Cara Merencanakan Arus Kas dalam Organisasi Nirlaba Ari Khusuma
Sumber : www.kgfsl.com
Di era globalisasi ini, suatu organisasi nirlaba dituntut untuk memberikan transparansi informasi keuangan baik untuk pertanggungjawaban kepada organisasi maupun memberikan informasi kepada masyarakat. Dalam suatu aktivitas organisai diperlukan penyusunan laporan anggaran kegiatan salah satunya adalah laporan arus kas. Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba, laporan arus kas bertujuan untuk menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Perencanaan kas dimulai dari penyusunan anggaran kegiatan dengan menetapkan total pendapatan yang diproyeksikan dalam satu periode. Sedangkan pengeluaran dihitung berdasarkan rencana kegiatan yang dilaksanakan dalam satu periode. Dari dua komponen ini maka akan diketahui apakah organisasi mengalami surplus (kas positif; jumlah uang masuk lebih besar dari uang keluar) atau sebaliknya mengalami defisit. Prinsip dasar dari penyusunan suatu anggaran kegiatan adalah dengan menjelaskan atau mendefinisikan rencana organisasi sesuai dengan tujuan dan prioritas organisasi serta menginformasikannya kepada seluruh stake holder. Hal ini penting karena dengan melibatkan kerjasama dari seluruh pihak terkait, maka proses penganggaran akan memberikan hasil yang optimal. Dalam pelaksanaannya, peyusunan anggaran harus terus dimonitor dan dievalusi sehingga sesuai dengan tujuan dan prioritas organisasi. Penyusunan anggaran suatu organisasi nirlaba diawali dengan penyusunan anggaran tahunan masing-masing program. Sehingga dapat dilakukan pembuatan proyeksi kas
apabila anggaran tersebut dinilai realistis dan dapat dilaksanakan. Proyeksi kas yang dibuat berisi penerimaan dan pengeluaran dari masing-masing program/kegiatan. Lalu, bagaimana cara kita menyusun proyeksi kas ? Berikut tahapan sederhana penyusunan proyeksi kas yang dapat diimplementasikan pada organisasi nirlaba.
1
•Membuat Rencana Kegiatan masing-masing program/kegiatan
2
•Menggabung menjadi rencana Kegiatan Lembaga •Menambahkan rencana kegiatan operasional lembaga
3
•Membuat Proyeksi kas masuk dan keluar masing-masing program/kegiatan •Memproyeksikan waktu penerimaan/pengeluaran kas
4
•Menggabung menjadi Proyeksi Kas Lembaga termasuk waktu penerimaan/pengeluaran •Menambahkan proyeksi pengeluaran kas operasional lembaga
5
•Mengantisipasi Surplus Defisit per bulan
Setelah penyusunan anggaran dibuat secara memadai, selanjutnya kita dapat menyesuaikan proses penerimaan dan pengeluaran dana dengan menggunakan Anggaran Arus Kas atau
dikenal dengan istilah Budget Cashflow. Anggaran ini
merupakan anggaran berbasis kas (cash basic) dan berpatokan dengan waktu. Seperti anggaran perencanaan program lainnya, penyusunan anggaran juga membutuhkan monitoring dan evaluasi secara periodik. Hal ini bertujuan untuk menetapkan jumlah dan komposisi anggaran sesuai dengan penerimaan dan perkiraan pengeluaran. Sehingga budget cashflow dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan berdampak
pada perubahan jadwal dan implementasi program ataupun kegiatan
organisasi. Secara garis besar, laporan anggaran arus kas/ budget cashflow terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1.
Arus kas aktivitas operasi, yaitu arus kas yang mengambarkan arus masuk dan keluar anggaran dari aktivitas/kegiatan utama organisasi. Arus kas ini menjadi indikator dalam menentukan suatu kegiatan berjalan dengan baik
dengan arus kas yang yang cukup dalam memelihara kondisi kegiatan organisasi. 2.
Arus kas aktivitas investasi, yaitu arus kas yang menunjukan arus masuk dan keluar yang berhubungan dengan sumber daya organisasi yang bermanfaat untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
3.
Arus kas aktivitas pendanaan, yaitu arus kas yang memperlihatkan arus kas masuk dan keluar sebagai sumber pendanaan jangka panjang.
Masalah yang mungkin muncul dalam pelaksanan anggaran arus kas adalah kurangnya dana kas, hal ini dapat diantisipasi dengan menggunakan saldo awal organisasi. Namun, apabila antispiasi ini bisa dilakukan, dapat dilakukan alternatif atau strategi lain sebagai berikut : 1. Mendapatkan fasilitas pinjaman siaga (standby loan) atas nama organisasi nirlaba dari pihak bank atau perseorangan. 2. Mengubah jadwal kegiatan yang memerlukan pendanaan besar ke bulan berikutnya untuk mengurangi pembengkakan pengeluaran biaya. 3. Mengubah jadwal penerimaan dana menjadi lebih cepat untuk menutupi biaya yang tertahan. 4. Menjual aset yang likuid atau menunda pembelian aset baru. 5. Mengunakan metode sewa atau leasing bagi perolehan aset untuk menghemat arus kas keluar lembaga. Sebaliknya, apabila kondisi saldo kas organisasi kita memiliki proyeksi kas yang sangat besar, maka dapat ditetapkan langkah untuk mengoptimalkan saldo, seperti: 1. Investasi jangka pendek dari kelebihan kas sementara. Alternatif yang tersedia saat ini adalah: Deposito berjangka, Reksa Dana, Obligasi Republik Indonesia (ORI) ddan lain-lain. 2. Pembelian kebutuhan organisasi dalam jumlah besar agar didapatkan potongan harga atau discount. Meskipun kebutuhan saat ini tidak sebesar yang dibeli, namun tujuan utama pembelian adalah untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang serta mendapatkan potongan harga.
Sumber : www.bplans.com Prinsip pengelolaan kas yang baik adalah menunda pengeluaran selama mungkin dan memasukkan pendapatan secepat mungkin serta memperhatikan kebutuhan kas minimum dan jangka waktu dari realisasi penerimaan dan pengeluaran kas organisasi. Dengan menggunakan proyeksi kas, kita dapat menjaga saldo kas minimum. Saldo kas minimum adalah jumlah uang kas minimum yang harus tersedia dalam kas organisasi yang berfungsi untuk membiayai kegiatan operasional sehingga kegiatan rutin organisasi tetap aktif. Selain itu, monitoring dan evaluasi arus kas harus selalu diperhatikan. Apabila terjadi perbedaan yang signifikan antara realisasi dengan anggaran, maka harus segera diambil keputusan dengan melakukan perubahan anggaran. Selanjutnya diikuti dengan perubahan proyeksi arus kas masuk/keluar. Evaluasi anggaran dan proyeksi kas dapat dilakukan setiap bulan atau periode yang lebih panjang, misalnya setiap tiga bulan. Dengan adanya monitoring dan evaluasi anggaran, kita dapat mengetahui informasi keuangan organisasi secara cepat dan terperinci. Hal ini sangat bermanfaat bagi organisasi dalam melakukan tindakan preventif terhadap risiko yang akan dihadapi dengan melakukan perubahan anggaran berdasarkan informasi yang didapatkan.
REFERENSI 1.
Anna Esscnburg (2015). Cash Flow 101: The Best Way to Manage Cash Flow dalam artikel website http://articles.bplans.com/cash-flow-101-the-best-ways-to-manage-cash-flow/
2.
Hertanto widodo, Ak dan Tteten Kustiawan (2001). Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Pengelola Organisasi. Bandung: Asy-syamil Press dan Grafika
3.
Ikatan Akuntan Indonesia (2010). PSAK 45: Akuntansi Organisasi Nirlaba. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
4.
Pahala Nainggolan (2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Jakarta: Yayasan IntegrasiEdukasi.