CEMARAN TIMBAL (Pb) PADA RAMBUT DAN KUKU PEGAWAI PELAYANAN FOTOKOPI DI WILAYAH BOGOR
NIRA YUNIATI G 34103080
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ABSTRAK NIRA YUNIATI. Cemaran Timbal (Pb) pada Rambut dan Kuku Pegawai Pelayanan Fotokopi di Wilayah Bogor. Dibimbing oleh DEDE SETIADI dan SULISTIJORINI. Penelitian bertujuan mengetahui tingkat cemaran Pb pada pegawai pelayanan fotokopi di wilayah Bogor. Sampel rambut dan kuku diperoleh dari 51 orang pegawai pelayanan fotokopi. Informasi responden dan unit pelayanan fotokopi diperoleh menggunakan kuesioner. Pengabuan basah dilakukan pada sampel rambut dan kuku, selanjutnya kadar Pb dianalisis menggunakan atomic absorption spectrophotometer. Kadar Pb rambut dan kuku pegawai pelayanan fotokopi berturut-turut 24.25 ppm dan 142.92 ppm, dan keduanya cenderung meningkat dengan meningkatnya umur pegawai. Rambut lurus mengandung Pb lebih tinggi dari rambut ikal. Kadar Pb rambut berkorelasi positif dengan kadar Pb kuku, namun kadar Pb rambut dan kuku tidak nyata berkorelasi dengan umur pegawai, pengalaman bekerja, jumlah tinta dan kertas yang digunakan, jumlah pegawai dan lama pelayanan. Umur pegawai berkorelasi positif dengan pengalaman bekerja . Jumlah tinta berkorelasi dengan jumlah kertas yang digunakan, dan keduanya berkorelasi dengan jumlah pegawai dan lama pelayanan. Sebanyak (70.83 %) unit pelayanan fotokopi menggunakan jenis tinta yang sama, dengan kadar Pb 15.63-15.82 ppm. Kadar Pb rambut dan kuku pegawai pelayanan fotokopi menunjukkan tingkat polusi Pb yang tinggi yang disebabkan oleh cemaran asal transportasi dan proses fotokopi. Proses fotokopi mempunyai andil besar dalam peningkatan kadar Pb rambut dan kuku. Variasi kadar Pb rambut dan kuku yang tinggi dapat disebabkan akibat perbedaan umur, genetika dan makanan yang dikonsumsi pegawai.
ABSTRACT NIRA YUNIATI. Lead (Pb) content in the scalp hair and nail of the employees of commercial photocopy service units in Bogor regions. Supervised by DEDE SETIADI and SULISTIJORINI. The experiment aimed to evaluate the exposure intensity of the employees of commercial photocopy service units in Bogor region to Pb pollution. Scalp hair and nail samples were obtained from 51 employees in Bogor region. A questionnaire was used to obtain data of the employees and the photocopy service units. Wet ashing was applied to the samples of scalp hair and nail. The concentration of Pb was determined using an atomic absorption spectrophotometer. Lead concentration in the scalp hair and nail of the employees was 24.25 ppm and 142.92 ppm, respectively. Straight hair had higher Pb content than curl hair. Concentration of Pb in both scalp hair and nail of the employees tended to increase with the increase in the age of the employees. Lead concentration in scalp hair had positive correlation with that in nail. However, Pb concentration neither in scalp hair nor in nail had no correlation with the age, experience and total of employees, ink and paper used and length of daily service. Age and working experience of the employees indicated positive correlation. Ink used by the photocopy service units had positive correlation with paper used. Ink and paper used had positive correlation with the total of employees and the service hour of the units. Most of the photocopy service units (70.83%) used a similar ink containing 15.63-15.82 ppm Pb. Lead concentration in the scalp hair and nail of the employees indicated high exposure to Pb pollution from transportation and photocopy service activities. Lead pollution from the photocopy service activities contributed significantly to the high Pb content in the scalp hair and nail. High variation in Pb concentration in the scalp hair and nail of the employees was resulted from the variation in age, genetic factor and food consumed by the employees.
CEMARAN TIMBAL (Pb) PADA RAMBUT DAN KUKU PEGAWAI PELAYANAN FOTOKOPI DI WILAYAH BOGOR
NIRA YUNIATI
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Skripsi
:
Nama NIM
: :
Cemaran Timbal (Pb) pada Rambut dan Kuku Pegawai Pelayanan Fotokopi di Wilayah Bogor Nira Yuniati G 34103080
Menyetujui, Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. H. Dede Setiadi, MS NIP. 130 779 509
Ir. Sulistijorini, M.Si NIP. 131 851 282
Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. Drh. Hasim, DEA NIP. 131 578 809
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2007 ini adalah: Cemaran Timbal (Pb) pada Rambut dan Kuku Pegawai Pelayanan Fotokopi di Wilayah Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dede Setiadi, MS dan Ibu Ir. Sulistijorini, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan, arahan, dan dukungan. Terimakasih kepada Dr. Ir. Iman Rusmana, M.Si sebagai penguji dalam ujian siding. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, ketiga adik ku (Lia, Galuh, Anggit) serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dian selaku analis Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB yang telah membantu selama penelitian di Laboratorium. Terimakasih juga untuk Zuni, Desna, Mba Nisa, Mba Leni, Ibu Sofy dan seluruh teman-teman Biologi 40 dan Biologi 41 atas segala doa, dukungan, bantuan, dan keakrabannya selama ini, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2008 Nira Yuniati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 04 Juni 1986 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc dan Ibu Tuti Haryati. Penulis mendapat pendidikan pertama kali di Toowong State Preschool, Brisbane, Queensland Australia, hingga tahun 1991. Pendidikan Sekolah Dasar diperoleh di SD Sindang Sari, Bogor dan lulus tahun 1997. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SMP Negeri 8 Bogor dan penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 6 Bogor, lulus tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB dan penulis diterima pada Program Studi Biologi di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif pada beberapa kegiatan kemahasiswaan di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Penulis pernah melaksanakan praktek lapang mengenai “Proses Produksi Teh Botol” di PT. Sinar Sosro, Cakung, Bekasi Barat pada tahun 2007. Pengalaman asisten praktikum pernah dijalani penulis untuk mata kuliah Ilmu Lingkungan pada tahun ajaran 2007/2008.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ………………………………………………………........
vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………........
vii
PENDAHULUAN ………………………………………………………....... Latar Belakang ………………………………………………………......... Tujuan ……………………………………………………………………..
1 1 1
BAHAN DAN METODE …………………………………………………… Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………….. Bahan dan Alat ……………………………………………………………. Pengambilan Sampel Rambut dan Kuku …………………………………. Pengambilan Data dengan Kuesioner …………………………………….. Analisis Kimia …………………………………………………………….. Pengeringan Kertas Saring …………………………………………….. Pencucian Rambut dan Kuku ………………………………………….. Pengabuan Basah (Wet Ashing) ……………………………………….. Pengolahan Data …………………………………………………………..
1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
HASIL ………………………………………………………………………..
2
PEMBAHASAN ……………………………………………………………..
4
SIMPULAN ………………………………………………………………….
6
SARAN ………………………………………………………………………
6
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
6
LAMPIRAN ………………………………………………………………….
8
DAFTAR TABEL Halaman 1
Karakteristik usaha, jenis dan proporsi mesin fotokopi serta proporsi unit pelayanan fotokopi pengguna mesin tempat responden bekerja ………………..
3
2
Rataan umur, pengalaman bekerja, jam kerja, kadar Pb rambut dan kuku pegawai unit pelayanan fotokopi yang menjadi responden ...............................
3
3
Korelasi antara kadar Pb rambut, Pb kuku, umur pegawai, pengalaman bekerja, jumlah tinta, jumlah kertas, jumlah pegawai dan lama pelayanan ……………..
3
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 2
Pola hubungan lama bekerja dengan kadar Pb ra mbut pegawai unit pelayanan fotokopi .............................................................................................................. Pola hubungan lama bekerja dengan kadar Pb kuku pegawai unit pelayanan fotokopi ...............................................................................................................
4 4
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Kuesioner penelitian status cemaran Pb pada bagian tubuh pegawai unit pelayanan fotokopi di wilayah Bogor ……………………………………….....
9
2
Jenis dan jumlah mesin fotokopi yang digunakan unit pelayanan fotokopi tempat responden bekerja ....................................................................................
10
3
Jenis tinta fotokopi yang digunakan unit pelayanan fotokopi tempat responden bekerja …………………………………………..................................................
11
4
Karakteristik unit pelayanan fotokopi dan pegawainya yang menjadi responden dalam penelitian …………………………………………………......................
12
1
1
PEDAHULUAN Latar Belakang Duplikasi dokumen menggunakan mesin fotokopi merupakan kegiatan yang telah memasyarakat pada berbagai kegiatan perkantoran dan pendidikan. Tinta yang digunakan dalam proses fotokopi dokumen mengandung timbal (Pb) diantaranya dalam bentuk Pb naftenat (Ardyanto 2005). Selama proses fotokopi, Pb dalam partikel tinta diduga dapat mencemari udara di sekitarnya. Unsur Pb dapat masuk ke dalam tubuh secara langsung melalui pernapasan dan kulit atau tidak langsung melalui air minum dan makanan (Sugito 1994; Dewi 1996; Mokoagouw 2000). Unsur Pb yang terabsorpsi tubuh dapat terikat dan merusak jaringan tubuh (Darmono 1995) atau diekresikan melalui urin, feces, keringat, rambut dan kuku (Ardiyanto 2005). Oleh karena itu pegawai unit pelayanan fotokopi yang berkerja secara intensif dapat tercemar Pb pada saat proses fotokopi dan pengisian tinta. Unsur Pb yang diabsorbsi diangkut oleh darah ke seluruh organ tubuh. Sebanyak 95 % Pb dalam darah diikat oleh eritrosit dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh (Ardyanto 2005). Unsur Pb di dalam tubuh dapat terdeposit pada jaringan lunak (sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, dan hati) dan jaringan keras (tulang, gigi, kuku dan rambut). Unsur Pb dalam jaringan lunak bersifat toksik terhadap jaringan itu sendiri (Ardyanto 2005). Masuknya unsur Pb ke dalam tubuh manusia dalam jumlah besar dapat menyebabkan gagal ginjal (Soesanto 1998), kanker, gangguan pada sistem saraf tepi dan pusat, jantung, pencernaan dan sistem reproduksi (Ardyanto 2005). Pengukuran kadar Pb dalam jaringan tanaman, hewan atau manusia, udara, tanah, air dapat menggambarkan tingkat pencemaran (Sugito 1994; Mokoagouw 2000; Harahap 2004; Rachmawati 2005). Rambut dapat digunakan sebagai indikator tingkat ce maran Pb pada manusia dan hewan (Combs et al. 1982; Ashraf et al. 1995; Park et al. 2005). Kadar Pb rambut penduduk Lahore dan Islamabad berturut-turut 9.4 dan 7.0 ppm (Ashraf et al. 1995). Penduduk Lahore memiliki kadar Pb rambut yang lebih tinggi dibandingkan Islamabad dikarenakan Lahore merupakan kota industri dan berpenduduk lebih padat. Hasil penelitian Fajrian (2006) menunjukkan kadar Pb rambut mahasiswa laki-laki dan perempuan
di Bogor berturut-turut 12.71 dan 12.50 ppm. Mahasiswa memiliki kadar Pb rambut yang lebih tinggi dikarenakan bertempat tinggal di dekat jalan raya yang padat kendaraan, dan perbedaan kadar Pb antara kedua kelompok mahasiswa tersebut diduga terkait dengan perbedaan pola makan. Unit pelayanan fotokopi komersial umumnya berada di pinggir jalan dengan kepadatan penduduk tinggi dan transportasi yang intensif. Hingga saat data tentang cemaran Pb pada pekerja pelayanan fotokopi belum tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitan untuk memperoleh informasi tingkat pencemaran pada pekerja tersebut. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kesehatan dan keamanan pegawai dari paparan Pb. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat cemaran Pb pada rambut dan kuku pegawai unit pelayanan fotokopi di wilayah Bogor.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2007 sampai April 2008. Responden atau donor rambut dan kuku adalah pegawai unit pelayanan fotokopi yang tersebar di wilayah Dermaga dan Bogor Kota (Bogor). Analisis Pb s ampel dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel rambut dan kuku yang diperoleh dari pegawai unit pelayananan fotokopi. Data responden dan unit pelayanan fotokopi diperoleh melalui wawancara berdasarkan kuesioner Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa gunting rambut, sisir, gunting kuku, kantong plastik, kertas label, kertas saring, e rlenmeyer 100 ml, gelas piala 100 ml, pinset, sudip, pengaduk kaca, tabung reaksi, pengaduk voltex, labu takar 25 dan 50 ml, pipet 1, 2, 5 dan 10 ml, pipet tetes, oven 105 oC, timbangan elektrik, hot plate 250 oC dan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS).
2
Pengambilan Sampel Rambut dan Kuku Responden atau donor sampel rambut dan kuku terdiri dari 51 orang pegawai unit pelayanan fotokopi. Sampel rambut hingga 1.2 g dan kuku paling banyak 0.24 g diperoleh dari donor. Setiap sampel rambut dan kuku yang diperoleh ditempatkan dalam kantong plastik yang diberi label. Pengambilan Data dengan Kuesioner Data pribadi responden, profil unit usaha, mesin fotokopi, kertas dan tinta yang digunakan, dihimpun dengan cara mewawancarai responden menggunakan kuesioner (Lampiran 1). Data pribadi responden meliputi umur, jenis kelamin, bentuk rambut, warna rambut, pengalaman bekerja dan lama libur di unit pelayanan fotokopi. Informasi profil usaha meliputi lokasi usaha, lama pelayanan atau jam buka dan jumlah pegawai. Informasi mesin fotokopi dan bahan meliputi tipe mesin, tahun mesin mulai dipergunakan, jumlah mesin, jenis dan jumlah tinta yang digunakan, jumlah kertas yang digunakan dan lembar fotokopi yang dihasilkan. Analisis Kimia a. Pengeringan Kertas Saring Kertas saring yang dipergunakan sebagai wadah untuk mengeringkan rambut atau kuku, diukur bobot keringnya terlebih dahulu. Kertas saring dikeringkan dalam oven 105 o C selama 24 jam, kemudian untuk s ementara dimasukan ke dalam eksikator dan ditimbang. b. Pencucian Rambut dan Kuku Sampel rambut dan kuku dicuci menurut prosedur Ashraf et al. (1995). Sampel rambut paling banyak 1.2 g dimasukan ke dalam gelas piala 100 ml, direndam dengan 10 ml aseton teknis selama 15 menit sambil diaduk dengan pengaduk kaca, selanjutnya dibilas menggunakan aquades. Sampel selanjutnya direndam dalam 10 ml aceton pro analyse, selama 15 menit sambil diaduk. Sampel ditiriskan, selanjutnya dibungkus kertas saring yang telah diketahui bobot keringnya. Sampel dalam kertas saring dikeringkan dalam oven 105 oC selama 24 jam, dimasukan ke dalam eksikator selama 10 menit. Sampel rambut yang telah dikeringkan ditimbang bersama dengan kertas saring pembungkusnya untuk memperoleh bobot keringnya. Prosedur yang sama dilakukan pada sampel kuku,
namun mengingat jumlah sampel kuku yang berkisar sekitar 0.24 g, aceton yang digunakan hanya 2.5 ml. c. Pengabuan Basah (Wet Ashing) Setiap sampel rambut atau kuku diabukan secara basah (wet ashing) menurut metoda Reitz et al. (1960). Sampel yang diketahui bobot keringnya (maksimum 1.2 g) dimasukan ke dalam erlenmeyer 100 ml kemudian ditambah 5 ml HNO3 dan dibiarkan selama ± 1 jam. Sampel dipanaskan ± 4-6 jam menggunakan hot plate pada skala suhu 110 o C, didinginkan dan ditambahkan 0.4 ml H2SO4 pekat, dipanaskan kembali ± 1 jam. Larutan campuran HNO3 dan HClO4 (1:2) ditambahkan sebanyak 2 tetes ke dalam sampel pada saat terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kuning bening, kemudian larutan dipanaskan kembali selama 15 menit. Larutan kemudian dijadikan 50 ml untuk sampel rambut sedangkan larutan sampel kuku dijadikan 25 ml dalam labu takar. Pengukuran kadar Pb dalam larutan dilakukan menggunakan AAS Shimadzu model AA-680 pada panjang gelombang 217 nm. Pengolahan Data Data kadar Pb dalam rambut dan kuku, serta informasi responden yang diperoleh dari kuesioner dianalisis korelasinya, sedangkan perbedaan rataan kadar Pb antar kelompok responden dibandingkan menggunakan T-test (Steel dan Torrie 1995).
HASIL Responden dalam penelitian ini berasal dari 24 unit pelayanan fotokopi yang berlokasi di Dermaga (30 responden) dan di Bogor (21 responden). Karakteristik usaha pelayanan fotokopi, jenis mesin fotokopi dan tinta yang digunakan ditunjukkan dalam Tabel 1. Rata-rata jumlah pegawai pada setiap unit usaha mencapai 4.10 orang (Tabel 1). Penggunaan tinta dan kertas pada setiap unit usaha berturut-turut mencapai 27.70 kg/bulan/unit dan 878.94 rim/bulan/unit dengan variasi yang sangat tinggi. Setiap unit usaha memiliki 3.94 unit mesin fotokopi dan terdapat 16 tipe mesin fotokopi yang dioperasikan oleh seluruh unit usaha (Lampiran 2).
3
Tabel 1. Karakteristik usaha, jenis dan proporsi mesin fotokopi serta proporsi unit pelayanan fotokopi pengguna mesin tempat responden bekerja
Usaha fotokopi (unit) Pegawai (orang/usaha) Tinta (kg/bulan/usaha) Kertas (rim/bulan/usaha) Mesin fotokopi (unit/usaha) Jenis mesin fotokopi (unit mesin): Canon (10 tipe) Lainnya (6 tipe) Unit usaha pengguna tinta: Canon (2 tipe) Lainnya (6 tipe) Canon dan lainnya
Jumlah/Rataan dan Standar Deviasi 24 4.10±2.38 27.70±27.60 878.94±1036.27 3.94±2.14
Proporsi (%)
67 9
88.16 11.84
17 10 3
70.83 41.67 12.50
Tabel 2. Rataan umur, pengalaman bekerja, jam kerja, kadar Pb rambut dan kuku pegawai unit pelayanan fotokopi yang menjadi responden.
Umur (tahun): Pengalaman bekerja (bulan): Jam kerja (jam/hari): Kadar Pb rambut (ppm):
Kadar Pb kuku (ppm):
Kelompok Umur (tahun) 13-40
Jumlah Responden 51
13-40 <20 20-30 >30 13-40 <20 20-30 >30
51 (7) (39) (5) 51 (7) (39) (5)
Rataan dan Standar Deviasi 23.84±5.44 46.09±48.31 14.35±1.83 24.25±21.26 21.53±13.73 23.34±20.02 35.19±37.32 142.92±123.98 121.86±81.63 145.13±133.92 156.06±109.64
Kisaran Kadar Pb
3.84-99.98 4.90-44.69 3.84-96.41 13.34-99.98 8.81-514.00 8.81-222.63 17.17-514.00 54.70-319.84
Tabel 3. Korelasi antara kadar Pb rambut, Pb kuku, umur pegawai, pengalaman bekerja, jumlah tinta, jumlah kertas, jumlah pegawai dan lama pelayanan. Pb rambut Pb kuku Umur Bekerja Tinta Kertas Pegawai Pb kuku 0.377* Umur 0.100 0.042 Bekerja 0.111 0.070 0.660* Tinta -0.263 -0.193 -0.057 0.142 Kertas -0.242 -0.105 -0.109 0.076 0.965* Pegawai -0.201 -0.177 -0.111 0.200 0.716* 0.627* Lama buka -0.287 -0.036 -0.249 -0.040 0.485* 0.540* 0.521* Keterangan: *koefisien korelasi (P<0.01); Bekerja= pengalaman bekerja (tahun); Tinta= jumlah tinta yang digunakan (kg/bulan); Kertas= jumlah kertas yang digunakan (rim/bulan); Pegawai= jumlah pegawai (orang/unit usaha), Lama buka= lama pelayanan (jam/hari).
4
digunakan, jumlah pegawai dan lama pelayanan. Umur pegawai berkorelasi positif dengan pengalaman bekerja pada unit pelayanan fotokopi. Jumlah tinta berkorelasi dengan jumlah kertas yang digunakan, dan keduanya berkorelasi dengan jumlah pegawai dan lama pelayanan. Pola hubungan lama bekerja dengan kadar Pb rambut dan kuku ditunjukkan dalam Gambar 1 dan 2.
Kadar Pb (ppm)
.
120 100 80 60 40 20 0 0
50
100
150
200
250
300
Lama Bekerja (bulan)
Gambar 1. Pola hubungan lama bekerja dengan kadar Pb rambut pegawai unit pelayanan fotokopi.
.
600
Kadar Pb (ppm)
Sebagian besar unit pelayanan fotokopi menggunakan mesin fotokopi jenis Canon (88.16%). Terdapat delapan tipe tinta mesin fotokopi yang digunakan dalam pelayanan fotokopi. Tinta produk Canon (No 1 dan 2), dengan kadar Pb 15.63 -15.82 ppm, digunakan oleh sebagian besar (70.83%) unit pelayanan fotokopi (Tabel 1). Jenis tinta lainnya digunakan oleh 41.67% unit pelayanan fotokopi. Walaupun demikian tinta jenis lainnya tidak selalu tersedia dan digunakan. Beberapa unit pelayanan fotokopi menggunakan dua jenis tinta. Pegawai unit pelayanan fotokopi berumur antara 13-40 tahun dan sebagian besar (76.47%) berumur antara 20-30 tahun (Tabel 2). Pegawai tersebut rata-rata telah bekerja selama 46.09 bulan dan bekerja 14.35 jam per hari. Kadar Pb rambut pegawai di Dermaga 25.45 ppm dan Bogor 22.54 ppm sedangkan kadar Pb kuku pegawai di Darmaga 119.58 ppm dan di Bogor 174.03 ppm. Rambut ikal (25 orang) dan lurus (26 orang) mengandung Pb berturut-turut 21.80 ppm dan 26.61 ppm. Rataan kadar Pb rambut pegawai yang berumur 13-40 tahun adalah 24.25 ppm, sedangkan rataan kadar Pb pada kukunya mencapai 142.92 ppm. Kadar Pb rambut dan kuku pegawai menunjukkan variasi yang sangat tinggi dengan koefisien variasi berturut-turut 87.67% dan 86.75%, sehingga tidak menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok umur. Namun kadar Pb rambut cenderung meningkat dengan bertambahnya umur pegawai, kadar Pb umur <20 tahun berkisar 21.53±13.73 ppm, umur 20-30 tahun berkisar 23.34±20.02 ppm, umur >30 tahun berkisar 35.19±37.32 ppm (Tabel 2). Demikian juga kadar Pb kuku meningkat dengan bertambahnya umur, kadar Pb umur <20 tahun berkisar 121.86±81.63 ppm, umur 20-30 tahun berkisar 145.13±133.92 ppm, umur >30 tahun berkisar 156.06±109.64 ppm mengikuti pola perubahan seperti yang terjadi pada rambut. Terdapat korelasi antara kadar Pb rambut dengan Pb kuku, umur pegawai dengan pengalaman bekerja, jumlah tinta dengan jumlah kertas, jumlah pegawai dan lama pelayanan (Tabel 3). Kadar Pb rambut berkorelasi positif dengan kadar Pb kuku (r=0.377; P<0.01). Namun kadar Pb rambut dan kuku menunjukkan korelasi yang rendah dengan umur pegawai, dan pengalaman bekerjanya. Kadar Pb rambut dan kuku menunjukkan korelasi negatif yang rendah dengan jumlah tinta dan kertas yang
500 400 300 200 100 0 0
50
100
150
200
250
300
Lama Bekerja (bulan)
Gambar 2. Pola hubungan lama bekerja dengan kadar Pb kuku pegawai unit pelayanan fotokopi.
PEMBAHASAN Tinta yang digunakan unit pelayanan fotokopi tempat pegawai yang mendonorkan sampel rambut dan kuku mencapai delapan jenis (Lampiran 3). Unit pelayanan sebagian besar menggunakan jenis tinta yang serupa. Tinta yang banyak digunakan unit pelayanan fotokopi berkadar 15.63-15.82 ppm Pb. Penggunaan senyawa Pb yang intensif menyebabkan pencemaran Pb dalam lingkungan sehingga Pb merupakan logam berat yang dikategorikan kedalam bahan berbahaya dan beracun (B3). Unsur Pb dalam debu tinta dapat memasuki udara di lingkungan pela yanan
5
fotokopi dan merupakan pencemar. Namun Pb sebagai pencemar dalam udara dapat berasal dari berbagai sumber termasuk aktivitas industri dan transportasi (Harahap 2004). Kadar Pb rambut dan kuku pegawai unit pelayanan fotokopi dalam penelitian ini berturut-turut berkisar antara 3.84-99.98 ppm (24.25±21.26 ppm) dan 8.81-514.00 ppm (142.92±123.98 ppm) (Lampiran 4). Kajian kadar Pb rambut dan kuku pegawai dilakukan pada pegawai unit pelayanan fotokopi di Dermaga dan Kota Bogor. Kedua lokasi penelitian berpenduduk padat, sehingga tingkat cemaran Pb asal transportasi pada kedua lokasi penelitian kemungkinan tinggi. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa kadar Pb rambut masyarakat perkotaan menunjukkan tingkat pencemaran Pb diantaranya dari kegiatan transportasi. Kadar Pb rambut mahasiswa di Bogor yang berpenduduk padat dengan transportasi padat, mencapai 12.50-12.71 ppm (Fajrian 2006), kadar rambut Pb mu rid sekolah dasar di DKI Jakarta mencapai 7.43-10.23 ppm (Mughniyah 2001) dan kadar Pb rambut penduduk dua kota besar di Pakistan mencapai 5.7-14.3 ppm (Ashraf et al. 1995). Kadar Pb rambut yang lebih tinggi antara 21.46-37.66 ppm ditemukan pada penduduk pantai Bitung, Sulawesi Utara dengan tingkat cemaran Pb pada lingkungan tinggi (Mokoagouw 2000). Kadar Pb rambut dapat mencapai 93 pada wilayah sekitar pabrik pengolahan timah (Levine et al. 1976). Hal ini berarti bahwa kadar Pb yang tinggi pada rambut dan kuku pegawai unit pelayanan fotokopi menunjukkan adanya pencemaran Pb yang tinggi dari lingkungan kerjanya. Kajian ini tidak menunjukkan adanya perbedaan kadar Pb rambut kelompok pegawai yang bekerja di Dermaga dan di Bogor kota, walaupun Ashraf et al. (1995) melaporkan bahwa kadar Pb rambut dapat dipengaruhi oleh lokasi geografis. Namun kadar Pb rambut pegawai unit pelayanan fotokopi dapat dikatagorikan tinggi dan lebih tinggi dari kadar Pb rambut kelompok masyarakat di perkotaan yang lingkungannya tercemar Pb. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok pegawai telah mendapat pencemaran Pb yang tinggi. Combs et al. (1982) melaporkan bahwa kadar Pb rambut manusia dan hewan berkorelasi positif dengan tingkat cemaran Pb. Kadar Pb udara ambien dalam
penelitian tidak diukur, tetapi tingginya kadar Pb rambut dan kuku pegawai unit pelayanan fotokopi diduga akibat pencemaran Pb dari alat transportasi dan proses fotokopi. Unit pelayanan fotokopi tempat bekerja responden umumnya berlokasi di tepi jalan yang padat kendaraan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wilayah dengan transportasi tinggi mempunyai kadar Pb yang tinggi. Udara wilayah yang dilewati kendaraan dengan intesitas tinggi tercemari Pb hingga diatas baku mutu (Harahap 2004). Kadar Pb rambut pegawai fotokopi yang lebih tinggi dari kadar Pb penduduk perkotaan dengan udara tercemar Pb, menunjukkan bahwa pencemaran Pb pada pegawai unit pelayanan fotokopi terjadi dari kegiatan tranportasi dan proses fotokopi berkontribusi besar terhadap pencemaran Pb tersebut. Mekanisme pencemaran Pb asal tinta pada lingkungan kerja pelayanan fotokopi diperkirakan sama, karena jenis tinta yang digunakan oleh sebagian besar unit pelayanan fotokopi cenderung sama. Demikian juga mesin fotokopi yang banyak digunakan cenderung sejenis. Perbedaan tingkat pencemaran Pb asal tinta dapat terjadi akibat keragaman intensitas pelayanan. Unit pelayanan fotokopi tempat responden bekerja sangat beragam mulai dari unit usaha dengan aktivitas terbatas hingga unit usaha dengan aktivitas pelayanan yang padat. Pegawai fotokopi yang menjadi responden dalam kajian ini berjumlah 51 orang yang berasal dari 24 unit usaha. Jumlah pegawai atau responden tersebut merupakan total pegawai pada seluruh unit usaha tersebut. Hal ini berarti bahwa terdapat 24 macam sumber keragaman lingkungan kerja sebagai sumber pencemaran Pb. Indikator intensitas aktivitas pelayanan adalah termasuk jumlah pegawai, jumlah dan jenis mesin, jumlah tinta dan kertas yang digunakan, serta lama pelayanan. Karakteristik unit pelayanan fotokopi tempat responden bekerja sangat beragam, seperti halnya jumlah pegawai mempunyai koefisien keragaman (KK=57.56%), jumlah tinta (KK= 99.64%) dan kertas yang digunakan (KK= 117.90%), jumlah mesin (KK= 54.31%) dan la ma pelayanan (KK= 12.75%). Keragaman setiap komponen karakteristik unit pelayanan fotokopi diduga menyebabkan keragaman tingkat pencemaran Pb asal tinta pada lingkungan kerja sehingga mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kadar Pb dalam rambut dan kuku pegawainya. Pengaruh lingkungan kerja pelayanan fotokopi terhadap kadar Pb rambut dan kuku pegawai dapat dipengaruhi oleh faktor lokasi unit
6
pelayanan dan faktor individu pegawai. Ashraf et al. (1995) menyatakan bahwa kadar Pb rambut dapat dipengaruhi oleh lama cemaran, umur, genetik dan nutrisi. Kadar Pb rambut ikal cenderung lebih rendah dibandingkan kadar Pb rambut lurus. Disamping itu terdapat kecenderungan bahwa kadar Pb rambut dan kuku pegawai tersebut meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar Pb rambut pada kisaran 2.12100 ppm (rataan 13.47 ppm) dan 1.96155.00 ppm (rataan 12.21 ppm) ditemukan pada anak umur 0-15 tahun dan lebih dari 16 tahun (Creason et al. 1975). Habercam et al. (1973) melaporkan kisaran kadar Pb rambut yang lebih lebar antara 18.0-701.6 ppm dengan rataan 217.0 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa variasi kadar Pb yang tinggi dalam rambut dan kuku pegawai pelayanan fotokopi dapat disebabkan oleh variasi genetik dan umur. Selain faktor yang sudah disebutkan diatas, variasi kadar Pb yang tinggi dalam rambut dan kuku pegawai, diduga terkait dengan variasi pola makan pegawai tersebut. Unsur Pb dalam tubuh dapat berasal diantaranya dari pangan yang dikonsumsi (Mokoagouw 2000). Kajian pada ayam menunjukkan bahwa konsumsi ransum berkadar Pb lebih dari 1000 ppm selama 45 hari menghasilkan kadar Pb bulu dan tulang yang tinggi berturut-turut 94 dan 116 ppm (Sugito 1994). Konsumsi pangan sumber pencemar Pb seperti sayuran atau makanan yang disajikan terbuka di pinggir jalan raya dapat meningkatkan konsumsi Pb. Sayuran sangat rentan terhadap pencemaran Pb dari tanah dan udara, seperti halnya daun pepaya dan daun singkong yang ditanam di pinggir jalan tol Jagorawi menunjukkan kadar Pb berturut 105.8 ppm dan 65.3 ppm (Dewi 1996; Masturoh 2004). Status gizi juga mempengaruhi deposit Pb pada jaringan tubuh termasuk rambut. Baird & Cann (2005) menjelaskan bahwa tingkat konsumsi Ca dapat menekan deposit Pb dalam jaringan. Kajian terhadap pola makan dan status gizi para responden tidak dilakukan dalam penelitian ini, tetapi data menunjukkan bahwa faktor genetik, umur dan makanan dapat merupakan penyebab variasi kadar Pb rambut dan kuku . Perbedaan kadar Pb dalam rambut dan kuku dapat dianalogikan akibat laju pertumbuhan bulu dan tulang yang berbeda. Penelitian Sugito (1994) menunjukkan bahwa unsur Pb pada unggas didepositkan dalam bulu lebih sedikit dibandingkan
dengan dalam tulang. Pada laju deposisi Pb yang sama dalam rambut dan kuku, maka lambatnya laju pertumbuhan kuku dibandingkan rambut akan menyebabkan konsentrasi Pb rambut yang lebih rendah dari kuku. Dalam kajian ini rambut menunjukkan kadar Pb yang lebih rendah dari kadar Pb kuku. Perbedaan kadar Pb dalam rambut dan kuku diduga mempunyai mekanisme yang sama seperti halnya deposit Pb dalam bulu dan tulang pada unggas. Faktor lain yang dapat menyebabkan perbedaan kadar Pb rambut dan kuku diantaranya adalah cemaran langsung melalui kuku dari tinta fotokopi. Kuku tangan dapat kontak langsung dengan sumber Pb yang berupa tinta. Unsur Pb kemungkinan terikat pada gugus (S-H) dan protein kuku membentuk Pb-sulfide yang tak dapat tercuci (Mokoagouw 2000). Hal tersebut diduga merupakan salah satu hal yang menyebabkan kadar Pb kuku lebih tinggi dari rambut.
SIMPULAN Kadar Pb dalam rambut (24.25 ppm) dan kuku (142.92 ppm) pegawai unit pelayanan fotokopi menunjukkan adanya cemaran Pb dari lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja pelayanan fotokopi merupakan salah satu sumber pencemar utama. Faktor genetik, umur dan makanan diperkirakan merupakan penyebab tingginya variasi kadar Pb rambut dan kuku pegawai unit pelayanan fotokopi.
SARAN Pencemaran Pb dari lingkungan unit pelayanan fotokopi berkontribusi sangat besar sebagai sumber pencemar Pb. Agar pencemaran Pb dari t inta fotokopi, maka penggunaan masker dan sarung tangan oleh pegawai selama bekerja diharapkan dapat menurunkan pencemaran Pb dari lingkungan unit pelayanan fotokopi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Ardyanto D. 2005. Deteksi pencemaran timah hitam (Pb) dalam darah masyarakat yang terpajan timbal (plumbum). J Kesehatan Lingkungan 2:67-76.
7
Ashraf W, Jaffar M, Anwer K, Ehsan U. 1995. Age- and sex-based comparative distribution of selected metals in the scalp hair of an urban population from two cities in Pakistan. Environ Pollut 87:61 -64. Baird c & Cann M. 2005. Environmental chemistry. W.H. Freeman and Company. New York. Combs DK, Goodrich RD, Meiske JC. 1982. Mineral concentrations in hair as indicators of mineral status: a Review. J Anim Sci 54:391-398. Creason JP, Hinners TA, Bumgarrrrner JE, Pinkerton C. 1975. Trace elements in hair, as related to exposure in metropolitan New York. Clin Chem 21:603-612. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. UI Press, Jakarta. Dewi IGAKSP. 1996. Tingkat pencemaran logam berat (Hg, Pb dan Cd) di dalam sayuran, air minum dan rambut di Denpasar, Giayar dan Tabanan. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Fajrian G. 2006. Status Cemaran Logam Timbal (Pb) Pada Mahasiswa Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Habercam JW, Keil JE, Reigart JR, Croft HW. 1973. Lead content of human blood, hair, and deciduous teeth: Corelation with environmental factors and growth. J Dent Res. 53:1160-1163. Harahap H. 2004. Pengaruh pencemaran timbal dari kendaraan bermotor dan tanah terhadap tanaman dan mutu teh. [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Levine RJ, Moore Jr.RM, McLaren GD, Barthel WF, Landrigan PJ. 1976. Occupational lead poisoning, animal deaths, and environmental contamination at a scrap smelter. Am J Public Health 66:548-552. Masturoh. 2004. Analisis kandungan timbal (Pb) pada sayuran yang ditanam di pinggir jalan tol Jagorawi dan di daerah pegunungan (kampung Sinarwangi desa Sukajaya, kecamatan Tamansari,
kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mokoagouw D. 2000. Kajian Peredaran Logam Berat (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn) pada Perairan Pantai di Kodya Bitung Propinsi Sulawesi Utara. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Park SH, Lee MH, Kim SK. 2005. Studies on Cd, Pb, Hg ang Cr values in dog hairs from urban Korea. J Anim Sci 18:1135-1140. Rachmawati DS. 2005. Peranan hutan kota dalam menjerap dan menyerap timbal (Pb) di udara ambien (studi kasus di jalan tol Jagorawi Bogor). [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1960. A simple, wet oxidation precedure for biological materials. Anal Chem 32:1728. Soesanto SS. 1998. Kegagalan fungsi ginjal salah dampak pencemaran lingkungan. Media Libang Kes 8:21-22. Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B. Sumantri. Gramedia. Jakarta. Sugito. 1994. Studi perbandingan akumulasi plumbum (Pb) dalam jaringan bulu, darah dan tulang pada ayam broiler. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
8