DAKWAH MELALUI MEDIA RADIO (ANALISIS PROGRAM CAHAYA PAGI DI RADIO ALAIKASSALAM SEJAHTERA JAKARTA (RASFM)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Persyaratan Kelulusan Untuk Strata 1 Jurusan Komuniksi dan Penyiaran Islam
Disusun oleh Rizka Prasti 106051001870
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HAIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1432 H
DAKWAH MELALUI MEDIA RADIO (ANALISIS PROGRAM CAHAYA PAGI DI RADIO ALAIKASSALAM SEJAHTERA JAKARTA (RASFM)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Persyaratan Kelulusan Untuk Strata 1 Jurusan Komuniksi dan Penyiaran Islam
Disusun oleh Rizka Prasti 106051001870
Pembimbing
Drs. H. Sunandar, M.Ag NIP. 19620626 1994031 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HAIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1432 H
ABSTRAKSI Rizka Prasti (106051001870) Dakwah Melalui Media Elektronik Radio (Analisis Program Cahaya Pagi di Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta {RASfm})
Sebagai media informasi. Radio mengambil peran signifikan dalam menyampaikan nilai-nilai Islam yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang muslim sejati sesuai dengan tuntunan sunah Rasulullah SAW. Keberadaan sebuah radio berbasis Islam dirasakan menjadi sangat penting mengingat Islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran merupakan tanggung jawab umat Islam secara keseluruhan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Imran: 104. Dari permasalahan di atas penulis mengambil program Cahaya pagi di Radio Alaikasssalam Sejahtera Jakarta sebagai obyek penelitian karena penulis ingin mengetahui mengapa RASfm tertarik untuk memproduksi program Cahaya Pagi, apa dan bagaimana program Cahaya Pagi serta apa saja faktor pendukung dan kendala dalam proses produksi dan penyiaran program Cahaya Pagi di RASfm. RASfm mengembangkan sayap dakwahnya pada solusi untuk menemukan jati diri muslim sejati bangsa Indonesia. dengan menspirit dakwah. Dalam program Cahaya Pagi di RASfm terdapat berbagai materi dakwah sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi, baik hari besar Islam, event-event nasional, akhlak, akidah, bencana alam maupun problem kehidupan sehari-hari. Materi disampaikan oleh para ustaz dan ustazah yang berkompeten di bidangnya. Penelitian ini merujuk kepada buku karya Moh. Ali Aziz yang menjelaskan tentang unsur-unsur dakwah dan buku karya Masduki yang menjelaskan tentang format stasiun radio serta karakteristik radio. Penelitian dalam skripsi ini mengunakan metode penelitian yang bersifat studi kasus dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena melalui teknik pengumpulan data. Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian yang didapat adalah dengan berpegang teguh pada unsur-unsur dakwah, yaitu subyek dakwah, ialah seorang dai yang menyampaikan materi pada program Cahaya Pagi, obyek dakwah, ialah sasaran pendengar yang terdiri dari kalangan eksekutif muda dan karyawan, materi dakwah, ialah isi materi yang disampaikan pada Program Cahaya Pagi yang berisikan sesuai kondisi yang sedang terjadi, dan media dakwah. Ialah media yang digunakan oleh Program Cahaya Pagi. Cahaya Pagi sendiri menggunakan radio untuk menyampaikan isi materinya. Selain unsur-unsur dakwah. Penelitian ini juga menghasilkan penjelasan tentang format stasiun yang digunakan oleh RASfm, yaitu visi dan misi RASfm, program-program yang ada pada RASfm terutama program dakwah, target pendengar serta penjadwalan program.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah menganugerahi nikmat terbesar kepada penulis, yaitu nikmat Islam. Dengan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat dan salam semoga Allah curahkan untuk Nabi Muhammad SAW, sebagai da’i bagi umat yang teguh dan kokoh dalam jalannya. Segenap keluarganya dan para sahabatnya, di mana dengan keikhlasan dan ketabahannya membawa umat kepada kesempurnaan risalah Islamiyah. Selama proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dilalui oleh penulis. Namun berkat doa dan motivasi serta kesungguhan hati, maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya atas dukungan dan bimbingan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA dan Drs. H. Mahmud Jalal, M.A. Selaku Pudek 1 dan Pudek 2; 3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarrofah M.A. Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
ii
4. Bapak Drs. H. Sunandar, M.Ag. Pembimbing yang telah memberikan nutrisi intelektual dan motivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi; 5. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis; 6. Segenap karyawan dan karyawati di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah. Terima kasih atas pelayanannya dalam meminjamkan buku-buku referensi. 7. Bapak Taufiq Ilham, traffic, newdesk, and announcer di RASfm yang bersedia memberikan data-data perusahaan; 8. Penghargaan yang tulus dan ikhlas untuk orang tua yang penulis sayangi, dengan sepenuh hati dan penuh kesabaran memberikan dukungan moril maupun materil yang sangat berharga selama study di UIN Ciputat. Semoga selalu dalam naungan dan perlindungan Allah SWT; 9. Teruntuk belahan jiwaku, Rizal Suriandi, ST dan buah hatiku Adzka Prapanca Surian. Yang menjadi penyejuk rasa hausku dan obat lelah kepenatanku. Tugas Akhir ini penulis tulis agar kalian tahu betapa penulis sangat mencintai dan menyambut langkah kalian setiap detik nadiku, di mata kalianlah terukir umurku; 10. Untuk kakak dan adik-adikku terutama M. Agung Setiaji yang senantiasa memberikan materinya hingga sampailah pada tugas akhir ini; 11. Sahabat penulis : Siti Nurraini, Wahyu Hidayat, S. Hum, Lina Marlina, Zahratul Mahmudah, Mursidi, S.Pdi dan Khadizah Azzahra, S.Hi yang telah menerima apa adanya dan telah berbagi suka dan duka selama berada di UIN Syarif
iii
Hidayatullah Jakarta. Tak lupa teruntuk Siti Aisyah, S.Kom yang telah memberikan sumbangan idenya;s 12. Teman-teman KPI angkatan 2006, khususnya KPI D yang telah memberikan kenangan tersendiri sehingga tidak akan pernah terlupakan bagi penulis. Penulis hanya dapat berdoa semoga bantuan dari berbagai pihak tersebut diterima oleh Allah SWT sebagai amal saleh dan mudah-mudahan mendapat balasan yang setimpal di sisi-Nya. Amin.
Jakarta, 20 Agustus 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI
..................................................................... i
KATA PENGANTAR
..................................................................... ii
DAFTAR ISI
..................................................................... v
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………
1
B. Rumusan Masalah
……………………………
7
C. Tinjauan Pustaka
……………………………
7
D. Tujuan Penelitian
............................................
9
E. Signifikansi Penelitian
............................................
9
1 . Signifikansi Akademis
................................
9
2. Signifikansi Praktis
................................
9
F. Metodologi Penelitian
............................................
9
1. Tipe Penelitian
............................................
9
2. Metode Penelitian
................................
10
....................
11
................................
11
b. Data Sekunder
...............................
12
4. Teknik Analisis Data
................................
12
.......................................
12
3. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer
G. Sistematika Kepenulisan
BAB II
: RUANG LINGKUP DAKWAH DAN RADIO ……
14
1. Pengertian Dakwah
……………………
14
2. Tujuan Dakwah
……………………
16
B. Subyek, Obyek, Materi Dakwah dan Media Dakwah
19
1. Subyek Dakwah
……………………
19
2. Obyek Dakwah
……………………
21
3. Materi Dakwah
……... ……………
23
A. Pengertian Dakwah dan Tujuan Dakwah
v
……………………
25
……………
28
1. Pengertian Radio
……………………
28
2. Sejarah Radio
……………………
29
……………
33
1. Zaman Penjajahan Belanda
……………
33
2. Masa Penjajahan Jepang
……………
35
……………
36
.......……...
37
…………………….....
40
4. Media Dakwah
C. Pengertian Radio dan Sejarah Radio
D. Perkembangan Radio di Indonesia
3. Zaman Kemerdekaan
`
4. Reformasi Radio di Indonesia E. Karakteristik Radio 1. Sifat Radio Siaran
................................. 40
2. Sifat Pendengar Radio
................................ 41
3. Kualifikasi SDM Radio
................................. 44 ……………………..... 45
F. Format Stasiun Radio
BAB III
: PROFIL STASIUN RADIO DAN ASAL MULA DAN PERKEMBANGAN PROGRAM CAHAYA PAGI DI RASFM A. Gambaran Umum RASfm; Sejarah dan Perkembangannya B. Profil RASfm 1. Logo RASfm
......................................
48
........................................
52
........................................
53
2. Ras Target dan Segmentasi
....................
54
3. Image
........................................
55
4. Gaya
......................................
55
………………………
56
1. Visi RASfm
. .......................................
56
2. Misi RASfm
.......................................
57
C. Visi dan Misi RASfm
D. Struktur Organisasi RASfm Jakarta
...................
E. Gambaran Umum Program Dakwah di RASfm 1. Daily Program
vi
57
....
59
.................................
59
2. Special Weekly Program
.....................
61
F. Asal Mula dan Perkembangan program Cahaya Pagi di RASfm BAB IV
...........................................
61
: ANALISIS PROGRAM CAHAYA PAGI DI RASFM A. Proses Produksi dan Penayangan Program Cahaya Pagi di RASfm
..................................
63
1. Proses Produksi
…………………...
63
2. Pengisi Acara
……………………
64
3. Materi Acara
……………………
64
4 . Format Acara
……………………
65
5. Jadwal Penyiaran
……………………
65
B. Faktor Pendukung dan Kendala Program Cahaya Pagi di RASfm
......................................
65
1. Faktor Pendukung
................................. 65
2. Faktor Kendala
................................. 66
D. Analisa Deskriptif Program Cahaya Pagi ................ 66
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
……………………………….
73
B. Saran
................................................
75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai yang diinginkan tersebut diperlukan apa yang dinamakan sebagai dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang kebenarannya dan menyeru manusia agar menjadi penganutnya. Sebagai
media
informasi.
Radio
mengambil
peran
signifikan
dalam
menyampaikan nilai-nilai Islam yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang muslim sejati sesuai dengan tuntunan sunah Rasulullah SAW. Keberadaan sebuah radio berbasis Islam dirasakan menjadi sangat penting mengingat Islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran merupakan tanggung jawab umat Islam secara keseluruhan. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS al-Imran:104)
1
2 Sesuai dengan misinya sebagai “Rahmatan Lil Alamin”, Islam harus disampaikan dengan wajah yang menarik supaya umat lain beranggapan dan mempunyai pandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka. Sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia akhirat.1 Sebagaimana internet, koran, majalah, dan televisi, radio adalah medium komunikasi massa yang dapat digunakan orang untuk tujuan tertentu. Di Indonesia ada tiga tujuan dominan penyiaran radio. Pertama, pelayanan kebutuhan pendengar. Pendirian diawali dengan penelitian khalayak untuk mengetahui bagaimana kebutuhan pendengar terhadap media radio baik isi siaran, waktu siar, maupun kemasan acaranya. Kedua, aktualisasi kepentingan pengelola. Setiap orang yang berkiprah di bidang keradioan pasti memiliki motivasi pribadi, misalnya ingin popular, memperluas relasi, atau ingin memperkuat eksistensi dirinya dalam kancah pergulatan politik. Ketiga, perolehan pendapatan ekonomi. Inilah tujuan paling popular.2 Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara, siarannya ditunjukkan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. RRI didirikan pada tanggal 11 September 1945, mempunyai peran besar dalam perjuangan kemerdekaan dan dalam perjalanan negeri ini. Setelah selama 32 tahun RRI menjadi corong pemerintahan, maka berdasarkan UU No. 32 tahun 2002, RRI berubah menjadi lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independent, netral, dan tidak komersial yang tugasnya adalah memberikan
1
Aby, Dakwah Islam, Artikel diakses pada 22 Mei 2010 dari http://bimaislam.depag.go.id/?mod=article&op=detail&klik=i&id=174. 2 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2005), cet. Ke2, h. 6.
3 pelayanan siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial dan menjaga citra positif bangsa di dunia internasional. Sebagaimana pasal 14 UU No. 32/2002 menegaskan bahwa RRI adalah lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat.3 Angin reformasi yang bertiup di Istana Negara Jakarta telah menjatuhkan kekuasaan rezim otoriter Orde Baru. Soeharto mundur tanggal 21 Mei 1998. Dari sini angin itu berhembus kencang hingga kantor menteri penerangan, tempat media penyiaran dikendalikan. Dalam tempo tidak lebih dari enam bulan keluar SK Menpen No. 134/1998 yang menghapus semua aturan ketat materi siaran radio. Pada tahun 1999 Departemen Penerangan dilikuidasi oleh Presiden Abdurrahman Wahid dengan alasan penerangan adalah urusan masyarakat. Likuidasi ini otomatis mencabut semua kewenangan yang dimiliki lembaga itu dalam UU No. 24/1997 tentang Penyiaran..4 Di zaman globalisasi ini harus kita akui bahwa persaingan dalam siaran radio semakin ketat. Dari fakta ini owners atau pemilik stasiun radio harus jeli dan teliti dalam melihat situasi perkembangan program untuk menyiasati agar stasiun radionya tetap bertahan dan bisa lebih maju selangkah dari stasiun radio lain. Mendirikan stasiun radio harus diakui memerlukan investasi yang padat modal, padat karya serta persyaratan kompetensi manajemen dengan pilihan teknologi yang tepat. Melihat kecenderungan itu penyelenggaraan stasiun radio tentu perlu melakukan kalkulasi cermat untuk memproyeksi pengembalian modal investasinya.
3
Krisna Mulawarman, Sejarah RRI, Artikel diakses pada 12 Juni 2010 dari http://www.rrionline.com. 4 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2005), cet. Ke2, h. 6.
4 95.5 RASfm (Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta), yang bertempat di Graha Arrasyidiyah jln.KH. Abdullah Syafi’ie No. 21 A, Tebet Jakarta-Selatan. Hadir sebagai salah satu radio di Jakarta yang mengemas secara khusus keselarasan antara program dakwah dan informasi tanpa meninggalkan fungsi radio sebagai media hiburan, yang disajikan dengan kesejukan dalam tutur kata. Keunikan inilah yang telah membuat RASfm menjadi referensi, barometer, dan cara hidup bagi masyarakat pendengar yang loyal, yaitu “keluarga muslim yang dinamis, modern namun tetap berpegang kepada nilai-nilai religius dengan toleransi tinggi”. 5 Program RASfm meningkatkan apresiasi dan turut menumbuh kembangkan nilai religitas dalam kemasan yang variatif, dinamis, dan modern serta mengembangkan budaya yang santun dalam penyajiannya. Dikemas dengan gaya dan tutur kata, logat, dialek sehari-hari, informal dan personal. Program RASfm diperkaya dengan gaya humor spontan yang tepat.6 Dari sekian program yang ada di RASfm Cahaya Pagi termasuk program yang menjadi daya tarik pendengar. Program ini merupakan Program Tausiyah harian dengan materi yang khas dan menarik, sebagai bekal diawal aktiftas pagi hari. Karakter program yang memberikan inspirasi dan wawasan seputar dinamika kehidupan yang dijalani pendengar sehari-hari. Materi rekaman Alm. KH. Abdullah Syafi’i dan ustad-ustazah yang berkompeten dibidangnya serta jam tayang yang tepat merupakan sebuah keistimewaan tersendiri untuk program Cahaya Pagi sehingga program ini tetap tayang hingga saat ini.
5
Taufiq Ilham, Profil RASfm, Artikel diakses pada 04 Mei 2010 dari http://www.rasfm.com. Makalah Seminar Radio, Bisnis Plan PT Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta, 10/12/2007 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah). 6
5 Istilah program di radio dapat dianalogikan sebagai barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual pada bentuk bisnis lain. Menurut John R. Bittner, program atau kerap disebut pula dengan istilah: acara adalah barang yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mendengarkannya. Dalam dunia keradioan, mengerti format stasiun (station format) adalah jantung dari seluruh kinerja pemrograman. Setiap olah produksi program siaran mengacu pada pilihan format stasiun radio yang makin spesifik (segmented) seiring makin banyaknya jumlah radio dan makin tersegmennya pendengar. Makin modern radio, makin terspesialisasi formatnya, makin kompetitif sebuah radio maka makin fokus posisi programnya. Penajaman program siaran adalah konsekuensi dari tajamnya format stasiun.7 Programmer harus menentukan hal apa yang akan digunakan sebagai senjata untuk menarik perhatian audien karena selera audien adalah sesuatu yang sulit diterka namun ada satu hal yang pasti tidak ada program yang pernah sukses dengan mengabaikan tujuannya. Dengan terjadinya persaingan program siaran, tentu saja harus mendapatkan perhatian secara khusus bagi mereka yang berkecimpung dalam media ini, dalam arti untuk terus menerus berupaya meningkatkan program siarannya, kalau tidak ingin ditinggalkan pendengarnya. Sistem pemrograman akan menyentuh juga penggunaan perangkat operasional siaran, kecanggihan perangkat teknik serta jangkauan siaran. Dari sarana penyiaran tersebut akan dapat diartikan kejelasan sasaran yang akan dicapai atas program yang
7
35.
Masduki, Menjad Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2005), cet. 2, h.
6 disiarkan,
yaitu
masyarakat
terbatas
(lokal)
atau
masyarakat
luas
(nasional/internasional).8 Dari pernyataan di atas programmer terlibat kerjasama langsung dengan bagian operasional siaran dan bagian perangkat tekhnik agar tercipta program yang berkualitas dan disukai pendengar. Strategi pemrograman yang baik yaitu membuat program atau mengadakan program sesuai dengan target audiennya serta mengatur penjadwalan siaran yang harus sesuai dengan momentum atau lifestyle masyarakat yang menjadi coverage area dari radio yang bersangkutan.9 Salah satu strategi agar audien tidak pindah adalah dengan menampilkan cuplikan atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling dramatis, mengandung ketegangan, menggoda dan memancing rasa penasaran yang hanya bisa terjawab atau terpecahkan jika tetap mengikuti saluran itu. Dengan strategi ini, audien diharapkan tidak akan pindah saluran jika ia tidak ingin beresiko kehilangan momen yang menimbulkan rasa penasaran itu. Sebagaimana sasarannya untuk masyarakat pendengar yang loyal, yaitu “keluarga muslim yang dinamis, modern namun tetap berpegang kepada nilai-nilai religius dengan toleransi tinggi”. Dalam siarannya, hadir dengan serangkaian program pilihan, mulai dari program dakwah unggulan, program dialog interaktif dengan berbagai tema menarik, poling pendengar dan kuis, dan sebagainya. 95.5 RASfm, juga hadir dengan berbagai informasi terkini, mulai dari info dakwah, info dunia Islam, dan lain sebagainya.10 Dari
8
R.M Soenarto, Program Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2007), h. 1. 9 Andi Fahrudin, Bahan Kuliah Perencanaan Program Televisi, 18/09/ 2007 (Jakarta: Universitas Mercu Buana). 10 Taufiq Ilham, Profil RASfm, Artikel diakses pada 04 Mei 2010 dari http://www.rasfm.com.
7 sekian program yang ada di RASfm, Cahaya Pagi termasuk program yang terus berdiri hingga saat ini. Berdasarkan dari pemikiran-pemikiran di atas. Penulis mengambil program Cahaya Pagi di Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RASfm) sebagai objek penelitian karena penulis ingin mengetahui mengapa RASfm tertarik untuk memproduksi program Cahaya Pagi, apa dan bagaimana program Cahaya Pagi serta apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam proses produksi dan penyiaran program Cahaya Pagi di RASfm.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka batasan dan rumusan masalahnya adalah: 1. Mengapa RASfm tertarik memproduksi dan menyiarkan program Cahaya Pagi ? 2. Apa dan bagaimana program Cahaya Pagi di RASfm? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses produksi dan penyiaran program Cahaya Pagi di RASfm?
C. Tinjauan Pustaka Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka secara intensif. Didapatkan beberapa skripsi yang mengangkat tema tentang dakwah dan program-program siaran, antara lain: Skripsi Faradillah (103051028577) dengan judul Analisis Isi Materi Siaran Keagamaan Cahaya Sore di 95,5 FM Radio Alaikassalam (RASFM) tahun 2007 M/1428 H dan skripsi milik Nur Azizah (103051028466) dengan judul Analisis Isi Materi Siaran
8 Keagamaan OASE: Halal dan Thoyib di Radio Alaikassalam Jakarta tahun 2007M/1427 H. Namun penulis belum menemukan adannya judul yang membahas atau serupa dengan judul yang penulis ajukan yaitu tentang Dakwah Melalui Media Elektronik Radio (Analisis Program Cahaya Pagi Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta {RASfm}). Dalam penulisan skripsi ini didapatkan beberapa buku yang secara khusus mengangkat tema tentang dakwah dan program-program siaran, antara lain: Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Buku ini merupakan buah karya Prof. Onong Uchjana Effendy, M.A. Buku ini memberikan informasi yang cukup lengkap mengenai radio siaran. Ilmu Dakwah. Karya Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag dan Da’wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah. Karya Dr, M. Bahri Ghazali, M.A. Buku ini memberikan informasi yang cukup lengkap mengenai fungsi dan tujuan dakwah serta sistem dan unsur-unsur dakwah. Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional serta Buku Program Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran karya R.M Soenarto. Buku ini banyak menjelaskan tentang program-program siaran.
D. Tujuan Penelitan Berdasarkan rumusan masalah di atas. Maka tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RASfm) dapat tertarik menyiarkan program Cahaya Pagi, apa dan bagaimana program Cahaya Pagi, dan
9 apa faktor pendukung serta penghambat dalam proses produksi dan penyiaran program Cahaya Pagi di RASfm.
E. Signifikansi / Manfaat Penelitian 1. Signifikansi Akademis Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sedikit pemikiran dalam kajian ilmu komunikasi khususnya yang menyangkut studi mengenai analisis program dakwah di media elektronik radio. 2. Signifikansi Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan, informasi, serta pertimbangan bagi SDM radio agar ke depannya dapat memberikan program yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
F. Metodologi Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.11 Penulis berharap
11
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 54.
10 dengan penelitian deskriptif ini pembaca akan lebih mudah mengerti dan mencerna apa yang akan penulis sampaikan. Meminjam salah satu definisi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, Kirk dan Miller (1986:9) yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri, dan berpartisipasi (berhubungan) dengan orang-orang tersebut, menggunakan bahasa dan peristilahan mereka. Kemudian Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.12 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah metode penelitian yang bersifat studi kasus (case study) yaitu salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, bila peneliti hanya mempunyai sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontomporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.13 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan suatu teknik memperoleh data untuk keperluan penelitian. Data itu sendiri merupakan salah satu komponen riset, artinya tanpa
12
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 7. 13 Siti Aisyah, Skripsi: Strategi Pemrograman CTV Banten dalam Mempertahankan Eksistensi Sebagai TV Lokal (Jakarta: Universitas Mercu Buana, 2008), h. 60.
11 data tidak akan ada riset. Data yang akan dipakai dalam riset haruslah benar karena apabila salah akan menghasilkan informasi yang salah juga.14 a. Data Primer Data primer yang digunakan penulis adalah wawancara mendalam atau indepth interview dan observasi. Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara mendalam, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).15 Wawancara dilakukan penulis dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dengan interviu terstruktur. Narasumber yang diwawancarai adalah pihak dari Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RASfm) serta berkompeten memberikan pernyataan atau jawaban. Yaitu Bapak Taufiq Ilham selaku Staff HRD serta Traffic di RASfm. Sedangkan observasi merupakan prosedur sistematis untuk mengetahui gejalagejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti melalui pengamatan dari dekat dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.16 Ada pun observasi yang penulis lakukan hanya kepada program Cahaya pagi di radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta.
14
Husain Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 22. 15 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 193-194. 16 Syamir Salam, Pedoman Penulisan Skripsi, Diktat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2003, h. 17.
12 b. Data Sekunder Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan dan mempelajari teori yang diperlukan dari berbagai literatur di perpustakaan. Selain itu juga data diambil dari bahan tertulis maupun teori yang didapat pada saat kuliah, arsip-arsip serta company profile.17 4. Teknik Analisis Data Teknik penelitan dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat kualitatif, pengolahan data difokuskan pada penggalian subjek penelitian (key informan) sedangkan proses analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan narasumber (key informan) dan studi literatur. Kemudian dibaca, dipelajari, dan dianalisa secara kualitatif. Hasil analisa tersebut adalah data yang tidak berbentuk angka-angka melainkan kalimat-kalimat pernyataan dan disusun secara sistematis.
G. Sistematika Kepenulisan Untuk penyajian penelitian dan penulisan, sekaligus memberikan gambaran yang lebih jelas tentang materi yang terkandung di dalam skripsi ini. Penulis menyusun sistematika penulisan skripsi ini ke dalam lima bab. Dengan urutan sebagai berikut : Bab pendahuluan, pembahasan materi yang terdiri dari tiga bab, dan diakhiri dengan bab kesimpulan. Bab pertama : pendahuluan berisi latar belakang masalah yang merupakan dasardasar pemikiran terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, perumusan
17
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia: 2003), h. 40.
13 masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bab dua : penulis mencoba memaparkan tentang ruang lingkup dakwah dan radio yang terdiri dari pengertian dan tujuan dakwah, subyek, obyek, materi, dan media dakwah, pengertian radio, sejarah radio, serta perkembangan radio di Indonesia, karakteristik, dan format stasiun radio. Bab ketiga : penulis memperkenalkan lebih jauh profil RASfm serta program Cahaya Pagi di radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta. Bab keempat : merupakan inti dari penulisan skripsi. Penulis menganalisa program Cahaya Pagi yang disiarkan radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (RASfm). Bagian terakhir, bab lima merupakan kesimpulan dan saran-saran disertai dengan daftar pustaka dan lampiran.
BAB II RUANG LINGKUP DAKWAH DAN RADIO
A. Pengertian Dakwah dan Tujuan Dakwah 1. Pengertian Dakwah Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab ”da’wah”. Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, ’ain, dan wawu. Dari ketiga huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menanamkan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi. 1 Kata dakwah juga berarti doa (al-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah dan mengesahkan-Nya (tauhid).2 Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat.3 Sedangkan definisi dakwah menurut para pakar antara lain: 1. Syekh Ali Makhfudh Dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.4
1
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2009), cet. Ke-2, h. 6. A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani, 2006), h. 144. 3 Anang Hermawan, Pengertian Dakwah, Artikel ini diakses pada tanggal 22 Mei 2010 dari http://tri 1405.blogsome.com/2007/05/07/pengertian-dakwah/trackback/. 4 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 3. 2
14
15 2. Endang S. Anshari Dalam arti terbatas ialah:menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan, tulisan, ataupun lukisan. Sedangkan pengertian luas adalah penjabaran, penterjemahan, dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia termasuk di dalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan,ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan, dan sebagainya.5 3. A.Hasjmy Dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat yang telah terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri6 4. Barmawie Umary Dakwah adalah Penyebaran agama Islam secara luas dan massal. Dakwah menurut bahasa: mengajak atau mendorong kepada sesuatu tujuan seperti dengan di’aayah. Dakwah menurut istilah mengajak ke arah kebenaran, amar ma’ruf nahi munkar agar memperoleh sa’adah sekarang dan yang akan datang. Dakwah Islam adalah ajakan yang berisi amar ma’ruf nahi munkar. Ajakan tersebut tidak cukup dengan lisan saja, melainkan juga dengan bahasa, perbuatan, dan kepribadian mulia secara nyata.7 5. M. Quraish Shihab mendefinisikannya Sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah sesuatu yang
5
S. Anshari, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta: Interprises, 1976) , h. 87. A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang), h. 17. 7 Thohir Luth, dan M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999) h. 6
80.
16 tidak baik kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat.8 2. Tujuan Dakwah Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya dakwah adalah proses penyampaian mengajak, menyerukan, serta menarik perhatian manusia ke jalan Allah SWT. Untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya dalam upaya mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Dan bahwasanya dakwah dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan, dan sudah termasuk dalam pengertian dakwah itu sendiri, dan tujuan dakwah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses dakwah. Oleh karena itu di bawah ini akan dijelaskan tujuan dakwah itu sendiri. 1. Tujuan Jangka Pendek Dalam jangka pendek tujuan kegiatan dakwah itu adalah untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran dakwah itu. Dengan adanya pemahaman masyarakat tentang Islam maka masyarakat akan terhindar dari sikap dan perbuatan yang mungkar dan jahat.9 2. Tujuan Jangka Panjang Adanya dakwah itu adalah untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat dakwah itu. Sikap yang dimaksud adalah perilaku-perilaku yang tidak terpuji bagi masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang tentunya membawa kepada
8
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), cet. Ke-22, h. 194. 9 M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu komunikasi Da’wah, (jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 1997), h. 7.
17 kemudaratan dan mengganggu ketentraman masyarakat lingkungannya. Kedua tujuan di atas secara jelas telah tergambar di dalam Alquran surat Ali Imran ayat 104.10 M. Natsir menulis dakwah dan tujuannya, beliau memberikan beberapa ulasan tentang dakwah, terutama tujuannya. Menurut M. Natsir tujuannya adalah:11 a. Memanggil kita kepada syariat, untuk memecahkan persoalan hidup perorangan dan persoalan berumah tangga, berjamaah-bermasyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara, dan berantar negara; b. Memanggil kita kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas ini, berisikan berbagai jenis manusia, bermacam pola pendirian dan kepercayaannya, yakni fungsi sebagai syuhadâ `ala an-nâs menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia; c. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah. Demikianlah, kita hidup mempunyai fungsi dan tujuan yang tertentu. Secara umum tujuan dakwah dalam Alquran adalah :12 a. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati. Allah SWT berfirman
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul apabila rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia
10
M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah, h. 7. 11 Thohir Luth, dan M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 70. 12 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 61I.
18 dan hatinya[606] dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS al-Anfal: 24)13
b. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah (QS anNuh: 7)
“Dan sesungguhnya setiap kali Aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS an-Nuh: 7)
c. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya
“Orang-orang yang telah kami berikan Kitab kepada mereka[775] bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya Aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya Aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya Aku kembali." (QS ar-Rad: 36)14
d. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-belah
13
[605] Maksudnya: menyeru kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan musuh serta menghidupkan Islam dan muslimin. Juga berarti menyeru kamu kepada iman, petunjuk jihad, dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
[606] Maksudnya: Allah-lah yang menguasai hati manusia. 14
[775] yaitu orang-orang Yahudi yang telah masuk agama Islam seperti Abdullah bin Salam dan orang-orang Nasara yang telah memeluk agama Islam.
19 “Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun[1076].” (QS as-Syura: 13)15 e. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus (QS al-Mukminun: 73)
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus.” (QS al-Mukminun: 73)
f. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke dalam lubuk hati masyarakat (QS al-Qashshas: 87)
“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orangorang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS al-Qashshas: 87)
B. Subyek, Obyek, Materi Dakwah, dan Media Dakwah 1. Subyek Dakwah Dai pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah SWT, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Sebagai penyeru ke jalan Allah SWT, dai tidak bisa tidak, harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus memilki semangat dan ghirah ke-Islaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat
15
[1076] Maksudnya: agar Harun itu diangkat menjadi rasul untuk membantunya.
20 dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat.16 Secara ideal pendakwah (dai) adalah orang mukmin yang menjadikan Islam sebagai agamanya, Alquran sebagai pedomannya, Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpim dan teladan baginya, ia benar-benar mengamalkannya dalam tingkah laku dan perjalanan hidupnya, kemudian ia menyampaikan Islam yang meliputi akidah, syariah, dan akhlak kepada seluruh manusia.17 Di antara sifat dai yang disebutkan dalam Alquran adalah :18 1. Perintah agar dai istikamah, tidak memperturutkan hawa nafsu, menjelaskan tentang ketegarannya dalam iman, berbuat adil, dan berusaha berdakwah sampai pada non-muslim. Allah SWT berfirman : (QS as-Syuraa: 15)
2. Bertawakal dalam berdakwah dari meyakini kebenaran dakwah yang disampaikan. Allah SWT berfirman: (QS an-Naml: 79-80)
Untuk mewujudkan seorang dai yang profesional yang mampu memecahkan kondisi mad’unya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh obyek
16
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani, 2006), h. 311. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2009), cet. Ke-2, h. 217. 18 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 80. 17
21 dakwah, ada beberapa kriteria. Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang dai secara umum, yaitu :19 a. Mendalami Alquran dan sunah dan sejarah kehidupan Rasulullah serta khulafaurrasyidin; b. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi; c. Berani mengungkapkan kebenaran kapan pun dan di mana pun; d. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara; e. Satu kata dengan perbuatan; f. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri. 2. Obyek Dakwah Obyek dakwah (mad’u, communicant, audience). Obyek dakwah yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah. Masyarakat baik individu maupun kelompok. Sebagai obyek dakwah, memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam hal ini seorang dai dalam aktivitas dakwahnya, hendaklah memahami karakter dan siapa yang akan diajak bicara atau siapa yang akan menerima pesan-pesan dakwahnya. Dai dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, perlu mengetahui klasifikasi dan karakter obyek
19
Sifat-sifat tersebut berpedoman dari para ahli di antaranya adalah yang dikemukakan oleh Syekh Ali Mahfuz menurutnya ada beberapa yang harus dimiliki oleh dai di antaranya adalah: a. Dai harus berilmu dengan ilmu Alquran; b. Mengamalkan ilmunya, serta selaras antara perkataan dan perbuatan; c. Penyantun dan berlapang dada dari sinilah merupakan alat pembuka hati yang akan memberikan daya untuk menghilangkan penyakit-penyakit hati; d. Keberanian dalam bertindak dalam membela kebenaran; e. Bersih dan tidak silau terhadap apa pun yang ada di depan atau di tangan orang lain; f. Berilmu dengan keadaan umat yang akan dihadapinya.
22 dakwah, hal ini penting agar pesan-pesan dakwah bisa diterima dengan baik oleh mad’u.20 Mad’u terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi, ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut:21 1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil, serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar; 2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan, dan santri, terutama pada masyarakat jawa; 3. Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja, dan golongan orang tua; 4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri; 5. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita; 6. Dari segi khusus ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana, dan sebagainya. Di samping semua golongan mad’u di atas, ada lagi penggolongan yang berdasarkan responsi mereka. Berdasarkan responsi mad’u terhadap dakwah, mereka dapat digolongkan :22
20 21
22
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah ( Jakarta: Amzah, 2009), h. 15. H.M. Arifin, Psikologi dakwah (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 13-14. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 92.
23 a. Golongan simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan secara aktif memberi dukungan moril dan materiil terhadap kesuksesan dakwah. Mereka juga berusaha mengatasi hal-hal yang dianggapnya merintangi jalannya dakwah dan bahkan mereka bersedia berkorban segalanya untuk kepentingan Allah SWT; b. Golongan pasif, yaitu mad’u yang masa bodoh terhadap dakwah, tidak merintangi dakwah; c. Golongan antipati, yaitu mad’u yang tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya dakwah. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk merintangi atau meninggalkan dakwah. 3. Materi Dakwah (Maddah) Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan dai pada mad’u yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah Islam.23 Menurut Dr. Quraish Shihab, mengatakan bahwa pokok-pokok materi dakwah itu tercermin dalam tiga hal, yaitu :24 1. Memaparkan ide-ide agama sehingga dapat mengembangnkan gairah generasi muda untuk mengetahui hakikatnya melalui partisipasi positif mereka; 2. Sumbangan agama ditujukan kepada masyarakat luas yang sedang membangun, khususnya di bidang sosial, ekonomi, dan budaya;
23
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), cet. Ke-22, h. 200. 24
24 3. Studi tentang pokok-pokok agama yang menjadikan landasan bersama demi mewujudkan kerjasama antar agama tanpa mengabaikan identitas masing-masing. Pada saat sekarang, materi-materi yang disajikan cenderung dikaitkan dengan kehidupan kemasyarakatan. Pada dasarnya materi-materi tersebut dapat tercermin dalam tiga hal, yaitu : 1. Bagaimana ide-ide agama dipaparkan sehingga dapat mengembangkan gairah generasi muda untuk mengetahui hakikat-hakikatnya melalui partisipasi positif mereka; 2. Sehubungan agama ditujukan kepada masyarakat luas yang sedang membangun, khususnya di bidang sosial, ekonomi, dan budaya; 3. Studi tentang dasar-dasar pokok berbagai agama yang menjadi sumber pokok sebagai agama yang dapat menjadi landasan bersama demi mewujudkan kerjasama antar-pemeluk tanpa mengabaikan identitas masing-masing. Karena luasnya ajaran Islam maka setiap dai harus selalu berusaha dan terusmenerus mempelajari dan menggali ajaran agama Islam serta mencermati tentang situasi dan kondisi sosial masyarakat, sehingga materi dakwah dapat diterima oleh obyek dakwah dengan baik. Namun pada dasarnya materi dakwah itu tergantung dengan dakwah yang hendak dicapai. Materi dakwah sudah tentu prinsip-prinsip ajaran itu sendiri mencakup ibadah, akidah, syariah, dan muamalah yang meliputi seluruh aspek kehidupan di dunia ini. Karena itu materi dakwah harus dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan kehidupan atau dunia materi maupun dunia
25 rohaninya, akal dan jiwanya. Artinya, materi dakwah yang disampaikan harus dapat menggugah aspek akal dan aspek emosi penerimanya, serta berkaitan dengan kebutuhan jasmaninya.25 4. Media Dakwah Kepentingan dakwah terhadap adanya alat atau media yang tepat dalam berdakwah sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan media dakwah akan lebih mudah diterima oleh komunikan (mad’u)nya. Pemanfaatan media dalam kegiatan dakwah mengakibatkan komunikasi antara dai dan mad’u atau sasaran dakwahnya akan lebih dekat dan mudah diterima. Media dakwah juga memerlukan kesesuain dengan bakat dan kemampuan dainya, artinya penerapan media dakwah harus didukung oleh potensi dai sebab alat atau media dakwah pada dasarnya sebagai menyampaikan pesan-pesan dakwah terhadap mad’unya.26 Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak.27 1. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya; 2. Tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensi), spanduk, flash-card, dan sebagainya; 3. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya; 25
Ali aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 107. M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 12. 27 Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 120. 26
26 4. Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indera pendengar atau penglihatan dan kedua-duanya, televisi, film, slide, ohap, internet, dan sebagainya; 5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad’u. Dalam komunikasi pengertian media adalah sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, yang apabila si komunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau kedua-duanya.28 Demikian juga dengan dakwah yang juga merupakan bagian dari aktivitas komunikasi, jelas-jelas sangat membutuhkan media itu sendiri yang dapat menunjang proses kegiatan dakwah Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk mencapai masyarakat yang Islami dapat terwujud. Sedangkan pengertian dari media dakwah itu sendiri adalah alat obyektif menjadi saluran untuk menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.29 Sebagai suatu elemen yang vital, tentu saja media dakwah harus benar-benar dapat berperan dalam usaha kesuksesan dakwah, dan sudah seyogyanya apabila media dakwah dapat disesuaikan dengan kondisi mad`u yang dalam hal ini masyarakat yang sudah mengalami peradaban yang tinggi. Dalam abad informasi sekarang ini, dakwah tidak bisa tidak harus semaksimal mungkin menggunakan media massa modern seperti : radio, televisi, film, pers, internet,
28
Onong Ujana Efendi, Kamus Komunikasi (Bandung: CV Mandar Maju, 1989), h. 220. Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership (Bandung: CV Diponogoro, 1992), cet. Ke-4, h. 46. 29
27 dan sebagainya. Tak ada yang dapat membatah kemampuan media massa ini dalam penyebaran suatu agama. Media massa yang mutlak harus dipergunakan dalam pelaksanaan dakwah Islam, yang memiliki efektivitas yang tinggi, antara lain adalah radio. Kelebihan-kelebihan radio sebagai media dakwah adalah :30 a. Bersifat langsung Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak harus melalui proses yang kompleks sebagaimana penyampaian materi dakwah lewat pers atau majalah umpamanya. Dengan mempersiapkan secarik kertas, dai dapat secara langsung menyampaikan dakwah di depan mikrofon. b. Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuasaan ialah bahwa siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan selain waktu, ruang pun bagi radio siaran tidak merupakan masalah, bagaimana pun jauhnya sasaran yang dituju. Daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dakwah dengan media lain dapat diatasi dengan media radio ini. c. Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni: musik, kata-kata, dan efek suara.
30
Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 151.
28 d. Biaya yang relatif murah Di banyak negara di dunia ketiga Asia, Afrika, dan Amerika Latin, radio umumnya telah menjadi media utama yang kaya maupun yang miskin. Bedanya hanya kecanggihan dari radio itu sendiri. e. Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis Di samping keuntungan-keuntungan di atas radio juga memiliki keuntungan lain. Siaran radio tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis khalayak. Di beberapa Negara Asia tingkat kemampuan baca dan tulis populasinya labih dari 60% jutaan orang tersebut tidak disentuh oleh media massa lain kecuali bahasa radio dalam bahasa mereka.
C. Pengertian Radio dan Sejarah Radio 1. Pengertian Radio Radio sebagai media massa elektronik muncul setelah adanya beberapa penemuan teknologi telepon, fotografi (yang bergerak dan tidak bergerak), dan rekaman suara.31 Radio adalah teknologi yang mampu melakukan pengiriman sinyal melalui modulasi gelombang elegtromagnetik. Gelombang ini melintas lewat udara dan ruang hampa.32 Radio secara etimologi adalah pengiriman suara atau bunyi melalui udara.33 Menurut Ton Kertapati, pada dasarnya radio ialah medium untuk bercerita yang dalam
31
Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Jakarta: Erlangga, 1984), cet. Ke-
2, h. 15. 32
Ario, Pengertian Radio, Artikel diakses pada 06 Juli 2010 dari http://www.total.or.id/info.php?kk=radio%20frequency. 33 Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. Ke- 9, h. 808.
29 permulaannya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk cerita, namun di dalam bercerita itu diikuti faktor lain yang membedakannya dengan surat kabar yaitu efek suara, musik, dan dialog.34 Sebagai media, radio merupakan alat atau sarana yang di dalamnya terkandung arti penerangan, ajakan, pendidikan, dan hiburan yang mampu menggugah manusia untuk berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran. Dalam arti dari segi manfaatnya khalayak akan mendapatkan hiburan yang dapat dijadikan suatu kegiatan yang bersifat positif. Dengan radio khalayak dapat memperoleh informasi tentang kemajuan zaman, terlebih lagi radio bisa berfungsi dalam mengadakan perubahan persepsi dan perilaku seseorang atau masyarakat. Hal ini terjadi karena radio mempunyai sifat-sifat khas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya yaitu menyampaikan pesan dan informasi kepada masyarakat. Dengan sifat auditif, radio terbatas kepada rangkaian suara atau bunyi yang hanya menerpa indera telinga saja, karena radio tidak menuntut khalayak untuk memiliki kemampuan membaca, juga melihat melainkan cukup dengan sekedar mengandalkan kemampuan mendengar.35 2. Sejarah Radio Radio telah menjalani proses perkembangan yang cukup lama sebelum menjadi media komunikasi massa seperti dewasa ini. Donald McNicol dalam bukunya “Radio Conquest of Space” menyatakan, bahwa “terkalahkannya ruangan angkasa oleh radio” (the Conquest of space of radio) dimulai
34 35
12.
Ton kertapati, Dasar-Dasar Publistik (Jakarta: Soeroengan, 1996), vol. 3, h. 3. Muryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h.
30 pada tahun 1802 oleh Dane, yakni ditemukannya suatu penerima pesan (message) dengan jarak pendek menggunakan kawat peraliran listrik. Di dalam buku “Instruction to Radio and Television” yang ditulis oleh David C. Philips, John M. Grogan dan Earl H Ryan, dijelaskan, bahwa penemuan bagi kemajuan radio adalah ketekunan tiga orang cendekiawan muda. Di antaranya seorang ahli teori ilmu alam berkebangsaan Inggris bernama James Maxwell yang mendapat julukan “Scientific Father of Wireless” berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetis. Rumus ini ditemukannya pada tahun 1865. berdasarkan teorinya itu, ia mengatakan bahwa gerakan magnetis dapat mengarungi ruang angkasa secara bergelombang dengan kecepatan tertentu yang diperkirakan sama dengan kecepatan cahaya, yakni 186.000 mil per detik. Adanya gelombang elegtromagnetis telah dibuktikan oleh Heinrich Hertz dengan jalan eksperimen. Selain membuktikan bahwa rumus Maxwell adalah benar, Hertz juga dapat membuktikan bahwa dengan suatu permukaan dari logam yang cocok. Gelombanggelombang elegtromagnetis itu bisa direfleksikan kepada suatu cahaya. Ini terjadi pada tahun 1884. Setelah karya Hertz tersebut dikenal umum, guglielmo Marconi yang terkenal sebagai penemu telegrap tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk tujuan yang praktis. William Albig dalam bukunya “Modern Public Opinion” memberikan penjelasan, bahwa pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda tanpa kawat itu oleh Marconi telah dapat dilakukan melintasi Samudra Atlantik.
31 Di Amerika Serikat, adalah Dr. Lee De Forest yang mengembangkan penemuan Marconi itu, yakni tahun 1906, dengan memperkenalkan lampu vakumnya (vakum tube), yang memungkinkan suara dapat disiarkan. Dr. Lee De Forest dianggap sebagai pelopor radio, dan karena itu dijuluki “the father of radio”. Itu terjadi pada tahun 1916. Untuk beberapa tahun lamanya percobaanpercobaan untuk mengembangkan radio siaran ini agak terlambat karena pecahnya Perang Dunia I. Alat-alat radio pun dikerahkan untuk kepentingan peperangan. Sampai tahun 1919 siapa pun tidak diizinkan untuk mengusahakan radio siaran. Dr. Lee De Forest juga yang mula-mula menyiarkan berita radio, sedang yang melakukan eksperimen menyiarkan musik ialah Dr. Frank Conrad seorang ahli pada Westinghouse Company di Pittsburg Amerika Serikat (tahun 1919). Mulai pada tahun 1920 masyarakat Amerika telah dapat menikmati radio siaran secara teratur berbagai programnya dan pada tanggal 20 November 1920 stasiun radio KDKA menyiarkan kegiatan pemilihan umum untuk memilih presiden (Harding-Cox Presidential Election) yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara meluas dan teratur kepada masyarakat. Sejak saat itu, radio mengalami kemajuan yang sangat pesat. Apabila pada bulan Januari 1922 hanya ada 30 stasiun radio, pada bulan Maret 1923 meningkat menjadi 556 buah. Jumlah pesawat penerima dari 50.000 buah pada tahun 1921 menjadi 600.000 lebih pada tahun 1922. Di bidang teknologi, usaha untuk menyempurnakan radio siaran itu telah mencapai kemajuan pula. Profesor E.H. Amstrong tahun 1933 memperkenalkan Sistem
32 Frequency Modulation (F.M) sebagai penyempurnaan Amplitude Modulation (A.M) yang biasa digunakan radio siaran. Keuntungnan FM dari AM ialah : 1. Dapat menghilangkan Interference (gangguan, pencampuran yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari atau listrik); 2. Dapat menghilangkan interference yang disebabkan dua stasiun yang mengudara pada gelombang yang sama; 3. Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga manusia yang sensitif. Pada bulan Desember 1922 di Inggris didirikan badan radio siaran yang diberi nama British Broadcasting Company. Perkembangannya tidak sepesat di Amerika. Pada bulan Januari 1923 delapan buah stasiun dioprasikan, dan baru bulan Januari 1925 dapat mengadakan siaran setiap hari secara teratur, itu pun dengan syarat bahwa programnya harus memuaskan pihak direktur jendral pos. Dewasa ini radio siaran di Inggris merupakan kedua terbesar di dunia sesudah Amerika Serikat. Di bidang siaran luar negeri Inggris adalah satu-satunya yang menyiarkan programa 24 jam non stop dalam hampir semua bahasa nasional di dunia. 36
D. Perkembangan Radio Di Indonesia 1. Zaman Penjajahan Belanda Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederland Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia, yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925. 36
Onong Uchana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. Ke-3, h. 146-150.
33 Radio siaran di Indonesia semasa penjajahan Belanda dahulu mempunyai status swasta. Karena sejak adanya BRV, maka muncullah badan-badan radio siaran lainnya Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung dan Medan, Solesche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Mataramse Vereniging voor Radio Omroep (MAVRO) di Yogyakarta, Vereniging voor Oosterse Radio Luisteraars (VORL) di Bandung, Vereniging voor Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chineese en Inheemse radio Luisteraars Vereniging Oost Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse Radio Omroep (EMRO) di Madiun, Radio Semarang di Semarang dan lain-lain. Munculnya perkumpulan-perkumpulan radio siaran di kalangan bangsa Indonesia disebabkan kenyataan, bahwa NIROM yang mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda itu lebih bersifat perusahaan yang mencari keuntungan finansial dan membantu kukuhnya penjajahan Belanda menghadapi semangat kebangsaan di kalangan penduduk pribumi yang berkobar sejak tahun 1908, lebih-lebih setelah tahun 1928. Sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia ialah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan pada tanggal 1 April 1933. dalam hubungan dengan itu patut dicatat nama Mangkunegoro VII seorang Bangsawan Solo dan seorang insinyur bernama Ir. Sarsito Mangunkusumo yang berhasil mewujudkan SRV itu. Pada tahun 1936 terbetik berita, bahwa mulai tahun 1937 “siaran ketimuran seluruhnya akan dikuasai oleh NIROM sendiri”. Ini berarti bahwa mulai tahun 1937 subsidi dari NIROM akan dicabut, setidak-tidaknya akan dikurangi, karena NIROM tidak akan lagi merelay siaran-siaran radio milik pribumi, setidak-tidaknya kalau terpaksa merelay hanya sedikit sekali. Seperti diketahui subsidi NIROM itu semula diberikan berdasarkan perhitungan jam-merelay.
34 Pada tanggal 29 Maret 1937 atas usaha anggota Volksraad M. Sutarjo Kartohadikusumo
dan
seorang
Insinyur
barnama
Ir.
Sarsito
Mangunkusumo
diselenggarakan suatu pertemuan antara wakil-wakil radio ketimuran bertempat di Bandung. Wakil-wakil yang mengirimkan utusannya ialah : VORO (Jakarta), VORL (Bandung), Mavro (Yogyakarta), SRV (Solo), dan CIRVO (Surabaya), dan pertemuan hari itu melahirkan suatu badan baru bernama : PERIKATAN PERKUMPULAN RADIO KETIMURAN (PPRK) dan sebagai ketuanya adalah : Sutardjo Kartohadikusumo. Pada tanggal 7 Mei 1973 atas usaha PPRK diadakan pertemuan dengan pembesarpembesar pemerintahan untuk membicarakan hubungan antara PPRK dengan NIROM. Pertemuan itu menghasilkan suatu persetujuan bersama, bahwa PPRK menyelenggarakan siaran ketimuran, NIROM menyelenggarakan segi tekniknya. Pada tanggal 1 November 1940 tercapailah tujuan PPRK yakni menyelenggarakan siaran yang pertama dari PPRK.37 2. Masa Penjajahan Jepang Dalam peperangan di Asia dan Pasifik, Jepang sebagai sekutunya Nazi Jerman dan Italia di Eropa, mengadakan ekspansi ke arah selatan. Pada bulan Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang, tepat pada tanggal 8 Maret 1942 pemerintah Belanda dengan seluruh angkatan perangnya menyatakan menyerah kalah di Bandung kepada balatentara Jepang. Sejak tanggal itu di bekas kawasan Hindia Belanda dulu berlaku pemerintahan militer Jepang atas nama resminya waktu itu Dai Nippon. Sebagai konsekuensinya, segalanya menurut kehendak tentara pendudukan. Demikain pula radio siaran yang
37
Onong Uchana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), cet. Ke-3, h. 156.
35 tadinya berstatus perkumpulan swasta dimatikan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, yang merupakan pusat radio siaran dan berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya yang dinamakan Hoso Kyoku terdapat di Bandung, Purwakarta, Yogya, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Di samping stasiun siaran tadi, setiap Hoso Kyoku mempunyai cabang kantor bernama Shodanso yang terdapat di kabupaten-kabupaten. Kantor ini mempersatukan semua bengkel atau service radio setempat, sehingga semua reparasi pesawat radio langsung di bawah pengawasan balatentara. Semua pesawat disegel, sehingga rakyat tidak bisa mendengarkan radio siaran luar negeri kecuali ke 8 Hoso Kyoku di Jawa tadi. Dalam pemerintahan militer sudah tentu semua radio siaran diarahkan kepada kepentingan militer Jepang semata-mata. Tapi satu hal yang penting dicatat, ialah bahwa selama kependudukan Jepang itu, kebudayaan dan kesenian mendapat kemajuan yang pesat. Pada saat itu rakyat mendapat kesempatan banyak untuk mengembangkan kebudayaan dan kesenian, jauh lebih dibandingkan dengan zaman penjajahan Belanda. Kesempatan ini menyebabkan pula munculnya seniman-seniman pencipta lagu-lagu Indonesia baru.38 3. Zaman Kemerdekaan Pada tanggal 14 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta tiba di bandara Kemayoran dari Saigon. Jusuf Ronodipoero meliput di bandara. Dalam wawancaranya di bandara, Bung Karno mengatakan bahwa untuk memperoleh kemerdekaan tidak perlu menunggu jagung berbunga. Bung Karno mengutip ramalan joyoboyo, dan pada waktu itu tidak ada yang tahu bahwa Kaisar Jepang telah menyatakan menyerah kepada Sekutu. 38
Saharudin, Sejarah Radio RRI, Artikel diaksespada 06 Juli http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Sejarah_Radio_Republik_Indonesia.
2010
dari
36 Pada tanggal 16 Agustus 1945 komplek radio tetap dijaga ketat oleh kampetai (tentara Jepang). Siaran dalam negeri berjalan seperti biasa membawakan lagu-lagu Jepang dan Indonesia, serta berita-berita yang masih menyatakan kemenangan Jepang. Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi hari, siaran dalam negeri terus berjalan, dan berita disiarkan dari sumber Domei (kantor Berita Jepang). Sekitar pukul 17.30, ketika pegawai bersiap-siap berbuka puasa, seorang wartawan kantor berita Jepang Syachruddin berhasil menyusup ke gedung radio dan ke ruang pemberitaan dengan membawa teks proklamasi yang diterimanya dari Adam Malik untuk disiarkan melalui radio. Pada pukul 18.00 petugas pemberitaan, siaran dan teknik berunding di ruangan pemberitaan untuk mencari kesempatan menyiarkan teks proklamasi. Petugas teknik menginformasikan bahwa studio luar negeri yang tidak mengudara, berada dalam keadaan kosong. Studio itu dapat dipergunakan dan petugas teknik mengatur line modulasi dari sana bisa langsung ke pemancar 10 kw yang terletak di Tanjung Priok. Tepat pukul 19.00 teks proklamasi dibacakan secara bergantian dalam bahasa Indonesia oleh Jusuf Ronodipoero dan dalam bahasa Inggris oleh Suprapto. Penyiaran teks proklamasi tersebut melalui radio di Jakarta berlangsung berkali-kali selama 15 menit dan pembacaan yang sama dilakukan juga oleh Radio Bandung. Pada pukul 20.30 WIB para kampetai datang ke ruang pemberitaan karena peristiwa penyiaran teks proklamasi telah diketahui oleh Jepang, dan menyiksa seluruh petugas radio yang menyiarkan teks proklamasi, hal yang sama juga dialami oleh Radio Bandung dihentikan pada pukul 21.00 WIB.
37 Dengan demikian bahwa radio sepeninggalnya Jepang di Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada Republik Indonesia, dan ini merupakan cikal bakal dari berdirinya Radio Republik Indonesia. 4. Reformasi Radio di Indonesia Reformasi radio artinya perubahan secara mendasar struktur kepemilikan, visi, misi, orientasi, dan format siaran radio. Selama rentang waktu tahun 1998-2003 reformasi itu terjadi dalam tiga aras. 1. Pelepasan kendali sosial-ekonomi dan politik radio dari kewenangan penuh pemerintah kepada pihak swasta, kepada mekanisme pasar atau kontrol internal media penyiaran. Perubahan ini ditandai oleh pengurangan kewajiban mengikuti program siaran pemerintah melalui RRI: boleh memproduksi paket acara yang sebelumnya dianggap sensitif, yaitu informasi jurnalistik, pemindahan birokrasi perizinan dari Departemen Penerangan dan Perhubungan kepada Komisi Penyiaran Independen. Secara yuridis formal semua kebijakan ini tercantum dalam UU Penyiaran No. 32/2002; 2. Pengakuan dan penyediaan akses yang lebih terbuka kepada publik sebagai pemilik frekuensi untuk menjadi pendengar, partisipan interaktif, hingga pemilik radio siaran. Monopoli kepemilikan radio di kalangan pengusaha tertentu yang dekat dengan elit penguasa pupus dan secara perlahan terjadi evolusi kelembagaan dalam radio pemerintah menjadi radio publik yang mandiri. Secara faktual hal ini ditandai dengan maraknya program talk show, siaran jurnalisme, pengalihan kepemilikan radio pemerintah daerah (RSPD) ke swasta, dan trend radio berjaringan (networking) baik kepemilikan, manajerial, maupun program
38 siaran, tidak hanya antar radio di dalam negeri, tetapi antara radio lokal dan radio asing. Aspirasi publik makin dipertimbangkan oleh pengelola siaran; 3. Mendorong pertumbuhan gerakan untuk menjadikan radio sebagai medium pemberdayaan sosial melalui pendirian radio–radio alternatif di luar radio komersial dan RRI, dengan program siaran yang lebih berkarakter, kritis, dan edukatif. Radio komunitas kampus dan warga berdiri seperti jamur di musim hujan mirip awal hidupnya radio komersial. Ke depan, radio dengan visi dan misi yang terakhir ini diprediksi akan menjadi primadona. Radio-radio komersial akan berkembang sebagai industri primer dalam masyarakat informasi, bukan lagi industri kecil milik keluarga yang dikelola secara feodalistik. Menurut UU Penyiaran NO. 32/2002 terdapat tiga jenis siaran, yaitu : 1. Radio publik menggantikan radio pemerintah; 4. Radio komersial; 5. Radio komunitas. Ketiganya memiliki karakteristik tersendiri dan berkekuatan hukum setara. Secara historis perkembangan radio di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :
Periode 1925-1940-an
Misi siaran
Teknologi
Alat perjuangan antikolonialisme Amatir/AM Belanda, Jepang, dan Sekutu
1950-1960-an
Alat mobilisasi ideologi rezim Amatir/AM otoriter Orde Lama dan Orde Baru
39 1970-1980-an
Alat
mobilisasi
pembangunan, Profesional/FM, AM
sarana berbisnis, dan hiburan 1990-sekarang
Medium
bisnis,
pencerahan
hiburan, AM, FM, internet-satelit,
publik,
dan jaringan
demokratisasi
E. Karakteristik Radio Siaran radio adalah “makanan” indera pendengaran atau telinga, sehingga berbagai siaran yang dikemasnya perlu disesuaikan dengan hal-hal yang dapat dipahami oleh indera telinga ini. Karena itu, apa yang disajikan untuk dibaca, belum tentu sesuai untuk didengarkan. Susunan berita untuk Koran belum tentu akan mencapai tujuan jika dihidangkan melalui radio siaran. Begitu juga susunan pidato untuk disampaikan dalam acara tablig akbar, belum tentu akan sama sukses jika disampaikan melalui corong radio. Ini berarti bahwa radio memiliki gaya tersendiri. 1. Sifat Radio Siaran :39
a. Auditif Yang dimaksud sifat auditif adalah bahwa keberadaan siaran radio hanya untuk didengar. Siaran yang sampai ke telinga pendengar pun hanya sepintas lalu saja. Pendengar yang tidak mengerti suatu uraian dari radio siaran, tidak mungkin meminta kepada penyiar untuk mengulanginya lagi, sebab ia pun tidak melihat penyiar dan siaran 39
Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam: Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, film, dan Media Digital (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 54
40 berlalu seperti angin. Baru saja siaran itu tiba di telinga pendengar, sudah hilang lagi. Ketika pendengar baru saja mengingat dan memahami apa yang baru saja diterimanya, sudah datang kalimat lainnya.
b. Gangguan Sebagai sebuah media massa, radio tidak luput dari kekurangan, yaitu memungkinkan terjadinya gangguan. Beberapa kemungkinan gangguan ini antara lain gangguan faktor bahasa, gangguan faktor channel, serta gangguan faktor mekanik.
Siaran radio tidak semulus dan sesempurna komunikasi antara dua orang yang berhadap-hadapan, sebab ia dilakukan melalui media yang medianya itu sendiri rentan atas gangguan-gangguan. Gangguan yang sifatnya alamiah, di antaranya sinar matahari, sehingga siaran radio lebih jelas diterima malam hari. Siaran juga kadang dipengaruhi cuaca dan turun naik gelombang atau gangguan teknis yang berupa tumpang tindih gelombang. Di samping itu, banyak gangguan lain, apalagi jika radionya sederhana, sehinggga berbagai kelemahan penangkapan siaran terjadi.
c. Intim Penyiar radio, penceramah, atau pun penghibur seakan berada di tengah-tengah pendengar. Seolah-olah di antara mereka terjadi persahabatan akrab dan intim, sapaan, canda, uraian petunjuk pada momen-momen tertentu, menjadikan siaran radio sangat familier dengan pendengarnya.
41 2. Sifat Pendengar Radio : Pendengar radio merupakan sasaran siaran radio. Siaran radio dapat dikatakan efektif apabila pendengar terpikat perhatiannya, mengerti, serta tergerak hatinya untuk melakukan kegiatan yang diinginkan penyiar.
Oleh karena itu, dalam hal ini penting diadakan penelitian mengenai sifat-sifat pendengar. Misalnya, jam berapa biasanya mereka bangun, sarapan pagi, berangkat kerja, pulang kerja, makan malam, program yang disukai, berita yang biasanya mereka dengarkan, penerangan apa yang mereka perlukan, pendidikan apa yang mereka perlukan, serta sejumlah pertanyaan lain lagi menyangkut pertanyaan untuk mengetahui kebiasaan, kesenangan, dan keinginan pendengar. Dalam interaksinya dengan radio, ada enam macam perilaku pendengar, yaitu :40
1. Rentang konsentrasi dengarnya pendek karena menyimak radio sambil mengerjakan berbagai kegiatan lain; 2. Perhatiannya dapat cepat teralih oleh orang atau peristiwa di sekitarnya karena baginya radio merupakan “teman santai”; 3. Tidak bisa menyerap informasi banyak dalam sekali dengar karena daya ingat yang terbatas akibat dari aktivitas pendengar yang selintas; 4.
Lebih tertarik pada hal-hal yang mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung, seperti tetangga dan teman;
5. Secara mental dan literal (melek huruf) mudah mematikan radio;
40
2, h. 19
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2005), cet. Ke-
42 6. Umumnya pendengar tidak terdeteksi secara konstan sehingga kita tidak mengetahui apakah mereka pintar, heterogen, dan tidak fanatik. Menurut skala partisipasi terhadap acara siaran, ada empat tipologi pendengar :41
No.
Tipologi
Penjelasan
1
Pendengar spontan
Bersifat kebetulan, tidak berencana mendengarkan siaran radio atau acara tertentu. Perhatian mudah beralih ke aktivitas lain.
2
Pendengar pasif
Suka mendengarkan siaran radio untuk mengisi waktu luang dan menghibur diri, menjadikan radio sebagai teman biasa.
3
Pendengar selektif
Mendengar siaran radio pada jam atau acara tertentu saja, fanatik pada sebuah acara atau penyiar tertentu, menyediakan waktu khusus untuk mendengarkannya.
4
Pendengar aktif
Secara regular tidak terbatas mendengarkan siaran radio, apa pun, di mana pun, dan aktif berinteraksi melalui telepon. Radio menjadi sahabat utama, tidak hanya pada waktu luang.
41
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, h. 20.
43 3. Kualifikasi SDM Radio Apabila SDM diartikan sebagai stakeholders atau semua pihak yang terkait dengan radio siaran maka SDM radio terbagi empat, yaitu dua SDM internal dan dua SDM eksternal. SDM internal meliputi42
1. Pemimpin yang menduduki jabatan direktur utama, manajer, dan kepala bagian terkait; 2. Karyawan yang bekerja penuh waktu atau paruh waktu, seperti staf administrasi siaran, staf promosi/pemasaran, penyiar, reporter, dan staf bagian produksi.
Dua SDM eksternal terdiri dari: 1. Pendengar baik yang aktif, selektif, spontan, maupun yang pasif; 2. Pengiklan atau mitra kerja sama radio baik lembaga luar maupun individu di luar karyawan radio. Semua pihak harus mendapatkan keuntungan dan beroperasinya sebuah radio baik bersifat sosial, komersial, maupun religius.
Dalam pengelolaan SDM radio dikenal lima tahap manajerial: 1. Rekrutmen dengan lowongan terbuka, melakukan seleksi, dan pemagangan; 2. Penempatan SDM pada posisi yang tepat sesuai kemampuan dan minatnya; 3. Penghargaan atas tugas yang dilakukan SDM secara periodik dalam bentuk bonus, kenaikan, dan keterampilan melalui berbagai seminar dan pelatihan regular secara internal atau mengirim ke lembaga luar; 4. Pemberhentian jika SDM tidak lagi mampu memenuhi target pekerjaan yang telah ditentukan. 42
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, h. 22.
44
F. Format Stasiun Radio Format stasiun didefinisikan sebagai formulasi seluruh aktivitas siaran dalam kerangka pelayanan pendengar. Format stasiun diwujudkan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana sebuah olah siar di stasiun radio hingga sebuah acara dikomunikasikan kepada pendengar. Ruang lingkup kajian format stasiun sangat luas, tidak terbatas pada programming semata tetapi juga marketingnya. Menurut Lewis B. O’Donnel, format stasiun lebih dari sekedar musik. Ia melingkupi :
1. Produksi siaran; 2. Personalitas siaran; 3. Programa siaran.
Dalam perspektif pemasaran, format stasiun adalah penempatan posisi radio untuk membidik pendengar. Perumusan format dapat digambarkan sebagai berikut : Visi, Misi, dan Target Pendengar
Marketing
Positioning
Target/segmen
Format Stasiun
Programming
Komposisi Program
Penjadwalan Program
Tujuan format stasiun adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan radio dan televisi di suatu lokasi siaran. Dalam
45 sejarah perkembangan radio, terdapat lebih dari 100 format stasiun. Ini terjadi karena makin kompetitifnya radio siaran. Terdapat sedikitnya sepuluh format stasiun yang popular, tertua, dan melahirkan anak-anak format radio berikutnya. Peringkat format ini saling berfluktuasi seiring makin maraknya bisnis radio siaran. Empat format stasiun sebagaimana diulas Michael C. Keith adalah :43
Adult Contemporary (AC)
Untuk kaum muda dan dewasa dengan rentang umur sangat luas antara 25-50 tahun, berdaya beli tinggi. Menyiarkan musik pop masa kini, softrock, balada, Menyiarkan berita olahraga, ekonomi, politik. Format AC ini berkembang pula ke dalam format lain seperti Middle of the Road, Album Oriented Rock, dan Easy Listening.
Contemporary Hit Radio atau Untuk ABG dan muda belia berumur antara 12-20 Top 40 Radio (CHR)
tahun. Format paling populer yang berisi lagu-lagu Top 40/Top 30, lagu baru, dan terlaris. Menyiarkan berita seputar gosip idola dan tips praktis. Sebelum menjadi CHR awalnya disebut Top 40 Radio. Mike Yoseph menggambarkan CHR sebagai radio yang ketat memutar 30 rekaman terkini, bukan album lama, tidak memutar ulang sebuah lagu yang sama secara berdekatan, perpindahan antarlagu sangat cepat.
43
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, h. 38.
46 All News/All Talks
All Talks lebih dulu hadir pada tahun 1960 di Los Angeles dengan konsep siaran Talks Show interaktif mengupas isu-isu lokal. All News hadir kemudian tahun 1964 dimotori Gordon MCLendon di Chicago dengan konsep berita buletin 20 menit berisi berita lokal, regional, dan dunia. Sasaran radio ini kaum muda dan dewasa berumur 25-50 tahun, berdaya beli tinggi. Berita dan bincang ekonomi-politik menjadi primadona.
Classic/Oldies
Untuk kalangan dewasa dan tua berumur 35-60 tahun. Memutar lagu-lagu klasik, apresiasi penyanyi dan lirik lagu lebih penting dari lagunya. Menyiarkan berita kilas balik masa lalu, berita mistik. Oldies juga mencakup segmen beragam pada level ekonomi menengah ke bawah dengan dominasi musik dangdut dan kolaborasi.
BAB III PROFIL STASIUN RADIO DAN ASAL MULA DAN PERKEMBANGAN PROGRAM CAHAYA PAGI DI RASFM
A. Gambaran Umum RASfm; Sejarah dan Perkembangannya 95.5 RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta yang berlokasi di Jln. KH. Abdullah Syafi'ie No. 21A, Tebet, Jakarta Selatan, Indonesia. Awal kelahirannya sebagai salah satu radio FM berbadan hukum PT. Radio Alaikassalam Sejahtera di DKI Jakarta tidak lepas dari sejarah Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta (PT. Radio Suara Assyafi’iyah) sebagai sumber inspirasinya. Hal ini sangat wajar terjadi di mana kita ketahui bahwa Komisaris Utama 95.5 RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta, KH Abdul Rasyid AS adalah putera tertua almarhum KH Abdullah Syafi’ie, pendiri dan perintis dari Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta. Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta sendiri mulai bersiaran sejak tahun 1967 dengan badan hukum “Perkumpulan Radio Amatir”, selanjutnya tepat pada tanggal 12 Maret 1972 terjadi perubahan badan hukum Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta yang sebelumnya “Perkumpulan Radio Amatir” menjadi Badan Hukum sNon Profit yakni “Perkumpulan Radio Siaran Assyafi’iyah” yang saat itu Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta masih bersiaran di frekuensi AM 864 KHz dan ditetapkan tanggal 12 Maret 1972 menjadi Hari Ulang Tahun Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta. Pada tanggal 3 September 1985, KH Abdullah Syafi’ie meninggal dunia dalam usia 75 tahun, hari itu merupakan hari duka bagi umat Islam khususnya di
47
48 Jakarta, ribuan pelayat rela untuk saling rebutan mendorong mobil jenazah (alm) KH Abdullah Syafi’ie dari Kampung Bali-Matraman ke peristirahatan terakhir di Pesantren Assyafi’iyah, Jatiwaringin, kurang lebih sejauh 17 km.s Sejak saat itu perkembangan Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta menjadi tanggung jawab KH Abdul Rasyid AS putra tertua almarhum KH Abdullah Syafi’ie, yang memang sejak awal radio ini bersiaran, KH Abdul Rasyid AS aktif memberikan kontribusi di dalam perkembangannya. Waktu terus berjalan dan perkembangan serta kebutuhan dakwah di media radio semakin meningkat terbukti jumlah pendengar di AM Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta terus menunjukkan penambahan setiap waktunya. Melihat hal ini KH Abdul Rasyid AS memiliki inisiatif untuk membuat Radio FM di Jakarta, hal ini direalisasikan dan alhamdulillah terwujud pada tanggal 30 November 1995 dengan nama RASfm Jakarta yang saat itu bersiaran di frekuensi 95,3 FM dan selanjutnya 30 November menjadi Hari Ulang tahun Radio RASfm Jakarta. Di tahun yang sama atas dasar pemikiran dan pertimbangan manajemen, maka AM Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta terhitung 1995 sampai dengan 2002 tidak melakukan aktifitas on air seperti biasa. Dalam proses perjalanannya 95,3 RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta berada dalam payung hukum sebagai radio berbadan hukum non commersial atau nirlaba. Saat itu badan hukum yang digunakan berbentuk “Perkumpulan Radio Siaran Assyafi’iyah”. Di mana waktu itu 95,3 RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta masih berbentuk radio komunitas yang hak siarnya tidak boleh melebihi batas-batas yang telah ditentukan oleh pemerintah, namun keinginan untuk melembagakan RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta sebagai Lembaga Penyiaran Swasta dengan
49 berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) tidak pernah padam dalam rangka syiar dakwah yang lebih luas, usaha-usaha yang mengarah ke tujuan tersebut terus dipupuk KH Abdul Rasyid AS selaku pimpinan. Akhirnya pada tahun 2004 bertepatan pemerintah menetapkan perubahan frekuensi radio secara massal se-Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek) pada gelombang frequency modulation (FM) atas dasar ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor : 15.A/Dirjen/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pengalihan Kanal Frekuensi Radio Bagi Penyelenggara Radio Siaran FM (Frequency Modulation) yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor : 99 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor 15 A/Dirjen/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Pengalihan Kanal Frekuensi Radio Bagi Penyelenggara Siaran FM (Frequency Modulation) menyebabkan RASfm Jakarta yang sebelumnya bersiaran di frekuensi 95,3 Mhz pindah ke channel 95.5 Mhz. Di tahun yang sama (tahun 2004) 95.5 RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta berhasil mewujudkan impian untuk melembagakan 95.5 RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta sebagai salah satu Lembaga Penyiaran Swasta dengan badan Hukum “PT Radio Alaikassalam Sejahtera” mengudara di frekuensi 95.5 MHz, dengan nomor PRSSNI 392-II/1978 dan mempunyai motto “Suara Penyejuk Nurani”, diresmikannya radio RASfm menjadi PT Radio Alaikassalam Sejahtera tersebut tepat pada tanggal 30 November 2004, yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya KH Abdul Rasyid Abdulah Syafi’ie yang menjabat sebagai komisaris Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta.
50 Dalam rangka menyebarkan syiar dakwah ke segala lapisan masyarakat atas ridho Allah SWT, alhamdulillah KH Abdul Rasyid Abdulah Syafi’ie sebagai Komisaris Utama bersama putra beliau HM. Alwy Rasyid S, Kom sebagai Direktur terus dan sampai kini mengelola dua station radio sekaligus di Jakarta yakni 95.5 RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta (PT Radio Alaikassalam Sejahtera), nomor PRSSNI 392-II/1978, Call Sign PM2FPD, Nomor Izin 00482991-000SU/202005, Alamat Kantor Jl. KH Abdullah Syafi'ie No 21A, Jakarta Selatan - DKI Jakarta dan Station Radio AM 792 dan Radio Suara Assyafi’iyah Jakarta (PT Radio Suara Assyafi'iyah), Nomor Anggota PRSSNI 861II/2003, Call Sign PM3BFO, Nomor Izin 00408561-000SU/202006, Alamat Studio Jln. Barkah Bali-Matraman No. 17 Jakarta Selatan - DKI Jakarta. Menyikapi perkembangan saat ini, 95.5 RASfm-pun telah meningkatkan layanan dalam bidang teknologi informasi dengan menghadirkan website sebagai Pusat Informasi dan Dakwah Islam, Radio Streaming di mana program 95.5 RASfm dapat didengar diseluruh dunia yang terkoneksi dengan jaringan internet, layanan SMS Centre dengan database lebih dari 25.000 unique number, dan insya Allah juga akan dihadirkan suasana ruang on air melalui Web Cam. Selain memiliki pendengar, kami juga memiliki komunitas terbesar Umat Islam di Jakarta yang tergabung dalam himpunan tokoh agama dan masyarakat, praktisi lembaga syariah, penyelenggara haji dan umroh, lembaga pendidikan Islam, jamaah majlis, forum remaja kampus dan masjid, organisasi massa serta komunitas muslim lainnya, dan telah menjadi radio dengan komunitas umat Islam terbesar di Jakarta.1
1
Taufiq Ilham, Profil RASfm, artikel diakses pada 04 Mei 2010 dari http://www.rasfm.com.
51
A. Profil RASfm 95.5 RASfm - RADIO ALAIKASSALAM JAKARTA
Nama Perusahaan
:
PT. Radio Alaikassalam Sejahtera
Alamat
:
Graha ARRASYIDIYAH Jln. KH. Abdullah Syafi'ie No. 21A Tebet Jakarta Selatan
Telp
:
+6221 8319219, 8292103, 8292433
Fax
:
+6221 8319214
Email
:
[email protected]
Website
:
www.rasfmjakarta.com
Streaming Address
:
http://stream.rasfmjakarta.com:8000/listen.pls
Station Id
:
RASfm Jakarta
Audience Cal l
:
Sahabat RASfm
Frekuensi
:
FM 95.5 Mhz
No. Anggota PRSSNI :
392-11/1978
Tower
:
Self Supporting 120 mtr
Pemancar
:
RVR VJ 5.000-Italy
Antena
:
Siera-USA 6 bay
Audio Processor
:
Omnia 5 Band
Jangkauan
:
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Karawang
52 1. Logo RASfm RASfm memiliki dua logo, logo yang pertama biasa digunakan untuk sponsorsponsor acara. Sedangkan logo yang kedua digunakan untuk kop surat2
2
Wawancara dengan Taufiq Ilham, pada 04 Mei 2010 (Jakarta: RASfm Studio).
53 2. Ras Target dan Segmentasi Usia
:
20 - 45 tahun
Sex
:
Wanita 60%, Pria 40%
SES
:
A, B, dan C
Psychographic
:
Keluarga Muslim yang dinamis, modern, religius, mengikuti perkembangan informasi terkini, berfikiran terbuka dan berwawasan luas.
Format Lagu
:
Pop Indonesia, Pop Religi, Nasyid, Musik Timur Tengah.
Format Program
:
95.5 RASfm Jakarta, hadir dengan serangkaian program pilihan, mulai dari program dakwah unggulan, program dialog interaktif dengan berbagai tema menarik, program pendidikan, program keluarga, kirim salam, pasar udara, request, opini, polling pendengar dan quiz. 95.5 RASfm Jakarta, juga hadir dengan berbagai informasi terkini, mulai dari info dakwah, info dunia Islam, info pendidikan, info politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, info keluarga, info lalu lintas, bursa kerja, info dunia usaha, info hiburan dan berbagai informasi terkini dari penjuru kota Jakarta.
3. Image
Smart;
Mengikuti perkembangan habit & budaya pendengar;
54
Mengerti gaya hidup segmen pendengar muslim;
Mengerti keingintahuan pendengar;
Menghibur;
Gaya siaran tidak konvensional;
Mengajak pendengar untuk merenung dan berpikir;
Kadang diselingi humor dan becanda;
Memberi informasi teraktual. 4. Gaya
Bahasa Indonesia;
Penyampaian jernih (kata-kata dan kalimat yang diucapkan jelas);
Bersemangat (tegas);
Bersahabat;
Penyapa;
Tidak melecehkan individu, golongan atau kelompok tertentu (SARA);
Tidak menggunakan kata ganti “Lu” untuk sebutan “Anda” atau “Gua” untuk sebutan “Saya” ;
Sebutan pendengar “Sahabat”;
Memiliki empati terhadap pendengar.
B. Visi dan Misi RASfm Jakarta 1. Visi RASfm Setiap organisasi atau perkumpulan yang didirikan pasti didasari oleh suatu visi dan misi tertentu yang akan memberi warna dalam perjalanan organisasi tersebut.
55 Organisasi akan selalu berupaya untuk merealisasikan visi dan misi tersebut. Pada tahap tertentu yang merupakan akhir dari suatu periode yang ditentukan dilakukan evaluasi untuk mengetahui pertumbuhannya dan perkembangan organisasi yang bersangkutan dalam hal pencapaian kondisi organisasi dan hasilnya dengan acuan visi dan misi yang mendasari. Visi adalah gambaran diri yang diharapkan di masa depan, visi bukan hanya tulisan atau pernyataan kosong, melainkan sebuah gambaran yang begitu memikat, terkandung di dalamnya sebuah niat dan komitmen yang luar biasa. Visi adalah kompas kehidupan sebuah perusahaan dan menjadi prinsip yang tidak bisa digugat, ditawar apalagi diperjual belikan, visi adalah alasan utama, ke mana usaha ini harus dibawa, ke mana arah pandangan hidup perusahaan ini, dan bagaimana kita menjalankan kewajiban-kewajiban dan aturan yang harus dilaksanakan. Visi berdiri di atas prinsip-prinsip yang harus diperjuangkan untuk mencapai harapan kebahagiaan yang paling puncak.3 Sejak awal berdirinya 95.5 RASfm – Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta telah memiliki
visi
dan
misi,
visinya
menspirit
dakwah
artinya
menyebarkan,
mensosialisasikan, mentransformasikan, dan mendistribusikan, menyebarkan nilai-nilai dakwah, melalui aplikasi misi dalam visualisasi kemasan program ON AIR maupun OFF AIR yang di dalamnya selalu disisipkan nilai-nilai dakwah, pendidikan, hiburan, pesan moral, tanpa menggurui, sehingga tetap sejuk untuk diterima.4
3
Makalah Seminar Radio, Bisnis Plan PT Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta, 10/12/2007 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah) 4 Wawancara dengan Taufiq Ilham, pada 11 Mei 2010 (Jakarta: RASfm Studio).
56 2. Misi RASfm Misi merupakan pernyataan yang menjelaskan alasan pokok berdirinya perusahaan
dan
membantu
mengesahkan
fungsinya
dalam
masyarakat
dan
lingkungannya. Misi adalah penjabaran dari pada visi yang harus terus-menerus dilakukan, karena misi adalah sikap untuk memenuhi prinsip-prinsip, dan managemen harus menguraikan dengan jelas dan menghayatinya. Misi RASfm adalah ”Menciptakan Keluarga Muslim yang Dinamis, Modern, serta Religius”. Jadi jelaslah orientasi managemen RASfm bahwa keberadaan perusahaan ini tidak lain adalah untuk mewujudkan SDM profesional yang memiliki kematangan kepribadian Islami, melalui pola pikir dan pola sikap yang Islami, kemampuan, sikap dan kematangan ini akan tercermin dalam setiap orientasi dan aktivitas SDM perusahaan.5
D. Struktur Organisasi RASfm Jakarta 95.5 RAS FM Jakarta didukung oleh personal yang sangat kompeten di bidangnya, berkolaborasi dengan satu tujuan yang sama sehingga mampu menjadikan radio ini sebagai salah satu radio yang banyak digemari masyarakat dari berbagai kalangan (survey AC Nielson). Berikut ini adalah Managerial Team:6
5
Makalah Seminar Radio, Bisnis Plan PT Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta, 10/12/2007 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah). 6 Wawancara dengan Taufiq Ilham, pada 11 Mei 2010 (Jakarta: RASfm Studio) .
57
KH. Abdul Rasyid AS Komisaris Utama H. Alwi Rasyid AS Director
H. Andry Hendrawan, SE FGA & HRD Manager Nadia Subhan Finance Staff Muhayyar Tekink & IT
Fachrizal Program Director
Fachrizal Marketing Taufiq Ilham Traffic & Announcer
Boni Indrawan Music Director Produser
Dimas Ramadhan Creative & Announcer
Mafrozi Script & Announcer
Ovan Rasyid Program OFF AIR Taufiq Ilham Newdesk & Announcer Taufiq Ilham Reporter Boni & Nadia Operator Announcers Arrie Mellow Asmaunnawaali Dimas R Hilmi Alkatiri Mafrozi Ade A Obie Rival Helmi Ria Hamdani Taufiq Ilham
Host Ust. Aep Abdullah Ust. Anwar Rusli, MA Ust. Hafidz Ust. Muhaimin, Ust. Thariq Haistami, Lc
Gate Keeper
58
E. Gambaran Umum Program Dakwah di RASfm 1. Daily Program RASfm melakukan operasi siaran setiap hari mulai pukul 04.00 WIB s/d 24.00 WIB. Selain Cahaya Pagi, RASfm memiliki beberapa program dakwah. Diantaranya, yaitu:7 1. Fajar Pagi, 04.00 WIB – 05.30 WIB Jenis Acara
: Religi
Deskripsi Acara
: Program pembuka hari dikemas sederhana dalam kesejukan alunan Alquran, sholawat, adzan shubuh serta dilengkapi doa fajar
Keterangan
: Tanpa penyiar hanya putaran kaset/ CD bertujuan meningkatkan pendengar
2. Cahaya Pagi, 05.30 WIB – 06.00 WIB Jenis Acara
: Dakwah monolog
Deskripsi Acara
: Program tausiyah harian dengan materi keagamaan yang khas dan menarik disampaikan oleh narasumber yang kompeten di bidangnya. Sebagai bekal di awal aktifitas pagi hari
Keterangan
: Dakwah dapat dilakukan dengan rekaman produksi
3. Cahaya Sore, 17.00 WIB – 18.00 WIB Jenis Acara
7
: Dakwah dialog
Wawancara dengan Taufiq Ilham, pada 01 Juni 2010, (Jakarta: RASfm Studio)
59 Jenis Musik
: Musik Timur Tengah
Deskripsi Acara
: Program yang bertujuan untuk meningkatkan kwalitas iman serta menggali ilmu Dinul Islam melalui dialog interaktif dengan para ustadz pilihan dan terkemuka. Pendengar dilibatkan untuk bertanya melalui telepon dan SMS
Keterangan
: Satu penyiar dengan satu narasumber. Dakwah dapat dilakukan live interaktif dengan pendengar
4. al-Maghrib, 18.00 WIB - !9.00 WIB Jenis Acara
: Eduentertainment
Deskripsi Acara
: Program paket maghrib dengan Alquran murottal pilihan
Keterangan
: Tanpa penyiar dan paket rekaman
5. Bincang Angkasa, 19.00 WIB – 20.00 WIB Jenis Acara
: Dakwah monolog
Deskripsi Acara
: Program yang menyajikan kajian tematik dan terpilih untuk menambah keilmuan mengenai Dinul Islam
Keterangan
: Paket dakwah rekaman
6. Tadarus Bittalifun, 20.00 WIB – 21.00 WIB Jenis Acara
: Tadarus interaktif
Deskripsi Acara
: Program membaca al-Quran dan berbagi ilmu alQuran seperti tajwid, tartil, tafsir dan seni tilawah
60 Keterangan
: Penyiar memiliki kemampuan di bidang al-Quran, komunikatif, sabar, dan ramah
2. Special Weekly Program Selain program harian. Ada juga program dakwah mingguan, yaitu : 1. Taklim Kamis Hadir setiap Kamis pukul 06.00 WIB – 08.00 WIB. Program kajian keislaman yang disiarkan langsung (live on air) dari masjid al-Barkah Assyafi’iyah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan. 2. Taklim Ahad Hadir setiap minggu pukul 08.00 WIB – 11.00 WIB. Program kajian keislaman yang disiarkan langsung (live on air) dari masjid al-Barkah Assyafi’iyah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan. Adapun pengisi acara atau narasumber program Dakwah di RASfm adalah Ustadz Reza M Syarif, Ustadz H.M. Bukhori Muslim, LC.MA, ustadz DR.H. Samsul Ma’arif, MA, Buya yahya, Dr. Muhammad Ali Toha Assegaf, Ustadz H.M Cholil Nafis, LC. MA, Ustadz Anwar Rusli, Ustadz Hafiz, Ustad Aep Abdullah, Ustad Muhaimin, S, Ag, dan Ustadz Thoriq Haisami.8
F. Asal Mula dan Perkembangan Program Cahaya Pagi di RASfm Hegemoni informasi global yang dimuat di media massa amat sedikit menyajikan tentang Islam yang dapat menjadi solusi. Bayangkan, dari 16 jam tayangan hanya 2 kali
8
Wawancara dengan Taufiq Ilham.
61 yang Islami yaitu ceramah dan adzan magrib. Akibatnya, yang subuh tidak terbangun dan yang magrib tidak dilirik, belum lagi tayangan yang membuat orang apriori terhadap Islam yang identik dengan kekerasan. Oleh karena itu, dari permasalahan tersebut, RASfm mengembangkan sayap dakwahnya pada solusi untuk menemukan jati diri muslim sejati bangsa Indonesia. Salah satu program dakwah yang disiarkan oleh RASfm adalah Cahaya Pagi, pada dasarnya program Cahaya Pagi sudah mengudara sejak pertama kali Radio Suara Assyafi’iyah berdiri hingga radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta berdiri. Cahaya Pagi merupakan ciri utama RASfm yang sesuai dengan visi dan misi dari radio ini. Program ini dijadikan sebagai materi wajib pada RASfm sehingga kehadirannya tidak dapat dihilangkan. Perkembangan dari program ini sangat bagus sesuai dengan hasil survey mandiri maupun menurut hasil riset AC Neilson, menunjukkan bahwa program ini merupakan program yang diminati oleh pendengar.9
9
wawancara dengan Taufiq Ilham. Pada 17 Juni 2010, (Jakarta: RASfm Studio).
BAB IV ANALISIS PROGRAM CAHAYA PAGI DI RASFM
A. Proses Produksi dan Penayangan Program Cahaya Pagi di RASfm 1. Proses Produksi Dalam program siaran produksi Cahaya Pagi, sebelum melangkah kepelaksanaan dalam jalannya suatu program, maka dibutuhkan suatu perencanaan yang baik dan yang bertanggung jawab mengenai jalannya suatu program tersebut yang diatur oleh Program Director. Adapun tahap perencanaan program Cahaya Pagi adalah sebagai berikut : 1. Program dirancang/dikonsep terlebih dahulu oleh tim Program Director, mulai dari tema, rundown acara, sampai target pendengarnya; 2. Semua aspek tersebut dijalankan, lalu dibuat strategi untuk tema yang diangkat pada saat pemutarannya, tema tersebut harus mengikuti keinginan/kebutuhan masyarakat pada umumnya; 3. Kemudian program tersebut dikategorikan ke dalam program harian, program spesial atau tailor made; 4. Setelah semua proses di atas selesai dilalui, barulah dilakukan survey secara kuantitatif. Tentu bukan dengan cara menyebarkan angket kepada pendengar, melainkan dengan membuat promo program. Hal di atas adalah tahap perencanaan untuk program Cahaya pagi di radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta sebelum disiarkan. Setelah proses perencanaan untuk sebuah program selesai dilaksanakan. Tahap produksi/pelaksanaan dari apa yang telah 62
63 direncanakan akan menjadi proses selanjutnya. Tahap produksi di radio biasa disebut dengan proses siaran/on air itu sendiri, artinya, pengaplikasian dari konsep seperti apa program yang akan disiarkan, siapa narasumber dan penyiarnya, serta sasaran pendengar dari program tersebut. 2. Pengisi Acara Materi dakwah pada program Cahaya Pagi di RASfm disampaikan oleh narasumber yang berkompeten di bidangnya, yaitu rekaman Alm. KH. Abdullah Syafi’ie, Ustazah Fathiah Yusuf, dan pendiri RASfm itu sendiri, KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie. Alm. KH. Abdullah Syafi’ie mengisi acara setiap hari Selasa dan Jumat, Ustazah Fathiah Yusuf mengisi acara pada hari Sabtu, sedangkan KH. Abdul Rasyid AS mengisi acara hanya dua hari saja dalam seminggu, yaitu hari Rabu dan hari Minggu. Setiap hari Senin dan Kamis program Cahaya Pagi memutar ulang Taklim Ahad dan Kamis Assyafi’iyah. 3. Materi Acara Cahaya Pagi merupakan program tausiyah harian dengan materi keagamaan yang khas dan menarik. Isi materi bermacam-macam. Ada yang membahas tentang kekeluargaan, hubungan sesama makhluk dan kholiq, akhlak, ibadah, dan lain sebagainya. Pada hari-hari besar Islam, Cahaya Pagi menyiarkan materi pilihan sesuai dengan situasi yang sedang terjadi. Bila bulan Ramadhan maka topik yang akan disampaikan tentang Ramadhan, bagitu pula pada hari-hari besar Islam lainnya, baik bulan Rajab, bulan Syawal, maupun bulan Dzulhijjah. Cahaya pagi pun tidak hanya menyajikan materi-matei yang berkaitan dengan ke-Islaman tetapi juga menyampaikan
64 materi-materi yang berkaitan dengan event-event nasional maupun bencana alam yang sedang terjadi di dunia. Setiap hari Senin dan Kamis Cahaya Pagi menyiarkan ulang materi Taklim Ahad Assyafi’iyah,
materi
Taklim
Ahad
sendiri
mengkaji
tentang
isi
dari
kitab
Riyadussholihin. 4. Format Acara Cahaya Pagi yang mengudara setiap pukul 05.30 WIB s/d 06.00 WIB memiliki format acara dakwah monolog. Dakwah monolog merupakan penyampaian materi dakwah dengan metode ceramah satu arah yang hanya menampilkan seorang penceramah atau ustaz. Pendengar hanya mendengarkan isi ceramah tersebut, materi disampaikan selama 30 menit tanpa diselingi iklan, insert, atau sebagainya. 5. Jadwal Penyiaran Program Cahaya Pagi merupakan program harian yang mengudara setiap hari Senin s/d Minggu. Mulai pukul 05.30 WIB – 06.00 WIB. Setiap hari Senin dan hari Kamis program Cahaya Pagi tayang lebih lama yaitu mulai pukul 05.30 WIB s/d 06.30 WIB.1
B. Faktor Pendukung dan Kendala Program Cahaya Pagi di RASfm 1. Faktor Pendukung RASfm sepanjang perjalanannya mengalami pasang surut, dukungan dan hambatan datang silih berganti namun dengan kerja keras yang dilakukan oleh para
1
Wawancara dengan Taufiq Ilham.
65 pendiri RASfm, radio ini tetap eksis dan terus mengudara menyampaikan dakwah Islam di wilayah JABODETABEK. Faktor pendukung yang ada di dalam program Cahaya Pagi yaitu didukung oleh alat teknologi yang canggih yang menjadi solusi kemudahan bagi proses produksi terhadap program Cahaya Pagi. Kita ketahui, pesatnya perkembangan alat-alat komunikasi dalam proses siaran yang kini makin canggih. Sebuah tayangan yang berkualitas tinggi dan bermutu adanya alat yang menjadikan proses produksi di program Cahaya Pagi menjadi efektif seperti adanya komputer. Faktor pendukung yang lain yaitu. Sampai saat ini Cahaya Pagi termasuk program yang diminati oleh pendengar karena jam tayang yang prime time sehingga program ini terus tayang. 2.
Faktor Kendala
Sedangkan kendala program ini adalah materi yang dimiliki cukup lama antara tahun 1970, 1980, dan 1990-an. Untuk memilih rekaman yang ada harus pandai-pandai mengatur schedule. Walaupun banyak rekaman tetapi Music Director harus pandai mengedit karena rekaman terkadang masih kurang sesuai dengan apa yang diinginkan. Hambatan yang lain adalah narasumber. Waktu narasumber yang padat sehingga sulit sekali untuk mendapatkan rekaman yang baru.2
C. Analisa Deskriptif Program Cahaya Pagi Krisis ruhani semakin menguat dalam diri masyarakat modern setelah mereka melandaskan pemikirannya pada fakta-fakta yang bersifat empiris semata. Oleh karena itu, manusia tidak tersentuh oleh pesan-pesan wahyu yang lebih bersifat ruhani, bahkan 2
Wawancara dengan Taufiq Ilham, Traffic dan Announcer, pada18 Agustus 2010, (Jakarta: RASfm Studio).
66 informasi yang dihadirkan berdasarkan wahyu menjadi bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah. Akibatnya ilmu pengetahuan terlepas dari ikatan spiritual dan disalahgunakan. Sebagai contoh, kecanggihan teknologi komunikasi digunakan untuk menghancurkan moral bangsa. Di samping itu, karena pola hubungan matrealistik mengakibatkan keringnya persaudaraan dan tolong menolong. Pola hubungan satu dengan yang lainnya ditentukan oleh seberapa banyak keutungan material yang dapat diperoleh. Dari permasalahan tersebut, RASfm mengembangkan sayap dakwahnya pada solusi untuk menemukan jati diri muslim sejati bangsa Indonesia. Dengan visi menspirit dakwah
artinya
menyebarkan,
mensosialisasikan,
mentransformasikan
dan
mendistrubusikan. Menyebarkan nilai-nilai dakwah melalui aplikasi misi dalam visualisasi kemasan program on air maupun off air yang di dalamnya selalu disisipkan nilai-nilai dakwah, pendidikan, hiburan, pesan moral. Tanpa menggurui sehingga tetap sejuk untuk diterima. Misi dari RASfm sendiri adalah menciptakan keluarga muslim yang dinamis, modern serta religius.3 Kegiatan berdakwah selalu terkait dengan eksistensi masa dalam segala aspek. Sebagai hamba Allah SWT, manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna karena dilengkapi dengan akal, yang hal tersebut tidak dimiliki oleh makhluk lain di muka bumi ini. Dengan akalnya pula manusia dipercaya menjadi pemimpin di bumi. Karena itu orang yang menyatakan dirinya sebagai muslim harus mampu mengemban amanat, yakni menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Seiring dengan dinamika kemajuan ilmu dan teknologi, di mana masyarakat semakin cerdas dan lebih kritis serta berani melakukan kontrol sosial bahkan terhadap tokoh masyarakat yang 3
Wawancara dengan Taufiq Ilham.
67 menjadi panutannya. Maka seorang dai sebagai public figure perlu menempatkan dirinya dengan sebuah strategi yang baik dalam berdakwah. Idealnya, semua program yang dimiliki oleh radio sebaiknya melewati tahap perencanaan, produksi, dan evaluasi, atau dengan kata lain harus memiliki proses pra produksi dan pasca produksi. Karena hal ini akan lebih memudahkan kinerja tim yang memproduksi program tersebut dan untuk tercapainya hasil yang maksimal. Proses perencanaan dalam sebuah program meliputi: penentuan target pendengar yang dituju agar topik yang dipilih sesuai dengan kebutuhan pendengar, menentukan narasumber yang kompeten terhadap topik yang dibahas serta memilih penyiar.4 Begitu pula dengan program Cahaya Pagi yang disiarkan oleh Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta. Program ini pun memiliki proses perencanaan yang harus dilewati terlebih dahulu sebelum ia mengudara. Adapun tahap perencanaan program Cahaya Pagi adalah sebagai berikut : 1. Program dirancang/dikonsep terlebih dahulu oleh tim Program Director, mulai dari tema, rundown acara, sampai target pendengarnya; 2. Setelah semua aspek tersebut dijalankan, lalu dibuat strategi untuk tema yang diangkat
pada
saat
pemutarannya,
tema
tersebut
harus
mengikuti
keinginan/kebutuhan masyarakat pada umumnya; 3. Kemudian program tersebut dikategorikan ke dalam program harian, program spesial atau tailor made;
4
Morrisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & TV (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005), h. 284
68 4. Setelah semua proses di atas selesai dilalui, barulah dilakukan survey secara kuantitatif. Tentu bukan dengan cara menyebarkan angket kepada pendengar, melainkan dengan membuat promo program. Hal di atas adalah tahap perencanaan untuk program Cahaya Pagi di Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta sebelum disiarkan. Setelah proses perencanaan untuk sebuah program selesai dilaksanakan. Tahap produksi/pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan akan menjadi proses selanjutnya. Pada kenyataannya program Cahaya Pagi merupakan rekaman dari materi-materi yang telah lalu seharusnya RASfm lebih berani lagi untuk melangkah ke depan yaitu dengan cara menampilkan ustaz-ustaz yang memiliki waktu untuk siaran langsung dan menyampaikan materi yang sesuai dengan apa yang terjadi. RASfm pun harus bisa mengadakan evaluasi untuk program Cahaya Pagi. Hal ini agar program Cahaya Pagi dari hari ke hari semakin menarik dan tidak mudah untuk ditinggalkan oleh pendengarnya. Dalam perkembangannya, RASfm tidak terlepas dari sebuah strategi agar program yang disiarkan dapat diterima dengan baik oleh para pendengar yang heterogen. Program Cahaya Pagi merupakan program harian yang mengudara mulai pukul 05.30 s/d 06.00 WIB kecuali pada hari Senin dan hari Kamis, Cahaya pagi mengudara lebih lama dari biasanya, yaitu mulai pukul 05.30 s/d 06.30 WIB. Program ini memiliki format acara dakwah monolog. Dakwah monolog merupakan penyampaian materi dakwah dengan metode ceramah satu arah yang hanya menampilkan seorang penceramah atau ustaz. Pendengar hanya mendengarkan isi ceramah tersebut, materi disampaikan tanpa diselingi iklan, lagu, maupun insert, dan lainlain. Namun dengan terjadinya persaingan program siaran, tentu saja harus mendapatkan
69 perhatian secara khusus bagi mereka yang berkecimpung dalam media ini, dalam arti untuk terus menerus berupaya meningkatkan program siarannya, kalau tidak ingin ditinggalkan pendengarnya. Dari hasil penelitian di program ini. Seharusnya program Cahaya Pagi tidak hanya memiliki satu format melainkan berbagai macam format agar siaran tidak monoton. Misalnya program ini tidak saja memiliki format monolog tetapi juga memiliki format dialog, atau interaktif, atau juga berani menampilkan bintang tamu yang ahli di bidangnya agar pendengar tidak merasa monoton sehingga pendengar tetap setia dalam mendengarkan program ini. Materi dakwah pada proram Cahaya Pagi di RASfm disampaikan oleh narasumber yang berkompeten di bidangnya, yaitu rekaman Alm. KH. Abdullah Syafi’ie, Ustazah Fathiah Yusuf, dan pendiri RASfm itu sendiri, KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie. Alm. KH. Abdullah Syafi’ie mengisi acara setiap hari Selasa dan Jumat, RASfm memilih rekaman Alm. KH. Abdullah S yafi’i karena beliau merupakan ulama kharismatik yang berupaya ceramahnya dapat diserap oleh masyarakat. Beliau juga mempunyai massa tersendiri. Ceramah-ceramah beliau pun tidak ingin menyinggung politik atau instansi-instansi tertentu. Ustadzah Fathiah Yusuf mengisi acara pada hari Sabtu, sedangkan KH. Abdul Rasyid AS mengisi acara hanya dua hari saja dalam seminggu, yaitu hari Rabu dan hari Minggu. Setiap hari Senin dan Kamis acara Cahaya Pagi memutar ulang Taklim Ahad dan Kamis Assyafi’iyah. Isi materi Cahaya Pagi bermacam-macam. Ada yang membahas tentang kekeluargaan, hubungan sesama makhluk dan kholiq, akhlak, ibadah, dan lain
70 sebagainya. Pada hari-hari besar Islam, Cahaya Pagi menyiarkan materi pilihan sesuai dengan situasi yang sedang terjadi. Bila bulan Ramadhan maka topik yang akan disampaikan tentang Ramadhan, bagitu pula pada hari-hari besar Islam lainnya, baik bulan Rajab, bulan Syawal, maupun bulan Dzulhijjah. Cahaya pagi pun tidak hanya menyajikan materi-materi yang berkaitan dengan ke-Islam-an tetapi juga menyampaikan materi-materi yang berkaitan dengan event-event nasional maupun bencana alam yang sedang terjadi di dunia. Setiap hari Senin dan Kamis Cahaya Pagi menyiarkan ulang materi Taklim Ahad Assyafi’iyah, materi Taklim Ahad sendiri mengkaji tentang isi dari kitab Riyadussholihin. Walau pun materi disampaikan sesuai dengan moment yang sedang terjadi. tetapi sering terjadi kesulitan di dalam pengeditan karena waktu yang dimiliki narasumber sangat sedikit sehingga untuk membuat rekaman baru sedikit terhambat dan hanya mengandalkan rekaman yang ada. RASfm pun harus berani mengundang narasumber atau ustaz-ustazah yang lain sehingga untuk rekaman materi yang aktual tidak selalu mengandalkan narasumber yang telah ada. Dengan adanya ustaz baru yang bersedia mengisi acara Cahaya Pagi, diharapkan penyampaian materi dakwah dilakukan dengan pemaparan dan penjelasan yang sangat dibutuhkan oleh mad’u pada zamannya. Kondisi siaran yang demikian membuat pesan yang disampaikan melalui program Cahaya Pagi berpotensi besar untuk menjangkau para pendengar yang awam terhadap aturan hukum Islam. Hal ini agar program Cahaya Pagi selalu digemari oleh pendengarnya. Dari hasil penelitian yang dijalani. Walaupun masih ada saja kekurangannya, baik dari pengisi acara, materi siaran serta format program yang hanya menggunakan format monolog. Ternyata pemilihan waktu tayang serta materi rekaman yang telah lama
71 disampaikan tidak hanya mampu menarik pendengar dari kalangan eksekutif muda atau karyawan saja yang menjadi sasaran pendengar namun masyarakat umum seperti ibu rumah tangga, pelajar SMA, dan mahasiswa, banyak juga yang mendengarkan program Cahaya Pagi.5
5
Wawancara dengan Taufik Ilham.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Sebagai salah satu media elektronik yang terus berkembang dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan dakwah, sejauh ini program Cahaya Pagi tengah berusaha keras untuk dapat menyuguhkan materi menarik yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat yang ada di sekitar Jabodetabek khususnya Jakarta guna memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Oleh karena itu RASfm menampilkan siaran Cahaya Pagi sebagai bentuk kepedulian terhadap krisis ruhani yang semakin menguat dalam diri masyarakat modern. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dan telah menguiraikan di depan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Krisis ruhani semakin menguat dalam diri masyarakat modern setelah mereka melandaskan pemikirannya pada fakta-fakta yang bersifat empiris semata. Di samping itu, karena pola hubungan matrealistik mengakibatkan keringnya persaudaraan dan tolong menolong. Pola hubungan satu dengan yang lainnya ditentukan oleh seberapa banyak keuntungan material yang dapat diperoleh. Dari permasalahan tersebut, RASfm mengembangkan sayap dakwahnya pada solusi untuk menemukan jati diri muslim sejati bangsa Indonesia. Dengan visi menspirit dakwah artinya menyebarkan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan mendistrubusikan; 2. Program Cahaya Pagi merupakan program harian yang mengudara mulai pukul 05.30 s/d 06.00 WIB kecuali pada hari Senin dan hari Kamis, yaitu mulai pukul
72
73 05.30 s/d 06.30 WIB. Program ini memiliki format acara dakwah monolog. Materi dakwah pada acara Cahaya Pagi di RASfm disampaikan oleh narasumber yang berkompeten di bidangnya, yaitu rekaman Alm. KH. Abdullah Syafi’ie, Ustazah Fathiah Yusuf, KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie. Isi materi Cahaya Pagi bermacam-macam. Ada yang membahas tentang kekeluargaan, hubungan sesama makhluk dan kholiq, akhlak, ibadah, dan lain sebagainya. Pada hari-hari besar Islam, Cahaya Pagi menyiarkan materi pilihan sesuai dengan situasi yang sedang terjadi. Cahaya pagi juga menyampaikan materi-materi yang berkaitan dengan event-event nasional maupun bencana alam yang sedang terjadi di dunia. 3. Faktor pendukung yang ada di dalam program Cahaya Pagi yaitu didukung oleh alat teknologi yang canggih yang menjadi solusi kemudahan bagi proses produksi terhadap program Cahaya Pagi. Kita ketahui, pesatnya perkembangan alat-alat komunikasi dalam proses siaran yang kini makin canggih. Sebuah tayangan yang berkualitas tinggi dan bermutu adanya alat yang menjadikan proses produksi di program Cahaya Pagi menjadi efektif seperti adanya komputer. Faktor pendukung yang lain yaitu. Sampai saat ini Cahaya Pagi termasuk program yang diminati oleh pendengar karena jam tayang yang prime time sehingga program ini terus tayang. Sedangkan faktor yang menghambat program ini adalah materi yang dimiliki cukup lama antara tahun 1970, 1980, dan 1990-an. Untuk memilih rekaman yang ada harus pandai-pandai mengatur schedule. Walaupun banyak rekaman tetapi Music Director harus pandai mengedit karena rekaman terkadang masih kurang sesuai dengan apa yang diinginkan. Hambatan yang lain adalah
74 narasumber. Waktu narasumber yang padat sehingga sulit sekali untuk mendapatkan rekaman yang baru.
B. Saran Setelah melakukan penelitian di RASfm maka dapatlah kiranya penulis ajukan beberapa saran pada pihak RASfm untuk lebih memperhatikan beberapa hal, di antaranya : 1. Pada persaingan radio sebaiknya dilakukan pemantauan terus terhadap program Cahaya Pagi supaya dapat selalu meningkatkan posisi dalam persaingan yang ada; 2. RASfm hendaknya berusaha menghadirkan ustaz-ustaz baru yang dapat memberikan materi ceramah aktual sesuai tuntutan dan perkembangan zaman; 3. Dalam hal format acara, hendaknya dibuat secara variatif tidak hanya monolog saja. Misalnya ada format dialog antara narasumber dengan penyiar atau dialog yang menghadirkan narasumber sekaligus bintang tamu yang terdiri dari artis/publik figur. Atau juga format dialog live yang melibatkan narasumber di studio dan interaktif dengan tokoh masyarakat (publik figur di luar studio (outdoor). Dengan demikian format acaranya bisa menarik dan fariatif sehingga tidak monoton; 4. RASfm Jakarta diharapkan terus mengembangkan teknologi yang digunakan serta meningkatkan sumber daya manusia di semua lini sehingga dapat membentuk tim yang solid dalam memproduksi program Cahaya Pagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alquran Alkarim dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia, 1981. Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009. Anshari, S. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, Jakarta: Interprises, 1976. Anshari, Endang Saifuddin. Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali, 1996. Arifin, H.M. Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan bintang, 1997. Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada media, 2004. ______________________, 2sd ed. Jakarta: Prenada Media, 2009. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Darmawan, Andi, dkk. Metodologi Dakwah, Yogyakarta: LESFI, 2002. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 9th ed. Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Effendi, Onong Uchjana. Kamus komunikasi, Bandung: CV Mandar Maju, 1989. ____________________. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, 3th ed. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003. Ghazali, M. Bahri. Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Alquran, Jakarta: Bulan Bintang. Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, Jakarta: Penamadani, 2006. Kertapati, Ton. Dasar-Dasar Publistik, 3th ed. Jakarta: Soeroengan, 1996. Kusnawan, Aep. Komunikasi dan Penyiaran Islam: Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film, dan Media Digital, Bandung: Benang Merah Press, 2004. Luth, Thohir dan Natsir, M. Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani, 1999.
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, 2sd ed. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2005. Morrisan. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan TV, Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005. Munthe, Muryanto Ginting. Media Komunikasi Radio, Jakarta: pustaka Sinar Harapan, 1996. Nazir, Moh. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Quail, Denis Mc. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, 2sd ed. Jakarta: Erlangga, 1984. Shihab, M. Quraish. Dakwah dalam al-Quran dan as-Sunah, Jakarta: tpn,1992. _______________. Membumikan al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, 22th ed. Bandung Mizan, 2001. Soenarto, RM. Program televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2007. Umar, Husain. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Ya’qub, Hamzah. Publistik Islam, 11th ed. Bandung: CV Diponogoro, 1981.
Sumber Lain : Aby, Dakwah Islam, Artikel diakses pada 22 Mei 2010 dari http://bimaislam.depag.go.id/?mod=article&op=detail&klik=1&id=174. Aisyah, Siti. “Strategi Pemrograman CTV Banten dalam Mempertahankan Eksistensi Sebagai TV Lokal .” Skripsi SI Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana, 2008. Ario, Pengertian Radio, Artikel diakses pada 06 Juli 2010 dari http://www.total.or.id/info.php?kk=radio%20frequency. Fahrudin, Andi. Bahan Kuliah “Perencanaan Program Televisi” , 18\09\2007, Jakarta: Universitas Mercu Buana. Hermawan, Anang. Pengertian Dakwah, Artikel diakses pada 22 Mei 2010 dari http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/pengertian-dakwah/.
Iljam,
Taufiq. Profil RASfm, http://www.rasfm.com.
Artikel
diakses
pada
04
Mei
2010
dari
Makalah Seminar Radio. Bisnis Plan PT Radio Alaikassalam Sejahtera Jakarta, 10/12/2007, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Mulawarman, Krisna. Sejarah RRI, Artikel diakses pada 12 Juni 2010 dari http://www. Rri-online.com. Saharudin, Sejarah Radio RRI, Artikel diakses pada 06 Juli 2010 dari http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/sejarah_radio_republik_indo nesia. Salam, Syamir. Pedoman Penulisan Skripsi, Diktat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. Wawancara Pribadi dengan Taufiq Ilham, bulan Mei s/d Agustus 2010, Jakarta: RASfm Studio.