. Kemudian pada kegiatan inti guru memberikan sedikit review tentang pelajaran yang sudah disampaikan pada minggu lalu untuk kembali menyegarkan ingatan siswa, dilanjutkan mengaitkan materi minggu lalu dengan materi yang akan disampaikan pada hari ini yaitu tentang pengukuran jarak dilapangan. Selanjutnya guru memberikan waktu pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas, setelah materi sudah dianggap selesai guru memulai dengan membagikan soal atau tes tertulis untuk mengetahui kondisi siswa sebelum melaksanakan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan setelah materi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan siswa dapat diterima dengan baik. Pada tes tertulis siswa diberikan soal yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan pada pengerjaannya siswa diberikan waktu maksimal untuk menyelesaikannya. Selanjutnya guru kembali memberikan waktu untuk melakukan tanya jawab tentang kejelasan siswa yang dianggap kurang pada pekerjaan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya guru mulai membagi kelompok secara acak dengan anggota tiga orang setiap kelompok, kelompok digunakan untuk mendukung keefektifan pembelajaran serta memudahkan siswa untuk diskusi dan bertukar pendapat sehingga pekerjaan dapat diselasaikan dengan baik, di sarankan untuk dapat membagi pekerjaan pada setiap anggota kelompok agar terjalin kerjasama yang baik. Setelah pembagian kelompok kemudian guru membagikan lembar observasi kelompok untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan. Lembar observasi digunakan untuk menuliskan pengamatan atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan yang akan dilaporkan pada guru pembimbing untuk nilai akhir siswa pada kompetensi dasar tersebut. Kegiatan selanjutnya guru mengajak siswa untuk ke lapangan dengan membimbing setiap kelompok secara bergiliran dan mengawasi keaktifan siswa disetiap kelompok pada waktu diskusi observasi langsung serta memberikan bimbingan pada siswa yang belum jelas pada pekerjaan yang dilaksanakan. Untuk kegiatan akhir pada pekerjaan hasil yang sudah dicatat didiskusikan kelompok dan pada guru pembimbing kemudian dilanjutkan mengemasi kembali alat
58 yang telah digunakan dan dikembalikan ke laboratorium penyimpanan alat. Setelah itu siswa kembali kedalam kelas untuk kembali memberikan review dan diskusi tentang pekerjaan yang sudah dilaksanakan tentang kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan, setelah selesai kemudian melakukan doa penutup pada akhir pelajaran. c. Observasi Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa melalui pendekatan kontekstual dengan mengukur jarak dilapangan. Berbeda dengan pertemuan pada siklus I, pendekatan kontekstual yang dilakukan selain pembacaan bak ukur peneliti juga menggunakan metode pergantian posisi untuk mengajak siswa dapat belajar dan aktif berpartisipasi dalam kelompok. Observasi ini ditujukan pada kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau partisispasi serta untuk mengetahui hasil belajar siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk hasil lembar kerja siswa baik kelompok ataupun individu. Sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual dan metode bertukar peran. Selain itu peneliti juga melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama proses pembelajaran serta keterampilan guru dalam mengajar dengan pendekatan kontekstual pada materi pembacaan bak ukur dengan menggunakan pesawat penyipat datar. 1) Hasil observasi bagi guru Dari data hasil observasi dapat dilihat aktivitas guru adalah sebagai berikut: a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dan media dengan baik. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembacaan bak ukur b) Guru telah mampu mengelola kelas dengan menciptakan suasana kelas sesenang mungkin dan menegur siswa yang kurang memperhatikan pelajaran atau yang berintermeso (ramai) selama diskusi dan proses pembelajaran. c) Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa. d) Guru sudah memberi pujian kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar dan pada kelompok yang melakukan pekerjaan dengan baik dan
59 kooperatif, serta merayakan keberhasilan dengan mengambilkan tas dan memberikannya pada saat jam pelajaran selesai. e) Guru sudah memberi bimbingan pada individu siswa dan pada kelompok yang mengalami kesulitan pada saat melakukan pekerjaan maupun berdiskusi. f) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu mengajar dengan baik dan sesuai dengan rencana pembelajaran. 2) Hasil observasi siswa Dari data observasi pada siklus II diperoleh hasil belajar afektif siswa sebagai berikut: a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran dari guru meningkat b) Siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru dengan sungguhsungguh. c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat. d) Siswa aktif dalam pembelajaran. e) Sudah banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan pendapat. f) Kerjasama dalam kelompok meningkat. g) Seluruh siswa mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas kelompok. Tabel 8. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II. No
Aspek yang diamati
Pertemuan 1
2
1
Kemauan untuk menerima pelajaran
2
Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan
3
oleh guru
3
Penghargaan siswa oleh guru
4
Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
5
Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat 6
Semangat dalam KBM
7
Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok
4
60 d. Refleksi Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, dan pada awal pembelajaran sudah diberikan pree test. Dari hasil tes belajar siswa dapat diketahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan tugas yang diberikan seperti dikemukakan pada tabel 8. Tabel 9. Frekuensi Nilai Hasil belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II Nomor
Nilai
Frekuensi
Prosentase
1
0-30
0
0%
2
31-40
0
0%
3
41-50
0
0%
4
51-60
2
5,88%
5
61-70
7
20,59%
6
71-80
10
29,42%
7
81-90
7
20,59%
8
91-100
8
23,52%
34
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel prosentase hasil belajar Survei dan Pemetaan siklus II siswa
FREKWENSI
kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta maka dapat digambarkan grafik 6. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
10 8 7
7
2 0
0
21-30 31-40 41-50
0
51-60
61-70 71-80 81-90 91-100 NILAI
Gambar 9. Grafik Nilai Survei Dan Pemetaan Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta.
61 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus II, siswa memperoleh nilai 60 sebanyak 2 siswa atau 5,88%, siswa memperoleh nilai 70 Sebanyak 7 siswa atau 20,59%, siswa mendapat nilai 80 sebanyak 10 siswa atau 29,42%, siswa mendapat nilai 90 sebanyak 7 siswa atau 20,59%, dan siswa mendapat nilai 95 sebanyak 8 siswa atau 23,52%. Tabel 10. Hasil Tes Kognitif Siklus II kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta. Tes Awal
Siklus I
Siklus II
Nilai terendah
40
50
60
Nilai tertinggi
90
100
100
Rata-rata nilai
61,94
68,47
76,88
38,22%
55,9%
73,51%
Siswa belajar tuntas
1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 40, pada siklus I naik menjadi 50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 90 pada siklus I naik menjadi 100, dan pada siklus II tetap menjadi 100. 2) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94, dan pada siklus I menjadi 68,47, kemudian pada siklus II menjadi 76,88. 3) Untuk siswa tuntas belajar (Nilai ketuntasan 70) pada tes awal 35,32%, pada tes siklus I 55,9%, setelah dilakukan refleksi terdapat 15 siswa yang tidak tuntas, namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 73,51%. Setelah dilakukan refleksi II hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan. Dari hasil penelitian pada siklus II, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru harus terus melaksanakan bimbingan belajar untuk mempertahankan pada hasil belajar dan partisipasi serta suasana dalam kelas sebagai tindak lanjut.
62 D. Deskripsi Hasil Penelitian Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh hasil peningkatan hasil belajar Survei dan Pemetaanpada KD mengukur jarak dilapangan dengan pendekatan kontekstual. Pada siklus I disampaikan kompetensi dasar mengukur jarak dilapangan termasuk penyetelan pesawat dan pembacaan bak ukur dengan indikator : a) Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar. b) Dapat menyebutkan jenisjenis pengukuran di lapangan. c) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran . Analisis hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan tindakan, observasi dari sikap dan perilaku siswa pada siklus I dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Hasil belajar dilihat dari segi afektif adalah a. Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup. b. Perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang disapaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan. c. Siswa sudah menghargai guru yang mengajar. d. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik namun masih perlu ditingkatkan. e. Hasrat dan kemauan bertanya siswa cukup. f. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih perlu ditingkatkan. g. Keberanian siswa maju ke depan masih kurang. h. Kemauan untuk berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.
63 2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa Tabel 11. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I Sebelum dan Sesudah Tindakan. Nomor
Nilai
Sebelum
Sesudah
tindakan
tindakan
1
21-30
0%
0%
2
31-40
5,88%
0%
3
41-50
11,78%
8,82%
4
51-60
17,64%
14,70%
5
61-70
26,48%
26,48%
6
71-80
23,52%
23,52%
7
81-90
14,70%
23,52%
8
91-100
0%
8,82%
Tabel 12. Perkembangan Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I Sebelum dan Sesudah Tindakan. Sebelum Tindakan
Setelah Tindakan
Nilai terendah
40
50
Nilai tertinggi
90
100
Rata-rata nilai
61,94
68,47
38,22%
55,9%
Siswa belajar tuntas
Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar kognitif siswa siklus I dapat disimpulkan bahwa presentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 17,68% dengan nilai batas ketuntasan 70 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 55,9% yang semula pada tes awal hanya terdapat 38,22% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 40 dan pada siklus I sebesar 50 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 61,94 naik pada tes siklus I menjadi 68,47.
64 Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan materi mengukur jarak di lapangan. pembelajaran menggunakan media pesawat penyipat datar, melakukan percobaan yang lebih kompleks, penggunaan peta konsep dan pemberian perayaan. Setelah pelaksanaan tindakan siklus II ditemukan perkembangan hasil belajar siswa baik hasil belajar kognitif maupun afektif.. 1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut : a. Siswa memeperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh. b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat. c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat. d. Siswa aktif dalam pembelajaran. e. Kerjasama dalam kelompok meningkat. f. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik. g. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat. h. Siswa sudah berani maju kedepan kelas.
2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa Tabel 13. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB Di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II Sebelum dan Sesudah tindakan. Nomor
Nilai
Sebelum
Sesudah
tindakan
tindakan
1
21-30
0%
0%
2
31-40
0%
0%
3
41-50
8,82%
0%
4
51-60
14,70%
5,88%
5
61-70
26,48%
20,59%
6
71-80
23,52%
29,42%
7
81-90
23,52%
20,59%
8
91-100
8,82%
23,52%
65 Tabel 14. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Dan Sesudah Tindakan. Sebelum Tindakan
Setelah Tindakan
Nilai terendah
40
60
Nilai tertinggi
90
100
Rata-rata nilai
61,94
76,88
38,22%
73,51%
Siswa belajar tuntas
Dari table diatas dapat dilihat bahwa nilai terendah yang diperoleh yang diperoleh siswa pada siklus I naik menjadi 50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes siklus I dan II 100. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada pada tes siklus I 76,17, naik pada siklus II 83,52, siswa belajar tuntas pada siklus I 55,9 pada siklus II naik menjadi 73,51. Tabel 15. Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta. Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Nilai terendah
40
50
60
Nilai tertinggi
90
100
100
Rata-rata nilai
61,94
68,47
76,88
38,22%
55,9%
73,51%
Siswa belajar tuntas
1) Nilai terendah yang diperoeh siswa pada tes awal 40, pada siklus I naik menjadi 50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60. 2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 90, pada siklus I naik menjadi 100, dan pada siklus II tetap menjadi 100. 3) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94, Silus I 68,47, dan pada siklus II 76,88. 4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan diatas 70) pada tes awal 38,22%, tes siklus I 55,9%, setelah dilakukan refleksi terdapat beberapa siswa yang tidak tuntas (nilai akhir KD dibawah 70), namun secara keseluruhan sudah meningkat
66 hasil belajarnya bila dilihat dari persentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II siswa sudah mencapai ketuntasan. Akan tetapi ada beberapa hambatan yang muncul pada proses pembelajaran diantaranya : guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta. Dari analisa data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu. Persentase hasil belajar kognitif dan afektif siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu mendemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun pada akhirnya menjadi lebih hidup dan menyenangkan pada akhirnya hasil belajar Survei Dan Pemetaan siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 surakarta meningkat. Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran pada pelajaran Survei Dan Pemetaan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta, baik hasil belajar kognitif maupun afektif. Walaupun ada hambatan-hambatan didalam pembelajaran yang cukup berarti namun dengan kecermatan hambatan-hambatan tersebut dapat dihadapi 1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut : a. Siswa memperhatikan pelajaran demgan sungguh-sungguh. b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat. c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
67 d. Siswa aktif dalam pembelajaran. e. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat. f. Kerjasama dalam kelompok meningkat. g. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik. h. Siswa sudah berani mempresentasikan hasil praktek kedepan kelas. 2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa. Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa megadakan praktek dengan materi pengukuran dilapangan dengan indikator: a) Dapat menyetel pesawat penyipat datar, b) Dapat membaca bak ukur dengan menggunakan pesawat penyipat datar, c) Dapat menyebutkan jenis-jenis pengukuran dilapangan. Proses pembelajaran dilakukan dengan strategi yang baik dan terencana dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, tugas kelompok, berdiskusi, tugas individu. Setelah dilaksanakan siklus I dan dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yaitu masih ada beberapa siswa memperoleh nilai kurang dari 70 atau siswa yang tuntas 55,9% dengan nilai rata-rata 68,47. Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang materi pengukuran dilapangan dengan indikator: a) Dapat membaca bak ukur dengan menggunakan pesawat penyipat datar, b) Dapat melaksanakan pengukuran dilapangan dengan menggunakan metode polar, c) Dapat memahami sumbersumber kesalahan dalam pengukuran. Proses pembelajaran dilakukan dengan strategi yang baik dan terencana dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup sebagaimana kegiatan belajar yang telah dilaksanakan pada siklus I, namun pada siklus ke II kegiatan ditambahkan pada keaktifan siswa dalam kelompoknya serta interaksi siswa dengan teman berbeda kelompok maupun dengan guru. Setelah dilaksanakan siklus II dan dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan persentase maupun rata-rata hasil belajar siswa yaitu pada tes awal sebesar 38,22% dengan rata-rata 61,94, kemudian pada siklus I naik menjadi 55,9% dengan rata-rata 68,47 akan tetapi belum mencapai batas ketuntasan yaitu 70%. Setelah dilakukan
68 pembelajaran pada siklus II menunjukkan peningkatan hasil yaitu sebesar 73,51% dengan nilai rata-rata 76,88 hasil ini sudah memenuhi indikator yang peneliti capai, maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 adalah guru harus terampil dalam menerapkan pendekatan kontekstual diantaranya : (1) mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa, (2) memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama, (3) mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontektual, (4) merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep dan teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dilingkungan kehidupan mereka, (5) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari, (6) melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaan. Pada akhir siklus dilakukan wawancara sebagai upaya tambahan untuk menguatkan keberhasilan pada penelitian dengan metode kontekstual yang telah dilakukan. Adapun wawancara dilakukan pada siswa dan guru untuk mengetahui sejauh mana kemampuan metode pembelasjaran kontekstual dapat diterima dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Karena dalam pembelajaran kontekstual ini diharapkan siswa aktif dalam mengikuti pambalajaran dan disamping itu guru dapat meningkatkan kemampuannya didalam mengajar. Hasil dari wawancara yang dilakukan pada akhir siklus tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kontekstual dapat diterima dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, maka dapat dianalisis kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil belajar Survei dan Pemetaan siswa kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta meningkat pada materi pengukuran di lapangan dengan menerapkan pendekatan kontekstual baik dilihat dari aspek kognitif dan afektif. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94, siklus I 68,47 dan pada siklus II naik menjadi 76,88. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 70) pada tes awal sebesar 38,22%, tes siklus I 55,9% setelah dilakukan refleksi terdapat beberapa siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 70), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II yaitu sebesar 73,51% hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan sudah mencapai indikator yang di inginkan. 2. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan misalnya: guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta. Cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 adalah guru harus terampil dalam menerapkan pendekatan kontekstual diantaranya : (1) mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa, (2) memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama, (3) mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontektual, (4) merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep dan teori yang dipelajari 69
70 dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dilingkungan kehidupan mereka, (5) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari, (6) melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaan.
B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pelaksanaan pembelajaran Survei dan Pemetaan. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 Februari 2010. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret 2010. Adapun indikatornya adalah : (1) Dapat membaca bak ukur, (2) Dapat menyebutkan jenis-jenis pengukuran dilapangan, (3) Dapat menyebutkan sumbersumber kesalahan dalam pengukuran. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang. Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi pengukuran jarak di lapangan baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pengukuran di lapangan dan mendapatkan respon positif dari siswa, hal tersebut dapat ditinjau dari hal berikut: a. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Survei dan Pemetaan karena pendekatan kontekstual melibatkan interaksi antara siswa dan lingkungan, kebebasan bertanya dan
71 berpendapat, pujian dan perayaan dari guru saat siswa berhasil melakukan kegiatan dengan baik. Secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangankekurangan kecil diantaranya kontrol waktu. Prosentase hasil belajar kognitif dan afektif siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu mendemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelas bisa menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar siswa pada pelajaran Survei dan Pemetaan meningkat. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan prestasi dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin. Kendala yang dihadapi antara lain, guru akan sulit dalam mengendalikan siswa sehingga suasana nampak ramai. Karena biasanya ketika siswa melaksanakan diskusi, siswa pun mengobrolkan hal lain karena siswa menganggap guru kurang
72 memperhatikan. Untuk itu guru harus kreatif dalam mengatasi hal tersebut. Guru mengatasinya, misalnya dengan menempatkan siswa yang sering ramai di dekat guru, guru harus sering mendekati siswa-siswa tersebut.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan kontekstual pada kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) Di SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta didik Smk Negeri 2 Surakarta pada khususnya sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Penelitian dengan class-room action research membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. 2. Bagi Guru a. Untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan (materi pengukuran di lapangan) diharapkan menggunakan pendekatan kontekstual. b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan pembelajaran diharapkan menerapkan pendekatan kontekstual. c. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan pendekatan kontekstual pada materi pengukuran. 3. Bagi Siswa a. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta : UNS Press. Anonim. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : UNS Press. Anonim. 2007. Pendekatan kontekstual. Jakarta : Depdiknas. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bina Aksara Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Burhan Bangun. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Surakarta : Rajawali Press. Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual . Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD. Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud. Ediyati, Agung, Mart. 1994. Ilmu Ukur Tanah. Bandung : Angkasa. Elaine B. Johnson, 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center (MCL). Elaine B. Johnson, 2008. Contextual Teaching and Learning. Jakarta : Mizan Learning Center (MCL). Gino, HJ, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta : UNS Press. H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press. Kartini, Kartono. 1981. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta : CV. Rajawali. Kasihani Kasbolah. 1999. Penelitin Tindakan Kelas. Malang Tinggi Proyek PGSD.
: Dirjen Pendidikan
Kuswanto. 2005. Pendekatan Pembelajaran Modern : Contextual Teaching and Learning. Surakarta : Surakarta Post. Lexy J. Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mathew dan M. Huberman. 2007. Analisa Data Kualitatif. Jakarta : UI Press.. Miles, MB & Huberman. 1992. Analisis Pola Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Moedjiono, M Dimiyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud. Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Nurhadi; Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS). Natamia, Harindra. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Negeri I Simo Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Slamet,St Y; Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta; UNS Press. Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Suradji. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press. Susilo. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. The Liang Gie. 1995. Ciri-ciri Belajar Yang Efisien ( Jilid I ). Yogyakarta : Libery. Widyaiswara LPMP. 2007. Model-model Pembelajaran. Semarang : Depdikbud. Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka Wahyuni, Wening. 2009. Peningkatan Minat Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jati Kuwung Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009. Wulandari, Fibrianti. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning-CTL dalam Pemecahan Masalah matematika Terhadap Prestasi belajar Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta. UMS Surakarta.