No.26, 1982
Cermin Dunia Kedokteran International Standard Serial Number : 0125—913X
Majalah triwulan diterbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma dan dipersembahkan secara cuma-cuma.
2
EDITORIAL CERMIN
3
RENIK TETAPI MENYERAMKAN A R T I K E L
5
ASPEK PSIKIATRIK DALAM MASALAH NYERI
11
KALSIUM DAN RASA NYERI
13
PENANGGULANGAN NYERI SECARA TRADISIONAL
16
NYERI PADA PENYAKIT KEGANASAN
19
CATATAN KECIL TENTANG NYERI
22
PENANGGULANGAN NYERI DENGAN AKUPUNKTUR
26
NYERI DADA PADA PENDERITA PENYAKIT PARU
30
CARA SEDERHANA UNTUK MENGHILANGKAN RASA NYERI
39
SINDROMA OBSTRUKSI AKUT DARI VENA CAVA SUPERIOR
41
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN: Diagnosis dan Penanganannya
SEJARAH KEDOKTERAN 46
PANDEMI INFLUENZA 1918
45
PENGALAMAN PRAKTE K: Shock Anafilaktik Akibat Pemakaian obat per oral
47
RESENSI BUKU : Kegawatan dan Kedaruratan Medik II; Kode Etik Penelitian Kedokteran; Imunologi: Diagnostik & Terapi.
Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian tempat kerja si penulis.
48
CATATAN SINGKAT
49
HUMOR ILMU KEDOKTERAN
51
RUANG PENYEGAR DAN PENAMBAH ILMU KEDOKTERAN
52
ABSTRAK -ABSTRAK.
Tiada hewan yang tidak berontak bila disakiti. Tapi manusia memang aneh. Ada yang menjerit bila kesakitan, ada yang diam saja, sebagian lagi bahkan merasa nikmat, seperti kaum masochistik. Itu pola reaksinya. Terhadap persepsi nyeri itu sendiri juga ditemukan demikian banyak variasi. Ada orang yang telah merasa sakit dengan rangsang nyeri yang sedikit saja; di pihak ekstrim lain dapat dipertanyakan: apa yang dirasakan oleh seseorang yang mandi minyak mendidih (dalam keadaan trance)? atau yang tidur di atas paku-paku? Rasa nyeri masih tetap menjadi teka-teki, juga pada masa kini ketika dunia kedokteran telah merasa demikian maju. Namun sedikit demi sedikit bertumbuh juga pengertian kita akan rasa nyeri. Dan konsep-konsep pun datang silih berganti. Bila dulu analgesia akupunktur dianggap hanya sebagai efek " plasebo", kini ada data-data ilmiah yang menunjukkan mekanisme kerja akupunktur, yang diduga kuat di-mediasikan lewat endorphine (Baca artikel dr. Husniah R). Dan plasebo tidak hanya bekerja lewat "mekanisme kejiwaan", tapi juga di-mediasikan lewat endorphine! Jadi, anggapan dahulu itu tidaklah terlalu salah, hanya pengertiannya berbeda. Dalam fisiologi nyeri kini muncul konsep tentang peranan prostaglandin, cyclic AMP, dan ion kalsium. Yang terakhir ini perlu mendapat perhatian lebih banyak, karena kini muncul obat-obat baru yang berfungsi sebagai ahtagonis kalsium tersebut. Dr. DB Lubis akan mengawali serangkaian artikel dalam nomor ini dengan membahas aspek psikiatrik rasa nyeri. Ini kami tempatkan pada urutan pertama untuk menempatkan nyeri pada proporsi yang sebenarnya. Karena masih banyak medikus praktikus yang menangani rasa nyeri sebagai gejala neurofisiologik saja, padahal nyeri adalah respons total seorang individu.Penting untuk mengingat apa yang dikatakan dr. Lubis bahwa "pasien yang mengalami nyeri tadi (nyeri psikogen/nyeri yang dirasa-rasa saja) sesungguhnya menderita nyeri yang tidak berbeda kualitas maupun intensitasnya dari apa yang mau disebut 'nyeri asli'". Maka dalam artikel lain mengenai pengendalian nyeri kronik, ditegaskan juga bahwa hanya si pasienlah yang merasa nyeri, sehingga pendapat dokter, perawat, atau keluarganya mengenai tingkat rasa nyeri pasien itu perlu diletakkan pada proporsi yang sebenarnya - cuma dugaan saja. Artikel dr. B Suharto membahas hubungan antara kalsium dan rasa nyeri, agar kita tidak tertinggal jauh dalam perkembangan ilmu kedokteran. Dr. Soeparman untuk kesekian kalinya membahas "Penanggulangan nyeri secara tradisional", yaitu dengan pijitan jari yang disebutnya tactile treatment. Diterangkannya juga patofisiologi urat-urat yang nyeri, yang dapat disembuhkan dengan terapi ini (sedikit-dikitnya di tangan dokter ini). Dari segi klinik dibahas nyeri pada keganasan, oleh dr. Susworo. Keganasan selalu kita asosiasikan dengan nyeri hebat dan kematian, Di sini kita akan diajaknya untuk memahami lebih jauh perihal keganasan apa yang menimbulkan nyeri, efek psikologik dan fisiologiknya, patofisiologi, serta prinsip pengobatannya. Masih dalam segi klinik, dibahas juga nyeri pada penyakit paru, oleh dr. Amirullah; pembahasan yang amat menarik karena seringnya nyeri dada diasosiasikan dengan infark jantung dan kematian mendadak. Olehnya kita diajak untuk secara sederhana membeda-bedakan berbagai jenis penyakit paru yang menimbulkan nyeri. Penting untuk diketengahkan juga ialah "cara sederhana untuk menghilangkan nyeri", yang dibahas oleh dr. Amir S madjid dkk. Dengan jarum, semprit (spuit) dan obat anestesi lokal, banyak yang dapat kita lakukan untuk mengurangi penderitaan pasien. Selain itu dr. Widjanarko mengulas berbagai hal mengenai rasa nyeri. Dua artikel tambahan lainnya ialah Sindroma obstruksi akut vena cava superior (dr Susworo) dan penyakit paru obstruktif menahun (dr. Hadiarto). Silakan membacanya.
2
Cermin Dunia Kedokteran No. 26, 1982
_
CERMIN
Renik tetapi Menyeramkan Perkembangan suatu segi dalam ilmu dan teknologi menurut pandangan seorang pesimis. Dr. A.
Hadyana Pudjaatmaka
Pusat Penelitian & Pengembangan PT Kalbe Farma, Jakarta
Perkembangan ilmu dan teknologi dapat diibaratkan sebagai kebakaran hutan. Sektor-sektor silih berganti maju dan mandeg. Dewasa ini orang sependapat adanya dua mata tombak : elektronika dan bioteknologi. Jepang merumuskan strategi dasawarsa mendatangnya berdasarkan dua cabang yang sedang "in" ini pula. Tulisan ini bermaksud mengajak pembaca melongok sejenak perkembangan mata tombak kedua, dengan mengikuti kekhawatiran seorang pesimis. Bioteknologi ialah penerapan sistem, organisme maupun proses biologi dalam industri, baik industri yang menghasilkan barang maupun jasa. Jadi bioteknologi bukanlah teknik baru dalam peradaban manusia. Sudah lama orang membuat bir dan tempe. Kakus yang normal tak pernah meluap berkat proses mikrobiologi. Ringkasnya sejak dulu manusia bermain dengan bakteri, ragi, jamur maupun jaringan hidup tumbuhan dan hewan. Suatu bagian bioteknologi yang sangat aktif akhirakhir ini ialah teknik genetik (genetic engineering) yang bermanfaat bagi dunia kedokteran, pertanian, peternakan, industri obat maupun makanan. Untuk menyegarkan kembali, beberapa istilah perlu diulang sejenak. Kata kunci ialah gen, yakni satuan-satuan fisik kebakaan. Salah satu macam gen ialah gen struktural, yang terbentuk dari sejumlah asam nukleat, umumnya asam deoksiribonukleat (DNA). Makromolekul. DNA ini terdapat dalam inti sel. Pada umumnya material genetik selalu berupa molekul DNA yang berbentuk untaian rangkap, sehingga molekul raksasa ini tertentu bentuknya dan mirip tangga spiral. Tugas utama gen ialah menyimpan dan meneruskan kodekode kebakaan. Kode-kode ini dicerminkan oleh penataan asam-asam amino didalam DNA tadi. Penerusan kode ini dilakukan dengan 'mengkopi' DNA itu, sehingga mula-mula dihasilkan molekul beruntaian tunggal, yang disebut asam ribonukleat kurir (mRNA). Dalam teknologi pemuliaan tumbuhan dan hewan, manusia masih menggunakan kegiatan seksual mahluk obyeknya berdasarkan hukum Mendel dan diikuti dengan teknik seleksi. Dalam teknik genetik orang langsung membongkar-pasang DNA itu secara biokimia, membiakkan secara mikrobiologi yang dipadukan dengan teknik seleksi. Pada asasnya teknik genetik melalui tiga tahap penting : Pertama, isolasi atau sintesis gen yang mengemban pesan kebakaan yang diinginkan. Menyisipkan DNA itu kedalam molekul pengemban yang akan membawa DNA itu kedalam lingkungan baru. Disini DNA itu mengalami bongkar pasang sehingga akan
diperoleh DNA rekombinan. Tahap ketiga, DNA rekombinan ini ditanam dalam mikroorganisme tuanrumah, agar dapat tersintesiskan protein yang diinginkan. Dengan memilih bakteri E. coli, orang telah berhasil membuat bermacam-macam antigen, insulin dan beberapa hormon lain, dalam keadaan lebih murni dan biaya yang jauh lebih rendah daripada cara-cara yang dikenal sebelumnya. Dalam teknik memindahkan DNA dari sel yang satu ke sel yang lain, dikenal cara penguraian pintalan DNA (gene splicing --Jawa : ngudari gen), yang justru menimbulkan kengerian. Orang mengkhawatirkan bahwa didalam eksperimen coba-coba itu, terciptalah bakteri atau virus dengan sifat-sifat baru, yang kebetulan bersifat ganas luar biasa. Bila karena kekhilafan bakteri atau virus itu lolos keluar dari laboratorium, wah, bisa-bisa terjadi wabah baru yang menyamai wabah pes dalam abad 14 atau wabah flu tahun 1918 yang menewaskan 20 jutaan orang itu. Para peneliti DNA tidak lagi takut akan hal itu. Menciptakan mikroorganisme baru bukanlah pekerjaan yang mudah. Sekarang sangat diragukan apakah suatu mikroorganismebaru dapat tercipta oleh suatu kecelakaan atau kekhilafan. Tetapi bagaimana bila ada ilmuwan sinting yang berusaha keras untuk membuatnya ? Atau seorang tiran atau kelompok teroris yang memesan monster itu ? Anatomi seekor monster --Mikrobe monster itu dapat beranekaragam bentuk dan kemampuannya, namun agar betulbetul maut haruslah memenuhi beberapa persyaratan. Donald Louria dalam majalah The Futurist,Oktober 1981 mengemukakan spesifikasi sebagai berikut. Pertama, mikrobe itu harus dapat berkembang biak dalam saluran pencernaan manusia. Jadi harus mampu menggeser beberapa macam bakteri usus yang lazim. Sebagai alternatif, mikrobe itu harus dapat dihirup kedalam paru-paru. Tetapi ini lebih susah, mengingat rumitnya saringan menuju paru-paru. Kedua, mikrobe itu tidak menyolok bedanya dari flora usus, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. Ketiga, mikrobe itu tahan menghadapi segala antibiotika yang dikenal. Keempat, mikrobe ini memiliki lebih dari satu macam cara untuk menimbulkan kematian. Sebaiknya mikrobe itu mampu menghasilkan dua macam toksin sedemikian, sehingga setiap usaha menetralkan toksin pertama justru akan menggandakan efek toksin yang lain. Mampukah ilmuwan menciptakan mikroorganisme yang memenuhi persyaratan berat itu ? Ataukah kekhawatiran ini Cermin Dunia Kedokteran No. 26, 1982
3
sekedar khayalan belaka ? Louria yakin bahwa penciptaan itu mungkin. Teknik genetik bukan saja sanggup memindahkan ciri-ciri kebakaan dari organisme yang satu ke organisme yang lain, tetapi juga sederetan perubahan genetik, sehingga organisme penerima akan memiliki tabiat ganda seperti yang dimaui oleh si ilmuwan. Keempat ciri tersebut diatas dapat dipusatkan dalam suatu organisme, yang aslinya jinak, melalui proses bertahap. Demikian kekhawatiran Ketua Departemen Kedokteran Preventif dan Kesehatan Masyarakat, New Jersey Medical School itu. Syarat pertama pada prinsipnya mudah dipenuhi dengan bakteri E. coli dan " memperbaikinya" agar memiliki banyak sekali pili.(semacam sungut) sehingga kuat melekat pada dinding usus dan dengan demikian mudah menggeser bakteri ' pribumi'. Kebetulan E. coli lazim berada dalam saluran pencernaan, sehingga syarat kedua sekaligus terpenuhi. Dalam dunia kedokteran dikenal proses pengebalan bakteri terhadap antibiotika. Proses ini berlangsung alamiah dalam saluran pencernaan manusia. Suatu cara ialah terjadinya transfer plasmid dari bakteri yang satu ke bakteri yang lain. Plasmid ialah bagian sel yang ternyata mampu membuat antibiotika menjadi tidak aktif. Ilmuwan telah mempelajari proses transfer ini secara artifisial. Dengan seleksi yang cermat adalah mungkin untuk memilih dan membiakkan bakteri E. coli yang telah dibuat kebal terhadap semua antibiotika yang dikenal. Bahkan mahasiswa pasca sarjana dapat mempelajari prosedur seleksi ini hanya dalam beberapa minggu saja. Tinggal syarat keempat. Sang ilmuwan memang harus bersusah payah untuk mempelajari literatur mengenai racun dan toksin, yang terdapat dalam tumbuhan, jamur, kacang-kacangan, bisa ular dan ikan. Terdapat ratusan yang bersifat mematikan atau melumpuhkan. Orang tinggal memilih sepasang diantaranya. Produksi alamiah racun-racun ini ternyata diatur oleh gen-gen mahluk yang bersangkutan, karena itu bersifat baka. Terlalu panjang tulisan ini untuk mengupas keampuhan beberapa racun. Tetradotoksin, risina dan akonitina cukup cepat menewaskan siapa yang mencernanya, dan toksintoksin ini dikenal belum memiliki penawar yang cespleng. Jamur Fusarium sporotrichoides dikenal memproduksi sejenis toksin yang tahan asam, basa maupun suhu tinggi. Pada tahun 1913 beberapa desa di Rusia punah karena penduduknya memakan gandum berjamur. 4
Cermin Dunia Kedokteran No. 26, 1982
Demikianlah dapat dibayangkan seorang ilmuwan sinting berhasil memproses bakteri E. coli sehingga dapat melekat lebih kuat pada dinding usus dan mampu menggeser mikrobe lain dari situ, tahan terhadap pelbagai antibiotika, secara baka menghasilkan sepasang toksin maut yang tak mengenal penawar. Maka Escherichia coli ini akan merupakan jazad renik yang menyeramkan, benar-benar sekelompok monster yang ganas. Terserah khayalan pembaca untuk menyusun skenario, bagaimana sekelompok teroris akan menggunakan hasil karya sang ilmuwan untuk memeras dunia. Ingat saja Proteus ceritera bersambung dalam harian Kompas beberapa waktu yang lalu. Pembaca, ini tadi baru impian buruk seorang pesimis. Sebenarnya teknik genetik telah dan akan sangat bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Pada penutupan abad ini diperkiraka ada 500 zat (obat, hormon, vaksin, dll.) yang dapat diproduksi besar-besaran dalam keadaan sangat murni. Produksi ini hanya mungkin dengan teknik genetik ini . Saya tidak tahu sejauh mana universitas-universitas kita berkecimpung dalam bidang biologi molekular dan teknik genetik ini, khususnya mereka dalam bidang kedokteran, farmasi, biologi dan biokimia. Yang jelas di Jakarta orang-orang Jepang telah menjajakan produk bioteknologinya untuk dijadikan bahan baku obat. Jika kita memang belum apa-apa, maka dalam sektor ini nasib kita tidak banyak berbeda dengan nasib kita dalam mata tombak yang lain, elektronika, yakni sekedar mengkonsumir atau paling-paling menjadi perakit.
Kedokteran adalah satu-satunya profesi yang tak henti-hentinya berusaha menghancurkan alasan/dasar bagi eksistensinya sendiri John Bryce