Contents HC Edisi 65 Agustus 2009
44
22
62 MANCING YUK! Sambil Olahraga dan Wisata
56
KOTA TUA JAKARTA NOSTALGIA SANG RATU TIMUR
70
KESEMPURNAAN SANG Zen Master NBA
Cover Story
36
Rubrik HR Strategi HR
Transformasi Menyongsong Era New GM ..............................................................................
20
Pijakan
Dongkrak Kompetensi SDM melalui Program Magang ..............................................................................
26
Rekrutmen Menggali Kompetensi dengan Metode BEI ..............................................................................
30
Rubrik Lainnya Inspirasional Kisah Pembangun dan Perusak ...............................................................................
Rubrik Figur
Edukasi
Akademia Prof.DR.Ir.H. Soleh Solahuddin, M.Sc Lebih Dekat dengan Sosok sang Profesor Motivator ...............................................................................
35
Menjaring Komunitas Unggulan di Kampus ................................................................................
32
Esmud Dini Andrini Butuh Kepekaan dalam Mengelola Rumah Sakit ................................................................................
49
Seleb Iwan Fals Merindukan Budaya Menghargai ................................................................................
41
Usaha Melirik Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umroh ................................................................................
46
Tanya Jawab Beasiswa Bagi Anak Peserta Jamsostek ................................................................................
55
Teknologi
72
Cara Sosro Menangani HOAX ................................................................................
66
FROM THE EDITOR Firdanianty Pemimpin Redaksi HC Magazine
Pembaca yang budiman, Bulan ini kita memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-64. Sebuah perjalanan panjang telah dilewati hingga Indonesia berada di posisinya saat ini. Di usia yang mencapai 64 tahun, sudahkah Indonesia muncul sebagai bangsa yang sejahtera? Saya berani mengatakan, “Belum”. Kita bisa lihat sendiri, masih banyak ketimpangan dan ketidakadilan. Bukan hanya korupsi yang sulit diberantas, tetapi apa pun untuk menjadi yang lebih baik sepertinya sulit dilakukan di negeri ini. Ketika saya masih sekolah dasar (SD), guru saya mengatakan bahwa bangsa kita memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari bangsa-bangsa lain di dunia. “Bangsa kita adalah bangsa yang beragama, ramah, peduli kepada orang lain, senang bergotong royong, dan mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan,” guru SD saya menuturkan puluhan tahun lalu. Di rumah pun demikian. Tiap kali mengungkapkan harapannya terhadap saya, orangtua saya selalu mengatakan, “Jadilah orang yang welas asih, yang peduli pada orang lain, tidak sombong, dan senang membantu orang yang kesusahan. Kamu hanya bisa seperti itu jika kamu dekat dengan Tuhan.” Kini, nilai-nilai itu juga yang saya wariskan kepada anak saya. Saya yakin, di keluarga mana pun di Indonesia, nilai-nilai yang sama ditanamkan oleh orangtua kepada anak-anaknya. Tetapi saya harus menelan rasa getir ketika dalam perjalanannya saya melihat begitu mudahnya seseorang menyakiti bahkan membunuh saudaranya sebangsa dan
se-Tanah Air. Saya juga tak habis mengerti, bagaimana seseorang yang diberi amanah sebagai pemimpin lebih senang menghambur-hamburkan uang negara untuk kepentingan pribadi daripada memikirkan rakyat. Jadi, di mana letak kepedulian, keramah-tamahan, dan sifat gotong royong yang selama ini katanya merupakan karakter bangsa kita? Kiranya, nilai-nilai tersebut baru sebatas keyakinan di mulut, belum merasuk ke dalam hati dan tertuang dalam bentuk perilaku sehari-hari. Sehingga, ketika ada pengaruh negatif atau doktrinasi dari luar yang masuk dan memengaruhi pikiran, masyarakat kita cenderung menerimanya mentah-mentah. Contohnya, peristiwa peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton pada 17 Juli lalu. Kejadian itu bukan hanya menorehkan luka yang dalam bagi para korban, tetapi seluruh rakyat Indonesia pun ikut merasakannya. Perilaku merusak dari sekelompok orang yang mengatasnamakan agama ini tidak bisa kita biarkan. Peristiwa tersebut seharusnya membuka mata dan hati kita untuk bergerak dengan semangat dan tujuan yang sama: memulihkan karakter bangsa dan membangkitkan kembali semangat nasionalisme. Dalam konteks keprihatinan tersebut, majalah HC bertekad untuk ikut berperan dalam menyuarakan semangat kebangsaan yang selama ini telah dilupakan. Sehubungan dengan itu, di edisi ini kami mengupas tentang upaya menjadi bangsa yang berkarakter. Para narasumber yang kami wawancarai, antara lain Ahmad Syafii Maarif, Alvin Soleh, Arief Adi Wibowo, Eros Djarot, Pandji Pragiwaksono, Radhar Panca Dahana, Ridwan Zachrie, Robby Djohan, dan Tri CH Handoko, sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dan mau berbagi pemikiran mengenai upaya untuk membangun SDM berkarakter di Indonesia. Dan, hanya satu tujuannya: Indonesia menjadi lebih baik!
Penasehat Zaenal Soedjais, Farid Aidid Pemimpin Umum N. Krisbiyanto Pemimpin Perusahaan Malla O. Latief Wakil Pemimpin Perusahaan Pangeran MR Pemimpin Redaksi Firdanianty Redaktur Pelaksana Rudi Kuswanto Redaktur Anung Prabowo Tim Redaksi Ade Ahyad Nadrie Rina Suci Handayani Creative Support Lina Destianti Promotion & Event Andria Dian Palupi (Manajer) Vanny Suci Rahmawaty Administrasi & Sirkulasi Fauzan Mahda Keuangan Andria Dian Palupi Umum Agus Salam Permana Alamat Redaksi, Tata Usaha, Iklan & Promosi BINA MEGA COMPLEX JL. BUNCIT PERSADA NO. B8 WARUNG BUNCIT JAKARTA SELATAN 12760 T. (021) 7919 0322 F. (021) 7919 0155 Bank a/n PT Bina Semesta Giartha Lestari BCA Cab. Sunrise Garden Jakarta No. Rek. 650.0306040
S U R AT P E M B A C A Terima Kasih Konsistensinya Salam kenal, Kurang lebih dua tahun terakhir ini saya mengikuti perkembangan HR di Indonesia melalui majalah HC. Selama dua tahun inilah surat pertama saya kepada HC. Ada dua hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, makin lama saya mendapati berita-berita di HC semakin bagus, lebih luas dan ‘menggairahkan’. Kedua, saya ucapkan terima kasih atas konsistensinya dalam menyajikan isu-isu sumber daya manusia di perusahaan. Semoga bisa terus langgeng. Dua hal itu saja dari saya, terima kasih. Surya Swamimba Pamulang-Tangerang
Langganan Medan Belum lama ini saya mendapati majalah HC di pasaran di daerah Medan. Saya tertarik dengan content yang terdapat di majalah HC. Karena masih terbatasnya HC yang beredar di Medan, saya mohon informasi untuk berlangganan. Alamat lengkap dan nomor telepon saya kirim bersama dengan surat ini. Anugrah Perkasa Medan
Tampilkan Usaha Kecil Menengah Saya mendapati Majalah HC secara tidak sengaja ketika berkunjung ke rumah famili. Ternyata
bahasannya sangat menarik bagi saya yang saat ini sedang mengelola usaha kecil-kecilan. Sekadar saran dari saya, agar HC lebih sering menampilkan usaha kecil menengah, tidak hanya korporasi yang sudah besar saja. Sehingga pengusaha kecil seperti saya dapat mengambil manfaat bagaimana mengelola manusia yang sampai saat ini masih saya anggap yang paling unik dibanding dengan mengelola komponen usaha lainnya. Terima kasih. Joni Waskito Depok
Pilpres Pemilihan Presiden baru saja berakhir. Hanya saja implikasinya masih terasa hingga saat ini. Jika saja para capres dan cawapres itu mau membaca rubrik-rubrik SDM di majalah HC kemudian menerapkannya dengan benar, tentu saja persoalan terpilih atau tidak terpilih bukan menjadi hal utama ketika ingin membangun Indonesia. Indonesia adalah sebuah organ yang tiap komponen di dalamnya memiliki tugas, tanggung jawab dan keunggulan masingmasing. Mari bangun Indonesia sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Jangan semuanya memperebutkan posisi kepala yang jelas hanya satu. Hadapi kekalahan dengan jiwa ksatria, terima kemenangan dengan tidak besar kepala. Berjuang tidak harus sebagai kepala, ada otak, jantung, mata dan sebagainya. Juga ada darah yang mengalir. Berjuang bisa di mana saja dan sebagai apa saja yang utama adalah memiliki tujuan demi Indonesia tercinta. Rakrean Rizal Mutbassim Bekasi
SEKILAS
Ulang tahun ke-12 Global Teleshop Gerai dengan Konsep Baru
HSBC Indonesia Diskusi Kisruh Transaksi Produk Derivatif
Jakarta, 2 Juli 2009 - Global Teleshop, jaringan retail spesialis produk telekomunikasi berskala nasional memperkenalkan konsep baru bertepatan dengan ulang tahunnya ke-12. Gerai dengan konsep baru ini diluncurkan untuk mengantisipasi meningkatkan persaingan antar retailer selular yang semakin ketat, yang ditandai dengan munculnya para pemain baru yang meramaikan pasar selular di Indonesia.
Jakarta, 22 Juli 2009 - Untuk menjernihkan persoalan yang muncul akibat transaksi derivatif, HSBC Indonesia menggelar temu media berupa diskusi mengenai kisruh transaksi produk derivatif. Diskusi dianggap perlu dilakukan mengingat banyaknya pemberitaan negatif mengenai trnsaksi derivatif di media massa. Menurut Penasihat Hukum Perusahaan HSBC Indonesia Mustika Kuwera, SH, MBA, transaksi produk derivatif diatur oleh Bank Indonesia (BI). “Berarti kalau derivatif ini tidak halal karena dianggap sebagai perjudian, maka BI mengatur perjudian. Dan itu sangat tidak mungkin,” katanya saat tampil sebagai pembicara awal dalam diskusi yang digelar di Hotel Sahid tersebut.
Desain baru gerai Global Teleshop mengadaptasi konsep modern, minimalist, customeroriented, dan total experience. Nuansa modern tercermin dalam pemilihan materi dan desain interior. Warna dominan putih dipadukan biru sebagai warna korporat Global Teleshop menghadirkan kesan yang lebih lapang dan minimalis. Dalam setiap meja display, tersedia live demo unit sehingga konsumen lebih leluasa menjelajahi berbagai fitur sebelum menentukan pilihannya. Di gerai Global Teleshop berkonsep baru ini juga tersedia produk-produk selain handset dan produk operator, misalnya netbook dan modem nirkabel sebagai bagian dari konvergensi telekomunikasi. Di ulang tahunnya ke-12, juga diluncurkan corporate culture Global Teleshop yang terdiri dari empat budaya utama, yaitu Integrity, Discipline, Trust, dan Continuous Betterment. Melalui corporate culture ini diharapkan seluruh karyawan Global Teleshop dapat memberikan layanan terbaik bagi seluruh konsumen, dengan tujuan akhir kepuasan pelanggan.
HC Magazine/065/Agustus2009
Terkait dengan masalah lain yang sering muncul, yaitu tidak lengkapnya informasi mengenai risiko yang diterima nasabah dari bank, Mustika beralasan, bank hanya menyediakan informasi bukan memberi informasi. Seluruh informasi mengenai produk harus disediakan secara lengkap oleh bank. “Jika nasabah tidak cukup paham, dapat menghubungi pihak bank,” tambah ahli hukum perbankan dan perlindungan konsumen ini. Dia menambahkan penting bagi nasabah untuk didampingi oleh ahli hukum ketika melakukan perjanjian transaksi derivatif. Pengacara Irwan Hadiwinata juga tampil sebagai pembicara dalam diskusi.
Peluncuran PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia
Wisuda Sekolah Tinggi Manajemen PPM 2009
Jakarta, 23 Juli 2009 - PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Inhealth) meluncurkan layanan Priviledge Service di Hotel Mulia, Jakarta. Anak perusahaan PT Askes (Persero) yang mengelola program askes komersial ini menandai transformasi dan tahapan baru yang sangat mendasar serta strategis di Askes, yaitu memisahkan kegiatan lini bisnis asuransi kesehatan komersial dari kegiatan lini bisnis asuransi kesehatan sosial. Inhealth yang resmi beroperasi sejak April 2009 tidak hanya melayani asuransi kesehatan, melainkan juga melayani asuransi jiwa.
Jakarta, 30 Juli 2009. Sekolah Tinggi Manajemen PPM (PPM) melepas 20 lulusan peserta Program SMB. Wisuda PPM 2009 melepas 193 lulusan yang terdiri dari; 85 lulusan Program MM Eksekutif, 88 lulusan Program Wijawiyata Manajemen, dan 20 lulusan Program Sarjana Manajemen Bisnis. Hingga tahun 2009 PPM telah berhasil mencetak 4.335 orang lulusan yang telah berkiprah di berbagai sektor perekonomian, baik di tingkat lokal maupun internasional.
Direktur utama PT Askes (Persero) I Gede Subawa mengatakan, transformasi di Askes perlu di lakukan agar Askes dapat mem persiapkan diri sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana amanat UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN. “Pemisahan ini penting agar Askes melalui Inhealth bisa lebih fokus dalam menyediakan asuransi komersial yang sebelumnya telah dirintis Askes sejak 17 tahun lalu,” tuturnya.
Ir. Wulani Wihardjono Rismono, MBA, alumni Sekolah Tinggi manajemen PPM yang didaulat menyampaikan Pidato Utama dalam seremonial menitipkan pesan, bahwa keberhasilan suatu usaha adalah kolaborasi dari kemampuan, kesempatan, relasi dan sarana. Saat ini Wulani sukses menjalankan usaha dalam bidang tata logam.
Beberapa kader terbaik PT Askes didapuk sebagai direksi Inhealth. Misalnya, mantan Kepala Divisi Pelayanan Kesehatan PT Askes dr. Rossa Christiana Ginting duduk sebagai Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia. Mantan Kepala Divisi Akuntansi PT Askes Pudjianto sebagai Direktur Umum dan Keuangan. Sedangkan Direktur Operasional diisi oleh Budi Tampubolon. “Kami optimis Inhealth akan menjadi mitra terpercaya karena dukungan pengalaman pengelolaanasuransi kesehatan yang panjang serta jejaring yang telah terbangun melalui perusahaan induknya,” ungkap dr. Rossa optimistis.
Kabar terakhir PPM berencana membuka Program Doktoral yang saat ini tengah melakukan persiapan menyangkut pembukaan program maupun mempersiapkan SDM. PPM juga belum lama ini melaunch kembali website resmi dengan tampilan baru.
n
n n n
n
PAPARAN
Membangun Karakter Bangsa untuk Indonesia yang Lebih Baik
Menjadi bangsa yang besar dan berkarakter adalah impian setiap negara. Di usianya ke-64, karakter bangsa Indonesia yang dulu dibangun oleh presiden pertama RI Soekarno, justru makin meredup. Kini, saatnya kita bangkitkan kembali semangat kebangsaan kita untuk membangun karakter bangsa. Firdanianty
HC Magazine/065/Agustus2009
PAPARAN
I
ndonesia telah mengokohkan diri sebagai bangsa sejak 17 Agustus 1945. Kita telah membangun bangsa yang berukuran ‘raksasa’ dengan jumlah penduduk saat ini mencapai 235 juta orang. Ternyata, menjadi bangsa yang besar saja tidak cukup. Selain besar bangsa ini juga harus punya karakter. Bagaimana kita membangun karakter bangsa? Ini harus menjadi pertanyaan mendasar pada saat kita merefleksi 64 tahun perjalanan Indonesia. Dalam perjalanan berbangsa, Indonesia telah mengalami pasang-surut. Dari masa-masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram Islam, Samudera Pasai hingga getirnya ke hidupan sebagai bangsa taklukan, selanjutnya menjadi bangsa terjajah, semua itu telah memberi pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Dalam artikelnya berjudul ”Karakter Bangsa”, Letnan Jenderal (Purn) TNI
HC Magazine/065/Agustus2009
R. Soeprapto menyebutkan, di masa pemerintahannya Bung Karno begitu terobsesi dengan suatu gerakan atau usaha pembangunan karakter bangsa, yang diberi nama ”Nation and Character Building”. Bung Karno menyadari bahwa sebagai akibat dijajah oleh Belanda selama sekitar tiga abad, terbentuklah karakter rakyat yang disebut “abdikrat”, meminjam istilah dari Verhaar dalam bukunya ”Identitas Manusia”. Rakyat merasa dirinya sebagai kawulo dalem atau abdi raja yang mampunya sekadar “nyadong dawuh”, suatu penyerahan diri secara total kepada raja. Akibatnya, terbentuk rakyat dengan sikap tidak memiliki kepercayaan diri. Memasuki alam kemerdekaan, watak yang terbentuk pada rakyat sebagai akibat terlalu lama dijajah oleh bangsa lain oleh Bung Karno ingin dikikis habis. Rakyat harus berjiwa merdeka, berani berkata “ini dadaku, mana dadamu,” dan berani menentang musuh revolusi, yakni kapitalisme dan imperialisme. Ketua Umum Dewan Harian Nasional Angkatan 45 yang juga pernah men
jabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 1982-1987 ini dalam artikel tersebut menjelaskan, usaha Nation and Character Building diteruskan pada masa pemerintahan Pak Harto. Bila pada pemerintahan Bung Karno kebanggaan rakyat sebagai bangsa Indonesia lebih bersifat politis, maka pada masa pemerintahan Pak Harto diusahakan mengisi kebanggaan dalam arti nyata. Rakyat harus kecukupan pangan, sandang dan papan, rakyat harus pandai dan sehat, income per capita rakyat harus tinggi, rakyat harus kerja keras, sehingga lebih bertitik berat pada sisi ekonomi. ”Rakyat akan dapat membusungkan dadanya, berani berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa lain apabila didukung dengan kondisi perekonomian yang andal,” demikian pendapat Soeprapto. Sementara itu watak bangsa harus dibangun dengan bersendi pada budaya bangsa. Maka, berkembanglah gerakan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Rakyat dididik untuk dapat menyadari akan
PAPARAN hak dan kewajibannya sebagai warga-bangsa dan warga-dunia, dan mampu mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memasuki era reformasi, lanjut Soeprapto, negara dan pemerintah belum sempat membangun karakter bangsa. Guyuran globalisasi yang demikian deras, dalam situasi rakyat yang belum siap, mengakibatkan global isasi meluncur tanpa kendali dan tanpa saringan sepatutnya. Rakyat pun terbawa arus kebebasan dan individualisme. Watak bangsa terjerembab ke dalam titik nadir, seperti materialistis, individualistis,
menganjurkan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk mengembangkan nilainilai dasar, di antaranya adalah: keadilan, keberadaban, kejujuran, kebenaran, kebebasan, kesetaraan, kesejahteraan, ketaqwaan, keimanan, kecintaan, dan kebersamaan. Nilai-nilai tersebut perlu dipahami maknanya dan diwujudkan dalam kenyataan. Sedangkan kompetensi yang perlu dikembangkan diungkapkan Soeprapto antara lain: kemampuan untuk bertanggung jawab, terbuka, transparan, akuntabel, bersaing, mengemukakan gagasan dan aspirasi secara etis, pengambilan keputusan, mengatasi konflik, dan mengimplementasikan keputusan. Sementara itu, kepada Majalah Human Capital (HC), budayawan Radhar Panca Dahana mengatakan, karakter merupakan pembawaan yang menjadikan sebuah entitas memiliki identitas yang jelas. Entitas yang dia maksud meliputi: manusia, bangsa, negara, kesenian, agama, dan politik. Ketika salah satu entitas mengalami kerancuan pada tingkat identifikasi, di
entitas, Radhar menilai bahwa hal itu tidak cukup bila dilakukan secara demografis, geografis, atau administratif saja. ”Semuanya harus digabungkan. Jadi, sendi-sendi kultural itu nantinya menentukan kekuatan dari sebuah karakter,” tuturnya seraya mencontohkan, ”Yang paling sederhana adalah pemahaman atau kristalisasi yang dilakukan Soekarno melalui Pancasila.” Radhar menjelaskan, kala itu Soekarno mencoba melakukan kristalisasi dari berbagai karakter bangsa Indonesia melalui kelima sila yang disebut Pancasila. “Soekarno mengungkapkan bahwa nilai-nilai Pancasila berangkat dari realitas kultural bangsa Indonesia selama ribuan tahun, jauh sebelum Hindia Belanda ada. Soekarno juga mengatakan, ’Saya sudah mempelajari dan membandingkannya dengan bangsa lain di dunia’,” papar Radar menyampaikan isi pidato pertama Soekarno pada 1 Juni 1945. Itu berarti, Pancasila merupakan kristal
”Pembangunan manusia Indonesia bukan proses sehari atau dua hari langsung jadi, tapi membangun sebuah lintasan di mana setiap orang harus bekerja keras untuk masa depan, dan harus keluar dari kekiniannya.” hedonistis, mementingkan diri sendiri, dan lunturnya wawasan kebangsaan. Oleh karena itu, Soeprapto memandang sudah waktunya dan tidak dapat ditunda-tunda lagi, karakter bangsa perlu dan harus dibangun, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki harga diri, percaya diri, serta mampu bersaing dengan bangsa lain, utamanya dengan negara tetangga dalam berbagai aspek kehidupan dunia. Masih menurut Soeprapto, karakter bangsa Indonesia tercermin dalam belief system yang terdapat pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, serta tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini dan di masa yang akan datang, yang terjabar dalam nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan, serta kompetensikompetensi yang perlu dikembangkan. Sehubungan dengan itu, Soeprapto
saat yang bersamaan karakter mulai musnah. “Itulah yang kita rasakan ketika Indonesia mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dirinya sebagai bangsa Indonesia,” katanya menggambarkan. Radhar mengungkapkan, kerancuan identifikasi terjadi karena hal-hal mendasar yang selama ini dijadikan indikator lenyap satu per satu dengan cara dipinggirkan, dieliminasi, bahkan dihancurkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh produkproduk kebudayaan baru. Akhirnya, daya tahan bangsa Indonesia menjadi lemah, bahkan sangat rapuh sehingga terjadi disorientasi. “Ketika bangsa ini mengalami dekarakterisasi, di saat yang bersamaan juga mengalami dislokasi dan disorientasi,” ungkapnya menandaskan. Lantaran karakter merupakan iden tifikasi dari suatu budaya atau
dari pendalaman dan perenungan Soerkarno terhadap karakter ke bangsaan kita. Namun sayangnya, diungkapkan Radhar, kelima sila yang dimaksud Soekarno mengalami reduksi besar-besaran, bahkan penghancuran makna akibat ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat sesaat dari kekuasaan politik, ekonomi, dan agama. Radhar berpandangan, bangsa yang ber-Pancasila ditandai oleh kemampuan atau kekuatan yang membentuk dirinya yang egaliter, terbuka, dan adaptif. Dengan demikian, diharapkan bangsa Indonesia selalu terbuka terhadap perubahan. Karena itu, lanjutnya, yang perlu kita perjuangkan saat ini adalah memulihkan fondasi kita sebelum hancur berkeping-keping. Senada dengan Radhar, Chief of Researcher Tuner Indonesia, Arief Adi Wibowo, mengungkapkan, di era
HC Magazine/065/Agustus2009
PAPARAN kemerdekaan Soekarno menata kembali ideologi bangsa ini melalui Pancasila dan revolusi Indonesia. “Yang Soekarno lakukan merupakan hal yang memang harus dilalui oleh semua bangsa, yaitu kristalisasi ideologi sebagai bentuk identitas bangsa. Apalagi kita sebagai bangsa yang super kompleks. Makanya, Soekarno lebih banyak menata landasan ideologisnya dalam upaya mengubah kondisi kekinian. Dan, itu dilakukannya melalui benturan budaya,” paparnya.
sebuah bangsa, kita harus mengetahui bagaimana mengubah budayanya. ”Suatu paradigma akan melahirkan sebuah tindakan, dari tindakan-tindakan yang biasa dilakukan itu selanjutnya membangun sebuah kebiasaan. Kemudian, dari akumulasi kebiasaankebiasaan akan menciptakan suatu budaya. Nah, budaya dan kebiasaan ini akan membentuk sebuah karakter, baik karakter individu maupun karakter
Arief melanjutkan, memasuki zaman orde baru, jasa Soeharto luar biasa dalam memberikan landasan ekonomi. “Di zaman Pak Harto kita mulai enak, kita sudah bisa mengeliminir ancaman dari luar. Kita punya masa tenang untuk membangun negeri ini,” katanya. Bahkan, melalui pendekatan sistematis, di zaman orde baru kita berhasil menunjukkan identitas sebagai manusia Indonesia yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan taqwa (imtaq). “Itu menunjukkan karakter dan kompetensi kita sebagai manusia Indonesia,” tegasnya. Memasuki era reformasi, Indonesia dihadapkan pada tantangan jangka pendek yang sempat membuat bangsa ini terpukul KO, yaitu krisis keuangan. Kita jadi lupa terhadap sasaran-sasaran yang lebih penting dan jauh ke depan dalam meneruskan pembangunan manusia Indonesia yang unggul dan bermartabat. Menurut Arief, jika Indonesia ingin mengubah budaya, terlebih dahulu harus mengubah perilaku masyarakatnya. Dan, sebelum mengubah perilaku, ada tahapan penting yang harus dilalui, yaitu adanya pergeseran yang diakibatkan oleh bahasa. Yang pasti, ”Pembangunan manusia Indonesia bukan proses sehari atau dua hari langsung jadi, tapi membangun sebuah lintasan di mana setiap orang harus bekerja keras untuk masa depan, dan harus keluar dari kekiniannya,” papar Arief. Menambahkan Arief, Managing Director KM Plus Learning-Lead, Alvin Sholeh, mengatakan, jika ingin mengubah
10
HC Magazine/065/Agustus2009
Alvin. “Jadi, apapun yang kita inginkan atau bangsa ini mau lakukan, sebaiknya para pemimpin menjadi contohnya,” katanya menyarankan. Radhar membenarkan, upaya mem bangun karakter bangsa bukan hanya tanggung jawab para intelektual dan pekerja seni, tetapi juga butuh dukungan dari politisi, ekonomis, LSM, militer, dan masyarakat sendiri. “Seniman itu kekuatannya hanya di kepala dan di hati. Dalam tingkat pragmatis, seniman nggak bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itu, seniman harus menjadi satu gerakan semesta, di mana para pemilik kekuatan ini saling bekerja sama,” katanya berharap. Upaya lain yang harus dilakukan dalam memulihkan karakter bangsa, menurut Radhar, perlu memperhitungkan kembali semua upaya yang sudah kita lakukan selama ini. ”Kalau perlu, ganti seluruh tatanan yang ada,” ujarnya menandaskan. Tatanan ini dimulai dari pola pikir kita dalam memandang diri sendiri, melihat realitas dan waktu (dulu, kini, dan nanti). “Itu adalah satu upaya yang harus dimulai dari cara kita berpikir,” tuturnya.
b a n g s a ,” menjelaskan.
tutur Alvin
Kendati saat ini karakter bangsa Indonesia sedang tidak dalam keadaan bagus, Alvin menilai, hal itu bukan berarti tidak bisa diperbaiki. ”Asalkan kita mau menjadikannya sebagai sebuah pijakan untuk melakukan perubahan,” ujarnya. “Masalahnya, kita sudah tahu karakter kita nggak bagus, tapi malah diterusin,” katanya menyindir. Menurutnya, perubahan itu merupakan upaya satu paket, yakni antara mengetahui apa yang akan dilakukan saat ini dan upaya yang harus dilakukan untuk memperbaikinya. “Tantangan kita saat ini adalah mengoreksi nilai-nilai yang salah,” ujarnya menandaskan. Perbaikan itu sebaiknya dimulai dari pemimpin dengan cara memberi teladan kepada anak buahnya, demikian pandangan
Radhar mempertanyakan, apakah untuk negeri seperti Indonesia kita hanya mengedepankan pemikiran logosentralistik (akal)? Ia menegaskan, jawabannya adalah tidak. ”Kita bekerja tidak hanya menggunakan akal, melainkan juga dengan hati dan tubuh. Karena itu harus ada keseimbanagn di antara ketiga faktor itu, yakni pikiran, hati, dan tubuh,” ujarnya memastikan. Ketiga faktor itu akan membentuk harmonisasi yang akhirnya melahirkan sebuah kebudayaan. Tak bisa dipungkiri, budaya berperan penting dalam membangun karakter bangsa. Seperti ditulis Robby Djohan dalam bukunya berjudul ”Leaders & Social Capital. Lead �������������������� to Togetherness”, budaya terbentuk dari kebiasaan individu yang dilestarikan turuntemurun. Robby yakin, budaya ikut berkontribusi dalam melahirkan sosok pemimpin. Masyarakat yang memiliki budaya bonding secara umum akan melahirkan pemimpin yang karakternya sama dengan masyarakat di daerah tersebut. Di sisi lain, masyarakat
PAPARAN sangat banyak,” Robby menandaskan. Di masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi dan bersifat bridging akan membawa dampak positif bagi pembangunan masyarakat itu sendiri. ”Kita ambil contoh sederhana,” tulis Robby, ”jika modal sosial terbangun secara baik di suatu unit kegiatan usaha, maka suasana kerja yang akan muncul adalah suasana rekat dan saling mendukung, team work yang dibangun akan saling mengisi dan saling memberi jalan. Hal ini dimungkinkan karena berkembangnya kultur resiprositas dan penghargaan terhadap karyawan. Hasilnya adalah terciptanya kondisi yang saling memercayai, yang selanjutnya akan membawa efisiensi bagi perusahaan.”
yang terguncang dan sedang ditimpa krisis akan memunculkan pemimpin karismatik. Robby mencatat namanama besar yang lahir di era pergolakan politik abad ke-20, seperti Soekarno, Gamal Abdul Nasser, Jawaharlal Nehru, Mahatma Gandhi, dan JB Tito. Robby menilai, salah satu problem bangsa Indonesia terletak pada lemahnya sense of efficacy (perasaan berharga). “Di zaman Soekarno, upaya untuk menciptakan rasa berharga bagi setiap insan Indonesia dilakukan dengan cara menggebu-gebu. Sayangnya, gejolak politik dan pengabaian pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di masa itu, telah membawa bangsa ke arah jurang kehancuran yang parah,” tulisnya. Di masa kepemimpinan Soeharto, ia melanjutkan, walaupun pembangunan ekonomi relatif berhasil, tetapi pemerintahan yang otoritarian dan represif telah menutup peluang untuk berkembangnya masyarakat sipil yang memiliki kemandirian dan harga diri. “Di situasi inilah sesungguhnya masyarakat kita berkutat. Hingga hari ini upaya untuk menciptakan manusia Indonesia yang memiliki integritas, keyakinan dan perasaan berharga masih merupakan tantangan besar,” ia menandaskan. Dalam kesempatan bertemu Robby secara langsung, ia mengatakan, Indonesia perlu membangun budaya
unggul, yakni budaya yang berorientasi pada pencapaian, kreativitas dan modal sosial yang kuat. Modal sosial inilah yang akan menjadi semacam pelumas untuk menggerakkan masyarakat secara positif mencapai tujuan hidup. “Makna lebih luas dari budaya unggul adalah manusia yang ada di dalamnya kuat, berkualitas, bersatu, memiliki kreativitas, mampu memenangkan persaingan secara sehat, tidak pernah puas dengan pencapaian, tetapi selalu bersyukur dan memiliki nilai-nilai azasi tentang misi hidup dan kemanusiaan,” papar Robby.
Robby mengakui, modal sosial yang cocok untuk terus dikembangkan di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang penting bagi seluruh rakyat di negeri ini. ”Modal sosial yang kita idealkan adalah modal sosial yang tumbuh di masyarakat. Hanya saja modal sosial kita seyogyanya memiliki nilai-nilai yang merupakan kombinasi antara nilai-nilai universal dengan nilainilai lokal,” paparnya. Di mata Robby, segala bentuk energi yang terpancar dari modal sosial perlu membentuk keseimbangan dengan nilai yang mengutamakan harmoni, kerukunan, dan nilai-nilai yang bersumber pada kekuatan Tuhan. ”Ruh dari modal sosial yang ideal sebetulnya sudah ada, yaitu Pancasila,” Robby menegaskan, serupa dengan yang disampaikan Radhar maupun Arief.
Di mata Robby, modal sosial adalah karakter sosial yang kondusif bagi terciptanya situasi untuk bersekutu dan bergerak dalam kebersamaan (togetherness) guna mencapai tujuan bersama. Dalam prosesnya, gerakan kebersamaan tersebut mengusung muatan atau dalam istilah lain ditopang nilai-nilai dan norma yang khas, yaitu: trust, resiprositas (timbal-balik), partisipasi, proactivity, dan nilai-nilai positif yang menjadi modal kolektif untuk menuju dan mencapai kebaikan dan kemajuan bersama. Dalam proses pergerakannya, pengelompokan dan kebersamaan sosial tersebut disertai keinginan kuat untuk membuka jaringan seluas-luasnya. “Inilah tujuan yang ingin kita capai,” katanya.
Bung Karno pernah mengatakan, kita jangan menjadi bangsa tempe. Tentu, yang beliau maksud adalah, bangsa Indonesia jangan begitu saja menerima feodalisme, kolonialisme dan imperialisme. Sudah sepantasnya kita bangga menjadi orang Indonesia karena kemerdekaan bangsa ini diperoleh melalui perjuangan. Harga diri sebagai bangsa yang merdeka, yang mampu menentukan nasibnya sendiri tanpa dipengaruhi oleh kepentingan bangsa lain, dalam konteks ini adalah mutlak. Akhirnya, panggilan untuk membangun Indonesia agar menjadi lebih baik merupakan suara ibu pertiwi yang tak bisa diabaikan lagi. Jayalah selalu Indonesiaku! n
Lalu, apa manfaatnya? “Tentu saja
Liputan: Anung Prabowo dan Rina Suci Handayani.
11
HC Magazine/065/Agustus2009
PAPARAN dirinya Indonesia Unite,” ungkap Pandji. ”Kita harus berani mengatakan bahwa mayoritas orang Indonesia adalah orang yang cinta damai,” ia menandaskan.
Indonesia Unite, Nasionalisme di Era Demokrasi
P
engamat manajemen strategis, Riri Satria, menulis artikel menarik di blognya tentang Indonesia Unite. Riri berpendapat, dunia memasuki era network economy, di mana perkembangan ekonomi di masa depan akan dibentuk melalui berbagai kegiatan kolaboratif yang masal dan lintas batas negara dengan memanfaatkan teknologi internet. ”Teknologi internet memungkinkan manusia melakukan kegiatan kolaboratif secara lebih masal, lebih cepat, lebih luas jangkauannya, sehingga membentuk suatu social network yang sanggup membuat berbagai inovasi bernilai tinggi,” tulisnya. Dalam pandangan Riri, Gerakan Indonesia Unite (GIU) adalah salah satu contoh bagaimana internet sanggup membentuk modal sosial di masyarakat Indonesia. GIU dicetuskan sebagai suatu gerakan peningkatan kesadaran kolektif masyarakat setelah kejadian peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton di Jakarta, 17 Juli lalu. Gerakan ini merupakan gerakan sosial yang mampu membentuk kekuatan pada masyarakat. GIU dicetuskan secara spontan oleh para pengguna Twitter, sebuah aplikasi jaringan sosial (social application network) di internet. Dalam waktu
12
HC Magazine/065/Agustus2009
singkat gerakan ini sudah memiliki ribuan pendukung. GIU juga merambah ke Facebook, sebuah aplikasi jaringan sosial dengan pengguna terbanyak di Indonesia. Berkat popularitasnya, GIU diulas di berbagai media baik di dalam dan di luar negeri. ”Sesuai dengan salah satu indikator terbentuknya modal sosial, yaitu munculnya collective actions secara spontan dari masyarakat, maka kita dapat memotret GIU sebagai salah satu bentukan modal sosial di masyarakat, dalam hal ini masyarakat pengguna internet,” demikian Riri berpendapat. Salah satu juru bicara Indonesia Unite, Pandji Pragiwaksono, mengungkapkan, pertama kali berdiri GIU mengusung misi sejarah mirip serangan umum 1 Maret. Muncul pascapeledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Indonesia Unite yang lahir pada 17 Juli 2009 bukan merupakan organisasi yang memiliki pemimpin atau pendiri. Kepada Majalah HC Pandji menjelaskan, Indonesia Unite adalah sebuah semangat yang lahir dari gerakan bela negara. Setelah peristiwa mengenaskan itu, komunitas Twitter di Indonesia menuliskan segala hal yang baik tentang negeri ini. ”Kabar buruk tentang Indonesia kami tutupi dengan kabar baik dari komunitas yang menamakan
Semangat Indonesia Unite yang mencuri perhatian komunitas Twitter di seluruh dunia akhirnya tercium oleh media internasional. ”CNN, NBC, dan Asia Straight sudah memberitakan tentang Indonesia Unite,” papar Pandji yang ditemui di Starbucks Cafe Plaza Indonesia di sela-sela kesibukannya sebagai presenter dan artis. Berbeda dengan gerakan lain, ”Indonesia Unite punya banyak juru bicara, salah satunya saya. Jadi kalau ditanya siapa pendirinya, kami tidak menunjuk satu nama, ini milik bersama,” kata Pandji mengomentari perannya terhadap eksistensi Indonesia Unite yang belum seumur jagung itu. Pandji menjelaskan, sejatinya GIU tidak melulu berbasis internet. Tetapi semua partisipan bergerak menggunakan media dan alat yang dimilikinya untuk meluaskan semangat ini. ”Kami sepakat tidak meminta sumbangan dalam bentuk uang. Hal ini perlu diketahui agar Indonesia Unite tidak disalahgunakan,” ujar Pandji menegaskan. Kegagalan tim sepak bola Manchester United (MU) datang ke Indonesia, misalnya, punya kesan tersendiri bagi Pandji dan komunitas Indonesia Unite. ”Kaos bola MU yang dijual oleh pedagang kaki lima banyak yang tidak laku karena MU tidak jadi datang. Memang kaosnya palsu, tapi mereka hanya pedagang kecil yang modalnya pas-pasan. Oleh teman-teman kaos itu dibalik dan disablon nama Indonesia Unite. Ternyata laku dan uangnya dikembalikan ke pedagangnya,” tutur Pandji mengisahkan dengan semangat. Jargon, ’Kami Tidak Takut’, sudah menggema di komunitas Indonesia Unite. Melalui juru bicaranya, Indonesia Unite menginginkan adanya keberlangsungan semangat bela negara ini. ”Dunia, kami kena serang teroris tapi kami tidak takut,” kata Pandji berapi-api. Sebagai pemuda ia berharap agar GIU dapat membersihkan nama Indonesia di mata dunia dan pada akhirnya menginspirasi rakyat Indonesia untuk bersemangat menjalankan hidup dengan berani. Teror pun akan kita hadapi bersamasama. Ya, Kami Tidak Takut! n Rina Suci Handayani
PAPARAN
MENUJU
BANGSA
YANG BERIDENTITAS Indonesia sejatinya memiliki bakat untuk menjadi bangsa yang besar di dunia. Selain memiliki luas wilayah dengan ribuan pulau, Indonesia juga diakui memiliki kandungan sumber daya alam yang tak terbatas. Dan, salah satu dari 5 negara berpenduduk terbesar dunia. Rudi Kuswanto
13
HC Magazine/065/Agustus2009
PAPARAN
T
idak disangkal bahwa pidatopidato Bung Karno memiliki getaran yang luar biasa, cerminan dari rasa nasionalisme yang senantiasa memberikan ispirasi. Seperti dalam cuplikan pidatonya, Bung Karno pernah berkata,”Biarkan kekayaan alam kita, hingga insinyurinsinyur Indonesia mampu mengolahnya sendiri.” Dan memang telah menjadi ‘jodoh’ sejarah, pasangan SoekarnoHatta yang merepresentasikan para pendiri negeri ini, menancapkan fondasi yang kuat untuk berdirinya sebuah negara Indonesia. Dalam tataran ekonomi, misalnya, Bung Hatta melengkapi pemikiran Bung Karno dengan memberikan garis penegas bagaimana Indonesia merancang sistem ekonominya. Melalui pasal 33 Undang-undang Dasar (UUD) 1945, disebutkan, (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan; (2) Barang yang penting bagi negara dan cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; (3) Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Memahami makna dari isi Pasal 33 UUD 1945 ini, menurut penulis buku-buku sejarah Wawan Tunggul Alam, tak cukup hanya dilihat dari apa yang tersurat tapi juga harus melihat sisi filosofis dan sejarah lahirnya pasal 33 tersebut. “Itu artinya, kita juga harus melihat ideologi berpikir dan keinginan para founding fathers ketika meletakkan Pasal 33, di mana saat itu mereka sangat membenci kapitalisme dan liberalisme yang dianggapnya telah menyengsarakan rakyat Indonesia,” kata Wawan. Sistem ekonomi yang digagas Bung Hatta, tutur Wawan, diciptakan untuk mempersempit, bahkan idealnya meniadakan, pertentangan dan kesenjangan kelas sosial dalam masyarakat. Penulis buku “Demi Bangsaku: Pertentangan SoekarnoHatta” ini menambahkan kekuatan ekonomi sesuatu golongan diganti dengan sistem kerja sama berdasar atas azas kekeluargaan, dan dalam konteks membangun sistem perekonomian Indonesia, maka Pasal 33 harus selalu dikaitkan dengan Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan,
14
HC Magazine/065/Agustus2009
”Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan Pasal 34 UUD 1945 bahwa, “Fakir miskin dan anak yang terlantar dipelihara oleh negara.” Kenapa pasal demi pasal dalam UUD 1945 ini kembali dimunculkan tak lain adalah bahwa bangsa Indonesia masih mengakui fondasi yang diwariskan oleh pendiri negara ini dan menganggapnya masih relevan untuk masa kekinian. Karena kalau tidak, tentu amandemen atas UUD 1945 pada tahun 2002 yang merupakan amandemen untuk keempat kalinya, tidak lagi mencantumkan atau membuang sama sekali pasal ini. Bahwa persoalan implementasi atas pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945 belum berjalan sesuai harapan, itulah yang menjadi pekerjaan bersama. Implementasi yang tidak sejalan dari Pasal 33 tersebut, misalnya, tanpa sadar kita mulai dari bangun tidur, bekerja dan beraktivitas hingga berangkat kembali ke tempat peraduan, semuanya tak lepas dari campur tangan orang luar. Wawan dalam buku terbarunya “Di Bawah Cengkraman Asing”, merinci dari mulai minum Aqua (74% sahamnya
Danamon, BII, CIMB Niaga, OCBC NISP, Permata, dan lain-lain yang notabene sudah dikuasai perusahaan asing. Demikian juga saat mau membangun rumah, semen yang digunakan entah
“Itu artinya, kita juga harus melihat ideologi berpikir dan keinginan para founding fathers ketika meletakkan Pasal 33, di mana saat itu mereka sangat membenci kapitalisme dan liberalisme yang dianggapnya telah menyengsarakan rakyat Indonesia.” (Wawan) dikuasai Danone, Prancis), minum teh Sariwangi (100% milik Unilever, Belanda), minum susu SGM (82% dikuasai Numico, Belanda), memakai perlengkapan mandi seperti sabun Lux dan pasta gigi Pepsodent (Unilever), rokok Sampoerna (Philips Morris, AS), Carrefour (Prancis) yang baru saja menguasai mayoritas kepemilikan di Alfa, maupun belanja di Giant (Dairy Farm International, Malaysia yang sekaligus memiliki saham di Hero). Begitu juga dengan industri bank yang erat kaitannya dengan datadata penting pribadi dioperasikan oleh
Tiga Roda (Heidelberg, Jerman), Semen Gresik (Cemex, Meksiko), maupun Semen Holcim (Holcim, Swiss). Lebih parah lagi, untuk urusan informasi telekomunikasi yang bisa jadi merupakan ‘rahasia negara’, operator selular (Telkomsel, Indosat, XL, Axis, 3) yang menguasai market share hampir 100 juta pelanggan atau separuh dari jumlah penduduk Indonesia pun setali tiga uang, yakni dimiliki oleh perusahaan-perusahaan dari luar negeri. Bagaimana merajut semanggat kebangsaan agar bangsa Indonesia
PAPARAN “Dulu rasanya kita sebel dengan adanya pelajaran P4, tapi di balik itu sebenarnya kita menjadi tahu mau dibawa ke mana kita ini? Dalam konsep sebagai bangsa dengan atribut kebanggaannya, kita kini sudah tidak memilikinya lagi, dan parahnya kita semakin tergantung dengan jargonjargon dunia Barat.” kembali menjadi bangsa yang beridentitas? Tri Ch. Handoko, konsultan SDM Daya Dimensi Indonesia memberikan catatannya. Tri menilai, di zaman prakemerdekaan hingga dipimpin Presiden Soekarno (1930-1950-an), telah ditanamkan pembangunan karakter bangsa yang kuat dan bermartabat. “Rasanya tidak ada negara lain di dunia yang mengalami spirit yang luar biasa seperti Indonesia, mulai dari Ganefo, non-blok dan kita bangga dengan itu,” sebut Tri. Tri juga tidak menafikan bahwa selama 64 tahun Indonesia merdeka, telah banyak kemajuan terutama pembangunan fisik yang berhasil dijalankan. Kembali ia memberikan catatan, untuk urusan pendidikan bangsa kita masih jalan di tempat. “Dulu rasanya kita sebel dengan adanya pelajaran P4, tapi di balik itu sebenarnya kita menjadi tahu mau dibawa ke mana kita ini? Dalam konsep sebagai bangsa dengan atribut kebanggaannya, kita kini sudah tidak memilikinya lagi, dan parahnya kita semakin tergantung dengan jargonjargon dunia Barat,” paparnya Apa yang disampaikan Tri nyambung dengan pengakuan John Perkins dalam bukunya “Confessions of an Economic Hit Man” yang membuka mata kita sekaligus membuktikan bahwa pihak asing ternyata ikut memengaruhi kebijakan pemerintah kita. Misalnya, Perkins menjelaskan bagaimana keterlibatan asing yang terlalu jauh dalam perekonomian nasional, dan bahkan dirinya berperan sebagai agen perusak ekonomi yang beroperasi di Indonesia untuk menjadikan ekonomi Indonesia tergantung dan dikuasai asing, dengan berkedok sebagai konsultan pemerintah. Perkins bahkan mengatakan dalam buku “Pengakuan Bandit Ekonomi” (Ufuk Press, 2007), ada konspirasi yang melibatkan lembaga-lembaga internasional yang selama ini kita percayai akan membantu kita keluar
dari krisis ekonomi. Hasilnya, kerusakan yang diarahkan oleh para agen perusak ekonomi itu sangat luar biasa. Negara Indonesia terlilit utang, rakyatnya miskin, ketergantungan impor, di bawah cengkeraman perusahaan asing, dan menjauhkan diri dari bangsa modern yang kuat dan mandiri. Bagaimana pun negeri yang subur dengan 235 juta penduduk beserta limpahan hasil bumi dan kandungan alam yang tak ternilai harganya merupakan ‘jarahan’ yang potensial dan menarik untuk dikuasai. Ironisnya, baik disadari atau tidak, kita sendiri yang menyodorkannya. Tri sepakat bahwa bangsa Indonesia harus dibangkitkan lagi semangat kebangsaannya. Terlebih pada bulan ini kita memperingati 64 tahun Indonesia merdeka. “Ingat kita merebut kemerdekaan ini dengan perjuangan yang heroik dan kita mendapatkannya bukan karena diberi,” sentil Tri. Untuk itulah Tri mengajak semua komponen bangsa untuk menggali kembali budaya dan karakter asli bangsa Indonesia. Dalam tataran budaya yang merupakan tata nilai yang tinggi hakikatnya, ia mengajak untuk menyatukan budaya-budaya lokal seperti budaya Jawa, Batak, Minang, Bali dan budaya-budaya daerah lain untuk dirajut kembali menjadi budaya nasional. “Tak kalah penting, kita juga harus menggali karakter-karakter bangsa yang lama menghilang,” katanya menandaskan Karakter-karakter itu, sambung Tri, misalnya bahwa bangsa Indonesia dikenal suka menolong dan tidak tegaan kalau melihat saudaranya sakit atau sengsara. Cuma karena sering disalahgunakan, saat ini menolong orang lain terlalu banyak pertimbangannya. Untuk membangkitkan karakter positif ini, Tri mengajak siapa pun untuk melakukan empat hal di luar aktivitas sehari-hari. Pertama,
Tri
mengajak
untuk
me
nurunkan apa pun ilmu yang dikuasai kepada orang lain di sekitar kita. “Kalau kita bisa menulis ajarin dong orang lain untuk nulis, kalau kita bisa menggambar mari ajarkan kepada orang lain, barangkali dia bisa hidup dari gambar itu, kemudian yang tidak bisa baca dan tulis ayo kita bimbing. Dengan begitu, muncullah komunitaskomunitas pintar yang bisa membawa bangsa dan negara ini lebih maju dari sebelumnya,” papar Tri. Kedua, membantu orang lain dengan apa pun yang kita punya. “Pesannya adalah belajar melatih kepekaan kita, berempati kepada orang lain, misalnya kalau melihat orang lain jatuh di jalan, kenapa kita nggak buru-buru memberi pertolongan. Jangan kayak menara gading yang mencuat sendirian, tapi jadilah seperti menara air yang manfaatnya bisa dirasakan oleh orang lain,” katanya bijak. Hal ketiga, lanjut Tri, kalau mau berbuat baik tidak usah banyak mikir, berbuat jahat baru mikir. “Berniat untuk berbuat baik saja kita sudah dapat pahala. Jadi, mari kita implementasikan. Kita bantu yang kecil-kecil saja dulu, di total quality management melakukan perubahan kan berangkat dari hal-hal kecil dan dilakukan saat ini, kemudian menjadi lebih rapi, dan kalau bisa itu dibikin menjadi prosedur,” ujarnya menyarankan. Keempat adalah mendisiplinkan orang. Menurut Tri, orang Indonesia sangat tidak disiplin, masih susah untuk mengantre dan suka rebutan. “Malu dong kita untuk urusan bagibagi sembako harus ada korban mati karena nggak sabar. Cobalah nilai-nilai yang dulu kita miliki, seperti sabar, kita bangkitkan lagi. Sebenarnya kita bisa kok untuk sabar dan disiplin asal diatur dengan benar. Jika nggak ada aturan ya hasilnya memang kacau kemana-mana,” ungkapnya dengan nada prihatin. Tri menyebutkan, yang diperlukan
15
HC Magazine/065/Agustus2009
PAPARAN bangsa Indonesia saat ini adalah sosok pemimpin yang bisa mengikat dan menjadi teladan bagi rakyat. “Bangsa kita salah satu negara berpenduduk terbesar di dunia, masak kita jadi pasar terus. China dulu nasibnya sama dengan Indonesia. Sekarang lihat, China bukan menjadi pasar saja, tapi sekaligus pemain dan pelaku pasar yang andal,” ujarnya menjelaskan. “Jadi, sekali lagi,” Tri menegaskan, “mulailah dari hal-hal kecil dan lakukan gethok tular kepada orang lain. Kalau bukan kita siapa lagi, dan kalau tidak sekarang, kapan lagi?” Sementara itu, Ridwan Zahrie, Direktur SDM Recapital Indonesia memberikan pandangan bahwa bangsa Indonesia harus membuat semacam grand design nasional yang melibatkan semua komponen. Ini tidak hanya ditujukan bagi Presiden dan pemerintah, namun semua pihak yang kompeten harus terlibat dan memberikan kontribusi. Rentang waktunya pun, imbuh Ridwan, bisa 10 sampai 20 tahun ke depan dan ini harus konsisten dijalankan dan tidak boleh diubah-ubah. “Jangan pula ini dianggap sebagai program kerja oleh pemerintah yang sedang berkuasa, karena kalau begini pola pikirnya setiap terjadi pergantian pemerintahan semua akan sibuk mengotak-atik ini sebagai bagian dari program kerjanya,” ujar Ridwan menjelaskan. Ia menilai, pemerintahan sekarang mempunyai momen bagus. “Apalagi kita dengar bersama bahwa Presiden SBY setelah tercipta kemapanan beliau bilang akan meninggalkan
16
HC Magazine/065/Agustus2009
legacy,” kata Ridwan. Tugas dan fungsi pemerintahan sekarang, lanjutnya, harus bisa melahirkan konsep-konsep kebangsaan yang baru dan memberikan kesempatan kepada semua pihak termasuk anak-anak muda potensial untuk meninggalkan legacy-nya masing-masing. “Komitmen ini harus didukung oleh yang lain karena setelah pemerintahan berganti pemimpin, grand design-nya harus tetap jalan. Bisa jadi pemerintah sekarang bertugas menciptakan grand design kebangsaan nasional yang baru dan the next president-lah yang
pembentukan karakter yang relevan dan pantas dikembangkan oleh bangsa kita. Pertama, self believe. Ia yakin bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pilihan, yang bisa berkompetisi di mana pun dan dalam segala bidang. Kedua, self respect. “Setelah kita mampu kita juga harus respek. Kita tidak boleh menjadi bangsa yang sombong atau jumawa. Kita harus mau belajar dari bangsa lain. Kalau negara sudah sombong, biasanya akan jauh dari sebutan bangsa yang besar dan bermartabat,” tuturnya. Sementara itu, ditilik dari perjalanan
“Padahal kita tahu, Muhammad Yunus di Bangladesh memberi pembelajaran yang bagus bahwa budaya lokal bisa digali asalkan ada kemauan dari kita. Terbukti, Yunus berhasil memberdayakan kaum wanita di Bangladesh. Ia mendirikan Grameen Bank yang memberikan kredit murah kepada kaum wanita untuk membangun usaha sendiri. Dengan begitu, rakyat Bangladesh bisa hidup mandiri dan lebih sejahtera. Nah, Indonesia harusnya juga begitu, menggali dan mengeluarkan segala potensi yang selama ini masih tersimpan.” (Ridwan) mengimplementasikannya,” ungkap Ridwan mengeluarkan idenya. Titik krusialnya, menurut Ridwan, Presiden harus berani mengambil risiko untuk membuat kebijakan yang tidak populer dan akan ditentang habis-habisan oleh rakyat. Tetapi, demi kebaikan bangsa Indonesia di kemudian hari, sejatinya hal ini tidak menimbulkan keraguan bagi Presiden SBY. Ridwan memberi sindiran bahwa kebanyakan bangsa Indonesia terlena dengan area ‘comfort zone’. Barangkali, sebagian besar rakyat Indonesia berpikiran seperti ini: jika dengan sistem ekonomi sekarang yang kental dengan nuansa barat ternyata bisa jalan dan enak, kenapa harus diubah? “Padahal kita tahu, Muhammad Yunus di Bangladesh memberi pembelajaran yang bagus bahwa budaya lokal bisa digali asalkan ada kemauan dari kita. Terbukti, Yunus berhasil memberdayakan kaum wanita di Bangladesh. Ia mendirikan Grameen Bank yang memberikan kredit murah kepada kaum wanita untuk membangun usaha sendiri. Dengan begitu, rakyat Bangladesh bisa hidup mandiri dan lebih sejahtera. Nah, Indonesia harusnya juga begitu, menggali dan mengeluarkan segala potensi yang selama ini masih tersimpan,” ujar Ridwan bersemangat. Untuk itulah Ridwan merekomendasikan
bangsa Indonesia, Eros Djarot, yang dikenal sebagai seniman dan sutradara, menilai, sejatinya bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang, bangsa yang berkepribadian, dan anti penjajahan. Ia menganjurkan agar bangsa Indonesia melihat kembali apa yang sudah dilakukan oleh para pendiri negari ini di masa lalu. Salah satu karya terbesar yang digali dan dihasilkan dari nilainilai keindonesiaan adalah Pancasila. “Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Ini adalah hasil kebudayaan yang paling dahsyat di republik ini,” ujarnya antusias. Memang, dalam perjalanannya nilainilai Pancasila sempat diselewengkan dan disalahgunakan untuk kepentingan politik. Karena itu, sekarang saatnya kita kembali ke nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa ini. Tak berlebihan pula bila kita menaruh harapan besar kepada para pemimpin di negeri ini untuk lebih memerhatikan kepentingan bangsa dan mau berkorban untuk kepentingan rakyat. Kita ingin disebut sebagai bangsa yang berkarakter? Mari kita buktikan melalui perilaku dan karya-karya kita. n Liputan: Anung Prabowo dan Rina Suci Handayani
PAPARAN
Cermin Jati Diri Bangsa dari Tiga
Negara
Pepatah mengatakan “Belajarlah hingga ke Negeri China” atau “Belajarlah dari Buaian Sampai ke Liang Lahat (Learn from Womb to Tomb)” hingga “Jalan Hidup Samurai”. China, Amerika Serikat dan Jepang adalah tiga negara yang menginspirasi dunia dengan karakternya yang kokoh. Apa nilai pembelajaran yang bisa dipetik?
Rina Suci Handayani
17
HC Magazine/065/Agustus2009
PAPARAN
T
ak disangkal, seremoni minum teh ala Jepang atau biasa disebut Sadō menghadirkan suasana yang begitu khidmat. Orang yang hadir duduk tegap melipat dua kaki atau disebut seiza di depan meja pendek yang terdapat peralatan minum teh di atasnya. Petikan Shamisen (gitar tradisional Jepang) nan merdu dan syahdu sayup-sayup terdengar, menemani seorang lelaki Jepang ber-Yukata (pakaian tradisional Jepang) dengan khusus meracik teh dalam cawan keramik. Sang peracik menuangkan air panas dalam cawan keramik berdiameter kurang lebih 5 cm yang sudah berisi sesendok teh bubuk. Menggunakan pengaduk khusus terbuat dari bambu, si peracik mengaduk dengan tenang dan perlahan searah jarum jam, tidak boleh berubah arah. Perlahan sampai teh tercampur dan mengental. Begitulah hingga teh siap disajikan kepada tamu. Cara meminumnya dengan jalan memutar cawan ke arah kanan sebanyak tiga kali dan barulah diminum dengan perlahan-lahan atau sekali teguk. Begitulah Majalah Human Capital (HC) berkesempatan menikmati sensasi tradisi minum teh ala Jepang. Masyarakat Jepang sangat menghormati upacara minum teh yang menjadi bagian dari kehidupan berbangsa mereka. Itu adalah salah satu identitas kebanggaan yang dilestarikan. Sadō adalah filosofis lambang menyangkut etika, pengetahuan, penghormatan, cara berpikir, tujuan hidup, dan agama sang tuan rumah yang mengundang minum teh. Dan, ini semua dimulai dari dalam rumah dan keluarga. Ini hanya salah satu ritual filosofis dalam pembangunan karakter bangsa Jepang yang diperkenalkan sejak dini. Lain Jepang lain pula Amerika Serikat (AS). ”Its all about American Dream,” begitu cetus kebanyakan orang yang bercita-cita berimigrasi ke AS. The Land
18
HC Magazine/065/Agustus2009
of Immigrants, merupakan salah satu julukan AS. Imigran adalah darah dan denyut jantung AS, dan pemerintahan Obama pun semakin membuka lebar pintu untuk para imigran. Ada 1001 alasan mengapa para imigran, termasuk dari Indonesia, berbondong-bondong memutuskan ’mencari penghidupan’ di negara adidaya tersebut. Negeri itu memang ibarat gadis jelita yang punya
baru dari para imigrannya untuk saling berkompetisi di sebuah negara yang luas dan besar. Ada banyak tantangan dalam mengatur perbedaan yang datang dari seluruh penjuru dunia, namun AS menyanggupinya. Nah, bagaimana dengan China?
Bicara tentang China kalau orang Betawi bilang, “kagak ade matinye.” Negara pemilik penduduk terbesar di dunia ini punya dua sisi yang melengkapi satu sama lain, konsumtif dan produktif. ”Tidak ada satu pun barang yang tidak bisa dibuat di China,” begitu seorang konsultan SDM (Dr. George Phillies) pernah bilang. Ya, rasanya memang betul, bahkan pesona magnetik. Dan, AS dianggap di angkutan umum seperti Kopaja surganya para imigran. di Jakarta, barang-barang ’printilan’ made in China dengan mudah ditemui ”Imigran memperkaya budaya, bahasa, berharga sangat miring. Bayangkan ilmu pengetahuan, seni, bahkan cita saja, mulai dari peniti sampai lem yang rasa masakan kita,” tulis Dr. George ngaku-nya super kuat bisa dibuat oleh Phillies kontributor www.libertyforall. bangsa China. China punya sejarah net dalam tulisannya berjudul ’America: revolusi menuju China modern melalui Land of Immigrants’. AS bisa maju tangan Mao Zedong penggagas paham karena kontribusi para imigrannya, Komunis di China. Dan, kini revolusi itu diyakini George dalam tulisannya. itu membawa China menjelma menjadi Ia melihat, para imigran memberi salah satu raksasa ekonomi yang kontribusi yang sangat besar terhadap disegani oleh negara mana pun. pembangunan karakter bangsa di negara paman Sam ini. “Itulah alasan Kemajuan ekonomi China memang mengapa kita (AS, ed) adalah negara spektakuler, bukan hanya sebagai industri terkaya di dunia. Kita harus pengimpor aktif tapi juga pengekspor melanjutkan untuk menyambut para aktif. Mengutip tulisan Rene L imigran legal,” saran George. “Membuat Pattiradjawane dari Kompas online mereka merasa seperti di rumah sendiri pada 21 Agustus 2008 berjudul dan menyambut mereka sebagai masa “Jamuan Revolusi Membangun depan bangsa Amerika,” lanjutnya. Peradaban China Modern”, dikatakan bahwa China menghabiskan setengah Singkat kata, AS adalah negara yang produksi daging babi dunia, setengah menerima perbedaan dan semangat semen yang dihasilkan secara global,
”Imigran memperkaya budaya, bahasa, ilmu pengetahuan, seni, bahkan cita rasa masakan kita”
PAPARAN sepertiga baja, serta seperempat produksi alumunium. Masih mengutip penjelasan Rene, China (tahun 2008) membelanjakan anggaran devisanya – yang 35 kali lebih banyak dibandingkan tahun 1999 – untuk kacang kedelai dan minyak mentah, mengimpor 23 kali lebih banyak tembaga, dan menghabiskan lebih dari empat per lima pasokan tembaga dunia. Wow, terbayang betapa konsumtifnya negara Tirai Bambu karena mereka mengonsumsi energi dan sumber daya sebagai fasilitas pendukung buat rakyatnya bekerja. Referensi tentang etos kerja orang China cukup gampang dicari sumbernya. Salah satunya sebuah tulisan menarik datang dari Feli seorang blogger Indonesia yang sharing mengenai pengalamannya menjadi imigran di AS, berjudul “Etos Kerja Orang China”.
Feli menguraikan, ”Waktu saya masih tinggal di Jakarta, saya bisa melihat perbedaannya, cuma waktu itu pikiran saya belum terbuka. Saya pernah punya teman orang China di Senen buka toko kain. Di sebelahnya persis ada pak Haji yang juga buka toko kain. Setelah dua tahun, bisnis si China makin maju, dan si pak Haji di sebelahnya malah bangkrut. Ternyata bukan karena si China main curang atau guna-guna si pak Haji. Itu karena si China, walaupun sudah untung, uangnya disimpan dan ditabung untuk mengembangkan bisnisnya lagi. Bersama istrinya dia rela hanya makan telor ceplok saja.” China, sebut Feli, mempunyai pikiran yang jauh lebih maju dalam melihat ke depan dan lebih tahan banting. Ini contoh lain dari orang China. ”Saya sudah bertemu dengan banyak orang dari negara yang berbeda-beda dan
“Selain itu pengiriman pelajar ke luar negeri juga dilakukan secara besar-besaran. Dari akar sejarah ini, Jepang menemukan keagungan masa lalunya yang berjalan lurus menggerakkan kemajuan bangsanya hingga saat ini” (Ubaedilah Badrun) ”Bangsa China adalah bangsa yang bangga dengan bangsanya, karena kebudayaan China adalah salah satu kebudayaan yangg tertua di dunia, hampir setahap dengan Mesopotamia dan Mesir,” tulis Feli dalam artikelnya. ”Susah sekali untuk melepaskan kebudayaan tersebut karena memang betul kebudayaan mereka itu hebat. Terus terang, kalau kita bandingkan dengan kebudayaan kita (pribumi Indonesia) kita tidak bisa mengalahkan kebudayaan orang China. Dan, memang kebudayaan mereka sudah diakui dunia,” imbuhnya. Menurut Feli dalam tulisannya tersebut, orang Melayu secara genetik justru lebih dekat ke orang China. ”Orang China bisa dibilang salah satu bangsa yang tahan banting. Sudah biasa menderita, dan makin menderita, biasanya orang makin nekat dan makin berani, jadi semua jalan ditempuh. Ini juga terjadi di Indonesia,” katanya sembari menambahkan, ”Karena di dalam negerinya sendiri banyak masalah, mereka imigrasi kemana-mana. Mereka ada di mana-mana. Teman saya dari Nigeria dan Ethiopia (Afrika) bilang, di sana pun ada banyak orang China. Dan herannya, mereka di Afrika pun sukses dan bisa dibilang tidak miskin.”
satu hal yang benar-benar nyata adalah orang yang tidak membuat keputusan berdasarkan gengsi biasanya negaranya maju,” ungkapnya sambil menyebut Hong Kong, Jepang, Inggris, AS, Jerman, dan Singapura. Setiap bangsa punya filosofi dan kebanggaan akan karakternya sendiri. Jepang menjunjung tinggi mental Bushido alias Jalan Hidup Samurai yang memfokuskan kepada nilai kerja keras, jujur, mematuhi pemimpin, tidak individualis, tidak egois, bertanggung jawab, bersih hati, dan harus tahu malu. Titik balik dari kebangkitan bangsa Jepang adalah peristiwa Restorasi Meiji pada tahun 1868. Tulisan menarik lainnya datang dari Ubaedilah Badrun, pengamat sosial politik yang memposting tulisannya berjudul “Belajar dari Filosofi Bangsa Jepang” di blog pribadinya pada Juni 2006. Restorasi Meiji menjadi sejarah besar yang pengaruhnya abadi bagi bangsa Jepang hingga saat ini. Bayangkan, ketika Kaisar Meiji mengeluarkan proklamasinya yang terkenal (pem bentukan parlemen, harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa, semua jabatan terbuka untuk semua orang, adat istiadat kolot yang
menghalangi kemajuan harus dihapus, mengejar kemajuan sebanyak mungkin untuk pembangunan negara). Sejak itu wajib belajar 6 tahun sudah digalakkan, bahkan 6 tahun kemudian (1872) membuat kebijakan wajib belajar 9 tahun (Indonesia baru tahun 1999). “Selain itu pengiriman pelajar ke luar negeri juga dilakukan secara besarbesaran. Dari akar sejarah ini, Jepang menemukan keagungan masa lalunya yang berjalan lurus menggerakkan kemajuan bangsanya hingga saat ini,” papar Ubaedilah panjang lebar dalam tulisannya. Impian dan harapan, bangkit dan jati diri adalah kebutuhan setiap bangsa yang berdaulat. AS dengan American Dream-nya masih membuka diri untuk setiap orang yang mempunyai mimpi sama. Sejarawan dan penulis, James Truslow Adams memaknai American Dream dalam bukunya, Epic of America dengan kalimat berikut. “The American Dream is that dream of a land in which life should be better and richer and fuller for everyone, with opportunity for each according to ability or achievement. It is a difficult dream for the European upper classes to interpret adequately, and too many of us ourselves have grown weary and mistrustful of it. It is not a dream of motor cars and high wages merely, but a dream of social order in which each man and each woman shall be able to attain to the fullest stature of which they are innately capable, and be recognized by others for what they are, regardless of the fortuitous circumstances of birth or position. (James Truslow AdamsEpic of America, 1931).” Amerika Serikat yang menerima dan terbuka dengan beragam perbedaan dan pendatang, Jepang yang pengabdi setia pada nilai dan budaya bangsa, serta China yang siap beradaptasi dan berkompetisi di belahan dunia mana pun, adalah inspirasi. Ketiganya hanya sedikit dari banyak negara lain yang mempunyai kisah menggugah. Inspirasi yang datang dari tiga negara ini hanya pepesan kosong jika sekadar menjadi bacaan belaka. Poinnya tentu berpulang kepada diri sendiri. Indonesia punya banyak pilihan, tapi yang jelas satu untuk menentukan jati diri bangsa ini. Dirgahayu Republik Indonesia ke64. n
[Sumber: sumber.]
Literatur
dari
berbagai
19
HC Magazine/065/Agustus2009
STRATEGI HR Seandainya tidak ada krisis, Lia menyebutkan, GMAI bisa mencetak prestasi lebih baik lagi. “Selama semester pertama 2009, pertumbuhan total industri otomotif di Indonesia turun 20%, tapi menariknya GM Indonesia malah naik 10%,” papar Lia dengan bangga. Hasil ini merupakan kejutan, karena di tengah krisis GMAI justru tumbuh dua kali lipat. Di akhir 2007 GMAI mencapai penjualan 1.330-an unit dan menutup 2008 dengan penjualan mantap 2.600an unit. “Itulah yang terjadi dan orangorang bertanya, bagaimana caranya GM Indonesia bisa melampaui itu, karena pemain-pemain raksasa lainnya di semester pertama tahun ini nyungsep semua. Perusahaan otomotif rata-rata turun 20%, sementara kami justru bertumbuh secara positif,” tuturnya.
TRANSFORMASI MENYONGSONG ERA NEW GM Anda sudah melihat film Transformers yang menggambarkan robotrobot perkasa jelmaan sebuah mobil? Itulah cara yang dipilih General Motor (GM) untuk mengomunikasikan kepada masyarakat luas bahwa perusahaan otomotif asal Amerika ini masih tangguh, meski badai krisis menerpanya. Bagaimana dengan GM Indonesia? Rudi Kuswanto
K
risis global yang menghantam dunia akhir tahun lalu, buat General Motor Autoworld Indonesia (GMAI) adalah tikaman yang kedua kalinya. Pada 2005, GMAI melakukan restrukturisasi dan terpaksa me rumahkan ratusan karyawan. Di saat mereka berbenah dan mulai bangkit, tahun ini mereka kembali diuji. GM di AS harus menelan pil pahit dan sempat menyatakan diri bangkrut. Presiden Barack Obama sampai turun tangan untuk melindungi salah satu ikon otomotif negeri adi daya tersebut dari kebangkrutan. Meski ibu kandungnya tengah sakit parah, GMAI memilih survive melewati
20
HC Magazine/065/Agustus2009
badai krisis. Bersyukur, dengan tim yang solid, GMAI mampu membuktikan diri. Marketing and Public Relations Director GMAI, Debora Amelia Santoso, menuturkan, di Indonesia GM justru mencatat pertumbuhan positif. Lia, sapaan akrabnya, menjelaskan posisi GMAI terhadap GM Pusat. Menurutnya, Indonesia termasuk salah satu negara dari 11 emerging market – pasar-pasar yang muncul dan berkembang. “Di Asia pasar yang bisa dikatakan besar adalah India, sedangkan di Amerika Latin dipegang Brazil. Indonesia mendapat kehormatan sebagai emerging market dari Asean, karena potensi pertumbuhan untuk industri otomotifnya tinggi sekali,” imbuh Lia.
Lia tidak bisa menutupi rasa gembiranya. Secara blak-blakan ia mengatakan pihaknya tengah menghadapi happy problem lantaran jumlah permintaan produk lebih banyak daripada supply. “Untuk produk terbaru Captiva AllWhell-Drive indennya sampai bulan Oktober. Kami sebenarnya tidak ingin orang menunggu sekian lama, tapi itulah kondisinya. Padahal kami sudah berjaga-jaga dengan memesan ke Thailand dalam jumlah yang tidak terlalu banyak karena tidak ingin menjadi stok, eh ternyata situasinya terbalik, ordernya melebih stok yang ada,” ungkapnya. Tanggal 10 Juli lalu GM Pusat dinyatakan sudah keluar dari pasal bancrupcy dan kini muncul sebagai New GM Company di Amerika. Jelas, hal ini menjadi tambahan energi bagi GMAI. Namun demikian, GM tetap harus berjuang keras mengeluarkan segala daya dan upayanya untuk benar-benar sembuh. Lia memberikan gambaran sulit yang dialami timnya. “Kami gerah karena setiap hari mendengar berita bahwa GM bangkrut dan Presiden Obama sampai ikutan speech. Yang kami lakukan adalah, GMAI harus menunjukkan semangat dan passion. Selain itu, di kantor dibudayakan jangan sampai bete. Jadi, harus selalu senyum,” ujarnya. Kelihatannya sepele. Tapi orang sangat mudah mendeteksi perubahan melalui ekspresi dan emosi. “Kami bisa bilang baik-baik saja, tapi kalau mukanya ditekuk, mereka bisa lihat. Kami di dalam harus solid dulu. Di samping itu, kami harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada seluruh
STRATEGI HR karyawan,” imbuhnya. Tak jarang Lia bersama seluruh direksi mengumpulkan sekitar 30 karyawan permanen dan sekitar 50 karyawan kontrak untuk memberikan update mengenai perkembangan perusahaan. “Kami melakukan knowledge sharing tentang apa yang terjadi di GM. Seluruh karyawan boleh bertanya apa saja sehingga segala uneg-uneg dan kekhawatiran bisa terjawab dan selesai saat itu. Mereka pun tidak harus mencari-cari sumber dari luar,” paparnya. Di sisi lain, Lia melanjutkan, mana jemen mengajak karyawan menggenjot prestasi. Jualannya harus lebih ‘gilagilaan’ dalam arti effortnya double action. “Kami sampaikan ke media kondisi GM tanpa kami tutup-tutupi,” tuturnya. Hasilnya, menurut Lia, hubungan baik dengan media tetap berjalan. Buat internal, support dari luar menjadi tambahan motivasi sehingga tidak ada alasan bagi karyawan untuk loyo. “Kami mengajak divisi lain untuk terlibat, sehingga mereka bisa merasakan dan sekaligus bisa membangkitkan motivasi,” jelas Lia. Setelah urusan motivasi karyawan beres, Lia menantang timnya untuk menyikapi
ide bagus dan dia menguasai konsepnya, orang ini diajak meeting dengan direksi. “Karyawan dikasih kesempatan untuk presentasi agar semua orang tahu bahwa ide itu berasal dari dia.
“Kami melakukan knowledge sharing tentang apa yang terjadi di GM. Seluruh karyawan boleh bertanya apa saja sehingga segala uneg-uneg dan kekhawatiran bisa terjawab dan selesai saat itu. Mereka pun tidak harus mencari-cari sumber dari luar” (Debora Amelia Santoso) krisis dengan cara meningkatkan profesionalisme. Misalnya, masingmasing karyawan dituntut untuk bisa memiliki 2-3 skills sekaligus. Lia melakukan empowering kepada karyawan dengan memberikan ke sempatan seluas-luasnya untuk ber kembang. “Contohnya, kalau ada tugas ke luar negeri, siapa yang belum pernah ke sana ayo silakan pergi. Bisa saja saya yang diundang, tapi saya tawarkan kepada anggota tim yang lain, sehingga pada saat ada jadwal kerja ke luar negeri saya tenang karena ada yang mewakili,” katanya. Supertim juga menjadi perhatian manajemen GMAI. Lia menggambarkan, kalau ada anggota tim yang mempunyai
Dengan begitu, kreativitas lebih berkembang,” ujarnya.
mereka
Untuk menentukan level karyawan, GMAI menganut management by objective. Asal target yang sudah ditentukan bisa tercapai, karyawan akan naik dengan sendirinya. “GMAI tidak menganut istilah leveling karena organisasinya kecil, sehingga strukturnya cenderung flat. Cuma yang diperjuangkan adalah, karyawan mendapat kenaikan gaji yang proporsional sesuai prestasinya,” Lia menjelaskan. Mengenai jam kantor, Lia meng ungkapkan, aturan di GMAI tidak baku seperti perusahaan pada umumnya. “Kami tidak mau tahu mereka datang
jam berapa ke kantor asal target terpenuhi, ya fine. Misalnya, ada yang minta izin nggak masuk kantor karena nggak enak badan tapi bisa mengerjakan tugas lewat online, bagi saya no problem. Tapi saat deadline, karyawan harus mengirim pekerjaannya sehingga target pekerjaan terpenuhi,” ujarnya. Bagaimana GMAI melaksanakan program pengembangan karyawan? Lia menerangkan, pertama, karyawan diberi kesempatan memegang proyek dan bertanggungjawab penuh atas proyek tersebut. “Mereka dituntut untuk mencari informasi. Intinya, mereka diberikan empowerment,” katanya menandaskan. Kedua, adanya trust dalam bekerja. “Tim kecil begini kalau nggak saling percaya dan di dalamnya nggak solid bagaimana orang luar mau respek pada kami?,” imbuhnya. Lia yakin, orang yang diberi kepercayaan bisa lebih berkembang. Dan ketiga, menumbuhkan komunikasi yang terbuka. “Kalau mereka sudah mulai mengeluh, kok saya beginibegini saja ya, biasanya ditawarkan, Anda boleh pergi ikut konferensi di luar negeri,” katanya. Menurut Lia, tujuannya tak lain untuk mengasah keterampilan karyawan. Contoh lain, ketika peluncuran produk Lia mengajak karyawan dari departemen lain. “Dengan begitu mereka jadi tahu rasanya mengelola media dan buat mereka hal itu sama dengan pengayaan diri,” tuturnya sambil tersenyum. n
21
HC Magazine/065/Agustus2009
LEADERSHIP
Kiat Menjadi Pemimpin
SUKSES
Selain didukung visi, misi, dan lingkungan yang kondusif, seorang pemimpin perlu mengoptimalkan kemampuannya untuk mencapai kesuksesan pribadi dan perusahaan. Bagaimana caranya dan apa yang harus dilakukan?
Anung Prabowo
Kepemimpinan adalah sebuah fenomena yang rumit karena ada banyak hal yang memengaruhinya. (Ram Charan)
D
alam bukunya berjudul “Know-How: 8 Keterampilan yang Menjadi Ciri Pemimpin Sukses”, Ram Charan menulis satu pesan penting. Menurutnya, seorang pemimpin bukan saja harus memiliki kemampuan manajerial yang mumpuni, tetapi juga harus bisa membawa perusahaannya lebih beretika, fokus pada tujuan jangka panjang dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Di buku ini Ram Charan berupaya menyajikan potret menyeluruh dari para pemimpin sukses abad ke-21. Ke-8 keterampilan itu mencakup hal-hal yang bisa dilihat pada Tabel berikut. Menanggapi 8 keterampilan pemimpin yang dipaparkan Ram Charan, Head of Leadership Development Dunamis Organization Services, Tommy Sudjarwadi, mengungkapkan bahwa keterampilan tersebut bermanfaat dan membantu para praktisi HR dalam menerapkan program pengembangan kepemimpinan di perusahaan. “Delapan keterampilan tersebut bisa dijadikan basis kompetensi bagi seluruh karyawan,” katanya. Pemaparan Ram Charan dalam bukunya itu, menurut Tommy, merambah aspek eksternal yang memiliki pengaruh penting bagi keberlanjutan perusahaan di masa akan datang. Di tempat lain, Octa Melia Jalal, Head of PPM Center for Human Capital Development menyatakan, 8 keterampilan yang diungkapkan Ram Charan tersebut sudah komprehensif
22
HC Magazine/065/Agustus2009
untuk seorang pemimpin di era sekarang. “Delapan keterampilan tersebut memang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Tetapi tidak banyak pemimpin yang memiliki semuanya,” ungkapnya memastikan. Tommy mengatakan hal senada. ”Faktanya sangat sulit menemukan pemimpin perusahaan di Indonesia yang memiliki delapan keterampilan tersebut,” Tommy menambahkan. Namun demikian, bukan berarti tidak ada pemimpin yang mewakili gambaran tersebut. Tommy menyebutkan beberapa nama pemimpin di Indonesia yang memiliki kekuatan di poin tertentu. Misalnya, mantan Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Nihal Kaviratne. Menurut Tommy, Nihal tergolong pemimpin yang memiliki keterampilan nomor satu. “Pak Nihal merupakan pemimpin yang memiliki jiwa bisnis yang kuat,” katanya meyakinkan. Ia juga menyebut nama Tirto Utomo sebagai pendiri Aqua. Tommy menilai, Tirto Utama merupakan pemimpin yang memiliki keterampilan nomar dua. Di samping itu, Tommy melontarkan nama Djohan Marzuki, Presdir PT Summit Oto Finance (SOF) yang dia lihat mampu membangun tim kerja yang kokoh. “Berarti dia (Djohan Marzuki) cocok sebagai pemimpin yang memiliki keterampilan nomor tiga,” ujarnya yakin. Kemudian, Dirut PT Bank Mandiri Tbk. Agus Martowardojo, Tommy memasukkannya ke dalam kategori pemimpin yang memiliki keterampilan nomor tujuh.
LEADERSHIP 8 Keterampilan yang Menjadi Ciri Pemimpin Sukses Menurut Ram Charan 1. Positioning (dan bila perlu, repositioning) bisnis dengan fokus pada dibutuhkan oleh pelanggan dan apa yang menghasilkan uang.
ide utama yang memenuhi unsur apa yang
2. Menyimpulkan dengan mengidentifikasi pola perubahan eksternal selangkah di depan dari orang lain.
3. Membentuk budaya kerja dengan cara menjadi pemimpin dalam sistem sosial perusahaan.
4. Memberi penilaian terhadap orang lain dengan cara mengenal keseluruhan dari dirinya atau kepribadiannya.
5. Membentuk orang-orang yang berenergi tinggi, berpengaruh dan berego besar menjadi sebuah tim kerja pemimpin di mana nilai mereka lebih tinggi dibandingkan jumlah keseluruhan mereka.
6. Tahu akan arah bisnis yang ingin dituju dengan mengembangkan tujuan yang menyeimbangkan potensi bisnis dengan pencapaian nyatanya.
7. Menetapkan prioritas utama dan jelas sebagai road map dalam mencapai tujuan bisnis.
8. Menangani tekanan sosial yang timbul melampaui kegiatan ekonomi perusahaan dengan cara positif dan kreatif.
“Pak Agus memiliki visi yang jelas, yang selalu menjadi prioritas. Misalnya, visi untuk memperbaiki layanan atau budaya perusahaan,” tuturnya memberi alasan. Di sisi lain, Mia – sapaan akrab Octa Melia Jalal – melihat mantan Direktur Utama PT PLN (Persero) Kuntoro Mangkusubroto dan mantan Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk. Dedi Aditya sebagai pemimpin yang telah mencapai tingkat panutan (role model). Menurutnya, kedua pemimpin itu layak dijadikan pemimpin panutan karena semua orang, terutama karyawan, selalu membicarakan hal positif tentang kedua tokoh tersebut. “Bahkan, setelah mereka keluar pun, kecintaan karyawan terhadap kedua orang ini masih tinggi,” katanya memastikan. Dan, tidak menutup kemungkinan seorang
pemimpin di ranah pemerintahan pun sukses menjadi role model. Mia mengemukakan beberapa kriteria untuk menjadi pemimpin sukses, antara lain, dia mesti mengetahui peran apa yang harus dilakukannya, mengenal kekuatan dan kelemahan diri, memahami dan menghargai anggota timnya, rendah hati, dan melayani stakeholder-nya. “Paradigma pemimpin sekarang sudah berubah. Kalau dulu pemimpin harus dilayani, tetapi sekarang pemimpin yang harus melayani,” imbuhnya menandaskan. Karena itu, seorang pemimpin di mata Mia perlu memiliki karakter dan kompetensi yang sesuai dengan perannya. “Hanya persoalannya, apakah perusahaan sudah membuat program seperti itu? Artinya, ada program pengembangan kepemimpinan
atau tidak?,” ujarnya menanyakan. Mia mengungkapkan model ke pemimpinan yang dimiliki PPM Manajemen. Menurutnya, seorang pemimpin memiliki tiga fungsi. Fungsi pertama, pemimpin harus memastikan sasaran perusahaan yang bisa dicapai. Selanjutnya, dalam mencapai fungsi pertama ada tiga peran yang harus dijalankan seorang pemimpin. Satu, dia harus bisa mengarahkan (direction). “Pengarahan ini biasanya diterjemahkan sebagai visi dan misi pemimpin,” ujarnya. Kedua, dia harus bisa melihat peluang bisnis. Dan ketiga, dia harus bisa membuat perencanaan dan strategi dari arahan dan peluang bisnis yang bisa diidentifikasi. Fungsi kedua, seorang pemimpin harus berani mengeksekusi rencana
23
HC Magazine/065/Agustus2009
LEADERSHIP dan menjalankan strategi dalam bentuk implementasi. Dalam men jalankan fungsi ini, pemimpin perlu menyelaraskan struktur organisasi, sistem prosedur, teknologi, serta kompetensi dan perilaku karyawan. “Kalau ini belum sesuai, berarti dia harus bisa merencanakan perubahan. Langkah selanjutnya, dia harus melakukan perubahan. Setelah itu baru dilakukan pengawasan terhadap perubahan tersebut,” urai Mia. Dan fungsi ketiga, seorang pemimpin perlu meningkatkan komitmennya kepada bawahan. “Tujuan meningkatkan komitmen ini agar kinerja mereka tidak sekadar rata-rata, tetapi lebih menuju kepada kinerja unggul,” ujarnya memastikan. Maka, langkah pertama yang harus dilakukan pemimpin adalah, memberdayakan kemampuan dan
“Pemimpin itu akan suskes kalau dia telah memberi inspirasi kepada banyak orang. Sementara inspirasi itu berasal dari hati. Maksudnya, selain menggunakan hand (tangan) dan head (kepala) untuk bekerja, seorang pemimpin perlu menggunakan heart (hati)-nya. Jadi ada tiga ”H” yang harus dimiliki seorang pemimpin kalau mau sukses” (Sudjarwardi) pengetahuan anggota timnya sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Selanjutnya, pemimpin perlu membuat karyawan lebih terikat, sehingga mereka mau bertahan di perusahaan. Berdasarkan pemaparan tersebut, Mia berpendapat, Ram Charan belum memasukkan keterampilan pemimpin dalam hal meningkatkan komitmen karyawan. Sebab, katanya, komitmen ini diupayakan agar karyawan menjadi orang-orang berprestasi. “Delapan keterampilan pemimpin yang diungkapkan Ram Charan bisa dilengkapi dengan model kepemimpinan milik PPM Manajemen,” kata Mia meyakinkan. Sementara itu, Tommy mengungkapkan, Dunamis juga memiliki model yang dijadikan persyaratan bagi seseorang yang ingin menjadi pemimpin. Syarat pertama, menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Kedua, memiliki kompetensi dan karakter yang berkaitan dengan orang
24
HC Magazine/065/Agustus2009
lain, seperti interpersonal skill. Ketiga, memiliki kemampuan manajerial. Misalnya, kemampuan bekerja sama dengan timnya. Dan keempat, memiliki kemampuan untuk membawa organisasi mencapai visi dan misinya. “Model ini disebut The Four Level Leadership,” ujarnya menandaskan. Tommy melanjutkan, bila seseorang telah menjadi pemimpin, sebaiknya dia bisa mengklasifikasikan perannya. Berdasarkan metode Dunamis, menurutnya, ada empat tahapan yang harus dilakukan sang pemimpin. Pertama, dia mesti memperjelas tujuannya dengan visi, misi, dan strategi. Kedua, mengintegrasikan sistem dengan proses pendukung. Ketiga, menjaring para talent dengan program pengembangan. Dan keempat, mampu memberi inspirasi kepada karyawan. Berdasarkan metode ini, Tommy berani mengatakan bahwa Ram Charan belum menyinggung soal trust di antara 8 keterampilan yang disebutkannya. “Pemimpin itu akan suskes kalau dia telah memberi inspirasi kepada banyak orang. Sementara inspirasi itu berasal dari hati. Maksudnya, selain menggunakan hand (tangan) dan head (kepala) untuk bekerja, seorang pemimpin perlu menggunakan heart (hati)-nya. Jadi ada tiga ”H” yang harus dimiliki seorang pemimpin kalau mau sukses,” tukas Tommy. Ia mencontohkan Soekarno dan Hatta yang dinilai merupakan pemimpin yang menginspirasi banyak orang karena mereka menggunakan hatinya. Selan itu, menurut Tommy, salah satu kriteria pemimpin sukses adalah, kalau dia mampu menggerakkan bawahannya atau orang lain untuk mencapai tujuan bersama. “Jadi kuncinya adalah, pemimpin tidak bergerak sendiri, tetapi ada orang lain bersamanya,” ujarnya menegaskan. Untuk itu, sang pemimpin sebaiknya menempatkan dirinya seperti seorang pelatih (coach). “Contohnya, pelatih olahraga. Dia tidak ikut pertandingan, tetapi jika timnya menang, sang pelatih dianggap berhasil karena timnya bisa melakukan eksekusi dengan baik,” tuturnya beranalogi. Mia sependapat dengan Tommy. Di matanya, seorang pemimpin dikatakan sukses bila sudah bisa menginspirasi orang lain. ”Seorang pemimpin selalu menjadi bahan omongan bawahannya. Maka, kalau pemimpin memiliki karakter dan perilaku baik, tentu orang akan membicarakan hal positif tentang dia. Akhirnya, dia menjadi inspirasi bagi orang lain,” katanya.
Lalu, apa yang menjadi kendala bagi para pemimpin agar bisa menjadi inspirasi bagi orang lain? Mia melihat, kebanyakan pemimpin tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya, terutama pengembangan soft kompetensi. “Saat ini banyak per usahaan yang belum memiliki sistem coaching atau mentoring. Padahal ini merupakan program penting untuk pembentukan kompetensi karyawan,” ungkapnya. Nah, untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan tidak bisa hanya dilakukan di dalam kelas, melainkan perlu dilakukan praktik di luar. Di tempat berbeda, Direktur Umum dan SDM PT Pertamina (Persero), Waluyo, mengungkapkan, dalam mempersiapkan pemimpin masa depan, Pertamina telah melaksanakan berbagai pelatihan bagi para eksekutifnya. Salah satunya melalui Program Pengembangan Eksekutif Pertamina (PPEP). “Para pengajar untuk program ini dihadirkan dari para tokoh pebisnis di luar Pertamina, bahkan termasuk kompetitor kami. Mereka berbagi pengalaman atau pandangannya terhadap Pertamina,” katanya mengungkapkan. Mengenai biaya pelatihan, Waluyo terus terang mengatakan, Pertamina telah menganggarkan dana pelatihan sebesar Rp 123 miliar selama 160 ribu jam. “Proyek yang kami rancang ini, per orangnya memakan biaya Rp 114 juta. Biaya ini meliputi dua minggu di kelas, dan satu bulan di kelas lagi. Setelah itu, dilanjutkan perjalanan ke luar negeri untuk mengetahui bisnisbisnis di negara lain,” paparnya. Waluyo menjelaskan, setelah perjalanan ke luar negeri para peserta diberikan projek bisnis yang nilainya di atas Rp 500 juta. “Saat ini kami sudah masuk angkatan ke-6 untuk program PPEP ini,” ungkapnya. Selain itu, pria kelahiran Klaten, 16 Desember 1956 ini menyebutkan, untuk program pengembangan soft skill para eksekutif, Pertamina memiliki program Transformasi Leadership Engine (TLE). “Program ini bertujuan bagaimana pemimpin bisa sukses dan mampu bekerja sama dengan timnya,” ia menuturkan. Program TLE dilakukan tiap tahun dan hingga kini sudah meluluskan dua angkatan. Tiap angkatan sedikitnya menghasilkan 20-30 orang. “Tidak hanya itu, para lulusan terbaik akan diikutkan pada program Global Leadership dari Tanri Abeng. Biasanya kami mengirimkan lima sampai enam orang,” ujarnya menandaskan. n
KOLOM
MEMBANGUN KEPEMIMPINAN DI BISNIS PRIBADI (2) Oleh : Lyra Puspa tampil di muka umum ditempatkan pada posisi penjaga gudang. Sayangnya, pada sebuah entitas bisnis berskala kecil dan menengah, perangkat HR seperti personality test atau psychographic assessment
B
kerap menjadi suatu kemewahan. Apalagi ketika sistem perekrutan masih sangat tradisional, mengandalkan keluarga, kerabat, atau referensi kenalan yang ada. Pada titik ini, keputusan akhir penerimaan dan penempatan karyawan berada di tangan sang nahkoda perusahaan. ahkan sesosok pemimpin pun bagaikan sebuah kapal.
Ada bagian dalam dan bagian luar, yang harus dikenali pada setiap pelosoknya, agar mampu membawa sang kapal mencapai tujuannya. Jika pembahasan di edisi lalu lebih mengenai pemetaan tiga karakteristik kepemimpinan internal seorang wirausaha, maka bahasan kali ini adalah tentang karakteristik kepemimpinan yang bersifat eks ternal. Karakteristik ini perlu dimiliki sang pemilik usaha dalam relasinya dengan keseluruhan organisasinya. Maka, inilah karakteristik kepemimpinan selanjutnya yang perlu dibangun dalam menjalankan roda bisnis pribadi kita. Keempat, pribadian.
mengenal
jenis-jenis
ke
Posisi atau jenis pekerjaan yang ber beda membutuhkan karakter atau kepribadian yang berbeda pula. Sebagaimana seorang yang senang menyendiri tak mungkin ditempatkan sebagai humas atau tenaga pemasaran. Atau sebaliknya, seorang yang senang bertemu dengan banyak orang dan
Karena kepemimpinan adalah proses menjadi. Bukan hanya pada saat merintis dan mengembangkan sayap bisnis. Namun juga pada saat dibutuhkan regenerasi. Entah estafet pada keturunan kita, atau sepenuhnya pada profesional yang kita gaji. Untuk itu, dibutuhkan sebuah konsistensi kepemimpinan yang tiada henti. Konsistensi pada misi dan visi, konsistensi pada nilai dan budaya perusahaan, konsistensi pada gaya kepemimpinan, konsistensi pada segenap perangkat sistem dan aturan. Konsistensi sang pemiliklah yang mampu menjaga kapal tetap utuh. Beserta segenap isinya. Beserta se genap awaknya. Untuk sampai pada tujuan bersama-sama. Ber kesinambungan,tanpa terputus, atau terhenti separuh langkah. Baik menuju tujuan pertama, ataupun tujuan-tujuan berikutnya. Nah, sudah siapkan Anda menjadi pemimpin di bisnis yang Anda bangun sendiri? (Penulis adalah Founder PILLAR | Business Accelerator)
Oleh karenanya, sang nahkoda sangat perlu memahami beragam tipe kepribadian. Agar pengelolaan awak kapalnya dapat berjalan efektif, dan sinergi terbangun secara optimal. Bahkan dalam sebuah bisnis yang baru dirintis sekalipun. Kelima, membangun persuasi. Kepemimpinan yang efektif pada sebuah bisnis kecil atau menengah milik pribadi, kerap lebih mengandalkan sentuhan pribadi alih-alih iming-iming jenjang karier dan bentang remunerasi. Daya tarik bagi awak kapal terbaik yang didasarkan pada non financial benefit. Entah pengembangan diri, fleksibilitas waktu, kedekatan jarak dengan tempat tinggal, atau perluasan relasi. Caranya? Apalagi kalau bukan melalui persuasi. Persuasi yang berkonotasi positif, tentu. Bukan yang bersifat manipulatif. Jauh berbeda, karena persuasi positif dibangun atas dasar penghargaan dan empati, bukan keinginan untuk memanipulasi. Yang karenanya motivasi tim terbangkitkan untuk mencapai common goals dalam sinergi. Menembus batas divisi dan sekat-sekat profesi. Terakhir, tentu saja konsistensi.
25
HC Magazine/065/Agustus2009
PIJAKAN
sumber: www.okanangan.bc.ca
Dongkrak Kompetensi SDM melalui Program Magang Kualitas dan daya saing angkatan kerja di Indonesia masih belum cukup ideal. Untuk itu diperlukan upaya integral dalam menciptakan SDM yang kompeten, produktif, dan berdaya saing tinggi. Salah satunya lewat program magang.
Anung Prabowo
26
HC Magazine/065/Agustus2009
Gambaran rendahnya kualitas angkatan kerja kita bisa dilihat dari ranking Human Development Index (HDI) pada tahun 2008, di mana Indonesia menempati urutan ke-107. Sedangkan Malaysia (urutan 63), Thailand (78), Philipina (90), dan Vietnam (105). Kondisi ini tentu saja mengkhawatirkan di tengah makin terbukanya era perdagangan bebas yang membuka pintu masing-masing negara untuk bersaing secara kompetitif. Terlebih Indonesia diharapkan bisa mengambil peran penting dalam menyukseskan salah satu program dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Seperti diisyaratkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Erman Suparno, saat ini negara-negara di dunia sudah memasuki era Millennium Development Goals. Yakni, suatu era di mana seluruh negara anggota PBB berupaya mengurangi jumlah penduduk miskin dan kekurangan pangan hingga 50% pada tahun 2015. “Salah satu penyebab kemiskinan adalah banyaknya jumlah usia produktif yang menganggur atau tidak bekerja baik secara terbuka
PIJAKAN maupun semi pengangguran,” urainya mengungkapkan. Untuk itu, Erman mengatakan, upaya yang perlu dilakukan adalah membuka akses ekonomi dan memberdayakan ekonomi masyarakat miskin dan produktif serta meningkatkan kom petensi SDM melalui pelatihan dengan pola pemagangan. Menurutnya, pelatihan kerja dengan pola pemagangan mempunyai beberapa keuntungan dan nilai tambah jika dibandingkan dengan pola lainnya. Misalnya, peserta magang akan mendapatkan pengalaman langsung di tempat kerja (workplace) sehingga memiliki peluang lebih besar untuk ditempatkan dan mempunyai etos kerja yang sudah terbangun. Sedangkan bagi perusahaan yang menyelenggarakan pemagangan, masih menurut Erman, akan diuntungkan karena lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan calon tenaga kerja yang kompeten atau sudah tune in dengan budaya kerja perusahaan. “Selain itu perusahaan juga turut berkontribusi untuk mendukung program pemerintah meningkatkan kualitas SDM Indonesia dalam rangka mengatasi pengangguran sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan,” kata Erman menambahkan. Sementara itu, Direktur Bina Pe magangan Depnakertrans Bagus Mari janto menjelaskan, peranan program pemagangan ini menjadi signifikan dalam kaitannya dengan kegiatan pelatihan kerja yang merupakan bagian dari peningkatan kualitas SDM. “Program ini dapat dengan cepat menghasilkan tenaga kerja dengan kompetensi tertentu yang dibutuhkan oleh dunia kerja,” katanya menyebutkan. Dilanjutkan Bagus, pentingnya program pemagangan dalam konteks nasional telah dimulai sejak dicanangkannya program reformasi pemagangan pada tahun 1992, dan diresmikan Menteri Tenaga Kerja menjadi Program Pemagangan Nasional pada Agustus 1994. Peresmian tersebut ditandai dengan penyerahan langsung perjanjian kontrak pemagangan pertama di Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam perkembangannya, Bagus mengakui, program pemagangan yang dilaksanakan selama tiga tahun (19921994) itu belum sesuai harapan. “Oleh sebab itu, diperlukan suatu pembenahan program pemagangan dengan memerhatikan berbagai aspirasi yang berkembang di antara para mitra dan aspirasi yang terdapat di pasar kerja,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Kasubdit Informasi Pemagangan Depnakertrans, Djati Ginting, turut menjelaskan, teknis pelaksanaan program pemagangan saat ini telah disesuaikan dengan pengertiannya menurut UU 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan. Di situ dijelaskan, pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan jasa di perusahaan dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Diungkapkan Ginting, pengertian pemagangan ini jangan diartikan dengan tenaga kerja murah, karena pemagangan merupakan bagian dari sistem pelatihan. Artinya, pelatihan
apa yang dikerjakan sama seperti karyawan di perusahaan tersebut. Hanya statusnya yang berbeda,” ujar Ginting. Lulusan S2 Fisip UI ini juga menyatakan, program pemagangan sangat efektif dalam meningkatkan kompetensi SDM sesuai dengan kebutuhan pasar. Pasalnya, mereka akan lebih siap terjun ke lapangan karena telah memiliki modal pengalaman kerja, bahkan sertifikasi. Selain pemagangan ini mampu menyiapkan tenaga kerja kompeten, pemagangan ini juga bisa berperan sebagai penyerapan tenaga kerja. “Perusahaan akan memberikan uang saku kepada peserta magang, meski jumlahnya lebih kecil. Peserta magang bisa saja direkrut menjadi karyawan di perusahaan itu, jika sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan perusahaan tersebut,” ujarnya.
“Perusahaan akan memberikan uang saku kepada peserta magang, meski jumlahnya lebih kecil. Peserta magang bisa saja direkrut menjadi karyawan di perusahaan itu, jika sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan perusahaan tersebut”(Djati Ginting) ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta. Pemagangan harus diselenggarakan secara terpadu melalui lembaga pelatihan, baik di Balai Latihan Kerja (BLK) atau Unit Pelatihan Perusahaan. “Peserta pemagangan akan dibekali teori atau konsep-konsep dan ada kegiatan pembelajaran di luar perusahaan,” tuturnya. Mengenai siapa yang menjadi instruktur, Ginting menyebut, bisa saja dari karyawan senior. Peserta magang diharuskan bekerja secara langsung di bagian proses produksi dan jasa di perusahaan agar peserta menguasai kompetensi tertentu yang ingin dicapainya. Penyelenggaraan program pemagangan ini harus dibuat khusus oleh perusahaan (based of company) untuk pembuatan kurikulum dan silabusnya. Metode pelatihan komposisinya 25% teori dan 75% praktik. “Yang kami harapkan peserta pemagangan benar-benar melakukan
Dalam magang, kompetensi utama yang harus dimiliki di antaranya skill (keterampilan), knowledge (pengetahuan), dan attitude (sikap). Target utama peserta magang adalah orang-orang yang belum pernah bekerja, baik lulusan SLTA atau perguruan tinggi. Faktanya, selama ini yang banyak berminat mengikuti program magang adalah lulusan SLTA. Ginting menyebutkan ada empat pilar dalam pengembangan SDM Indonesia. Pertama, lembaga pendidikan dengan target memberikan para siswanya pengetahuan yang bersifat akademis (teoritis) saja. Untuk melengkapinya, maka perlu pilar kedua, melalui lembaga pelatihan, seperti BLK. Di BLK ini, peserta mendapatkan kompetensi skill, knowledge, dan attitude. Kemudian, pilar ketiga yakni, pemagangan. Dalam proses ini peserta tidak hanya mendapatkan attitude, skill, dan knowledge, tetapi juga
27
HC Magazine/065/Agustus2009
PIJAKAN untuk menjadi peserta Program Pemagangan TCI,” ceritanya. Dijelaskan Seskoadi, Program Pemagangan TCI dirancang dengan mengadopsi sistem dan standar internasional yang dikenal dengan nama TAFE (Technical and Further Education) – melalui sebuah institusi yakni Central Queensland Institute of TAFE (CQIT). Dengan demikian, katanya, setelah para pemagang ini menyelesaikan program, mereka akan memperoleh sertifikat bertaraf internasional yang dikeluarkan langsung dari CQIT tersebut. “Alasan dipilihnya sistem maupun institusi ini karena para klien kami adalah klien internasional yang menuntut memperoleh experience (pengalaman), responsibility (tanggung jawab), dan accountability (bertanggung jawab terhadap pekerjaannya). “Jadi, dalam program pemagangan ini, peserta akan mendapatkan yang namanya ASKERA, yakni attitude, skill, knowledge, experience, responsibility, dan accountability,” kata Ginting menyederhanakan istilah. Selanjutnya, pilar keempat yakni, profesional, di mana selain ASKERA, seorang profesional akan mendapatkan pengetahuan yang bersifat ekonomik (efisien dan efektivitas) dan produktivitas. Dalam program pemagangan yang sudah berjalan sejak tahun 2006, lanjut Ginting, paradigmanya sudah berbasis pengguna (perusahaan). Selain maksudnya, pelaksanaan program pemagangan ini berdasarkan kebutuhan perusahaan itu sendiri, tetapi juga dilaksanakan melalui koordinasi Jejaring Pemagangan (JP) di daerah. Ginting menjelaskan, JP ini merupakan forum komunikasi dan pertukaran informasi antara stakeholder pe magangan yang meliputi: perusahaan, lembaga pelatihan kerja, pemerintah, asosiasi profesi, asosiasi lembaga pelatihan kerja, dan para pakar lainnya. Saat ini JP sudah tersebar di 17 provinsi. Sistem keanggotaan forum ini pun tidak terlalu mengikat, sebab yang lebih diutamakan adalah efektivitas bentuk formalnya. “Jadi, program pemagangan bukan hanya tugas Depnakertrans semata, tetapi menjadi tanggung jawab bersama,”
28
HC Magazine/065/Agustus2009
“Awalnya program ini hanya diikuti delapan orang lulusan sekolah menengah kejuruan. Namun seiring dengan perkembangan dan kebutuhan perusahaan, saat ini kami telah merekrut 85 orang setiap tahunnya untuk menjadi peserta Program Pemagangan TCI”(Seskoadi) ujarnya. Ginting berharap, sebaiknya pihak perusahaan juga menyadari bahwa program pemagangan ini dilihat sebagai bentuk investasi, bukan costcenter bagi perusahaan. Apa yang dilakukan PT Thiess Contractors Indonesia (TCI), salah satu perusahaan kontraktor internasional di bidang pertambangan dan mega konstruksi/ sipil berikut ini menarik untuk disimak. Sejak 1998, perusahaan tersebut telah merancang dan melaksanakan program pemagangan yang dinamakan TCI Apprenticeship Program (Program Pemagangan TCI). Menurut Training & Development Manager TCI, Seskoadi, tujuan program pemagangan di TCI ini tak lain adalah untuk mencetak tenaga-tenaga mekanik dengan standar kompetensi yang tinggi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. “Awalnya program ini hanya diikuti delapan orang lulusan sekolah menengah kejuruan. Namun seiring dengan perkembangan dan kebutuhan perusahaan, saat ini kami telah merekrut 85 orang setiap tahunnya
adanya pengakuan mutu yang sekaligus diakui secara internasional,” imbuhnya. Seskoadi juga mengungkapkan, selama peserta magang ini menjalani program pemagangan, mereka akan ditempatkan di semua lokasi proyek TCI di Indonesia secara bergantian. Kemudian, mereka harus juga menjalani pencapaian kompetensi on-job melalui bekerja di semua maintenance workshop (bengkel pemeliharaan) yang berada di bawah Divisi Pemeliharaan Alat (Plant Maintenance). “Selain mendapatkan honorarium yang semakin tinggi setiap mereka menyelesaikan satu tahun, para pemagang juga mendapatkan fasilitas kesehatan, akomodasi, dan asuransi selama jam kerja maupun di luar jam kerja,” paparnya memastikan. Bahkan, tambah Sekoadi, honorarium yang diterima pemagang ini jumlahnya bisa lebih besar dari UMP atau karyawan TCI. n
½ Day Ramadhan Workshop
On Be the Best for Your Company 2nd round From the book of “Jurus Jitu Jadi Karyawan No. 1” Thursday, August 27, 2009 Brew & Co, Menara Dea Workshop ‘Be the best for your company” pertama mendapatkan sambutan yang antusias dari berbagai kalangan professional. Dilandasi semangat membangun komunitas manajer-manajer tangguh Indonesia maka workshop tersebut dilanjutkan. Pada putaran kedua kali ini workshop terbagi dalam 2 bagian: Pertama tentang bagaimana cara mengenali lingkungan dan menciptakan kesempatan memberikan yang terbaik untuk perusahaan dan maju dalam karir. Kedua bagaimana mengelola dan mengarahkan emosi untuk keberhasilan penyelesaian pekerjaan dan peningkatan karir. 7 Jurus Jitu Jadi Karyawan No. 1 1.
Reinventing the new YOU! (Menemukan kembali potensi Anda)
2.
The In and External Factors You Need to Know (Mengenali lingkungan)
3.
Opportunity, DON’T MISS IT! (Mengenali kesempatan)
4.
Attitude Does Matter (Membangun sikap dan perilaku positif)
5.
The Leader in YOU (Kepemimpinan)
6.
Your number 1 buzz word: Networking (Membangun jejaring)
7.
Managing your emotion (Membangun benteng pertahanan)
Tiga alasan mengapa karyawan perusahaan Anda harus ikut workshop ini; •
Your company has to grow and sustain. Gain the best talent! Karena Anda ingin perusahaan maju dan berkembang. Untuk itu Anda harus punya karyawan-karyawan berkinerja tinggi.
•
Invest to the right people. Berikan pelatihan dan kesempatan yang terbaik untuk karyawan maka karyawan akan memberikan yang terbaik untuk perusahaan.
•
Simply; Be the Best Company. Menjadi perusahaan terbaik membutuhkan karyawan terbaik.
The Agenda WORKSHOP Be the Best for Your Company 2nd round JURUS JITU JADI KARYAWAN NO. 1 Thursday, August 27, 2009 Brew&Co, Menara Dea 15.30 – 16.30
How to create your own pool; get your own space to success!
Opening by Firdanianty, Chief Editor Human Capital Magazine
16.30 – 18.00
“Anger management; how to get benefit out of it”
“Your starting point to success: understand your environment and Positive Mind Set: Creating the Possible Attitude“ Widodo Aryanto, writer, trainer and consultant of GM Consultant
18.00
Closing dan Buka Puasa Bersama
13.30 – 13.55
Registration, networking and morning coffee
13.55 – 14.00 14.00 – 15.30
Anthony Dio Martin, Director HR Excellency NVESTASI
REGISTRASI & INFORMASI SPONSORSHIP:
Early Bird
: Rabu, 14 Agustus 2009
Normal price
Rp. 750.000,-/orang : Rp. 475.000,-/ orang
Promotion & Event Majalah Human Capital Suci : Phone (021) 7948068, 79190322, 93458971 Fax: 021-79190155 Email:
[email protected]
More than 3 person discount 10% Sponsor by:
29
HC Magazine/065/Agustus2009
REKRUTMEN
Menggali Kompetensi dengan Metode BEI Strategi rekrutmen yang tepat akan memberi hasil positif bagi perusahaan. Semakin efektif metode rekrutmen yang digunakan, semakin besar pula keberhasilan untuk mendapatkan karyawan yang sesuai bagi perusahaan.
Anung Prabowo
P
roses rekrutmen merupakan awal etape dalam manajemen sumber daya manusia di perusahaan. Sejauh ini, ada banyak metode rekrutmen yang dapat digunakan perusahaan dalam mencari kandidat terbaik. Mau tak mau, hal ini menjadi tantangan bagi praktisi HR, terutama yang bergelut di divisi rekrutmen. Kesalahan dalam merekrut karyawan akan menimbulkan banyak masalah di perusahaan. Selain mengganggu dinamika di lingkungan kerja, baik menurunkan moral karyawan maupun menghambat pencapaian kinerja perusahaan, biaya yang ditimbulkan akibat salah rekrut bisa mencapai puluhan kali gaji karyawan yang bersangkutan. Salah satu kunci keberhasilan dalam proses rekrutmen terletak pada teknik wawancara dengan kandidat karyawan. Kini semakin banyak perusahaan yang menggunakan metode evaluasi perilaku (behavior test). Salah satunya melalui metode Behavioral Event Interview (BEI). Metode ini dianggap mampu menggali kompetensi kandidat dengan baik dan efektif. Bagaimana pembuktiannya? R. Chandra, Senior Consulting Partner Menara Kadin Learning Center, men jelaskan, BEI adalah salah satu metode assessment melalui wawancara yang bertujuan untuk menilai kompetensi seseorang berdasarkan contoh perilaku yang muncul, dan memprediksi perilaku yang akan datang berdasarkan perilaku masa lalu. “BEI merupakan salah satu perubahan paradigma dalam metode rekrutmen saat ini. Di masa lalu metode wawancara hanya menggali atau mengeksplorasi dinamika mengenai psikologis saja. Sementara BEI fokus pada penggalian perilakunya,” tutur Chandra. Diungkapkannya, BEI mulanya di kembangkan oleh David McClelland dan Bill Byham pada awal 1970-an. Sebelumnya mereka menamakan metode ini Targeted Selection Interview. “BEI ini nama generiknya,” kata Chandra mengistilahkan. Menurut mantan Konsultan Senior di PT Daya Dimensi Indonesia (DDI) ini, perbedaan BEI dengan metode rekrutmen lain adalah, BEI merupakan metode wawancara berbasis kompetensi yang fokusnya untuk menilai behavioral evident (bukti munculnya perilaku). “Perilaku tersebut menunjukkan bahwa dia pernah melakukan pekerjaan itu,” imbuhnya. Jadi, metode ini akan memprediksi kinerja seseorang di masa
30
HC Magazine/065/Agustus2009
REKRUTMEN depan berdasarkan hasil kinerjanya di masa lalu. Chandra membandingkan BEI dengan metode rekrutmen lain (non kompetensi) yang umumnya hanya menitikberatkan pada penilaian terhadap perilaku yang ideal saja. Menurutnya, BEI lebih unggul karena memiliki tingkat akurasi, objektivitas, dan keadilan (fair) yang tinggi. Namun demikian, diakuinya, BEI juga memiliki kelemahan, yaitu kurang efektif digunakan untuk kandidat yang tidak memiliki past performance (kinerja masa lalu) sama sekali. Misalnya, merekrut kandidat fresh graduate. Lulusan S1 Fakultas Psikologi Univeritas Indonesia (1984) ini memaparkan, melalui BEI indikator perilaku akan muncul sesuai yang diceritakan oleh kandidat. Selanjutnya, indikator perilaku bisa dilihat dari kamus
BEI akan efektif jika didukung competency profiling, demikian Chandra menyimpulkan. Agar competency profiling akurat, perusahaan harus memiliki kamus kompetensi untuk mencari indikatornya. Selain itu, lanjut Chandra, BEI akan sangat efektif jika digunakan dalam Assessment Center (AC). Kenapa efektif? Ayah dua anak ini menjelaskan, AC merupakan satu metode assessment yang sangat komprehensif karena memiliki banyak assessor. “Tools-nya juga banyak,” ujarnya menambahkan. BEI juga efektif bila kompetensi yang digunakan tidak hanya mengandung perilaku-perilaku yang sifatnya behavioral tangible (perilaku yang kelihatan), melainkan juga mengandung potensi yang intangible (tidak kelihatan). “Makanya, saat ini kami sedang mengembangkan metode kompetensi yang didalamnya tidak hanya berisi perilaku yang
Dan ketiga, membuat pedoman wawancara yang sistematis sehingga wawancara lebih fokus. Selain itu, untuk mempermudah penerapan BEI, seorang pewawancara perlu mengenali kata kunci (key words) atau kalimat kunci (key sentences) yang menunjukan adanya behavioral evident. Selain itu, “Jangan mengajukan pertanyaan dengan kata awalan: biasanya, seandainya, umumnya, atau bagaimana menurut Anda,” ujar Chandra menyebutkan. Pasalnya, awalan tersebut akan memunculkan jawaban teoritik atau opini. Sementara itu, Suzana Carolina selaku Recruitment/HRD & Legal Aspect Universitas Pelita Harapan (UPH) mengungkapkan, pihaknya masih dalam tahap pengembangan penggunaan BEI pada sistem rekrutmen di UPH. “Pendekatan metode ini belum dikembangkan secara menyeluruh dalam organisasi kami,” ujarnya
“Kita bisa menemukan yang namanya bisnis kompetensi. Dari sini bisa diturunkan lagi ke unit kompetensi, demikian seterusnya sampai kompetensi ke pekerjaan karyawan” (R. Chandra) kompetensi (competency dictionary) yang dimiliki perusahaan. Kamus kompetensi ini berisikan kumpulan dari berbagai kompetensi karyawan, baik itu kompetensi yang soft (perilaku) maupun hard (teknis) yang telah ditentukan perusahaan. Namun, sebelum membuat kamus kompetensi ia menganjurkan agar perusahaan membuat competency profiling (proses analisa kompetensi) terlebih dahulu. Proses analisa kompetensi merupakan awal merumuskan strategi dan sasaran perusahaan. “Kita bisa menemukan yang namanya bisnis kompetensi. Dari sini bisa diturunkan lagi ke unit kompetensi, demikian seterusnya sampai kompetensi ke pekerjaan karyawan,” ujar Chandra menjelaskan. “Kalau saya bilang seseorang punya kompetensi komunikasi yang baik, hal itu karena ada buktinya dari cerita yang dia sampaikan. Indikatornya adalah, dia pernah mewancarai orang dengan baik, sehingga wawancaranya sukses dan mendapat berita yang bagus,” tuturnya memberi contoh kompetensi wartawan.
tangible saja, tetapi juga didukung potensi intangible yang terdiri dari sikap dan kepribadian,” ungkapnya meyakinkan. Ia menyebutkan, metode yang dikembangkannya ini perpaduan antara metode BEI dengan Inventory Test. Melalui Inventory Test dipastikan pewawancara bisa menggali sikap dan kepribadian seseorang. Chandra menyampaikan, ada tiga hal yang dibutuhkan seorang assessor atau pewawancara yang menggunakan metode ini. Pertama, pemahaman mengenai kompetensi yang akan digali. Artinya, dia mesti mengetahui kamus kompetensi yang ditentukan perusahaan. Kedua, kemampuan untuk menggali konsep S/TAR, yakni Situation/Task, Action, dan Result. “S/ TAR mengubah paradigma orang dalam melakukan interview. Yang tadinya hanya menerima jawaban yang teoritik dan opini saja, menjadi menerima jawaban yang behavioral evident,” katanya menjelaskan.
mengakui. Kendati demikian, menurut Suzana, beberapa manfaat sudah kelihatan. Berdasarkan pengalamannya meng implementasikan BEI, ia mencatat tiga hal yang berpotensi menjadi kendala. Pertama, memerlukan kamus kompetensi yang baku atau standar. Kedua, pendekatan metode ini mengkondisikan kebutuhan akan beberapa orang pewawancara yang kompeten, sehingga proses integrasi data dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik. Dan ketiga, pendekatan metode ini masih perlu dikembangkan secara spesifik dalam penerapannya untuk para fresh-graduate. Sebagaimana disampaikan Chandra, sistem ini hanya dapat memotret rekam jejak kandidat yang telah memiliki pengalaman kerja. Sementara untuk para fresh graduate, BEI belum bisa berperan banyak. n
31
HC Magazine/065/Agustus2009
AKADEMIA
Prof. DR. Ir. H. Soleh Solahuddin, M. Sc
Lebih Dekat dengan Sosok Sang Profesor Motivator From zero to hero. Kalimat pendek ini rasanya tepat untuk menggambarkan kisah perjalanan Soleh Solahuddin, anak kampung Leuwigoong, Garut, Jawa Barat, yang berhasil menjadi Menteri Pertanian di era reformasi. Bagaimana kisah perjalanan kariernya?
Rudi Kuswanto
32
HC Magazine/065/Agustus2009
K
arangan bunga berjejer di pintu masuk Gedung Institut Pertanian Bogor (IPB) International Convention Canter, Botani Square, Bogor, Minggu 12 Juli 2009. Deretan karangan bunga ini menandai purnabhakti Prof. Dr. Ir. H. Soleh Solahuddin, M. Sc. sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kemeriahan acara terasa begitu memasuki aula di lantai dua yang dihadiri oleh ratusan orang, baik teman-teman seperjuangan, sejawat dari IPB, dan keluarga. Tampak hadir pula para politisi seperti Akbar Tanjung dan Fahmi Idris, beberapa pejabat departemen serta para guru besar dan alumni IPB. Langkah Soleh sebagai abdi negara memang berakhir sejak dikeluarkannya surat Keputusan Presiden No. 17/PENS 2008 tentang “pemberhentian dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun”, pada bulan November 2008 yang berlaku efektif pada 1 Mei 2009, berhubung pada 12 April 2009 Soleh memasuki usia 65 tahun. Kepada majalah Human Capital (HC) yang menemuinya usai acara orasi purnabhakti, Soleh mengungkapkan bahwa sebagai PNS ia memang dibatasi usia. “Namun sebagai seorang akademisi, tanggung jawab saya selama hayat masih di kandung badan,” katanya bersemangat.
Ia bertutur tentang kegiatannya mem berikan bimbingan kepada mahasiswa S3 di IPB dan di Universitas Negeri Jakarta. Dari sini sudah terlihat komitmen Soleh yang tinggi atas pendidikan, dan ia meyakini pendidikan sebagai awal dari kunci keberhasilan pembangunan sumber daya manusia (SDM). “Bangsa yang kuat adalah bangsa yang mau mengembangkan SDM-nya. Brazil, Rusia, RRC dan India boleh dibilang sukses sekarang, tapi mereka mempersiapkannya sejak 25 tahun lalu. Keberhasilan suatu negara tidak datang secara tiba-tiba, tapi harus direncanakan dengan baik,” ujarnya dengan semangat. Ucapan bermakna yang keluar dari kakek 11 cucu ini begitu meresap. Soleh ingat betul bahwa keluarganya sangat peduli akan pentingnya pendidikan. Ia lahir di kaki Gunung Haruman, Kampung Jampang, Desa Leuwigoong, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat dengan nama Azis. Lantaran sering sakit, maka namanya diganti menjadi Soleh dengan panggilan sehari-hari Jeng Eleh. Soleh dibesarkan dalam kondisi ekonomi keluarga kurang mendukung serta dalam situasi suhu politik yang memanas karena waktu itu Indonesia masih dalam suasana agresi penjajahan Belanda. Kondisi ini makin meruncing setelah terjadi perang saudara antara TNI dan DI/TII pada 1949. Situasi kampung halaman yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk hidup dan ditinggali, membuat keluarga Soleh hijrah ke Jakarta. Soleh yang ketika itu masuk usia sekolah akhirnya dimasukkan ke Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar sekarang, red) Arjuna di kawasam Roxy, Cideng Barat. Di Jakarta ini, Soleh hanya sampai kelas 5, lantaran usaha krupuk “Itikurih” sebagai penopang ekonomi keluarga yang dirintis oleh ayahnya dan mulai membuahkan hasil, mengundang orang-orang yang tidak senang. Alhasil, pabrik krupuk ini ludes terbakar saat ditinggal mudik lebaran. Keluarga Soleh akhirnya hijrah ke Bandung dan memulai babak baru. Ayahnya membuka usaha konveksi membuat celana komprang dari kain blacu. Sementara Soleh dicarikan sekolah di SR Ciateul di daerah Bandung Selatan. Soleh harus berjuang jalan kaki sejauh 4 kilometer tiap harinya. Dengan alasan kurangnya pendidikan Islam oleh ayahnya, Soleh berganti sekolah untuk ketiga kalinya di SR Islam. Soleh berhasil menamatkan sekolah
dasarnya di SR Islam dengan predikat lulus terbaik dan ia pun mengantongi tiket untuk bisa diterima di SMP Negeri 3, sekolah favorit di Bandung. Di SMP ini prestasi akademiknya dipertahankan sehingga ia bisa masuk ke SMA Negeri 4. Soleh menjalani masa-masa SMA bersama sepeda onthel pemberian ayahnya. Keadaan Soleh bisa dikatakan kontras dengan mayoritas murid SMA 4 yang berasal dari kalangan the haves. Toh, Soleh tetap bersemangat mesti seragamnya cuma satu, baju putih dan celana berbahan drill khaki, harus sering disetrika sehabis dicuci malammalam setelah seharian kehujanan atau kotor karena menggowes sepeda di jalanan becek. Nasib ‘tragis’ sempat
“Bangsa yang kuat adalah bangsa yang mau mengembangkan SDMnya. Brazil, Rusia, RRC dan India boleh dibilang sukses sekarang, tapi mereka mempersiapkannya sejak 25 tahun lalu. Keberhasilan suatu negara tidak datang secara tiba-tiba, tapi harus direncanakan dengan baik.” (Soleh Solahuddin) menghinggapinya saat tes ujian akhir. Baju seragam kesayangan dan satu-satunya ini diambil oleh pencuri yang kebingungan tidak menemukan barang berharga di rumahnya. Dengan seragam pinjaman yang kebesaran, Soleh memang tidak bisa konsentrasi menempuh ujian. Meski begitu Soleh berhasil lulus dengan nilai terbaik dan diterima di IPB tanpa tes. Di sinilah Soleh mulai memasuki dunia perguruan tinggi. Dari Bandung, Soleh menuju Bogor dengan dua barang bawaan. Pertama, sekoper pakaian yang terselip ijazah dan surat panggilan kuliah, dan barang kedua berupa sepeda tor-pedo kesayangannya. Masih dengan sepeda gowesannya, Soleh bersemangat men daftar di IPB, di Fakultas Pertanian yang waktu itu, Agustus 1963, masih berada di bawah naungan Universitas Indonesia (UI) Salemba. Sehabis masa
perploncoan, Soleh bersama mahasiswa lain berduyun-duyun naik kereta menuju Gelora Senayan dan dilantik oleh Bung Karno sebagai mahasiswa UI. Di Senayan ia dan teman-temannya bertemu dengan mahasiswa baru UI dari Fakultas Ekonomi, Psikologi, Kedokteran dan Hukum. Rupanya pelantikan di Senayan ini merupakan pertama dan terakhir karena tak lama sesudahnya, pada 1 September 1963, IPB dinyatakan berdiri sendiri, terdiri dari Fakultas Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Kedokteran Hewan dan Perikanan. Metamorfosis Soleh dimulai dari aktivitasnya di ke giatan kemahasiswaan ekstra kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), hingga terseret arus politik yang waktu itu memanas menjelang peristiwa G-30-S/PKI. Soleh bersama 4 teman yang vokal menelan pil pahit diskors dari IPB lantaran beda pendapat dan diadukan sebagai mahasiswa pembuat onar di kampus meski akhirnya namanya direhabilitasi. Soleh melampaui karier tertingginya sebagai aktivis mahasiswa dengan menduduki posisi Ketua Umum HMI Bogor dan Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA). Di tengah kesibukannya inilah Soleh membuat keputusan penting, melamar dan melangsungkan pernikahan dengan mojang priangan pujaannya, Aan Siti Sianah yang kelak memberikan keturunan 6 putraputri, 3 di antaranya lahir kembar. Aktualisasi diri Soleh sebagai seorang akademisi dimulai saat kembali dari dinas luar saat ia mengikuti proyek Bappenas. Sejak Maret 1974September 1975 ia diangkat sebagai dosen muda. Soleh yang waktu itu masih bersemangat mengajar, mencoba ikut tes bahasa Inggris sebagai salah satu syarat untuk ikut program S2/S3 dari MUCIA (Midwest University Consortium for International Activities, Inc). Ia bisa melewatinya hingga kemudian berangkat menuntut ilmu ke Amerika Serikat. Dua tahun berikutnya Soleh berhasil menyandang gelar Master of Science (MSc) Agronomi. Meski awalnya beasiswa Soleh hanya untuk program S2, namun Ketua Departemen Agronomi University of Wisconsin, Prof. Jhon Pandleton merujuk nilai yang diraihnya dan memberi rekomendasi untuk melanjutkan program S3 di MUCIA/ USAID. Berkat kerja kerasnya yang pantang menyerah dan dukungan anak dan istri yang diminta untuk menyusul dan menetap di AS, Soleh berhasil menyelesaikan disertasinya dan berhak
33
HC Magazine/065/Agustus2009
menambahkan gelar Doktor di depan namanya. Sepulang menimba ilmu dari AS, tugas dan tanggung jawab Soleh sebagai dosen makin meningkat. Setahun tiba, ia diangkat sebagai Ketua Departemen Agronomi IPB untuk periode 4 tahun dari 1982-1986. Belum selesai pada periode kedua, Soleh diangkat sebagai Dekan Fakultas Pertanian IPB mulai 1986-1990. Perjalanan karier Soleh memang panjang untuk diceritakan. Terlebih saat ia menjabat sebagai Rektor Universitas Halioleo (Unhalu) yang terbilang mencekam. Kisahnya ber mula saat ia hampir menuntaskan tugasnya sebagai Dekan Faperta IPB. Suatu hari ia dihubungi oleh Ir. Oetomo Djajanegara, Sekretaris Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang memintanya untuk bersedia dicalonkan sebagai Rektor Unhalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Singkat cerita, ia diangkat menjadi Rektor Unhalu pada 2 Maret 1990. Di Unhalu inilah kematangan Soleh diasah dengan berbagai ujian berupa teror dan intimidasi dari orang-orang yang tidak menyukai kedatangannya sebagai orang dari luar daerah. Indikasi nya, pelantikannya harus dilaksanakan di Kantor Gubernur, tidak di dalam kampus. Selama 2 bulan tinggal di hotel setelah dilantik, Soleh juga masih sering mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Selama 6 tahun Soleh tabah meng hadapi ujian dan tantangan di Bumi Kendari, dan saat ia bersemangat membuat karya nyata di periode yang kedua, almamaternya memanggil. Soleh yang dicalonkan sebagai Rektor IPB terpilih dengan suara terbanyak dan menggantikan Prof. Sitanala Arsyad, hingga dilantik oleh Mendikbud Prof. Wardiman Djojonegoro pada 28 Maret 1996. Nyatanya, jabatan rektor ini berjalan singkat. Kepemimpinnannya sebagai rektor yang baru berlangsung 2 tahun, pada saat terjadi reformasi, Presiden B.J Habibie memintanya menjadi Menteri Pertanian. Anak dusun Leuwigoong itu pun menjabat sebagai Menteri Pertanian, meski hanya sebentar, yaitu dari 23 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Pada saat menjabat Menteri Pertanian, penggemar olahraga golf ini ternyata sempat dilantik menjadi anggota MPR pada 1998 namun hanya bertugas 3 bulan karena tidak bisa dirangkap dengan jabatan Menteri.
34
HC Magazine/065/Agustus2009
Bagaimana sosok Soleh di mata rekan sejawatnya? Prof. Wattimena mengenang, pertama kenal Soleh saat ia sebagai dosen penguji tesis S1. Rupanya dunia berputar dan Wattimena mengaku makin akrab saat bersama-sama melanjutkan studi di AS. “Mungkin tidak banyak yang tahu bagaimana menderitanya kami di Amerika karena allowance yang kami terima ini hanya sepertiga dari allowance normal, sehingga kami harus jungkir balik. Soleh mengajarkan kami, para mahasiswa dari Indonesia ini, bagaimana caranya untuk hidup dengan selamat,” katanya. Wattimena ingat betul saat ia berencana memboyong anak dan istrinya ke negeri Paman Sam tapi terkendala masalah administratif. “Dulu ada aturan kalau mau mengajak keluarga harus memenuhi syarat tambahan, yakni memiliki rekening tabungan minimal US$ 2.500. Di sini lagi-lagi Soleh memberikan solusi jitu dengan mengajak teman-teman lain urunan dan melakukan transfer sementara agar syarat tadi terpenuhi. Nanti setelah beres uangnya dikembalikan lagi ke teman-teman. Ketenangan Pak Soleh menjadi panutan bagi kami,” ungkap Wattimena mengenang. Wattimena juga menilai Soleh sebagai orang yang multi sukses. “Baik studi di kampus, pacaran hingga menjadi keluarga yang bahagia sampai ke berhasilannya dalam urusan politik. Beliau bisa disebut sebagai Margaret Thatcher-nya IPB yang sukses meniru proses belajar biokimia hingga ke pentas panggung politik,” katanya. Prof. Safri Mangkuprawira juga se pendapat bahwa Soleh banyak mem berikan inspirasi. Ia mengaku kenal pertama di medio September 1963 sewaktu masih sama-sama aktif di organisasi kemahasiswaan baik di intra kampus IPB maupun di ekstra kampus HMI. “Bakat beliau dalam akademik dan kepemimpinan sudah terlihat dan sangat menonjol. Misalnya, Soleh adalah mahasiswa yang tidak pernah ikut ujian ulangan atau HER waktu itu, tidak seperti saya, padahal beliau mungkin malah lebih sibuk dari saya. Nggak tahu ilmunya, nyontek kali ya,” ujarnya berseloroh. Hal lain yang masih lekat dalam ingatan Safri adalah komitmen Soleh saat menduduki posisi strategis menjadi Rektor IPB dan Unhalu untuk terus mendorong para staf pengajar agar mau menempuh studi lanjutan di luar negeri. “Kalau menggambarkan sosok Soleh, beliau memiliki visi yang kuat,
inovator, tegas dan mampu membangun kepercayaan dan keharmonisan dalam organisasi serta menjalani manajemen amanah. Pergaulannya juga sangat luas, mulai dari tukang kebon hingga ke kalangan elit di level nasional dan internasional,” papar Sjafri. Sementara itu Prof Andi Bahrun, dosen dari Unhalu mempunyai kenangan yang indah bersama Soleh selama 6 tahun bermukim di Kendari. “Bagi kami, sosok Soleh adalah seorang inspirator, motivator, pelaku perubahan dan dia telah berhasil membuktikan keraguan yang dialamatkan kepadanya saat menjabat sebagai Rektor Unhalu dengan karya-karya nyata dan gagasan yang brilian,” tutur Andi memuji. Kekaguman Andi yang lain, me nurutnya, Soleh memiliki kesabaran yang luar biasa. “Kami bisa merasakan kesengsaraan keluarga Soleh saat bertugas di daerah Kendari, dengan teror bahkan intimidasi dari orangorang yang tidak menyenangi ke hadirannya. Hebatnya, semua ini justru bisa diselesaikan secara damai, dengan penuh kesabaran dan semangat silaturahmi,” kenang Andi sambil tak lupa memohon maaf kepada keluarga Soleh atas perlakuan masyarakat di Sulteng atas sikap-sikap yang kurang bersahabat. Selamat purnabhakti Pak Soleh. Bangsa ini masih menunggu karya-karya Bapak selanjutnya. n
Biodata Singkat: Nama: Prof. DR. Ir. H. Soleh Solahuddin, M. Sc Tempat dan Tanggal Lahir : Garut, 12 April 1944 Karier Akademik: Ketua Departemen Agronomi IPB (1982-1987) Dekan Fakultas Pertanian IPB (1986-1990) Rektor Universitas Haluoleo Kendari (1990-1996) Rektor IPB (1996-1998) Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (1998, 3 bulan) Menteri Pertanian (1998-1999)
KISAH
PEMBANGUN DAN PERUSAK Anthony Dio Martin
K
etika bom meledak di JW Marriott dan Ritz Carlton 17 Juli lalu, Indonesia kembali berduka. Sama sekali tidak menyangka bahkan tidak percaya! Kejadian ini terulang lagi di tengah pesta Pemilu yang baru usai dan persiapan kehadiran tim sepakbola MU yang banyak ditunggutunggu. Atas peristiwa duka ini, saya membuat sebuah coretan di facebook tentang kisah pembangun dan perusak, sebagai sebuah catatan duka.
Namun tak lama kemudian, tangan nya mulai mengepal erat. Palu serta berbagai alat pahatnya mulai digengam kembali. Ia tahu, tak ada gunanya ia meratap dalam kesedihan. Ia bangkit untuk membangun kembali! Si pematung berjanji akan terus membangun, membuat patung yang lebih baik. Sambil berharap, saudaranya akan menjadi tersadar. Tapi sementara itu, ia akan terus memahat patungnya. Sebab kodrat batinnya adalah…MEMBANGUN!
Ada sebuah kisah tentang dua saudara, seorang pematung dan seorang lagi perusak. Si pematung, bekerja siang dan malam. Tanpa kenal lelah ia membangun dan memahat serta memperbaiki patungnya. Se telah itu, patungnya ditinggalkan untuk beristirahat. Malam harinya, datanglah si perusak, saudaranya. Dan, di saat-saat ketika si pematung sedang lengah itulah, si perusak, saudaranya ini, mulai merusakkan patung yang telah dibangun dengan susah payah. Si perusak tidak peduli bahkan ia menikmatinya. Patung yang dikerjakan dengan peluh bahkan tetesan airmata kesakitan, menjadi sia-sia. Pikiran, tenaga dan harapan bertahun-tahun menjadi sirna.
Pembaca, si pematung adalah’merekmereka’ yang tetap tekun membangun dan berkarya, berpeluh dan airmata untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa ini. Mungkin, termasuk Anda yang membaca tulisan ini. Yang selama ini telah berusaha melakukan yang terbaik.
Keesokan hari, di depan patung yang telah hancur, si pematung duduk termenung, meratap dan menangis. Dalam hati, ia bertanya, ”Mengapa ada saudara yang begitu teganya? Mengapa?” Untuk beberapa saat, si pematung itu termenung dan meratap.
Terus Membangun, Meskipun…
Sementara, si perusak adalah ’mereka-mereka’ yang tidak suka dengan apa yang dibangun dan terus merusak. Dalam kekacauan, mereka merasakan kemenangan. Senang ketika saudaranya terluka, bahagia ketika bangsa kita tetap menjadi ’paria’. Senang dan bahagialahmereka, ketika mereka terusmenerus mencium bau ketakutan, kebencian, kemarahan dan kesedihan di antara bangsa ini. Memang, akan melemahkan mental, kalau kita bayangkan apa yang kita bangun akhirnya dirusak dan bahkan mungkin akan terus dirusak lagi. Tetapi, tugas kita haruslah tetap memahat dan berkarya. Itulah kodrat kita yang sebenarnya.
Meski ada yang akan menghancurkan. Tidak menghentikan tekad kita untuk menciptakan generasi dan bangsa kita yang lebih baik. Apalagi, barubaru ini, survey produktivitas bangsa menempatkan kita di nomer 59 dari 60 negara yang disurvei (Kompas, 18/7/2009). Sungguh banyak kerja keras membangun yang perlu dilakukan, daripada meratapi apalagi menyerah dalam ketakutan. Saya teringat, tatkala laboratorium nya terbakar, Thomas Alva Edison hanya menatap sisa debu dan arang yang terbakar dengan berkata,
“Kesempatan bagi saya untuk membangun kembali dan me lupakan cara-cara yang salah selama ini!”. Bahkan, setelah
kejadian Hiroshima dan Nagasaki yang menghancurkan semangat bangsa Jepang, untungnya masih ada beberapa pembesar di Jepang yang menyuarakan kepada rakyatnya untuk tidak berputus asa, terus berjuang dan membangun kembali dari puingpuing yang ada. Kenyataannya, tidak dibutuhkan waktu lama bagi bangsa Jepang untuk bangkit dari keterpurukan setelah kekalahan di Perang Dunia II. Nah, saatnyalah bagi kita untuk tidak terus hidup dalam ketakutan, perasaan negatif dan kekhawatiran. Memang kita sangat marah dengan para perusak yang telah menghancurkan apa yang kita bangun dengan susah payah bagi bangsa ini. Tetapi, kita tidak boleh tenggelam dalam perasaan negatif saja. Saatnya bagi kita untuk mulai bangkit dan membangun kembali. Banyak PR yang menanti diselesaikan, termasuk menaikkan produktivitas bangsa ini! Pembaca, saatnyalah bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita bisa ‘membangun’ lebih banyak! Bahkan JUSTRU AKAN LEBIH HEBAT DAN LEBIH BAIK lagi! Bahwa kita pun TIDAK AKAN PERNAH MENYERAH untuk terus MEMBANGUN!
(Penulis adalah trainer dan penulis buku, host program radio Smart Emotion di SmartFM dan host program televisi ‘EQ Inspiration’ di Q-TV. www.anthonydiomartin.com)
35
HC Magazine/065/Agustus2009
Kusmayanto Kadiman
”Orang Bijak Belajar dari Kesalahan Orang Lain” Di mata seorang Kusmayanto Kadiman, Indonesia tertinggal jauh dibanding negara lain dalam hal penguasaan riset dan teknologi. Namun, bukan berarti bangsa kita tidak bisa mengejarnya. Kuncinya ada tiga: dengarkan, pelajari, dan lakukan perubahan. Rina Suci Handayani
S
empat tidak menyangka saat dipercaya mengemban amanah sebagai menteri negara Riset dan Teknologi di kabinet Susilo Bambang Yudhoyono, Kusmayanto Kadiman yang lebih suka disapa KK ini berseloroh ”mimpi kali ye.” Mantan rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) periode 2001-2004 ini punya visi memajukan penelitian, infrastruktur, telekomunkasi dan peningkatan mutu pendidikan hingga mampu bersaing di tingkat global. Disadari atau tidak, gempuran teknologi canggih kian menyerbu Indonesia. Namun demikian, bukan berarti angka melek teknologi di Indonesia juga sudah tinggi. Berdasarkan data Antara News, dari 100 orang penduduk Indonesia hanya 1,36 persen yang melek teknologi komputer. Angka tersebut sangat jauh di bawah negara tetangga Malaysia yang jumlah penduduk melek komputernya sebesar 19,7 persen dan Singapura yang mencapai 76,11 persen. Indonesia sendiri menargetkan 50 persen penduduknya ’melek’ teknologi pada 2015. Sungguh sebuah tantangan besar untuk mewujudkannya. ”Generasi Indonesia adalah generasi nol buku, yaitu rabun membaca, lumpuh menulis dan pincang me ngarang. Begitulah kata Taufik Ismail menggambarkan generasi kita,” tutur KK dalam sambutannya di malam penganugerahan MAKE Award, Rabu, 15 Juli lalu di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta Pusat. Padahal pengetahuan adalah sesuatu yang perlu ditulis dan dibagikan, itulah pendapat KK yang prihatin dengan generasi nol buku seperti yang Taufik Ismail katakan.
36
HC Magazine/065/Agustus2009
kebijakan yang bijak tentu kembali kepada pucuk pimpinannya yang saat ini dipegang oleh KK. Barangkali semua setuju jika proses kepemimpinan butuh kemampuan, kesabaran dan keberanian dalam menghadapi pilihan. ”Dalam hidup ini kita dihadapkan kepada pilihanpilihan, begitu pula saya,” kata KK kepada HC seusai acara MAKE Award. Menurut KK ada proses dan maqom yang perlu manusia lalui laiknya manusia biasa maupun sebagai orang yang diberi kepercayaan. Menjadi bijak pun, baginya adalah hal yang manusiawi dan alamiah. ”Tadinya saya orang baik, lalu dalam perjalanan saya, saya menaikkan maqom saya menjadi orang bijak,” kata KK seraya melanjutkan berkelakar, ”karena itu di lapangan golf saya menang melulu, ha ha ha. Saya belajar dari kesalahan dan kekalahan orang lain.” Mendengarkan KK sekaligus menjadi hiburan tersendiri. Sepanjang pembicaraannya selalu diselingi humor yang mengundang tawa minimal senyum pendengarnya. Tapi KK sendiri sebenarnya lebih suka
”Menjadi bijak adalah rencana jangka panjang. Seperti anak kecil berlari jatuh tapi nekad. Kuncinya itu tadi, banyak mendengar, banyak belajar, dan mau berubah.” (Kusmayanto Kadiman) Pengalaman berinteraksi dengan dunia riset dan teknologi membuat KK paham bahwa untuk memajukan IPTEK di Indonesia diperlukan sinergi antara tiga aspek penting. KK menyebutnya sebagai konsep triple helix ABG (Academicians, Businessmen, and Government/akademisi, pebisnis,dan pemerintah). Sasarannya adalah pem berantasan kemiskinan. ”Dengan ber kurangnya kemiskinan akan semakin baik akses masyarakat ke dunia IPTEK. Maka muara komersialisasi IPTEK bukan sekadar misi, tapi keniscayaan yang bisa mendukung perwujudan visi pembangunan negara,” ujarnya. Kementerian Ristek tentu saja kebagian tugas yang menantang ini dan alur
jika dia bisa mendengarkan orang lain lebih banyak daripada didengarkan. Bagi KK, pengalaman, keikhlasan dan mau mendengarkan orang lain adalah perjalanan yang bisa membawa seseorang menuju maqom wisdom. ”Karena itu motto yang saya pakai dalam hidup saya adalah, ’I listen, I learn, I change’. Ketiga hal itu yang paling sulit bagi kita ya,” ungkap KK. ”Pura-puranya saya mendengar, padahal dalam hati saya mengatakan, ’berhenti dong, giliran gue ngomong nih’,” katanya memberi contoh. ”Dengan banyak mendengar saya bisa banyak belajar. Oh, ini bagus, yang ini tidak. Sesudah itu untuk menjadi lebih bagus
saya mesti berubah,” katanya bertekad. KK tidak menampik bahwa dirinya sudah memiliki niat menjadi orang yang bijak. ”Niat saya sudah ke tahapan wisdom. Lihat saja rambut saya. Aslinya hitam, dicat warna putih supaya kelihatan seperti orang bijak, hahaha,” kata KK berkelakar. ”Menjadi bijak adalah rencana jangka panjang. Seperti anak kecil berlari jatuh tapi nekad. Kuncinya itu tadi, banyak mendengar, banyak belajar, dan mau berubah,” ujarnya berfilsafat. Setiap manusia punya kebutuhan dan cara masing-masing menuju maqom bijaknya. Tidak selalu menunjukkan lambang, namun kembali ke aksi masing-masing orang. ”Jangan segan untuk berubah. Memang sulit, tapi jangan takut gagal,” saran KK. Menurut KK, dalam mencapai maqom wisdom tidak ada pengetahuan yang umum karena setiap orang berbeda satu dengan lain. ”Ini sebuah pilihan, sama seperti memilih rute mana yang kamu pilih. Demikian pula menjadi orang bijak. Titik berangkatnya belum tentu sama,” kata penggemar makanan Sunda ini. ”Cara menuju wisdomnya mau bagaimana? Mau naik ojek, angkot, taksi, atau mobil pribadi?,” tutur ayah tiga anak ini beranalogi. Perhatian KK sebagai Menteri Ristek yang akan berakhir masa baktinya sebentar lagi tidak melulu seputar masalah riset. Bisa juga tentang promosi dan pemasaran. ’Kampanye Digital Jurus Pamungkas Pemasaran’, begitu salah satu tulisan terbaru KK di Harian Bisnis Indonesia online, Selasa 21 Juli lalu. Dalam tulisan tersebut KK berwacana bahwa sebuah keniscayaan bila pemasaran yang efektif dan efisien bisa didapuk melalui kampanye digital. Dan, kreasi digital adalah salah satu alat imajinasi yang luas dan sarat inspirasi. Mungkin saja tulisan KK terinspirasi dari berbagai negara yang sudah melek era digital, Jepang atau Amerika, misalnya. Bagi KK bergaul dan berinteraksi dengan sesama adalah bagian dari perjalanan menuju maqom wisdomnya. ”Gaul bersama kawan itu penting,” katanya. ”Orang baik belajar dari kesalahan sendiri, sementara orang bijak belajar dari kesalahan orang lain,” kata alumni Ph.D System Engineering Australian National University, 1988, ini mengingatkan. Berguna bagi orang lain, KK menerjemahkannya kredonya menjadi ILC, yaitu: I listen, I learn, I change. Semoga kredo dari pria murah senyum dan humoris ini bisa menginspirasi banyak orang. n
37
HC Magazine/065/Agustus2009
Simas Sehat Corporate (SSC)
Bukan Asuransi Biasa P erkara kesehatan termasuk yang utama namun tidak mutlak bagi manusia. Tidak mutlak dalam arti setiap orang pasti pernah dan bisa sakit. Persoalannya, kita tidak bisa menduga kapan terserang penyakit dan tidak bisa memilih penyakit yang menghinggapi. Bagi pekerja, sakit jelas menjadi kendala karena dalam batas tertentu bisa melumpuhkan seluruh aktivitas. Karena sifat tak terduganya itu, maka asuransi kesehatan bagi pekerja menjadi instrument yang dapat membantu mengantisipasi masalah khususnya masalah keuangan ketika melakukan pengobatan. Apalagi dalam kondisi biaya pengobatan yang tidak murah.
Tapi ternyata fungsi asuransi kesehatan tidak hanya membantu biaya peng obatan namun mencakup juga fungsi kontrol ketika melakukan pilihan pengobatan termasuk tindakan yang akan dilakukan. Menurut Direktur PT. Asuransi Sinar Mas (ASM), Dumasi M. Magdalena Samosir, Ir, AAI (K), AAAI (J),QIP kontrol yang dilakukan oleh tim dokter yang disediakan oleh asuransi bermanfaat bagi kepentingan pasien dan perusahaan dimana karyawan bekerja. Tim dokter asuransi kesehatan bisa melakukan utilization review (UR) untuk melihat apakah pengobatan yang diberikan kepada pasien wajar dan memang dibutuhkan. “Jangan sampai pasien diberikan sesuatu (tindakan) yang tidak dibutuhkan,”
38
HC Magazine/065/Agustus2009
katanya sambil menyebutkan asuransi kesehatan Sinarmas menyediakan 8 dokter dalam mengelola klaim-klaim asuransi kesehatan. Meski pemerintah membolehkan per usahaan bebas mengelola sendiri jaminan kesehatan bagi karyawannya asalkan lebih baik dari jaminan yang ditentukan UU, Dumasi menilai akan lebih baik jika urusan jaminan kesehatan diserahkan kepada per usahaan asuransi yang memang konsen mengurus bidang tersebut. Dari pengalamannya selama 19 tahun di ASM, Dumasi mengingatkan perusahaan harus benar-benar siap terhadap resiko yang muncul yang mungkin lebih besar jika mengelola sendiri jaminan kesehatan. Menurutnya, pengelolaan asuransi kesehatan berbeda dengan asuransi mobil atau kebakaran. Klaim dalam asuransi kesehatan terjadi hampir setiap hari. “Pada saat suatu perusahaan melakukan konfirmasi sebagai peserta asuransi kesehatan kumpulan, itu saat kita mulai bekerja,” kelakar Dumasi sambil menjelaskan setelah itu pasti akan ada pendaftaran serta pengurangan peserta asuransi serta klaim yang datang secara rutin. Tidak seperti di asuransi mobil dan kebakaran yang jauh lebih jarang klaim nya apalagi perubahan polisnya. Melonjaknya anggaran merupakan resiko yang mungkin muncul jika perusahaan mengelola sendiri jaminan kesehatan karyawannya. Hal ini berbeda ketika perusahaan menyerahkan pe ngelolaan jaminan kesehatannya kepada perusahaan asuransi. “Kalau perusahaan sudah berikan ke asuransi, jika tiba-tiba klaimnya melonjak tinggi itu sudah menjadi tanggungan asuransi. Kalau rendah bisa ada profit sharing,” papar Dumasi. Atau paling tidak guna mengantisipasi kebobolan anggaran, Dumasi memberi saran, perusahaan harus mempekerjakan dokter atau orang yang khusus untuk mengontrol budget jaminan kesehatan karyawan nya. “Kalau perusahaan tidak employ, orang yang tepat, besar kemungkinan HRD atau Finance Department hanya melakukan pembayaran saja. Bayarbayar terus tiba-tiba tidak sadar sebulan atau dua bulan anggarannya sudah melonjak jauh, sedangkan bila employee tenaga khusus, perusahaan akan terikat liabilitas jangka panjang termasuk pensiunannya bisa-
“Apa pun jaminan kesehatan perusahaan, kita tinggal hitungkan. Kalau tahun 1992 kita hanya punya produk standar. Sekarang sangat beragam dan bisa konsultasi.” bisa budgetnya besar,”cetusnya.
malah
jauh
lebih
Dalam hal ini, Asuransi Kesehatan dari Asuransi Sinarmas dapat dijadikan opsi bagi perusahaan untuk mengelola jaminan kesehatan karyawannya. Jika selama ini Asuransi Sinarmas (ASM) lebih dikenal sebagai jagonya asuransi mobil, ternyata sejak tahun 1992, ASM telah mengelola asuransi kesehatan. “Saat itu baru rawat inap (inpatient) saja,” cerita Dumasi sembari men jabarkan saat ini ASM memiliki tiga jenis produk asuransi kesehatan serta satu produk sejenis santunan. Pertama adalah Simas Sehat Corporate (SSC) yang ditujukan bagi perusahaan yang akan mengasuransikan karyawan dan keluarganya. Kemudian bagi nasabah individu ada Simas Sehat Executive (SSE) dan Simas Sehat Gold (SSG). Produk lainnya adalah Simas Cancer Insurance. Meski belum pernah dipublikasikan, peserta asuransi kesehatan ASM saat ini mencapai kisaran 300 ribu peserta di seluruh Indonesia. Sesuai dengan namanya, Simas Sehat Corporate (SSC) memang ditujukan bagi nasabah korporasi. Dibanding produk sejenis, SSC memiliki beberapa keunggulan.
Pertama tentu saja jaminannya yang luas. SSC menggunakan metode tailormade, sehingga dalam mendesain produk dan jaminan dapat disesuaikan dengan kebutuhan customer. Dumasi memaparkan, pihaknya sangat proaktif mencari tahu apa yang menjadi kebutuhan customer untuk selanjutnya memberi masukan apa saja yang perlu dimasukkan dalam pertanggungan. “Apa pun jaminan kesehatan perusahaan, kita tinggal hitungkan. Kalau tahun 1992 kita hanya punya produk standar. Sekarang sangat beragam dan bisa konsultasi,” imbuh nya. Dari segi benefit pun SSC sangat fleksibel. Bahkan lebih jauh lagi, asuransi kesehatan yang sekarang ditawarkan ASM bisa dengan luwes mengikuti KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) perusahaan dengan serikat pekerjanya. ASM juga bisa membantu menghitungkan jika perusahaan hendak mengelola sendiri jaminan kesehatannya. Perusahaan tinggal membandingkan budget yang disediakan selama ini untuk biaya pengobatan dengan biaya asuransi. “Perusahaan tinggal compare,” katanya. Sistem administrasi SSC yang terintegrasi membuat HRD perusahaan
dapat fokus mengurus tugas pokoknya. Beban mengurus asuransi kesehatan yang menurut Dumasi seabreg biar diserahkan kepada perusahaan yang konsen mengurus bidang itu. Dia berani menjamin pihaknya mampu mengelola seluruh urusan asuransi kesehatan perusahaan dengan baik. Mulai dari pendaftaran dan pengurangan karyawan, penerbitan polis dan daftar peserta, sampai klaim. Bahkan untuk urusan klaim, ASM bisa langsung mengirim email ke masing-masing karyawan. ASM juga menyiapkan layanan e-klaim yang di set langsung di HRD. Dengan begitu, HRD bisa melihat perkembangannya setiap waktu. Sistem ini terhubung online dengan sistem yang dimiliki ASM. Dengan jaringan 466 rumah sakit provider di seluruh Indonesia, jaminan kesehatan SSC dapat berlaku di seluruh Indonesia namun klaim di luar negeri pun bisa ditanggapi. “Kalau ada klien yang mengajukan kerja sama dengan rumah sakit terdekat dari lokasi nya, kita akan lakukan penjajagan kerja sama. Enaknya kita punya 80 cabang dari Aceh, Jayapura hingga Sampit. Jadi kita bisa minta cabang terdekat untuk follow up.” Namun, ASM juga memiliki kriteria tersendiri dalam melakukan
39
HC Magazine/065/Agustus2009
kerja sama dengan rumah sakit. Salah satunya, rumah sakit tersebut harus bersedia memberikan rekam medis. Lainnya adalah harus melakukan penagihan secepat mungkin. “Di dalam PKS kita cantumkan segera sesudah pasien lepas rawat inap, tagihan harus segera dikirim kepada ASM, jadi, hari ini lepas rawat, besok harus segera tagih kami,” kata Dumasi. Kecepatan pembayaran klaim memang sangat ditekankan dalam internal ASM. Hal itu berpengaruh terhadap KPI (key performance indicator) karyawan ASM yang dihitung berdasarkan lamanya pembayaran. Setiap tahun, KPI ini harus semakin bagus kriterianya. “Untuk rawat inap, saat ini sudah bisa 7 hari kerja meski di polis tercantum 14 hari. Tim kita pasti berusaha terus mempercepat servis karena itu akan mempengaruhi performanya,” tandas Dumasi. Keunggulan lain dari SSC adalah Team ASM bisa sebagai konsultan juga yang dinamakan re-rating program. Salah satunya seperti memberikan report setiap 3 bulan. Tim dokter ASM menganalisa klaim-klaim yang masuk dan secara berkala dianalisa. “Ketika memberikan report, kita memberikan gambaran kepada HRD mengenai tren pengobatannya sehingga mereka bisa mempersiapkan rencana rencana yang terakit untuk tahun depan, seperti perlunya peningkatan jaminan, perlunya penyuluhan atau penetapan budget misalnya.” Dumasi menceritakan ada klien SSC yang karyawan nya memiliki kecenderungan diare banyak sekali. Ternyata, karena tidak disediakan kantin, karyawan perusahaan tersebut makan di warung dekat pabrik yang mungkin tidak higienis. “Kita kasih penyuluhan ke klien. Kita datang ke sana, diskusi dengan HRD. Akhirnya kita bikin news cara sehat menjaga kebersihan.” Konsultasi ini termasuk juga mendeteksi jika terdapat pemalsuan kwitansi. Dalam prosedur pengobatan, SSC menyediakan dua pilihan cara pembayaran klaim, reimbursement atau dengan provider. “Misalnya peserta memiliki kartu kredit yang menawarkan point-point tertentu, dia bisa pakai kartu kredit untuk bayar biaya pengobatan kemudian bisa reimburse.” Kecepatan reimbursement juga dijanjikan oleh Dumasi. Meski di polis tertera 7 hari
40
HC Magazine/065/Agustus2009
untuk rawat jalan, kenyataannya bisa dilakukan kurang dari 7 hari. “Ratarata 5 hari bahkan sekarang ada yang 4 hari juga,” terangnya. Hal yang sama berlaku juga untuk rawat inap. “Di polis kita cantumkan 14 hari. Dalam kenyataannya kurang dari 14 hari.” Pembayaran melalui provider pun diberikan 2 pilihan. Jika terdapat ekses (selisih), peserta bisa bayar ditempat atau ASM membayar terlebih dulu kemudian nanti melakukan tagihan ke karyawan tersebut. Ini tentu ada plus minusnya. Jika ASM melakukan
karena tindakan dan pengobatan yang berlebihan, dengan bantuan asuransi, hal ini bisa diminimalisir. Saat ini ASM sedang mengupayakan surat jaminan secara online. “Pakai IVR sistem. Nanti kita link kan ke sistem. Saat ini masih dalam proses. Tapi sekarang customer bisa telepon ke hotline kita 24 jam,” ucap Dumasi. Selain menjual asuransi kesehatan, ASM juga bisa sebagai third party administrator (TPA). Perusahaan yang baru memulai dan memiliki keinginan mengelola sendiri jaminan kesehatannya bisa menggunakan fitur ini. “Biasanya kita usulkan ASM sebagai administrator. Budgetnya tetap dipegang perusahaan tersebut. Kita membantu administrasi supaya tidak kebobolan. Kita cuma dapat fee saja,” tungkasnya.
pembayaran dimuka, seolah-olah ASM memberikan fasilitas kredit kepada perusahaan. Efeknya nanti kalau karyawan berhenti, perusahaan repot menagih ke karyawan. “Jadi biasanya, kita sarankan lebih baik bayar sisanya di tempat. Tapi kalau perusahaan mau untuk satu case ini tolong Sinarmas bayar dulu nanti kami bayar kembali, itu juga kita oke,” kata Dumasi.
Sedangkan bagi nasabah individu, ASM menyediakan SSE dan SSG. SSE termasuk unggulan karena sangat sedikit asuransi mau menjual asuransi kesehatan individu. Kalau pun ada dibanderol dengan harga yang mahal sekali. “Kita punya termasuk sangat luas jaminan nya dan kompetitif harganya,” janji Dumasi. SSE tersedia untuk rawat inap saja. Preminya tergantung usia dan pilihan wilayah perawatannya. SSE diperuntukkan untuk kalangan middle up. Sementara SSG bagi kalangan menengah. “SSG ini bisa di cicil mulai dari 22 ribu per bulan.” Layanan ini dimaksudkan untuk bisa menjangkau yang muda yang bekerja di perusahaan yang belum bisa memberikan asuransi kesehatan. Peserta bisa meneruskan preminya ketika dia berhenti dari perusahaan atau ketika perusahaannya pailit.
Peserta yang memegang kartu Asuransi Sinarmas tidak perlu khawatir terbengkalai di rumah sakit. Menurut Dumasi, ASM telah melakukan perjanjian dengan rumah sakit, begitu peserta tunjukkan kartu dia harus proses masuk. Setelah itu petugas rumah sakit tersebut akan mengontak ASM guna minta surat jaminan. Dumasi menambahkan bahwa Rumah Sakit akan mengontak ASM jika ada tindakan (operasi) dengan tujuan agar dipastikan bahwa tindakan yang diambil adalah yang wajar dan medically necessary. Ini demi kepentingan pasien dan perusahaan. Ekses klaim bisa terjadi
Menutup obrolan, Dumasi beranggapan bahwa asuransi itu semacam subsidi silang demi kebaikan bersama.. Orang yang tidak sakit mensubsidi yang sakit. “Kita tentunya lebih bersyukur kalau kita tidak sakit,” ucapnya. Ketika sakit, bukan sekedar biaya di bayar perusahaan, tapi karyawan meninggalkan perusahaan dan me ninggalkan keluarga. Keduanya, menurut Dumasi, tidak terukur dengan uang. “Itu kita tekankan dalam sosialisasi awal. Jangan pikir bahwa ini hak saya jadi saya harus habiskan. Tapi ini semacam bentuk arisan untuk saling membantu ketika sakit,” tungkasnya.
Menjaring
Komunitas Unggulan di Kampus Guna mendukung visi menciptakan komunitas unggulan, Bakrie School of Management (BSM) masuk ke pelosok daerah untuk menjaring siswa berprestasi. Tak hanya inputnya yang unggul, BSM juga menyiapkan empat pilar utama. Apa saja? Rudi Kuswanto
A
khir bulan kemarin area kampus di kawasan Gelanggang Olahraga Mahasiswa Soemantri Brojonegoro, Jakarta Selatan ini ramai didatangi orangtua dan calon mahasiswa baru. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia yang beruntung mendapatkan program beasiswa angkatan ke-4 sejak BSM berdiri 2006 silam. Bagaimana BSM mengelola proses rekrutmen dan menyiapkan fondasi yang kokoh? Kepala Unit Rekrutmen Mahasiswa BSM, Rustam Fauzi, membeberkan bahwa program beasiswa ini merupakan bentuk kepedulian dan ketulusan para pendiri BSM. Ia menambahkan, hingga saat ini BSM masih mempertahankan komposisi mahasiswa penerima beasiswa sebesar duapertiga dari jumlah total mahasiswa yang diterima. Sisanya diisi mahasiswa reguler. Rustam mengungkapkan, tahun ini pihaknya me nargetkan jumlah mahasiswa yang masuk BSM bisa melebihi 275 orang. Tentu, diharapkan bisa lebih tinggi dari tahun lalu yang mencapai 316 orang. Sedangkan tahun 2007 jumlah mahasiswa yang masuk BSM adalah 240 orang. Ketika baru dibuka pada tahun 2006, Rustam mengakui, BSM baru menampung 28 mahasiswa. “Kami bertahan dengan komposisi tersebut karena mustahil bisa menciptakan komunitas unggulan dengan jumlah mahasiswa penerima beasiswa yang sedikit,” katanya kepada Majalah Human Capital (HC).
41
HC Magazine/065/Agustus2009
“Secara tulus kami hanya menawarkan akses kepada anak-anak pandai di daerah bahwa menjadi anak pandai itu enak dan mereka memang layak untuk dihargai.” (Rustam Fauzi) Bagi sepertiga mahasiswa reguler yang menanggung biaya kuliah sendiri, BSM memberikan tantangan-tantangan. “Setelah mereka melewati masa perkulihan selama dua semester dan di akhir semester kedua bisa meraih IPK 3,5 maka dia berhak mendapat beasiswa di semester berikutnya,” Rustam menjelaskan. Sebaliknya, bagi duapertiga siswa unggulan yang kami beri beasiswa sejak awal kuliah, beasiswa tetap diperoleh selama mahasiswa tersebut IPK-nya mencapai 3. “Kalau dia tidak memenuhi IPK 3, mohon maaf beasiswanya kami cabut,” imbuh Rustam. Dengan tantangan seperti itu Rustam yakin mahasiswa BSM bisa lebih konsentrasi, serius, dan tidak mainmain dalam belajar. Alasannya jelas, bagi mahasiswa penerima beasiswa posisinya tidak aman 100% dan posisi mereka bisa saja digantikan oleh mahasiswa reguler tadi. “Mereka tidak bisa santai-santai dan dalam banyak hal kami sampaikan kalau mau santai jangan kuliah di BSM,” ujarnya menandaskan. Sementara itu, Vice Chairman BSM, Anon Kuswardono menambahkan bahwa program beasiswa ini lahir dari niat baik Keluarga Bakrie untuk berbagi dengan sesama. “Seperti kita ketahui, beberapa perusahaan di Bakrie sudah worldclass sehingga saat ingin mendirikan lembaga pendidikan pun kepinginnya juga memiliki standard internasional.
42
HC Magazine/065/Agustus2009
Pendiri juga berkeinginan agar lulusan BSM mempunyai mindset tidak hanya bermental pencari kerja, tetapi juga memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat,” tutur Anon. Menyambung yang disampaikan oleh Anon, Rustam menjelaskan empat pilar unggulan yang sudah ditancapkan BSM. Pertama, input SDM yang unggul. Kedua, dosen dan tenaga pengajar pilihan. Ketiga, fasilitas terbaik. Dan keempat, program yang berkualitas. Disadari oleh BSM, sebagai lembaga pendidikan yang baru tentu tidak mudah menarik perhatian di tengah maraknya promosi dan reputasi dari sekolah-sekolah lain yang favorit maupun sudah eksis di pasar. Untuk itulah, Rustam melakukan istilah ‘babat alas’ dengan mendatangi sekolah-sekolah terbaik dari segenap penjuru di Tanah Air. Pendekatan personal dilakukan dengan konsekuensi tenaga, waktu, pikiran dan biaya yang tidak sedikit. “Secara tulus kami hanya menawarkan akses kepada anak-anak pandai di daerah bahwa menjadi anak pandai itu enak dan mereka memang layak untuk dihargai,” katanya optimistis. Setelah para siswa mengikuti seleksi, lalu dinyatakan lulus dan mendapat beasiswa, BSM sudah menyiapkan bentuk apresiasinya. “Kami berpikir bahwa calon mahasiswa BSM adalah orang unggul sehingga kalau tidak diberikan fasilitas yang unggul, ke
depan bisa menjadi masalah. Oleh sebab itu, fasilitas yang kami berikan di kampus BSM adalah fasilitas yang bagus pula,” imbuh Rustam. Ditambah dengan pilar ketiga, yakni para pengajar dan dosennya pun juga dipilih karena merekalah yang akan memberikan ilmu kepada mahasiswa. Dosen di BSM menurut Rustam terdiri dari kalangan akademisi dan para praktisi. Dari akademisi selain kehadiran dosen pilihan, ditambahkan juga guest lecturer dari luar negeri. Sedangkan dari kalangan praktisi berasal dari para CEO maupun direktur yang sudah terbukti terampil mengelola aset perusahaan sebesar triliunan rupiah. “Keempatnya sama-sama penting dalam menyiapkan kurikulum yang berkualitas dan berstandard internasional. Misalnya, kita menanamkan bahasa pengantar kuliah menggunakan bahasa Inggris. Malah untuk buku-buku pelajaran, semua memakai referensi bahasa Inggris. Dari empat pilar BSM inilah kami berharap lulusannya merupakan profil SDM dengan kualitas unggul,” tutur Rustam. Meski BSM hingga saat ini belum membuktikan dengan meluluskan alumni karena memang baru berjalan empat tahun, apa yang sudah dirintis manajemen tak bertepuk sebelah tangan. Fendy Candra Wijaya, mahasiswa jurusan manajemen angkatan 2007 menceritakan kesan-kesannya. Fendy yang merupakan alumni SMAN 3 Jambi,
sebelum memutuskan kuliah di BSM di saat hampir bersamaan juga diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang. Kini setelah menuntut ilmu hampir separuh jalan, Fendy merasa mendapatkan bekal ilmu yang bermanfaat dan melebihi ekspektasi awal. Fendy mengakui atmosfer di BSM memang berbeda. Di kampus ini semangat kompetisinya tinggi serta didukung oleh dosen-dosen yang open minded. Hasilnya, belum lama ini tim BSM menyabet Juara I Marketing Competition se-Sumatera, Jawa dan Bali. “Kalau boleh buka kartu, terus terang studi kasus yang dipelajari di BSM sungguh amazing. Saya pernah membandingkan materi S2 di Internasional University of Tokyo mirip dengan yang saya pelajari di program akselerasi (percepatan) BSM. Ini juga yang menjadi kunci kenapa kami bisa menang lomba marketing karena case-case itu sudah kami pelajari semua,” paparnya dengan bangga. Soal fasilitas di BSM, sebagai putra daerah, Fendy terkejut waktu pertama
kali datang ke BSM. “Dalam hati waktu itu saya bilang, apa tidak salah BSM memberikan fasilitas ini kepada mahasiswa? Hotel terbaik di daerah saya saja nggak sebagus ini,” ujarnya terus terang. Fendy kadang masih tak percaya ia kini bisa beraktivitas dengan
menggendong laptop kemana-mana dan akses WiFi gratis di sepanjang kampus. Sementara teman satu angkatannya, Agil Haryadi Budiana, dari jurusan Akuntansi tak kalah seru ceritanya. Sebelum masuk BSM, alumni SMAN 1 Klaten ini sudah tercatat di STT Telkom jurusan Teknik Telekomunikasi sebagai
mahasiswa baru, juga diterima di Teknik Geologi Universitas Gajah MadaJogjakarta, mendapat beasiswa 1 tahun di Institut Teknologi Bandung, lulus seleksi Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN), dan terakhir pintu Sekolah Tinggi Ilmu Statistik pun telah siap menerimanya. Diterimanya Agil di sekolah favorit merupakan suatu kebanggaan tersendiri. “Tapi saya harus tahu diri. Ayah saya hanyalah seorang penjual bubur ayam biasa di daerah Slipi, Jakarta Barat. Saya tidak ingin memberatkan beban orang tua ke sekolah-sekolah yang berbiaya mahal, dan akhirnya saya putuskan untuk masuk BSM,” kenang Agil. Selain beasiswa penuh, Agil juga mendapat tunjangan sebesar Rp 1 juta per bulan jika bisa terus mempertahankan nilai akademiknya dan termasuk 10% mahasiswa ber-IPK terbaik. Semangat Agil memberikan kebanggaan kepada almamaternya telah ia torehkan dengan menjadi 10 finalis Lomba Akuntansi tingkat Nasional tahun lalu. n
2009 MAKE STUDY: PERUSAHAAN BERBASIS PENGETAHUAN PALING DIKAGUMI DI INDONESIA TAHUN 2009 Menjadi organisasi yang mampu mengelola pengetahuan menjadi sumber daya yang berpotensi adalah harapan semua perusahaan. Unilever Indonesia, Medco Energi Internasional dan United Tractors berhasil membuktikan diri sebagai organisasi berbasis pengetahuan paling dikagumi di Indonesia tahun 2009 ini. Dalam pengumuman pemenang 2009 Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study yang diselenggarakan oleh Dunamis Organization Services, Rabu 15 Juli lalu, ke-3 organisasi di atas berhasil mengungguli 13 finalis lainnya. Selain Unilever Indonesia, Medco Energi Internasional dan United Tractors, 4 perusahaan lain juga terpilih
sebagai pemenang 2009 Indonesian MAKE, yaitu Binus University, PT Federal International Finance, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., dan PT Excelcomindo Pratama Tbk. Alex Denni, Chairman 2009 Indonesian MAKE Study mengungkapkan, “Pemenang penghargaan MAKE merupakan perusahaan-perusahaan yang dikagumi karena mereka berhasil mengelola pengetahuan di organisasi dan memberikan pengaruh sangat baik terhadap kinerja dan nilai perusahaan.” Semoga perusahaan berbasis pengetahuan dapat menginspirasi perusahaan lain untuk menerapkan knowledge management sesuai kebutuhan dan porsi yang tepat. Selamat untuk para pemenang.■ Rina Suci Handayani
43
HC Magazine/065/Agustus2009
MERAJUT KOMITMEN BERSATU SERIKAT PEKERJA MEDIA Di Indonesia saat ini beroperasi ribuan media massa, baik cetak, radio, televisi, maupun online dengan jumlah tenaga kerja besar. Sayangnya, hanya sedikit yang memiliki organisasi Serikat Pekerja. Seberapa perlukah Serikat Pekerja ini? Ade Ahyad
U
ntuk kesekian kalinya beberapa aktivis Serikat Pekerja (SP) media massa melakukan pertemuan. Terakhir di gedung Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI), Sabtu 25 Juli lalu. Mereka mengadakan seminar dengan membahas topik “Kondisi Industri Media & Tantangan Serikat Pekerja Media” yang bermuara pada Kongres I SP Media Massa dalam rangka pembentukan Federasi Serikat Pekerja Media-Independen. Tiga orang pembicara tampil ke depan, masing-masing Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan Ignatius Haryanto, Koordinator Divisi Serikat Pekerja AJI Indonesia Winuranto Adhi, serta Busyra Q. Yoga, salah seorang pendiri Forum Karyawan SWA. Agenda puncak kegiatan ini adalah Kongres I SP Media Massa dalam rangka pembentukan Federasi Serikat Pekerja Media-Independen Indonesia. Dalam paparannya, Busyra Q. Yoga dari Forum Karyawan SWA mengatakan, hingga saat ini belum ada federasi khusus yang menaungi SP media yang sudah ada. Federasi Serikat Pekerja Kewartawanan Indonesia (F.SP. Pewarta) yang pada 2002 namanya tercatat di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada kenyataannya tidak terlihat melakukan upaya konkret dalam melakukan konsolidasi maupun pengorganisasian SP yang ada. Di departemen tersebut juga ada Federasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI). “Namun di samping sebagai federasi, AJI adalah sebuah organisasi profesi yang keanggotaannya individu, sehingga AJI kesulitan untuk masuk ke dalam isu-isu di tingkat perusahaan, terutama dengan persoalan-persoalan bipartid,” katanya. Dia menambahkan, berdasarkan survei yang dilakukan AJI Jakarta, terdapat banyak kekurangan dan kendala di dalam pengorganisiran SP media. “Hasilnya dari 28 SP yang diteliti ternyata persepsi dan orientasi para pengurus dan aktivis SP di media ini beragam,” imbuhnya. Dia mencontohkan ketidaksepakatan dalam persoalan saham kolektif 20 persen. Sebagian pengurus SP media menganggapnya penting, sementara sebagian lagi menganggapnya tidak penting. “Yang paling krusial adalah perbedaan persepsi para pengurus atau aktivis SP media dalam soal keberadaan SP itu sendiri,” kata Yoga sembari mengungkapkan beberapa fungsionaris SP media masih banyak yang menganggap SP hanya berfungsi menjembatani kepentingan karyawan
44
HC Magazine/065/Agustus2009
dengan pihak manajemen, menampung dan menyampaikan aspirasi karyawan, bahkan jika ada sengketa hubungan industrial, beberapa SP menganggap itu bukan tugas SP. Yoga menilai, tantangan yang dihadapi oleh penggerak SP media dapat dikelompokkan menjadi dua, tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal, adalah yang datang dari pengurus/aktivis, anggota dan calon anggota SP itu sendiri. Tantangan internal ini sebagai tantangan yang umumnya dihadapi oleh SP dan tantangan internal yang khas dihadapi oleh SP media. Sedangkan tantangan eksternal merupakan tantangan yang datang dari luar SP, baik dari pengusaha maupun dari arah dan perkembangan dunia bisnis media itu sendiri. Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, Ignatius Haryanto mengatakan, setidaknya ada 9 grup besar di Indonesia yang saat ini menguasai industri media, baik cetak maupun elektronik, yakni Kompas Gramedia, MNC, Jawa Pos Grup, MRA, Bali Post Group, Mahaka Media Group, Femina Group, Bakrie Group, dan Lippo Group. Tidak semua grup besar ini memiliki SP. Dia menilai industri media saat ini telah memasuki era multimedia di mana wartawan tidak hanya berkontribusi untuk satu industri media. “Selain media cetak, wartawan juga dituntut untuk menghasilkan konsep untuk online atau bahkan TV dan radio,” urainya. Dalam era yang oleh para pengusaha disebut sebagai konvergensi ini, Haryanto juga mempertanyakan timbal balik berupa upah yang diterima seorang wartawan. “Apa yang bisa dilakukan oleh SP media? Apakah menerima begitu saja arahan dari para pemilik modal?” tanya pria yang akrab disapa Mas Kungku ini. Anggota AJI sejak 1994 ini juga mengkritisi pertumbuhan industri media yang tidak sehat. Contoh sangat jelas di dalam industri televisi yang mengandalkan banyak sekali kontributor lepas. Kontributor lepas ini bisa merekrut kontributor lain sehingga menghasilkan hubungan ketenagakerjaan yang tidak jelas. “Saya kira itu problem internal, bagaimana menyikapi koresponden di lapangan yang mungkin cuma punya satu kamera dan bagaimana memasukkannya ke dalam unsur industri yang ada sekarang ini,” tutur Haryanto prihatin. Fenomena media yang mencoba tampil
global dengan mempekerjakan pekerja asing dan lokal juga dikritikHaryanto. “Ada jarak yang sungguh jauh antara pendapatan dan fasilitas yang dimiliki oleh dua kelompok pekerja ini. Apakah pekerja asing memang layak untuk mendapatkan upah yang lebih besar daripada pekerja lokal?” kata Haryanto mempertanyakan. Hal lain adalah fenomena media franchise yang semakin sedikit mempekerjakan wartawan, tetapi lebih pada penerjemah atau penulis lepas. “Industri media kita, kalau boleh dikatakan memang sangat terkonsentrasi kepada sejumlah pemilik. Balancing atas kepentingan pemilik yang mengintervensi redaksi harusnya bisa diimbangi oleh SP,” kata Haryanto. Baginya, industri media memiliki keunikan karena bisnis intinya adalah informasi. Dia berharap SP media sadar bahwa integritas industri informasi tetap harus dijaga. Dalam perspektifnya, Haryanto berharap SP media tidak semata-mata hanya
berurusan dengan nasib diri sendiri, tapi juga terkait dengan integritas dan independensi lembaga media itu sendiri terkait dengan produk yang dihasilkan berupa informasi. “Karena ini berhubungan dengan kepentingan publik yang lebih luas,” ucapnya. Sementara itu Koordinator Divisi Serikat Pekerja AJI Indonesia, Winuranto Adhi, membuka data dari sekitar 2.000 stasiun radio, 1.008 media cetak, 110 stasiun televisi dan belasan media online di Indonesia, hanya 25 perusahaan yang memiliki SP atau embrio SP. Dia menambahkan, rata-rata latar belakang pembentukan SP media akibat konflik. “Itu menyebabkan SP kita tidak memiliki fondasi yang kuat, sehingga tidak mampu melakukan konsolidasi,” katanya. Lambatnya pertumbuhan SP menurut Winuranto dipengaruhi beberapa alasan antara lain, wartawan yang mengidentifikasikan dirinya sebagai
kelompok profesional dan eksklusif sehingga enggan diklasifikasikan sebagai buruh. Poros SP masih ditumpukan sepenuhnya kepada jurnalis, stigma negatif SP, lemahnya kaderisasi serta belum terbangunnya persatuan di kalangan SP media. Dia juga mempertanyakan standar modal pendirian perusahaan media yang dikeluarkan oleh dewan pers yang cukup hanya dengan Rp 50 juta. Winuranto mencatat, dalam kondisi krisis dan tidak adanya standar upah jurnalis, AJI memandang pembangunan SP adalah salah satu solusi bagi pekerja media. Selain memperjuangkan hak kesejahteraan, serikat juga menjadi ajang bagi pekerja media memperkuat daya tawar dirinya di tengah krisis. Melalui SP pula, jurnalis dan pekerja media mampu memperkuat kapasitas profesionalnya dengan karya yang bermutu dan penghargaan yang pantas. n
Data Serikat Pekerja Media di Indonesia No
Serikat Pekerja
1
ANTV
2
TPI
3
Bisnis Indonesia
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Detik.com Warta Kota Jakarta Post Hukumonline.com Indosiar Kantor Berita ANTARA Kantor Berita Radio 68 H Kompas Kontan Smart FM Jakarta
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Tempo Pikiran Rakyat Bandung Republika Swa Sembada Surya Citra Televisi (SCTV) Suara Pembaruan Solo Pos Smart FM Medan Sumut Pos, Medan Medan Bisnis Analisa Medan Lampung TV Harian Aceh Independen
Nama Serikat Karyawan ANTV untuk (SKAK) Kerukunan Karyawan (Kekar) TPI
Berdiri Kemajuan
1999
Kerukunan Warga Karyawan (KWK) Bisnis Indonesia Serikat Pekerja Detik.com (Sepedakom) Perkumpulan Karyawan Warta Kota Dewan Karyawan PT Bina Media Tenggara WorkerHOLic Serikat Karyawan (Sekar) Indosiar Serikat Pekerja ANTARA Serikat Pekerja Radio 68 H Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK) Dewan Karyawan Kontan Perkumpulan Karyawan Smart FM
1992
Dewan Karyawan Tempo (DKT) Dewan Karyawan Pikiran Rakyat Dewan Karyawan PT Abdi Bangsa Forum Karyawan SWA Serikat Pekerja SCTV Serikat Pekerja Suara Pembaruan Ikatan Karyawan Solo Pos (Ikaso)
Serikat Pekerja Lampung TV Serikat Pekerja Aceh Independen
25 Februari 2001 Oktober 2001 23 Juli 1993 2007 21 April 2008 26 Juli 2002 Desember 2001 18 Desember 1998 1998 Disahkan disnaker 2006 1978
21
April
1997 31 Juli 2001 Agustus 2001 Maret 2009 6 November 1999
Juni 2009
45
HC Magazine/065/Agustus2009
MELIRIK BISNIS BIRO PERJALANAN
Haji dan Umroh Bisnis apa yang ideal bagi Anda? Biro perjalanan haji dan umroh barangkali bisa menjadi inspirasi. Selain mendapat uang dari bisnis, pahala pun didapat.
Rudi Kuswanto
46
HC Magazine/065/Agustus2009
M
enjalani bisnis penyelenggara perjalanan haji dan umroh sudah dilakoni PT Arminareka Perdana (ARP) hampir dua dasawarsa, tepatnya sejak 9 Februari 1990 silam. Sebuah usia yang cukup matang untuk sebuah perjalanan bisnis. Selama waktu tersebut, tak kurang dari puluhan ribu jama’ah telah difasilitasi untuk berangkat ibadah menuju tanah suci Makkah Al Mukarromah. Di ulang tahunnya ke-19 belum lama ini, ARP juga mengadakan tasyakuran atas kelahiran anak perusahaannya, PT Armina Utama Sukses (Arus) yang baru berusia setahun di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Direktur Utama Arus, Ir. Hj. Darnelli Guril, MSc berbagi pengalaman kepada Majalah HC di ruang kerjanya di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Darnelli membuka cerita dengan menjelaskan bahwa perusahaan yang dipimpinnya didasari oleh pemikiran untuk membantu dan mempermudah masyarakat muslim yang ingin mewujudkan ibadah umroh maupun haji. Ia memaparkan tiga poin utama dari visi dan misi perusahaan. Yakni, pertama, mengajak masyarakat luas untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh. Kedua meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat, serta ketiga, memberikan solusi bagi masyarakat untuk merealisasikan niat beribadah ke tanah suci.
dibentuk ini telah berhasil membuktikan diri sebagai perusahaan yang andal dan bisa dipercaya. Melalui Arus, lanjut Darnelli, pihaknya telah berhasil memberangkatkan ribuan jamaah yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan ke luar negeri seperti Hong Kong, Malaysia, Brunei, Saudi Arabia, Dubai dan beberapa negara
tanah suci namun belum cukup secara keuangan. Pada saat yang bersamaan dengan melaksanakan ibadah tersebut, jamaah sekaligus bisa menyantuni anak yatim atau membantu pembangunan masjid tanpa ada lagi tambahan biaya,” ujar Ermanto. Mantan wartawan salah satu media ternama di Ibukota ini menceritakan kisah perjalanan saat ia pulang kampung di Sumatera beberapa waktu silam. Waktu itu ia berjalanjalan berkeliling di kampungnya hingga kakinya terhenti di depan sebuah mushola yang sudah reyot. Erman bertanya-tanya kepada penduduk di sekitar siapa yang dulunya membangun mushola tersebut. “Singkat cerita saya diberitahukan bahwa pendiri mushola tersebut sekarang sudah tinggal di Jakarta, dan karena saya juga beraktivitas di Jakarta saya pun minta nomor kontak mereka dan saya dikasih nomor-nomor yang bisa dihubungi,” paparnya.
“Di sinilah kami menawarkan solusi kepada jamaah yang sudah berniat segera ke tanah suci namun tidak mempunya dana cukup, akan tetapi jamaah ini mempunyai silaturahmi yang baik dan luas. Di samping itu dengan program hak usaha ini kami memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat luas.”
“Kami mengajak kebaikan kepada masyarakat umum, khususnya umat Muslim untuk menyegerakan ibadah umroh dan haji. Kami mempunyai modal yang kuat dengan pengalaman kami di bisnis ini selama kurang lebih 19 tahun. Di samping itu kami telah memperkuat fondasi bisnis melalui tim leader yang profesional, penerapan teknologi jaringan berbasis web, dan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas,” tutur Darnelli yang tiap tahun berkesempatan berangkat ke tanah suci.
Darnelli juga menambahkan, ada dua divisi yang kini dikembangkan, yakni melalui program konvensional seperti yang selama ini sudah dijalankan di induk perusahaan dan program terbaru adalah melalui divisi marketing yang dijalankan melalui anak perusahaan yang baru genap berusia setahun, yaitu Arus. Meski usia anak perusahaan masih seumur jagung, imbuh Darnelli, melalui divisi marketing yang baru
(Ir.H.Ermanto,Bk.Teks) lainnya. “Dengan program-program yang kami tawarkan, kami mempunyai keyakinan bisa memberikan solusi bagi calon jamaah yang belum mampu secara financial dapat mewujudkan mimpinya untuk berangkat umroh atau menunaikan ibadah haji,” lanjutnya. Sementara itu Direktur Operasional Arus, Ir, H. Ermanto, Bk Teks, menerangkan bahwa layanan yang selama ini dijalankan perusahaan memang identik dengan pember angkatan bagi jamaah yang sudah mampu secara finansial.“Kami tergugah untuk membantu memberikan solusi bagi jamaah yang berniat ibadah ke
Dari nomor yang sudah berada di kantong, Erman gerilya ke temanteman sekampung di Ibukota. “Waktu saya berada di kampung, saya foto dulu mushola yang sudah reyot tersebut dan saya tunjukkan kepada mereka. Saya bilang, bapak kenal nggak dengan foto ini, dijawab kenal. Selanjutnya saya tanya lagi mau nggak bapak menjadi donaturnya, dijawab mau tapi bagaimana caranya. Saya bilang gampang, bapak berangkat umroh dan otomatis sekaligus menjadi donor buat mushola di kampung tersebut. Akhirnya mereka mau beribadah di tanah suci dan sekarang dari donor mereka ini, alhamdulillah terkumpul sejumlah dana untuk pembangunan. Kini mushola yang dulunya reyot dan tidak terus, sekarang sudah bagus dan layak untuk digunakan,” kenang Erman.
Erman lantas berbagi informasi dan dengan gayanya yang santai sambil sesekali membetulkan letak posisi kacamatanya, menjelaskan tentang program yang ditawarkan perusahaannya kepada masyarakat luas. “Pertama, ia harus punya niat yang kuat untuk ibadah umroh dan haji, mengisi formulir dan membayar tanda jadi keikutsertaan program,” imbuhnya. Tanda jadi untuk umroh tahun ini sebesar Rp 3,5 juta, haji reguler Rp 3,5 juta, dan haji plus sebesar Rp 5 juta. Ada lima hak sebagai calon jamaah yang bisa diperoleh. Erman men
47
HC Magazine/065/Agustus2009
jelaskan, yang pertama adalah asu ransi syariah personal accident dari Bumiputera dengan pertanggungan Rp 50 juta/jamaah, atau Rp 5 juta/jamaah untuk meninggal biasa serta dapat diperpanjang dengan membayar Rp 100 ribu per tahun dengan usia maksimum 64 tahun. Asuransi ini berlaku setelah satu bulan sejak pendaftaran. Hak kedua, jamaah akan mendapatkan ID Card dan legalitas perusahaan, ditambah hak ketiga berupa souvenir untuk pria berupa baju koko dan wanita berupa mukena. Hak keempat berupa voucher, untuk umroh sebesar US$ 350 dan haji plus US$ 500. “Menariknya voucher ini berlaku tanpa batas waktu dan dapat diwariskan. Fungsinya untuk mendapat pengurang biaya dari paket biaya perjalanan umroh atau haji plus yang harus dibayarkan saat keberangkatan. Voucher ini tidak dapat diuangkan, akan tetapi biasanya bisa dijual lagi di antara para jamaah,” katanya menjelaskan. Erman juga menawarkan kepada para jamaah untuk melakukan pembayaran sisa kekurangan dari biaya paket umroh atau haji plus dengan jalan, dibayar cash, dicicil atau diangsur hingga memenuhi harga paket atau ada cara lain yakni menggunakan hak kelima yang diberikan oleh perusahaan berupa hak usaha. “Hak usaha jamaah ini diberikan kepada setiap jamaah untuk ikut memasarkan produk umroh dan haji plus, dan apabila dapat mereferensikan kepada jamaah lain maka perusahaan akan memberikan hasil referensi,” jelas Erman.
48
HC Magazine/065/Agustus2009
Besaran yang dimaksud, tutur Erman, saat ini untuk referensi umroh sebesar Rp 1,5 juta/jamaah dan haji plus Rp 2,5 juta/jamaah, serta masih ada hasil pasif dan hasil support system yang bisa didapatkan melalui jaringan silaturahmi jamaah. “Di sinilah kami menawarkan solusi kepada jamaah yang sudah berniat segera ke tanah suci namun tidak mempunyai dana cukup, akan tetapi jamaah ini mempunyai silaturahmi yang baik dan luas. Di samping itu dengan program hak usaha ini kami memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat luas,” ujarnya menerangkan. Tawaran menarik inilah yang juga mendasari Rita Andayani, salah satu jamaah yang tahun ini akan berangkat haji rajin mempromosikan program umroh dan haji plus ini kepada para keluarga maupun rekan-rekannya. Rita mengakui, program yang ditawarkan Arus telah banyak membuat perubahan dalam hidup keluarganya. “Misalnya, pada saat ada keluarga yang sakit, ternyata di antara saudara-saudara yang bekerja di kantoran, saya bisa memberikan bantuan keuangan paling cepat,” kenangnya. Rita kini hampir tiap hari melayani permintaan dari banyak pihak terutama pengajian ibu-ibu di dekat rumahnya di Tangerang maupun menjadi duta perusahaan sebagai juru bicara dalam memasarkan produk. Pengalamannya selama beribadah umroh di MakkahMadinah menjadi magnet tersendiri untuk memotivasi para jamaah agar segera membulatkan tekad beribadah
di tanah suci atau memenuhi panggilan rukun Islam yang kelima. Hal yang sama juga dialami oleh Sarno Wibowo, salah satu trainer motivasi dari Samarinda yang tertarik menjalankan usaha sampingan men jadi agen perjalanan umroh dan haji dari Arus ini. Bahkan, Sarno yang biasa dijuluki dengan Kapten Sar ini harus sering bolak-balik JakartaSamarinda untuk menjalankan bisnis barunya ini. “Saya terharu, salah satu teman ustadzah di Samarinda baru menjalankan usaha ini sekitar dua minggu langsung mendapatkan hasil Rp 4 juta dan langsung dibayarkan sebagai DP umroh. Jadi ustadzah ini ikut program tanpa harus keluar biaya apa pun,” jelas Pak Kapten. Kini Sarno memasukkan ‘kurikulum’ peluang usaha ini kepada para peserta training yang kerap ia gelar. Yang membuat Sarno serius menjalani bisnis ini adalah, berangkat umroh atau haji merupakan impiannya sejak lama. Dan, ia meyakini bahwa model bisnis ini adalah bisnis yang Islami dengan konsep semua bisa untung. Ia beranggapan, sejatinya silaturahmi yang terjalin bisa memberi manfaat sebesar-besarnya. “Tidak hanya kumpul-kumpul semata, namun dengan kebersamaan kita bisa saling bersinergi untuk meningkatkan kualitas hidup masing-masing jamaah,” tukasnya. Anda berminat? n
ESMUD Dini Andrini Butuh Kepekaan dalam Mengelola Rumah Sakit
A
pa yang terlintas di benak Anda saat pertama kali mendengar kata rumah sakit (RS)? Dokter dan perawat berseragam serba putih yang dikelilingi orang-orang sakit? Ya, apa pun yang terbayang, RS memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di sebuah negara. Peran RS sejatinya ditekankan kepada aspek sosial. Oleh karena itu, RS dituntut untuk memberikan layanan prima dan memahami kebutuhan pasien. Banyak orang meyakini bahwa pelayanan RS yang optimal dapat meningkatkan kualitas kesehatan pasien dan mempercepat proses penyembuhan. ”Rumah sakit pada dasarnya sangat memerhatikan setiap aspek hingga detail,” kata Dini Andrini, Manajer Departemen SDM RS Asri yang berlokasi di jalan Duren Tiga Raya No. 20, Jakarta Selatan. Aspek yang diperhatikan bukan hanya kebutuhan para pasien, tetapi juga keseimbangan pekerja di dalamnya. Selain dokter, perawat dan customer service merupakan ujung tombak sebuah RS, begitulah menurut Dini. “Sama halnya dengan dokter, seorang perawat m e m e r l u k a n izin praktik yang diurus oleh komisi k e p e r a w a t a n ,” ujar Dini. Komisi k e p e r a w a t a n berfungsi sebagai pengawas perawat yang memantau kinerja perawat bila melakukan kesalahan kerja atau habis izin praktiknya. ”Perawat juga punya izin praktik, jadi kami harus bantu urus,” katanya menambahkan.
Semua SDM RS harus informatif, sigap dan ramah, demikian Dini menegaskan. Kesalahan bisa terjadi jika informasi tidak sampai dengan akurat dan benar. Karena itu, tiap bagian harus melaksanakan standard operational procedure (SOP) dengan sungguh-sungguh dan menerapkan komunikasi yang terintegrasi baik di internal RS maupun eksternal kepada pasien. ”Ada SOP dalam memberikan informasi kepada pasien, sehingga karyawan diharapkan tidak lupa yang harus dia jelaskan kepada orang yang dihadapinya,” tutur Dini menerangkan. Peran seorang supervisor sangat penting dalam kegiatan harian di RS. Dini memberikan contoh, ”Supervisor harus rajin memeriksa informasi yang didapat oleh pasien dan memberi kuesioner secara rutin baik di bagian rawat inap dan rawat jalan.” Hal tersebut, menurut alumni Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini dilakukan untuk mengetahui setiap kemajuan dan keluhan yang terjadi di RS Asri, yang resmi beroperasi sejak Desember 2007. Dini mengakui, menghadapi pasien membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik agar pasien merasa tenang dan terpenuhi kebutuhannya. ”Kalau perawat dan dokter merasa stress, komunikasi yang baik dengan pasien tidak akan terjadi,” kata Dini menandaskan. Karena itu, Departemen SDM harus memiliki kepekaan dalam mengelola tingkat stress mereka,” tambah ibu dua anak ini. Caranya? ”Karena 70% karyawan RS adalah wanita, maka kami sentuh emosinya dan menciptakan ikatan kebersamaan. Kami sering bikin acara yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan seperti lomba masak, senam pagi bersama, atau libur bareng,” ungkap Dini. Kelahiran Jakarta, 3 Januari 1971 ini dengan senang hati berbagi pengalaman tentang pengelolaan SDM RS. ”Jika kita tidak bisa mengenali indikasi stress para perawat dan dokter, hal itu bisa terbawa ke pekerjaan mereka dan hal ini membahayakan orang lain,” kata Dini. ”Yang teramat penting adalah, mengenali karakteristik industri rumah sakit,” ujarnya menambahkan. Dari berbagai kasus yang terjadi di RS Asri, Dini menyimpulkan bahwa informasi yang akurat, kesigapan petugas medis, dan keramahan karyawan sejatinya merupakan harapan setiap pasien yang datang ke RS. n Rina Suci Handayani
49
HC Magazine/065/Agustus2009
FIGUR
Membawa Herbal Indonesia Mendapat Pengakuan Internasional
Berangkat dari perhatian kepada tanaman herbal di Indonesia, Heinrich Melcher yang bekerja puluhan tahun sebagai ahli geologi memutuskan fokus menjadi seorang peneliti herbal. Bagaimana pandangannya terhadap potensi herbal di Indonesia? Rina Suci Handayani
Menjelajahi pedalaman di beberapa benua dan kepulauan adalah pekerjaan Heinrich Melcher sebagai ahli geologi. Pedalaman Amerika Latin, Afrika dan Indonesia adalah beberapa tempat yang pernah Heinrich kunjungi saat masih aktif sebagai ahli geologi. “Saya selalu berminat melihat cara suku-suku di pedalaman mengobati penyakit,“ ungkap Heinrich mengakui. Tidak hanya memerhatikan, Heinrich juga selalu mencatat dan menyusunnya menjadi sebuah database.
Indonesia yang memiliki iklim tropis memberikan kesan tersendiri bagi pria asal Jerman yang telah menjadi warga negara Indonesia ini. Datang ke Indonesia pada 1975, Heinrich kagum pada kesuburan tanah negeri ini, terutama Papua. “Di Papua tanahnya bagus sekali. Tanah kosong di sana masih puluhan ribu hektar yang bisa dimanfaatkan,“ kata Heinrich seraya membandingkan bahwa jenis tanaman herbal di Indonesia jauh lebih lengkap dan berkualitas dibandingkan negara lain yang pernah dikunjunginya.
“Kalau kita lihat sejarahnya, sejak zaman nenek moyang kita sudah
50
HC Magazine/065/Agustus2009
FIGUR menggunakan herbal. Industri jamu bukan industri baru, tapi komoditi dari zaman purbakala,” kata Heinrich yang pernah berdebat dengan para dokter di Surabaya mengenai kesterilan herbal. “Kata dokter-dokter di Surabaya, mana bisa menjamin herbal steril. Para dokter muda itu saya tanya, asal bapak dari mana? Mereka jawab Trenggalek,” kata Heinrich sambil melanjutkan cerita, ”saya tanya lagi, masih ada orang tua atau kakek-nenek? Dijawab masih ada. Lalu saya bilang, coba pulang ke kampung dan tanyakan ke kakek-nenek Anda, kalau sakit gigi pakai apa? Pasti dia ke belakang rumah dan mencari herbal.” Menurut Heinrich, seringkali orang Indonesia tidak sadar bahwa Indonesia memiliki sumber berlimpah. Bila membandingkan dengan China atau Eropa yang memiliki empat musim, Indonesia adalah tanah yang beruntung, begitu pandangan Heinrich. ”Orang China dan Eropa harus berpikir bagaimana mengawetkan tanaman. Di sini orang tidak pernah mikir untuk mengawetkan makanan karena sepanjang tahun selalu ada,” ujarnya berkomentar. ”Di Indonesia kita bikin apa pun bisa. Itu luar biasa,” ungkap penemu tetes mata herbal bermerek Radix® yang terbuat dari buah Keben asal Papua ini mengagumi Indonesia. Heinrich mengakui, sumber daya manusia yang berminat pada penelitian herbal di Indonesia masih jarang. ”Memang butuh kesabaran dalam meneliti dan tidak bisa langsung berorientasi pada hasil,” katanya mengakui. Namun, ia melihat, jika sebuah penelitian herbal sudah memberi hasil, potensi untuk membuka peluang kerja dan pemberdayaan ekonomi akan terbuka lebar. ”Saat saya meneliti, saya coba ke diri saya sendiri sebelum saya beri ke orang lain. Akhirnya, saya menemukan obat tetes mata dan bikin pengobatan masal pada tahun 20032005,” kenang Heinrich yang kemudian bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Indonesia (UI). ”Sekarang obat tetes mata ini sudah mencapai standar internasional,” ungkap Heinrich dengan bangga. Bukan rahasia lagi, kendala yang ditemui para herbalis adalah sulitnya memperoleh izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Heinrich mengatakan, banyak hal yang dilarang mengenai herbal di Indonesia tapi justru diperbolehkan di luar negeri. Contohnya, dokter di Indonesia dilarang meresepkan obat herbal, sedangkan di Australia industri asuransi di sana sudah mulai mendukung pengobatan dengan
herbal. Dokter juga boleh meresepkan obat herbal. ”Karena terhambat perizinan dan sebagainya, walaupun sudah terbukti keampuhannya bila tidak ada izin dianggap obat illegal. Undang-Undang (UU) di Indonesia menyatakan obat infus atau injeksi tidak boleh dari herbal,” tutur Heinrich menyesalkan. ”Kami berharap kalau ada sesuatu yang bagus dilihat dulu, jangan langsung dijegal sehingga bisnis herbal bisa lebih terbuka,” saran pria berusia kepala enam ini.
berjuang ke arah legalitas herbal sebagai obat. Kami berharap obatobatan herbal bisa legal,” ungkapnya. Sejauh ini, ia melihat obat herbal di Indonesia masih didiskriminasi walapun sudah terbukti khasiatnya. ”Sama halnya kita bilang batik Indonesia tidak bagus, sedangkan batik Malaysia bagus. Padahal Indonesia adalah sumbernya batik,” Heinrich mencontohkan seraya melanjutkan, ”herbal itu warisan dari nenek moyang. Kalau kita dapat warisan dari orangtua masa tidak kita pelihara?”
”Orang China dan Eropa harus berpikir bagaimana mengawetkan tanaman. Di sini orang tidak pernah mikir untuk mengawetkan makanan karena sepanjang tahun selalu ada.” ( Heinrich Melcher) Setelah fokus meneliti herbal selama kurang lebih lima tahun, Heinrich berani mengatakan, seharusnya industri herbal Indonesia menjadi yang terbesar di dunia. ”Bisa dibayangkan perkembangan petani kalau industri herbal dikembangkan. Kita membeli bahan baku dari petani, tenaga yang dibutuhkan untuk industri ini luar biasa banyak dan kita bisa melakukan semua itu,” katanya optimistis. Kabar baiknya, Heinrich merasakan sudah ada perhatian dari masyarakat kepada industri herbal dan perhatian ini harus terus ditingkatkan. Menurutnya, Indonesia memerlukan peran pemerintah dalam menyosialisasikan obat-obatan herbal. ”Kalau kita mau menghasilkan sesuatu, kita harus bersifat UMS, yang artinya United Makes Strong atau kebersamaan membuat kuat,” ujar Heinrich. Heinrich menilai, investasi bisa datang bila pemerintah mau merombak perizinan tentang herbal. ”Saya tahu banyak teman-teman pebisnis yang mau terjun ke bidang ini asal ada izin resmi. Para praktisi herbal juga sudah
Hal itulah yang menyebabkan kenapa herbal di Indonesia tidak berkembang. ”Karena belum banyak orang Indonesia yang mau mengembangkannya. Pelatihan juga masih kurang,” tutur Heinrich tegas. ”Di Indonesia kita mempunyai tumbuhan berkhasiat yang sudah terdaftar dan sudah diinformasikan oleh IPB dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) lebih dari 2.000 jenis. Tapi sampai sekarang yang baru diteliti sekitar 400an tumbuhan,” ungkapnya. Melalui penelitian dan pembudidayaan tanaman herbal berkhasiat, Heinrich berharap industri herbal di Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata oleh tuan rumahnya sendiri. Bukan hanya Heinrich, para ahli herbal pun meyakini bahwa herbal Indonesia memiliki potensi besar di depan mata, yang tidak dimiliki negara lain di belahan dunia mana pun. Bila mutiara terpendam ini bisa bersinar, maka pemberdayaan sumber daya manusia Indonesia sebagai negara penghasil herbal terlengkap dan berkualitas di dunia, juga ikut berkembang. Semoga harapan ini dapat terwujud suatu hari nanti. n
51 51
HC HC Magazine/065/Agustus2009 Magazine/065/Agustus2009
KORPORASI Langkah Segar dalam Pengelolaan Talenta di Masa Krisis
Pengambilan langkah yang cepat dan terarah adalah kunci sukses perusahaan di masa krisis. Pandangan yang sama pun harus diterapkan dalam pengelolaan talenta perusahaan. Yulia Yasmina
B
anyak perusahaan yang kehilangan arah lantaran salah mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan talenta perusahaan. Tanpa pembedaan yang jelas mengenai talenta yang kritikal dan yang hanya bersifat penunjang, peranan atau posisi yang esensial terhadap kelangsungan bisnis perusahaan dan yang tidak, serta pekerja yang top performer dan yang bukan, perusahaan tidak dapat membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaan talenta. Hal di atas berdampak terhadap perginya talenta yang memiliki kontribusi tinggi terhadap keberhasilan perusahaan. Meng ingat krisis mungkin akan berlangsung lama, sangat penting bagi organisasi untuk memikirkan dan bertindak cepat dalam menerapkan strategi dan program pengelolaan talenta yang tepat. Accenture telah mengidentifikasi be berapa pendekatan baru yang bisa mem bantu perusahaan memastikan bahwa mereka tetap memiliki kapabilitas dan talenta yang dibutuhkan di masa depan. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat memberikan respons yang lebih dari sekadar pengurangan tenaga kerja. Berikut ini beberapa pendekatan yang dimaksud. Langkah 1: Pengurangan Tenaga Kerja atau Pengurangan Biaya? Kekeliruan antara pengurangan tenaga kerja dengan pengurangan biaya sering membuat perusahaan salah bertindak.
52
HC Magazine/065/Agustus2009
Perusahaan harus melakukan perhitungan yang tepat terhadap kebutuhan tenaga kerja sekaligus kebutuhan kapabilitas yang bisa menunjang pertumbuhan di masa depan. Sebagai contoh, dampak dari perhitungan yang salah dirasakan oleh sebuah per usahaan retail besar. Perusahaan tersebut baru-baru ini menawarkan pegawainya untuk mengambil program pengunduran diri sukarela. Program tersebut tidak menerapkan persyaratan dan kriteria yang jelas, sehingga mengakibatkan ratusan karyawan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman berharga keluar dari pekerjaannya. Pengurangan tenaga kerja yang tidak dilandasi perhitungan yang tepat, membawa dampak bagi penurunan pro duktivitas, engagement, serta moral dan goodwill perusahaan di mata karyawan dan masyarakat. Pada akhirnya, pengurangan tenaga kerja yang tidak tepat dapat melemahkan daya saing perusahaan. Beberapa organisasi telah mencoba cara baru dalam pengurangan biaya tenaga kerja. Salah satunya adalah dengan pengurangan base pay atau dengan penerapan variable pay. Langkah lainnya adalah dengan pemotongan jam kerja atau meminta karyawan mengambil hari cuti di tengah minggu yang tidak dibayar. Sebuah industri telekomunikasi terkemuka telah mengambil langkah inovatif untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Perusahaan secara aktif meminjamkan tenaga ahli mereka pada organisasi lain
untuk dimanfaatkan pada jangka waktu tertentu. Langkah ini dipandang sebagai solusi “win-win” baik bagi perusahaan maupun karyawan. Perusahaan bisa memenuhi tujuan pengurangan biaya, di sisi lain, karyawan tetap bisa mendapatkan penghasilan yang seimbang. Meskipun pendekatan di atas dipandang efektif, namun yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah pendekatan pe ngurangan biaya tenaga kerja yang bersifat menyeluruh. Agar dapat melakukan pendekatan secara menyeluruh, Accenture merekomendasikan perusahaan untuk melakukan Strategic Role Assessment (SRA) atau penilaian peranan strategis. SRA adalah sebuah evaluasi talenta menyeluruh yang didasari oleh tingkat kinerja dan nilai bisnis yang dihasilkan oleh individu dan peranan yang berbeda. Bagan di halaman berikut ini mem perlihatkan proses analisa talenta dengan menggunakan SRA. Tujuan SRA adalah untuk mengidentifikasi talenta yang strategis, yakni individu yang menjadi top performer dan sekaligus memiliki peranan yang berkaitan langsung dengan pencapaian strategis perusahaan. Penilaian dilakukan terhadap seluruh pekerja, fungsi, serta unit bisnis, di mana setiap karyawan di-plot berdasarkan dua spektrum, yaitu: kinerja dan nilai bisnis yang dihasilkan. Analisa ini bisa membantu perusahaan membuat sistem penggajian yang lebih transparan dan sewajarnya. Setiap pekerja dibayar berdasarkan nilai strategis dari kontribusinya terhadap organisasi. Langkah 2: Perencanaan Tenaga Kerja untuk Mereposisi Organisasi Perusahaan harus memikirkan pem benahan terhadap perencanaan tenaga kerja secara menyeluruh, yang dapat mendukung kemampuan jangka panjang dan menengah. Terdapat empat tahapan dalam perencanaan tenaga kerja. Pertama, analisa kebutuhan tenaga kerja, baik keahlian maupun peranan yang dibutuhkan. Kedua, analisa suplai tenaga kerja, termasuk perubahan generasi angkatan kerja dan demografi. Ketiga, analisa gap antara kebutuhan dan suplai tenaga kerja. Dan, pembuatan program perencanaan yang dilakukan pada tahapan terakhir.
Kinerja Exceptional
High
Average
Low
Mission-critical
Nilai bisnis yang dihasilkan
Core Necessary Non-essential
Program tersebut dapat berupa pencarian dan perekrutan tenaga kerja secara global, alih daya (outsourcing), tenaga kerja sementara (contingent labor), pelatihan dan pengembangan, serta akuisisi talenta. Penggunaan tenaga kerja outsourcing maupun sementara (contingent labor), telah menjadi tren untuk mendapatkan tenaga kerja tanpa harus mengeluarkan biaya kepegawaian jangka panjang. Shared services dan alih daya (outsourcing) bisa menjadi cara untuk menurunkan biaya operasi, sekaligus tetap mempertahankan talenta terbaik. Accenture menemukan bahwa bisnis berkinerja tinggi menjamin tenaga kerja mendapatkan pembekalan yang berkesinambungan, baik untuk keahlian manajerial maupun teknikal. Perusahaan berkinerja tinggi juga tidak akan mengeliminasi top performer, tetapi mereka justru memindahkan pekerja tersebut ke posisi yang lebih strategis. Dalam hal akuisisi talenta, perusahaan yang “cerdas” tidak akan meniadakan perekrutan secara keseluruhan. Mo mentum krisis dipergunakan untuk men dapatkan tenaga ahli yang susah untuk direkrut pada saat bisnis sedang maju.
Memberikan penghargaan tambahan dan kesempatan berkembang untuk keuntungan individu dan perusahaan
Diidentifikasi sebagai resiko: memberikan pelatihan tambahan untuk meningkatkan motivasi dan kinerja, dan/atau memindahkan ke peranan yang lebih penting
Memberikan pelatihan dan pengalaman untuk bersiap menjalankan peranan yang lebih kritikal terhadap bisnis
Memberhentikan atau mencari sumber talenta dari alternatif lain
Hewlett-Packard salah satu perusahaan yang meraup keuntungan dari perekrutan insinyur di masa resesi. Setelah perang dunia kedua, banyak laboratorium pemerintah ditutup dan para insinyur diberhentikan. Peluang ini dimanfaatkan Hewlett-Packard untuk merekrut tenaga ahli tersebut. Hewlett-Packard menyadari bahwa kesempatan terbesar yang mereka miliki bukan teknologi, melainkan ke sempatan untuk merekrut para insinyur tersebut. Langkah 3: Pentingnya Pengembangan Kepemimpinan Bagi Pertumbuhan Organisasi Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa masa krisis adalah saat yang tepat untuk melatih dan menguji kepemimpinan se seorang. Setiap organisasi harus melangkah maju dan menggunakan situasi ini untuk menguji dan mengembangkan generasi kepemimpinan selanjutnya. Perusahaan harus mampu mengubah situasi saat ini menjadi sebuah pembelajaran yang berarti bagi pemimpin mereka. Honda Motor Co. secara historis telah menerapkan proyek-proyek baru sebagai tempat pelatihan untuk mengembangkan para pemimpin mereka. Manajer proyek diharapkan tidak hanya mampu mengukir
suatu keberhasilan, namun juga mampu menciptakan pembelajaran bagi generasi berikutnya. Akhir kata, pengelolaan talenta harus dilandasi oleh analisa yang tajam dan menyeluruh terhadap kapabilitas yang dibutuhkan bagi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Mulailah memikirkan keberlangsungan perusahaan Anda dalam jangka panjang. Lalu, lakukanlah analisa talenta sebelum Anda bertindak mengurangi tenaga kerja secara tidak “pandang bulu”. n (Adv)
Penulis adalah Senior Manager dan Lead dari Accenture Indonesia Talent & Organization Performance Service Line. Accenture adalah perusahaan global yang bergerak di bidang konsultan manajemen, layanan teknologi dan alihdaya, beralamat di www.accenture.com. Unit bisnis Kinerja Organisasi & Sumber Daya Manusia (Talent & Organization Performance Service Line) berkolaborasi dengan perusahaan dalam menghadapi tantangan sumber daya manusia.
53
HC Magazine/065/Agustus2009
55
HC Magazine/065/Agustus2009
INTERNASIONAL
KESEMPURNAAN SANG
Zen Master NBA
Final NBA 2009 menoreh sejarah baru lewat kemenangan ke-10 tim asuhan Phil Jackson. Di balik segala upayanya menjadi pelatih basket legendaris, kepemimpinan Phil Jackson mampu menginspirasi banyak orang di dunia.
Rina Suci Handayani
F
inal NBA 2009 pada 16 Juni lalu terkesan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Ada apa gerangan? Tentu bukan karena Most Valuable Player (MVP) The Los Angeles Lakers (LA Lakers), Kobe Bryant, menanggalkan gelar MVP-nya. Tapi hari itu menjadi hari bersejarah bagi LA Lakers karena kembali memenangkan final NBA. Orang di belakang layar yang pantas mendapat pujian atas kemenangan itu tak lain adalah Phil Jackson, yang dipercaya sebagai pelatih LA Lakers sejak 1999. Pria bernama lengkap Phillip Douglas Jackson itu tak ayal jadi pusat perhatian media. Lucunya, bukan topi kemenangan ala NBA yang bertengger di kepala Phil, melainkan sebuah topi kuning berbordir huruf X pada bagian mukanya. “Topi ini buatan anak saya,” kata Phil tersenyum gembira kepada ESPN di hari kemenangannya ke-10, yang sekaligus memecahkan rekor Red Auerbach yang 9 kali memenangkan NBA. Ini menunjukkan, bola basket di Amerika bukan sekadar permainan atau hiburan, tapi sebuah kehidupan yang ruhnya datang dari penjuru Amerika bahkan dunia. Dan, bagi Phil, basket adalah hidupnya. Puluhan tahun melatih tim basket membawa Phil ke tingkat kematangan yang ultimate di posisinya. Lahir di Deer Lodge, Montana 17 September 1945, pria bertinggi badan 2,03 Meter ini sedang menikmati milestone yang sudah dia bayangkan di kepalanya sebagai pelatih basket. Cerutu yang dihisapnya pada malam usai kemenangan ke-10-nya bukan sekadar simbol. ”Aku akan menghisap cerutu sambil mengenang Red Auerbach (pelatih Boston Celtics, red). Dia orang hebat,” kata mantan pemain basket di New York Knicks (1967-1978) dan New Jersey Nets (1978-1980) ini. Nama Phil tercatat sebagai salah satu
56
HC Magazine/065/Agustus2009
INTERNASIONAL dari 10 pelatih terhebat dalam sejarah NBA. Bukan hanya diakui sebagai pelatih hebat di negeri sendiri, di mata praktisi bola basket, Phil adalah simbol sebuah kematangan dalam kepemimpinan sebuah tim basket. Kemenangan bukan hanya simbol, tapi juga perilaku yang bisa menginspirasi pecinta basket di penjuru dunia. ”Phil Jackson adalah pelatih terbaik di zaman ini,” puji Victor Roring, pelatih basket dari tim Satria Muda Britama yang ditemui HC seusai latihan di Sportmall Kelapa Gading, Jakarta Utara. “Pertama kali saya melek basket, zaman Chicago Bulls (Michael Jordan). Pelatihnya adalah Phil Jackson, yang kemudian membawa Chicago Bulls enam kali juara NBA dan empat kali bagi LA Lakers,” katanya.
Menurut Victor, ada beberapa hal mendasar yang diperlukan seorang pelatih dalam mengasah potensi anak didiknya. Di antaranya adalah: kemampuan dan pengetahuan teknik basket, perilaku yang baik, disiplin, ketegasan dalam memutuskan, hubungan yang baik dengan semua pihak baik pemain maupun manajemen, keadilan, sportivitas dan komunikasi yang baik dengan para pemain. Ia menegaskan bahwa itu merupakan persyaratan penting untuk sukses menjadi pelatih basket. ”Terutama mengerti psikologi pemain, karena kita memberdayakan dan mengoptimalkan mereka,” tutur Victor. Kemampuan untuk memahami psikologi pemain bukan berarti pelatih mempelajari ilmu psikologi secara formal. ”Maksudnya
Pemain hebat adalah cikal bakal tim yang hebat. Namun, di balik pemain hebat ada tangan terampil yang bisa mengatur mereka. ”Tapi, itu belum cukup. Untuk sukses harus ada master mind-nya. Nah, tugas pelatih adalah mengoptimalkan semua potensi tim dan pemain-pemainnya,” Victor menjelaskan. Di mata Victor, bermain basket bukan seperti belajar Matematika, di mana satu ditambah satu sama dengan dua. ”Satu ditambah satu bisa jadi 10,” cetusnya seraya melanjutkan, ”Beberapa pemain dilihat dari luar tampak biasa-biasa saja, tapi jika digabung akan dahsyat kekuatannya.” Pelatih basket kelahiran Manado, 18 Desember 1972 ini menganalogikan peran seorang pelatih ibarat memeras air. ”Bagaimana pelatihnya meramu semua potensi di tim supaya potensinya kel uar. Istilahnya, memeras a i r sampai kering banget,” ungkap mantan pemain basket yang mengawali karier basketnya di grup Pelita Jaya asuhan PERBASI (Persatuan Bola Basket Indonesia) ini. M e n j a d i pelatih h e b a t seperti P h i l Jackson b i s a j a d i impian banyak orang.
pelatih Chicago Bulls,” ungkapnya. ”Coach Phil bisa menangani, meredam, dan merangkul pemain hingga energi negatifnya hilang,” tambah Victor. ”Perlu ada ’sesuatu’ yang luar biasa untuk menangani pemain-pemain seperti itu. Sesuatu itu, menurut saya, adalah kombinasi antara pengetahuan, pengalaman, dan psikologi tim. Kalau coach Phil hanya menguasai satu kelebihan saja, dia tidak akan seperti itu,” komentar Victor. Satu hal lagi yang menurut Victor merupakan nilai penting bagi seorang pelatih seperti coach Phil. ”Kewibawaan, saya setuju banget. Seorang pelatih basket butuh kewibawaan. Kewibawaan itu tidak terjadi begitu saja, tapi hasil dari pekerjaan selama bertahuntahun,” katanya. Mengapa seorang pelatih harus berwibawa? ”Kita mau memberikan sesuatu ke pemain. Kalau tidak punya wibawa, bisa-bisa kita dicuekin oleh pemain,” jawab Victor, lugas. ”Wibawa tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dibuat. Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan, wibawanya akan keluar,” tambah Victor serius. Di samping itu, Victor menilai bahwa pelatih juga memberi nilai positif. ”Kalau kalah melulu, saya rasa pelatihnya juga tidak mendapat wibawa dan respek. Namun, wibawa itu bukan sebuah tujuan, tapi hasil akhir. Orang lainlah yang akan melihat perilaku, pengalaman, pengetahuan dan rekam jejak seorang pelatih,” tuturnya mantap.
a d a l a h , mempelajari karakter pemain. Seorang pelatih harus mengenali satu per satu karakter timnya,” ujar Victor menandaskan. ”Latar belakang pemain sangat penting karena kita tidak mungkin menyamaratakan semua orang. Kita harus punya pendekatan yang berbeda satu dengan yang lain, tapi standar yang kita pakai sama,” ujarnya. Phil Jakcson diacungi jempol karena memiliki gaya kepemimpin yang merangkul para pemain. ”Mesti diakui, pendekatan personal dia kepada pemain sangat bagus. Michael Jordan bisa dia tangani dengan baik sehingga mampu mengeluarkan kemampuannya dan akhirnya jadi juara NBA enam kali. Dia juga bisa handle timnya sekarang, Kobe Bryant, karena tidak gampang menangani seorang bintang,” papar Victor. ”Dia juga mampu menangani pemain yang eksentrik dan dicap bad boy, Dennis Rodman, ketika masih menjadi
Red Auerbach mungkin sedang tersenyum puas melihat rekannya Phil Jackson berhasil memecahkan rekor yang pernah dibuatnya. Kesuksesan Phil maupun Auerbach bukan mimpi semata, dan tidak ada rahasia yang mereka simpan. Inspirasi rasanya berlimpah ruah dari para coach gaek itu . ”Yang saya pelajari dari mereka adalah, seorang pelatih tidak mungkin sukses kalau tidak punya pemain bagus. Dan, seorang pelatih tahu kemana harus membawa timnya,” ungkap Victor yang pernah membawa tim nasional basket Indonesia meraih medali perak di Sea Games Chiang Mai 2007. Fokus untuk mencapai penerangan atau kesempurnaan, itulah makna dari kata Zen. Coach Phil yang mengadaptasi filosofi dari Timur itu sudah membuktikan bahwa fokus adalah kunci utama mencapai kesuksesannya. Setelah itu, tantangan-tantangan baru menunggu sang Zen Master untuk terus beraksi dan berkarya di industri basket Amerika, bahkan dunia. n
57
HC Magazine/065/Agustus2009
RESENSI keduanya, setelah pada 2007 ia merilis buku “Rich Game: Cara Kaya dengan Investasi”. Pembahasan tentang MBA sendiri, yang sebenarnya menjadi inti dari buku, dibahas dalam satu Bab tersendiri. Sisanya adalah kumpulan tulisan, artikel dan tanya jawab yang dikumpulkan dari sumber teori maupun praktik tentang pengelolaan keuangan atau kekayaan pribadi baik oleh penulis maupun dari pengalamannya saat menangani nasabah. MBA menggunakan tiga amplop utama, yang dibedakan berdasarkan warna sebagai simbol dari prioritas. Amplop pertama berwarna merah, bermakna sebagai amplop investasi. Amplop ini harus diisi terlebih dahulu, begitu kita mendapatkan gaji bulanan. Besaran idealnya menurut Aidil sebesar 25%, tapi kalau mau ditawar diusahakan di kisaran 10%-20%. Amplop merah dibagi menjadi 4 sekat, terdiri dari pendidikan anak, pensiun, aset (rumah, mobil), dan lain-lain (umroh, haji). Judul Buku: MBA: Manajemen by Amplop; Mau Kaya kok Bingung? Penulis: Aidil Akbar Halaman: 105 hal Cetakan : Pertama, Maret 2009 Penerbit: Rabka Publishing
Belajar Mengelola Keuangan dengan Gaya Amplop
Buku “MBA: Manajemen by Amplop; Mau Kaya kok Bingung”, yang diluncurkan beberapa waktu lalu oleh penulisnya, Aidil Akbar, sebenarnya terinspirasi dari gaya orangtua zaman dulu dalam mengelola keuuangan. Cara sederhana orang tua kita adalah dengan memanfaatkan amplop untuk memisah-misahkan uang yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bulanan dan disusun berdasarkan prioritasnya. Dari sinilah, menurut pengakuan Aidil, ia mengemasnya dalam sebuah buku kecil dan tak lupa Aidil memasukkan Amplop MBA dengan tiga warna, kuning, merah dan hijau, sebagai bonus buku. Buku ini merupakan buku
58
HC Magazine/065/Agustus2009
Amplop kedua berwarna kuning, yakni untuk tabungan dana darurat dan asuransi. Amplop ini diisi setelah amplop warna merah sudah terisi, dan jangan mengisi amplop ketiga sebelum amplop ini terisi. Kegunaan dana ini lebih kepada kebutuhan dana darurat dengan rentang waktu 3, 6 atau 12 bulan. Aidil mengingatkan untuk disiplin dengan amplop ini, jangan pernah dibuka dengan pengecualian mau pergi ke bank untuk ditabung atau ketemu dengan agen asuransi. Ada lima sekat yang peruntukkan dari amplop ini: dana darurat, premi asuransi, pajak bumi dan bangunan, pembayaran STNK, dan keperluan lain-lain. Amplop terakhir berwarna hijau, simbol dari pengeluran bulanan. Aturan mainnya juga sama, amplop ini boleh diisi setelah amplop pertama dan kedua sudah terisi. Tujuan dari amplop ini tak lain adalah untuk panduan agar kita tidak melebihi dari bujet yang sudah disusun. Di amplop ini juga ada lima sekat untuk mengatur pengeluaran; makan-minum harian, rumah (sewa, cicilan, listrik, air, sampah, dan keamanan), transportasi (bensin, angkutan umum, dan pakaian bilamana perlu), serta keperluan lain-lain. Cara ampuh mendisiplinkan gaya hidup MBA adalah belajar membuat anggaran dan memiliki komitmen untuk mematuhinya. Tak kalah penting adalah menyesuaikan pengeluaran dengan nominal yang sudah disepakati, dan tidak menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. n Rudi Kuswanto
WACANA Oleh Hendrik Lim, MBA. Praktisi bisnis Internasional & Konsultan bisnis perseroan besar
Tak Cukup Hanya Cakap dan Pintar Keberhasilan masa lalu tidak bisa dipakai sebagai acuan untuk melihat masa depan.
S
eorang dokter spesialis sudah bekerja amat keras, tetapi ia merasa penghasilannya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Katakanlah, sebulan ia membawa pulang Rp 20 juta. Jumlah yang tidak cukup untuk hidup di Jakarta. Ia lalu menguras pikirannya lebih dalam, melayani hingga malam hari, dan penghasilannya naik menjadi Rp 28 juta. Ia mulai tersenyum atas sukses pencapaiannya. Namun, seiring perjalanan waktu, anak tambah besar, kebutuhan biaya makin tinggi, maka harus ada usaha tambahan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan agar gaya hidup tidak turun. Ia bekerja lebih keras dan lebih lama. Ia jadi kurang tidur dan istirahat. Tenaga dan pikirannya terlalu diforsir. Ternyata, mindset seperti ini tidak bisa lagi menghasilan reward premium lebih banyak. Honor dan jam kerjanya terbatas. Sekalipun membuka praktik di hari minggu, maksimal uang yang bisa ia bawa pulang adalah Rp 40 juta sebulan. Ini membuktikan bahwa sistem punya sebuah batasan. Kesuksesan masa lalu ternyata tidak bisa menjamin bahwa jurus itu efektif untuk mengantarnya menuju tempat yang lebih tinggi. Tidak berarti dokter tersebut tidak cerdas. Ia amat cerdas. Namun, dinding dan plafon dari sebuah sistem dan jurus sukses masa lalu yang membatasinya. Kalau orang tidak tahu bahwa setiap sistem punya batasan, maka orang sering hantam kromo berjibaku dengan
jurus tertentu saja. Mereka sudah habis-habisan bekerja keras, tapi hasilnya tidak bisa naik, dan timbul kecewa karena sistem tidak bisa digenjot lagi. Ada yang bilang, success has a boundary. Untuk bisa keluar dari tembok yang membelenggu seperti itu, orang memerlukan suatu cara pandang yang sama sekali berbeda. Dalam contoh di atas, kalau ingin punya pencapaian lebih, jurus yang bisa dipilih dokter tersebut b u k a n
dari Rp 40 juta menjadi Rp 50 juta seperti sebuah peregangan prestasi karena menarik sistem melebihi batas normalnya. Akan tetapi, sebuah penghasilan akibat breakthrough adalah exponential. Ini berarti, tidak lagi Rp 50 juta atau Rp 60 juta, tapi bisa hingga puluhan atau seratus kali lipat dampaknya. Breakthrough thinking, berarti sebuah keberanian untuk berpikir out of the box, yaitu berkreasi di luar tembok dan dinding sukses penjara masa lampau. Itu hanya bisa terjadi jika orang mau menbuka dirinya. Ia bak misteri parasut, hanya berfungsi kalau terbuka. Sama halnya dengan sebuah korporasi yang telah mengalami pencapaian tertentu. Jika ingin mencapai hasil yang jauh lebih besar, namun top managementnya hanya bertumpu pada sukses masa lampau dan merasa penambahan mantra “produktivitas karyawan dan motivasi” bisa melesatkan pen capaian secara spektakuler, maka jurus ini bukan tidak tepat, tetapi bisa membuat pekerja merasa kecapaian.
berjibaku m e m b u k a konseling praktik dokter, tetapi berupaya memiliki klinik atau rumah sakit sendiri, di mana ada banyak dokter yang bisa bekerja untuknya. Kaidah untuk memiliki klinik atau rumah sakit, tidak sama dengan kaidah yang dipakai untuk menjadi dokter praktik yang cakap. Inilah yang disebut breakthrough. Saat dokter tersebut membuka klinik atau rumah sakit, jumlah peng hasilannya bukan lagi meningkat menurut deret tambah. Misalnya,
Ibarat kaki, ia sudah berlari dan mengejar kompetisi maraton matimatian, tapi tidak bisa memuaskan kepalanya (top management). Sang kaki, merasa sudah berusaha maksimal lari nonstop, tapi hasilnya segitugitu saja. Akhirnya ia lecet, bengkak dan mogok. Pemikiran breakthrough adalah domain top leadership. Sebagai top professional, kaum ini dibayar mahal untuk menghasilkan lompatan kuantum. Top leadership perlu diberikan kesempatan untuk memikirkan breakthrough, tanpa direcoki oleh tetek bengek operasional yang dikelola oleh manajemen di level menengah. n
59
HC Magazine/065/Agustus2009
KORPORASI HSBC Payroll Solutions
Komitmen HSBC Dalam Layanan Payroll HSBC
memulai program HSBC payroll solutions di Indonesia pada Mei 2008. Hingga saat ini, beberapa perusahaan lokal maupun multinasional telah mengikuti payroll HSBC. Menurut Senior Vice President Sales & Services HSBC Indonesia Vita Ariavita, HSBC payroll Solutions merupakan program layanan yang unik karena menggabungkan paket layanan perbankan yang manfaatnya bisa dirasakan sekaligus oleh nasabah korporasi maupun nasabah personal. Program yang sama telah mencatat sukses ketika diterapkan di dua negara Amerika Latin, Brazil dan Meksiko. 1,2 juta Komitmen HSBC terhadap program payroll mendapat pengakuan dari HR & Talent Management Director PT IndoAd Dyah Ambarwati. Menurutnya, ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh payroll HSBC. Pertama, dilihat dari sisi pengerjaan payroll untuk HRD, sistem yang dimiliki HSBC sangat mudah diterapkan. Selain itu, dengan layanan internet banking HSBC, proses masuk uang menjadi lebih cepat. “Kalau dengan bank sebelumnya, proses masuknya itu perlu sampai 3 hari. Karena ada beberapa bank yang beda di karyawan kita. Dengan HSBC istilahnya -1,” kata Dyah. HSBC juga selalu melakukan up date sistem internet approval yang memang sudah ada sejak lama. “Itu membuktikan bahwa HSBC memiliki komitmen untuk menggarap payroll sistem, tambahnya. Dyah juga menceritakan pengalamannya menggunakan payroll HSBC. “Kesalahan pengetikan nama karyawan masih bisa di tolerir. Yang penting accountnya sama,” katanya. Untuk hal ini, Dyah beranggapan
bisa saja terjadi human error ketika menginput data karyawan. Notifikasi yang dilakukan HSBC jika terjadi kesalahan juga bisa dibilang cepat. Secara keseluruhan, Dyah menilai sistem payroll HSBC cukup membantu dan memberi kemudahan proses. “Tapi mungkin ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Seperti fitur di ATM, itu mestinya harus bisa lebih banyak,” komentar Dyah sembari menyampaikan dedicated relationship manager yang disediakan HSBC perlu ditambah atau diperbesar timnya guna memberikan layanan yang lebih prima. Pengalaman lain menggunakan HSBC payroll juga diungkapkan oleh Finance Manager PT Rainbow Asia Poster, Pinky Octorina Winarta. Perusahaan jasa billboard advertising ini menggunakan payroll HSBC sejak Mei 2009. “Kalau secara korporasi, pekerjaannya hampir sama dengan dulu cuma bedanya biaya administrasinya yang free,” ungkap Pinky. Perbedaan tersebut membuat Rainbow bisa menghemat biaya charge sebesar Rp. 2000 per orang yang sebelumnya ada dalam sistem payroll lain. Dia juga menceritakan pengalaman karyawan Rainbow yang sengaja mencoba saldo minimal dalam rekening payrollnya. “Saldonya benar 0 (nol). Setelah gajian mereka tarik semua,” cerita Pinky. Dia melanjutkan meski manajemen masih perlu melakukan review terhadap penggunaan payroll HSBC, namun sejauh ini penerapannya bagi staf Rainbow bisa dikatakan sukses. Tidak ada komplain yang berarti dari para staf. “Untuk ‘tukang’ dan driver memang belum kita berlakukan. Sampai saat ini ‘tukang’ itu masih cash,” katanya. Hal senada juga dialami oleh Finance & Administration Manager PT Lloyd’s Register Indonesia Liawaty Sulaeman. Menurutnya, payroll HSBC bisa mengurangi biaya administrasi
“Otomatis untuk 20 orang yang pegawai Lloyd’s yang pakai HSBC, kantor tidak kena biaya transfer,” katanya. Dia perusahaan.
menambahkan proses yang disebutnya sebagai internet payment memudahkan ketika melakukan approval. “Kita colok ke internet terus masuk langsung up load data,” papar Lia sambil menceritakan rekannya dari Singapura pernah melakukan approval payroll pada saat berada di Indonesia.(Adv)
TANYA JAWAB Beasiswa Bagi Anak Peserta Jamsostek Bagaimana cara menjadi peserta Jamsostek ?
kabupaten atau upah minimal kota (tergantung standar upah yang diberlakukan dalam provinsi/kabupaten/ kota)
Jawab Untuk menjadi peserta program Jamsostek, melakukan pendaftaran dengan cara:
perusahaan
•
Menghubungi kantor Jamsostek (Persero) setempat/ terdekat
•
Mengisi Form 1 untuk pendaftaran perusahaan
•
Mengisi Form 1a untuk pendaftaran tenaga kerja dan keluarga
•
Membayar iuran I (pertama) sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan PT Jamsostek (Persero)
Guna tertib administrasi kepesertaan yang perlu mendapatkan perhatian perusahaan adalah sebagai berikut : •
Mendaftarkan seluruh tenaga kerja dengan upah yang sebenarnya diterima tenaga kerja pendaftaran
sesuai
data
yang
4. Penerima bantuan adalah: a) 1 (satu) anak tenaga kerja peserta program Jamsostek dengan nilai rata-rata >7,00 (skala 10,00) untuk murid SD/SMP/SMU dan Indeks Prestasi (IP) 2,75 (skala 4,00) untuk mahasiswa yang dibuktikan dengan fotocopy raport atau transkip nilai tahun ajaran terakhir yang dilegalisir oleh pihak sekolah/ universitas. b) Anak tenaga kerja peserta Program Jamsostek penerima besiswa dengan persyaratan pada butir (a) dapat menerima beasiswa terus menerus pada jenjang pendidikan yang sama selama mendapat nilai rata-rata >8,00 (skala 10,00) dan IP 3,00 (skala 4,00) c) 1 (satu) anak tenaga kerja peserta program Jamsostek yang meninggal dunia atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja tanpa persyaratan nilai rata-rata atau IP.
•
Mengisi formulir sebenarnya.
•
Membayar iuran secara teratur selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya dengan formulir rincian iuran
5. Tenaga kerja peserta melampirkan copy kartu peserta Jamsostek dan copy kartu keluarga atau keterangan lain yang menjelaskan status anak.
•
Melaporkan setiap perusahaan yang terjadi.
6. Permohonan bantuan diajukan perusahaan peserta, termasuk bagi anak dari tenaga kerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia atau cacat total tetap karena kecelakaan kerja.
Sebagai salah satu peserta Jamsostek dan informasi yang saya dapat bahwa Jamsostek mempunyai program bantuan beasiswa kepada anak peserta Jamsostek. Bagaimana caranya dan apa persyaratannya untuk mendapatkan beasiswa tersebut? Jawab PT Jamsostek (Persero) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pesertanya dibidang pendidikan memberikan bantuan Beasiswa untuk anak peserta Jamsostek, dengan persyaratan sebagai berikut : 1. Perusahaan telah terdaftar sebagai peserta program Jamsostek minimal 1 tahun dan tertib membayar iuran. 2. Tenaga kerja telah terdaftar sebagai peserta aktif program Jamsostek minimal 1 tahun secara terus menerus dengan menunjukan Kartu Peserta Jamsostek asli. 3. Tenaga kerja dengan upah yang dilaporkan maksimal 300 % dari upah minimal propinsi atau upah minimal
7. Permohonan bantuan bagi anak dari tenaga kerja peserta program Jamsostek yang meninggal dunia atau cacat total tetap karena kecelakaan kerja diajukan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tanggal meninggal dunia atau cacat total tetap. 8. Bantuan beasiswa diberikan dalam bentuk uang tunai dengan nilai yang ditetapkan melalui keputusan/surat Direksi PT Jamsostek (Persero) dan secara berkala dapat ditinjau kembali. 9. Bantuan beasiswa diberikan satu kali pada setiap jenjang pendidikan dan dibayarkan sekaligus untuk 1 (satu) tahun. 10. Bantuan beasiswa diprioritaskan kepada tenaga kerja peserta Jamsostek yang belum pernah menerima, kecuali untuk penerima beasiswa terus menerus pada jenjang pendidikan yang sama selama mendapat nilai rata-rata >8,00 (skala 10,00) dan IP 3,00 (skala 4,00).
KOMUNITAS
MANCING YUK! M Sambil Olahraga dan Wisata
emancing bagi sebagian orang merupakan bentuk penyaluran hobi. Ada kebahagiaan yang sulit terungkap ketika seseorang berhasil menangkap ikan dari mata kailnya. Bahkan, ada yang berpendapat, memancing merupakan kegiatan yang tepat untuk melatih kesabaran dan menumbuhkan semangat hidup. “Mancing bukan sekadar olahraga maupun refreshing, tetapi sesuatu yang menjadikan hidup kita lebih berarti dan lebih bersemangat,” ungkap Fudji Wong.
Kesibukan kerja kadang hanya menyisakan sedikit waktu untuk istirahat atau melakukan aktivitas lain di luar rutinitas. Kini ada cara ampuh dan praktis untuk membunuh kejenuhan. Salah satunya adalah memancing. Anung Prabowo
Pria kelahiran Purwokerto, 13 Desember 1968 ini menceritakan, hobi memancing sudah dikenalnya sejak kelas empat sekolah dasar (SD). Mulanya ia sering memancing di sungai, yang kebetulan lokasinya tak jauh dari rumahnya. Ketika itu, dengan peralatan pancing sederhana, seperti joran yang terbuat dari bambu dan hasil serutan sendiri, Fudji kecil begitu menikmati seni menekur joran, walaupun ikan yang dipancing relatif kecil-kecil, seperti ikan boso, uceng dan tawes. Pada 1987, saat kuliah di Jakarta, ia sering memancing di pinggir laut, tepatnya di Muara Baru dan Teluk Naga, Jakarta Utara. “Ketika lihat ada majalah mancing, dan banyak lihat hasil pancingan ikan kakap merah, saya sangat tertarik dan ingin mancing di tengah laut, supaya dapat hasil seperti itu,” tutur Ketua Fishing Indonesia ini mengenang. Alhasil, ia sempat menyewa kapal kayu di sekitar kawasan PLTU Ancol untuk memancing di tengah laut dengan merogoh kocek sekitar Rp 350-450 ribu per kapal. “Sampai beberapa kali pergi, bahkan belasan kali pergi, saya tidak pernah dapat ikan kakap merah seperti yang diceritakan di majalah,” tuturnya mengeluh. Namun, semangat Fudji untuk me mancing di tengah laut tidak goyah. Ia tetap optimistis mendapatkan incarannya si kakap merah. Akhirnya ia memberanikan diri menyewa kapal Kemala Sari untuk mendapatkan si kakap merah di tengah laut. Saat itu ia terpaksa mengeluarkan kocek sebesar Rp 1,8 juta untuk menyewa kapal dalam satu kali trip. “Tak disangka, ternyata saya mendapat banyak sekali ikan kakap merah, tenggiri dan beberapa ekor ikan barracuda,” kata pria yang gemar memancing di Kepulaun Seribu ini dengan bangga. Inilah titik awal Fudji keranjingan memancing di tengah laut. Agar tak salah memilih lokasi, ia melengkapi dirinya dengan bantuan alat Global Positioning Systems (GPS) dan Fish
62
HC Magazine/065/Agustus2009
KOMUNITAS Finder. Diakuinya, kedua alat itu sangat mahal harganya. Otomatis, gajinya saat itu tidak memungkinkan ia memancing di laut setiap bulan dengan kapal yang dilengkapi kedua alat modern tersebut. “Tetapi tanpa kedua alat ini mustahil dapat ikan yang memuaskan,” ujarnya memastikan. Maka, ia memutuskan menjadi pengusaha restoran di se kitar kawasan ruko Kelapa Gading, Jakarta Utara. Upaya ini tak lain demi menambah kocek untuk ongkos memancing ke tengah laut. Fudji menceritakan, dari beberapa pengunjung yang datang ke rumah makannya, ternyata banyak di antara nya yang juga tertarik pada hobi memancing di laut. Akhirnya, ia dan para pelanggannya kerap bertukar informasi. “Saya bersama pelanggan yang tertarik mancing ke laut ber patungan untuk pergi bersama. Saya senang sekali karena biaya mancing ke laut jadi sangat ringan,” ujarnya. Nah, mulai saat itu, hampir tiap minggu ia memancing ke laut. Ia tidak perlu lagi mengeluarkan kocek dari saku pribadinya karena telah menjadi tour leader bagi timnya. Tahun 2000, Fudji mendirikan komunitas memancing yang dinamakan Fishing Indonesia. Keberadaan komunitas ini ditandai dengan peluncuran website fishingindonesia.com. Kemudian, ia mencoba mengelola usaha memancing yang dikemas dan dijalankan secara profesional. Bisnis ini mengantarkannya menjadi seorang fishing coordinator. “Saat itu usaha mancing sangat jarang, karena banyak orang yang tidak mau mencobanya,” kata Fudji seraya men jelaskan bahwa Fishing Indonesia didirikan untuk ikut memasyarakatkan olahraga mancing di seluruh Indonesia. “Misinya adalah, para pemula yang belum mengerti mancing diharapkan jadi hobi memancing,” tutur bos air minum dalam kemasan berlabel Fujiro ini berharap. Menurutnya, anggota komunitas Fishing Indonesia yang aktif hingga saat ini sebanyak 781 orang. “Mereka datang dari berbagai kalangan, antara lain pegawai negeri, swasta, pengusaha, bahkan sampai ibu rumah tangga,” tutur Fudji menyebutkan. Tiap sebulan sekali komunitas ini rutin mengadakan pertemuan. Lalu, apa keuntungan menjadi anggota Fishing Indonesia? Dikatakan Fudji, para penggemar memancing yang tergabung dalam komunitas ini selain memperoleh informasi dan teman baru, juga mendapat kepastian dari hasil memancingnya, yaitu ikan. Nah, Anda berminat? n
Untungnya Ikut Komunitas Mancing Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Peribahasa itu juga berguna bagi orang yang memiliki hobi memancing. Bersatunya para penggemar mancing dalam satu wadah makin menguatkan komunitas ini. Sebaliknya, jika para penggemar mancing tidak ada komunitasnya, hobi memancing tidak akan maju. Nah, berikut ini keuntungan yang diperoleh anggota jika bergabung dalam komunitas mancing. 1.
Komunikasi lebih akrab
Berbicara soal memancing dengan orang sehobi biasanya lebih asyik. Baik yang bicara maupun yang mendengar sama-sama memahami kegiatan tersebut. Saling mengerti itulah yang membuat komunikasi jadi lebih akrab. 2.
Kekeluargaan
Seringnya jalan atau mancing bersama membuat hubungan menjadi akrab. Keakraban ini jika lebih intens menjadi hubungan kekeluargaan. Nilai positif dari hubungan kekeluargaan adalah terjadinya gotong royong dan saling membantu satu dengan lain. 3.
Bisa berbagi cerita
Kenikmatan mancing bukan saja saat mendapat ikan. Menceritakan perjalanan memancing juga menjadi bahan cerita yang mengasyikan. Nah, klub mancing bisa menjadi tempat berbagi cerita tentang kegiatan memancing. 4.
Berbagi teknik mancing
Keuntungan bergabung dalam klub mancing, kita mengetahui teknik mancing yang dilakukan teman satu klub. Jika kita belum bisa, maka bertanyalah mengenai teknik memancing. Sebaliknya, bila kita memiliki teknik memancing baru, kita bisa bagikan kepada sesama mania. 5.
Biaya mancing lebih murah
Salah satu kendala yang menyebabkan mania tidak bisa mancing adalah besarnya biaya. Besarnya biaya mancing bisa diatasi dengan cara mancing bersama-sama. Bukankah ada pepatah, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, yang artinya besarnya biaya bila ditanggung bersama akan terasa lebih ringan. 6.
Tukar informasi lebih cepat
Seringnya bertemu antara satu mania dengan yang lain dalam satu wadah maka informasi memancing yang diterima akan lebih cepat. Kecepatan informasi ini berguna sekali bagi mania yang ingin mengembangkan teknik memancingnya. 7.
Saling pinjam alat
Karena hubungan akrab, kita bisa saling pinjam alat pancing. Bahkan jika sudah terjalin keakraban kita bisa saling pinjam kapal untuk kegiatan memancingnya.
(Sumber: Tabloid Mancing Mania)
63
HC Magazine/065/Agustus2009
WACANA
A.M. Lilik Agung, Pembicara publik dan trainer bisnis. Mitra Pengelolaan High Leap Consulting. Beralamat di
[email protected]
MENJADI KARYAWAN UNGGULAN S
yahdan setelah diterjemahkan buku besutan Robert Kiyosaki bertajuk ”Rich Dad – Poor Dad,” dan ”Cashflow Quadrant” dan kemudian diikuti seri tulisan lain ke dalam bahasa Indonesia, gairah karyawan untuk berpindah kuadran menjadi pengusaha meluap-luap. Apalagi disebutkan dalam buku itu bahwa menjadi karyawan selamanya akan miskin. ”Cepat pindahlah kuadran!,” nasihat Kiyosaki, ”Agar Anda bisa bebas finansial.” Untuk memprovokasi pikiran dan membongkar wilayah kenyamanan yang diidap mayoritas masyarakat negeri ini, pemikiran Kiyosaki layak diacungi jempol. Apalagi banyak terungkap, ternyata hanya 400.000 manusia di negeri ini yang menjadi wiraswasta – dari kelas kakap hingga kelas gurem – dari total 230 jutaan penduduk Indonesia. Sebuah jumlah yang teramat sedikit. Apalagi melihat kekayaan alam negeri indah ini nan aduhai. Peluang menjadi wirausaha terbuka lebar dengan didukung oleh sumber daya melimpah. Anjuran Kiyosaki juga pantas diapresiasi tinggi ketika melihat saban waktu (bukan lagi saban tahun sehabis lulusan sekolah!) antrian panjang manusia-manusia usia produktif mencari pekerjaan. Berdesak-desakan para pelaku masa depan negeri ini merebutkan sejumput pekerjaan.
64
HC Magazine/065/Agustus2009
Bahkan yang lebih menyedihkan jutaan rakyat Indonesia harus mengadu nasib ke negeri tetangga dengan jaminan keselamatan nyaris tidak ada. Hanya saja, anjuran Kiyosaki ini ternyata banyak dimanipulasi manusia-manusia tidak bertanggung jawab. Apalagi pemikiran Kiyosaki dalam banyak bukunya hanya bicara tentang wacana empat kuadran (karyawan, wirausaha untuk diri sendiri, pemilik bisnis, investor), namun tidak memberikan ’know how’ dan ’how to’ untuk berpindah kuadran tersebut. Alhasil buku-buku dengan tema besar ’Cara Gampang Menjadi Pengusaha’ muncul bak jamur di musim hujan. Ditambah lagi kursus, seminar dan workshop ”Cara Mudah Menjadi Investor” menjamur tanpa henti. Lalu, tawaran investasi bodong untuk menjadi investor agar cepat bebas finansial pun makin berseliweran. Kemunculan petunjuk mudah pindah kuadran dengan tujuan pokok bebas finansial, ternyata sejurus dengan bermunculannya manusia-manusia kalah karena tidak kunjung bebas finansial. Yang terjadi justru buntung finansial karena kena tipu muslihat. Alhasil, tujuan mulia Kiyosaki dalam memprovokasi paradigma dan gairah para penulis atau pembicara agar sebanyak-banyaknya manusia negeri ini menjadi wirausaha mendapat cobaan di sana-sini.
kira-kira begini,”Saya bekerja tujuan ke depannya ada jaminan pensiun.” Sebuah paradigma yang susah untuk dijelaskan secara logika. Namun dalam realitas dapat dimaklumi. Bagaimana dapat dijelaskan secara logika kalau seorang yang baru berumur 25-an tahun dan baru bekerja tanpa pengalaman langsung berpandangan pensiun? Mau diapakan umur produktifnya selama 20 – 30 tahun bekerja? Pekerja jenis ini berparadigma bahwa urusan karier bukan karena dirinya. Seakan-akan berkarier itu urusan eksternal yang dipengaruhi oleh kondisi perusahaan. Perusahaan yang menentukan pada posisi dan jenjang apa kedudukan karyawan. Sistem urut kacang berdasar umur dan senioritas menjadi pegangan utama dalam berkarier. Tidak perlu ngotot, tidak perlu bersaing kencang, tidak perlu belajar spartan. Pasti dengan sendirinya seiring dengan lamanya bekerja, karier akan datang. Faktor eksternal (perusahaan) lebih berperan ketimbang faktor internal (diri sendiri). Berbasis kondisi ini tindakan yang sekarang dilakukan oleh para pemikir, pembicara publik maupun penulis yang ’membela’ nasib karyawan pantas diapresiasi. Salah satunya seperti buku karya Safir Senduk dengan tajuk ”Menjadi Karyawan Juga Bisa Kaya.” Buku ini seakan-akan ’membela’ nasib karyawan setelah bombardir pindah kuadran yang menyebut menjadi karyawan merupakan warga kasta kedua. Karyawan/wati yang asal mula katanya dari manusia karya (berkarya untuk menghasilkan sesuatu) justru direduksi maknanya menjadi warga pinggiran. Alhasil ’membela’ karyawan untuk berkontribusi dan berkinerja optimal juga merupakan niat mulia, semulia niat mengajak menjadi wirausaha.
Mengubah Paradigma Hal paling logis dari seorang dalam bekerja adalah meraih karier sampai ke puncak. Hanya menjadi persoalan manakala sang pekerja yang pada awal mula bersemangat dalam bekerja tibatiba dihadapkan pada realitas yang tidak dapat dihindari: minimnya kesempatan untuk berkarier, atasan yang pilih kasih, intrik antar karyawan hingga politik kantor nan kejam. Pengaruh eksternal tersebut lama-kelamaan menggerus semangat internal untuk berkarier. Pada sisi lain, ada paradigma yang layak dibetulkan dari sang pekerja dalam menjalani kariernya. Paradigma ini kalau dikalimatkan
Paradigma ini disebut keamanan pekerjaan. Paradigma yang menyertai keamanan pekerjaan mewariskan kepercayaan bahwa loyalitas, ke disiplinan buta, kerja keras, sikap menurut dan senioritas merupakan modal untuk membeli keamanan atas pekerjaan. Sementara kecakapan, keahlian dan kerja keras diri pribadi bukan merupakan hal mutlak dalam berkarier.
untuk meraih karier sampai puncak. Paradigma keamanan karier ini yang akan membentuk karyawan menjadi unggul. Tidak peduli siapa atasannya, tidak peduli jenis perusahaannya, tidak peduli siapa pemilik perusahaannya. Lebih dipedulikan adalah kontribusi karyawan terhadap tanggung jawab pekerjaannya. Loyalitas ditunjukkan pada profesinya, tidak sekadar loyalitas buta pada perusahaannya. Jika perusahaan tidak mampu memberi yang terbaik pada dirinya, sementara diri pribadinya sudah berkontribusi optimal di atas deskripsi pekerjaan dan key performance indicator, pasti perusahaan lain siap untuk menerima pemikiran dan kontribusinya. Itulah yang terjadi pada manusiamanusia karyawan yang selalu diburu para head hunter. Berstatus karyawan namun bebas finansial karena berkinerja dan berkontribusi optimal. Hanya dengan sebuah cara; mengubah paradigma. Dari keamanan pekerjaan menjadi keamanan karier. Dalam bahasa sederhana; karier adalah urusan pribadi yang berhubungan dengan keahlian, pengetahuan dan nilai-nilai profesional. Bukan karena atasan, perusahaan, atau orang lain.
*Penulis adalah pelatih bisnis, Mitra Pengelola High Leap Consulting. Buku terbarunya “Cara Cepat Menjadi Supervisor Unggul”.
Kebalikan dari keamanan pekerjaan adalah keamanan karier. Keamanan karier berpandangan bahwa urusan karier adalah urusan pribadi. Perjalanan karier dipilih dan ditentukan oleh diri sendiri (internal), s e m e n t a r a p e r u s a h a a n ( e k s t e r n a l ) adalah wahana untuk menapaki karier. Paradigma keamanan karier berdasar pada bekerja untuk memperbaiki diri, dorongan berprestasi di tempat kerja dan selalu mengasah kemampuan diri dengan semangat pembelajar. Motivasi untuk berprestasi merupakan pemacu
65
HC Magazine/065/Agustus2009
Cara SOSRO Menangani HOAX Timkhusus khususyang yangdibentuk dibentukoleh olehPT PTSinar SinarSosro, Sosro,malam malamitu, itu,66Juni Juni2009, 2009,harus harusrela relabekerja bekerjahingga hinggadini dinihari. hari. Tim Merekaberembug, berembug,menganalisa menganalisadan danmenentukan menentukanstrategi strategiuntuk untukmenghadapi menghadapi‘serangan ‘serangangerilya’ gerilya’dididunia dunia Mereka maya.Sosro Sosrodiserang diserangoleh olehHOAX! HOAX! maya. RudiKuswanto Kuswanto Rudi Foto: Ronny Jatnika
T
ak ada yang menyangka bahwa manajemen Sosro yang selama ini tampak adem-ayem, hari itu harus membuat keputusan besar, yakni mengibarkan bendera ‘perang’ untuk melawan dan menghentikan viral Hoax (berita bohong) yang menyebar cepat di internet. Mereka terkejut saat bagian customer service tak henti-hentinya menjawab pertanyaan dari agen maupun distributor yang menanyakan, “Ada apa gerangan dengan Sosro?”
bermula pada 8 April 2009. Hariadhi, seorang netter, memulai diskusi di milis Creative Circle Indonesia (CCI). Di milis ini ia membuat tulisan berjudul “Waspada! Teh Botol Sosro Beracun!”
Tidak berhenti sampai di situ. Pelanggan-pelanggan kelas kakap dan pemilik toko swalayan tiba-tiba membatalkan pesanan rutin. Mereka menunggu sampai ada penjelasan resmi dari perusahaan. Tentu, manajemen Sosro kaget bukan kepalang dan menyadari bahwa mereka sedang menghadapi bola panas yang kini bergerak liar sangat cepat.
Celaka dua belas. Informasi menyesatkan ini menyebar dengan cepat melalui forward email dan keluar dari konteks milis asalnya ke jaringan para anggota masing-masing. Puncaknya, pada 5 Mei 2009, isu Teh Botol Sosro mengandung racun menyebar dan singgah ke forum fashionedaily.com yang anggotanya mayoritas ibu-ibu dan tentu saja menjadi santapan empuk karena isu tersebut jelas sangat menyentuh kepentingan melindungi keluarga atau anak.
Vice Marketing Director PT Sinar Sosro, Ronny Jatnika, mengaku, harus menggunakan kacamata bantu setelah seharian penuh memelototi berita-berita miring tentang perusahaan di depan komputernya. “Mata ini sampai berair kelamaan di depan monitor,” ungkapnya. Ronny dipaksa memutar otak lebih keras bagaimana caranya menghentikan virus yang menyebar bagai viral. Selidik punya selidik, kekacauan itu ternyata bersumber dari sebuah email yang menyudutkan Sosro dengan memanfaatkan keampuhan teknologi internet. Kisah
66
HC Magazine/065/Agustus2009
Dari judulnya yang bombastis, sontak banyak tanggapan atas postingan tersebut. Dan, rupanya, eksperimen Hoax naik lagi di milis yang sama pada 30 April dengan judul lebih gawat dari sebelumnya, “Teh Botol Sosro Racunnya Teh!”
Isu miring ini terus menyebar, baik melalui forum-forum yang lebih besar, seperti indonesiaindonesia.com, melalui email berantai, muncul di blog dan di-copy paste ke blog-blog lain. Praktis, keyword ‘Teh Botol Sosro’ mendadak populer di search engine. Sampai-sampai Google yang menjadi rujukan para onliner di seluruh dunia harus turun tangan dan merekamnya melalui salah satu fiturnya, GoogleTrends. Sekadar info, standard GoogleTrends ini sangat tinggi
sehingga ia tidak akan mencatat sebuah keyword jika memang yang mencari di search engine kategorinya hanya biasa-biasa saja. GoogleTrends baru bergerak kalau memang terbukti ada lonjakan yang luar biasa. Itulah yang terjadi pada Sosro. Dari bulan bahkan tahun sebelumnya, tidak terekam sama sekali. Akan tetapi, pada periode Mei dan Juni, grafik di GoogleTrends dengan kata kunci ‘Teh Botol Sosro’, tiba-tiba melejit membentuk sebuah grafik yang bergerak naik.
menjadi alasan kuat bagi manajemen untuk terus bergerak dan tidak tinggal diam. Terlebih, isu yang berkembang jelas-jelas menyudutkan Sosro. Misal nya, isu negatif dari email yang beredar menyebutkan adanya ‘korban’ seorang anak dengan gejala kecanduan. Ibunya, bernama Martini, menemukan berita di internet mengenai kandungan berlebihan hidroxilic acid (atau nama resminya dalam format IUPAC adalah dihidrogen monoksida/H2O) di dalam Teh Botol Sosro.
tidur dan ibunya bingung mengobati kecanduan anaknya karena tidak punya biaya. Ronny mengungkapkan, dari email inilah timnya melakukan lokalisir isu negatif karena dampaknya mulai terasa. Dari sisi internal, Ronny mengakui, isu tersebut membuat karyawan, komisaris dan share holder resah karena mendapat banyak pertanyaan secara tiba-tiba. Parahnya, mereka tidak tahu bagaimana cara menepis isu miring tersebut. Secara eksternal,
“Bahan bakunya dipetik dari kebun teh milik sendiri dan diproduksi melalui 10 pabrik dan menyerap tenaga kerja sebanyak 8.500 orang. Kami juga melibatkan puluhan ribu agen maupun distributor, termasuk berbagai industri ikutan seperti gelas, logam, plastik, gula dan transportasi serta tentu saja ratusan juta konsumen.” Tercatat, kata ‘Teh Botol Sosro’ direkam di 57.500 search pages result pada 30 Juni 2009, yang artinya ada lonjakan hampir 50 kali dalam tempo dua bulan. Hampir sebulan berikutnya, pada 27 Juli 2009, hasil di atas meningkat dua kali menjadi 106.000 search pages result, atau bergerak naik 100 kali lipat hanya dalam tempo tiga bulan. Bisa dikatakan, data-data statistik yang difasilitasi oleh GoogleTrends berfungsi sebagai alarm dan bisa dijadikan alat untuk mendeteksi secara dini terjadinya sebuah krisis di internet. Lantas, apa yang dilakukan oleh manajemen Sosro? Manajemen Sosro langsung tanggap. Dibentuklah sebuah tim khusus yang tugas utamanya adalah meredam gejolak di internet. Ronny menuturkan bagaimana Sosro menangani krisis yang terjadi. Ia melakukannya dengan menyebutkan fakta-fakta di lapangan, seperti “Sosro sudah lebih dari 35 tahun beroperasi di Indonesia, memproduksi ratusan juta botol tiap tahun, sekaligus telah menjadi ikon produk kebanggaan nasional dengan prestasi sebagai pelopor produsen teh siap minum dalam kemasan pertama di dunia.”
Rupanya si ibu langsung ingat kalau anaknya tadi siang menghabiskan tiga botol teh yang dibungkus dalam berbagai kemasan dan merk. Ia menyebut, bahan baku utama Teh Botol Sosro bukan teh alami, tapi hidroxilic acid sehingga rasanya lebih enak daripada yang lain. Celakanya, zat ini disebut berbahaya kalau dikonsumsi berlebihan. Email tersebut didramatisir dengan pernyataan Dr. Priyadi Handoko, ahli kesehatan dari IKDN, ”Sedetik saja gejala kelebihan ini terlambat ditangani, nyawa pasien melayang,” katanya. Saat dikonfirmasi ke humas Sosro, tanpa menyebut nama, jawabannya standar bahwa Teh Botol Sosro sudah lulus uji POM, tapi ketika ditanya mengenai kandungannya, jawaban humas Sosro adalah membanting telpon. Dalam email tersebut dikatakan bahwa anak Martini masih tergolek di tempat
para mitra bisnis seperti agen, modern trade, pelanggan korporasi dan retailer terus mempertanyakan kebenaran isu dan bahkan ada yang menangguhkan order. Setali tiga uang di kalangan media online, situs, blog, email dan milis makin cepat menyebar menembus lintas media, waktu, negara dan kalangan. Melihat reaksi yang timbul begitu cepat dalam waktu singkat, Ronny dan timnya mengambil inisiatif. “Ini merupakan manajemen krisis, maka kami tidak menggunakan SOP reguler. Kami mengutamakan kecepatan untuk merespons, memberi feedback dan men yajikan kebenaran serta kelengkapan informasi,” katanya. Prioritas utamanya adalah, melokalisir, menetralisir dan memberikan klarifikasi secara obyektif agar citra Teh Botol Sosro tidak menjadi buruk dan manajemen
“Bahan bakunya dipetik dari kebun teh milik sendiri dan diproduksi melalui 10 pabrik dan menyerap tenaga kerja sebanyak 8.500 orang. Kami juga melibatkan puluhan ribu agen maupun distributor, termasuk berbagai industri ikutan seperti gelas, logam, plastik, gula dan transportasi serta tentu saja ratusan juta konsumen,” papar Ronny. Data-data inilah, yang menurut Ronny,
67
HC Magazine/065/Agustus2009
tidak kehilangan kredibilitasnya.Dengan cepat Sosro merilis sikapnya di situs resminya dengan memberikan datadata serta fakta bahwa yang dimaksud dihidrogen monoksida (H2O) tidak lain dan tidak bukan adalah air. Dihidrogen monoksida itu adalah HOAX yang juga pernah terjadi di Amerika Serikat pada 1990, karena ketidakpahaman publik terhadap istilah ilmiah air. Hoax ini juga telah tercatat di Wikipedia, ‘kamus terpercaya’ yang diakui oleh dunia online. Prioritas kedua yang dilakukan Sosro adalah memproses pembuat isu dengan melaporkannya ke divisi cyber crime di Polda. “Meskipun pada akhirnya kami memaafkan pelakunya, proses ini kami jalani untuk membuat efek jera kepada yang bersangkutan dan mengantisipasi mereka yang cenderung menjadi follower di kemudian hari,” Ronny menjelaskan. Setelah membereskan urusan internal dengan membekali ‘how to’ menangani krisis kepada stake holder dan membuat tenang sekaligus berperan memberikan penjelasan, membentuk contact center khusus dengan panduan tanya jawab (Question & Answer) yang sudah disusun, tim krisis Sosro bergerak
68
HC Magazine/065/Agustus2009
keluar. Pelaku isu yang sudah ‘bertobat’ dilibatkan dengan membuat pengakuan dan permintaan maaf di blognya sendiri dan link-nya disambungkan ke situs resmi Sosro untuk menjadi penguat atas pernyataan resmi manajemen. Upaya lain yang dilakukan, me manfaatkan channel lain melalui pe nerimaan kunjungan-kunjungan mas yarakat yang ingin melihat proses
“Meskipun pada akhirnya kami memaafkan pelakunya, proses ini kami jalani untuk membuat efek jera kepada yang bersangkutan dan mengantisipasi mereka yang cenderung menjadi follower di kemudian hari.” (Ronny) produksi di pabrik, menjawab telpon yang masuk dengan panduan yang sudah disiapkan, serta melalui forum dan event seperti pameran, booth atau mendatangi door to door beberapa pelanggan utama. Selain itu, juga dilakukan penyebaran informasi melalui online pribadi dari semua tim Sosro baik melalui blog, facebook, friendster, twitter dan media sosial lainnya. “Kami juga memasang advertorial khusus
di salah satu portal news referensi,” papar Ronny. Nukman Luthfie, pakar online strategist, menilai upaya yang dilakukan Sosro sudah tepat. Menurutnya, ini berbeda sekali dengan pendekatan yang dilakukan oleh manajemen RS Omni dalam kasus Prita Mulyasari. “Dengan informasi resmi yang dikeluarkan oleh Sosro dalam waktu singkat, isu negatif di internet bisa diredam karena ada sumber resmi yang bisa dirujuk. Beruntung Sosro bisa memangkas krisis dengan cepat sebelum melebar ke mana-mana,” imbuh Nukman. Hal sama juga disampaikan Enda Nasution, tokoh blogger. Enda melihat Sosro cepat membuat pernyataan resmi dan itu bisa dilihat secara online. “Ini penting karena melalui situs resminya, sebuah perusahaan bisa memberikan informasi penyeimbang di antara informasi negatif yang berseliweran,” katanya. Nukman menimpali, “Inilah bedanya dengan kasus RS Omni. Saat orang sibuk mencari keyword Omni, RS Omni justru tidak mempunyai situs.” Bagaimana dengan perusahaan Anda, apakah sudah menyiapkan situs dan mewaspadai gejala krisis online? n
2009 Indonesian Human Capital Study:
Membangun Referensi Human Capital yang Komprehensif di Indonesia “Di mana sop buntut paling enak di Jakarta?,”
tanya Agi Rahmat, partner Dunamis Organizations Services pada acara sosialisasi Indonesian Human Capital Study (IHCS) di kampus Binus Business School, Kamis 23 Juli lalu. ”Menurut saya sop buntut paling enak di hotel Borobudur,” kata Agi menjawab pertanyaannya sendiri. Pernyataan Agi cukup menggelitik. Sop buntut ia analogikan untuk menggambarkan “sesuatu” yang direkomedasikan sebagai referensi dalam mendapatkan hal terbaik. Sebagai gambaran, IHCS adalah sebuah studi komprehesif mengenai penerapan human capital di Indonesia, yang pertama kali diadakan oleh Dunamis Organizations Services, majalah Human Capital (HC) dan didukung oleh Binus Business School. Berangkat dari cita-cita memiliki sebuah direktori khusus mengenai human capital di Indonesia, IHCS dilakukan dengan mengundang berbagai perusahaan yang minimal memiliki 100 karyawan. IHCS 2009 adalah langkah pertama yang diharapkan menjadi sebuah pijakan menuju referensi human capital yang komprehensif. ”Fakta hari ini adalah, dunia sudah memasuki era human capital dan Indonesia berada di proses transisi untuk memasuki era ini,” kata Agi dalam presentasinya. Penjelasan Agi mengenai empat era peradaban (perburuan, pertanian, industri, dan pengetahuan) mengingatkan kita bahwa sudah saatnya perusahaan menempatkan manusia sebagai modal alias kapital. Era pengetahuan membuat manusia semakin dipandang sebagai aset, bukan alat produksi. Oleh karena itu, tidak ada lagi batasan yang membuat manusia merasa terkungkung.
Manfaat apa yang didapat dari studi yang tidak dikenakan biaya ini? Agi menjelaskan, semakin banyak peserta yang mengikuti studi ini akan semakin baik hasilnya. Setidaknya ada dua manfaat dan tujuan dalam IHCS 2009. Pertama, sebagai pembelajaran. ”IHCS akan mempercepat proses pembelajaran dalam transformasi pendekatan human resources menuju human capital dan terjadi knowledge sharing antar organisasi,” ujar Agi menjelaskan manfaat pertama. Dan kedua, sebagai benchmarking. Lebih tepatnya, untuk mengetahui posisi masing-masing organisasi di industri. ”New and better, menemukan hal-hal baru sebagai inovasi untuk menghasilkan intangible asset bagi organisasi,” papar Agi tentang manfaat dan tujuan kedua IHCS 2009. IHCS 2009 adalah bentuk sumbangsih dari berbagai pihak terutama peserta untuk memajukan kualitas human capital di Indonesia. Majalah HC menyadari bahwa impian besar bisa digapai dengan langkah-langkah kecil, namun dilakukan bersama-sama. ”IHCS 2009 ditujukan sebagai parameter bagi para praktisi human capital di Indonesia. Dengan studi ini, peserta akan tahu mengenai dasar praktik HR. Misalnya, apakah rekrutmen kita sudah seperti yang diharapkan?,” ungkap N. Krisbianto, Pemimpin Umum HC menambahkan. Maka, melalui IHCS 2009 kami mengundang Anda untuk bersamasama berpartisipasi dalam memajukan, sekaligus membangun parameter dan referensi human capital di Indonesia. Selamat bergabung di IHCS 2009. Kami tunggu partisipasi Anda! n (Adv)
69
HC Magazine/065/Agustus2009
KOTA TUA JAKARTA NOSTALGIA SANG RATU TIMUR Siang menjelang sore di Kota Tua Jakarta menyajikan hawa ’napak tilas’ ke zaman dahulu kala saat Jakarta masih bernama Batavia. Kota Tua Jakarta memberi insiprasi dan kenangan tersendiri bagi para pengunjungnya.
Rina Suci Handayani
Jakarta adalah kota warisan pangeran Jayakarta yang kagak ada matinye. Ketika Belanda masuk dan
menguasai kota Jayakarta pada abad ke-16 Masehi, Belanda mengambil alih dan mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. Impian Belanda membangun surga di tanah Batavia diwujudkan dengan membangun gedung-gedung indah dan kanal-kanal ala Eropa. Kota Surga Abadi, Kota Paling Nikmat di Hindia, dan Sang Ratu Timur, itulah julukan Batavia di abad itu. Ketenaran Batavia tercium sampai ke Eropa dan dipuji sebagai kota yang tertata dengan apik dan memiliki kanal-kanal, sehingga mengundang siapa pun untuk datang ke Batavia. Jembatan-jembatan indah dibangun di Batavia untuk menghubungkan daratan yang terpisah oleh kanal. Di sekitar Kota Tua Jakarta yang terletak di kawasan Jakarta Barat itu memang terdapat banyak jembatan, salah satunya adalah jembatan gantung Kota Intan. Jembatan yang terbuat dari kayu dan kini sudah lapuk dan ditutup itu dibangun pada 1628 untuk menghubungkan sisi timur dan barat Kota Intan di Jalan Kali Besar Barat, Jakarta Utara. Rupanya permintaan khusus datang dari Jan Pieterszoon Coen. Dialah sang peletak dasar kolonialisme Belanda yang menginginkan sebuah kota yang mirip dengan kota di negara asalnya. Jadilah, Simon Stevin perancang kota-kota dan kanal Belanda merancang Batavia sesuai permintaan Jan Pieterszoon Coen. Melihat kanal-kanal di Eropa yang biasanya hanya ada di layar kaca memang tampak indah. Sungainya bersih walaupun tidak bening lagi. Bahkan di kota tua Venezia, fungsi kanal juga sebagai tujuan wisata yang mampu menjual romantisme. Gondola perahu khas kota Venezia dan pendayungnya menjadi daya tarik tersendiri.
70
HC Magazine/065/Agustus2009
Apa sebenarnya fungsi kanal? Jawabannya tak lain sebagai sarana angkutan air dan keamanan. Begitu pula kanal-kanal di Jakarta yang dibangun pada tahun 1647 itu ditujukan untuk sarana angkutan air dan keamanan di Batavia. Sayangnya, semua itu kini tinggal kenangan. Yang tersisa saat ini hanya Kanal Ancol, Kalibesar, Mukervaart, Kali Item, Sentiong, dan Krukut. Dokumentasi foto-foto tua Batavia dan tata kotanya yang dibuat mirip di Eropa itu memang tampak indah. Kini, melihat kanal-kanal dengan air yang bersih dan berfungsi sebagai sarana angkutan air rasanya cuma mimpi. Sungai yang kotor dan tidak terawat membuat siapa pun enggan melintas karena bau yang tidak sedap. Saya berani mengatakan bahwa wisata Gondola dan pedayungnya yang bisa menyanyi merdu tidak bisa terealisasi di Kota Tua Jakarta. Namun, ada kabar baik. Sejak tiga tahun lalu Kota Tua Jakarta, khususnya area taman Fatahillah, mulai dirawat dan dibuka untuk umum sebagai tempat tujuan wisata sejarah. Animo masyarakat terhadap Kota Tua Jakarta tampak baik dan tidak sedikit yang datang dari luar kota dan luar negeri untuk melihat dan merasakan langsung kota yang sudah berumur ratusan tahun ini. ”Saya suka sejarah dan membayangkan noni-noni Belanda yang beraktivitas, berjalan pakai payung dan gaun ala Eropa zaman dulu,” ungkap Delih, pengunjung dari Bandung. Bercengkrama bersama keluarga, teman atau orang tersayang di Kota Tua Jakarta dapat memberi pengalaman baru. Perjalanan semakin menyenangkan karena ditemani suguhan tradisional yang murah meriah, yang dijajakan para pedagang di sekitar area taman Fatahillah. Kendati Jakarta cukup terik, toh ada secangkir es cincau hijau yang
dapat menghilangkan dahaga. Atau, sepotong es potong aneka rasa terbuat dari tepung Hun Kue yang nikmat dan segar. Tergiur cemilan ringan? Ada kue Ape khas Jakarta yang harum pandan dan renyah. Hmm, semuanya murah meriah. Segelas cincau hanya Rp 3.000,-. Sepotong es potong rasa durian atau kacang hijau hanya Rp 2.000,- dan sepotong kue Ape hanya Rp 700,-. ”Kalau hari Sabtu dan Minggu pengunjungnya ramai sehingga saya bisa menjual sampai 150 potong es,” kata Ipin, pedagang es potong yang berjualan di sekitar Kota Tua. Tidak lengkap rasanya kalau tidak berkunjung ke museum yang mengelilingi taman Fatahillah. Di sisi timur ada museum Keramik, dan di selatan berdiri megah museum Fatahillah, kebanggaan Kota Tua Jakarta. Di sebelah barat ada museum Wayang dan di Utara terdapat gedung yang kini berfungsi sebagai kantor Pos Indonesia. Di sisi lapangan taman Fatahillah berjejer dengan rapi sepeda ontel yang disewakan hanya Rp 10 ribu, lengkap dengan aksesori topi khas meneer Belanda. Suasana terasa ramai dengan lalu lalang para pengayuh sepeda ontel sewaan yang berkeliling lapangan taman Fatahillah. Belum lengkap rasanya kalau tidak mengabadikan diri di Kota Tua Jakarta lewat foto maupun video. Gedung tua yang indah jadi bidikan utama para fotografer dan kamerawan profesional
maupun amatiran. Berpose untuk berbagai kepentingan, mulai untuk urusan pribadi, bisnis, sosial sampai urusan penelitian. Bergaya di depan museum Fatahillah yang bercat putih atau di atas meriam kuno peninggalan Belanda kiranya jadi tujuan favorit wisatawan. Walaupun hanya miniatur kecil kota Eropa, tapi Kota Tua Jakarta bisa jadi tempat yang bisa memenuhi rasa ingin tahu tentang kota-kota di Eropa. Bedanya, Kota Tua ala Eropa ini bisa diakses oleh semua orang Indonesia terutama orang Jakarta dan sekitarnya. Transpotasinya sangat mudah, bisa dicapai dari terminal Blok M dengan menggunakan bus Transjakarta menuju Kota. Ongkosnya hanya Rp 3.500,kemudian duduk manis atau berdiri di dalam bus dan turunlah di tujuan akhir, yaitu stasiun Kota. Dari situ, menikmati sejarah dan keunikan Kota Tua Jakarta bisa membuat Anda ketagihan untuk kembali lagi karena sekali kunjungan saja menurut saya belum cukup. Alangkah nikmatnya membayangkan duduk di kursi di bawah pohon rindang taman Fatahillah ditemani secangkir kopi hitam dan sepiring poffertjest (pancake khas Belanda berbentuk bulat kecil dihiasi gula halus, selai atau cokelat). Konon kabarnya, para noni dan menner Belanda selalu menghabiskan waktu sore di sisi sungai Ciliwung Kota Tua Jakarta. Leyeh-leyeh menikmati udara sore sambil minum
teh dan makan kue ringan, ngobrol ngalor-ngidul. Tambah lengkap lagi jika ditambah musik keroncong ringan dari seorang penyanyi tua.
Oh penyanyi sederhana
tua
lagumu
Lagu dari hatinya terdengar dimana mana Oh penyanyi sederhana
tua
lagumu
Mulutnya pun tak ada dan anehnya banyak penggemarnya
Siapa itu O, ku tak tahu O Siapa itu O, ku tak tahu O Siapa itu O, ku tak tahu O Siapa itu O, ku tak tahi O
(Penyanyi Tua-Koes Plus)
71
HC Magazine/065/Agustus2009 Magazine/065/Agustus2009 HC
Iwan Fals
Merindukan Budaya Menghargai I
wan Fals tak bisa lagi dikatakan muda. Rambut dan kumisnya sudah memutih. Kerut di wajahnya pun tak bisa ditutupi. Namun, pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961 ini tampak sehat dan bugar. Hari itu, Iwan tampil dengan kemeja putih kotak-kotak dipadankan celana jeans dan ikat pinggang hitam yang melingkari pinggangnya yang tidak ramping lagi. Tak ketinggalan, sebuah kacamata minus melekat di wajahnya. “Harusnya kalau makin tua makin busuk,” ujarnya berseloroh ketika ditemui HC di sela-sela pertemuan seniman dan budayawan di Tea Addict, Jakarta, beberapa waktu lalu. Didampingi sang isteri, Rosanna, atau yang akrab disapa Yos—yang juga manajernya—saat itu Iwan Fals menyuarakan isi maklumat kebudayaan yang digagas para seniman dan budayawan ternama, seperti Sys Ns, Erros Djarot, Ray Sahetapy, Aspar Paturisi, Yana Julio, Yockie Suryo Prayogo, dan Radhar Panca Dahana. Mereka ini mengatasnamakan “Mufakat Kebudayaan”. Dalam penyampaian pesannya kepada para wartawan, Iwan Fals mengakui keprihatinannya terhadap kebudayaan kita, dari Sabang sampai Merauke yang kian tak jelas identitasnya. “Saya ingin budaya bangsa kita jelas, sehingga saya bisa melihat dan menceritakan kepada anak-anak saya kalau yang namanya Aceh atau Papua itu seperti ini. Intinya, saya merindukan
72
HC Magazine/065/Agustus2009 Magazine/065/Agustus2009 HC
budaya yang baik di Indonesia,” katanya menandaskan. Pria yang bernama lengkap Virgiawan Listanto ini mengharapkan adanya kebijakan dari pemerintah untuk memelihara dan mengembangkan khasanah budaya. “Kita punya aset budaya yang beragam. Seharusnya kita pelihara, bukan semata-mata menjadi pajangan,” tuturnya beralasan. Bang Iwan—begitu sapaan akrab para penggemarnya— juga menekankan, bangsa ini perlu mendapatkan kepastian tentang ke budayaan yang baik untuk kehidupan di masa depan. Ayah dari Rayya Rambu Robbani ini berpandangan, kebanyakan mas yarakat kita selama ini hanya sibuk mencari “duit”. Itu pun tak lepas dari pengaruh media massa. Media televisi, misalnya, diungkapkan Iwan masih saja meributkan soal rating acara. Menurutnya, kebanyakan acara yang disajikan selama ini kurang mendidik masyarakat. “Saya merindukan suasana yang original. Di mana sebagai orang Indonesia seharusnya budaya saling menghargai itu tumbuh,” ujarnya penuh harap. Untuk itu, ia menegaskan, pelaku media sebagai kunci utama dalam menyampaikan “kerinduannya” itu harus berani berdiri paling depan. “Percuma seniman seperti saya ini ngomong sampai berbusabusa kalau media tidak membantu menyampaikannya ke masyarakat,” ujar pelantun tembang Wakil Rakyat, Umar Bakrie, dan Manusia Setengah Dewa ini
bersemangat. Iwan pun berandai-andai, jika tradisi menghargai tumbuh sehat di negeri ini, maka akan berdampak positif terhadap kekuatan bangsa. Setidaknya, menurut pandangan Iwan, ada tiga unsur budaya menghargai yang perlu dikembangkan di Indonesia, yakni: menghargai karakter diri sendiri, menghargai satu sama lain, dan menghargai potensi alam. Lalu, apa bedanya politik dengan kebudayaan? Pria yang sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Publisistik (STP, sekarang IISIP) ini menjelaskan secara sederhana. ”Politik itu biasanya hanya mengurusi soal menang dan kalah,” ujarnya blakblakan. Artinya, lanjut Iwan, para politisi hanya memikirkan strategi bagaimana mempertahankan kekuasaan dan menjatuhkan lawan. Meskipun demikian, mereka kerap berdalih demi kesejahteraan rakyat. “Tetapi kalau saya sebagai musisi, pikirannya cuma laku atau tidak,” ujarnya sambil tertawa. Sebagai seniman, Iwan menyadari bahwa dirinya bisa “tumbuh sehat” jika iklim politik di negeri ini punya budaya sehat, yang menjunjung tinggi nilai sportivitas untuk menang dan kalah. Ya, kita berharap saja agar pemerintahan mendatang dapat mewujudkannya. n Anung Prabowo.