44
DAFTAR PUSTAKA 1. Buku
Barry, Buzan. 1983. People, States and Fear: The National Security Problem in International Relations. Great Britain: Wheatsheaf Books Ltd. Barry, Buzan & Lene Hansen. 2009. The Evolution of International Security Studies. UK: Cambridge University Press. Budi, Winarno. 2011. Isu-isu Global Kontemporer, Yogyakarta: CAPS. Commission on Human Security (CHS). 2003. Human Security Now. New York. Edi Suharto. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. Bandung: ALFABETA. John, Creswell. (2009). Research Design: Qualitative, Quatitative, an Mixed Methods Approaches, 3rd edition. USA: Sage Publications. John, Creswell. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing among five Approaches, 2nd edition s. USA: Sage Publications. John, Baylis & Steve, Smith.( 2001 ). The Globalisation of Edition, New York: Oxford University Press.
World Politcs, 3d
John, Baylis &Steve, Smith.(2005). The Globalization of World Politics: Third Revision guide.Oxford University Press. Laura, Roselle & Sharon, Spray. 2008. Reasearch and writing in International Relations. USA:Pearson Education Inc. Mukhtar Sarman & Sajogyo. 2000. Masalah Penanggulangan Kemiskinan: Refleksi dari Kawasan Timur Indonesia. Jakarta: Puspa Swara (Untuk PR3- YAE) Peter Hough. 2008. Understanding Global Security , 2nd Edition. London: Routledge Taylor and Francis Group. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani.(2005).Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosda. Richard, Peet & Elaine, Hartwick. 2009.Theories of Development: Contentions, Arguments, Alternatives. USA: Guilford Press
45
Scot, Wolf. 1981. Concepts and Measurement of Poverty. Geneva: United Nations Research Institute for Social Development. Sen, Amartya. 1981. Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and Deprivation. New York : Oxford University Press. Silalai, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. Yin, K Robert. (2003).Case Study Research: Design and Methods,3 rd edition.USA: Sage Publications. 2. Artikel dalam Buku Haq, Mahbub.1995. Chap2: The Human Development Pardigm in Reflections on Human Development. New York : Oxford University Press. 3. Artikel dalam Jurnal Arie Indra Chandra.Upaya Pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGS) di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 5 No.1 Maret 2009 Axworthy, Lloyd.Human security and global governance: Putting people first. Global Governance; Jan-Mar 2001; 7, 1; ProQuest Central, pg. 19. La sécurité humaine : la sécurité des individus dans un monde en mutation, In: Politique étrangère N°2 - 1999 - 64e année pp. 333-342. Bo, Asplund and Romeo, Reyes. Human Security, Human Development and the Millennium Development Goals.Dalam Jurnal Hukum Internasional Vol. 1 No 1 Oktober 2003. Bob S., Hadiwinata. Structural Adjustment, Poverty and the Role of NGO’s in Protecting Human Security: the Case of Indonesia. In Jurnal Pacis. Th1 No 2 November 2003.. Brendan, Howe and Kearrin Sims.Human Security and Development in the Lao PDR: Freedom from Fear and Freedom from want. In Asian Survey Vol. 51 No 2. March-April 2011. Daniel, Suryadarma and Sudarno, Sumarto. 2011. Survey of Recent Developments, in Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 47, No. 2, 2011: 155-85.
46
David, Baldwin. The Concept of Security in Review of International Studies (1997), 23, 5–26.British International Studies Association. Erna Yulianingsih. Kerawanan Pangan Rumah Tangga Kabupaten di Indonesia 2008, dalam Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol. XX (1), 2012: 51-64. Handewi Rachman. Aksesibilitas Pangan: Faktor Kunci Pencapaian Ketahanan Pangan di Indonesia, dalam Pangan Vol. 19 No. 1 Juni 2010. Kaman Nainggolan.Persoalan Pangan Global dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan Nasional, dalam Pangan, Vol.20 No. 1. Maret 2011: 1-13 King, Gary and Murray ,Christopher. Rethinking human security in Political Science Quarterly, vol 116 Number 4, 2001-02, hal 585-610. Landry Hayo, Subianto. Konsep Human Security: Tinjauan dan Prospek, dalam Analisis CSIS Vol. 31 No.1 January 2002. Paris, Roland. Human Security: Pardigm Shift or Hot Air? in International Security, Vol. 26, No. 2 (Fall 2001), pp. 87–102.2001, by the President and Fellows of Harvard College and the Massachusetts Institute of Technology. Raksaka, Mahi and Suahasil Nazara. 2012. Survey of Recent Developments, in Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 48, No. 1, 2012: 7-31. Ullman ,Richard H. Redefining Securityin International Security, Vol. 8, No.1 (Summer, 1983), pp. 129-153, by The MIT Press. Purwanto.Ketahanan Pangan, Kemiskinan, dan Pembangunan Wilayah Perdesaan , dalamJurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol. XX (1), 2012: 65-82. Syahrial, Loetan. Millennium Development Goal (MDG) dan Program Pembangunan Nasional di Indonesia, dalam Jurnal Hukum Internasional Vol.1 No.1 Oktober 2003.
4. Artikel dalam Websites Anis, Mengenal 4 Klaster Penanggulangan Kemiskinan, http://www.anishariri.com/2013/05/mengenal-4-klaster-penanggulangankemiskinan/diakses pada 16-06-2013.
47
Bank Indonesia. Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) diambil darihttp://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/diakses pada 20-052013 Bulog, Sekilas Raskin, http://www.bulog.co.id/sekilasraskin_v2.phpdiakses pada 1105-201 Kementerian Kesehatan, Program Jamkesmas, http://www.ppjk.depkes.go.id diakses pada 06-06-2013 Nugroho . Penyebab ketimpangan distribusi pendapatan dan cara mengatasinya” diambil dari http://nugroho-sbm.blogspot.com/2012/11/penyebab-ketimpangandistribusi.html diakses pada 18-05-2013 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Program Bantuan Siswa Miskin, http://tnp2k.go.id/program/program/program/dprogram-bsm-bantuan-siswamiskin/diakses pada 07-06-2013 http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-i/program-bantuan-siswa-miskin-bsm/ diakses pada 07-06-2013 Program Keluarga Harapan, http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-i/programkeluarga-harapan-pkh/diakses pada 07-06 2013 Program PNPM Mandiri, http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-ii/kelompokprogram-berbasis-pemberdayaan-masyarakat-program-nasional-pemberdayaanmasyarakat-pnpm-mandiri/diakses pada 07-06-2013 Program Kredit Usaha Rakyat (KUR), http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klasteriii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/diakses pada 07-06-2013 Sekretariat Kabinet RI. Program Pro-Rakyat Klaster4,http://www.setkab.go.id/prorakyat-4043-program-pro-rakyat-2012-pada-4-klaster.htmldiakses pada 15-06-2013 Sains Sajogio Institute,http://www.sainsindonesia.co.id/index.php?option=com_content&view=artic le&id=610:penyuluh-bantu-petani-mengakses-teknologipertanian&catid=59&Itemid=111diakses pada06-07-2013 http://pustaka-pertanian.blogspot.com/2011/12/cara-mendapatkan-bantuan-alsintandari.html 06-07-2013
48
PNPM Mandiri Paket Informasi 2012-2013 dari http://www.pnpmmandiri.org/perpustakaan/buku/PNPM_Mandiri_Info_Kit_2012.pdf diakses pada 08-06-2013
5. Dokumen Resmi Badan Pusat Statistik. Indonesia Agricultural Census 2003 Main Results. Badan Pusat Statistik.2011. Perkembangan Beberapa Indikator Sosial Ekonomi Utama Indonesia Susenas 2011 Triwulan I, Buku 2 - Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi 2011. Susenas 2011 Triwulan I, Buku 3 -Pengeluaran untukKonsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi 2011.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2011, dalam Berita Resmi Statistik No.13/02/Th. XV 2012. Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2012, dalam Berita Resmi Statistik No.75/11/Th. XV, 5 November 2012. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2013, dalam Berita Resmi Statistik No. 35/05/Th. XVI. 2013. Department of Foreign Affairs and International Trade.Freedom from Fear: Canada’s Foreign Policy of Human Security. Printed in Canada. Food and Agricultural Organization of The United Nations (FAO). 2003. Trade Reforms and Food Security: Conceptualizing the linkages. Rome. FAO. 2011. L’etat de l’insecurite alimentaire dans le monde: Comment la volatilité des cours internationauxporte-t-elle atteinte à l’économie et à la sécuritéalimentaire des pays?(World state of food insecurity). Rome. Kementerian Kesehatan. Surat Edaran No. 60Menteri Kesehatan tentang Pelaksnaan Jamkesmas dan Jampersal 2013.
49
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Pembangunan Nasional (Bappenas).2010.Laporan Pembangunan di Indonesia 2010.
Badan Perencanaan Pencapaian Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014-Buku I: Prioritas Nasional. Jakarta-Indonesia. Bappenas. 2011. Evaluasi Satu Tahun Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Jakarta- Indonesia. Bappenas & BPS. 2011. Serial Pedoman Teknis: Definisi Operasional Indikator MDG’s. Jakarta. Bappenas. 2012. Laporan Capaian Kinerja 2011. Jakarta- Indonesia. Bappenas. 2012. Report on the Achievement of Millennium Development Goal’s in Indonesia2011.Jakarta. Bappenas.Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014, Buku II Prioritas Pembangunan Bidang.Jakarta. Kementerian Pertanian (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian) .2012. Statistik Makro Sektor Pertanian Vol. 4 No.2 Triwulan IV 2012. Jakarta- Indonesia Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 (Edisi Revisi 2011). Jakarta- Indonesia Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.2012. Panduan Pemantauan Program Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta-Indonesia UNDP International Poverty Centre. 2006. Poverty in Focus: What is poverty and measures?. Brazil. UNDP. 1994. New Dimensions of Human Security in Human Development Report. New York: Oxford University Pres. World Bank . 1986. Poverty and hunger: Issues and Options for Food Security in Developing Countries. USA. United Nations. 2000. General Assembly Resolution 55/2: United Nations Millennium Declaration.
50
UN.1948. Universal Declaration of Human Rights, full text.
6. Makalah Bostjan Udovic paper.Economic security: Large and small states in enlarged European Union Centre of International Relations, University of Ljubljana Slovenia. David Hulme. 2007. The Making of the Millennium Development Goals: Human Development Meets Resultsbased Management In an Imperfect World. United Kingdom: Brooks World Poverty Institute. Edward, Clay. 2002. Food Security: Concepts and Measurement. Paper for FAO Expert Consultation onTrade and Food Security: Conceptualizing the Linkages. Rome. Kanti Bajpai. August 2000. Human Security: Concept and Measurement. Kroc Institute Occasional Paper #19:OP:1. Tulus Tambunan. 2008. Ketahanan Pangan di Indonesia -Inti Permasalahan dan Alternatif Solusinya. Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti Kadin Indonesia. 7. Hasil Penelitian Cecilia Ugaz, Regional technical workshop formeasuringHuman Development, Dakar – September – 2008. Human Development Report Office– UNDP New York, french version. Lane Kenworthy. Economic security (outline).Spring 2010. Syarifudin Hidayat dkk. 2008. Manajemen Ketahanan Pangan di Daerah. Bandung: Pusat Kajian dan Pendidikan dan Penelitian Aparatur I, Lembaga Administrasi Negara. The Indonesian Institute of Sciences, Current Asia and the Centre for Humanitarian Dialogue. 2011. Conflict Management in Indonesia - An Analysis of the Conflicts inMaluku, Papua and Poso. Geneva- Switzerland.
51
Tukiran & Agus JokoPitoyo, dkk. 2008. Akses Penduduk Miskin terhadap Kebutuhan Dasar. Universitas Gadja Mada Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan. Tesis Magister HI oleh Alida Handau Lampe Guyer, Upaya UNDP membantu mencapai Tujuan Milenium di Indonesia dalam perspektif Development as freedom Amartya Sen, Unpar 2010. Tesis Magister HIoleh Elpeni Fitrah, Gagasan Human Security dan Kebijakan Keamanan di Indonesia , UGM- 2011. Wayan Rusastra dkk. 2008. The Impact of Support for Imports on Food Security in Indonesia. Bogor: UNESCAP-CAPSA.
52
LAMPIRAN 1: Pedoman Wawancara 1. Bagaimana pemerintah menurunka setengah persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskina nasional dari 15.10% (1990) menjadi 7.55% (2015)? 2. Bagaimana Pemerintah menciptakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua orang termasuk perempuan dan kaum mudah? 3. Bagaimana Pemerintah menurunkan setengah proposi penduduk yang menderita kelaparan dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat miskin? (sembako dan ketersediaannya dalam jangka panjang); Bagaimana mengenai kedaulatan pangan di Indonesia? 4. Bagaimana peran para LSM dalam rangka menanggulangi kemiskinan dan kelaparan?
53
LAMPIRAN 2: Pedoman Wawancara (LSM) 1. Bagaimana Anda melihat upaya pemerintah dalam sasaran MDG’s berikut? (Apakah upaya pemerintah sudah cukup memadai, atau apa yang menjadi tantangan atau kesulitan yang dihadapi Pemerintah Indonesia untuk mengatasinya?)
a- menurunkan persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional (menjadi 7,55 % tahun 2015)? b- menciptakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua orang termasuk perempuan dan kaum mudah? c- menurunkan setengah proporsi penduduk yang menderita kelaparan (menjadi 8,50% tahun 2015)?
2.Bagaimana akses penduduk miskin terhadap kebutuhan dasar seperti sembako? Bagaimana dengan ketersediaan jangka panjang sembako? (sustainability of basic food)
3. Seperti apa peran LSM sendiri dalam menanggulangi kemiskinan dan kelaparan di Indonesia?
4. Bagaimana mengenai persoalan kedaulatan pangan di Indonesia? Apakah Anda setuju tidak dengan ide bahwa pangan di Indonesia lebih dikuasai pihak asing?
54
LAMPIRAN 3: Transkrip Wawancara Peneliti mewawancarai Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk MDG’s (Tanggal 29 April 2013, pukul 8) 1. Bagaimana pemerintah menurunka setengah persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskina nasional dari 15.10% (1990) menjadi 7.55% (2015)? Saya menanggap MDG’s Goal 1 adalah sama dengan Human Development Index dimana income penilaiannya adalah nilai ekonomi; dan kelaparan (atau malnutrisi) penilaiannya adalah tingkat kesehatan, dan pekerjaan produktif sangat bergantung kepada tingkat pendidikan. Pemerintah berhasil menurunkan angka kemiskinan sampai tahun 1996 tetapi karena terjadinya krisis se-Asia 1998 kembali tinggi sekali hingga 24,20%. Dari tahun 2005 terus turun pada tahun 2012 sebesar 11,66%, dari sini agak mendadar, sukar untuk mencapai 7,55% (2015).Upaya pemerintah tentu saja tidak hanya satu tetapi multifaktor misalnya membantu rakyat miskin dengan beras miskin, BLT, keluarga harapan, jamkesmas, dan subsidi. Pelaksanannnya ada kelemahan karena Indonesia sekarang sudah sistem desentralisasi jadi belum merata masih ada disparitas. 2. Bagaimana Pemerintah menciptakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua orang termasuk perempuan dan kaum mudah? Persoalnanya adalah pendidikan kita belum merata sekitar hanya 18% ( kata wakil menterinya) yand duduk di Perguruan tinggi, tetapi mulai SMA sampai belum pernah tamat sekolah cukup besar 82% dan ini persoalan yang sukar karena pendidikan tidak merata sehingga susah menurunkan angka kemiskinan . Karena itu pendidikan diperhatikan pemerintah kita, anggarannya sekarang yang paling besar 20%, tidak hanya untuk sekolah formal (masuk SMP/SMA) tetapi juga menarik orang yang tidak bersekolah lagi untu diberikan skills, pelatihan sehingga dapat tambahan pengetahuan untuk mengangkat masyarakat Indonesia. 3. Bagaimana Pemerintah menurunkan setengah proposi penduduk yang menderita kelaparan dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat miskin? (sembako dan ketersediaannya dalam jangka panjang); Bagaimana mengenai kedaulatan pangan di Indonesia? Kalau saya melihat kelaparan itu harus dimasukan ke dalam kesehatan karena dalam mdg goal 1 ada persoalan malnutrisi, kelaparan sebenarnya hulunya adalah pangan jadi harus ada ketahanan pangan.Food security itu sangat tergatung pada jumlah populasi, kalau penduduk Indonesia tidak sebanyak ini dengan tanahnya yang subur, pangan akan cukup, penyediaan makanan tidak akan ada masalah. Kedua menurut saya, saya agak kritis ke pemerintah karena kita tidak melakukan diversifikasi pangan
55
dengan baik, semua orang makan beras, kalau seperti itu kita harus hitung berapa banyak sawah yang diperlukan untuk populasi 240juta, populasinya naik dan sawahnya turun, jadi tidak seimbang. Yang lain adalah perilaku makan masyarakat Indonesia tidak mengerti perilaku nutrisi, banyak makan karbohidrat padahal kita negara kelautan. Seharusnya kita melakukan diversifikasi ke jagung (gorontalo) sagu (papua) sebagai karbohidrat dan protein dari ikan, ayam dan daging. Mengenai kebutuhan dasar sembako untuk masyarakat miskin, mereka diperdaya melalui program keluaga harapan, raskin , bantuan pinjaman KUR, PNPM, simpan pinjamam perempuan dikoordinasi bersama dengan kementerian sosial. Pelaksanaan semua upaya tersebut masih belum merata Ada kesenjangan di bagian timur, misalnya di papua. Masalah kedaulatan pangan sekali lagi harus sangat cermat diatur oleh negara dan diperlukan pekerjaan lintas sektor. Desa harus dijadikan desa mandiri, produk mereka diolah di daerah mereka sendiri sehingga penduduk sekitarnya akan mendapat pekerjaan dan hasil pertanian tidak memerlukan transportasi untuk dikirim ke luar desa mereka. Pendapat saya pangan sangat perlu dipikirkan baik nasional ataupun global karena ini kebutuhan dasar manusia, dan juga dipikirkan tidak terlalu konsumtif berlebihan. 4. Bagaimana peran para LSM dalam rangka menanggulangi kemiskinan dan kelaparan? Para LSM terutama menjadi fasilitator kalau dikatakan betul tidak pembagian sembako sampai ke masyarakat di desa, belum tentu sampai, ada kasus pemerintah bisa turun tetapi ada juga keterbatasan kadang pegawai pemerintah tidak ada di desa itu misalnya, di situ peran fasilitator seperti NGO atau organisasi lain masuk. Tidak mungkin pemerintah bisa terus kebawa tetapi ada kerjasama dan koordinaasi dengan NGO, private sector.
Peneliti mewawancarai Deputy Director of Economic Development and Environmental Affairs dari Kementerian luar negeri Republik Indonesia (Tanggal 29 April 2013, pukul 1) 1. Bagaimana Pemerintah menurunkan persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinana nasional dari 15.10% (1990) menjadi 7.55% (2015)? Sebagaimana kita dapat melihat dari laporan MDG, dari kerjasama antara semua instansi pemerintah, wakil presiden dan sisusun oleh Bappenas, goal pertama termasuk yang akan bisa dicapai Indonesia karena mdg’s ini tidak mengatakan kemiskinan akan menjadi nol pada tahun 2015 tetapi setengah. Upaya pemerintah
56
adalah melalui program yang terglong dalam 4 klaster, dan pelaksanaannya hampir di seluruh Indonesia tentu difokuskan di daerah-daerah tertinggal. Klaster 1: Family based social assistance: dengan pendekatan kekeluargaan, harapannya kalau keluarga sudah kuat, mampu mengelola perekonomiannya dengan baik, anak-anaknya bisa sekolah dan bisa bekerja, punya income, bisa menjaga kesehatan dan keluar dari kemiskinan. Salah satu programnya adalah program keluarga harapan. Klaster 2: Pemberdayaan masyarakat: setelah keluarga tingkatnya adalah community, pemberdayaan community misalnya ada suatu desa dimana banyak penangguran padahal punya banyak sumber daya TEtapi butuh bantuan teknologi, bantuan permodalan di sana pemerintah masuk, tergantung potensi yang dimiliki. Klaster 3: Pemberdayaan usaha mikro dan kecil, di Indonesia banyak sekali usaha kecil mengenah disebut kelompok informal yang tidak punya akses atau agunan untuk mengembangkan diri, perusahaan seperti itu ditargetkan pemerintah dan dibantu misalnya dengan KUR . Tantangan pemerintah adalah masalah Sumber daya terbatas (the resource is very limited) dibandingkan dengan masyarakat Indonesia sangat banyak terdiri dari 33 provinsi, kita tahu programnya, tahu apa yang harus dilakukan tetapi kemampuan untuk menjangkau semua kelompok masyarakat sangat terbatas, jadi kita perlu lebih banyak tenaga terdidik untuk mau turun sampai ke desa-desa untuk memberdaya masyarakat disana. Tantangan kedua adalah tingkat pendidikan masyarakat desa, mereka sangat terbatas kemampuannya kadang-kadang ada yang masih susah membaca, menulis, itu merupakan tantangan, belum lagi jumlah modal yang bisa dipinjamkan, idealnya kan pinjaman harus dikembalikan supaya menjadi modal bergilir dan masyarakat diharapkan mampu mengembalikannya dalam waktu tertentu ke pemerintah atau ke bank. Jadi tenaga kerja, jarak, pendidikan, dan permodalan itu sendiri merupakan tantangan pemerintah. Mengenai Daya beli masyarakat Indonesia sekarang sudah naik kelas menjadi Middle Income Country, GNI per capita terus naik, tapi umumnya negara berkembang seperti Indonesia jelas mutlak harus memperthankan pertumbuhan ekonominya. Sekarang pertumbuhan ekonomi di atas 6,3 atau 6,4%, dan itu nanti akan menghasilkan kenaikan GNI per capita juga, namun masih ada juga masalah gap antara kelopmok masyarakat sangat kaya dan kelompok masyarakat di desa yang masih relatif rendah daya belinya, tambah inflasi yang tinggi. Hal itu merupakan tantangan besar bagi pemerintah karena secara ekonomi Indonesia membaik, income per capitanya naik tetapi gini coefficient juga naik, jadi bagaimana supaya pertumbuhan ini merata, pertumbuhan inilah yang menjadi modal utama untuk meningkatkan pendapatan lapisan bawah.
57
Sekarang Presiden Indonesia punya konsep mengenai post-2015 development agenda yaitu konsep equity mulai dari kesempatan, bahwa semua orang diberikan kesempatan yang sama untuk berusaha. Yang ingin dituju adalah sustainable growth with equity dilihat dalam: 3 pilar economic growth, social equity, dan environment untuk memberikan bobot kepada kata sustainability. Jadi dihitung speednya berapa, kita tidak ingin ekonomi tumbuh cepat, lalu overheated dan colapse, kita ingin pertumbuhan yang moderate saja sekitar 6% tetapi tetap menjaga resources, harus memikirkan generasi mendatang. Jadi konsep pemerintah tidak hanya mengejar pemberantasan kemiskinan secepatnya tetapi harus secara bertahap memberikan kesempatan untuk semua orang, dan mempertahankan sufficient growth, serta lingkungan hidup tetap terjaga.Itu konsep kedepannya tapi itu bagus dalam teori, pelaksanaannya banyak tantangan jadi kita harus disiplin, punya peraturan yang jelas, dimengerti oleh pihak pemerintah, didukung oleh masyarakat, oleh pengusaha. 2. Bagaimana Pemerintah menciptakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua orang termasuk perempuan dan kaum mudah? Melalui economic growth dan equity bagi semua orang, itu kuncinya dan bukan hanya untuk orang-orang tertentu jadi harus ada kesemptanan yang cukup. Dalam konteks ekonomi bebas, hanya yang mempunyai modal yang memilki akses dan Pemerintah harus membantu yang tidak mempunyai modal supaya sama-sama punya akses, karena kalau ekonomi dilepaskan saja ke pasar, yang kaya akan semakin kaya karena dia menguasai semua resources. Pelaksanaannya pemerintah berusaha memeratakan kesempatan sementara tidak muda.Kita punya 33 provinsi dengan otonomi daerah yang memiliki policynya masing-masing. Pemerintah pusat terutama memberikan terus-menerus sosialisasi bagaimana misalnya meng-introduce pencapaian sistem ekonomi yang baik, yang berkesinambungan, yang dapat memberikan kesempatan kepada semua orang. Misal untuk DKI Jakarta kesehatan sudah bebas, pendidikan di sekolah pemerintah juga mulai dibebaskan sampai 9 tahun.Jadi karena DKI merupakan acuan, diharapkan akan dicontoi oleh daerahdaerah lain. Keuda melalui pendidikan, semua anak-anak dalam keuarga harus sekolah untuk bisa melampaui nasib kemiskinan.Jadi ada peran pemerintah, tapi juga harus ada kemauan masyarakat, dan peran aparat pemerintah daerah.Pemerintah daerah harus punya kesadaran dan keterampilan yang bagus untuk memberikan penceraan kepada masyarakat. 3. Bagaimana Pemerintah menurunkan setengah proposi penduduk yang menderita kelaparan dan memenuhi kebuthan dasar masyarakat miskin? (sembako dan ketersediaannya dalam jangka panjang); Bagaimana mengenai kedaulatan pangan di Indonesia? Ada kelaparan disebabkan kemiskinan karena soal ekonomi, dan ada kemiskinan karena akses, jauh dari mana-mana desanya terpencil. Yang pertama dintervensi
58
dengan cara pemberdayaan (meningkatkan kehidupan supaya mereka punya kemampuan ekonomi). Yang kedua karena masalah akses pemerintah harus membuka akses dengan membangun jalan, infrastruktur diperbanyak.Untuk jangka pendek tentu dengan humanitarian aid, mengirim tenaga kesehatan dan bahan makanan di daerah rawan pangan, Badan Nasional Penanggulagan Bencana sangat aktif sekali dalam hal ini, itu sifatnya yang sudah emergency. Persoalan kedaultan pangan di Indonesia: Indonesia adalah negara agraris, artinya sebagian besar masyarakat bekerja di sektor pertanian, tetapi kita tahu bahwa hampir semua masih dilaksanakan dengan cara-cara tradisional. Namun sektor pertanian di negara maju kita lihat misalnya tanahya luas, dengan memakai berbagai teknologi sehingga produk dari mereka jika dibandingkan dengan produk-produk Indonesia kalah produk kita, baik kualitas maupun harga tidak bisa bersaing.Kuncinya adalah harus ditingkatkan daya saingnya dengan meningkatkan efisiensi dan pengunaan teknologi, pakai prinsip-prinsip yang modern. Kedua meningkatkan rantai distribusi sehingga profit yang muncul dari nilai tambah produk pertanian itu tidak dinikmati sebagian besar oleh pedagang, tetapi harus oleh petani. Pemerintah coba membantu para petani dengan adanya BULOG (urusan beras), ketika harga rendah dia harus tetap beli dengan harga yang wajar supaya petani tidak dirugikan oleh kenaikan atau penurunan permintaan. Menurut saya pribadi pemerintah Indonesia harus lebih banyak melakukan riset, investasi dalam pengembangan riset untuk membantu sektor pertanian, karena teknologi di bidang pertanian tidak kalah pentingnya, itu akan mempunyai dampak yang besar kepada pertanian kita, bagaimana dengan luas tanah yang sama bisa memproduksi 2, atau 3 kali lipat, itu tidak bisa dengan cara tradisional, itu harus dipikirkan, yang memikirkannya harus ahli-ahli pertanian. 4. Bagaimana peran para LSM dalam rangka menanggulangi kemiskinan dan kelaparan? Sekarang LSM betul-betul sudah menjadi mitra pemerintah, mereka sudah mendapat akses dan bergerak di mana-mana. Ada LSM yang khusus memperhatikan petani, ada LSM memperhatikan para buruh, pemerintah terbuka, semenjak new wave of democracy bakhan di hampir semua forum-forum yang diikuti delegasi pemerintah LSM ikut juga, banyak sekali permasalahan diangkat oleh LSM dan itu dihargai dan diakui pemerintah.
Penliti melakukan wanwancara bersama Sekretariat MDG’s Nasional (Tanggal 30 April, pukul 2) 1. Bagaimana pemerintah menurunkan setengah persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskina nasional dari 15.10% (1990) menjadi 7.55% (2015)?
59
Untuk mengatasi isu kemiskinan kami punya berbagai program: 4 clusters Klaster 1: Bantuan dan perlindungan sosial berbasis keluarga: tujuannya adalah untuk mengurangi beban kehidupan dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Kegiatannya misalnya jamkesmas,PKH,.. Klaster 2: PNPM mandiri, prinsipnya masyarakat menysun perencanaan kegiatan sesuai dengan kesepakatan yang ada antara mereka, misalnya membangun irigasi, jalanan desa atau sarana air bersih, dalam menyusun proposal kegiatan itu mereka dibimbing oleh community facilitator, setelah itu proposalnya diajukan ke kecamatan dan jika kecamatan menyetujui dia akan mengalirkan bantunanya ke rekening masyarakat. Klaster 3: Pemberdayaan Usaha Mikro dan kecil: misalnya KUR untuk skala industri kecil pedagang kecil yang memerlukan modal, warung, dan pinjaman ini tidak perlu ada jaminan. Klaster 4: Program pro rakyat: memberikan subsidi pembangunan kemudahan fasilitas dasar misalnya pangkalan pendaratan ikan, hal ini dilaksanakan di seluruh provinsi tetapi sekarang belum menyeluruh, setiap tahun terus bertambah. 2. Bagaimana Pemerintah menciptakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua orang termasuk perempuan dan kaum mudah? Strategi untuk mempercepat menurunkan penangguran terbuka adalah meningkatkan pendidikan dan memberikan pelatihan bebasis kompentensi itu tersebar di departemen kesehatan, ketenagakerjaan , kementerian perindustrian dan berbagai kementerian. Tantangannya Indonesia sejak tahun 2001 melakukan desentralisasi besar-besaran, semua didesentralisasikan kecuali 5 urusan, urusan moneter, hubungan luar negeri, urusan hukum , agama, dan pertahanan -keamanan. Jadi sekarang program-program itu ada yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, ada yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi, dan oleh pemerintah kabupaten, jadi setiap provinsi dan kabubaten juga sangat bertanggung jawab untuk mencapai sasaran mdgs, kemudian hasil dari situ yang menjadi pencapaian nasional. 3. Bagaimana Pemerintah menurunkan setengah proposi penduduk yang menderita kelaparan dan memenuhi kebuthan dasar masyarakat miskin? (sembako dan ketersediaannya dalam jangka panjang); Bagaimana mengenai kedaulatan pangan di Indonesia? Saya kira ketersediaan seluruh Indonesia cukup tetapi terdapat masalah pada pendistribusian dan transportasi sampai ke pada daerah-daerah terpencil atau rawan pangan, jadi bagaimana memastikan akses kepada daerah-daerah itu.Menurut saya
60
produksi pertanian cukup, tetapi banyak lahan pertanian dikonversi karena pertumbuhan penduduk, terutama di pulau Jawa. Namun pulau jawa dibantu oleh pulau lain Sulawesi dan Sumatera misalnya. Yang dilakukan pemerintah adalah membangun infrastruktur, kedua memperbaiki sistem pertanian bukan hanya terpusat di Jawa saja tetapi di daerah Sulawesi, Kalimantan, dan untuk penduduk miskin yang konsumsinya terbatas pemerintah mempunyai program rice for the poor (raskin subsidi beras) mereka dibagi 30kg beras per bulan. Ketiga mengembangkan the connectivity antara satu pulau dengan pulau lain (central growth, antara Jawa dan Sumatera, Sumatera dengan Kalimantan dan Sulawesi, Kalimantan dengan dan Papua) dengan trans highway, pembangunan prasarana kereta, pelabuhan, lapangan terbang, tidak hanya terfokus di Jawa, untuk memeratakan akses. Cara lain adalah dengan mempertahankan pertumbuhan ekonomi setiap tahun tetap di atas 6%, tidak hanya di pulau Jawa tetapi di pulau-pulau lain juga. Mengenai kedaulatan pangan kita tidak mau hanya bergantung terhadap produk impor tapi harus punya resilience of food, namun karena globalisasi pasar, tidak dapat dihindari kadang pikirannya bagaimana menyediakan pangan yang cukup.Impor beras kita memang tinggi karena konsumsi setiap orang 160kg per tahun. Sekarang ada kebijakan pemerintah berusaha menurunkan konsumsi beras dengan cara menghidupkan kembali lokal food, di papua makan ubi, di Maluku makan sagu, di daerah Madura makan jagung. Mungkin karena kesalahan kebijakan dulu pada jaman Soeharto bahwa harus meningkatkan produksi beras semua i konsumsi beras dan meninggalkan makanan lokal. Kalau daerah perkotaan mulai beralih ke mie, hal yang salah juga karena perlu banyak gandum padahal iklim kita tidak kondusif untuk menanamnya, jadi harus impor banyak, itu yang harus kita cegah juga. 4. Bagaimana peran para LSM dalam rangka menanggulangi kemiskinan dan kelaparan? Indonesia sejak tahun 2000-an berubah dari negara yang otokratis menjadi demokratis, dari sentralistik menjadi desentralisasi, dengan perubahan itu LSM mulai tumbuh banyak dan kadang lebih kuat dari pemerintah, mereka sangat dekat kepada masyarakat dan menjadi fasilitator, ketika kita diskusi tentang kemiskinan di Bappenas kita undang mereka dan mereka punya gagasan yang bagus yang bisa dimasukan ke dalam kebijakan pemerintah. Mereka berperan besar dalam mencapai MDG’s, misalnya dengan penelitian dilakukan mereka di lapangan menemukan berapa banyak anak yang masih menderita kekurangan gizi, mereka bawa data dan photo yang bisa dipercaya pemerintah.
61
Peneliti mewawancarai Koordinator Divisi Advokasi dan Jaringan LSM Sajogyo Institute (SAINS- tanggal 30 Mai 2013, pukul 1) 1. Bagaimana Anda melihat upaya pemerintah dalam sasaran MDG’s berikut? (Apakah upaya pemerintah sudah cukup memadai, atau apa yang menjadi tantangan atau kesulitan yang dihadapi Pemerintah Indonesia untuk mengatasinya?) a- menurunkan persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional (menjadi 7,55 % tahun 2015)? Pertama, sudut pandang pemerintah berbeda dengan pandangan kami, maka kontribusinya juga akan bereda, pemerintah melihatnya pada sisi ekonomik, tapi kami melihatnya sebagai isu structural, yaitu ketidakadaan akses atau hambatan akses masyarakat atas sumber daya yang ada di lingkungannya. Hambatan structural, bisa regulasi, aturan-aturan.Sumber daya melimpah di desa-desa tetapi rakyat miskin, karena ada ketimpangan, tidak punya akses, dilarang masuk hutang, dilarang bertani, tanahnya diambil untuk perusahaan, untuk villa, untuk pengembangan kebun sawit.Bagaimana petani bisa hidup jika tanahnya tidak ada padahal keterampilannya hanya bisa bertani, berkebun.Jadi pandangan kami pemerinath belum melakukan banyak kebijakan untuk menganani Kemiskinan.Bantuan dan perlindunagn berbasis keluarga yang dibahas dalam laporan mdgs atau JPS juga (jaringan pengaman sosial), ini prakteknya di lapangan banyak masalah, hanya kelompok-kelompok tertentu saja yang kena dan tidak kena kepada sasaran yang betul-betul membutuhkan, dan banyak korupsi sampai sekarang.Hal itu dilaksanakan di dataran normatif. PNPM mandiri misalnya pada prakteknya meninmbulkan masalah lain di tengah masyarakat karena menguntungkan segelintir orang saja, BLT banyak ditolak di lapangan karena jadi masalah sosial baru sebab penentuan siapa yang layak menerima tidak tepat.Karena pemerintah melihat kemiskinan hanya pada ekonomi mindset sehingga semua solusinya adalah pemenuhan ekonomi tetapi ini tidak pernah menjadi solusi bagaimana membuka akses mengenai ketimpangan penguasaan lahan, dan penguasaan sumber daya. Karena kemiskinan adalah persoalan akses, solusinya sebelum menangani keadaan ekonominya bongkar dulu ketimpangannya, misalnya rekonsesi tambang, perkebunan, berikan tanah kepada petani (reform agrarian), dan itu belum selesai sejak Indonesia merdeka. b- menciptakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua orang termasuk perempuan dan kaum mudah? Menurut saya salah satu alat untuk membuka kesemptana kerja adalah pendidikan, bagaimana anak-anak mudah dan perempuan petani dalam hal ini (jumlah petani banyak 65%)?Kita tahu dunia pendidikan semakin mahal tidak semua orang sekarng bisa sekolah, sementara untuk bersaing mereka harus membawa bukti yaitu tingkat pendidikan, sehingga lapangan kerja yang disediakan lebih banyak menuntungkan
62
kelompok orang-orang yang punya pendidikan.Jadi dunia pertanian dan kelautan tidak menjadi satu dasar bagi pengembangan pembangunan, kesempatan kerja di bidang non formal itu sedikit karena lebih banyak dikuasai oleh orang yang mempunyai keterampilan.Paling banyak kesempatan kerja disediakan yaitu buruh, saya belum melihat kesempatan kerja yang dikembangkan pemerintah untuk memprioritas kedua sektor tersebut. c - menurunkan setengah proporsi penduduk yang menderita kelaparan (menjadi 8,50% tahun 2015)? Pemerintah mengunakan pendekatan ketahanan pangan dan yang penting adalah ketersediaan pangan cukup, entah dari impor atau darimana asal pangan ada, kalau kedautlatan pangan tergantung kepada potensi pangan local bagaimana berdaulat atas pangannya sendiri, berarti menggali bagaimana sumber pangan lokal dikuatkan, dengan begitu yang diurus adalah bukan pangannya saja tetapi produsennya yaitu para petani, ideologinya petaninya yang diberdaykan harus punya tanah, dan bibit harus diproteksi, kita mulai dari bibit, pupuk, sampai teknologi saja kita sangat bergantung untuk bisa bersaing (perusahaan bibit asing Munsanto meproduksi bibit dan pupuk kapas diperbolehkan masuk sehingga menggantikan bibit lokal msialnya ), tidak heran kalau petani tergantung, dan infllasi pangan melonjak. Pemerintah lebih memfasiliatsi kepentingan investor dan importir padahal kita bisa mengusahakan sendiri, banyak sekali pangan Indonesia diimpor.Tugas pemerintah bagaimana menjamin akses terhadap pupuk, bibit, dan teknologi pertanian suapaya betul-betul disediakan, terjangkau oleh petani dan jangan malah memfasilitasi pihak asing. Jadi petani harus berdaulat bisa mengembangkan bibit dan pupuk sendiri.Pemeritah semestinya memfasilitasi dan memberikan keterampilan mereka untuk mengembang kanpotensi sendiri. 2.Bagaimana akses penduduk miskin terhadap kebutuhan dasar seperti sembako? Bagaimana dengan ketersediaan jangka panjang sembako? (sustainability of basic food) Sebagian besar kebutuhan sembako sebenarnya bisa diusahakan sendiri oleh masyarkat miskin jika tanahnya ada, karena yang harus dibeli itu minyak, gula, hanya apakah itu terjangkau oleh masyarakat dengan daya belinya terbatas, itu tergantung kepada kebijankan pemerintah menentukan harga, tetapi akses bisa dikatakan mudah, apakah cukup, ya ketersediaan sembako cukup banyak sekali, tapi harus dilihat juga milik siapa apakah sebagian besar diimpor, kita impor besar, daging, minyak, susu, garam. 3. Seperti apa peran LSM sendiri dalam menanggulangi kemiskinan dan kelaparan di Indonesia?
63
LSM ada yang melakukan penelitian untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah seperti kekurangan kebijakan di lapangan misalnys tidak kena kepada sasaran karena bersifat top down. LSM lain melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat, tetapi yang membedakan adalah kami ingin yang betul dari bawah atau bottom-up, ada LSM membantu memperjuangkan mendapat tanah, ada yang melakukan advokasi atau menyadari rakyat tentang haknya, jadi LSM umunya ada yang penelitian social, advokasi hukum, praktis penguatan keterampilan, tapi semua LSM setuju kemiskinan itu structural, tidak bisa kemiskinan perdesaan bisa diatasi kalau ketimpangannya tidak dibetulkan dahulu. 4. bagaimana mengenai persoalan kedaulatan pangan di Indonesia? Apakah Anda setuju tidak dengan ide bahwa pangan di Indonesia lebih dikuasai pihak asing? Saya sangat setuju, karena 70% hasil pangan kita memang dari luar, karena potensi pangan lokal kita belum mendapat proteksi , pengananan yang baik. Sebenarnya banyak potensi pangan kita dan laku diekspor tetapi pertanyaanya siapa yang menguasai ekspor, jangan hanya segelintir orang, petani harus berdaulat dari menanam, sampai pemasaran.
Peneliti mewawancarai Pihak Peneliti buruh dan pangan di AKATIGA (Pusat Analisis Sosial -Tanggal 05-07-2013, pukul 8) 1. Bagaimana Anda melihat upaya pemerintah dalam sasaran MDG’s berikut? (Apakah upaya pemerintah sudah cukup memadai, atau apa yang menjadi tantangan atau kesulitan yang dihadapi Pemerintah Indonesia untuk mengatasinya?) a- Menurunkan persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional (menjadi 7,55 % tahun 2015)? Saya merasa sebenarnya kalau melihat rencana atau program capaian MDG oleh pemerintah lewat bappenas, dan kementerian teknis terkait, ada beberapa yang kurang konkrit, bagus di atas kertas tetapi koordinasi dan implementasinya agak kurang.Kedua sifatnya kurang berkelanjutan misalnya program PNMP dalam pemberian modal untuk umum atau perempuan, terlalu kecil modalnya 500-1juta, itu tidak bisa mennaggulangi kemiskinan.PNPM berhasil dalam pembangunan jalan dan infrastruktur perdesaan, tetapi untuk penanggulangan kemiskinan masih sulit dicapai.Kalau usaha usaha kecil persoalannya bukan hanya modal tetapi apakah orang bisa mengelolahnya untuk menjadi sandaran hidup dia dan dia keluar dari kemiskinan. Saya setuju dengan 4 klaster pemerintah untuk sekarang, tetapi apakah kita selalu bisa mengandalkan pada program-program bantuan itu, orang bisa menjadi dependent, dan kedua menetukan siapa yang berhak menerimanya juga jadi persoalan di tingkat paling bawah, Data BPS yang menentukan desa ini yang berhak menerima tetapi menurut penduduk lebih banyak dari itu, itu persoalan yang teknis sekali tetapi
64
tetap harus menjadi perhatian. Jadi di tingkat nasional program yang bagus dan besar tapi implementasinya selalu jadi persoalan. b- Menciptakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua orang termasuk perempuan dan kaum mudah? Gambar besarnya pemerintah Indonesia mengadopsi kebijakan yang kami sebut pasar kerja fleksibel, dimana buruh bisa masuk-keluar kerja dengan lebih mudah, menurut kami itu masih persoalan besar ketika angkatan kerja kita didominasi oleh tenaga kerja yang berpendidikan rendah, keterampilannya terbatas, karena dengan pasar kerja fleksibel ini tidak ada lagi jaminan dan keberlanjutan pendapatan, tetapi itu dilegalkan oleh UU tenaga kerja, wujudnya dengan hubungan kerja kontrak outsourcing. Pemerintah menciptakan pekerjaan bisa lewat BUMN, PNPM juga dikatakan menciptakan kesempatan kerja (jangka pendek). Selain itu pemerintah punya juga institusi pelatihan disebut BLK (Balai Latihan Kerja), yang berperan melatih para pekerja memberikan kompetensi, atau internship, tetapi ketika kami mengunjuni beberapa BLK tidak selalu bisa mengikuti perkembangan atau inovasi teknologi (berbagai mesin) yang ada di pabrik industri, ada juga kasus orang diklaim sebagai peserta magang atas nama pelatihan tetapi betul-betul bekerja full time dan nanti mendapatkan sertfikat menurut saya hal itu sama dengan manipulasi. Untuk menciptakan kesempatan kerja pemerintah harus ada kerjasama antara departemen teknis, industri, dan pengusaha, jadi dan harus mengurangi hambatan berusaha, menurut kami hambatan kerja ada 3, korupsi, birokrasi yang membuat usaha yang susah, dan masalah infrastruktur untuk mendukung penyebaran industri. c - Menurunkan setengah proporsi penduduk yang menderita kelaparan (menjadi 8,50% tahun 2015)? Soal food security ada kebingunan juga kami sekarang sedang menelitinya, kalau dari data produksi beras sebetulnya kita bisa mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri, tetapi angka impornya masih tinggi, kedua ada kecenderungan konsumsi gadum yang naik untuk makan jadi roti, mie lebih tinggi dibandingkan padi terutama jawa barat beralih ke gandum. Jadi kami juga masih dalam posisi bertanya mengapa tetap mengimpor beras, tetapi kalau gandum memang naik konsumsinya. Satu hal yang penting juga kalau bicara food security adalah pesoalan keanekaragam makanan, kita punya makana lokal yang dulu menjadi makanan pokok misalnya kaya derah Maluku Papua ubi, sagu tetapi ketika ada kebijakan orde baru untuk menggantikannya dengan beras dan ketergantungan kepada beras jadi tinggi sekali, kalau makanan pokok ini kembali diangkat mungkin kita tidak terlalu punya masalah dengan itu. Persoalan lain adalah konversi lahan dari pertanian menjadi fungsi lain itu sudah jelas mengurangi, kemudian yang kedua dari lahan untuk makanan jadi fungsi perkebungan misalnya dan itu mengurangi makanan pokok. Upaya pemerintah pernah mengeluarkan peraturan mengenai lahan pangan Berkelanjutan, harus
65
menyediakan 30% lahan, persoalanya untuk daerah yang lumbung pangan (Indramayu,. ) jadi justru melakukan konversi sebagian besar daerah pertanian jadi pabrik, perumahan. Saya di lapangan bisa melihat konversi lahan ini sangat cepat sekali tidak terkendali.Pemerintah memang tidak punya kemauan menangani konversi lahan, memang dibiarkan karena profit dari pertanian dianggap kecil daripada industri dan perumahan. 2. Bagaimana akses penduduk miskin terhadap kebutuhan dasar seperti sembako? Bagaimana dengan ketersediaan jangka panjang sembako? (sustainability of basic food) Itu kaitannya sangat erat dengan soal kemiskinan, akses itu orang bisa beli atau tidak, misalnya petani kecil jual gabah harga Rp 3.400 terus menjual karena ada berbagai kebutuhan, sebulan sebelum panen dia harus beli karena tidak punya ketersediaan lagi, ketika mau beli beras harganya 6.000 atau 7.000 itu artinya ada keterbatasan untuk membelinya. Ada juga daerah terpencil yang tidak mengakses karena soal jarak, tetapi barang bisa saja sampai kepada mereka namun mahal.Kalau kita lihat program pemerintah secara teoritis raskin bisa mengatasi masalah akses sembako masyarakat miskin, tetapi kalau orang benar-benar tidak punya uangnya tetap tidak bisa membeli meskipun dengan harha tebus Rp 1.600 per kg, jadi menurut saya persoalannya ada pada daya beli.Ketersediaan jangka panjang sembako kami lebih kawatir dengan konversi lahan yang sangat cepat ini tetapi data tidak meunujukan bahwa ada konversi besar-besaran, itu kenyataan yang kami lihat tetapi data tidak ada.90% lahan di Indonesia dimiliki swasta dan individu dan kira-kira 10% milik pemerintah jadi tidak terkendali.Keberlanjutan sembako terancam konversi lahan yang besar dan tidak terlihat dalam data. 3. Seperti apa peran LSM sendiri dalam upaya penangulangan kemiskinan dan kelaparan? Kalau Akatiga merupakan lembaga penelitian, lebih banyak melakukan penelitain di lapangan dan mengusulkan kebijakan kepada pemerintah. Kami mempunyai 3 fokus, pertama evaluasi program PNMP, perburuhan dan agraria dan pangan, ada juga banyak LSM yang menjadi fasilitator yang langsung berhubungan dengan masyarakat desa. 4. bagaimana mengenai persoalan kedaulatan pangan di Indonesia? Apakah Anda setuju tidak dengan ide bahwa pangan di Indonesia lebih dikuasai pihak asing? Memang sekarang input pertanian kita tergantung dari luar (benih, pupuk,..). Misalnya buah juga lebih murah yang impor dari pada buah lokal.Pemerintah kurang berani memproteksi peadahal petani kita masih sangat perlu diproteksi. Sektor
66
pertanian Indonesia tidak bisa dibiarkan bersaing karena mayoritas petani kita lahannya sempit, dan sebagian lagi sama sekali tidak punya lahan, sementara hidup mereka bergantung kepada tanah dan pekerjaan di pertanian, kalau tidak disubsidi dan diproteksi mereka tidak bisa hidup, menurut saya itu memang tugas pemerintah untuk memproteksinya, kalau tidak ya kalah kita. Kalau soal teknologi mekanisasi (pengunaan mesin) petani masih terbatas, tetapi soal inovasi penanaman mereka sangat rasional dan pintar untuk mencari cara meningkatkan produksi, sebenarnya bantuan traktor, hand traktor, mini traktor saya apresiasi kepada pemerintah kalau yang itu jalan, lewat kelompok tani atau gapoktan, bagus dan harus terus dipertahan. Untuk meningkatkan produksi selain pengunaan jenis bibit, pemerintah membantu juga dalam membangun infrastruktur irigasi, perbaikan saluran irigasi (termasuk dalam PNPM).
67
LAMPIRAN 4
Daftar Riwayat Hidup Nama Tempat / Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Tinggi / Berat Agama Kewarganegaraan Alamat
: Miarisoa Risianjia : Madagascar, 17 Janvier 1987 : Perempuan : Belum menikah : 154cm / 54 kg : Kristen : Malagasy : Lot IVY/398 P 32 Cite Anosipatrana - Madagascar
Nomor Telepon Alamat Email
: 0838-2083-4603 :
[email protected]
Nama Orang Tua: Ayah Ibu
: Rabialahy Marson : Nirina Harisoa Huguette
PENDIDIKAN FORMAL Periode
Institusi
2005-2008
Tamat S1 Akuntansi dan Keuangan di Universitas ESCAME, Madagascar
2002-2004
Tamat SMA di Lycee Technique Commerciale, Madagascar
1998-2001
Tamat SMP, College d’Enseignement General Anosibe, Madagascar
1992-1997
Tamat SD di College Marie Aimee, Madagascar