DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 1991. Pengantar Apresiasi Ilmu Sastra. Bandung : Sinar Baru. Amirin, T. M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. .
. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Perss.
Basuki, W. 2004. Medhitasi Alang-Alang Kumpulan Geguritan. Sidoarjo: Sanggar Zuhra Gupita. Depdikdas Prop. Bali. 1991. Kamus Bali Indonesia. Bali: Gramedia Esten, M. 1989. Kesusasteraan, Pengantar Teori dan Sejarah. Angakasa : Bandung. Hariyono, P. 1994. Kultur Cina dan Jawa Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Hartoko, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia. Kasnadi dan Sutejo. 2010. Kajian Prosa; Kiat Menyisir Dunia Prosa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. Keraf, G. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia : Pustaka Utama. Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. . 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan Moelino, A. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Moleong, L. J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gramedia. . (2007.Metodologi Penelitian Kualitatif,. Bandung: Penerbit PT Remaja RosdakaryaOffset Pardi, dkk. 1996. Sastra Jawa Periode Akhir Abad XIX – Tahun 1920. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Peursen, V. 1988. Strategi Kebudayaan, Edisi Kedua. Yogyakarta: Kanisius Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : BalaiPustaka. Prabowo, D. P. 2002. Budaya. Yogyakarta : Kedaulatan Rakyat. Pradopo,R.D.1995. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma danAnalisisStruktural Semiotika. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press. Riffaterre, M. 1978. Semiotic of Poetry. Blomington : India University Press. Sangidu. 2007. Penelitian Sastra; pendekatan, teori, metode, teknik dan kiat. Yogyakarta: Seksi Penerbitan Sastra Asia Barat FIB UGM. Santoso, P. 1993. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung : Angkasa. Satoto, S. 1991. Metode Penelitian Sastra. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. Semi, A. 1993. Anatomi Sastra. Padang : Angakasa Raya. Setianingrumi, L. 2005. Skripsi. Aspek Tematis Dalam Geguritan Karya Handoyo Wibowo (Analisis Struktur dan Semiotika).Program Studi Sastra Daerah. UniversitasSebelas Maret Surakarta. Subalidinata, R.S. 1981. Seluk Beluk Kesusastraan Jawa. Yogyakarta : Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada. Subroto, D. E. 1989. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Jawa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudjiman, P. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya. 1990. Serba-Serbi Semiotika . Jakarta : Gramedia. Soekanto, S. 1863. Teori Sosiologi: Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia . 2006. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Suminto A.S. 1985. Puisi dan Pengajarannya : (Sebuah Pengantar). Semarang : IKIP semarang Press.
Suseno, F. M. 1988. Etika Jawa Sebuah Analisa Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta:Gramedia.
Falsafi
Tentang
Sutopo, H. B. 1988. Dasar-dasar Analisis dan Interpretasi Data dalam Penelitian Kualitatif. Surakarta : FISIP UNS. . 2002. Metode Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press. . 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Tarigan, H. G. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa. Taylor, W.E. 1932. Primitive culture dan Anthropology. Jakarta: Gramedia Teeuw, A. 1983. Tergantung Pada Kata. Jakarta : Pustaka jaya. .
.1984. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta : Gramedia.
Tim Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi/Tugas Akhir. Surakarta: UNS Press. Waluyo, H. J. 1991. Teori dan Aplikasi Puisi. Jakarta : Erlangga. Wellek, R dan Austin W. 1983. Teori Kesusastraan, Diterjemahkan olehManoekmi Sardjoe. Jakarta ; Intermasa. Wiryaatmaja S, dkk. 1987. Struktur Puisi Jawa Modern. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Lampiran 1: Riwayat Hidup Pengarang
WIDODO BASUKI. Pria kelahiran Trenggalek 18 Juli 1967 ini sehari-hari bekerja sebagai wartawan/Redaktur Pelaksana di Majalah Jaya Baya. Ia bergabung di media berbahasa Jawa itu sejak 1993, karena kecintaanya pada bahasa dan sastra Jawa, meski sebenarnya latar pendidikan formalnya dari jurusan Seni Rupa (Murni) Sekolah Tinggi Kesenian “Wilwatikta” Surabaya (STKWS) dan sarjana pendidikan Seni Rupa IKIP PGRI Adhibuana Surabaya (UNIPA). Pergulatannya yang cukup intens di “dunia Jawa” menyebabkan hal itu selalu mewarnai karya-karyanya baik yang berupa tulisan maupun seni lukis yang ditekuninya. Sebagai penggurit, dia pernah membacakan guritan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta atas undangan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1999. Pernah menjabat Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Surabaya (DKS) Periode 1998-2003. Tulisan-tulisannya berupa crita cerkak (cerpen), artikel budaya, cerita rakyat, cerita anak-anak, tersebar di berbagai media. Sedangkan sejumlah buku karyanya, diantaranya: Kitir Tengah Wengi (1998). Crita Saka Tlatah Wetan (guritan, 1999) Medhitasi Alang-Alang (kumpula guritan) 2004, Menak Sopal dan Budaya Putih (cerita anak, Citra Jaya Murti, 1997), Crita Rakyat Saka Trenggalek (Grasindo, 2008), dan kumpulan guritan “Bocah Cilik Diuber Srengenge”. (CDS, 2011), buku ceritera rakyat,”Dredah ing Padhepokan Sukma Ilang (Paramarta, 2013).”, serta puluhan antologi bersama, baik berupa guritan, puisi dan lain-lain. Beberapa penghargaan diantaranya:
1. Juara I Naskah Guritan, Depdikbud Jawa Timur, 1996. 2. Buku
kumpulan
guritan
“Layang
Saka
Paran”
mendapatkan
penghargaan Sastra Rancage tahun 2000. 3. Juara I Naskah Dongeng Tingkat Nasional yang di adakan Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY) 2002. 4. Penghargaan Seniman Berprestasi dari Gubernur Jawa Timur (2004), kemudian dipercaya masuk Tim Penghargaan Seniman Jawa Timur (2005-2008). 5. Juara 2 penulisan Cerpen Bernafaskan Panji, Dewan Kesenian JatimDewan Kesenian Jombang, tahun 2010. 6. Budang jurnalistik, karya tulisnya pernah mendapatkan Juara I Jurnalistik Perkoperasian, Departemen koperasi Jawa Timur tahun 1993. Sedangkan karya tulis Jurnalistik Pariwisata Departemen Pariwisatta Propinsi Jawa Timur, sejak tahun 2008-sampai sekarang telah 5 kali mendapatkan kejuaraan. Disamping sebagai penulis lepas bidang budaya juga sering dipercaya sebagai pembicara atau pemakalah, pemateri workshop dongeng, guritan, dan juga pengamat di berbagai lomba. Tinggal di Sukolegok, RT 13 RW 05, Desa Suko, Kec. Sukodono, Kab. Sidoarjo. Email:
[email protected], Telp. 031 7870475, HP.081803048066.
Lampiran 2: Bukti Wawancara Pengarang (Daftar Pertanyaan dan Jawaban)
1. Bagaimanakah latar belakang kepengarangan Bapak yang meliputi sejak kapan mulai mengarang? Bentuk tulisan apa saja yang pernah dibuat? Jawaban: Sejak SMP tahun 80-an saya mulai belajar menulis di awali dari cerita anak-anak, karena orang tua berlanggan majalah berbahasa Jawa, saya belajar menulis guritan dan crita remaja. Baru tahun 1996 ketika kuliah di Surabaya karya berupa guritan, crita cerkak, cerita anak, artikel budaya dimuat di berbagai media bahasa Jawa dan Indonesia. 2. Sejak kapan guritan Medhitasi Alang-Alang ini ditulis? Jawaban:Guritan dalam kumpulan Medhitasi Alang-Alangmerupakan guritan yang bertitimangs atau ditulis tahun 200-2004. 3. Mengapa antologi guritan tersebut diberi judul Medhitasi alang-Alang? Jawaban:Judul Medhitasi Alang-Alang mengambil salah satu judul guritan yang ada di buku ini. 4. Apakah makna harfiah dari judul Medhitasi Alang-Alang tersebut? Jawaban:
Secara harfiah makna
Medhitasi
Alang-Alang
adalah
menenangkan diri untuk merenungkan makna keteguhan tumbuhan ilalang yang terus bertahan hidup meskipun banyak cobaan, ditebang, dibakar, diinjak, tapi tetap bertahan hidup. 5. Apakah makna simbolis dari judul Medhitasi Alang-Alang?
Jawaban: Merupakan simbol hidup, “jangan pernah menyerah” dalam cobaan apapun. 6. Mengapa dari sekian banyak judul yang ada dalam antologi guritan tersebut dipilih judul Medhitasi Alang-Alang? Jawaban: Judul Medhitasi Alang-Alang saya anggap mewakili dari ungkapan rasa yang saya rasakan dan saya alami. 7. Apa yang melatarbelakangi bapak dalam penulisan guritan Medhitasi Alang-Alang? Jawaban: Secara pribadi, guritan adalah karya sastra yang sekaligus di dalamnya ada muatan-muatan nilai-nilai universal dalam kehidupan. 8. Adakah hubungan antara guritan ini dengan kenyataan hidup bapak? Jawaban: Setiap penciptaan karya seni (dalam hal ini sastra) merupakan ungkapan perasaan pengarangnya. Tentu ada juga muatan yang di alami pengarangnya. 9. Guritan Medhitasi Alang-Alang ini merupakan karya bapak yang keberapa? Jawaban: Kumpulan guritan Medhitasi Alang-Alang (2004) merupakan kumpulan guritan pribadi yang ketiga, setelah Kitir Tengah Wengi dan Layang Saka Paran tahun 1999. 10. Mengapa guritan yang ada dalam antologi guritan Medhitasi Alang-Alang ini menggunakan bahasa yang kebanyakan orang susah untuk dipahami kata-katanya?
Jawaban: Bahasa Jawa yang saya pakai sebenarnya tidak susah dipahami, Cuma anak muda jamn sekarang saja yang tidak paham dan menganggapnya susah difahami. Memang simbol kata-kata sangat spesifik yang tidak serta merta di maknai secara harfiah belaka. 11. Apa amanat atau pesan yang disampaikan dalam guritan tersebut? Jawaban: Amanat yang di sampaikan diantaranya mari kita jaga nilainilai budaya adiluhung yang kita punyai sebagai orang Jawa. 12. Bagamana pandangan bapak mengenai nilai budaya lokal khususnya jawa? Jawaban:
Nilai
lokal
Jawa
merupakan
nilai-nilai
luhur
untuk
pembentukan karakter bangsa yang patut dipertahankan. 13. Bagaimanakah menurut pandangan bapak jika guritan Medhitasi AlangAlang ini saya kaji dari sisi nilai-nilai budaya lokal jawa? Jawaban: Nilai bisa tercermin pada bahasa dan simbol yang dipergunakan dalam karya. 14. Bagaimanakah nilai budaya lokal jawa pada saat penciptaan guritan Medhitasi Alang-Alang? Jawaban: Sebagai orang Jawa, bahasa Jawa sebagai ungkapan dalam karya, tentunya otomatis mengangkat nilai-nilai lokalitas buday Jawa. 15. Adakah relevansi dari nilai budaya lokal saat itu dengan masa sekarang ini? Jawaban:Sangat relevan, untuk membentuk karakter bangsa dan menangkal budaya asing yang negatif
16. Sebagai sastrawan apa harapan bapak terhadap perkembangan dunia sastra, khususnya guritan? Jawaban: Harapan sebagai sastrawan Jawa tentunya berharap agar apresiasi sastra Jawa bisa lebih luas. Jangan hanya diteliti dan diletakan di rak museum, tapi lebih bermakna bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan mencintai sastra Jawa. Lampiran 3: Surat Pernyataan Pengarang
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Nama
:
Tempat & Tanggal Lahir : Pekerjaan
:
Alamat
:
Menyatakan bahwa saudara Ana Tri Stetiyawati mahasiswa Prodi Sastra Daerah 20012 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta, telah benar-benar melakukan wawancara terhadap saya pada hari Jumat, tanggal 05 Agustus 2016 mengenai geguritan “Medhitasi Alang-Alang” yang berada
Sidoarjo untuk memperoleh data guna kepentingan menyususn skripsi dan digunakan sebagaimana mestinya.
Sidoarjo, 05 Agustus 2016
Widodo Basuki
Lampiran 4: Foto dengan Pengarang Widodo Basuki
Lampiran 5: Guritan dan Terjemahan
1) Dongeng Mistis ing pungkasane gamelan talu dupa kemelun dadi daging ukara dadi roh hong, sepisan dadi kelir manjelma jagad blencong dadi srengenge ing ngisore janur malengkung adam lan babu kawa campur dewa-dewa njumputi kama tumiba dibungkusi kulit dikemuli wewayangan wong jawa senengane dolanan nyawa 2) Cengkir Gadhing wis pecah wujude cengkir gadhing saka pikiran wening, dimen eling saka kene tumetese banyu suci bisa kanggo tamba ngelak salawase kanggo mbukak langit lan bumi ing wit klapa gadhing iku ndhisik bocah-bocah penekan, plurutan nggogrokake dhompolane, mbiyaki tapas-tapase cengkir gadhing dienggo dolanan disesep-sesep banyune diklamuti putih daginge sing tininggal mung kari bathok sepasang manjing jroning dhadha manjing jroning jiwa kanggo madhai tumetese donga kanggo urubing dahana 3) Medhitasi Godhong Suruh
salembar godhong suruh ginulung tinalenan sahadat rosul kembang mayang binukak godhong suruh dadi tumbak wekasan manjing pungkasan pungkasan manjung wekasan dhadhung awuk ambruk sinuduk godhong suruh gilang-gumilang cahyane bang ketebang 4) Guritan Pari Sawuli pari sawuli iki tetep sumimpen ing senthong tengah dak emi-emi pindha dewi sri dak dama-dama pindho raden sadana ing tembe bisaa amaregi ing tembe dadia pusaka tumancep ing tanah bawera thukul ngrembaka mekrok kembange dadi sawijining generasi pari sawuli iki critane katresnan jati wujud bumiku tlatah kang subur gemah ripah low jinawi linabur birune samodra rinengga ocehe manuk sesautan nepusi tembang kebegjan iki bumi kinasih, dasih! panggone ngelak lan ngelih sapa ora melik citrane ibu kang tuhu tresna marang putrane? delengen, among tani ing tengah sawah nggemeni tanduran garbis lan blewah otot-otote prakosa, kulite werna cemani „kringet kotos, dhadha nggilap pamandenge pindha landhepe glathi nanging krasa adhem mrebewani sapa sing ora kepranan ngrasakake sumilire angin, sinambi leledhang ing ngisor trembesi? iki bumi pertiwi, mitraku sing tansah aweh asih asaah lan asuh kinalungan slendhange para hapsari tangan-tangan prakosa nyulap lemah ngare
ing tembe dadi panggonan sumendhe kalamun lungkrah ing wayah sore saben dina terus makarya kanthi ati sumeleh lega, lila, legawa nyawijekake rasa syukur ing ngrasa-Ne pari sawuli kang sumimpen ing senthong tengah tetep dak pundhi dak aji-aji kanthi tresna suci dimen bisa kanggo seksi iki warisan tembang pungkasan: apa sliramu uga rumangsa handarbeni, mitraku 5) Tancepna Maneh „Tancapkan Lagi‟ tancepna maneh swiwi-swiwiku nganggo pucuking glathi ing plataran katresnanmu kareben bocah-bocah bali lelagon lumantar sumilire angin :cempe-cempe undangna barat gedhe tak opahi duduh tape yen kurang goleka dhewe heee... tancepna maneh swiwi-swiwiku kinemulan pinjung kluwung malengkung nalika grimis riwis-riwis isih nelesi gorokan kareben bocah-bocah bali tetembangan : uda celak kali banjir iwak cethak padha minggir mbah sakiyem nandur cipir rambatane kayu dhondhong mbah, jembutmu kobong heee... tancepna maneh swiwi-swiwiku munggah grayah-grayah pucuk plaza andhok ing kentuky, disko sewengi natas ing kana ana kringet lan luh karaokene katrem kekidungan tembang megatruh
aja kok sengguh jaman iki isih kaya wingi, adhi kabeh wis owah, kabeh wis gingsir legakna atimu, lang ngasoa kang taneg sinambi rengeng-rengeng sisane gendhing pacul gowang bakal ngangkangi awang-awang tancepna maneh swiwi-swiwiku kareben aku bisa mabur ngawiyat nadyan getih bali tumetes 6) Ziarah dak tandur wangine kembang mlathi pinangka rabuk watu nisanmu ana lagu gumonthang mbarengi runtuhe kembang semboja siji mbaka siji tanpa dak rasa srengengeku bakal angslup kejepit nisan iki nadyan ora dak ranti 7) Riyayan riyayan ing ing padesan saben taun kembang mekar maneh sandhuwure kubur nancepake gegantilane benang leluhur ndhedher wiji karosan urip bareng ombak-ombak urip kembul bojana bareng sanak mgrahapi nyamikan, wedang gula jawa ngluberake pangaksama ing padesan dadi pasren amiwiti jangkah kapisan gamelan talu bola-bali tinabuh tanpa wekasan manise kembang gula jawa, apura ingapura lampu-lampu blencong kekencaran riyayan ing padesan mbalekake balung-balung rapuh sawise dadi sanggan ing paran 8) Medhitasi Alang-Alang 1
sapa sing wani urip ing kene nantang srengenge ing puthuk ngenthak-enthak bayi sing metu saka kuping kae gumlethak, tinandhu alang-alang kabeh kala tinantang : aku basukarna, anake ibu kunthi nalibrata sing ditemu kusir adhirata apa isih kurang anggonmu munasika? dhalange gumuyu lakak-lakak : karna, si bocah pidak pedarakan dadi senopati mungsuh arjuna? menthang gendhewa-gendhewa adhep-adhepan ing perang baratayuda karna tetep dadi paraga kalah mungsuh arjuna angruwat papanistha wae yagene kudu ora suwala karo sing bisa njamu dewa-dewa 9) Tembang Lemah Ngare gumerite lawang gubug iki minagka paseksen wengi lan sore omah dadi swargane langit lan bumi durung kinunci emprit gantil neba ing sawah mapag dina paring sesulih srengenge mbirat ngelak lang ngelih nganam klasa ing mburitan milahi lan melahi jangka jumangkah sinambi nyawang laron lumebu geni apa ati wis mlebu bui? lesung jumengglung asung pawarta sesuk ana kidung gumonthang bedhug-bedhug ditabuh ndhrandhang enggal rebuten popok-popok wewe kanggo nyulap sabrang gawe :gendhuk, enggal turua kang taneg
sawise iku, wong tuamu ajarana mlaku. 10) Panen sawise direwangi pindha adus kringet anggone ngupakara tanduran iki wis samesthine ing pungkase mangsa bakal panen -wong temen bakal tinemu, ndhuk! ngono simbah aweh sesorah ora mung manungsa butuh panggulawenthah nanging tanduran uga tinitah butuh tresna butuh asih -kang nandur wenang ngundhuh, ndhuk! semono uga atimu kang wis sumadiya dadi pasren lan uritane guritan wis sasesthine sliramu dhewe kang wenang ani-ani ulenan pari sinubya suka sukur maring allah aja wedi marang kang bakal anjrah rayah jalaran ing kono ana wewadi bakal tumurune berkah
1) Dongeng Mistis di akir gamelan ditabuh kemenyan berasap menjadi daging kalimat menjadi roh hong, pertama menjdi kelir menjilma semseta blencong menjadi matahari di bawahnya janur melengkung adam dan kaum hawa bercampur dewa-dewa mengambili cinta yang jatuh terbungkus kulit berslimut bayangan orang jawa senangnya bermain nyawa 2) Cengkir Gadhing sudah pecah bentuknya cengkir gadhing dari pikiran jernih, supaya ingat dari sini menetesnya air suci bisa untuk obat haus selamanya untuk membuka langit dan bumi di pohon kelapa gadhing itu dulu anak-anak panjatan, prosotan menjatuhkan buah, membuka tapas-tapasnya cengkir gadhing untuk bermain dihisap-hisap airnya dijilati putih dagingnya
yang tertinggal hanya saja tempurung sepasang masuk dalam dada masuk dalam jiwa untuk wadah menetasnya doa untuk menyalanya api 3) Medhitasi Daun Sirih satu lembar daun suruh tergulung tertali sahadat rosul kembang mayang terbuka daun suruh menjadi tombak akhir menjadi akhiran akhiran menjadi akhir dhadhung awuk ambruk sinuduk daun suruh bersinar benderang cahayanya sedikit terlihat 4) Puisi Padi Seikat padi seikat ini tetap tersimpan di kamar tengah ku sayang-sayang bagai dewi sri dimanja-manja bagai raden sadana yang nanti bisa mengenyangkan yang nanti menjadi senjata tertancap di tanah luas tumbuh subur mekar bunganya menjadi salah satu generasi padi seikat ini ceritanya kecintaan diri bwntuk bumiku tempat yang subur gemah ripah loh jinawi bersatu birunya samudra menunggu kicauan burung bersautan mengukur bunga keburuntungan ini bumi kasih sayang, teman! tempatnya haus dan lapar siapa tidak memiliki gambaran ibu yang nyata cinta terhadap putranya? lihatlah, hanya petani di tengah sawah merawat tanaman labu dan blewah otot-ototnya perkasa, kulitnya warna hitam keringat bercucuran, dada mengkilat penglihatanya bagai tajamnya pisau
tetapi terasa dingin berwibawa siapa yang tidak ingin merasakan sumilinya angin, sambil santai di bawah trembesi? ini bumi pertiwi, temanku yang selalu memberi kasih, kekuatan dan ketenagan berkalung selendangnya para bidadari tangan-tangan perkasa mengubah tanah pegunungan yang nanti menjadi tempat beristirahat ketika lelah di waktu sore setiap hari harus bekerja sampai hati pasrah lega, rela, ikhlas menjadikan rasa syukur di hadap-Nya padi seikat yang tersimpan d kamar tengah tetap ku angkat dan sayang-sayang dengan cinta suci agar bisa untuk saksi ini warisan lagu terakhir: apa dirimu juga merasa memiliki, temanku? 5) Tancapkan Lagi tancapkan lagi sayap-sayapku menggunakan ujung pisau di halaman kecintaanmu maunya anak-anak kembali bernyanyian lewat sumilirnya angin :cempe-cempe undangna barat gedhe tak opahi duduh tape yen kurang goleka dhewe heee... tancep lagi sayap-sayapku berslimutan tapih pelangi melengkung ketika hujan rintik-rintik masih membasahi tenggorokan maunya anak-anak kembali bernyanyi : uda celak kali banjir iwak cethak padha minggir mbah sakiyem nandur cipir rambatane kayu dhondhong mbah, jembutmu kobong heee...
tancapkan lagi sayap-sayapku naik merangkak-rangkak ujung pohon berhenti di kentuky, disko semalam suntuk disana ada kringat dan air mata karaokenya betah berdendangan lagu megatruh jangan kok kira jaman sekarang ini masaih seperti kemarin, adhi semua sudah berubah, semua sudah sirna legakan hatimu, dan beristirahatlah yang puas sambil bersenandung sisanya lagu cangkul patah akan melangkahi awang-awang tancapkan lagi sayap-sayapku inginya aku bisa terbang ke awang-awang walaupun darah kembali menetes 6) Ziarah ku tanam harumnya bunga melati sebagai pupuk batu nisanmu ada lagu berkumandang bersamaan jatuhnya bunga kamboja satu per satu tanpa ku rasa matahariku akan terbenam terjepit nisan ini walaupun tidak ku nanti 7) Lebaran lebaran dipedesaan setiap tahun bunga mekar lagi diatasnya makam membukak biji kekuatan hidup bersama ombak-ombak hidup berbagi pesta bersama keluarga memakan camilan, minum gulang jawa mengungkapkan permohonan maaf di desa menjadi tempat mengawali langkah pertama gamelan talu terus berbunyi dipukul tanpa akhir manisnya bunga gula jawa, maaf sedalam-dalamnya
lampu-lampu blencong bersinar lebaran di desa mengembalikan tulang-tulang rapuh sesudah menjadi beban di perantauan 8) Medhitasi Alang-Alang 1 siapa yang berani hidup di sini menantang matahari di gunung yang sangat luas bayi yang keluar dari kuping itu tergeletak, terhalang alang-alang semua dijerat di tantang :saya basukarna anaknya ibu kunthi nalibrata yang di temukan kusir adhirata apa masih kurang apa yang kau perbuat? dhalangnya tersenyum terbahak-bahak : karna, si anak dari desa menjadi senopati melawan arjuna? menantang gagah berani berhadapan di perang baratayuda karna tetap menjadi pelaku kalah melawan arjuna membersihkan tempat buruk kenapa harus tidak bangga kepada yang bisa menyambut dewa-dewa 9) Lagu Tanah Pegunungan berderitnya pintu gubug ini sebagai saksi, malam dan sore rumah menjadi surganya langit dan bumi belum terkunci emprit gantil jatuh di sawah menjemput hari memberi pengganti matahari terang haus dan lapar menganyam tikar di belakang memisah dan memilih jangka langkahnya sambil memandang laron memasuki api apa hati sudah masuk penjara?
lesung jumengglung memberi berita besuk ada lagu berkumandang gong-gong dipukul berdendangan cepat rebutlah popok-popok wewe untuk mengubah tepi pekerjaan :nak, cepat tidurlah yang puas sesudah itu, orang tuamu ajarilah berjalan 10) Panen sesudah berjuang bagai mandi keringat dimana membedakan tanaman ini sudah semestinya di akhir musim akan panen -orang serius akan menemukan, nak! begitu simbah memberi nasihat tidak hanya manusia butuh pemelihara tetapi tanaman juga butuh butuh cinta butuh kasih -yang menanam berhak panen, nak! begitu juga hatimu yang sudah punya niat menjadi tempat indah dan cerita. sudah semestinya dirimu sendiri yang berhak ani-ani seikat padi selalu suka syukur kepada allah jangan takut kepada yang akan merebut paksa karena di sana ada rahasia akan turunya berkah