160
DAFTAR PUSTAKA
(ACCESS). Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme. 2005. Buletin Triwulan. Edisi 3 April 2005. (ACCESS). Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme. 2006. Buletin Triwulan. Edisi 7 April/Mei 2006. (ACCESS). Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme. 2006. Buletin Triwulan. Edisi 9 November 2006. Agus, R. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Amin, M.D. 2000. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah dan Pengaruhnya Terhadap Kebersihan Kota (Studi Kasus Pengelolaan Sampah Oleh Perusahaan Sampah Kebersihan Kotamadya Dati II Medan).Tesis Program Pascasarjana Univeristas Padjadjaran: Bandung. Amurwaraharja, I.P. 2003. Analisis Teknologi Pengolahan Sampah dengan Proses Hirarki Analistik dan Metoda Valuasi Kontingensi (Studi Kasus di Jakarta Timur). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. Andarusman. 1998. Pengelolaan Kompos di Kampung Cibangkong, Bandung, Jawa Barat http://gtps.ampl.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=57&Ite mid=59. diakseskan pada 13 Maret 2008. Anonymous. 2006. Laporan Antara “Perencanaan Sistem Manajemen Pengelolaan Persampahan Kota Pontianak”. CV Tiara Chrisandi: Pontianak. Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan). Alfabeta: Bandung. Arianto, W dan Darwin, T. 2002. Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu. Djajawinata.http://www.kkppi.go.id/papbook/Penanganan%20sampah%20per kotaan%20terpadu.pdf. diakseskan pada 13 Maret 2008. Astutik, D. 2005. Pengembangan Model Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah di Jawa Timur. Tesis Program Pascasarjana Universitas Airlangga: Surabaya. Bahtera, S.Y. 2005. Pemberdayaan di Desa RUA. http://www.accessindo.or.id/msc&studiks-indo.htm. diakses pada tanggal 20 Maret 2008.
161
Budiman, Kris. 2006 dalam Abdullah, I. 2006. Sangkan Paran Gender. Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Bustomi, T. 2006. Analisisi Pengaruh Koordinasi terhadap Kualitas Pelayanan Persampahan di Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran: Bandung. Brikkĕ, F. 2000. Operation and Maintenance of Rural Water Supply and Sanitation Systems a Training Package for Managers and Planners. World Health Organization: Geneva. Damanhuri, E dan Padmi, T. 2005. Pengelolaan Sampah. Institut Teknologi Bandung: Bandung Depa Widogdo, S.A. 2005. Studi Evaluasi Pengolahan Persampahan di Pasar Ciputat Kabupaten Tanggerang. Program Studi Teknik Lingkungan ITB: Bandung. Djunuryadi, Y. 2003. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Kabupaten Cirebon (Studi pada Kota Sumber Kabupaten Cirebon). Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Firnandi, E. 2002. Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat (Studi Kasus pada PA Sampah Bantar Gebang Kota Bekasi). Tesis Program Pascasarjana Univeristas Padjadjaran: Bandung. Goldberg, A.A dan Larson, E.C. 2006. Komunikasi Kelompok Proses-Proses Diskusi dan Penerapannya. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Gozali, L. 2003. Pengelolaan Sampah Terpadu di Pondok Pekayon Indah, Bekasi Selatan. http://gtps.ampl.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=66&Ite mid=59. diakses pada tanggal 13 Maret 2008. Gunardi, et al. 2007. Pengantar Pengembangan Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB: Bogor. Ife, J. 2003. Community Development Community Based Alternatives in an Age Of Globalisation. Pearson Education Australia. Hikmat, H. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press: Bandung.
162
Kolopaking, L dan Tonny, F. 2007. Pengembangan Masyarakat dan Kelembagaan Pembangunan. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian dan Program Pasca Sarjana IPB: Bogor. Krana, C. 2000. Perencanaan Strategi Komunikasi Advokasi Manual Untuk Fasilitator Pelatihan. BPS-KEMA: Bogor. Kusumastuti Rezeki, S.D. 2003. Kajian Manfaat dan Biaya Pengolahan Sampah Terpadu Skala Kawasan (Studi Kasus: TPS Rawa Kerbau, Jakarta Pusat) http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=73481&lokasi=loka l. diakses pada tanggal 7 Juni 2008. Lyon, L. 1985. The Community In Urban Society. Dorsey Press Chicago Illiois: USA. Mikkelsen, B. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Mudiyono, et al. 2005. Dimensi-Dimensi Masalah Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, APMD Press Yogyakarta: Yogyakarta. Murdeani, A.D. 2005. Studi Pemilahan Sampah Berbasis Pengumpulan Terjadwal (Studi Kasus: Kelurahan Sukapura dan Kelurahan Sukagalih, Kota Bandung). Program Studi Teknik Sipil dan perencanaan ITB: Bandung. Nangoi, R. 2004. Pemberdayaan Di Era Ekonomi Pembangunan. Grafindo: Jakarta. Nuryanto, N.S. 2003. Pengelolaan Sampah Terpadu di Kampung Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. http://gtps.ampl.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id= 58&Itemid=59. diakses pada tanggal 13 Maret 2008. Purba, J. 2001. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Pusat Kajian dan Diklat Aparatur. 2004. Laporan Akhir Kajian Tentang Pengelolaan Bersama (Joint Management) Pelayanan Persampahan Di Wilayah Perkotaan. www.geocities.com/triwidodowu/joint_mgt_kebersihan.pdf. diakses pada tanggal 13 Maret 2008. Pratama, Y. 2004. Studi Pengelolaan Sampah Medis Terpadu Dengan Pendekatan Sistem Dinamik.Program Studi Teknik Lingkungan ITB: Bandung. Prijono, O.S dan Pranaka. 1996. Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Center for Strategic dan International Studies: Jakarta.
163
PS. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Penebar Swadaya: Jakarta. Rezeki Kusumastuti, S.D. Kajian Manfaat dan Biaya Pengolahan sampah Terpadu Skala Kawasan (Studi kasus: TPS Rawa Kerbau, Jakarta Pusat) http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=73481&lokasi=lo kal. diakses pada tanggal 13 Maret 2008. Rukminto Adi, I. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta. Setiana, L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia: Bogor. Septianti, A.E. 2006. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah (Kasus Masyarakat Kelurahan Dubung Batu, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Damaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok Edisi Revisi. Penerbit Bumi Aksara: Jakarta. Sijbesma Wijk, V.C. 1979. Participation and Education in Community Water Supply and Sanitation Programmes. WHO: Netherlands. Sudradjat. 2007. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya: Jakarta. Suharto, E. Pendampingan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsepsi dan Strategi. http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_32.htm. diakses pada tanggal 20 Maret 2008. Suharto, E. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Penerbit Alfabeta: Bandung. Suharto, E. 2006. Membanguan Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama: Bandung. Sulistyowati, et al. 2005. Komunikasi Pemberdayaan. APMD Press: Yogyakarta. Sumodiningrat, G. 2007. Pemberdayaan Sosial. Penerbit Buku Kompas: Jakarta. Suryohadikusumo, D. 2006. Pengelolaan Kompos di Kebun Karinda, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.http://gtps.ampl.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id =67& Itemid=59. diakses pada tanggal 13 Maret 2008.
164
Supriatna, T. 1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan. Humaniora Utama Press Bandung: Bandung. Suryanto, C. 2000. Pengelolaan Sampah Terpadu di Surabaya (Menggunakan Takakura Home Method).http://gtps.ampl.or.id/index.php?option=com_content&task=view&i d=68&Itemid=59. diakses pada tanggal 13 Maret 2008. Utami, D.B. 2008. Reformulasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Sumbernya Berbasis Masyarakat. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. (USAID). Unites States Agency International Development. Studi Kasus Rencana Strategi Sanitasi Kota Jogyakarta, D.I Yogyakarta. http://www.esp.or.id/category/pub-id/cs/. diakses pada tanggal 13 Maret 2008. (USAID). Unites States Agency International Development. Studi Kasus Rencana Strategi Sanitasi Kota Surabaya, Jawa Timur. http://www.esp.or.id/category/pub-id/cs/. diakses pada tanggal 13 Maret 2008. Tan, H.J dan Topatimasang, R. 2003. Mengorganisasi Rakyat Refleksi Pengalaman Rakyat di Asia Tenggara. SEAPCP-Read: Yogyakarta Widiputranti Sri, C. 2005. Pemberdayaan Kaum Marginal. APMD Press Yogyakarta: Yogyakarta Yoandri, T. 2005. Evaluasi dan Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru. Program Studi Teknik Lingkungan ITB: Bandung. White, A. 1981. Community Participation In Water And Sanitation. WHO: Netherlands. Widya, A.D. 2005. Sistem Pengelolaan Persampahan di Kawasan Perumahan Tamansari Manglayang Regency. Program Studi Teknik Lingkungan ITB: Bandung.
166
Lampiran 1 Kegiatan Pelatihan Komposting Dan Pembuatan Tempat Sampah 1. Nama Latihan : Membuat Kompos dan Tempat Sampah 2. Uraian Pekerjaan : a. Mempelajari EM4 sebagai activator; b. Mempelajari pembuatan tempat sampah agar memperoleh pupuk kompos dan pupuk cair; c. Mempelajari cara pembuatan pupuk kompos; d. Mengetahui kegunakan pupuk kompos dan pupuk cair; e. Mempelajari kelebihan pupuk kompos dan pupuk buatan; f. Mempelajari kegunaan pupuk dalam dunia usaha. 3. Tujuan Latihan Kerja Setelah mengikuti latihan siswa mampu: a. Mampu membuat pupuk kompos untuk keperluan rumah tangga; b. Memahami bahwa sampah bermanfaat bagi kehidupan mereka; c. Mampu membuat tong sampah agar menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat; d. Pupuk kompos mempunyai nilai ekonomi untuk membuka usaha. 4. Persyaratan Peserta Latihan a. Pendidikan sederajat SD, SMP, SMU, S1; b. Usia 17 sampai 70 tahun keatas; c. Jenis kelamin pria dan wanita; d. Asala peserta : masyarakat yang berminat untuk mengetahui pembuatan pupuk kompos. 5. Lama Latihan Lama latihan teori dan praktek sebanyak 21 jam pelajaraan. Pelatihan dilakukan sebanyak 10 -15 orang.
167
Mata Latihan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jam Latihan Teori Praktek
Jumlah Jam
Mempelajari cara kerja aktivator Mempelajari pembuatan tempat sampah agar memperoleh pupuk kompos dan pupuk cair Mempelajari cara pembuatan pupuk kompos Mengetahui kegunakan pupuk kompos dan pupuk cair Mempelajari kelebihan pupuk kompos dan pupuk buatan Mempelajari kegunaan pupuk dalam dunia usaha Tes terakhir/evaluasi
3 2
8
2 7
1
1
2
3
1
4
4
-
4
4 3
1 -
5 3
Jumlah
15
6
21
Sylabus : 1. Mempelajari cara kerja aktivator a. Mengetahui fungsi EM4 dan promi dan dalam proses pengkomposan; b. Mengetahui cara kerja EM4 dan promi dalam proses pengkomposan. 2. Mempelajari pembuatan tempat sampah agar memperoleh pupuk kompos dan pupuk cair a. Bahan-bahan yang dapat dibuat untuk tempat sampah; b. Teknik pembuatan tempat sampah pupuk kompos dan pupuk cair; c. Pemodelan tempat sampah; d. Mendekorasi tempat sampah. 3. Mempelajari cara pembuatan pupuk kompos a. Jenis sampah yang dapat digunakan untuk pengkomposan; b. Pencacahan sampah; c. Cara kerja pembuatan pupuk kompos mennggunakan EM4 dan Promi. 4. Mengetahui kegunaan pupuk kompos dan pupuk cair
168
a. Penggunaan pupuk kompos bagi tanaman; b. Penggunaan pupuk cair bagi tanaman; c. Manfaat penggunaan pupuk cair dan pupuk kompos 5. Mempelajari kelebihan pupuk kompos dan pupuk buatan a. Keuntungan menggunakan pupuk kompos bagi tanaman; b. Keuntungan menggunakan pupuk kompos bagi kehidupan masyarakat dan lingkungan; c. Kekurangan menggunakan pupuk buatan. 6. Mempelajari kegunaan pupuk kompos dalam dunia usaha a. Hasil tanaman menggunakan pupuk kompos dapat memperindah tanaman hias; b. Tanaman hias yang bernilai tinggi dapat dibudidayakan menggunakan pupuk kompos; c. Perawatan tanaman hias yang menggunakan pupuk kompos. 7. Tes akhir Konsep pembuatan pupuk kompos dan tempat sampah.
Bahan yang diperlukan adalah No.
Nama Bahan
1. 2. 3.
Bekas Drum Ember Bekas tong cat
Type/ Ukuran Besar Besar Besar
4. 5. 6. 7. 8.
Pisau Tutup kunci Jaring kawat kecil Palu Obeng
Besar Kecil Kecil Kecil
Satuan
Jumlah
Buah Buah Buah
17 17 17
Buah Buah Meter Buah Buah
17 17 25 17 17
Keterangan Peserta dapat memilih bahan yang ingin digunakan yang sesuai dengan ketersediaan bahan di lingkungan rumah mereka
169
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 29.
Paku Kawat Paralon Cat Kuas Tenir Hand sprayer Gula Air EM4 Dedak/serbuk Gergaji Tanaman hias Pupuk uria Plastik sampah Promi Buku Pulpen Modul Tali Sendok Baskom Garpu
Kecil Kecil Kecil Besar dan kecil Besar dan kecil Kecil Besar Besar dan kecil Kecil Besar Kecil -
Buah Meter Buah Buah Buah Buah Buah Kilo Liter Liter Kilo
17 25 17 17 17 17 17 5 40 17 8
Buah Buah Buah Kilo Buah Buah Buah Meter Buah Buah Buah
8 5 20 17 17 17 17 20 17 17 17
Lampiran 2 Pembuatan Pupuk Kompos dalam Skala Rumah Tangga
Alat : -
Drum untuk composting
-
Hand sprayer kecil
-
Ember
-
Pisau
Bahan: -
Sampah organik (daun, bekas sayur dan lain-lain sampah yang mudah melapuk)
-
Dedak secukupnya (bila ada) fungsinya sebagai makanan bakteri sementara sebelum bakteri mendapatkan makanan
170
-
Gula pasir 1 sendok makan (fungsinya : merangsang bakteri untuk bereaksi/membangunkan bakteri untuk bekerja kembali)
-
Air 1 liter (jangan gunakan air PDAM karenan kandungan bahan kimia kaporit dalam air PDAM dapat membunuh microorganism.
Cara Pembuatan Kompos 1. Larutkan gula sebanyak 1 sendok makan kedalam ember yang berisi 1 liter air. 2. Masukkan laritan EM4/ Super Top Oil sebanyak 6-10 cc (kurang lebih 2 sendok makan) kedalam ember. 3. Aduk sampai merata dan diamkan selama kurang lebih 1 jam. 4. Masukkan larutan tersebut ke dalam hand sprayer kecil. 5. Potong-potong sampah sayuran hijau/ daun-daun kering tersebut 2-3 cm, campurkan dengan dedak secukupnya (kalau ada). 6. Masukkan adonan sampah tadi kedalam drum/composting 7. Semprot adonan sampah organic tadi dengan larutan EM4/Super Top Soil secara merata hingga terasa lembab, lalu tutup drum tersebut. 8. Pertahankan suhu di dalam drum dengan cara mengaduk-aduk (1 kali sehari) adonan sampah tersebut. 9. Setelah 3 minggu sampai 1 bulan kompos siap di panen
Lampiran 3 Pembuatan Pupuk Kompos dalam Skala Besar Bahan: Sampah pasar, sampah rumah tangga dan sampah kota yang sudah dipisahkan dari plastik, logam, kaca dan lain-lain.
Peralatan: -
Ember/bak untuk tempat air dan activator
-
Plastik penutup
-
Tali
-
Sekop
-
Garpu/cangkul
171
Dosis promi adalah ½ kg untuk setiap 1 m3 bahan
Tahapan: 1. Masukkan promi ke dalam bak berisi air sesuai dosis yang diperlukan. Aduk hingga tercampur merata. 2. Campurkan larutan Promi dengan sampah sampai merata, kemudian tumpuk sehingga membentuk bedengan. 3. Tutup bedengan sampah dengan plastic dan biarkan selama 3-4 minggu
171
Lampiran 4. Informan Program dan Kehidupan Komunitas Pinggir Sungai
Ibu Ash, Mengatakan bahwa adanya kendala dalam pembuangan sampah karena penjualan dilakukan akan sulit seperti 180 gelas akan mencapai 1 kg. Sedangkan ratusan plastik perlu ratusan baru akan menjadi 1 kg yang sulit diperoleh ibu-ibu rumah tangga. Jika masyarakat membuang plastic bekas kursi akan langsung dijual kesini dan masyarakat telah mengetahui sampah itu berpenghasilan. Pengusaha sampah ini ada pak ahio yang bersedia mebeli sampah rumah tangga dan juga pak iwan yang ada digertak sebelah. Pengusaha sampah ini terdiri dari banyak agen yang terpisah-pisah sesuai dengan spesifikasinya ada yang plastic, besi tua, dan kertas. Belum ada yang menyeluruh membeli barang bekas dalam satu agen.Usaha kaca baru akan dibuka dan sedang mencari lahan. Sampah rata-rata dibuang langsung ke sungai dan ada juga orang yang dari darat membuang sampah langsung kesungai menggunakan sampan. Pesampan tersebut endapatkan upah dari masyarakat di pertokoan yang mendapat upah perhari 1.500 – 2.000,- yang kemudian dibuang kesungai pada pagi hari. Dan masyarakat biasa membuang sampah pada malam hari. Jika masyarakat diajak untuk melihat nilai ekonomi tersebut maka akan ada kemungkinan besar masyarakat mau mengumpulkan sampah tersebut.
Ibu An Program NUSSP untuk pemberdayaan infrastruktur, drainase, membuat tong sampah, penggilingan dan pengadaan air bersih dengan menyediakan penampungan. Pengerjaan NUSSP dilapangan dilakukan oleh konsultan yang berada di Jalan Putri candramidi atau Jalan Andayani Gang Nur Cahaya Atas nama Pak Asari dengan nomor telepon 765173. NUSSP dikepalai oleh Direktorat Jenderal yang melakukan dibantu oleh Tim Teknis dari pusat untuk membuat program ditingkat kabupaten dilakukan oleh LCO bersama dengan Satker, coordinator kabupatemn/kab (dalam hal ini konsultan). Direktorat jenderal cipta karya memiliki 3 pilar yaitu dibidang perumahan di tingkat nasional yang diurus oleh FPMU (PT.PNM) ditingkat regional (Pontianak termasuk region VI yang terdiri dari Yogyakarta, Rembang dan Pontianak) dilakukkan oleh PNM dan kebawah yang dilakukan oleh LKL/LFI yang dialirkan langsungke BKM – BKm tanpa melalui konsultan/koordinatornya. Pilar kedua dibidang teknis pengadaan proyek ditingkat pusat dilakukan oleh Satker Pusat yang berkoordinasi dengan PMU sebagai pengaturan managemen program dan juga FPMU (PT.PNM) yang mengurus masalah dana bergulir. Tugas satker ini dilimpahkan kepada PC (konsultan) yang
172
berkordinasi dengan NMC (konsultan) yang menangani masalah managemen progam. Pada tingkat regional dilakukan oleh RPT yang berkoordinasi dengan OC yang mengurus manajemen program yang dikoordinasikan juga oleh cabang PNM. OC melimpahkan kegiatan management program kepada coordinator Kota POntianak (konsulan) yang bersama-sama dengan LCO. Koordinator yang membentuk BKM dari dana pengembangan kelembagaan. Dana bergulir yang ada di masyarakat dapat dilakukan dari dana saving community. Karena NUSSP tidak memberikan dana bergulir tersebut. Upah yang diberikan oleh masyaakat hanya 70 % saja. Dan biaya operasional untuk pembelian ATK, bensin urus surat-surat 2,5 % dari kegiatan yang dilakukan.
Ibu Tt Ibu tati sedang melakukan audit pembukuan anggatan yang telah dilakukan oleh BKM di Kelurahan Benua Melayu Darat di kantor konsultan karena dia sebagai tenaga pendamping masyarakat Kelurahan Benua Melayu Darat. Pada awal pelaksanaan program NUSSP ini dilakukan pelatihan UPK dan UPL dan coordinator BKM. Pelatiahn ini termasuk dalam penguatan kelembagaan. Untuk pencairan dana yang pernah dilakukan adalah tambelan sampait yang bagaimana prosedur pencairan dana tersebut tidak diketahui yaitu BKM Mulinium. Jika koordinator BKM sedikit kurang leluasa memberikan informasi maka bisa melalui fasilitator kelurahan sebagai tenaga pendamping. Satker yang ada kota pontianak dulunya adalah tata kota pontianak karena menangani masalah perumahan yang kemudian dialihkan kepada PU karena pembagian kerja masalah perumahan juga dilakukan di PU. Sehingga sampai sekaran PU sebagai Satker Kota Pontianak.
Pak Us, Kepala Seksi Pengendalian Lingkungan Adanya rencana pembangunan pengolahan kotoran manusia yang ramah lingkungan yang di bentuk prototype WC Apug untuk masyarakat di tepi sungai. Karena masyarakat yang berada dipinggiran sungai mandi sungai tersebut dan berak sungai tersebut juga. Pembangunan ini perlunya sharing dengan masyarakat masalah pendanaan yaitu 80 % pemda dan 20 % masyarakat, dimana masyarakat yang memberikan tenaganya dan segala sumbangsi yang dapat diberikan dalam bentuk apapun untuk pembangunan WC tersebut agar masyarakat memiliki rasa memiliki atas WC tersebut. Sebenarnya sungai dapat melakuka ferifikasi keadaan sungai seperti semula tetapi masalahnya adalah jika semua rumah membuang
173
kotorannya di sungai maka sungai tersebut tidak mempunyai kemampuan itu karena terlalu banyak pencemaran yang terjadi. Jika proyek ini disetujuan maka pelaksanaannya pada bulan Juli karena pencairan uangnya pada bulan Juli tersebut. Sekarang juga lagi diusahakan dana tersebut karena ada dana DAK yang perlu dirubah nomenklaturnya, dalam proses menghubungi pusat untuk merubah nomenklatur karena dana DAK yang disediakan pusat untuk pembelian alat laboratorium sudah dimiliki oleh Pemda sehingga dialihkan ke WC prototype. Pembuangan sampah yang ada di Pasar Flamboyan tersebut sudah direncanakan akan diganti dengan Pasar yang ramah lingkungan karena ada pengolahan limbah pasar ikan atau ayamnya sebelum di buang ke sungai. Tetapi pedagang setempat tidak mau melakukan merubah pasar tersebut karena menurut pedagang setempat, usaha mereka tidak mengganggu masyarakat setempat. Tapi mengalami permasalahn dalam pengelolaan sampah karena adanya ketentuan pembelian peralatan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum sedangkan kantor tidak bisa melakukan pembelian peralatan. Anggaran yang diajukan di tolak oleh DPRD. Sedangkan Dinas Pekerjaan Umum melaksanakan pembangunan WC umum tidak melibatkan kami untuk melihat dari pengendalian lingkungannya. Semua berjalan sendiri-sendiri. Pembangunan Pasar Flamboyan yang baru tersebut ada AMDAL nya. Sehingga menurut saya perlunya tanda tangan masyarakat untuk memberikan keluhan kepada pedagang setempat masalah pencemaran yang dilakukan. Solusi yang ditawarkan oleh pemerintah adalah merubah bangunan pasar tersebut dengan pengolahan limbah dimana sudah ada investor yang bersedia menyediakannya. Sekarang pemerintah akan melakukan pilkada sehingga pimpinan tidak mau melawan masyarakat. Dan pemimpin yang ada sudah duduk tidak berani memberi ketegasan karena jabatannya yang takut di demo oleh masyarakat.
Pak As, Kepala Konsultan NUSSP Saya kerumah Pak asari yang sekalian rumahnnya di jalan Putri Candra Midi Gang Nur Cahaya No. 32 POntianak. Bapak menyambut saya dengan gembira karena telah dihubungkan oleh Ibu Ananta dari Dinas PU yang menangani masalah NUSSP. Pak Asari adalah kepala konsultan NUSSP yang baru berdiri tahun 2006. NUSSP adalah program pengentasan kemiskinan perkotaan yang berharap masyarakat dapat mengatasi masalah secara swadaya sendiri yang selama beberapa tahun didampingi oleh NUSSP. Konsultan menfasiliatsi pembentukan BKM yang terdiri dari a. Unit pengelola lingkungasn, untuk mengawasi lingkungan; b. Unit pengelola sosial, untuk mengatasi kesenjangan sosial yang terjadi masyarakat; c. Unit pengelola keuangan, untuk pembukuan pengelolaan dana. Pembangunan harus berguna untuk mengatasi masalah social yang
174
bertujuan jangan menimbulkan masalah yang lain. Ada 7 komponen NUSSP yaitu: a. Persampahan; b. Jalan terdiri dari jalan lingkungan atau jalan raya dan jalan setapak; c. Air bersih; d. Sanitasi; e. Drainase; f. Lampu jalan. Ketujuh komponen tersebut yang menentukan BKM. Untuk unit pengelola sosial tidak berjalan karena selama ini belum ada mengajukan dana untuk pengelolaan sampah. Belum ada yang mampu mengidentifikasi masalah social sehingga unit pengelolaan sosial. Diharapkan UPS dapat meredam permasalahan yang timbul dari BKM dan KSM. Adanya permasalahan antara BKM dan KSM karena tidak adanya koordinasi antara BKM dan KSM dimana BKM dicurigai oleh KSM yang mengambil keuntungan dari dana NUSSP. Diharapkan kedepan pemerintah yang menentukan tempat pemukiman sehingga jika kedepan adanya BKM yang bisa mengidentifikasi masalah social dan jika pemerintah ingin melaksanakan program tinggal mengambilkan BKM untuk melakukan program dari pemerintah. Dikelurahan Benua Melayu Laut mengajukan dana drainase, MCK, jalan. Dana untuk memperkuat kelembagaan dilakukan adalah a. Menyusun anggaran dasar; b. Menetapkan visi; c. Membuat partisipasi masyarakat: melakukan penentuan masalah melalui FGD dan pemetaan sosial. Saya sangat mendorong sanitasi, persampahan dan air bersih. Urutannya pelaksanaan kegiatan yaitu BKM KSM Bina Lingkungan. Urutan permasalahan : Kantong-kantong masalah Merefleksikan masalah lingkungan Menentukan inti permasalahan Usulan-usulan kegiatan kelompok. Pelatihan dilakukan untuk UPK untuk mengelola keuangan agar efektif dan efesiensi yang menggerakkan partisipasi masyarakat. Diharapkan bahwa BKM tetap dapat berkembang setelah NUSSP telah selesai programnya. Kami melakukan refleksi sosialisasi untuk masyarakat bisa melakukan operasional maintenance (OM). Sosialisasi tersebut untuk mengarahkan 7 komponen tersebut salah satunya adanya pertanyaan sebagai berikut: a. Sampah ada dimana?; b. Bagaimana keamanan disini? Hal ini mengarah kepada penerangan yang akan menimbulkan kriminalnya; c. Apakah ada akses kependudukan? Untuk memberdayakan masyarakat membuka jaringan; d. Apakah ada kesulitan air bersih. Urutan untuk mengajukan dana yaitu Ibu-ibu KSM BKM Menentukan masalah dan permasalahan. Ada dana saving dari BKM yang dapat menabung dai hasil efesiensi, efektif dan sumbangan masyarakarat. Efesiensi dan efektif sebagai contoh adanya kenalan masyarakat untuk membeli barang yang lebih murah dari harga yang ditetapkan. Adanya upah masyarakat yang tidak perlu diupah sehingga dana tersebut dapat disaving dan sumbangan dari masyarakat. Urutan memberdayakan masayarakat dalam kemiskinan yaitu NUSSP Membangun memberdayakan masyarakat Melakukan pengorganisasian yaitu BKM Menyatakan tujuan/kepercayaan masyarakat. Dibawah ini diagram permasalahan yang ada antara BKM dan KSM
175
Dana
BKM KSM Pemerintah Adanya kecurigaan KSM terbiasa dengan proyek Dari pemerintah menberikan uang Salah satu kasus tentang upah kerja yang tidak dibayar sedangkan dalam musyawarah bahwa tenaga tersebut tidak dibayar. Diharapkan bahwa UPS dapat menyelesaikan masalah tersebut. Ternyata UPS tidak berjalan sesuai harapan. Jika dana tersedia 250 juta jika ada efesiensi, efektifitas dan sumbangan masyarakat dengan kegiatan 10 dapat berkembang menjadi 12 kegiatan yang dapat berkembangkan karena adanya dana saving. Dan hasil saving dana tersebut dipublikasikan dana tersebut. Anggotaan BKM dibentuk dengan anggota yang terdiri dari 7,9,11 orang agr putusan bisa menggunakan suara voting. Diharapkan BKM dilakukan mingguan, bulanan dan transpaan oleh masyarakat. Setiap BKM diwajibkan membuat ADRT dan Anggaran Dasar.Dalam proses tersebut diadakan pelatihan untuk UPL dan UPK sedangkan koordinator BKM diberi pelatihan tentang tujuan ari konsep NUSSP. Adanya koordinasi antara Dinas PU dan Konsultan dimana dinas PU memriksa tingkat fisik pengadaan jalannya dari kadar pasir, batu dan semen. Konsultan tersebut menentukan masalah fisik, indikator fisik dari aspek pemberdayaan menyangkut adanya partisipasi dari masyarakat dalam proses musyawarah mencapai pembangunan jalan. Ada unit pengaduan yang tidak berjalan karena kemungkinan karena masyarakat tidak mengadu dan kemungkinan juga aduan tersebut tidak teraspirasi. Permasalahan yang diadukan oleh BKM karena a. Pengaduan karena upah kerja yang tidak ada, sedangkan dalam program NUSSP bertujuan untuk membangunan kesadaran untuk mengelola lingkungan secara swadaya agar adanya rasa memiliki ternyata masih mengangap proyek yang harus di bayar gaji; b. BKM dituduh mengambil untung atas partisipasi atau sumbangan tenaga yang dilakukan sebenarnya dana tersebut masuk saving community. Pembukaan BKM didampingi oleh tenaga pemdamping masyarakat untuk memnbuka akses dan melakukan pengawasan. Tetapi ada juga TPM yang merongrong kegiatan BKM. Masyarakat menanggap bahwa BKM mengambil untung sehingga jika ada kerusakan lingkungan tidak diperbaiki oleh masyarakat. Seharusnya dengan adanya program NUSSP ini masyarakat sadar bahwa permasalahan ini diselsaikan oleh masyarakat. Adanya audit dari konsultan untuk melihat kegiatan UPK masalah pembukuan rincian kegiatan proyek untuk pertanggungjawabannya. Karena UPK adalah masyarakat biasa yang tidak berpendidikan dalam keuangan sehingga adanya kesalahan penulisan pembukuan. Diharapkan dana NUSSP ini dapat membuat usaha untuk menggaji BKM nya sehingga berkelanjutan seterusnya. Karena adanya peluang untuk membubar BKM setelah NUSSP. UPK tidak bertanggung jawab kepada BKM hanya BKM mengawasi jalannya keuangan yang ada yang harus dipertanggungjawabkan kepada UPK. NUUSP tidak bergerak dalam dana bergulir tetapi dapat digunakan
176
menggunakan dana saving tersebut. Dana saving tersebut dapat digunakan untuk penyediaan prasarana lainnya sesuai hasil rembuk masyarakat. Untuk memperjuangkan KSM ibu-ibu yang mengelola sampah, ibu-ibu harus mendesak BKM untuk mengajukan kepada NUSSP atas bantuan dana tersebut. Di lihat dari pembukuan maka yang baik adalah Kelurahan Benua Melayu Laut. Analisis biaya bangunan fisik meenggunakan standar dinas PU yang menyakut stnadar bahan-bahan bangunan yang sesuai dengan pasaran.
Pak SF Sebelum daerah Kompolek Dwi Ratna 3 Kelurahan Hulu Kecamatan Pontianak Utara merupakan daerah yang asri dan enak dipandang mata. Komplek ini merupakan pemenang I kontes Green and Clean yang diadakan antara kerja sama AP Post dan Pemerintah Kota Pontianak.Dulu komplek ini termasuk kumuh dan temasuk daerah tertinggal. Untuk merubah lingkungan yang merupakan modal utama adalah kebersamaan dan gotong royong. Komplek disini terdiri dari berbagai suku dan agama. Suku yang terdiri dari Dayak, Jawa, Sunda, Madura, Cina dan Bugis yang bersatu dalam lingkungan rumah yang tergolong rumah sangat sederhana tipe 21. KK tersebut terdiri dari 70 KK. RT merupakan ujung tombak pembangunan yang menangani semua permasalahan di lingkungan RT tersebut dari masalah pertengkaran, kerusupan, oaring mabuk dan pendataan pilkada. Ketua RT merupakan alat yang bisa untuk memberdayakan masyarakat. Resiko yang dihadapi ketua RT adalah kita benar bisa menjadi salah yang mendapatkan penfitnahan dari masyarakat. Jabatan Ketua RT ini dilakukan sebagai ibadah. Jabatan ketua RT perlu di perdakan dan di undang-undangkan agar mendapatkan pengakuan dari pemerintah karena merupakan ujung tombak pembangunan sehingga Pak RT perlu mendapatkan intensif dari Pemda dengan besar Rp. 10.000,- sampai Rp. 15.000,- per bulan. Honor tersebut temasuk dalam penghargaan atas jasa mengurus masyarakat. Walaupun sebenarnya jabatan Ketua RT adalah jabatan sosial. Banyak yang tidak mau menjadi Ketua RT karena malas mengurus masyarakat yang setiap masalah melalui Ketua RT. Ketua RT merangkul semua masyarakat.Dengan tugas sebagai ketua RT yang berat perlunya DPRD dan Pemda menganggarkan tiap bulan insentif brupa penghargaan atas tugas Ketua RT tersebut. Di RT ini adanya pengolahan sampah yang tidak di buang keluar tetapi di olah oleh masyarakat sendiri. Setiap rumah telah melakukan pemilahan sampah. Setiap sampah tersebut akan dikumpulkan oleh petugas pemulung untuk memilah sampah dan sampah tersebut akan dijual kepada pemulung untuk jenis sampah yang tidak dapat di buat kerajinan. Sampah yang dapat dibuat kerajinan akan dibersihkan oleh ibu
177
PKK atau istri saya yang akan diberikan kepada tukang jahit yang mengolah sampah tersebut. Petugas yang mengolah sampah tersebut adalah adalah Ibu RT dan tukang jahit tersebut. Tukang jahit tersebut mendapatkan inivasi untuk memperindah pembuatan kerajinan sampah tersebut. Ibu tukang jahit termasuk orang yang tidak mampu dengan suaminya yang kerjanya tidak teratur sedangkan dia memiliki keterampilan menjahit. Dengan alat jahit yang sederhana yang menghasilkan kerajinan yang kurang rapi karena kurangnya keterampilan.Dengan modal kegotongroyongan dan kebersamaan yang dipupuk dari adanya kerja bakti setiap minggu merupakan sarana untuk saling memberikan pengarahan kepada masyarakat agar cinta lingkungan. Pada mulanya inisiatif untuk menggerakkan masyarakat karena banyak sampah yang berserakan disekitar rumah. Tiap pagi menyapu rumah setelah solat subuh dan memunguti sampah. Memungut sampah tersebut bukan hanya di rumah sendiri tapi dilingkungan RT setempat. Dengan mengajak anak-anak mengajari mereka budaya buang sampah pada tempatnya. Ada suatu saat anak saya memakan perman di motor, dia menepuk saya dan memberi tahukan kepada saya kelo ada lewat ditempat sampah singgah sebentar karena mau buang sampah. Saya sangat terenyah ternyata anak saya sudah memiliki budaya buang sampah. Anak saya masih kecil. Didikan sejak dini kepada anak-anak akan terbawa sampai dewasa karena anak-anak memiliki daya ingat yang tinggi. Karena saya sering memunguti sampah dirumah tetangga. Tetangga menjadi tidak enak dan berpikir kalo Ketua RT memunguti sampah mereka yang berserakan sehingga mereka meniru kerja saya. Sehingga dengan memberikan contoh akan lebih mudah menggerakkan masyarakat. Karena banyak sampah bungkus indomi salah satu contoh yang dapat dijadikan kerajinan yang dihasilkan dari warung sehingga setiap warung diberi karung untuk membuang sampah tersebut.Karena adanya dana swadaya masyarakat untuk membuat tempat pengkomposan yang dibuat dari tong tapi setiap tong tersebut tidak untuk setiap rumah. Ada 2/3 rumah yang disediakan 1 tong untuk sampah-sampah organik buat pupuk organik. Pupuk organik tersebut akan menghasilkan pupuk cair yang bisa digunakan untuk menyemprot tanaman hias.Adanya pembangunan papan pengumuman didepan rumah agar masyarakat gemar membaca. Pembangunan papan pengumuman untuk pertama-tama orang yang membaca saling mengolok tetapi lama kelamaan mereka terbiasa membaca dipapan pengumuman tersebut. Setiap ada kegiatan yang akan diadakan di RT setempat mengumumkan di papan pengumuman tersebut. Dan masyarakat akan membaca papan pengumuman tersebut.Mata pencaharian penduduk disini ada yang tukang becak, buruh. Kesadaran membuang sampah pada tempatnya harus sudah diterapkan sejak dini dan dimasukkan dalam muatan lokal di sekolah. Ada anak SD 36 yang mengikuti lomba Adiwiata yang membeli kerajinan tersebut untuk ikut dalam perlombaan. Dengan bumi semakin panas kita dapat melakukan sekecil apapun agar bumi ini nampak asri dengan menanam pohon.Barang kerajinan ini biasa di pesan oleh Kapeldalda Kota Pontianak, Dinas Kebersihan Kota Pontianak, dan Bapeldalda
178
Provinsi Kalimantan Barat. Sekarang ada dinas kebersihan yang memesan 300 buah untuk digunakan seminar guru TK. Sejak dini sudah dipromosikan kerajinan sampah tersebut. Hasil penjualan tersebut hanya untuk pekerjaan sosial hasilnya yaitu untuk menyantunin orang yang keluarganya sedang sakit karena sampahnya dari mereka yang memilah dan juga pennghasilan tersebut diberikan kepada tukang jahit karena dia yang menjahit perajinan tersebut. Pengangkatan RT saya sudah 2 tahun yang lalu saya mau dipilih menjadi RT karena kegiatan amal saja. Selama ini banyak yang tidak mau menjadi RT. Cara pendekatan yang dilakukan untuk membangun budaya bersih adalah sebagai berikut: a. Dibiasakan dari keluarga dulu, mengajarkan kepada anak-anak; b. Dekati tokoh agama atau tokoh adatnya untuk diajak dialog dengan keiklasan dan memberikan wawasan tentang kebersihan dan pemilahan sampah agar timbul kesadaran; c. Ada PKK yang mengadakan arisan yang membicarakan masalah lingkungan tentang kebersihan dan pemilahan sampah tersebut; d. Sehingga terbinanya kerajinan dari sampah yang merupakan dari kebersamaan masyarakat; e. Memberikan slogan-slogan tullisan bersih itu indah, rapi itu indah. f. Membuat perkumpulan pengelolaan sampah.Sebelum perlombaan kontes Green and Clean dilaksanakan 2 tahun yang lalu telah dilakukan pemilahan sampah tersebut. Adanya kepemimpinan yang menentukan kebersihan pemberdayaan dari masyarakat. Cara pendekatan harus membicarakan psikologi sosiologi bagaimana menghadapi bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak untuk mengkomunikasikan tentang kebersihan tersebut. Yang sangat memepengaruhi tingkah lakunya untuk beribah adalah latar belakang pendidikan, lingkungan, budayanya. Jika orang tersebut sulit untuk didekati maka saya mendekati orang yang dekat dengan dia agar dia dapat menularkan pengetahuan dan memberikan dia wawasan. Jika dia masa bodo juga kita ajak dialog pada saat kerja bakti yang saling mendiskusikan tentang tentang kebersihan sampah. Karena disana banyak orang yang akan memberikan masukan kepada orang tersebut. Lamakelamaan orang tersebut akan terpengaruh dan merubah ingkah lakunya membuang sampah, walaupun sampai saat ini ada beberapa orang yang belum disiplin melakukan pengelolaan sampah tersebut. Perlunya kesabaran untuk menyadarkannnya, jika kiri kanannya bersih maka secara otomatis dia akan malu melihat lingkungan ditetangganya bersih, dia juga akan terbawa bersih. Jangan sampai karena kesalahan beberapa orang sehingga semua orang akan terkena dampak atas tingkah laku orang yang menyimpang. Permasalahan persampahan adalah yang bermula dari ibu-ibu yang bisa mengajak keluarganya untuk mengelola sampah dirumahnya. Waktu arisan anak-anak dibukakan film atau foto tentang sampah. Berikut ini adalah certa Pak SF kepada warga komunitas pinggir sungai pada saat diskusi bersama Saya beserta istri saya yang mengajak ibu-ibu dan bapak-bapak untuk mengolah sampah. Sampah tersebut dibuat pupuk kompos. Tempat komposter tersebut diletakkan didepan rumah masing-masing. Setiap ibu rumah tangga membawa bungkusan sampah dari rumah masing-masing yang diberikan
179
kepada istri saya. Kemudian istri saya membersihkan hasil sampah tersebut dan diantarkan kepada tukang jahit yang berada di komplek rumah. Setiap ibu-ibu menggunting sampah plastik dengan rapi sehingga bungkusan tersebut dapat dibuat kerajinan sampah. Berikut ini adalah contoh yang saya bawa dari rumah hasil kerajinan berupa topi, jas, dan map. Ini dilakukan secara gotong royong sesama ibu PKK. Pengolahan sampah dari plastic dilakukan di rumah saya. Ibu yang mencuci plastic dari ibu-ibu lainnya. Yang nantinya udah bersih diberikan kepada tukang jahit.
Pak Ab
Penulis melakukan survey lapangan dan disamping rumah ibu tersebut adanya tong sampah yang menampung sampah organic atau sampah sayuran yang dibuang karena diteras rumah ibu tersebut membuka warung makanan. Kebiasaan saya membuang sampah di tempat sampah yang bungkus dengan kantong plastik. Sampah tersebut akan dibakar dibelakang rumah. Disetiap rumah disediakan tempat sampah. Kalo kardus dan ember pecah dikasih pemulung. Permasalahan yang dihadapi oleh KSM adalah a. Hanya beberapa orang yang mau kerja. b. Kerjaan udah selesai, upah kerja belum diberikan; c. Proses pencairan dana yang melalui proses panjang dari PU, Konsultan. Karena adanya kerja rangkap KSM yang membuat pencairan dana tertunda jika anggota KSM keluar kota maka harus menunggu pencairan dana tersebut. Pembentukan KSM bukan atas rembuk masyarakat tetapi atas penunjukkan RT/RW yang merupakan keluarga sendiri. Seharusnya masyarakat diajak musyawarah. Saya dan suami kerja di Rumah Sakit Sudarso sebagai perawat dan bapak sebagai mantri. Jika masyarakat diberi tong sampah pasti masyarakat akan membuang sampah tersebut dan pemulung yang akan mengangkut sampah tersebut. Sampah yang ada menyangkut semua jenis sampah seperti tikus dan lain-lain. Sampah tersebut dari pasar flamboyant Selain itu adanya budaya masyarakat yang mencari praktis membuang sampah langsung ke sungai. Dulu pada zaman belanda setiap rumah dicat putih jika diganti dengan cat merah akan dikenakan denda. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keindahan yang ditanamkan kepada masyarakat. Ini adalah nilai positif didikan Belanda yang peduli terhadap keindahan. Saya terdiri dari 7 anak yang semua sudah menikah yaitu 1. Eko yang tinggal disini dan kerja swasta; 2. Dwi Pengestuti yang kerja di Dinas Kesehatan; 3. Tri Nugrahaini kerja di diklat provinsi; 4. Catur Rahman yang kerja di pajak; 5. Dr. Zulkarnaen yang kerja dosen untan; 6. guru SMA/SMP yang kerja di Sekadau; 7. Wakil kepala pajak yang kerja di Sekadau. Pekerjaan tersebut dari hasil usaha sendiri mencari pekerjaan.Saya setiap pagi setelah solat subuh menyapu/memungut
180
sampah disekitar rumah yang menepi karena menepi dari tepi sungai. Jika sampah kering maka langsung dibakar. Jika sampah tersebut basah maka akan dikeringkan ditepi rumah yang ada dipinggiran kayu yang kemudian sorenya dibakar. Saya sudah tua umur 70an tahun yang sudah tidak mampu duduk lama sehingga untuk ikut acara kegiatan pengajian tidak mampu lagi. Untuk olah raga kerjaan sehari-hari memungut sampah yang berserakan disekitar rumah. Posyandu diadakan oleh Ibu RT sebulan sekali. Masyarakat biasa membuang sampah lewat jendela sehingga kalo berjalan hati-hati dilempari sampah dari jendela orang. Biasa juga sampah dibuang di samping rumah. Saya sudah hidup 40 tahun disini dan pembangunan jalan gang Kamboja adalah atas perjuangan bapak agar adanya pembebasan tanah dan pengaspalan dari dana pemerintah. Ada 2 yang diperlukan oleh masyarakat yaitu wawasan dan emosional untuk mengelola sampah. Sehingga masyarakat mau turun tangan dan menjadi pekerja. Adanya kran air bersih dari PDAM yang disediakan terjadinya konflik antar masyarakat atas pemilikan tanah untuk pembangunan air bersih tersebut dari PDAM. Pembayaran bulanan atas air tersebut dilakukan oleh bapak pada bulan desember sebsar 14.800,- Cara untuk mendidik anak-anak dalam keluarga membuang sampah dirumah dengan menegur langsung agar membuang sampah pada tempatnya. Saya tidak pernah mendengar kalo NUSSP ini menyediakan tujuh komponen persampahan, jalan, drainase, air bersih. Pemerintah tidak memberikan informasi itu. Ibu RT yang suka mengumpulkan orang sebelum pengajian seperti orang lagi demo panci. Pembangunan jalan ini tidak ada rembuk tiba-tiba ada proyek yang keluar langsung.
Pak Sup NUSSP dibiayai oleh APBD dan Bank Development Asia yang menyangkut sampah, jalan dan gorong-gorong. Dibentuk berdasarkan perwakilan setiap RW. Setiap RW diutus 3 orang untuk membentuk BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). Keanggotaan BKM terdiri dari 9, 11, 13 orang yang keanggotaan terdiri dari: a. Unit Pengelolaan Lingkungan; b. Unit Pengelola Keuangan; c. Unit Pengelola Sosial. Pembentukan ini dilakukan di notaris. Syarat yang harus dilakukan untuk membentuk BKM adalah jujur, iklas, peduli. Adanya pelatihan yang dilakkukan di PU selama 2 minggu mengenai perhitungan pengadaan bangunan jalan. Sebelumnya ada fasilitator kelurahan melakukan survey kelurahan/lingkungan untuk daerah kumuh dan miskin. Adanya UPL yang melakukan survey untuk melakukan perbaikan jalan. Jika ada perbaikan jalan yang harus dilakukan masyarakat di RT tersebut harus melakukan pemborongan sendiri. Tidak boleh BKM melakukan pemborongan kepada pihak ke tiga. Kecuali masyarakat setempat tidak mampu untuk mengadakan pembangunan tersebut. Masyarakat yang akan melakukan perbaikan jalam harus membentuk KSM (Kelompok Swadaya
181
Masyarakat). KSM tersebut yang melakukan pengerjaan program. Ada peringkat untuk mendapatkan dana. Perangkingan dana tersebut dilihat dari kesediaan keswadayaan masyarakat untuk melengkapi dana pembangunan. Upah untuk pengadaan jalan tersebut tersebut 70%, salah satu keswadayaannya adalah siap tidak menerima upah. KSM yang menentukan bisa cair atau gak. Jangka waktu pengadaan NUSSP jangka waktu 3 tahun. Unit Pengelola Sosial yaitu dana untuk membuka usaha, kendala yang dihadapi banyak orang yang mendapatkan dana tersebut akan digunakan untuk menutupi utang, gali lubang tutup lubang. Penyebab keadaan sampah yang mendorong orang membuang sampah adalah Pemkot tidak menyediakan TPS dan tidak ada pengangkutan sampah. Penutupan TPS banyak ditup-tutup karena ada warga masyarakat yang di TPS membuat bau tidak sedap sehingga masyarakat komplain. Sebagai contoh TPS jalan Barito dari fasum. Tapi ditutup karena Bank Republik Indonesia dan PKL yang menutupi jalan fasum. Bau sedap tersebut karena keterlambatan pengangkutan. Penutupan ini dilakukan sejak 3 tahun terakhir. Kelemahan dari kebijakan Pemerintahan Kota untuk menegakkan hukum. Tradisi masyarakat yang gak mau kerja gotong royong (masyarakat melayu yang tidak peduli dengan kebersihan). Adanya semboyan walikota yang mengatakan “Biarlah kumuh daripada rusuh”. Perlunya penegakkan hukum, karena lemahnya penegakkan hukum sehingga masyarakat tidak jera. Pemungutan sampah dianggap hina oleh masyarakat. Penanganan sampah harus dilakukan oleh Pemkot karena telah membayar retribusi sampah sebesar 2500 setiap pembayaran PDAM. Keinginan saya adanya pembangunan jalan di tepi sungai untuk mengurangi kemacetan dijalan raya. Selain itu mengurangi abrasi bisa menjadi tempat wisata. Adanya kebijakan dari pemerintah untuk memberi izin kepada pengusaha yang membuka hotel menghadap sungai. Masyarakat yang berada di sungai adalah masyarakat yang terlupakan oleh masyarakat. Perbedaan masyarakat Jawa dan Melayu adalah orang jawa mau makan cukup dengan tempe. Jika orang melayu kalo makan harus dengan ikan dan lain-lain. Ada yang sistem pemilu yang menggunakan uang sehingga masyarakat terbiasa untuk bertanya adakah uang untuk pelaksanaan tersebut. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) adalah unit yang bertugas untuk mengawasi kerjaan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dana PPK (Program Pengembangan Kecamatan). Selama ini saya sebagai pemegang bendahara tidak ada kegiatan LPM. Perlunya kebijakan pemerintah, sirkulasi tiap bangunan yang sudah kusam harus di cat. Dengan adanya pengecatan maka penyerapan tenaga kerja sebagai tukang cat. Adanya pemasaran cat dan pabrik tidak tutup. Pada saat pengiriman cat menggunakan kapal sehingga akan ada tukang pikul. Sehingga adanya sirkulasi ekonomi. Adanya prinsip negara harus rugi untuk membiayai negara. Program pembangunan sudah selesai maka KSM dapat dibubarkan. Pembentukan KSM sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan dilakukan oleh masyarakat. Jika ada masalah perlunya
182
mengadu oleh BKM. BOP biayanya 2,5 % saja. Bisa juga keramba penahan sampah.
Ketua RT Adanya GMK generasi Muda Kamboja dengan ketua Pak Yunus. Yang aktif pada saat lebaran. Menurut saya untuk penanganan sampah ini adalah dengan adanya penampungan, pengangkutan, warga yang menampung. Setiap orang yang membuang sampah disungai di kenakan sangsi, pengawasan ini dilakukan oleh pemda. Adanya kebiasaan ingin capat untuk membuang sampah. Perda tidak ada tindak lanjut jika ada yang ketahuan adanya denda atas pembuangan samoah tersebut dan adanya sampah yang silih berganti sampah tersebut keluar. Kami tidak mengetahui adanya perlombaan green and clean. Saya harap jika ada perlombaan tersebut diberitahukan kepada kami persyaratan untuk memenangkan perlombaan tersebut mungkin masyarakat disini akan termotivasi untuk melakukan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Jika jalan rusak maka yang perbaiki adalah penduduk yang berada di dekat rumah tersebut. Adanya proyek jalan digang-gang dari NUUSP yang dikelola oleh PU yang berbasis swakelola dari masyarakat dan bantuan dari pemda. Adanya yang memegang proyek dari Pak Apandi atau abah. Tidak pernah terjadinya banjir paling lama dalam 2 jam air akan keruh lagi. Karena air akan mengalir ke laut. Adanya keran umum yang digunakan masyarakat untuk mencuci dan masak dari PDAM. Kalo untuk minum menggunakan air hujan yang ditampung. Kalo air hujan gak ada minum menggunakan air PDAM. Sejarah berdirinya Kampung Kamboja adalah sebagai berikut: 200 tahun yang lalu kapal layer dari kamboja ingin mencari kehidupan berlayar dan singgah ke kampong Kamboja pada kedatangannya yang kedua membawa perlatan pertanian dan mendirikan rumah di tepi sungai sehingga terbentuknya lah kampong kamboja ini. Masalah yang sering terejadi hanya perkelahian atara tetangga yang diselesaikan secara kekelluargaan dan jika terjadi perkelahian akan dipanggil polisi. Listrik yang ada dipinggiran sungai rata-rata adalah dari rumah tangga. Ketentuan di umah ini adalah jangan mengendarai motor di gertak. Sampah dulu dibuang tidak menjadi masalah karena sampah dulu terbuatdari daun yang mudah terurai. Tetapi sekarang menjadi masalah karena sampah banyak dari plastik. Pemerintah menegakkan perda tentag larangan buang sampah yang di sungai secara konsekuensi. Yang diawasi terus menerus. Sampah dating dan pergi sesuai dengan waktu pasang surut. Masyarakat akan kerja hanya untuk keperluannya diri sendiri. Kegiatan gotong royong yang biasa dilakukan disini adalah sumbangan bersama untuk merayakan hari besar. Masyarakat sudah terbiasa memberikan sumbangan untuk kegiatan Kampung Kamboja seperti pesta meriam pada saat Idul Fitri,
183
penarikkan uang keikursertaan masyarakat untuk memeriahkan acara tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pemungutan sumbangan dari warga sebesar Rp.10.000,-. Adanya partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan uang tersebut dapat dilakukan untuk kegiatan pengadaan kelompok penanganan sampah berbasis masyarakat untuk membeli alat pencacah yang sederhana.
Pak Bm Olah raga yang diadakan oleh GMKK adalah sepak bola futsal dan sepakbola lapangan besar. Selain itu ikut panjat tebing yang mengikuti perlombaan-perlombaan. Setiap mengikuti pertandingan di bentuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan keahlian pemuda. Kegiatan GMKK ini adalah hasil swadaya masyarakat untuk melakukan kegiatan Maulid untuk mendengarkan ceramah dan memberikan nasi kotak, pada saat Idul Fitri diadakan meriam karbit di tepi sungai, pada saat 17 Agustus mengadakan panjat tebing dan permainan. Diadakan juga kerja bakti membersihkan kuburan dan memberihkan selokan karena sampah. Kegiatan swadaya masyarakat yang dilakukan dengan mendatangi dari rumah ke rumah baik yang di darat maupun yang berada di sungai. Saya juga adalah anggota BKM yang hanya sekali menghadiri rapat 1 kali untuk kegiatan selanjutnya saya tidak tau bagaimana kegiatan itu berlangsung. Pada saat rapat membicarakan tentang penerangan jalan yang tidak ada di kampong ini. Ada anggota BKM yang menyarankan meminjam tiang dari sekolah dasar yang dipanjangkan talinya di dari sana kejalan-jalan. Lebih baik menggunakan tiang sendiri yang disambungkan dari depan jalan raya. Sehingga lebih tahan. Banyak sesama anggota BKM yang buaya padahal uang tersebut adalah proyek. Susah dibicarakan sama anggota BKM tersebut.
Ibu Fa, Warga Kampung Kamboja Saya biasa memunguti sampah yang berada dibawah rumah pada saat air surut dan menjemurnya lebih dahulu dan pada saat sore di bakar dibelakang rumah. Pada saat membakar sampah saya menaburkan belerang agar sampah tersebut tidak menimbulkan penyakit. Sampah yang dibawah kolong menyebabkan banyak nyamuk. Saya juga menimbun sampah sayur-sayuran di sekitar tanaman dan hasilnya tanaman menjadi subur. Hal ini telah saya lakukan sejak dulu. Banyak artikel yang saya baca dari Kompas yang saya simpan dan radio Belanda yang memberikan informasi banjir yang terjadi karena
184
masalah sampah. Saya bersedia melakukan melakukan pengelolaan sampah di belakang rumah yang saya gunakan untuk tanaman saya. Ada rumah gubuk yang dapat digunakan. Hal ini dapat saya lakukan tapi harus dibantu oleh ibu yang lain karena saya kurang banyak memiliki waktu karena mengurus suami yang sedang sakit. Dibelakang rumah saya dapat digunakan untuk pengkomposan.
Ibu As Saya pensiunan kesehatan dari rumah sakit sudarso. Saya mengetahui sampah dapat menjadi pupuk sehingga saya setiap hari pagi-pagi memunguti sampah yang ada disekitar rumah, menjemur sampah tersebut dan membakarnya pada saat siang hari. Karena anak saya berjualan didepan rumah, sampah sayur-sayuran dibuang ke pot bunga dan dibiarkan. Nantinya sampah tersebut akan menjadi pupuk.Saya dengan ibu Fa yang mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos.
Ibu RT Ibu-ibu disini banyak yang tidak bekerja dan dapat melakukan pekerjaan pengolahan smapah tersebut. Tetapi jika tidak ada yang mau beli barang tersebut karena kita berada di tengah kota yang mempunyai barang lebih bagus dari barang buatan sampah. Hal ini sulit dilakukan. Kami melakukan pengolahan sampah dengan harapan akan menambah penghasilan dari para ibu yang tidak bekerja. Pembentukan kelompok sampah ada ibu-ibu yang bersedia melakukan hal tersebut. Tetapi denngan harapan pupuk tersebut dapat dijual.