BUNGA RAMPAI
KEPUSTAKAAN
MAJAl.AH WART" PERPUSTAKAAIII IlSlONAL RI
PERPUSTAXAAN HASIONAl. RI
"".
Perpustakaan Nasional : KatalO8 Dalam Terbitan (KDT) Bunga Rampai Opini Kepustakawanan : Majalah Wana Perpustakaan Nasional RI. / Penyusun Hanoyo Darmawan ; editor : Agu5 Sutoyo. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2011. 184 him. ; 16.2 em Bibliografi : him. 184 ISBN 978-979-008-372- 1 1, Perpustakaan II. Agus SUIOVO
I. HarlOVO Darmawan III. PerpuSlakaan Nasional
PENGARAH
Kepala Perpustakaan Nasional RI 5ekretar is Utama PENANGGUNGJAWAB
Kepala Biro Hukum & PerenCilnilan Kepalil Bagian Hukum & Humas PENYUSUN
Hartovo Dilrm awan EDITOR
Agus Sutovo DISAIN/TATA lETAK
Nurhildisaputril KONTRIBUTOR Elsa Tuasamu Dewi Ambarasih Dinar Sinaga Arwan Subakti Eka Cahvani
--
DPINI !:'.!......T .......... "
SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
nikmat dan karunia-Nya, buku Bunga Rampai Opini Kepustakawanan, Majalah Warta Perpustakaan Nasional RI inl biS3
dise~salkan .
Adalah
suatu kegemblraan bagi kita semua, khususnva bagi saya karena ternyata Indonesia memiliki penulis-penulis yang berbakat, berintelektual dan mempunyai
kepedutlan
yang
tlnggl
terhadap
perkembangan
kepustakawanan di Indonesia,
Menulis sudah menjildi bagian Vilng tldak terpisahkan dan dunia
kepustakawanan. Kellatan olah piktr in; telah mefahirkan penulis-penulis dengan ide-ide segar dan orisinal, bahkan para pustakawan pun terpacu untuk terus mengembangkan potens; dan daViI kreasinya, bagl kemajuan
perpustakaan dl masa mendatang. Lewat aktlvltas menulls pula, jutaan masyarakat
pun menjadi tahu.
mengerti dan
memahaml bahwa
keberhasilan dan kesuksesan perpustakaan tidak hanya menJadi tanggung Jawab serta kepedullan pemerintah sema ta, melainkan juga seluruh lapisan dan komponen barllsa. Saya mengapreslasl sekali atas dlterbltkannya Bunga Rampal Opinl Kepustakawanan, Majalah Warta Perpustakaan Nasional RI Inl. Semoga hasil
pemlklran
para
penulis yang
terdapat
didalamnya
mampu
menggugah kreatiYltas, serta semangat kita semua untuk memberikan yang terbalk dalam pengembangan cakrawala teknologi dan Informasi kepada
ilmu
pengetahuan,
masyarakat. Sehingga pada akhlrnya.
upaya untuk memasyarakatkan minat baca yang menjadi bag Ian darl misl besar
Perpustakaan
Nasional
RI
blsa
Ii
tercapai. Sekall
lagl
say ..
mengUCilpkan Selamat dan semoga bermanfaat. Maju terus Perpustaki'lan Indonesia. Jakarta, Desember 2010 Kepala Perpu$Ukaan Nasion ..1 RI
Hj. SrI Sularslh, M .Si
IIi
--
OPINI U·V&UK ..... '!
SEKAPUR SIRIH
Selain Membaca, Menulis Juga Merupakan Salah Satu Aktivitas Olah Pikir. Keduanva Saling Berkorelasi.
Menulis Adalah Usaha Penvampaian
Gagasan Melalui Penggunaan Bahasa lulls Dalam SU31U SenIuk Karya Tertentu. Namun, Hat WaJlb Yang Harus Dimlliki Sebelum Menulis Adalah Membaca . Karena Densan Membacil Akan Muncullde-Ide Yang Blsa ladi Tanpa SengaJa Oihasilkan. Walaupun Dengan Mengamati Kejadlan Sehari-
Had Ide Bisa Didapat, Tetapi Tanpa Menumbuhhn MinaI Baca, Mustahil Juga Dapat Menuangkan Tulisan Oengan Baik Dan Berbobot. Bahkan,
Sosok Orang-Orang Besar Dunia Tidak Pernah lupul Darl Keblasaan Membaca Dan Menulis. Kalau
Blcara Membaca Dan Menulis Tentunya ridak lepas Darl
Perpustakaan, Walaupun Tidilk Menjadi Parameter Mutlak Karena Aktivitas Tersebut Bisa Dilakukan Kapan Dan Dimana Saja. Yang Terpenting Adalah Kemampuan Literasl (Memahami) Darl Apa Yang Kita Tuns, Sehlngga Tullsan Menjadi Berbobot Dan Sarat Pesan Intelektual. Perpustakaan Darl Perpektif Manapun Akan Selalu Menjadi Topik Yang Menarlk. Kehadlrannya Sudah Dianggap Sebagai Pintu Gerbang (Gateway) IImu Pengetahuan, Teknologi Dan Informas-1. Tingkat KemaJuan Peradaban Dan Intelektual Suatu Bangsa Konon Salah Sa tunya Dilihat Darl MaJu M undurnya Perpustakaan. Undang·Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Telah Mengamanatkan Bahwa Dalam Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, Perpustakaan
Sebagal
Wahana
6erkewajiban
Mengembangkan
Belajar Potensi
Sepanjang Masyarakat
Hayat Agar
Juga
MenJadi
Manusia Yang Beriman, Bertaqwa, Berakhlak Mulia, Berilmu, Sehat, cakap, Kreatlf, Mandirl Dan Bertanggung Jawab Dalam Mendukung Penyelenuaraan Pendldikan Nasional. Bunga Rampai Opini Kepustakawanan, Majalah Warta Perpustakaan Nasional RI Merupakan Mikel Yang Pernah Dimuat Of Rubrik Oplnl Majalah Warta Sejak Tahun 2003 Sampai Dengan 2010 Ini Boleh Jadi Merupakan Manifestasi Sederhana Dar. Sejumlah Pihak Yang Tertank Dan Concern Terhadap Pengembangan Perpustakaan Kinl Dan Yang Akan Datang. Semuanya Terelabora si Dengan Baik. Buah Pemikiran Yang Dibarengi Niat Mulia Akan Terus 8erproses Tanpa Hentl Sehingga Terealisasi. TIdak Ada Kata Terlambat Untuk Sebuah Perubahan Besar, Meskl Secara Bertahap. Semoga 8ermanfaat. Maju Terus Perpustakaan Nasional. Jakarta, Desember 2010 Editor
,
---
OPINI !!!~"'T""""",!
DAFTAR lSI h~l~man
SAMBUTAN ................................................................................................... Ii
SEKAPUR SIR1H ........................ ..................... ............................................. ... iv ISU STRATEGI BUOAYA BACA MASA OEPAN .............. .................................. 1 PUSTAKAWAN MENUUS KEPUSTAKAWANAN: KONOISI YANG MASIH LANGKA .......................................................................................... 13 PERPUSTAKAAN BAGI MASYARAKAT MARGINAl ...................................... 2S PUSTAKAWAN DAN TUGAS: HARUS PAS.................................................... 28 STRATEGI NASIONAl OALAM PENCAPAIAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN ............................................................................................ 34 MOTlVASI MINAT BACA DALAM KURIKUlUM BERBASIS KOMPETENSI .............................................................................................. 40
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER INFORMASI ........................................ 44 MARKETING MENOONGKRAK KIPRAH PERPUSTAKAAN ............................ SS PEMANFAATAN TER81TAN BERKALA .......................................................... 62 PROGRAM TERPADU PERP USTAKAAN NASIONAl ..................................... 77 MANUSCRIPT DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KONSERVATOR ................ 90 PERPUSTAKAAN DAN SETTING CERITA FIKSI .............................................. 9S MEMBANGUN 8UOAYA BACA 01 KALANGAN PEREMPUAN .................... 103 MEMBANGUN 8UDAYA BACA 01 KALANGAN ANGKATAN MUDA ........... 112 PEM8ANGUNAN TEKNOlOGIINFORMASI DAN KOMUNIKASI INDONESIA: TANTANGAN DAN PElUANG BAGI PROFESI PUSTAKAWAN .......................................................................................... 119 MENJAOIKAN IPI SE BAGAI PEREKAT ......................................................... 133 DAN PEMERSATU PUSTAKAWAN INOONESIA .......................................... 133 PE NGGUNA PERPUSTAKAAN .................................................................... 148
"
--
OPINI ""'I!T~
PERPUSTAKAAN DAN MASYARAKAT ........................................................ 1S2 KONSEP MANAJEMEN PENGETAHUAN 01 PERPUSTAKAAN A8AO 21 .............................................................................................................. 163 MEMBANGUN 8UOAYA BACA 01 PEDESAAN ........................................... 169 PUSTAKAWAN JANGAN MATI 01 LUM8UNG PADI ................................... 176 PERPUSTAKAAN RAKYAT YANG TERMARJINALKAN ................................. 180 BISAKAH PERPU STAKAAN UMUM MENJAOI RUANG PUBlIK ? ................ l88 STRATEGI PUSTAKAWAN KERASAN Of TEMPAT KERJA ............................ 194 PUSTAKAWAN CANGGIH .......................................................................... 199 MENCIPTAKAN PERPUSTAKAAN YANG 8ERORIENTASI81SNIS ................ 207 PERAN PUSTAKAWAN DAlAM UPAYA PENCEGAHAN PENJIPlAKAN KARYA ILMIAH ....................................................................213 MEMPERBANYAK 8AHAN PUSTAKA DENGAN DANA TERBATAS ............. 217 UPAYA PELESTARIAN WARISAN 8UDAYA DAlAM FORMAT DIGITAL •......................................................•..•..•..•..•..•.•............................221 SAlAH KAPRAH PERPUSTAKAAN DIGITAL DIINOONESIA ......................... 240 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................24S
vii
--
OPINI !!"U'T~
ISU STRATEGI BUDAYA BACA MASA DEPAN Oleh : Sumengen Sutomo
&anyak data lnformasl balk na5ional maupun Internaslonal memberlkan lambaran menpnai kondlsi sltua51 dan kondisi bangsa Indonesia. United Nation Development Program (2001), melaporkan bahwa Human Development Index (HOI) bangsa Indonesia berada pada peringkat 102 darl162 nqaril. HOI melilporkan Ilga Indlkator pentlng yaitu odult rote umur lima tahun leblh 86,3%, umur harapan hldup sejak lahlr 65,8 lahun, dan GOP per kapila US 2,857. 8eberapa negara di Asia melaporkan peringkat HOI: Singapura (26), Ph1l1plna (70), Brunei Oaruualam (32), Thailand (66), Malaysia 156}, dan Vi etnam (101). Oi antara
ketl,a
lndlkator,
t lngkat
literasi
bangsa
Indonesia Jauh
ketinggalan dari negara tetangga. Vietnam, negara yang baru saja merdeka telah beradil Jauh diatas Indonesia. Biro Pusat Statist ik 12000) melaporkan bahwa angka partisipasi sekolah penduduk maslh rendah. Penduduk yang buta huruf 9,8%, belum tamat SO 24,8%, tamat SO 32%, SLTP 15%, 03 0,6%, Universitas 1,7%. Kemampuan baca tulls 88,4%, sebagian penduduk berpendidikan rendah yallu tidak tamat SO dan tamat so 56,8%, yang tamat SLTP, SLTA, dan 03 hanya 30,7%, dan tamat universitas sangat sediki t yaltu 1,7%. Tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih perlu ditingkatkan agar setara dengan bangsa lain. Kriteria kema mpuan baca BPS mungkin ada perbedaan dengan kriterla yang dilaporkan oleh lembaga yang melakukan education
assessment test. The International Education Assessment Test (1997) melaporkan bahwa kemampuan membaca dan menulis anak SD di Indonesia 36%, berada pada peringkat nomor dua terendah, sedangkan peringkat terend ah adalah Venezuela 33,9% (Muchtar Bucheri 1997). Kondisl Inl memberikan
1
gambaran bahwa membaca belum menjadi kebiasaan dan budaya pendidikan. Pada tahun 1995, penduduk Indonesia dilaporkan sekitar 200 Juta jiwa dan menerbitkan 50 juta buku. Ini berarti bahwa rasio buku dan penduduk 0,25 buku per orang. 5eandainya setiap orang membaca buku, maka setiap hanya membaca
~
buku. Penduduk Amerika pada waktu
yang sarna diperkirakan 265,5 juta menerbitkan 1 milyar buku. Rasio buku dan penduduk, 3 buku/orang. Dengan asumsi yang sarna setiap orang membaca 3 buku (Wardiman Djojonegoro 1995). Universitas Indonesia adalah salah satu perguruan tinggi yang men/adi kebanggaan
Indonesia.
MaJalah
Asia
Weeks
pada
tahun
2000
mengadakan rating berbagai perguruan tinggi yang ada di negara-negara Asia Selatan dan memberikan peringkat untuk perguruan tinggi di masingmasing negara. Kriteria penilaian peringkat berdasarkan atas berbagai macam kriteria mulai dad gedung, pengajar, program, kemampuan mahasiswa,
fasilitas,
komputer,
laboratorium,
penelitian
dan
pengembangan, dan pengembangan IPTEK. Universitas Indonesia hanya mendapat peringkat 61 dari semua perguruan tinggi yang ada di Asia Selatan. Budava membaca dan bela/ar jelas men/adi kunci untuk membuka pintu menjadi negara maju. Budaya membaca dan belajar menjadi jembatan untuk menyeberangkan negara keterbelakang dan negara berkembang menjadi negara maju. Budava membaca dan belajar menjadi landasan untuk menjadi negara agraris modern dan menjadi negara industri. Budava membaca dan belajar menjadi landasan untuk mencapai kesejahteraan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Budaya membaca dan belajar menjadi landasan untuk tinggal landas menuju negara agraris modern dan negara industri.
2
Membangun budaya baca dan belajar menjadi tanggung jawab klta bemma. Masalah dan sebabnya sangat IUilS, komplek dan menyangkut banyak seklor muali dart Ungkal bawah sampai tingkal alas. Membangun budaya biKa bukan hanya menyediakan perpustakaan, buku, tenaga, dan fasilitas akan tetapi lebih dad itu. Membangun budaya baca dan belajar mencakup mental untuk membaca, mempelajari, mengerti, merasakan, menlransfer, dan akhirnya memanfaatkan iptek yang laik untuk produkis barang
dan
jasa
membangun
yang
program
berkualitas. yang
Membangun
lednlegrasi
pada
fisik
termasuk
berbagai
seictor
pembangunan dan menyediakan dukungan fisik lermasuk pengadaan UU, PP, Perda, buku, perpustakaan, SDM, dan perangkat lain. Unluk menJamln keberhasilan pembangunan ini tidak mungkin dilakukan secara sektoral akan letapi memerlukan partnership dari semua pihak termasuk sektor pemerintah, swasta, civil society organilation termasuk LSM. Bagaimana membangun bangsa Indonesia memiliki budaya baca dan belajar?
Apa
yang
menjadi
masalah
dan
hambatan
dalam
mengembangkan budaya baca? Berapa lama waktu yang dibutuhkan mencapai itu?
8agaimana strategi dan program
pemerinlah dan
masyarakat untuk mencapai itu? Sebelum membahas berbagai isu dan kenyataan yang dihadapl masyarakal di berbagal l ingkalan dalam kehidupan di negara klta yang berkaitan dengan budaya baca dan belaJar. Kemampuan Membaca Marilah kita melihat kenyataan yang berkaitan dengan budaya baca dan belajar di beberapa negara telangga. Apabila kita menaiki bus dari kota ke kota lain di Singapura, Jepang, Kanada, Australia. atau Amerika, selalu dijumpai anak, orang dewasa atau orang tua yang membaca. Mereka ada yang membaca sural kabar, majalah, buku, novel, dan publikasi lain. Begilu juga kalau kita naik kereta api dan pesawal terbang di negara lain selalu melihat kenyalaan yang sam a. Sebaliknya, apabila kit a naik bus kola, kerela api, dan pesawal terbang di dalam neged, jarang sekali melihat penumpang yang membaca. Mereka umumnya mengantuk, lidur,
1
beeanda, ngobrol, termenung sambi! menikmati perjalanan. Oi antara penumpang yang membaea umumnya orang asing vang sedang dalam perjalanan dan jarang sekali orang kita Vang membaea. Berbagai alasan antara lain fasilitas kurang, buku dan majalah terbatas, kondisi tidak memungkinkan karena terlalu padat dan panas yang semuanva masuk akal dan bisa diterima. Membaea dan belajar pun belum menjadl minat dan kebiasaan. Pemerintah dan LSM serta sektor swasta dengan gencar berupava mengembangkan lembaga
perpustakaan
penelitian,
kantor
di
perguruan
tinggi,
dan ditempat-tempat
departemen,
umum.
Namun
demikian. perpustakaan tersebut belum banVak dimanfaatkan setara optimal oleh berbagai pihak vang menjadi sasaran termasuk dosen, mahasiswa, pegawal dan masvarakat umum. Banyak sebab vang melatarbelakangi hallni termasuk koleksi buku terbatas, ruang baea tidak nvaman, pelavanan lambat, tidak eepat dan tidak ramah, buku tidak bisa dibawa pulang, dan pelaVanan tidak menarik. Buku dan bahan bacaan sebagian besar milik perpustakaan masih kurang sehingga para pembaea kesulitan untuk mendapatkan buku yang diperlukan. Sebagian besar perpu stakaan memberikan pelayanan dengan eara membantu penearian buku atas permintaan peminjam. Peminjam tidak dapat masuk meneari bukunva sendiri di perpustakaan. Misalnva, di Perpustakaan Nasional peminjam meneatat nomor katalog dan memberikan kepada petugas untuk meneari buku vang diminta. Peminjam menunggu berjam-jam untuk memperoleh buku, sehingga membosankan. Mereka tidak bisa akses langsung untuk meneari buku. Sistem lavanan semaeam ini tidak menarik sehingga membatasi pengguna perpustakaan. Banvak perpustakaan didirikan di berbagai departemen, perguruan tinggi, dan ditempat umum tetapi
belum dimanfaatkan. Sebagian besar
perpustakaan memberikan pelayanan terbatas pada waktu jam kerja selama delapan jam. Tidak ada perpustakaan vang buka lebih dari jam kerja. Waktu mulai buka sering tertambat dan waktu tutup terlalu eepat.
4
~DPINI
-
--
K~.UST"KAAN
Pengunjunc perpustakaan sangat terbatas karena minat baca dan menggunakan dokumen tertulis masih terbatas. 5ebagian besar pegawai departemen tidak banyak menggunakiln perpustakaan sebagai alat bantu memeeahkan masalah yang mereka hadapL Sebagian besar dosen dan mahasiswa belum banyak menggunakan perpu stakaan yang ada dengan berbagai alasan. Beberapa provinsi mencoba mengembangkan perpustakaan keliling dengan menggunakan mobil. Namun demikian, masyarakat belum slap membaca dan menggunakan fasilitas membaca buku dan baeaan yang disediakan.
Sebagian
masyarakat
masih
bergelut
meneari
mala
peneaharian untuk membiayai hidup sehari-hari. Akhirnya, supir mobil perpustakaan keliling lebih suka berkeli1ing menghabiskan waktu kerja. Perpustakaan umum jarang dikunjungi masyarakat. Salah satu a1asan terbatasnya pengunjung karena minat baea penduduk masih rendah. Berdasarkan data, informasi dan kenyataan yang disebutkan bahwa kemampuan membaea dan belajar Indonesia masih rendah. 5ebab utama yang melatarbelakangi masalah tersebut antara slstem pendidikan yang kurang efektif, kondisi 50sial dan budaya yang masih belum kondusif. dan motivasi penduduk untuk membaca rendah. Pembangunan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusla
dan
mencerdaskan
bangsa. Pembangunan
pendidikan nasiona1 memberikan priorita$ pada penyelesaian program waJlb belajar sembi Ian tahun, peningkatan mutu semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan, pelaksanaan program keterkaitan dan kesepadanan pendidikan kejuruan dan profe si serta pelatihan yang teknik melalui slstem
ganda
pendidikan
kejuruan dan
peningkatan
kemampuan
menguasai IPlEX di kalangan pendidikan tinggi. Indonesia te!ah bernasi! menyelesaikan wajlb bela)ar pendidikan enam tahun dalam periode 20 tahun. Ini merupakan prestasi yang menggembirakan dibandingkan negara maju lain sepertl Perancis, Jerman dan Inggrls dimana mereka memerlukan waktu 60 tahun untuk melakukan hal yang sama.
s
Pada tahun 1994 pemerintah mencanangkan program wajlb bela/ar pendidikan dasar sembilan tahun yang diharapkan selesai dalam IS tallun. Dalam rangka menlngkatkan mutu semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan pemerintah memberikan perhatian pada tiga faktor, yaitu mencukupi sumber daya pendidikan termasuk guru, buku, perpustakaan dan laboratorium, kurikulum dan kondisi belajar, dan pengetahuan dan keterampilan. Pelaksanaan program pendidikan kejuruan dan profesi balk melalui jalur pendidikan maupun diluar sekolah menerapkan sistem ganda, artlnva setiap program pendidikan terkait dengan kepentingan memanfaatkan tenaga kerja dalam proses indurtri dan menghasilkan income. Pembangunan pendidikan tinul menekankan perbaikan mutu tingkat pendidikan sarjana, peningkatan kualitas pendidikan pascasarjana, meluaskan program master dan doktor. Pelaksanaan strategi program pendidikan nasional sangat baik namun demikian menghadapi berbagai masalah dan Ilambatan sehingga belum memperoleh hasil vang menjanjikan seperti yang dilaporkan berbagai sumber. Indonesia perlu belajar dari pengalaman di negara lain untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja yang lebill baik. Berikut ini suatu pengamatan dan pengalaman pribadi dalam melihat sistem pendidikan mulal dari tingkat pra sekolall, sekolah dasar, sekolah lanjutan menengah dan SlTA dan universitas di USA. Nampaknva ada beberapa hal positif yang dapat dijadikan refrensi untuk meningkatkan dan mengembangkan program pendidikan di Indonesia. Pengamatan ini sangat terbatas, subjelctif dan tidak representatif dari berbagal tokasi pendidikan, Preschoo/·Children Educotion, Children Institute, Eostern Michigan University Ypsi/ani, Lawton Grade School, Tappan Junior High School, dan Pioner High School di Ann Arbor, don Uryiversity of Michigan, Ann Arbor di USA (1983 -1986).
Pendidikan pra sekolah (3·5 tahun). Pada pendidikan pra sekolah anak mengikuti pendidikan selama 8 jam, mulal dari Jam 9 pagl sampai jam 5 sore dengan antara istirahat makan siang dan tidur siang di sekolah.
6
--
OPINI'! KUUU..........
Mereka belajar bermain,
bergaul,
membaca, sosialisasi, olahraga,
berkomunikasi, dan kegiatan lain sesuai dengan kurikulum yang dirancang oleh masing-masing sekolah. Pre-school ch ildren education tidak menjadi langgung jawab pemerinlah lelapi swasta. Hasil didik yang paling menonjol pada anak antara lain mereka sudah mulai dikenalkan dengan buku,
dan
gambar,
membaca
gambar
sederhana,
mengerti,
berkomunikasi dengan baik dan percaya diri. TIdak melihal apakah anak orang kaya alau miskin, anak hitam alau pulih, mereka sangal percaya diri, independen, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Pengetahun, kemampuan dan sikap semacam ini jarang ditemui pada Taman Kanak Kanak di Indonesia. Kem ampuan dasar lermasuk mengenal buku, keinginan unluk melihal dan membaca, belajar sudah diperoleh sebelum anak-anak memasuki usia sekolah. Pendidikan SO (6-12). Oalam mata pelajaran matematika anak SO (grade school) di salah satu kota di Ann Arbor, negara bagian Michigan
membutuhkan waktu yang panjang unluk memahami konsep dan pengertian sualu perhitungan. Misalnya, sa tu soal penjumlahan dengan liga angka dapat melalui macam-macam cara memperhilungkan. Berapa hasil perhilungan 4+5 = 9. Berapa
nilai ditambah lima jadi sembilan?
jawaban 4. Berapa harus ditambahkan pada nilai empat supaya menjadi sembilan? jawaban 5. Selain itu, juga mempelajari perhitungan yang sama menggunkan garis bilangan yang lurus, garis bilangan melingkar, atau gambar orang berjejer, gambar benda berurutan dan melingkar dll. Guru tida k hanya memberikan liga cara perhitungan tetapi lebih banyak alternalif cara perhitungan sehingga anak dapat mengerti logika pasti perhitungan ketiga angka. Begilu banyak variasi untuk mengenatkan perhilungan itu. Mata pelajaran matemalika di Indonesia sangal leorilis dan cepal sehingga kurang memberikan pemahaman yang mendalam dan manlap walaupun objek yang dipelajari mencakup begilu jauh. Anak SO sudah mengenal suatu percobaan ilmiah yang sederh ana. Masing-masing anak diberikan pekerjaan dengan pedoman tertulis sekilar liga-lima halaman berisi konsep kehidupan tumbuhan, makanan, dan sinar
7
matahari. Mereka diminta membaca, mempelajari, dan menerapkan teori yang dit ulis dalam pekerjaan rumah . Mereka diminta menanam biji kacang pada kapas yang dibasahi gula. Sebagian diletakkan di dalam kamar tidak terpancar mataharl dan sebagian lagi diletakkan diluar kamar sehingga mendapatkan sinar matahari. Setiap
dari
melaporkan,
mereka dan
diminta
mencatat,
membahas
mengamati
perkembangan
perubahan,
dan
perbedaan pertumbuhan yang terjadi dad biji kacang. Mereka sudah mengenal metode ilmiah, sedangkan pembelajaran semacam ini di Indonesia barangkali baru diberikan pada tingkatan SLTP atau StTA. Mereka sudah mulai berlatih membaca, mempelajari, dan memahami metode ilmiah. Pendidikan SLTP (13·15). Anak sekolah tingkat SLTP (jun;or high school) di kola yang sama mendapatkan mala pelajaran bermacam·macam sesuai dengan kurikulum. Setiap hari anak sekolah mulal dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore berselang satu jam makan siang. Sekolah menyediakan jemputan, makan siang, buku, fasilitas laboratorium, olahraga, dan fasilitas lain yang semuanya gratis. Setiap mala pelajaran memberikan tugas atau pekerjaan rumah setiap hari sehingga anak tidak memiliki waktu untuk bermain. Mereka pulang sudah jam lima, sampat dirumah sudah jam enam. Mereka harus membaca, belajar dan menyelesaikan pekejaan rumah untuk hari berikutnya. Dengan demikian, waktu mereka telah terjadwal dan tidak ada lagi waktu untuk santai dan bermain seenaknya. Selama waktu pendidikan di sekolah, delapan jam menjadi tanggung jawab sekolah, dan selama berada dirumah menjadi tanggung jawab masing·masing. Misalnya, mala pelajaran geografi memberikan tugas untuk membuat proyek pembangunan industri luar angkasa. Tujuan proyek adalah agar anak mempelajari kehidupan di bumi dan di angkas luar. Setiap anak diberi bahan bacaan (handout) sekitar 10 lembar yang menjelaskan bagaimana kondisi diluar angkasa, tanpa oksigen, tanpa gaya berat, konsep kehidupan di bumi, lingkungan di ruang angkasa dan informasi lain. Bagaimana pesawa t ruang angkasa memasuki
8
orbit dan semuanya dirumuskan pada handout. Guru memberikan tugas pada pelajar unluk membangun proyek dalam waktu satu bulan. Mereka diminta mem buat maket sebagi model fisik dan disertai makalah (paper} sebagai uraian proyek. M asing-masing siswa diminta menyerahkan paper dan model yang sudah dirancang unluk mem bangun industri ruang angkasa. Guru mengundang kepala sekalah dan guru lain untuk member ikan penilaian karya lImiah masing-masing siswa. Penilaian didasar kan atas kri ter ia dan pe doman yang diberikan oleh guru. Pada kesem patan ini, masing-masing siswa berkompetisi untuk mendapatkan nilai terbaik_ Dalam mengerjakan proyek seorang anak perlu meenari bahan fisik berupa model pesawat terbang, romah karton, peralatan lain di supermar1<et atau hardware store. Mereka juga harus menyusun sekurang-kurangnya
paper
20
halaman.
Mereka
harus
pergi
ke
perpust akaan sekolah atau perp ustakaan umum untuk meneari referensi . Mereka dilatih untuk membaea dan belajar dengan intensif pada satu mata pelajaran geografi. Selain itu, dengan pola yang berbeda, mala pelajaran lain memberikan tugas yang tidak mungkin diselesaikan tanpa membaca dan belajar. Siswa tela h mendapat latihan mem baca referensi, menulis, belajar yang intensif seliap hari sehingga mereka tidak lagi mempunyai waktu bermain dan tawuran. Pada umumnya komitmen anak yans seriU5 menyebabkan mereka sering berada di depan komputer untuk menyusun paper dan membaca referensi sampai berhari-hari lupa makan dan tidur seperti halnya mengerjakan proyek. Dalam periode ini anak terlatih membaca, belajar, dan kerja keras sehingga memudahkan dalam mengikuti tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan SLTA (16-19). Berbeda dengan pendidikan junior high school, pendidikan senior high school sudah mendekati program pendidikan di universitas. Setiap semester anak bersama guru penasehat (advisor) merancang mala pelajaran apa yang ingin dipelajari selama pendidikan. Mereka menenlukan goal untuk selanjutnya dicapai melalui pelajaran tiap
9
~-~
OPINI
-
K2~UST"K""'N
.
semester. 5etiap anak menentukan minat dan !:ita·eita sendiri. Mererka yang menginginkan masuk ke Fakultas Teknik tentu sudah mengambil mata pelajaran berkaitan dengan teknik dan matematika. Mereka yang ingin Jadi dokter tentu mempelajari mata pelajaran biologi, penyakit, dan kesehatan. Mereka yang tidak menginginkan terlalu lama mengikuti pendidikan
mengambil
mata
pelajaran
keterampilan
seperti
perbengkelan, industri, dan administrasi. Pada prinsipnya setiap orang mengembangkan sendiri interes mereka dan saling independent antara yang satu dengan yang lain. Setiap hari mereka juga tidak lepas dari tugas, pekerjaan rumah dan paper untuk midterm maupun finalterm. Pendidikan Universitas (2D-30). Pendidikan di universitas merupakan kelanjutan dari pendidikan 5LTA. Goal yang ingin dicapai oleh masingmasing mahasiswa diraneang oleh mereka sendiri dengan bantuan penasehat universitas. Mereka bersama-sama memilih mata pelajaran mana yang menjadi keharusan (required), mana yang pilihan dan mana yang bebas. 5etiap term mahasiswa mengambil antara 9-18 jam kredit
(credit hours) tergantung kemampuan mengambil
51
(undergrade)
setiap
dirl
serta finan sial.
mahasiswa
Untuk
setidak-tidaknya
mengambil125 jam kresdit tergantung disiplin ilmu yang dipelajari. Untuk mengambil master degree diperlukan sekitar 30-36 jam kredit. Program 51 dan 52 tidak memerlukan penelitian lapangan, akan tetapi eukup dengan ujian masing-masing mata pelajaran dan membuat midterm dan final paper tergantung mala pelajaran. Nilai akhir komulatif yang menentukan mahasiswa lulus atau lidak pada mata pelajaran t ers.ebut. Mahasiswa selalu mendapatkan tuga sekurang-kurangnya 2-3 kuis, menulis paper tengah term (4 bulan), dan paper akhir term, walaupun mereka tidak menyelesaikan penelitian lapangan akan tetapi setiap mata pelajaran dan setiap pertemuan mereka mendapatkan tugas yang pada prakteknya mereka harus membaea dan belajar yang merupakan pekerjaan riset perpustakaan. Dengan tara demikian pada umumnya setelah lulus mereka memperoleh kebiasaan membaca dan menulis paper ilmiah.
10
Pendidik.ln diluar sekolah. Banyak lembaga, LSM dan sektor swasta menyelenggarakan maeam-macam pelatihan dan lohkarya keterampilan yang berkaiUn dengan pekerjaan termasuk kursus bahasa Spanyol, Perancls, komputer, sekretarls, fotografi, desain Interior, pertanian, olahraga, opera dll. Program pelatihan diraneang dengan baik dan dikomunikasikan melalui iklan, radio, dan internet. Pada umumnya program
mereka
terhit
dengan
sistem
pendidik.ln
resmi
dan
perpustakaan. masyarakat pada umumnya tidak ada yang buta huruf, memiliki buday.l baca dan belajar sehingga mereka mudah memperoleh informasi lenlang pendidikan luar sekolah dan dapat menentukan untuk memlllh berbagai pelatihan yang sesuai dengan minatnya. Berdasarkan pengamatan pendidikan formal maupun non formal di Amerika jelas bahwa pada setiap tingkatan pendidikan mulai dari TK sampai perguruan t inggi menekankan pentingnya kemampuan membaea, belajar. berlatih, dan bekerja keras sehingga pada akhirnya menguasai IPTEK. Sebab lain, yang melatabelakangi rendahnya kemampuan baea dan belaJar antara lain kemampuan belajar, kelerbalasan fasilitas pendidikan dan minat peserta belajar. Pada umumnya pendidik atau pengajar belum menganggap penting bahwa membac.a dan belajar perlu mendapat prioritas dalam pendidikan sehingga mereka kurang memfokuskan penyampaian berbagai mOlten pelajaran melalui membaca dan belajar. Mereka menyampaikan perajaran berpedoman pada buku yang sudah ditentukan dan tidak banyak memberikan latihan membaea dan belajar secara maksimum. Misalnya, pengajar di SO, SLTP dan SLTA sel iap hari mengajarkan mata pelajaran menggunakan
kurikurum
baku
dan
cata
menyampaikan
kurang
menekankan banyak membaea, mempelajari, mengerti dan menguasai IPTEK melalui tugas dan pekerJaan rumah. Oengan mempelajari apa yang diberikan pendidik di sekolah tanpa mempelajari referen si diluar, siswa sudah dapa! dipastikan dapat
11
--
OPINI npun"""'"'"'!
"''''''yt! 't!~
pendldlkan. Sebagian besar pendidik satu mata ajaran
mengajarkan isl yang sama darl tahun ke tahun tanpa ada perkembangan dan penyesuaian dengan situasi yang baru. Misalnya, seorang pengaJar di perguruan tinggi karena seniori ta snya telah mendapat predikat professor. Oengan predikat ini seorang pendidik mendapat tugas pemerintah untuk memimpin satu lembaga tinggl seperti Oepartemen atau Oirjen. Namun demikian, dia tidak melepaskan jabatan karena tanggung jawab sebagai pendidik
tetap
melakukan
macam·macam
tugas
rangkap.
Tugas
memimpin lembaga t inggi sangat jelas sangat menyita waktu dan sibuk dengan kegiatan pembangunan, t ugas memimpin program dan proyek, tugas rutin, perjalanan ke luar dan dalam negerl. WARTA Vol VIII No.2, Tahun 2003
12
PUsTAKAWAN MENU LIS KEPUsTAKAWANAN: KONDlsl
YANG MASIH LANGKA Olen : Agus Sutoyo
Indonesl~ I~nlu
menokohbn pust~bw~n . Kelilngkailn penokohiln dldUC~ meru~bn sebaJliln ilklbat milrtinalisasl jilbatiln fungsion~1 pustabwiln. PrOSH ~nillisasllni m~kin mengu~t sa~t digulirkannYil kebi~kan otonomi eberan. TertK.iktl, bebenpa dileran melakukiln pe",bJliln ulil", pembayilriln tun;ilngiln fungslonal pustakilwiln, mesklpun sebena'ny~ besar tunjilngan Itu ternltung keen. AlilSilnnva liliah sedlkitnya pendilpllt~n dile'~h. Apakilh m~rglnilliSilsi ini hanya seberbs gilung pendek dl jillan sunyl kepustilkilwiln Indonesia? Sebuilh jiltan Vane berhubu",~n dengan ~nllapan pemerlnt~h bilhw~ peran pustakaW'an belum eukup pentinl keberildnnnYil, sehlngga jabalan funeslon~1 pustakiIW~n h~ny~ mengiICu pad~ petugilS perpustauan dl Ilngkung~n Instansl pemerlntilh saja. Oi samplnl pembayaran tunjangan fungslonlll pustilkilwiln yilng sang~t keell Itu, atilu justru Itu merupakan j~l~n kembali vang me",hubungkan padil jiltl dlrl pustakaw~n yang seilimil 1m belum milmpu menunJukkan kompetensi dan peran~nnYil? Iillilh pustakawan yang mendorong orang lain untuk gemilr membiICii. tetapl dirinya sendiri tidilk gemar membaeil dan menu lis. Pustilkilwiln yang menginginkiln diberikiln jilbiltiln fungslonill dengiln tunjilngan giljl Yilng lebih tlnggl, tilpl tldilk tilhu bagalmilnil kompetensl dan profesioniliisme Itu dibuat. Oua Jalan yang silling berhubungan dan terus menJadl persengkiltililn yang tidak habis diperdebiltkan. Kebiln&8i1i1n seorang puslilkilwiln memilng milsih diukur oleh besaf kedlnya tunjangiln Yilng diterimil. Padahill, apa Yilng disumbilngkan pustakilwiln nilmpaknYiI milsih Jiluh dari harilpan. lilyanan primil di perpustakailn sebagilimilna diharapkan oleh milsyarakat pemilkai pun milslh menjadl harilpiln yang belum tuntas dlwujudkan. Namun, bukiln
13
--
OPINI ._IT~
berarti utopia. Prestasi pustakawan selama inl belum mencuat ke permukaaan. Kenyataan membuktikan bahwa aktivitas yang bersifat monumental masih langka dilahirkan oleh pustakawan. Mampukah pustakawan menepis pesimisme itu? Itulah tantangannya yang harus dihadapi. Oleh karena masih minimnya peran pustakawan dalam masyarakat, yang menjadikan profesi pustakawan masih belum t erangkat, atau tenggelam diantara profesi·profesi yang ada. ladi, wajar jika sampai saat ini pengertian profesionalisme masih di monopoli oleh pekerjaanpekerjaan yang mengandalkan kemandirian. Arti kemandirian disini ialah bahwa tanpa bantuan pihak lain, pekerjaan itu masih bisa dilakukan oleh seorang profesional. Oalam pengertian Inl pula, maka protesionalisme sering diasosiasikan pada diri dokter atau pengacara (lawyer), karena mereka memiliki keahlian dan menjalankan pekerjaannya sendiri, tanpa bantuan pihak lain. Para dokter atau lawyer masing-masing membentuk organisasi profesional, yang biasa disebut asosiasi. Tugasnya selain untuk meningkatkan kualitas kerja, juga melakukan pengawasan terhadap kode erik profesi. Sama halnya dengan profesi yang mengandalkan kemandirian lainnya, pustakawan pun dituntut profesional. Orang-orang yang menggeluti protesi
ini pun diharapkan keungulan dan kompetensinya datam
mengembangkan profesi dan asosiasi yang menanunginya. Dalam konteks tersebut,
IPI
profesionalisme
(Ikatan
Pustakawa
pustakawan
harus
Indonesia) mampu
sebagai
asosiasi
mengembangkan
visi
profesionalisme pustakawan, yang tentu saja dalam perlc:embangannya dituntut memiliki etos kerja yang tinggi sesuai dengan tuntutan zaman. OJ era global saat ini, dimana reformasi mengalami pembludakan, profesi pustakawan terus menjadi sorotan. Banyak harapan tertuju pada profesi ini agar mampu mengelola ledakan intormasi yang berdampak luas pada masyarakat tersebut. Dengan demikian, tugas pustakawan sebenarnya tidaklah ringan. Kalau kita benar-benar mencintai pekerjaan yang digeluti dengan komitmen yang tinggi, konsisten dengan pekerjaan yang ditekuni,
14
dan ikhlas dalam melakukan profesinya, harapan itu niseaya
dapat
terpenuhi. Kreatlvitas
dltuntut
pustakawan
kepustakaan
dan
banyak
kepustakawanan
dl
didalam
Indonesia.
pengembangan Tetapl
melihat
kenyataannya, buku-buku tentang perpu stakaan masih sangatlah langka, apalagi buku mengenai biografi pustakawan Ini bisa dikatakan -ti dak ada". Karena kelangkaan tadi, semestinya pustakawanlah yang berusaha meneari,
mengupas,
mengungkap
dan
mengangkat
tokoh-tokoh
pustakawan di Indonesia maupun buku-buku perpustakaan seeara umum yang ditulis oleh pustakawan. Mengangkat
sosok
pustakawan
senior
yang
didalam
dunia
kepustakawanan sudah tidak lagi diragukan lagi loyalitas, pengalaman dan dedikasinya dalam bentuk penulisan biografi, sam a ha!nya mencoba memahami
mengapa
terjadi
marginalisasi,
dampaknya yang berupa perasaan inferior,
sekaligu s membongkar keterasingan dan kurang
percaya diri yang menghinggapl kalangan pustakawan sel ama inl. Sebuah persoalan yang sebenarnya hanya mampu dija wab oleh pUSl akawan sendiri. Salah 5atu indikator kurangnya percaya did dan keterasingan Itu iatah sedikltnya publikasi tentang mere ka. Baik figur yang masih aJrtif maupun non-a klif, jarang sekali diangkat dan dipublikasikan dalam berbagai media, bahkan oleh kalangan pustakawan sendirl pun. Padahal, mengingat
pustakawan
sudah
mempunyai
payung
besar
yang
menaunginya, Perpustakaan Nasiona! Republik Indonesia dan Ikatan Pustakawan Indonesia, sebenarnya kekhawatiran soal ini tldak perlu terjad l. Namun, kenyataannya untuk menyebut tokoh pustakawan Indonesia, orang perpustakaan pun masih malu-malu mengatakannya. Semestinya, mereka sendirilah yang harus bergerak, menampilkan sosok sebenarnya dirlnya yang termanifesta sikan dalam berbagai kiprah dan prestasl.
15
--
OPINI !!.!.'unAK.o..U!
Terbltnya buku ~Strategl dan /Jemlklran Perpustakaan; Visl HernandonCJ~ tahun 2001 lalu, yanl dltulls oleh dua penulls: "Cus Sutoyo dan Joko SanlOSO (yanl keduanya bukan pustakawan) hanya sepotonl anlln selar ball perJalanan }auh kepustabwanan Indonesia. Mesklpun, sepotonl anlln segar hupun tidak lanlas menjadl hlrupan puslakawan, lerbukll dengan maslh seplnya lanAapan darl kalanlan puslakawan sendlrl. Sebuah Ironl lain bahwa puslakawan Indonesia maslh mlskln wauna. lermasuk wac:ana yanl dlgaU darl sumber prlbuml. Sebagalmana klla ketahul bahwa sumber pembelaJaran dan Informasl kepuslakawanan klta dlpasok bahkan dlJejall oleh literatur dan sumber-sumber Informasl asln" denlan lokoh atau nama yang tentu saJa juga aslng. Hal Inl 'Kara tldak kila sadarl telah menclplakan kelerlantungan dan kendall budaya aslng (bac~ : baral) terhadap perkembangan dan wacana kepunakawanan Indonesia. Hal Inl pulalah vans menluslk kesadafin penulls unluk mern:oba mengangkat dan mempublikaslkiln blogran dan pemlklr.an-pemlklran pustakawan prlbuml. Menurut Prof. Dr. Sullstyo Basukl, yanl dlungkapkan dalam kata pengantar pada buku Srrotflg' dan Pem/klran Perpustakoon tersebul dlatas, sejatlnya buku blolrafi puslakawan dllndonesla baru kall hu ada. Sedanlkiln, buku blolrafl lalnnva semacam Luwarslh Prlnggoadlsurjo dan Masllnl Hardjopr.akoso bukanlah blolrafl, melalnkan hanya kumpulan tullsan darl orang-oranl Vanl ITH!nlenalnva lalu dlterbllkan sendlrl oleh Inslansl maslnl-maslnl. Menlacu pada pernyataan Pakar Perpunakaan lersebul, keteruslkan penulls sepertlnva menemukan pembenaran. lalah bahwa Jib Inlln mendobrak marglnallsasl Itu, seorang punakawan Indonesia harus dlpubllkaslkan, bubn secara komerslal. Hallnl Juga berartl bahwa tullsan mengenal sosok pustakawan yanl lalk dljadlkan tela dan dalam pemlklran-pemlklrannya dalam bldan. kepustakawanan semlsal JNS Talra$. Adalah tullsan mensenal pentlnsnva blosrafi seorang puslakawan Indonesia dlangkat, dlkedepankan oleh puslakawanan Junior untuk menggall waeana kepustakawanan lokal alau berakar pada budaya Indonesia. Inl juga
16
sekahcus dapat dlJadlkan kallliisalor dan penchadilpan lerhadap kendall budava bllrlll plldll dunla kepusubwanan Indonesia. Mencenal sosok JN8 Talrlls. lokoh punakawan Indonesia Inl, Jlka boleh dlkalakan unlk. karena la tldak berasal darl kala"ga" pemerlnlahan, blrohal. atau peJabat, akademlsl. alau seUdak·lldaknva darl se buah lembala lertentu. Melalnkan, searang ~pendekar" . searllng "slnlle fllhler" vanl melanllanl buana dl Jagad kepuslakawan tanpa membawa panJI·panJI lertentu. la dan pe:mlklrannva senantlasa hldup, berkelebat, dan malang melln!anl dl dunla kepustakawanan denlan menSusunl lovaUtas. kompetensl dan profeslonalisme pada IImu dan keahllan yang selama Inl dlselutlnya. Perlu dlkelahul, JN8 Talras vanS pada 1958· 1960 mendapal kesempatan untuk menSlkutl pe:ndldlkan profeslonal d bldan, perpustakaan pada library School. National Library Service, Welllnlton, New Zealand ISelandla 8aru) selama 2 tahun. 5ebenarnva hat dem lklan dl wakt u Inl sudah merupakan petanggaran lerhadap ~pakem~ , karena unl uk menslkutl pendldlkan dl Library School dlperiukan svaral akademls yallu sarJana muda dl bldang pe:rpustakaan. 5ekallpun la tldak meme nuh l semull svarat IIU, namun lelap dlperkenankan menslkull pendldlkan lersebut berka! hasll testing dan prestasl belaJarnya dl KPAP (Kursus Pendldlkan Ahl! Perpustakaan), angkatan ketlsa, yanl dlselenuarakan 81ro Perpuuakaan pada Kementerian Pendldlkan, Pe nsaJaran dan Kebudayalln dlnllalluar blasa balk . la harus menslkutl kursus awal terle blh dahulu. sebelum menSlkutl pendldlkan vanS pelaksanaannva lanssunl dilakukan library School IIU sendlrl. Kursus awa l Itu Juga dlmaksudkan untuk penluasaan bahasa Inurls. Lama pendldlkan formalnva adalah 10 bulan. Sisa waktu talnnya dllunakan untuk menglkull prakte k lapangan dl berbalal perpustakaan dl Selandla 8aru. Pada saat menglkutl praktek lapangan dl National Library Service da n beberapil perpustaklliln lalnnya, muncul pemlklran dalam dlrlnva agar
17
--
OPINI ""1I11"'~,!
Indonesia memilikl Perpustakaan Naslonal. Ide Itu pulalah yang melatarbetakangi dan mendorongnya untuk menulis tesis dengan judul 7oword 0 National Ubrory for Indo~o' (1960). Karya Umiah Itu merupakan satu tulisan paling awa l tentang Perpustakaan Nasional Indonesia. Karya itu terpilih sebagal salah satu tulisan yang dimuat pada maja1ah yang diterbitkan oIeh National Ubrary Service. oengan demiklan, dari tokoh ini pulalah keberadaan dan perlunya sebuah lembaga Perpustakaan Nasiona1 dl Indonesia dlmunculkan_ Tokoh Ini pun sangat melekat di kalangan mahaslswa jurusan Ilmu perpustakaan, para pengelola dari seluruh jenis perpustakaan dan masyarakat umum yang pedull tentang kebercldaan dan pengembangan perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia balk di dalam maupun dl luar negeri. Sering disebutkan bahwa pakar katalogisui dan kJasifikasi Indonesia masih langka. Selaln nama JNB Tairas, belum muncul lagl nama lain. Bahkan, di seluruh perguruan tlnBll yang ada jurusan Ilmu perpustakaan, ataupun dl seluruh pelosok nusanlara, nama JNB Talrcls tidak asing lagi, bahkan terus bergaung sepanJang masa. Buku karangannya terus dicarlcarl dan ditunggu-tunggu_ Buku-buku dan tulisan-tulisan banyak dlpakai sebaga] sumber ruju kan dan referensl waJlb bagi mahasiwa 02, 03, 51, 52 dan 53 ilmu perpustakaan dan Informas!. Bahkan sekarang lnl, dl kalangan mahaslswa ada 'joke' atas karya JNB Taircls, bahwa buku Talras bagus untuk bahan diskusi karena kontroverslal dengan pakar perpustakaan lain dl Indonesia. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa semua pustakawan atau orclng yang mengelola suatu perpustakaan di Indonesia, khususnya yang bekerja pada bagian pengolahan atau unit kalatogisasi dan klasifikasi bahan pustaka, pasti pernah membaca nama JNB Taira5, karena nama Itu, selalu tertera pada peralalan pengatalogan seperti halnya PeroWron Kataloglsasi Indonesia, Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan, Pengantor Klasifikosi Persepu/uhan Dewey, Per/uasan Klasifikasl Bohon Pusrako Tentang Indonesia menurut DOC dan masih banyak lagi_
"
Ounia Kepustakawanan Menurut l airdS dunia kepustakawanan akan ramai kalau pustakawannya mau peduli dengan apa yang dimiliki. IImu kepust akawanan akan maju dan berkembang, diiringi dengan tum buh suburnya buku-buku populer tentang kepust akaan dan kepustakawanan yang ditulis oleh pustakawan, misalnya, ditulis oleh seorang pengamat polit ik. lentunya harus sesual juga dengan bidang perhatian atau yang diamatinya. )on Ngion Benyamin l airas, putera Minahasa yang dilahirkan pada 19
Januari 1929, hingga kini masih aktif mengikuti kegiatan-kegialan yang berkaitan dengan kepustakawanan. Oi tillk dad usianya yang pada 19 Januari 2003 genap berusia 74 tahun, JNB lairdS merasa sudah waktunya untuk "Iengser" dari dunia kepustakawanan. Setara fisik, pu slakawan senior yang semula ingin menjadi ekonom itu memang sudah mengalami kemundu ran alamiah karena ulur, walaupun pemikiran-pemikira nnya masih letap konsisten sesuai keahliannya. Namun, faktor alamia h itu tidak menutup kemungkinan mengakibatkan dislorsi pemikiran dan pemahaman. Oleh karena itu, sebeium itu terjadi ia mengharapka n kepada 'orong-orong mudo' yang peduli dengan pemikirannya unt uk melanjutkan
~ pe rjuangannya·
dalam
mengembangkan
lImu
dan
pemikiran-pemikiran tentang kepustakawanan Indonesia. Pemikiranpemikirannya yang bri lian, acapkali tidak terdokumentasikan dengan baik, tercecer dimana-mana atau sekedar menjadi lulisan sambil lalu, baik itu lewat seminar maupun ketika ia mengajar di suatu diklal alau forum lainnya. Bagi penulis, banyak orang tahu siapa JNB lairas. Oi dunia perpu stakaan dan kepusta kawanan namanya terukir dengan tinta emas, apalagi di Perpustakaan Nasional dimana bertahun-tahun ia menjadi konsullan disana . Namun, penulis balik bertanya, siapa yang peduli dan tahu kehidupan sebenarnya dad orang yang diagungkan karyanya. l
19
tetap konsisren mengembangkan kemampuannva. Bagi orang muda, khususnva para pustakawan, melihat itu semsetinva menjadi semac.am pelecut. Di usianva yang senja, hidup tanpa uang pensiun,Song Kotaloger masih aktif dan bersemangat dalam berkarya. Mengapa kita yang lebih muda tidak belajar dan semangatnva itu? Adakah institusi yang 'pernah dibesarltannya' peduH dengan kehidupan senja sang tokoh kita ini? Pustakawan senior yang semenjak tahun 1952 sampai sekarang terus mengabdikan hidupnva dalam dunia perpuslakaan in .. Tahun 2002 lalu, telah menjadi tahun emasnva dalam berltiprah di dunia kepustakawan. Va, SO tahun sudah, waktu yang pendek itu, ia habiskan dengan menekuni ilmu yang berkaitan dengan pengadaan, pengolahan, dan pelayanan bahan pustaka. Dengan demikian, berarti INB Tairas sudah merasakan pahit-getir dan asam-manisnya kehidupan sebagai pustakawan. Konon, walaupun Iii sudah lama berkeclmpung di dunlanya, Uk terbersit pun ada rasa kebosanana, keengganan, atau kejenuhan dalam menekuni pekerjaannya. Semua tetap dilakukan dengan kosisten dan tepat pada tujuan dan harapannva. Karena keuzurannya itulah kini 101 menyada ri bahwa pemikiran-pemikiran yang pernah la tuangkan perlu didokumentasikan kembali lewat buku, agar tidak terjadi distorsi pemahaman atas gagasan·gagasannya. Selain itu, menurutnya, pendokumentasian lewat btJku lebih efektif ketimbang lewat seminar atau forum-forum diskusi ilmiah. ~KolalJ blJklJ sompo; kaponplJn t;dok akan hilang, poling yang hi/ang adalah arangnya~, ujarnva suatu kali dengan pandangan yang penuh optimisme. 8eberapa kali kala kata lersebul lerngiang dl telinga penlJlis. Kita yang lebih muda tentunya sangat laik mengambil hlkmah keteladanan itu. Di usia yang sepuh, namun masih aktif memiklrkan s~suatu yang berkaitan dengan keilmuan. Padahal, hal demikian itu sudah seharusnya dilakukan sec:ara estafet oleh a rang-orang dibawahnya, para Juniomya. Kita tidak boleh terlambal dalam melakukan sesuatu yang terbaik untuk kemajuan
20
--
OPINI """'T~
dan masa depan kita sendiri. Maju mundurnya perpustakaan, dan berkembang tidaknya karir pustakawan tergantung kita sendiri. Oleh karen itu, rasanya tidak berlebihan jika penulis mengangkat tulisan ini sebagai wacana kontribusi pemikiran untuk mengangkat sosok pustilkawan yang telah menjadi 'Pendekar' dalam bidangnya terse but. Kita tahu pendekar identik dengan kepahlawanan sesorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), disebutkan bahwa kata pendekar secara harfiah adalah orang yang pandai bersllat (bermain pedang dsb) ; atiJu dapat disebut juga orang yang gagah berani (suka membela orang. yang lemah dan sebagainyal ; atau juga disebut pahlawan. Oalam pengertian karena ketulusan, keseriusan, konsi slensi dalam mengerjakan bidang yang digelutinya itu, maka JNB Tairas laik disebut pendekar. Dalam hal ini adalah seseorang yang pantas disebut pahlawan yang mengembangkan tugas dan fungsi keilmuan yang dimilikinya di bidang perpustakaan. Dalam terminologi lain, JNB Tairas bisa juga disebut Pendekar Udah dan atau Pendekar pena. Pendekar lidah adalah orang yang selalu pandai berbicara, berdebal, berargumentasi, ahli pidato ; sedangkan pendekar pena adalah orang yang pandai menulls atau mengarang ; baik mengarang buku, artikel, atau tullsan-tulsian lainnya, di sural kaba r dan majalah. Untuk hal yang lerakhir, kepiawaian JNB Tairas dalam hal mengolah kata dan kalimat menjadi tulisan dalam bentuk buku, karangan ilmiah (makalah) atau tulisan lainnya tidak diragukan lagi. Pada inlinya, pengetahuan yang disumbangkan JNB Tairas untuk kemajuan dan perkembangan perpustakaan di Indonesia sudah menjadi pengelahuan umum di Indonesia. Terakhir, penulis menginginkan tullsan ini mampu menjadi sebuah refleksi bagi institusi dimana JNB Tairas pernah bekerja dan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) letapi lidak pernah meneriman selembar pun sural pemberhenlian
alau
sejumpul
dana
pensiun.
Padahal,
SK
pengangkatannya dilerimakan. tlu berarti, sejatinya ia lerampas dari hak
21
tunjangan hari tuanya. Penulis mengharapkan kepedulian kita semua untuk meringankan beban hidup dan kehidupan yang mungkln dl mata JNB Tairas uk berarti apa apa. tetapi dari kacamata penulis. kami yakln bah..... a tokoh yang kita anggap pahla..... abn. pendekar dl bldang yang selama ini klta gelutl Itu perlu kita hargai akan pendekatannya. Melihat sosok tua JNB Talras yang matanya terse rang katarak namun tidak punya cukup dana untuk operasl mata. adalah keprihatinan tersendirl buat dunla kepusUkawanan Indonesia. Khususnya, buat kita semua yang meyakini nilai-nilai akademls dan mengagungkan nilal keilmuan seseorang. 1.1 masih sering kita dapat kita lihat menenteng tas ditangan sebelah kanan, dan dlsebelah tangan lalonya menJlnjing seikat buku·buku karangannya yang dipesan pembeli untuk diantar langsung dengan harapan ia mendapat komisi dari penerbitnya. Tidak larang la mengunjungi kantor pos atau jasa titipan dengan bajaj untuk memenuhi pesanan karyanya untuk dikirim via paket atau pos. Hal demiklan nampak bukan sekedar sebuah komitmen. tetapi beban hidup yang harus diJalanL Tidakkah kita merasa terenyuh, bahkan blsa Iba, manakal pada suatu hari 'Polk Tua' JNB Tairas bertarl·lari tergopoh'gopoh sambi! menenteng tas yang sarna darl ..... aktu ke waktu, dengan selkat buku·buku ditangannya Itu. mengejar metromini di sebuah halte. Namun. setelah 1.1 turun dari angkutan umum, ia pun baru menyadarl bahwa selkat buku·bukunya telah tertinggal dl bangku angkutan umum yang dlnaikinya. Belum lagl ketika ia membawa lagi buku·buku karangannya dengan menumpang baJa). 1.1 baru menyadari setelah 1.1 turun dar! baJa), bah..... a buku·buku yang akan dipaketkan le ..... at jasa titipan ternyata tertinggal dlmana ia pertama kali menghentikan baja] tersebut. Karena keulurannya. seringkali ia tidak menyadari Ilka tas yang berlsl sedikit uang untuk ongkos paket buku dan kacamata tertinggai di ruang se~reta riat tetap PP·IPI. tempat dimana ia Juga menvumbangkan cerlta sedih ini hanya tersimpan dl hatlnya atau satu dua generasi mudah yang masih sudi mendengar 'Igauan nya'.
22
Tunsan Ini JUla
inlin
mengajak para pecinta perpustakaan dan
kepuslakawanan Indonesia bahwa profts! pustakawan itu adalah profesi vanl lerhormal. mtskipun terkadanl getir. Namun, demikian banvak hal vanl dapat dileladani dan to koh kita ini, ialah bahwa JN8 Tairas adalah secranl profesional vanl menjalankan profe slnya denlan komilmen dan lovalilas Vanl Iinlii. Kebanliaan bagl seorang profesional lelah dltunJukkan putera Minahasa itu, adalah pustakawan merupakan profesi yang harus diperhitungkan atau disejaJarkan dengan profesi lain yang sudah ada. Ka rena pustakawan merupakan profesi yang lelah memenuhl beberapa persvaratan, 1. Pertama, profesi
pustakawan merupakan pekerjaan
intelektual,
maksudnya menliunakanm intelegensia yang bebas vang diterapkan pada problem dengan lujuan unluk memahami dan menguasainva. 2. Kedua, profesl puslakawan merupakan pekerjaan sainlifik berdasarkan penlelahuan yang berasa l dari salns 3. Keilla, profesi pustakawan merupakan pekerjaan praktikal. artinya bukan melulu teorl aka demlk tetapl dapat diterapkan dan dipriiktekkan. 4. Keempal, profesl pustakawan teroragnisasl secara sistematis. Adii standar cara melaksanakiin peker]aan dan mempunyai tolak ukur hasllnva 5., Kelima, profesi pustakawan merupakan pekerjaan iiltruisme vang berorlenliisi kepada masyarakat vang dllayaninya, bubn kepada diri profeslonalisme. 5edangkan profelsonalisme menujukkan ide, aliran, Isme
yanl
bertuJuan
mengembangkan
profesl,
agar
profesi
dllaksanakan oleh profesional dengan mengacu kepada norma-norma, standar, dan kode etik serta memberikan layanan lerbaik kepada ~asyarakat .
Oleh karena 111,1 , menghadapi riuh rendah dan karul marutnya kehidupan yang teru s berpacu dengan perkembangan teknologl dl era Ilobal ini, maka pustakawan harus l egar menghadapi realilas tersebut. Agar
23
--
OPINI 2"UITA~
berhasil mengalasinva, pustakawan sebagai profesi harus memiliki beberapa keterampilan dan komitrnen, anlara lain; adoptability (cepat menyesuaikan kandisi/keadaan), people skills soft skills (pustakawan adalah mitra intelektual yang rnemberikan jasanya kepada pemakai/us~,).
positive thinking (berpikir positif), personal added value (mempunyai nilai tam bah), berwawasan enterpreneurshfp (berpikir kewirausahaan). dan team work yang solid. Masih banyak lagi ungkapan, pernikiran dan teladan yang dapat digali melalui buku ini. Kepedulian terhadap kekormatan profesl pustakawan tergantung pada din kita sendiri. Sumbang pikir kecll Ini dengan harapan mampu mengugah kesadaran. membuka hati, dan membangkitkan semangat para pengarnbil kebijakan di bidang pusdokinfo dan pendidikan naslonal secara menyeluruh serta para pustakawan sendiri untuk tetap peduli temadap perkembangan profesi yang disandangnya. Kristalisasi pemikiran kepustakawanan yang muncul lewat JNB Tairas sudah sepantasnya kita hargai dengan penghargaan yang seimbang pula. Penulis pun menyadari ketulusan yang diberikan JNB Tairas dalam memberikan pengetahuannva kepada orang lain tidak mengharapkan imbalan. atau pamrih apapun. Tapi, tegakah kita melihat kesahajaan yang ditampilkan tanpa ia sendiri rnenvadarl? Kalau kita rnengkormali akan kebesaran ilmu dan kebesaran karyanva. apakah tidak mungkin kita hargai kebesaran ilmunva itu dengan penghargaan sebesar·besarnva. Kehadiran buku ini adalah salah satu katlo kecil dari kepedulian dan penghargaan untuk Sang Pendekar yang sudah SO tahun malang
melintang.
babak
belur,
jungkir
balik
mempertahankan
eksistensinva sebagal orang yang pedull dengan perpustakaan dan kepustakawanan
di
Indonesia.
Mampukah
semangatnya? WARTA Vol VIII No.2, Tahun 2003
24
kita
melanjutkan
I
PERPUSTAKAAN BAGI MASVAHAKAT MARGINAL Oleh : Yessy Gusman
Pendldlbn dan percuruan 1inUi pada Intinya adalah sua1u j(ebutuhan manusia vang sama peo1ingnya seperti kebutuhan san dang, pangan, dan papan. Sebab manusia vang hidup tanpa din! dengan pendidikan dan pengetahuan vang eukup akan menjadi korban penjajahan kebodohannva sendiri, sehingga dapa1 mengurangi kemampuannva berinteraksi secara seimbanc dengan sesamanva dan lingkuncannya, akiba1nya dapa1 menimbulbn hubungan superior versus Imperior atau dominant versus 1ertindas. Sumber dari pendidikan diantaranva adalah dad keluarga, sekolah, t ernan main, guru masyarakat dan alam semest a. Jenis pendidikan dapat berupa pendidikan formal maupun informal, seperti perpustakaan dan taman baeaan. Namun, dari pengalaman sejarah kehidupan manusia, pendidikan umum tanpa didasari pengetahuan agama, moral, dan akhlak bisa menjerumuskan kita dad kehancuran. Ada orang bijak mengatakan. HMemboco odoloh jende/o dunlo, 8uku odoloh kuncl perodobonM. Pengetahuan tanpa batas melewati hambatan perbedaan sosial, struktur agama, ekollOmi, dan negara semua itu seharusnya bi sa klta dapatkan di perpustakaan-perpustakaan sebagai suatu nila! tambah dari pengetahuan formal. Sungguh besar maknanya membaea, sehingga segala sesuatu yang menyebabka n bahan baeaan sebagai barang mewah atau mahal harus kita perilngi bersama. Ada
berbagai
perpU5takaiin
bentuk negara,
perpustakaan kantar
yang
kita
lembaga/insta nsi,
ketilhui umum,
seperti sekolah,
masyarakat, pos keliling dengan bahkan yang ada didalam rumah kita sendlri. Namun, seringkali masih klta dapatkan hal yang menyedihkan seperti perpustakaan yang lemari-Iemarinya selalu terkunci, jumlah dan jenis buku yang minim, penampilan perpustakaan dan penempatan buku
25
yang kurang menarik, lokasl perpustakaan yang sulit dijangkau, sampai pada pelugas perpustakaan yang berwajah angker, dan kurang ditunjang pengetahuan
yang
cukup
sebagai
pustakawan
yang
seharusnva
menyadari tugasnya sangat penting, yaitu tidak hanya membantu pelanggan mencari buku yang dibutuhkannva namun juga mampu mempromosikan fasilit as-fasilitas yang ada di perpusl akaan secara menarik serta berorientasi marketing sampai menciptakan kegiatankegiatan kreatif yang dapat menggairahkan kehidupan perpustakaan. Kelemahan-kelemahan
terse but
dapat
menvebabkan
sepinva
perpuslakaan maupun banvak yang gulung mar sehingga tujuan mulai dad didirikannva perpustakaan tldak tercapai. Sebagai langkah awal, mungkin dimulai dengan menciptakan kebiasaan membaca, mendirikan sudut-sudut baca didalam rumah kita sendiri yang mudah diakses oleh setiap anggota keluarga sehingga menjadi suatu kebutuhan. Kemudian, pend;rian perpustakaan atau taman bacaan masvarakat bebas biaya atau biava murah didaerah yang membutuhkan adalah bentuk toleransl setara riil dad masyarakat mampu kepada masyarakat berbasis ekonomi lemah. Karenanva, pendirian laman bacaan ini perlu didukung secara merata dari masvarakal sekitar termasuk RT/RW/Kelurahan setempat, masvarakat umum/donator yang punva perhatian terhadap pendidikan maupun unsur-unsur pemerinlah terkait mulai dari Perpustakaan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Pendidikan Nasional dan sebagainva. Mungkin dapat kita renungkan bersama bahwa adanva perpustakaan atau taman bacaan dapat membantu pemerintah khususnya negaranegara sedan!! berkembang dan kurang berkembang untuk menjadi salah satu sumber ilmu secara murah. Dan sudah bal'lyak contoh manusiamanusia yang mencapai kesuksesan dalam hidupnya tanpa melalui pendidikan formal, namun menjadi seorang otodidak yang mendapalkan pengetahuannya dari
membaca
dan
pengalaman
Ian sung.
Karena
mayorilas masyarakal bangsa kita pada saat ini adatah yang masih
26
kekurangan, maka melalui perpustakaan atau taman bacaan dapat diberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan yang dapat mendorong. Akhirnya, segala sesuatu yang kita nlati dan usahakan bersama sebaiknya didasari atas nilai ibadah untuk mendapatkan makna karunia-Nya sehingga dapat tercapai pemerataan pendidikan melalui perpustakaan atau ta man masyarakat dalam perjalanan menuju pada keadilan sosial. Insya Allah. Amien. WARTA Vol VIII No.3 Tahun 2003
27
PUSTAKAWAN DAN TUGAS: HARUS PAS ... Oleh ; J.P. Rompas
Setiap perpustakaan diharapkan dapilt bekerja iltau menJumpulkan
aneka kredit mengerjakan pekerjililn kepustakawanan yang menjadi kompeten si jabatannya. PekerJiliin kepustakawanan yang menjadi
kompetensi setiap jenjan. jabalan kepustakawanan yang sudah jelas ditetapkan pad .. Pasal 7 Keputusan Menpan Nomor 132 Tahun 2002, atau pada pil sar yang sarna Keputusan Menpan Nomor 33 Tahun 1998.
Namun tidak berarti bahwa kecialan pada suatu lenjang Jabatan sudah otomat is menjadi tugas yang haru5 dikerjakan ptlstakawan dl suatu
Perpusdoklnfo. Daftar kelialan pada paSill7 ini hanYiI bersifat pedomiln nasional yang dipakai untuk menyusun uraian tugas Uob desc ript ion) seorang pustakawan di Perpusdokinfo tertentu. Supaya pU$takawan dapat benar·benar bekerja atau mengumpulkan angka kredit. dengan mengerjakan kegiatan yang menjadi kompetensinya. maka ada sejumlah aspek yang perlu mendapat perhatlan pembenahannya. Unit Kerja Harus Jelas Unit kerja dimana si pustakawan ditempatkan harus kaya akan lahan pekerjaan. Kegiatan utama para pustakawan adalah pekerjaan kepustakawanan vang ada pada set iap un it Perpusdokinfo. Oleh karena itulah maka uni t Perpusdoklnfo vang merupakan lembaga pemerintah pada waktu Inl ada vang berskala kedl, sedang. besa r, dan besar sekali, ada vang dipimpin oleh peJabat eselon IV, III, II, dan I. Jadi. vang dimaksud dengan unit Perpusta kaan adalah mulai Vang te rkeeit sam pai dengan yang te rbesar. vaitu Perpustakaan Naslonal. Lahan kerja pustakawan yang te~dia di perpustakaan berskala kee il sangatlah terbatas balk jenis maupun ruang II ngkup serta beban/bobot set lap kegiatan. Perpustakaan vang ked!. tugas dan fungsinva terbatas pada kegiatan unsur pengorganisasian dan pendavagunaan koleksi ba han
28
--
OPINI •.!~!!L~
pustaka/sumber informasi saja, sedangkan
Perpusnas semua kegiatan
pada semua unsur ada/ tersedia. Jumlah Pustakawan Harus Pas... Berdasarkan kekavaan lahan pekerjaan inilah maka jumlah tenaga pustakawan yang ditempatkan berdasarkan pada setiap perpustakaan, berbeda-beda atau tidak sama. lumlah tenaga pustakawan pada setiap Perpusdokinfo ditentukan oleh jenis dan beban kerja masing masing kegiatan. Seharusnya setiap perpustakaan baik kecil maupun besar sekali harus memiliki tenaga pustakawan dalam jumlah yang cukup menu rut jenjang jabatannya. Jumlah tenaga pustakawan pada setiap perpustakaan haruslah pas, tidak boleh kurang ataupun lebih. Sangat dlsayangkan, sampai hari ini Perpusnas selaku instansi pembina perpustakaan dan jabatan pustakawan belum berhasil mengeluarkan standar
kebutuhan
tenaga
pada
semua
jenis
dan
skala/tingkat
perpustakaan. Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang Haru$ Jelas Pustakawan harus mengetahui jelas kegiatan mana vang menjadi tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk dilaksanakannva. Seorang pejabat pustakawan Vang sudah ditempatkan pada unit Perpusdokinfo terkadang masih ragu-ragu dan bingung, kegiatan manakah vang sebetulnva menjadi tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Apalagi pada waktu ini Indonesia pada sebagian besar unit perpustakaan, jumlah tenaga nonpustakawan lebih banyak daripada pustakawan. Bahkan, pemimpin unit perpustakaan dijabat oleh orang vang tidak pernah menjadi pustakawan (bukan vang tidak berpendidikan ilmu kepustakaan). Supava pustakawan mengetahui seeara jelas kegiatan-kegiatan yang menjadi tugas, tanggung jawab dan wewenangnya, maka seharusnva setiap pustakawan vang ditempatkan di unit Perpusdokinfo harus: a. diberi uraian lugas perorangan (individvol job description)
19
b. mengetahui secara jelas perbedaan tugas diantara pejabat struktural dan pemimpin unit dan pejabat fungsional pustakawan Pekerjaaan Yang Mulia Suatu pekerjaan yang harus dikerjakan si pustakawan biasanya dianggap sah atau resmi apabila kegiatan itu tercantum pada program kerja unit atau Dattar Isian Kegiatan/ Proyek (DIKjOIP) unit dimana si pU5takawan ditempatkan. Kegiatan-kegiatan dalam program ker;a unit, biasanya menjadi kewenangan pemimpin unit (pejabat struktural) atau pemimpin proyek. Bisa terjadi kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan pustakawan tidak tercantum pada program kerja unit atau pada DIK/DIP dan kalau ini terjadi, 5i pustakawan tidak dapat bekerja, karena kegiatan ini tidak ditunjang dengan anggaran, sarana dan sebagainya. Supaya kegiatankegiatan para pustakawan masuk dan ada dalam program kerja unit dimana dia ditempatkan, maka setiap tahun dalam rangka penyusunan anggaran dan program kerja, pimpinan unit harus ikut dan melibatkan para pustakawan bersangkutan. Para pustakawan pun diminta atau tidak seharusnya pada waktunya dia memberikan usul, dan berkoordinasi dengan pimpinan unit. Pelaksanaan Diserahkan Pada Pustakawan Terdapat beberapa perpustakaan yang memiliki banyak nonpustakawan, dimana
kegiatan-kegiatan yang seharusnya
dikerjakan
pustakawan
dilaksanakan oleh pimpinan unit/pejabat struktural bersama pegawai biasa lainnya. Tugas si Artis dilaksanakan sendiri oleh Manajernya, kata seorang Pustakawan Madya. Pemberian tugas kepada pegawai tidak berkompeten
ini
blasanya
terjadi
karena
ke.sengajaan
pimpinan
unit/pimpinan proyek denga berbagai alasan. Sampal sekarang memang belum jelas benar perbedaan tuga s dan tanggung jawab pejabat struktural/pimpinan unit dan pejabat fungsional. Masih banyak pejabat struktural berbudaya lama, diam dan ia merasa sebagai pemimpin unit
30
kerja. Dtalah yang berwenang atas semua keglatan di unitnya, bahkan dia pula yang paling tahu dan ahlt Seharusnya semua kegtatan yang sudah ada di dalam program kerja atau yang tercantum dalam DIK/DIP setiap tahun. Sepanjang itu merupakan kegiatan pustakawan, seharusnya untuk pelaksanaannya diserahkan oleh pimpinan unit atau proyek yang bersangkutan kepada pustakawan bersangkutan. Termotivasi Kerja Untuk dapat melaksanakan tugas pekerjaannya, maka yang diperlukan dari para pustakawan adalah : 1. Harus terampil dan profesional dalam melaksanakan setiap kegiatan yang
menjadi
kompetensi
kompetensinya .
setlap
Jenjang
Tugas
jabatan
kegiatan pustakawan
yang
menJadi
sudah
jelas
dicantumkan dalam Pasal 5,7, dan 10 Keputusan Menpan Nomor 132/2003. Berdasarltan daftar kegiatan yang ada pasal 7 dan lampiran I dan II Keputusan Menpan int selanjutnya harus dijabarkan dalam uraian tugas perorangan si pustakawan yang disesuaikan dengan jenis dan beban kerja dart unit kerja dimana ia ditempatkan. Jadi, semua kegiatan yang dalam
uraian
tugas
perorangan
harus mampu
dikerjakan si pustakawan bersangkutan. 2. Harus ada kemauan dan motivasi bekerja. Tugas kegiatan yang sudah menjadi kompetensinyil harus selalu menjadi keharusan bagi sl pustakawan untuk melaksanakannya. Tidak perlu disuruh-suruh atau dldorong·dorong orang lain untuk mengerjakannya "self mot;voted" karena dia harus mengumpulkan angka kredit. 5upaya kegtatan yang ada dalam Uraian Tugas Perorangan dapat dilaksanakan, maka setiap pustakawan seharusnya sudah tahu mekanisme perencanaan dan pengangguran, agar semua kegiatan ftu masuk dalam oaftar Isian. oalam hubungan ini, diperlukan juga bagi pustakawan agar berani menanyakan kepada pimpinan unit / pimpinan proyek kegiatan yang harus dilaksanakannya ijemput bola).
31
--
OPINI !!!'!.!::!!.!!....~
Sarana dan PrasaraNi Ker]a Seperti diketahui, seUap kegiatan untuk pelaksanaannya akan memerlukan sarana dan prasarana kerja yanll berupa: alat tulis, peralatan kantor, anaaran keuangan, sarana komunikasl, alat t ransportasl, ruangan atau tempat bekerja dan lain-lain. Penyediaan sarana dan prasarana kerja di setiap kegiatan adalah wewenang dan kewajiban plmpinan unit/pejabat struktural dan salah satu tugas pokok maniljerial ildalilh memfilsilitasl pelilk5anaan semUil kegiatiln dengiln saranil secukupnYil. Fasilitasi pelaksanaan sar.ma dan prasarana kerja pada waktu ini belum tertib dan lebih banyak dinikmati oleh pimplnan uniVpe]abat strulctural sendiri. Banyak kegiatan kepustakaan yang dHaksanakan tidak disertai dengan anaaran keuangan secukupnya, sehlnaa pelaksanaan peker]aan tidak tuntas. SlJpilya pustakawan dapat bekerja mengumpulkan angka kredit dengan mengerjakiln kegiatan-kegiatan yang menJadi kompetensinya, makil hal inl dapat dilak5anakan apabila: 1. Unit kerja dimana sl pustakawan bekerja mempunyai kava lahan kegiatan 2. Jumlah tenaga pustakawan pada setiap unit harus sesual/pas 3. Tugas, tanaungjawab, dan wewenang harus jelas 4. Keglatan yang harus dikerjakan tersedia pada program kerja unit 5. Kegiatan kepustakawanan nonpustakawan
tidak
dikerjakan
oleh
pegawai
6. Pustakawan harus mampu dan termotivasi bekerja 7. Sarana dan prasarana kerja memadai Ketuju h aspek diatas diharapkan pelaksanaannya .atau penyelesalannya diperhatikan oleh para pustakawan dan terutama oleh para pemimpin unit kerja/pejabat struktural yang menjadi atasan para pustakawan. Himbauan pelaksanaan ketuJuh aspek diatas, juga dimintakan perhatian
32
kepada Perpusnas vang seharusnva menjadi pembina jabatan fungsional pustakawan dan instansi pemerintahan bidang perpustakaan. WARTA Vol VIII No.3 Tahun 2003
33
_.'r_ OPINI -
_.
KF!~uaTAI
STRATEG! NASIONAL DALAM PENCAPAIAN PROFESI ONALISME PUSTAKAWAN Oleh : Dr. H. Soekarman Kertosedono, MLS
Pengertian Profesionalisme Pustakawan : Tanggung jawab utama seorang telah dengan jelas diu raikan, 2S00 tahun yang lalu dalam The Hippocratic oath of the Greek Physician : premium non nocert-- ~ Abolle 0/1, not knowingly to do horm", kira·kira artinva; tidak akan secara berbuat merugikan. Tidak seorang profesional pun, baik ia seorang dokter, ahli hukum, ataupun seorang manajer, dapat menjanjikan bahwa ia pasti akan berbuat baik bagi kliennva. Apa yang ia dapat kerjakan adalah mencoba. Tetapi ia dapat berjanji bahwa ia tidak akan secara sadar berbuat merugikan padanva. Seorang profesional harus mempunvai otonoml dalam melaksanakan tugas, dalam arti bahwa ia tidak dapat diawasi, dikontrol, atau diara hkan oleh klien. la haru$ secara pribadi/mandiri dalam mengambil keputusan. dalam pengertian Dengan kata lain, seorang profesional adalah mandiri , bahwa ia otonom dan tidak tergantung pada pengawasan/kontrol politik maupun ideology. Seorang profesional bekerja dengan dasar etika profesional, premium non noeere, bekerja atau aturan pertanggung jawaban kepada publik. Mengacu pada uraian diatas, bahwa etika profesional adalah tugas dengan langgung jawab publik, dan dengan motto premium non noeere, maka dapatlah dikatakan bahwa dalam tanggung jawab utama pelaksanaan tugas pustakawan profesional dituntut adanya keikhlasa n, kejujuran, dan pengabdian dalam melayani ftJasyarakat pemakai perpustakaan, serta mempunvai tanggung jawab pada publlk. Puslakawan profesional bekerja atas atura n etika profesional dan dalam bekerja menvandang motto premium non noeere, yaitu bekerja alas dasar tida k akan berbuat sesuatu yang diketahuinya akan merugikan kliennya.
34
-- --
OPINI u ....n ............
Premium non nOCete sebagai sumpah jabatan tugas profesional diperkenalkan lebih dan 2500 tahun yang lalu. Walaupun sudah mengandung arti yang sangat terbuka dan fleksibel, namun mengarungi panjangnya waktu serta perubahan-perubahan besar yang teriad] selama 111,1, balk itu dibidang teknologi, produksi barang dan jasa, maupun meningkatnya kebutuhan masyarakal akan mutu produksl barang dan jasa, sudah barang tentu tuga s dan tan&Bung jawab profesional dewasa ini lelah pula mengalaml penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan zaman. PtlStakawan profesional dalam abad pemakai sekarang ini yang sangat mengutamakan quality service (lavar"l3n bermutu), tidak eukup hanya bersemboyan premium non noeere, akan tetapi harus ditambah
"me/oyon; sesuo; kebutuhon klien". Bahkan lebih dari i(l,l, layanan prima kepada klien harus merupakan dasar ker)a dan tugas pustakawan profesional. Perpustakaan
dan pustakawan harus sadar dan tan&Bap
terhadap perubahan. Oleh karenanya, prinsip penyempurnaan tugas vang bertesinambungan harus menjadi dasar pemikiran dan perbuatan demi tereiptanva citra perpustakaan dan pustakawan yang bekerja profesional dan berorlentasi pada memberlkan mutu lavanan prima. KategOfi dan Kualifikasl Seperti halnya semua lembaga, baik pemerintah maupun swasta, kalegori petugas atau karyawan lini dan karyawan pendukung (stat), dan masingmasing dapat terdiri dari ; karyawan terampil, karyawan leknlsl (semi profesional), karyawan profesional. Karyawan linl adalah karyawan yang diberi tugas untuk melaksanakan peker)aan utama InSl an si, sedangkan karyawan st af atau pendukung adalah karyawan vang tugasnva melaksanakan pekerjaan mendukung agar pekerjaan Uni dapat terlaksana dengan lancar dan berhasil optimal. Pekerjaan karyawan terampil biasanya lebih menggunakan kekuata n fisik, dengan
pengembangan
kemampuan
melalui
pelatihan/training.
Pekerjaan karyawan teknis/karyawan semi professional memerlukan kompetensi
yang
diperoleh
dari
3S
pendidikan formal
untuk
dapat
--
OPINI """"! UI'\I5T..
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas pekerjaannva. Pendidikan formal untuk para teknisi!karyawan semi profesional dapat melalui program diploma pada perguruan tinggi (program 0 -11. 0-111, dan ~oN). Karyawan profesional dltuntut untuk menguasai sari atau lebih disiplin Ilmu tertentu yang dapat dicapai melalui pendidikan jalur gelar pada perguruan tlnggi!universius. Pengadaan Tenaga Pusukawan Pengadaan dan atau pengembangan tenaga ker]a profesional pustakawan dapat ditapai dengan cara : 1. Recruitment/pengadaan dari sumber eksternal, dengan menarik tenaga-tenaga segar lulusan sarjana dalam Hmu perpustakaan dari perguruan tinggi/unlversitas. 2. Recruitment/pengadaan tenaga profesional ahli dari sumber internal, dengan cara penyelenggaraan pengembangan (training, education and development) karyawan-karyawan yang telah ada, akan tetapi belum memenuhi persvaratan professional dibidang perpustakaan, atau untuk meningkatkan karyawan·karyawan profesional perpustakaan yang telah ada agar dapat selalu meningkatkan kemampuan dan wawasan profesionalnva dengan perkembangan-perkembangan baru. Pengertian pustakawan banvak dirancukan dengan pengertian jabatan fungsional pustakawan walaupun sebenarnva keduanva terdapat unsurunsur persamaannva. Persamaan antara keduanva adalah unsur unsur profesionatismenva, keduanva mempunvai tanggung jawab publik dalam melaksanakan tugas melayani dlbidang kebutuhan intelektual bagi masvarakat, keduanva dituntut kompetensi dan tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan tugas keprofesionalnva. Perbedaan dapat dilihat dari batasan/ definisi berikut ini.
36
--
OPINI ....UIT.. ~
1. Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdas.arkan ilmu perustakaan dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. (kode etik pustakawan, 1995). 2. Batasan pengertian pustakawan ini berslfat umum, pejabat pustakawan dalam pengertian ini melaksanakan tugas profesionalnya tidak terbatas pada instansi pemerintah saia akan tetapi mereka bekerja di instansi pemerintah maupun lembaga-Iembag swasta . Pustakawan pejabat fungsional adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakaan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasl, dan informasi instansi pemerintah dan atau unit-unit tertentu lainnya (Kepmenpan No.132/KEP/M.PAN/I2/2002j. Kategori atau tlngkatan pejabat fungsional adalah ; a. Pustakawan Tingkat Terampil, adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkalan pertama kali serendah-rendahnya Oiploma II Perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau diploma bidang lain yang disetarakan, terbagi: Pustakawan Pelaksana, Pustakawan Pelaksana lanjutan, dan Pustakawan Penyelia. b. Pustakawan Tingkat Ahli, adalah pustakawan yang memiliki das.ar pendidikan untuk pengangkatan pertama serendah-rendahnya sarjana perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang disetarakan, terbagi: Pustakawan Pertama, Pustakawan Muda, Pustakawan Madya, Pustakawan Utama. c. Jabatan fungsional pustakawan adalah jabalan karlr yang hanya dapat didudukl oleh seseorang yang telah berstatus sebagai PNS. d. Pustakawan, adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasl dan informasi pada instansi pemerintah.
"
Sumber Perolehan Pust a!cawan Pendidikan formal pustakawan Pendidikan
formal
untuk
memperoleh
predikat
dan
kompetensi
pustakawan profesional telah tersedia di universitas-universitas negeri maupun swasta. Tidak kurang dad 15 universitas telah menyelenggarakan berbagai program studi perpustakaan dari program diploma sampai program magister ilmu perpustakaan. Perlu pelatihan khusus adalah diselenggarakannya Program Diploma oleh universitas terbuka fUT) . Dengan program ini kesempatan dan penyebarannya sangat luas dan sangat membantu karyawan yang ingin memperoleh pendidlkan ilmu perpustakaan. Pusdiklat perpu st akaan Keberadaan pusdiklat perpustakaan telah diselenggarakan oleh Perpusnas di Jakarta, dan telah melaksanakan berbagai jenis dan tingkatan diklat perpustakaan bagi insunsi instansi pemerintah. Dengan era otonomi daerah dan luasnya wilayah teritorial Indonesia yang berupa wilayah kepulauan, sangat diperlukan terselenggaranya Pusdiklat Perpustakan yang tersebar di setiap provinsi sehingga penyelenggaraan diklat dapat lebih efisien
dan lebih dapat meluas menghasilkan
pustakawan-
pustakawanan yang profesional. Kegi atan ilmiah dibldang perpu st akaan Seminar, lokakarya dan kegiatan ilmiah lain perlu digalakkan oleh pemerintah(pusat, daerah) maupun oleh ikatan-ikatan pustakawan di daerah-daerah. Majalah ilmiah dibidang perpust akaan Majalah ilmiah dibidang perpustakaan baik di tingkat nasional maupun tingkat lokal (daerah) sangat diperlukan keberadaannya agar dapat menampung karya itmiah para pust akawan, dan sekaligus sebagai media penyebaran informasi dan ilmu perpustakaan.
38
ProfHionalisme Seara Raslonal Pencapaian kompetensi profesionalisme pustakilwan maupun pejabat funlslonal pustakawan dapat memanfaatkan prolram-proBram studi ilmu perpustakaan vang tersedia di perBuruan tingBi/uni\lersitas baik neBeri atau swasta. Dapat pula menuunakan program -program diklat, maupun keBiatan-kegiatan ilmiah balk yang diselenggarakan ditingkat iokal, naslonal maupun internasional. Pejabat fungsional pustakawan,baik tingkat terampil maupun tingkal ahU akan
sanlat
didukung
pencapaian
profesionali smenva
apabila
pelaksanaan penilaian prestasl kerja pustakawan dilaksanakan secara taat azas dan objektif oleh tim-tim penilai vanl harus ada pada unit kerja sesual Kepmenpan Nomor : 132/KEP/M.PAN/12/2002. Kerjasama dan kesepakatan antara Perpusnas dan gubernur seluruh Indonesia dalam waktu vang disepakati segera membentuk tim-tim penila! jabatan pustakawan di prO\linsi masing-masinl. Keberadaan tim penilai ini sangat memoti\lasl kinerja pustakawan. Kesepakatan perlu diadakannva penerbitan maJalah ilmiah di bldang perpustakaan Vang dapat dijamin kelangsungan hldupnVa S
39
MOTIVASI MINAT BACA DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Oleh : Artanti
"Membaca", dalam arti yangluils merl.lpakan kegiiltan tunlsiom!! yang tidak dapilt dipisahkan dari eksistensi manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya. Melalui kegiatan "membaca", manusia mentis! khasanah memorinya dengan informasi Yilng secara kumulatif akan
membentuk dan mempengaruhi perilaku rnanusia tersebut dalam
kiprahnya sebagal makhluk berbudaya. Bagaimana informasi tersebut diserap dipahami dalam dirl seorang manuslil. Hal in! adalah suatu fenomena yang kompleks dan dipengaruhi banyak faktar. Semakin
sadar manusia akan eksistensinya sebagai makhluk yang berpeluang untuk menjadi lebih unggul diantara sesama milkhluk lalnnya, semakin besaf dengan akan adanya kebutuhan untuk melakukan kegiatan "membaca". Budava baca merupakan persvaratan yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh warga negara apabila ingin menjadi bangsa yang maju. Melalui budava baca pulalah, pendidikan seumur hidup dapat diwujudkan, dan mustahil kemajuan dapat dicapai oleh suatu bangsa jika bangsa itu tidak memiliki budava baca. Tujuan pendidikan Nasional seperti tercantum dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 adalah untuk meocerdaskan kehidupan bangsa, dan perlu ditanamkan pada setiap warga negara pada umumnva dan anak-anak didik pada khususnva. Banvak manfaat yang diperoleh melalui membaca, antara lain seseorang dapat memperoleh informasi, memperluas wawasan pengetahuan dan keterampilan serta pembentukan norma/nilai kepribadian. KebiaSiian membaca hendaklah ditanamkan sejak din i. Berbagai upava dapat dilakukan un tuk menggiatkan promosi membaca di jalur pendidikan
.,
sekolah, antara lain dengan membenahi perpustakaan sekolah agar fungsi sekolah sebagai proses belajar-mengajar. Ada dua permasalahan utama agar kebiasaan (budaya) membaca di sekolah berlangsung, pertama, penyediaan dan pembinaan perpustakaan sekolah yang baik dan lengkap, dan kedua, perlu diadakan kegiatankegiatan yang
berfungsi
untuk
meningkatkan
kebiasaan
(budaya)
membaca. 1. 8agaimana cara meningkatkan kualilas pendidikan 2. 8agaimana menghasilkan siswa ata u anak didik yang memiliki wawa san ilmu penget ahu an yang cukup luas 3. Adakah pengaruh sosial ekonomi terhadap minat baca 4. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap minal baca seseorang Pengertian Membaca Dikatakan oleh Taylor (1976:125) reading is a fantastic, maksudnya bahwa membaca itu merupakan suatu kewajiban. Dikalakan pul a bahwa apapun naskah yang dibaca, tujuannya sama, memahami isi dan menyimpan intinya. Proses membaca memang berkaitan dengan sarana bahasa yang digunakan oleh penulis atau pengarang.
8urnestein
(1973:37) reading process was begun to read port of text to for correlated to information non visual who have begun by reader. Maksudnya, bahwa proses membaca dimulai dengan
membaca sebagian teks
untuk
dihubungkan dengan informasi non visual yang dimiliki oleh pembacanya. Hal lni sesuai dengan apa yang dike mukakan oleh Nullal (1982), menyatakan bahwa membaca bukan sekedar proses aktif, melainkan juga interaktiLporency verbal fo r gender are being 1% variation between man
and women. Hal ini menujukkan hanya sekitar satu persen varian dalam kemampuan verbal yang dijelaskan oleh gender. Perempuan tidak selalu lebih balk dibandingkan laki-Iaki dalam hal pemahaman verbal dan kosa kata. Meta
analisis yang dilakukan Halliday, it does haven different to understanding
man and women . Maksudnva tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam pemahaman. Pengertian Motivasl Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan muneulnva perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Orang yang memilikl motivasi minat baca diduga berkarakter : la) mereka ingin bertanggunll jawab untuk menyelesaikan masalah berdasart.an pekerjaan dan tugas vang dihadapi, Ib) mereka eenderung menentukan t ujuan sendirl dan mengambil resiko vang telah diperhit ungkan, (e) mereka sangat mementingkan umpan balik mengenai seberapa baik melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dipahaminva. Oapat disimpulkan Motk/asi Minat Baea adalah suatu dorongan atau keinginan untuk membaca atau memperoleh informasi tertulis sesuai dengan kebutuhan manusia. Tentu saja informasi ini vang berhubunllan dengan latar belakang pendidikan seseorang. Guna menguji kemampuan siswa, salah satu alat ukur melalui alat kurikulum berbasis kompetensi. Pengertian Kompet ensi Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan nilai nilai dasar vang direfleksikan dalam kebia saan berpikir dan bertindak. Kurikulum berbasis kompetensi ini merupakan perangkat reneana dan pengaturannya tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dieapai siswa, penHaian, kegiatan bekajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Hubungan KBK dengan motivasi minat baea diharapkan siswa dapat memahami berbagai buku baeaan, baik buku berbahasa asing maupun bahasa
Indonesia.
Kegiatan
ini
sebaiknya
dilakukan
seeara
berkesinambungan untuk semua bidang studt agar siswa terpaeu untuk membaea.
42
Pembahasan Kebiasaan membaca sebaiknva ditanamkan pada siswa atau anak didik usia dini agar dirinva terpanci ng keingintahuan informasi. Ada beberapa cara vang dapat digunakan antara lain, (a) memberi simulasi, (b) mengadakan lomba cerdas cerma t, (e) mengadakan savembara menulis karangan ilmiah, Selain itu, peran guru juga sangat menentukan dalam memotivasi siswa atau anak didik agar mampu membual sinopsis alau rangkuman dalam seliap mala pelajaran. Jadi, kemampuan dan kemauan membaca bagi siswa atau anak didik dapal dilinjau dari beberapa segi variabel secara terpisah, misalnVa keadaan di kota dan di desa bahwa kemampuan siswa alau anak didik menunjukkan hasil vang berbeda disamping faktor sarana dan prasarana Vang kurang memadai. Faklor lain vang ikul menenlukan adalah penguasaan bahasa vang baik dari segi lala bahasa, morfolo!li, dan semantik. Kesimpulan Budava membaca hendaknva dijadikan program berkesinambungan !luna memperoleh kualilas siswa Vang op timal. Peran gUIlJ di kelas dan oran g lua sangat menentukan masa depan siswa. Pemanlauan siswa sebaiknva dilakukan dari awal individu sekolah hin"a Sekolah Menengah Atas. WARTA, Vol Viti No.3 Tahun 2003
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER INFORMASI Oleh : Dian Sinaga
SUa mendengar kala perpustakaan, banyak orang beranuapan bahwa perpustakaan merupakan s.ebuah gedung atau ruangan yan, dipenuhi rak buku. Anccapan Itu tidak dapat disalahkan karena klta dikajl leblh lanjut, kata dasar perpustakaan ialah pustaka yan, artlnya kitab atau buku. Denga n demlkian, batasan perpustakaan lalah sebuah ruangan, bagian sebuah ,edun" ataupun gedung itu sendiri yanl dilunakan untuk menylmpan buku dan terbltan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Pengertian buku dan terbitan lainnYil termasuk didalamnya semua bahan cetak media, audiovisual, dan bentuk mlkro. Definlsl dlatas menyatakan bahwa koleksl perpustakaan dl,unakan untuk kepentingan pembaca. Eksistensi perpustakaan dalam masyarakat tetap dipertahankan walaupun banvak hambatan karena perpustakaan mempunvai fungsi yang berkaitan dengan kepentingan masvarakat. Adapun fungsi perpustakaan tersebut adalah : 1. Sebagai sarana simpan karya manusia 2. Fungsi informasi, berdasarkan fungsi ini pengguna jasa perpustakaan yang memerlukan informasi dapat memintanya ataupun menanvakan ke perpustakaan balk berupa informasi mengenai tugas sehari·hari, maupun informasi lalnnya dengan koleksi yang ada, perpustakaan harus berusaha menjawab seUap pertanvaan yang diajukan oleh us.er kepada perpustakaan. 3. Fungsi rekreasi 4. Fungsi pendidikan S. Fungsi kultural
44
Tujuan
perpustakaan
adalah
mendavagunakan
koteksinva
untuk
kepentingan membaca. Selain itu perpustakaan merupakan sarana penvediaan informasi dan pelestarian kebudavaan yang berperan pentlng untuk kepertuan pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu pada pembangunan nasional. Oalam era global sekarang ini, informasi sangat dibutuhkan oleh setlap masvarakal. Informasi merupakan sarana baku untuk menunjang dan meningkatkan kegiatan bidang ilmu pengetahuan, kebudavaan, dan teknologi. Oalam hal ini informasi yang dimaksud adalah yang bersumber dad literature. Untuk pemakaiannva eral kaitannva dengan bahan pustaka yang tersimpan di perpustakaan, pusat dokumentasi, dan arsip. Kajian Wersig dan Belkin (dalam Belkin dan Vickery, 1985), Wersig mengajukan sualu t eori yang menvatakan bahwa kebutuhan informasi didorong oleh apa yang dinamakannva sebagai 0 problematic situation. Ini merupakan situasi yang terjadi dalam diri manusia yang bersangkutan untuk mencapai suatu lujuan tertentu dalam hidupnva. Ketidakmemadai ini menvebabkan ia merasa harus memperoleh masukan dari sumbersumber diluar dirinva. Sedangkan Belkin mengajukan suatu istilah onomo tous state knowledge sebagai penVebab dari terdorongnva orang untuk mencari informasi. Menurut Belkin, jika seseorang datang unluk sualu sistem infarmasi untuk meminla informasi, maka dapat dipastikan merasa tingkat pengelahuannva tidak cukup untuk menghadapi situasi tertentu pada saat itu. Oapal dilihat Wersig dan Belkin mempertihatkan tiga elemen pentlng dalam proses masuknva infarma sl ke dalam diri manusia : 1. Kebutuhan infarmasi merupakan suatu kebutuhan untuk menglsi kekosongan lertentu dalam diri manusia, vaitu dalam kandisi pengetahuannya. 2. Informasi merupakan sesuatu yang berada diantara sumber ekslernal dan lempat kosong didalam pikiran manusia.
3. Dengan demikian terjadi pada saat manusia memindahkan sesuatu dari sumber eksternal ke dalam pikirannya. 6erdasarkan pendapat diatas, maka informasi yang baik ialah informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat ialah informasi yang berkualitas, informasi yang tepat waktu, relevan dan akurat. Informasi ini pada dasarnya bersumber dari data yang sudah diolah sehingga mempunyai nilai tam bah bagi penerimanya. Pengolahan data mempunyai nilai pemrosesan, penyimpanan dan penyebarluasan data sehingga diharapakan
menghasilkan
informasi
yang
berkualitas
tadi
dan
menunjang terhadap upaya peningkatan SDM sehingga perlu dibantu dengan teknologi informasi, sepeti komputer. Tiap orang tentu menginginkan informasi yang dibut uhkan, untuk mendayagunakan informasi yang tersimpan di perpustakaan para pemakai perlu memperoleh cukup latihan pengalaman untuk dapat menggali informasi
yang t ersedia
itu.
Berdasarkan
hal
tersebut,
perpustakaan perlu diatur secara terpadu, dengan berdirinya berbagai jenis perputakaan sesuai dengan koleksi yang dihimpun dan sifat layanannya.
1. Perpustakaan umum, menyediakan koleksi literatur yang mengandung informasi guna menambah penge tahuan bagi anggota masyarakat umum. 2. Perpustakaan perguruan tinggi, menyediakan koleksi berbagai bentuk bahan publikasi untuk menunjang studi maupun penelitian para mahasiswa maupun tenaga pengajar. Koleksi disesuaikan dengan kurikulum perguruan tinggi tersebut. 3. Perputakaan khusus, menyediakan koleksi lit eratur dala~ bidang yang sarna dengan kegiatan badan induk yang membawahinya, serta memberikan layanannya hanya kepada masyarakat tertentu.
46
4. Perpustakaan daerah, tugas utamanya adalah melestarikan terbitan daerah atau provinsi masing-masing untuk dapat dimanfaatkan sepanjang masa. 5. Perpusnas, secara fungsional melaksakan pembinaan langsung pada semua jenis perpustakan di daerah serta melestarikan khasanah budaya bangsa dan mengkoordinasikan kerjasama antara berbagai jenis perpustakaan. Masing-masing perpustakaan terse but dalam sistem pengolahannya menganut cara sendiri dalam menyebarluaskan informasi yang ada. 5ehingga informasi akan dapat menjangkau seluruh lapisan masyaraic:at. Informasi yang dicari oleh masyarakat pada umumnya informasi yang merupakan: 1. Temuan-temuan baru atau hasH rekayasa
2. Penciptaan lingkungan kerja 3. Informasi kesempalan kerja 4. Pendidikan dan latihan keterampilan, dan lain-lain. Unluk itu informasi harus memenuhi kriteria yang diharapkan masyarakat yang mencakup : 1. lsi Informasi
2. Kecermatan pembuatan dan format penyajian 3. Kemulakhiran informasi 4. lCualitas informasi 5. Frekuensi penyajian informasi Agar hal tersebut terpenuhi, perpustakaan melalui pustakawan yang profesional mampu mengumpulkan, menjaring, memilih, menganalisa, memilih, menganalisa, dan menggerakkan publik agar informasi yang disajikan untuk penggunaannya betul-belul informasi yang berbobot dan menjembalani kebutuhannya.
"
--
OPINI !!.!!~!!~~'!
Mengapa orang
buluh infarmasi,
pada
hakekatnya
karena
ada
kesenjangan struktur keorgani Silsian. Hal inl, dikarenilkiln secara teoritis
manusia mempunyai day" ingatan yang temalils. Menurut teorl aus (Disuse Th~ryJ memori manusla bisa pudar karena waktu. Serapa lama memori manusia akan pudar, tentunya akan berbeda beda tergantung
kualilas ingatiln manus!a itu sendiri (10). Oleh karena itu, manusia bertepentingan untuk upgrade memori terse but, yallu infarmasi dan sumber informasi. Perpustakilan dikatakan sebagai lumber informasi karena dalam stbuah perpustakaan banyak koleksi vang dapal memberikan informasl kep;lda orang yang membutuhkan informasi tersebut. Keberadaan perpustakaan diharapkan 5ebagal penyalur informasi kepada milsyarakat dengan tepat dan berkualltas. Namun, kondisi yang ada masih !nnyak perpustakaan yang kurang pelayanannya dalam memberikan inlormasi. Inlormasl yang terdapat dalam perpustakaan berupa blbliografi. indeks, abstrak dsb yang ada umumnya belum terseleksi dan teranalisis secara profesional karena kurangnya lenaga ahl; alau kelerbatasan alat yang dimiliki oleh perpYslakaan. Keadaan seperti ini kura", menarik pengguna membutuhkan data alau intormasi lertentu sehingga rela menggunakan alau menelusuri in!ormasi yang ada. Kondlsl ini memberlkan warna dan sital slalis bagl perusahaan dan pustakawan t ldak terpanuil untuk secara proaklil .mentari, mengolah, dan menyebarluaskan informasi yang ada dengan berbagai rekayasa teknologi mutakhlr. Selain itu banyak perpustakaan vans mempunyai ruangan va", tidak memadai dan terlcesan lidak dirancang sesuai prinsip ilmu perpuslakaan. Koleksi bahan puslakanya. disamping variasi Judul lidak memadal Juga subjek atau lopik yang dicakup tidak lengkap bahkan terkesan tidak mengalam1 penyelesaian. Hal terse but terjadi karena b.anyak unit perpustakaan yang tidak mempunyai anggaran keuangan yang tetap untuk pemblayaan dan penamballan koleksi guna memenuhi kebutuhan
.
pengguna
jasa
perpustakaan
ini.
Untuk
menambah
koleksinya,
perpustakaan hanya mengharap belas kasihan ata u sumbangan dar i berbagai
instansi
perpustakaan
pemerintah
tidak
ataupun
swasta.
latar
belakans
mempunyai
pengelahuan
tenlang
perpustakaan
menghambat
pensembansan
dan
yang
minim.
pelayanan
jasa
Kepala/pengelola pendidikan Hal
ini
informasi
dan dapat yang
diberikan perpu stakaan terhadap masya ra kat. Salusi Perpustakaan, apapun jenis perpustakaan pada hakekatnya mengandung tisa aspek, yaitu: 1. Aspek strategis, yaitu yanS berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SOM) 2. Populis, perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masvarakat 3. Aspek reoding society. perpustakaan dapat dimanfaatkan sebasai sarana untuk m enciptakan masyarakat baea Untuk
mensatasi
hal
tersebut,
setiap
unit
perpustakaan
harus
menganduns tujuh unsur pokok, yaitu :
l. Organisasi/kelembagaa" yang dinamis 2. Ruang atau gedung yang memadai 3. Koleksi dan bahan pustaka lengkap, baik yang t ercetak atau terekam 4. Teknik dan metode kepustakaan yang baku S. Perlengkapan dan peralalan vans eoeok dan eukup 6. Adanya anggara n tetap dan cukup untuk pengembangan perpuslakan tersebut 7. Sumber daya manusia yang profesional, terutama pustakawan Selain ketujuh unsur pokok ini, setiap perpustakaan harus selalu mempunyai program kerja yang memadai dalam hal pengembangan koleksi, pengolahan dan penyiapan bahan pustaka, penyimpanan, dan pemeliharaan koleksi, pendayagunaan, koleksi dan pelaksanaan layanan
49
inform~si berj~lan
kepada pengguna perpustakaan. Sehingga perpustakaan dapat
sesuai dengan fungsinya . Kesimpulan
Perpustakaan adalah sebuah lembaga yang mengoleksi setiap media seb~gai alaI penyimpanan k~rya manusia atau perpustakaan menyediakan bibliografi, indeks, abslrak, dsb sebagai sumber informasi bagi penggunanya. Bibliografi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari media koleksi perpustakaan yang menvediakan kesempatan bagi
user
untuk menggali informasi sesuai kebutuhannya. Berapa besar informasi itu, berapa ukuran kualitas in forma si itu, ditentukan oleh kebutuhan pemakai
perpustakaan.
Informasi
yang
didapat
para
pemakai
perpustakaan dengan bantuan data bibliografi dan dengan memakai fasilitas temu kembali informasi yang tersedia akan menjadi bagian diJTi pengetahuan pribadi pemakai. Kepuasan pemakai perpustakaan dapat dilihat bukan hanya pada kuantitas tapi tertebih pada kualitas pemakaian
perpustaka~n
itu.
Anggaran dana yang tetap akan dapat membantu perpustakaan dalam pengembangan dan penambahan jumlah koleksi s.ehingga perpustakaan benar-benar merupakan sumber informasi bagi pengguna jasa layanan perpustakaan.
WARTA, Vol VIII No.3 Tahun 2003
so
--
OPINI !:'.!.U5T"~,!
IPI 01 OAERAH MACET, SIAPA YANG SALAH? Olell .. Vaya Suhendar
Haru$ !Uta aku! 5eCara jujur bahwa IPI khu$usnya di dae ra h sailt ini sepertinya "mati enniln hidup pun tak mau". Sehingga kalau saja ini dokter mun,kin sudah lama saya membuat rujukan agar IPI in; segera dimasukkan ke Unit Gawat Oarurat (UGO) supaya cepat sehat dan dapat
berjalan sebaiilimana mestinya. Walaupun demikian rasanYiI tidak te pat apabila kesempatan ini kita mencari kambing hitam, sjapa yang salah hincca IPI sekarang ini? Itu tidak akan memeca hkan masillah, bahkan tldak mun,kin akan menimbulkan masalah baru, akan rebih baik apabila kita rnenalntrospeksl din saja sambil men ta rikan jalan pemecahannya sehinggil IPI yilng didirikan dengan susah pilvah oleh para pendahulunyil kita, pada rodil organisasinya dapat berjalan. Dokter bilang untu k menyemb uhkan suatu penyakit perlu dicari dulu penyakitnya bar u setelah itu dicari kan jenis obatnya. Walau kita ini bukan dokter dan permasalahan yang dihadapi IPI bukan suatu penyakit, seperti penyakit ya ng ada pada tubuh manusia, nampaknya untuk menyehatkan IPI perlu juga kita mengikuti langkah-Iangkah yang biasa dilakukan oleh' dokter, identifikasi masalah lalu pecahkan masalahnya. Oari pengalaman selama aktif menjalankan roda organisasi IPI baik dikala saya menjadi anggot a atau Ketua PO IPI Jawa Barat maupun setelah saya didaulat oleh teman-tem an pustakawan Banten untuk menjadi Ketua PO IPI Provinsi banten, saya menginventarisasi beberapa perma salahan yang dihadapi IPI di daerah seperti berikut dibawah ini : 1. Keberadaa n pust akawan masih belum memadai . Oi daerah terutam a di Kabupaten/Kota kebe radaan pustakawan masih sangat terbatas. Jangan bicara kualitas, kuantitasnya saja masih susah mencarinya, ternyata
penyebabnya
adalah
bahwa
pustakawan
seperti j uga
perpustakaannya adalah jabatan atau lembaga yang termarjinalkan
51
bahkan dimarjlnalkan, sehingga orang pada enggan untuk ditugaskan di perpustakaan, kalau bisa bahkan dihindari. Ada kecenderungan lain bahwa orang yang
ditugaskan di
perpustakaan
adalah
orang
"buangan" atau orang yang menunggu jabatan. Sebelum menduduki jabatan
tertentu
sehingga
terlebih
kalaupun
pengelola
yang
dahulu
~ dititipkan"
bersangkutan
bekerja
di
perpustakaan, sebagai
tenaga
perpustakaan tidak bisa diandalkan untuk menjadi
pengurus IPI, kalaupun dicantumkan jangan terlalu banyak berharap terhadap mereka. Oleh karena itu lah sangat kita hargai apabila Perpustakaan Nasional sebagai satu-satunya lembaga tingkat atas yang ditugaskan untuk membina perpustakaan melakukan koordinasi dan lobi lebih intensif lagi dengan berbagai lembOlga terutama dengan Sappenas, DPR, Dirjen Anggaran dan lain-lain untuk membantu perpustakaan-perpustakaan di daerah tidak saja dalam bentuk dana segar sehingga perpustakaan dapat
diperhitungkan
orang.
8i1amana
hal
tersebut
tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan maka akan lebih mendorong apabila kegiatan yang sementara ini dilaksanakan Perpustakaan Nasiona! bisa dilaksanakan bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah Provinsi
dengan
mengambil
tokasi
di daerah
sehingga
dapat
mendorong orang untuk mau bekerja di perpustakaan. 2. Motivasi pustakawan untuk menjadi penguru s IPI lemah. Ka rena menjadi pustakawannya saja sudah tidak senang maka dampaknya kurang bagus juga terhadap kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan jabatan itu, termasuk pada kegiatan IPI. Kalaupun ada orang yang bekerja di perpustakaan kebanyakan kurang bersemangatapabila diajak untuk aktif di IPI. ~sil ahkan saja POlk, saya moh ikut dad belakang sajalah". Itu jawaban yang sangat sering saya dengar apabila saya dengan sengaja mengajak petugas perpustakaan menjadi penguruslPI.
52
3. Perhatian dari PP IPI kurang. Oalam kondisi diatas PO/PC IPI terkadang merasa sangat kesepian karena berjalan seorang diri. PP IPI yang mestinya menjadi pembina hanya membutuhkannya dikala mau Raker atau Kongres saia, selain itu sepertinya berjalan sangat sepi. Mungkin akan lain ceritanya apabila PP IPI sekali·kali melakukan pembinaan ke daerah, bertemu dengan pustakawan. berikan dorongan kepada mereka, berikan motivasi kepada mereka. berikan semangat kepada mereka.
Dengan
demikian
diharapkan
para
pustakawan
mau
bergabung dan semangat untuk masuk IPI. 4. Munculnya
organisas~ organisasi Htandingan~
memperlemah IPI. Dari
awal dimunculkannya gagasan pembentukan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi, Forum Perpustakaan Umum dan lain-lain oleh Perpustakaan Nasional saya sudah merasa khawatir apabila
forum~
forum te rsebut dibentuk akan berdampak kurang bagus terhadap penyelenggaraan
IPI.
Bagi sebagian orang
menganggap bahwa
kekhawati ran tersebut kurang beralasan tapi kenyataannya saya sepertinya merasakan bahwa dengan kehadiran forum, IPI menjadi lemah. Sebagai contoh dengan kehadiran Forum
Perpustakaan
Perguruan Tinggi (FPPT). IPI kurang menjadi greget karena kita tahu bahwa salah satu pilar pada pustakawan yang ada di perpu stakaan perguruan tinggi. Apabila kalau forum pustakawan umum. forum perpustakaan sekolah berjalan dengan baik seperti FPPT, matilah IPI. Sampai saat ini memang saya masih belum mengerti mengapa Perpustakaan
Nasional
yang
ditugaskan
sebagai
pembina
IPI
sebagaim ana tercantum dalam AD/ART koq membentuk forum-forum itu yang menurut saya umembangun rumah didalam
rumah ~.
Kalau
tidak salah. didalam AD/ART dijelaskan bahwa anggota .PI itu terdiri dari perorangan dan kelembagaan perpustakaan. Tapi rasanya tidak arif apabila pada kesempatan in j saya menuntut untuk membubarkan forum-forum itu, sebab kenyataannya FPPT lebih maju dibandingkan dengan IPI yang perlu dicarikan jalan pemecahannya bagaimana
53
caranya agar antara forum bersinergi dengan IPI sehingga keduaduanya dapat berjalan dengan baik. S. Perhatian pemerintah daerah terhadap pustakawan kurang. Saya merasakan bahwa perhatian pemerintah daerah terhadap pustakawan masih kurang. Memang sekarang sudah ditetapkan adanya jabatan pustakawan sebagai salah satu jabatan fungsional, tapi dalam pelaksanannya di daerah tetap saja jabatan tersebut tidak menarik baik bagi pemerintah maupun bagi perorangan. Sebagai eontoh, ada pustakawan yang hampir 12 tahun tidak naik pangkat karena orang BKO (Badan Kepegawaian Oaerah) tidak memahami atau tidak menaruh perhatian terhadap jabatan tersebut. Akibatnya, selalu jadi peringatan Hawas jangan jadi pustakawan, nanti tidak naik-naik pangkatH, yang lebih pedas lagi "awas dipustakawankan nanti". Ini semua akibat pemerintah daerah kurang memperhatikan pustakawan yang dampaknya terhadap organlsasi IPI. Sebetulnya masih banyak masalah·masalah keeil di daerah yang sering timbul berkaitan densan IPI, barangkali 5 (lima) permasalahan tersebut diatas meruapakan rnasalah pokok Vans sangat sulit diatasi. Sehingga betul·betul kita semua perlu bekerja keras untuk memeeahkannya. Selian itu, diperlukan waktu vans eukup panjang untuk mewujudkan harapan terhadap keberadaan IPI. Mari kita bersama bahu membahu, tidak saling menuding dalam membangun IPI yang kita eintai. WARTA Vol IX No.2 Tahun 2004
54
MARKETING MENDONGKRAK KIPRAH PERPUSTAKAAN Oleh : Nvono
Gambaran tenta", esensi dan eksistensi suatu perpustakaan. tak ada salahnya bila penulis ingin menganalogikannya dengil" sebuah to ko. Hanyil perbedaannYiI, jib sebuah toko umumnYiI berkepenlingan dalam mendistribusihn bilfan, sebagal da,aangannYil kepada konsumen/pemailai. sedanlkan perpustakililn secara umum bertujuan menye:bartuaskan jasa lava"a" vang ditujukan untuk kepuasan penccuna. Selaln perbedaan tersebut. ada kesamaan antafa keduanYiI, vallu sarna-sarna menylapkan suatu produk luna memenuhi kebutuhan pe nnuna. Sebagai keslmputan, jika suatu perpustakaan sepi penlunjung siapOJ yang huus d isalahkan? Pihak perpustakililn iltilU pihak pen"una? Sebagal penjelasan analogi diatas, jib ada sebuah • toko sept pembeli, haruskah pihak pembeli yang dipersalahkan? 8eranlkat dan fenomena tersebut tulisan kali Ini akan berbicara tentan, peran marketing dl perpustakaan dalam mendongkrak kiprah 5uatu perpustakaan.
Seiring perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi dalam era globalisasi sudah semestinya berbagai kiat dan strategi harus dapat diadopsi dari bidang bisnis dan ekonomi, karena bidang itulah yang kini terus giat berpacu serta namapk jelas perkembangannya di mala masyarakat secara umum. Ket ika perkembangan sektor bisnis, baik barang maupun jasa sudah sedemikian maju dan pesat, ketika kegia tankegiatan pemasaran (malteting) unt uk sekto, sektor tersebut juga sudah sangat fer'lOmenal dan semakin bervariasi. Oemikian pula ketika sektor bisnis informasi, juga sudah banyak bermucnulan dengan tanda-tanda semakin memberikan peluang ke arah kemandirian, maka dari itu dunia perpustakaan haruslah segera memulainya. Eksistensi perpustakaan sebagai basis informasi harus mampu berkiprah dalam menjembatani laju perkembangan tersebut. Padahal, semua orang tahu bahwa informasi
55
--
OPINI ~USTA~,!
merupakan komoditas yang akan menjadi tanggung jawab perpustakaan atau pustakawan atau pusat -pusa t informasi, antara lain dalam hal penghimpunan
(collecting).
pengolahan
(processing),
dan
pendistribusiannya (dissemina ting). Oi sam ping itu, kebutuhan informasi semakin dirasakan pada semua lini kehdiupan manusia. Mereka semua membutuhkan informasi. Siapapun dla, dimanapun keberadaannya, apapun statusnya pastilah ia membutuhkan informa si tertentu guna menunjang kebutuhan dalam hidupnya. Selaln itu, kebutuhan infromasi bersifat personal, sesuai kebutuhannya masing-masing. Sedangkan sifat informasi itu, yakni mengandung unsur daya kejut dan selalu mengalir. Oalam dunia usaha, para usahawan selalu berupaya untuk menggairahkan minat konsumen akan barang dan jasa yang diberikan. Mereka berarti harus mengeluarkan biaya tambahan agar produknya dikenal dan diminati orang. Memang di salu sisi, perpustakaan didudukkan sebagal lembaga pelayanan Vane: bersifat sosi al, atau lembaga yang bukan berorientasi untuk mencari keuntungan meteri. Namun, disisi lain kondisi atau pendapat seperti itu kurang menguntungkan bagi perkembangan perpustakaan itu sendiri. Perpustakaan perlu biaya unluk kegiatan operasionalnya, untuk menam bah koleksi agar informasinya tetap up to dare, sehingga dapal memeuhi tuntutan kebuluhan pengguna. Oi samping itu, perpustakaan juga memerlukan biaya unluk perawatan koleksinya,
untuk
pengolahannya,
perluasan
balk
yang
jangkauan bersifat
pelayanannya
manual
dan
konvensional
untuk maupun
pengolahan dengan bantuan teknologi informasi. Semua ini guna kelangsungan dan perkembangan dari eksistensi suatu perpu stakaan itu sendiri. Sualu perpustakaan dinilai berhasil, apabila informasi dan jasa layanannya dapal dimanfaatkan oleh pengguna. Guna menunjang itu semua, maka perpuslakaan perlu dipasarkan (marketing),
sebagaim ana lembaga-
lembaga yang berorientasi pada bisnis. Bila kita bandingkan dengan produk-produk perpuslakaan yang berupa sumber informasi dalam
56
berbagai bentuk karya cetak, dan rekam sepert ; buku, majalah ilmiah, laporan-Iaporan penelitian, paten, beritil- berita berupa news letter, surat kabar,
paket
informasi
terseleksi
(PIT),
terbitan
instansi
yang
bersangkutan, pedoman-pedoman, peraturan-peraturan, koleksi referen, CD-ROOM, mikro film, yang dilengkapi informasi dari int ernet, maka akan dampak bahwa usaha pengenalan produk perpustakaan masih sangat teroatas, bahkan masih sangat banyak perpustakaan yang dibiarkan secara NbekuN untuk bertahan hidup tanpa ada usaha untuk mengembangkannya, dan banyak diantaranya hanya merupakan ·sasak
bisu yang sudah usang nan gelap. M
Kelambanan kemajuan perpustakaan tersebut dapat disebabkan aleh berbagai faktor, antara lain: a. Lemahnva
pengetahuan pustakawan terhadap ilmu dan teknik
perpustakaan, khususnya dalam hal pemasaran (marketing). b. Adanya
pandangan
tradisional
bahwa
perpustakaan
hanyalah
merupakan gudang tempat buku. c. Sarana dan prasarana perpu stakaan vang kurang menunjang. d. Masih kurangnya komitmen dari pimpinan atau pengambil kebijakan tentang ilmu pengetahuan. e. Masih lemahnya manajemen perpustakaan f. Masih minimnya jadngan dan kerjasama perpustakaan. g. Rendahnya anggaran untuk perpustakaan. Dengan melihat kondisi seperti itu, maka untuk mengantisipasi di masll yang akan datang, terutama menjelang diberlakukannya era perd.agangan bebas AFTA tahun 2003 dan pilsar global, hal-hal seperti diatas tampaknya t idak perlu dipertahankan tagi atau setidaknva bisa dikaji ulang, kalaupun sebagian perpustakaan milsih memandang dirinya sebagai lembaga pelavanan yang bersifat sosial. Menurut Philip Kotler, pemasaran (marketing) adalah suatu proses sosiat dan manajerial, dimilnil individu iltilU kelampok mendapatkan apa Vilng mereka butuhkan dan
57
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilal dengan pihak lain. Marketing adalah suatu usaha menawarkan dan mendekatkan produk kepada ko nsumen, Pemasaran jasa perpu stakaan dapat diartikan sebagai upaya mendekatkiln dan mempromosikan jasa yang diselenggarakan perpustakaan demi
memenuhi
kebutuhan
pengguna
serta
unWk
meningkatkan keefektifan informasi yang dimiliki perpustakaan. Menurut Ninis Agustini Damayani, pakar perpu stakaan Fikom·UNPAO Bandung dalam makalahnya tentang Moricering In/ormos/ Unruk Perpustokoon, bahwa: a. Marketing memfasilitasi pengguna layanan informasi b. Marketing mendekatkan layanan pada masyarakat c. Marketing memaksimalkan penggunaan sumber informas! (Ninis A. Oamayani,20031 Marketing infor masl pada perpustakan merupakan barang baru yang sudah mulal diperkenalkan oleh dunia perpustakaan. Selama Ini kita hanya mengenal Istilah pengadaan, penyebarluasan, pelayanan, dan promosi perpustakaan. Istilah marketing diadopsi dari bidang ekonomi dan manajemen, khususnya di manajemen pemasaran. Para pelaku ekonomi di bidang Ini menempatkan unsur marketing secara sangat domlnan, terutama jika dibandingkan dengan unsur keglatan lainnya, Keberhasilan pemasaran jasa perpustakaan ditentukan oleh pengelola perpustakaan dalam memberikan jasa dan oleh pengguna yang mengakui bahwa jasa perpustakaan dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan mereka. Berbicara tentang pemasaran perpustakaan, ada empat aspek penting yang perlu dipertimbangkan, yaitu promotion.
product,
pric~,
p/oc~,
Product, adalah jasa dan informasl yang ditawarkan, sesual dengan kebutuhan pengguna. Oi perpustakaan, yang dimalcsud dengan produk
58
adalah pelayanan yang disediakan, seperti layanan peminjaman koleksi, layanan penelu suran, lavanan referen si, layanan informasi kilat, layanan bimbingan
pengguna,
layanan
jasa
fotokopi
dan
sebagainya.
Pengembangan produk bisa dilakukan oleh perpustakaan melalui studi ilmiah dan penelitian, sehingga hasilnya berupa temuan-temuan krealif. Produk yang ditawarkan, harus sudah melalui tahap-tahap uji, seperti uji desain, uji kelavaka n jual, uji keindahan, ketersediaan fasititas, uji kemudahan dalam mengakses dan sebagainya. Pric~,
adalah nilai jasa yang dil awarkan. lumlahnya relalif, berganlung
dari waklu ke waktu, tenaga dan dana yang dibutuhkan dalam penyediaan jasa lersebul.harga dri sualu produk, misalnya paket-paket informasi terseleksi dan paket sajian yang berbasis informasi, biasanya ditenlukan oleh biaya ata u ongkos produksi, yang biasa diperhitungkan dengan logika analisa impas. Dar; analisis ini, rnaka akan diketahui biaya total. biaya produksi per unit, untung rugi dan l itik impas su atu produk. Para pengguna pada umumnya berpendapat bahwa informasi dan jasa yang diebdkan sudah menjadi kewajiban pustakawan dan tidak bernilai ekonomis. Sepanjang layanan yang diberikan dalam batas kewajaran, pustakawan mernang tidak dapat menuntut nitai ekonomi dari pengguna, karena perpustakaan berstatus non-profit, terutama bagi lembaga yang bernaung dibawah Oepartemen Pemerintahan. Tetapi jika jasa yang diberikan oleh suatu perpustakaan memiliki nilai tambah, maka status
non profilSudah selayaknya diubah menjadi
profit alau fee. Gunanya
harga dari suatu produk bukanlah untuk mencari keuntungan dalam segi finansial, narnun hal itu untuk menjaga kelangsungan dari suatu produk itu sendiri. Oi samping itu, juga untuk meningkatkan mutu dan kualitas produk tersebut. Place, informasi dan jasa yang ditawarkan harus tersedia dan siap untuk
digunakan. OJ perpustakaan, Vang dimaksud dengan tempat adalah hal vang berkaitan dengan fasililas fisiko Tempat vang mudah dijangkau oleh pengguna serta suasana luar dan dalam ruangan yang aman dan nvaman
59
akan menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan untuk dikunj ungi oleh setiap pengguna. Sebagai layaknya sebuah toko, bagaimana produk selalu siap, layanan yang memuaskan, suasana interior dan eksterior yang mendukung, sehingga pengguna akan merasa betah didalamnya. Promotion, merupakan sa lah saw aspek dalam pemasaran, penting artinya untuk mencapai tujuan pelayanan. Promosi sering diartikan sebagal media untuk memperkenalkan perpustakaan pada pengguna maupun calon pengguna. Atau lebih dikenal dengan sebutan porensio/
user's maupun actual user's. Promosi tidak hanya sekedar memberikan informasi, tetapi j uga mendidik dan menghibur. Untuk itu, pesan perlu dibuat semenarlk mungkln dan mudah dimengerti pengguna. Promosi berartl berkomunikasi sehingga promosi juga memiliki tujuan untuk memuaskan pengguna.
Tujuan
promosi
adalah
untuk
membujuk,
mempengaruhi dan mengundang orang untuk menggunakan atau meningkatkan penggunaan suatu produk yang telah dibuat kepada masyarakat luas (pengguna), dengan harapan mereka dapat mengetahui dan memahami sehingga dapat memanfaatkan produk yang
kita
kenalkan. Serta mengusahakan bagaimana pengguna hanya bergantung kepada hasi! produk kila. Maka dalam hal inl sangat diperlukan adanya evaluasi terhadap layanan (service) yang lelah kita berikan. Dengan indikator, sudahkah layanan yang ada dapat memuaskan pengguna? Atau mungkin perlu kita kembangkan sesuai dengan luntulan pengguna lentunya sangat diperlukan adanya kajian/ kajian pengguna kegiatan promosi Ini dapat kita lakukan melalui media cetak, elektronik dan dalam bentuk penyelenggaraan kegiatan. Media cetak, antara lain melalui iklan di media massa, brosur, pamfiet, pameran, dan penjualan secara personal. Melalui media elektronik, dapat menggunakan media televisl, radio dan inlernet. Sedangkan melalui penyelenggaraan misalnya seminar, diskusi, ceramah atau konsultasi dan lain-lain.
6Q
~egiatan,
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini, bahwa demi menjaga esensi dan eksiSlensi suatu perpustakaan dalam berkiprah di era informasl
sungguh sangat
diperlukan adanya
de~asnya
program
arus
penerapan
marketing. Bel apa ironisnya jika suatu perpu5takaan yang dikenal sebagai lembaga informasi, namun tidak mampu "bema/os" dalam suasana ledakan Informasi yang sekarang telah kita alami. Bagaimana peran perpustakaan di masa sepl,lluh tahun mendatang1. Semua tergantung pada pengelola dan sistem yang diterapkan sekarang. WARTA Vol IX No.2 Tahun 2004
61
PEMANFAATAN TERBITAN BE RKALA Qleh : Tine Silllana
Perpustakaan sebagai salah satl) lembaga Inform~sl, menawarbn sejuml~h jasa pelayanan yang harus dlakrabi oleh mereb y~ng bertelut dengan IImu pengetahuan dalam kehidupan mereb. Klnl, masih klta dapatkan mereka datanl ke perpustakaan oleh kepentlnlan yang terpaksa, terpaksa oleh uJian, tugas·tugas akademik, menyusun laporan tahunan (pemerlntah dan lain sebalainya). Setelah Itu, mereb kesana untuk sekedar Ingln membaca surat kabar atau m~J~lah hibur~n. Kelompok pecinta Umu Jaranl sekall menlikutl perkembanlan bidangnya dengan membaca majalah profes1 secara ter~tur. Mereka menuantungkan pengertiannya pada buku·buku teks yanl dianu:apnya sebagal buku wajib bidanl ball semua jenJanl pendidik~n yang turun temurun. Perlu klta sadari bahwa IImu penlet~hu~n Itu berkembang terus sedangkan bekal l1mu yang dlperoleh selama menglkutl pendldikan formal sangat terbatas, kekuranlan haru$ diupayakan me1alul media cetak mutakhir sepertl majal~h profesi,.Iaporan penelitian, makalah, semlmar dan lain seb~I~lny~ Salah satu media yang menya mpaikan Informasi perkembangan IImu pengetahuan ada lah terb itan berkala. Yakni suatu terbltan yang di rencanakan te rb lt terus menerus denga n ka la te rbit tertentu, terbitan Ini memuat tulisan beberapa orang dalam bernagal bidanl. Serlng disebut dengan ~maJala h~. te rdapa t istila h dala m bahasa Inllrls untuk penyebutan terbltan Inl. yakni ~Periodicals. Serials, Magalines, Bulletin'". Sering dibedakan pengertlan antara ~ pe riod icals" dan ~ser l als~ yang dalam bahasa Indonesia di terjema hka n dengan Terbltan Be rkala atau Terbitan Berseri.
62
J.H Gabie dalam bukunya Manual of Seriols Work, menyatakaan bahwa pubhkui yang dapat dikategorikan ke dalam terbitan berkala inl yakn l pubhkasl yang berofientasi pada : 1. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam befbagal bldang. Terbitan ini dikeluarkan oleh lembaga, badan profesl dengan tujuan untuk mengemhangkan profesl dan ilmu pengetahuan, memuat kegiatan lembaga itu dan artikel ...rtikelnya sebagian besar ditulis oleh anuota profesi lersebllt dalam beberapa aspek. 1. Kepenlingan perdagangan, promosi. usaha. firma dan badan sosia!. Jenis lerbilan ini dilerbitkan oleh perseoran. badan perdagangan dan sejenis. Terbitan Ini diedarkan dengan cuma·cuma pada kalanga n terbalas. Berisi tenlang berila·berila penling alau lentang kegialan perekonomian. penawaran Jasa dan keleknikan. Kala Terbit
Sesual dengan namanya. lerbitan berkala ini memiliki kala terbit dalam waktu tertentu, misalnya : 1. Harlan/Daily. Yang dikategofikan dalam harlan ini disebut surat kabar atau koran, terbit sekaU 011011.1 lebih dalam sehari atau dalam seminggu tefbit terus menefUS kecuali hafi·hari tertentu (M inuu, $elasa. 1.
Jum'at, dill. Semi mingguan. Terbit duakali seminggi pada han - hari tertentu dan selama satu tahun akan terbit antara 104-105 kali.
3.
Minuuan / Weekly, terbit seminggu sekali pada hart tertentu, atau dalam satu lahun akan terblt 51 kali.
4.
Owimlnuuan / Biweekly. Terbit dua minuuan sekali dan tidak mesti pada tanggal 15 setiap bulan. Dalam satu tahun akan tefbit sekitaf
5.
16-18 kali. Tengah bulanan /Seml Monthly. Meskipun tefbitan ini dua kali dalam satu bulan, tetapi terbitnya dapat dipast lkan sel iap tanggal 1 dan 15 tlap bulan.
"
~OPINI !!!.UIT"~'!
6.
Bulanan
I
Monthly. Terbit setiap bulan sekali, ada yang terbit pada
tann.al, hari tertentu dan ada yang tidak dapat dipastikan har. dan tanggalnya. 7. 8.
Owi bulanan I Bimonthly. Terbit dua kali sekali. Triwulan, kuartalan / Quartely. Terbit setiap kuartal alau tiga bulan sek'ali. Oengan demikian dalam satu tahun akan lerbit 4 kali.
9.
Tengah Tahunan I Semi Annual. Terbit dua killi dalam seta hun. Untuk majalah yang terbit dua, tiga kali atau lebih sering disebut dengan -biennial· dan "trlenniar.
10. Tahunan
I
Annualy. Terbit setahun sekali dan itu dapat dipastikan.
Terbitan ini biasanya berisi laporan tahunan tentang kegiatan suatu lembaga pendidikan, profesl, organisasi perdagangan, bank dll. Pada beberapa perpustakaan jenis terbitan inl dimasukkan pada koleks i referens. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa laporan lahunan ini berisikan tentang rekaman kegiatan dalam satu tahun sehingga bernilai dan banyak diperlukan. 11. Tak teratur
I
Irregular. Tidak dapat dipastikan kala terbit. Kadang
setahun selfali ata u dua kali kemudian lain kali setahun terbit enam atau tujuh kali. Beraneka ragam terbitan tersebut berdasarkan pertimbangan kesediaan dana, kesibukan pengelolaannya serta tuJuan penerbitan tersebut. Perpustakaan kecuali menyajikan buku teks sebagai koleksi utamanya, Juga
menyajikan
terbitan
berkala
untuk
memenuhi
kebutuhan
penggunanya. Terbitan ilu, mungkin diperoleh dad langganan, dari lembaga profesi, hadiah maupun dad tukar menukar publikasi dengan lembaga lain. Keberadaan terbitan berkala dalam perpustakaan sangat dominan karena merupakan media komunikasi yang penting. Menurut beberapa ahli perpustakaan dikatakan bahwa majalah dan terbitan berk~la lain merupakan
awal
perubahan
pemikiran
manusia.
Umman
(15/9)
berpendapat bahwa majalah merupakan landasan timbulnya revolusi
"
Ilmu pengetahuan. Rel/ollisi ini dimuat dengan terbitnya majalah ilmiah di Paris pada tahun 1665, kemudian di london leril maJalah "Tranactlan
Royal
So<:;~ty",
0/
yang sampai sekarang masih dianggap sebagai maJalah
tertua di dunla yang sampal sekarang masih terbil terus pada tahun yang Qma. Dal/id Grentell (1965) dalam bukunya "Periodicals and Serials ; their the
treatment specia/libraties·, menyatakan bahwa terbitan berkala itu mulai terbit pada awal abad ke 1, dengan munculnya majalah "Journal des Servant". Oi Indonesia juga telah memiliki majalah yang terbit pertama kali pada tahun 1778. Terbltan berkala dianggap penting dalam media komunikasi ilmiah lantaran menginformasikan perkembangan baru yang terjadi dalam bidang ilmu tertentu dan teknologi. Juga menVampaikan informasi adanva perubahan sosial, pergeseran nilai dalam masyarakat. Kecuali itu, terbitan ini memiliki karalcteristik antara lain :
1. Tulisan - tulisan yang dimuat pada umumnva singkat dan khu susnya membicarakan bidang tertentu. 2. Oalam satu kali terbit memuat beberapa karangan yang ditulis oleh beberapa penulis dengan topik yang berbeda. 3. Memberikan informasi tentang ha~hal yang mutakhir atau penemuanpenemuan baru. 4. Memiliki kala terbit tertentu; harian, mingguan dan seterusnya. S. Dikelola
oleh
beberapa
orang yang
bertanggung jawan
atas
penerbitnya Vang disebut redaks i. Mereka itulah yang menenlukan bahwa suatu karangan bisa dimuat atau tidak. 6. Dapat dikatakan sebagai bentuk af$ip yang diketahu i oleh masyarakal. Dengan penerbitan yang teratur dan slslem penyebar yang luas dan cepat pada masyarakat anggota profesi maupun perpustakaan merupakan faktor yang menguntungkan. Dengan demikian akan mempermudah proses lemu kembali
I
retriel/alnya. Sebab isi partikel
berita vang dimuat itu telah diketahui miisYilrakat luas.
6S
Pertlelol~n
SeDagian besar perpustakaan kita belum memperhatikan pentingnVa terbitan be,kala untuk kelengkapan koleksinva. Keadaan ini mungkin karena keterbatasan dana. langankan maJaiah profesi, surat ka bar pun hanya melanggan satu atau dua judul. Majalah yang diterlma dari hadiah atau tukar menukar maupun dan langganan itu umumnya belum dikelola dan belum termanfaatkan. Mungkin sekali belum auu tidak mengetahui caranva• Pada mulanya terbitan itu distempel pada halaman tertentu, kemudian dicatat datam kardeks yang berbeda untuk majalah butanan dan min&&uan. ludul-judul kardeks ini diurutkan alfabetis. Dengan pencatatan yang ttlit! ini akan diketahui perpustakaan ini memiliki majalah apa saja dan nomor berapa. Perlu juga dibuat indeks artikel majalah unt uk memudahkan peminat dalam meneari subjek atau topik lertenlu. Mereka akan dipadu dan diarahkan pada artikel yang lerdapat pada nomor nomor yang ditunjuk. Bagi pengunjung hendaknya dibualkan kartu judut majalah agar mereka juga mengetahui judul-judul majalah apa saja ya ng dimiliki oleh perpusukaan itu. Alar para peminat segera mengelahui artikel, isi pokok majalah terbaru, baik juga dibualkan fotokopi isi majalah (FAM) tertenlu yang sedang aktual lalu diedarkan ke bagian-bagian auu jurusan tertent u auu dilempel di papan pengumuman agar mudah dibaea dan menarik mereka. Untuk lebih meningkalkan pelayanan kepada pembaca dan demi efektifitas penggunaan majalah, diperlukan penyusuna Kalalog Induk Majalah (KIM) dari beberapa perpustakaan se-bidang auu se-wilayah dengan persVaratan tertentu. Agar kegunaan benluk-bentuk pel unjuk seperti ; kardeks, KIM, fotokopi artikel majalah (FAM) dan lain menjadi penolong bagi pembaea agar mudah dan eepat menemukan subjek, judul ya ng dikehendaki. Apabila mereka ilu tidak mau menggunakan ala t-alal
66
--
OPINI . _T"~
bantu tersebut, maka akan membuang waktu dan tenaga bahkan biava. ~ngat mungkin malah mereka tidak bisa menemukan artikel vang dimaksud. Pemanfaatan Karangan-karangan vang dimuat dafam terbitan berkala ini merupakan ide atau gaga san asli pengarang vang disusun dengan ringkas sehingga sering disebut sebagai literatur primer. Terbitan ini sebenarnva sangat bersuna untuk memajukan studi dan febih efelctif dalam pengembangan ilmu pengetahuan karena : 1. Dapat memperluas baeaan. Sebab pada akhir artlkef, sebagian besar penulis meneantumkan dahar baeaan vang dipergunakan sebagai aeuan penvusunan tulslsan itu. Pembaea dapat menvelusuri baeaan vang ditunjuk lebih jauh apabila ingln memperdalam subjek tertentu. 2. Dapat mengikuti perkembangan situasi, peristiwa dalam panggung politik. situasi ekonomi, kemajuan teknologi, dan hal-hal baru lainnva. 3. Membuat ide dan gagasan serta penemuan baru vang akan dapat dipergunakan sebagai bahan pembiearaan dalam seminar, lokakarya, dan pertemuan ilmah lainnva. Ide itu akan didiskuslkan lagi, dianalisa bagaimana kebenarannva dan akan ditanggapi oleh pakar-pakar dalam bldang mereka. 4. Dengan penemuan-penemua baru vang dikandung terbitan itu, seorang siswa atau mahasiswa akan mendapatkan Informasi baru atau jawaban tentang sesuatu vang selama ini diragukan. 5. Dari terbitan ini akan diketahui apa dan siapa dan d imana alamat mereka. Produsen akan menemukan konsumennva. Pasien akan menemukan pembela dan penganggur akan menemukan pekerjaan yang sesuai. Seseorang akan dapat bergabung dengan orang lain yang sarna profesi atau sarna hobinya. Dengan terbitan berkala itu akan dapat mernperluas relasi dan usaha seseorang.
WARTA Vol IX No.2 Tahun 2004
67
----
OPINI .. ItAA ..
-
,,~.uST
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN Oleh : Supriyanto
Sadar sepenuhnya bahwa setiap insan akan mengatakan bahwa yang namanya perpustakaan itu penting, sayangnYil bahwa ungkapan tersebut baru pada batas-bat
merupakan refleksi dari tingkat kebudayaan serta tingkat
peradaban yang telah dicapainya", dimana perpus takaan harus mampu memperkenalkan dan meningkatkan dasar·dasar ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat serta menanamkan sikap untuk terus menerus belajar secara berkelanjutan seumur hidup. Dengan demikian, perpustakaan berperan aktif sebagai salah satu sarana untuk membantu mencerdaskan keidupan bangsa, sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan produktivitas setiap insan, artinya merupakan sebuah peluang yang bagus. Bahkan, perpustakaan merupakan sumber yang tidak pernah kering digali, tidak pernah kering untuk digarap. Tengok saja perpustakaan berdasarkan Keputusan Presiden NonlOr 11, Tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional, bahwa yang dimaksud dengan "perpustokoon odalah merupakan salah sa tu sarona pelestar;
68
bahon pusto/ca s~baga; has;! budaya dan mempunya/ jungsi sebago/ sumber injarmosi ilmu pengetahuan tt/cnologi dan ktbudayaan do/am rong/co menct/rdos/con /ct/hidupon bongso dan menunjong pelalcsanoon pe-mbangunan nasionai. Namun demikian patut mendapat perhatlan, maslh perlu perjuangan panJang karena sampai harl Inl perpustakaan bukanlah merupakan objek yang popular. Belum lagl sejalan dengan dengan perkembanga dan tantangan masa depan perpiJstahan digital atau "digitol library" dan beberapa istilah seperti "electronic library" dan "visvo/ librory" juga sering dlgunahn dan disamakiln. Apresiasi perpustahn berdasarkan
pengamal~n
objektif di lapangan
masih terdapat indeksi kendala yang menghambat.
Perpustakaan
bukanlah sebuah nama atau tempat yang popular, demlkian pula tenaga pengolah perpustakaan atau pustahwan bukanlah merupakan pekerjaan atau jabatan vang menarik prestisius. Peranan perpustahan sebagai salah satu sentral atau pusat informui, sehligus sebagai media pembelajaran merupakan pendemokrasian penyebaran informasi yang menJadikan ffiuvaraht menJadi melek informasi. Seberapa jauh tujuan dan sasaran tersebut tercapai b,mvak bergantung pada eslcsistensi perpustahan itu send!ri. Pengguna perpustakaan dan atau pengunjung memerlukan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan profes! ataupun kepel1uannya di satu pihak,
di
lain
menvedi~kan
pihak
perpust~kaan
tentunva
Informasi yang diperlukan
secar~
hendaklah
mampu
cepat dan tepa!. Misl
utama perpustakaan adalah menvediakan lavanan dan memberdavakan koleksi bahan pustaka. Terlaksananya misi tersebut ama! bergantung pada kondisi berkembangnya minat dan kebiasaan membaca, juga hanya d~pa!
berkembang manakala tersedianya fasiiitas bahan baca yang
memadai, sesual, cukup, menarlk untuk dibaca dan mudah diperoleh calon pembacanva.
"
Kondisi perpustakaan sekarang pada umumnva ditandai koleksi kurang dimanfaatkan, laVMan tidak mencapai sasaran secera efektif, kurangnva jumlah perpustakaan. terbatasnva kuantitas dan kualitas pustakawan, persepsi masvarakat terhadap perpustakaan dan pustakawan belum menggembirakan, minat dan kebia saan membaca masyarakat yang masih rendah dan diperburuk dengan produksi buku secara nasional masih rendah. Sementara itu. tuntutan perpustakaan menghadapi era informasi, nampak terjadinva peru bahan, antara lain : DARI
KEARAH
Penjaga koleksl (Custodian of
Orientasi pada layanan
boo"l
penvediaan in formasi (information providen)
Satu medium
Multiple media
Koleksi lokal
Koleksi global! perpustakaan tanpa dinding
Masyarakat ke perpustakaan
Perpustakaan ke masyarakat
Layanan lokal! tradisional
layanan global! otomasi
Beberapa Upaya! Strategi Mencermati beberapa kondisi permasalahan seperti diatas, beberapa strategi yang mungkin dapat diterapkan , menurut Supriyanto (1997), antara lain; Perpustakaan yang akomodatif Suatu bentuk baru dari perpustakaan telah dianjurkan untuk menemukan kebu tuhan dari berbagai bagian masyarakat yang lebih mengkhusus. Bentuk
itu
akan
meliputi
sualu
70
perpustakaan
referens
nasional,
perpuslakaan referens khusus, perpustakaan umum dari berbagai instansi maupun
set ingan
perpustakaan
khu5US.
Dengan
perkataan
lain,
perpuslakaan harus menyesuaikan (akomodalif) lerhadap kebutuhan masyarakatnya apa saja yang diperlukan, sehlngga perpustakaan dapat dipandang sebagai l empat ya ng menarik dan menyenangkan. Jarinliln
kerjil~mil
Vilnl tidilk terbata s p
Tinjauan keadaan menganjurkan seharusnya penyediaan perpusl akaanperpuslakaan
dihubungkan
dengan
jaringan _ kerja/network
yang
menghubungkan ke perpustakaan dengan perpuslakaan yang lain, disamping pangkatan data yang lain_ Jaringan kerjasama yang l idak membatasi pada perpustakaan akan memungkinkan pemakai dan pustakawan memperoteh akses ke pangkalan data informasi yang luas dari rumah, kantor, dan perpustakaan mereka. Artinya, bahwa pemakai memiliki kesempatan yang seluas-Iuasnya karena tersedianya akses informasi yang memadai, sekurang-kurangnya pemakai memperoleh kemudahan dimana harus memperoteh koleksi bahan pustaka alau informasl yang diperlukan. Stf"iltq:1 koleksi nnlonill Vilnl terkoordinasi Suato strategi, naslonal diusulkan unluk memperkual masing-masing perpu slakaan yang bertanggung jawab untuk bidang-bldang subjek agar terhindar dari duplJkasi yang l idak perlu dan untuk memakslmalkan liputan koleksi pada skala nasional. Pada akhirnya diharapkan sislem layanan nasional perpustakaan. Pada skala manual pada tala ran nasional bisa dijumpai
~ Bjbliografj
Nasional
Indonesia~,
dan semest inya pada
talaran daerah enlah itu Provinsi atau Kabupaten / KOla bisa dijumpai " Bibliografi Oaera h Bogor"" dan sebagainya. Selidaknya, dapat dijadikan akses yanglerkoordinasi. layanan yang bermutu melalul pengenalan pasar Sebagai bangsa yang sedang berkembang dengan penduduk yang berlatar belakang pendidikan dan budaya beraneka ragam, menghendaki layanan
71
--
OPINI "_T"~
vang leblh spesifik sebagai pengembangan lavanan. Perpustakaan harus mengambil salah satu pendekatan baru pengenalan pasar untuk menarlk masvarakat bukan pemakal dan/atau pemakai mendorong menjadl pemakai Vang lebih aktlf. Pustakawan harus menJadl inovati' dan proaktif dalam mengadakan produk dan lavanan baru untuk mencapai Ini. Mereka harus memfokuskan pada mutu lavanan dan memuaskan kebutuhan pemakal perpustakaan vang berubah secara cepat. Hubungan simbiotik dengan bisnls dan masvarakat Perpustakan dapat memenuhl dalam mempengaruhi dan memperkuat bisnis, industri dan masyarakat
menc~pal
pemakai vang potens!a!. Kaum
bisnis dan tokoh·tokoh masyarakat dapat dtunjuk untuk memperbaiki hubungan antara perpu stakaan dan masvarakat vang peduli. Juga, untuk pencapaian vang lebih luas, selaln pada bangunan yang disediakan khusus untuk tujuan perpustakaan, perpustakaan dapat ditempatkan seca ra bersama-sama, dan menjadi bagian dari pendidikan, kebudavaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kompleks komerslal/ perdagangan dan lainlain. Dengan latar belakang berbagal budava, suku, agama, geografik bahkan pendidikan, sebagai kota·kota besar khususnva tbukota Kabupaten/Kota sudah merupakan titik sentral dan penvangga Ibukota Negara RI Jakana. Perpustakaan harusnva diletakkan untuk mendorong kemaJuan dalam pembangunan guna proses perantaraan ilmu pengetahuan global. Perpustakaan dapat melakukan inl dengan pengumpulan dan pembuatan informasi yang memadal dalam sejarah, kebudavaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta praktek blsnis daerah sekltarnva itu. Sebagai contoh bahwa sua tu pangka!an data wiraswastawasn dapat diselenggarakan dan dladakan pada jaringan Ini. Ada kebutuhan baru dari keahlian para pustakawan dalam tekncilogi Intormasl yang benindak sebagai mediator an tara pemakai dan teknologi dalam proses temua kembaH informasi. Program· program latihan terus
72
ditempatkan untuk meninskatkan kehalian dan keterampilan staf dan atau pustakawan. 8ila dipandans perlu jusa merevisl pola layanan untuk menarik para peserta baru terhadap profesi pustakawan menciptakan jalur karier tersedia untuk stat protesional dan administrasi. Sayans sekali pada umumnya sekarang ini kualitas sumber daya perpustakaan. p~nfJunjunfJ
wodo
syukur. tidok oda p~nfJunJung ngonggur". Maka, pu stakawan
haruslah membenahi
dirlnya
sendir.
baru
bisa
melayani
densan
masyarakat yang profesional. Kiranya hal itu yang ditunggu-tunggu, sampal saat ini. WARTAVol X No.2 Tahun 2005
73
PUSTAKAWAN PROFESIONAl: TANTANGAN DAN HARAPAN Oleh : Alyumard i Azra
Berbin.cang tentang pustakawan dan dunianya. Dunla pustaka, bagi saya merupakan hal yang silngat menarik. Hal inl bukan karena mernang silva pecinti! buku, yang terus mengoleksi buku sehlnggil membentuk perpustakililn pribadi dengan koleksi sekitilr 12.000-010 judul, tetapi jUla karena silya waktu kuliah S2 dan 53 dulu di Columbia University, New York, pernah bekerja silmbilan dalam wakh. cukup lama di perpustakaan universitas, meneliti di berbagai perpustakaan didalam dan diluar negeri, dan pernah juga bekerja di perpustakaan memberikan insights, pengayililn intelektual dan rchani tertentu kepada Silva, yang pada gilirannYiI turut mempengaruhi intelekualisme silya.
Pembicaraan
lebih
lanjut
tentang
pustakawan,
pertama-tama
mengharuskan adanya pembiearaan tentang perpustakaan. Hemat saya, karena itu peningkatan citra pustakawan harus bermura dari peningkatan dan pemberdayaan perpustakaan baik dalam dunia pendidikan dan persekolahan maupun dalam masyarakat luas pada umumnya. Tanpa peningkatan dan pemberdayaan perpustakaan, maka agak sulit berbicara tentang peningkatan citra pustakawan . Pembiearaan, pada umumnya kelihatannya masih menduduki posisi marjinal dalam masyarakat Indonesia. Memang ada
peningkatan
kesadaran di kalangan masyarakat tentang pentingnya perpustakaan sebagai tempat penyimpanan pengetahuan dalam berbagai bentuk media baik yang konvensional maupun mutakhir. Tetapi harus diakui, belum banyak
usaha
pendanaan,
betul-betul
fas ilita s,
serius
dana
misalnya
SDM
dalam
dilakukan
pengembangan lembaga lembaga
pemerintahan, dunia pendidikan untuk menjadikan perpustakaan sebagai
74
sebuah lembaga itmu pengetahuan yang betul-betut penting bagi kemajuan bangsa. Data m rangka pemberdayaan dan peningkatan citra perpu5takaan, maka perpustakaan perlu mengembangkan citra bahwa perpustakaan lebih daripada sekedar penyimpanan naskah, buku atau arsip, yang senyap, dimana hanya para pembaca dan peneliti yang serius saja bisa memanfaatkan khalayak umum yang awam ; hendaknya merasa bahwa mereka juga memerlukan perpustakaan untuk kepentingan-kepentingan praktis. Perpustakaan seyogyanya mencitrakan dir' sebagai pusat ilmu pengetahuan yang dina mis, yang berperan penting dan aktif untuk memajukan bangsa. Karena itu, perpustakaan misalnya dapat menjadi pusat diskusi, pusat pembahasan buku balk yang lama maupun yang baru, dan
juga
menjadi
pusat
pembelajaran
bagi
masyarakat
yang
membutuhkan. Dalam konleks pemberdayaan dan peningkatan citra perpustakaan ilu, maka petlu konsolidasi dan revitalsasi perpustakaan pada berbagai levelnya. Mulai dari Perpustakaan Nasional, perpustakaan daerah, perpustakaan sekotah/ unNersitas, perpustakaan masyarakat (community library). Revitalisasi ini pasti memerlukan waktu yang panjang. tetapi
bagaimanapun
harus
dimulai
secara
bertahap,
sehingga
dapat
mewujudkan perpustakaan yang lebih berdaya. Untuk revitalisasi perpustakaan dan sekaligus pemberdayaan dan peningkatan
citra
perpustakaan
tersebut,
maka
pemberdayaan
pustakawan menjadi keniscayaan yang tak bisa dielakkan. Pemberdayaan dan peningkatan citra perpuslakaan dapat dilakukan melalui berbagai langkah, mulai dati peningkatan pengetahuan dan kemampuan teknis profesi sampai kepada perbaikan posisi viv-o-vis profesi tainnya, peningkatan kesejahtetaan dan sebagainya.
75
Untuk konteks Indonesia, terutama untuk kebutuhan perpustakaan yang tidak terlalu besar, pustakawan Indonesia, hemat saya mesti memiliki pengetahuan generalis tentang berbagai bidang ilmu. Pengetahuan generalis tersebut sangat membantu dia dalam melakukan klasifikasi dan katalogisasi buku. Sebab, untuk perpustakaan-perpustakaan di Indonesia umumnya, masih sangat sulit untuk membentuk tim ahli di luar pustakawan yang membantu pengklasifikasian buku. Pada tingkat universitas saja, tim ahli diluar pustakawan yang membantu pengaklasifikasian buku. Pada tingkat universitas saja, tim ahli yang terdiri dari dosen-dosen dalam berbagai bidang ilmu, sering tidak berfungsi dengan baik. Kenyataan ini mendorong pustakawan untuk melakukan klasifikasi sendiri. Dalam pengamatan saya, pustakawan sering membuat kesalahan dalam membuat klasifikasi, karena tidak jarang mereka hanya membaca judul atau mengambil alih begitu saja klasifikasl subjek atau katalog dalam terbitan (KDT) yang kadang-kadang ada pada halaman dalam buku, yang bukan tak jarang pula keliru atau tak jelas. Pemberdayaan dan penlngkatan citra pustakawan juga harus dimulai dengan pemupukan ·sel/-respect' lerhadap profesi pustakawan itu sendiri. Saya memiliki kesan dan pengalaman, bahwa terdapat kalangan pustakawan yang tidal: pede atau kurang nyaman dengan profesinya. Banyak mereka yang mereka bekerja di perpustakaan-termasuk kalangan pustakawan-mencerminkan, bahwa profesi ini bukanlah sebenarnya yang mereka inginkan. Hanya karena kebutuhan atau 'kelerpaksaan' saja-misalnya, karena tidak ada formasi lain-maka, kemudian mereka berlabuh di perpustakaan. Karena itu, dari waklu ke waklu, saya selalu menemukan pustakawan-pustakawan yang ingin mulasl, beralih fungsi dari pustakawan menjadi dosen, misalnya. Karena, selain lunjangan yang lebih besar, jadi dosen mungkin mereka dipandang iebih 'bergengsi'. Jika self·respect terhadap profesi pustakawan tidak tumbuh, bagaimana citra yang lebih baik terhadap pustakawan dan perpustakaan bisa lebih baik. Wollohu 'olom bish-showob. WARTA Vol)( No.2 Tahun 200S 76
....aa •••
~
OPINI uI'un............
---_.
PROGRAM TERPADU PERPUSTAKAAN NASIONAl Oleh : Supriyanto
Ada ungtapan bijak ·Perubahan belum tentu membawa perbaikan. tetapi pe:rulNhan itu pettu'", Pitda jaman sentralisasi Perpustakililn NulONII RI memiliki PerpusUUan Hulonal Provinsi, seba,al satua" OI'Janlsasi di daerah (kantor witayah) di setiap provi"s] Indonesia. Denciln pertillailn lain sebagili kepanJangiin langan pelaksanililn lugas dan fu~i dl daerilh. Kim, jaman desentralisasi dimana setia p UNSit" ~k hnus diurus la"punc pemerlntah pusat, termil5uk fungsi perpustakaan menjadi kewenanga" urusan pemerintah daerah. Namun demikian mencermati apresiasi perpustakaan di Indonesia, diln
keadaan geografi yang terdirl dar! alas pulau-pulau yang terbagi dalam Jil/ara" pemerintah provlnsi, kabupalen/kota dan selerusnya, Perpustakaan Nasional berharap banVak fkl ngsi fungsl perpustakaan dapat di!aksanakan seeara bersama sama dimana perpustakaan masih -mau dan mampu· sebagai kepanjangan tangan Perpustakaan Provinsi, dan seterusn;a. Untuk itu!ah perlu program t erpadu antara Perpustakaan Nasiona!, Perpustakaan Provinsi, Perpustakaan Kab/Kota. Program terpadu adalah merupakan wujud keserasian, keselarasan dan konsis tensi antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009, Reneana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006, dan Reneana
Kerja Anggaran Kementerian/lembaga (RICAKL) yang
merupakan rinelan program dan kegiatan vang hendak dilaksanakan pada tahun berjalan. RKAKl adalah merupakan bagian dad Reneana Strategis (Renstra) lembaga.
77
5ebelum pelaksanaan program, ada baiknya mengetahui berbagai peluang dan tantangan yang ada. Bahwa perpusta kaa n bukan nama atau tempat yang populer, demikian juga pustakawan bukan merupakan jabatan prestlsius. Banyak orang/pejabat memandang perpustakaan itu penting, berperan akt if sebagai sarana untuk membant u kecerdasan kenidupan bangsa. Dengan kat a lain p erpusta/(aan merupa/(an salah saru sarona in!!entasl /(ema/(muron dan /(eseJahteraan masa depan, tetapi
ternvata baru sebatas wocana be/um sempat padG tataran kebija/(an. Untuk itu selayaknva perlu ditumbuh kembangkan melalul perel1(anaan terpadu dan kegiatan yang realistis, sehinBBa dapat mencapai sasaran yang dikehendakl. Peran dan Funlsl Perpusnas Perpustakaan Nasional pertama kali lanlr tanBBal 17 Mel 1980 dengan Kepulusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0164/0/1980 tentang Perpustakaan Nasional yang mana merupakan penBBabungan beberapa perpustakaan di lingkungan Oepartemen Pendidikan dan Kebu dayaan, vaitu Perpustakaan Museum Nasional, Perpustakaan 5ejarah Politik dan 50sial. Perpustakaan wilayan OKI Jakarta, dan 8idang 8ibliografi dan Deposit Pusat Pemblnaan Perpustakaan. dengan tugas " me/a/(sonokon pengumpulan don p enyimpanon bohon pustaka tertu/is,
ten:etok don tere/(om
~Iengkapnyo
boi /( yang temit di Indon esia
moupun diluor negeri sebago; lel/osanah /(ebudG)'CJQn bongsa do/am arti ),ong
luas
serta
me/abano/(an
/ayanon
untuk
kepentingan
pembongunon naslonol don kemaJuon bongso.
Ada 2 esensl tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional yang penting. yait u :
1. Pelestarian (pengumpulan dan penvimpanan) banan pustaka, dan 2. layanan informasi 5ebagai catatan : fungsi pembinaan dan pengembangan dila.ksanakan oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
78
Nampaknya, perkembangan cukup menggembirakan peran dan tugas fungsi, saling dilengkapi dengan penggabungan Perpustakaan Nasional dangan Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebu dayaan menjadi Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga Pemerintah Non Departemen (LPNO) dengan Keputusan Presiden No.ll Tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional. Adapun t ugas Perpustakaan Nasional sebagai LPNO adalah Nmembantu p~Jiden dolam menyelenggorakon penflembanflon don p embinoon perpuJtokrmn dolom rangko peles torion bahon p ustoko sebagoi hosil budaya don pe/oyonon ;nformos; jlmu penfletahuon. tekno/ogi don kebudoyoon", Semakin jelas bahwa esensi dari fungsi fungsi Perpustakaan Nasional tidak lagi dua, letapi bertambah satu esensi, sehingga ada 3 hal mendasar. yailu : 1. Pembinaan dan pengembangan perpuslakaan 2. Peleslarian ba han puslaka sebagai hasil karya budaya 3. Pelayanan informasi ilmu pengetahuan, teknologl dan kebudayaan. l ebih mendasar pemahaman tentang perpustakaan bukan lagi sekedar kumpulan buku, tetapi " odoloh merupokon salah $Otu sorano peles tori bahon pustoko sebogol Iwsil budoyo don mempunyo; fungsl sebago; sumber informasj jlmu pengetohuon. tekno/ogl don kebudoyoon d% m rangko IftfltCerdaskon kehidupon bangso don menunjong pe/o/c$Qnoo pembongunon nosoino''', Peran, tugas dan fungsi Perpust akaan Nasional sebagai salah satu lPND semakin disempurnakan dengan Keputusan Presiden No.103, Tahun 201 tentang kedudukan, t ugas, fungs ! kewenangan, susunan organisasi dan tata ke rja LPNO, dimana Perpustakaan Nasional mempunyai tugas "~labonokon tugos pemer/ntoh dibldong Perpu$tokoon sesuo; dengon ketentuon peroturon pervndong-undongon yanfl berloku",
79
~OPINI
U~U5 T"~
lebih
lanjut
dalam
Keputusan
Presiden t erse but,
bah wa dalam
melaksanakan tugasnya setiap lPND dikoordinasikan oleh M enteri va ng berkaitan, dalam hat ini Perpustakaan Nasion al dikoord inasikan o leh Menteri Pendidika n Nasional. Nampaknva tugas-tugas t erse but t idaklah ringan mengingat jangkauan wilayah goegrafi ribuan pulau, terdiri atas 33 proYinsi, 440 kabupate n/kota. Untuk itulah keberadaan Perpustakaan Kab./Kota dapat berfungsi sebagai "/ceponjangon tOJtgan - Perpustakaan Nasional RI. Landasan Program Terpadu Beberapa dasar atau landasan peraturan perundang-undangan yang dapat
dijadikan
sebagai
bahan
aeuan
kebijakan
atau
pavung
pengembangan perpustakaan, vang dapat dituangkan dal<m renea na dan program, antara lain sebagai berikut :
1. Undang-undang (UU) No.4, t ahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, berikut t indak lanjut PP NO.70 Tahun 1991 dan No.23 Tahun 1999 merupakan wajib penerbit dan/atau pengusaha rekaman untuk menyerahkan hasil terbitan dan/atau rekaman kepada Perpustakaan Nasional maupun Perpustakaan Daerah. (ma/cna dari
UU ini adaloh jangan sompai ten tong, dori untu/c Indonesia tidak dijumpoi otou ditemu /cembali di Indonesia, tetapi j ustri di/cetemu/can di perpusta/coan luar negeri/negoro lain). 2. UU No.20 Tahun 2003 temtang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), dalam penjelasan Pasal 3S ayat (1) dikatakan bahwa Hstandar sarana dan
prasarana
pendidikan
meneakup
ruang
betajar,
t empat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium t empat berkreasi dan berekreasi dan sumber belajar lain yang dipertukan untuk
menunjang
proses
pembelajaran,
termasuk
teknologi informasi dan komunikasi (Iihat juga No. Urut 4).
80
penggunaan
3. Peraturan Pemerintah (PP) No.S4, Tahun 2000 yang direvisi dengan PP No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, bahwa tugas tertentu lembaga Teknis Daerah (LTD) meliputi bidang: penelitian dan pengembangan, perencanaan, pengawasan, pendidikan dan
pelatihan,
perpustakaan,
kependudukan, dan pelavanan
kearsipan
ke~hatan.
dan
dokumentasi
Perpustakaan merupakan
salah satu LTD densan berbagai pertimbangan strategis, di provinsi ada 8adan Perpustakaan,
dan Kab./Kota ada kantor perpustakaan
umum. Dalam praktek lapangan dari 33 provinsi sudah berdiri 27 8adan/Kantor/UPTD
Perpustakaan
leks
Perpustakaan
Nasional
Provinsi) dan provinsl baru, balk berdi,; sendir; maupun bergabung dengan unit kerja lain. Demlklan juga dari 440 Kab./Kota kurang lebih baru SO% berdiri Badan/Kantor/UPTD perpustakaan baik sendiri dmaupun unit kerja lain. (PermoSQlohan muncul Mrgabungnya
dengan unit keria lain M/um tentu slnergi, don lungsi-fungsi perpustakoon tidok Mrjo/an semestinyaJ. Lihat juga NB dibawah. 4. PP No.19, Tahun 2005 t entang Standard Nasional Pendidikan, merupakan tindak lanjut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Perpustakaan dan tenaga perpustakaan sudah dlkedepankan, dengan kata lain keberadaannva harus dalam setiap unit sekolah, sehingga
bohwa unit sekolah yang tldo/( memllikl perpustakaan dan tenaga perpustakaan od%h tidok memenuhi standorJ. boleh
dikatakan
5. Peraturan Prsiden (Perpres) NO.20 Tahun
1961 tentang Tugas
Kewajiban lapangan Pekerjaan Dokumentasi dan Perpustakaan Dalam tingkungan
Pemerintahan.
(Semestinva
peraturan
perundang-
undangan ini dapat dijadikan acuan vang baik bagi tumbuh dan berkembangnva Perpustakaan Khu5US di setiap lembaga Departemen / Non Oepartemen / Dinas /Badan / Kantor /Instansi pemerintah).
81
6. Perpres No.7 Tahun 2005 tentang Reneana Permbangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009, dimana secara eksplisit telah mencantumkan dalam Bab 27, ~Peni ngkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas" dan salah satu program pembangunan adalah Program Pengembangan Minat Baca dan Pembinaan Perpustakaan" , dan bahkan sudah ditindaklanjuti dengan Perpres NO.39 tahun 2005 tentang Reneana Kerja Pemerintah Tahun 2006. 7. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudavaan No. 0103/0/1981 tanggal 4 Maret 1981, tentang pokok-pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di Indonesia. 8. Keputusan
Menteri
Pendavagunaan
Aparatur
Negara
No.132/KEP/M.PAN/I2/2oo2 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya. 9. Instruksi
Menteri
pelaksanaan
Dalam
Negeri
penvelenggaraan
No.28
Tahun
perpustakaan
1984
tentang
desa/kelurahan dan
merupakan instruksi kepada Gubernur dan Bupati/Walikotamadya seluruh Indonesia. Bahkan dilengkapi dengan lampiran Pedoman Penvelenggaraan Perpustakaan Desa / Kelurahan. 10.lnstruksi Menteri PTIP NO.9 Tahun 1962 tentang perpustakaan pada pu sat Universitas /
Institut Negeri. sekalipun setidaknya dapat
dijadikan aeuan bagi perguruan tinggi swasta. 1l.Keputusan bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.23 Tahun 2003, No.21 Tahun 2003 tentang petunjuk jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya. Masih banyak peraturan perundang- undangan lain tentang perpustakaan di Indonesia yang semestinya dapat dijadikan aeuan dan harapan bagi
82
tumbuh dan berkembangnya perpustakaan walaupun undang undang khusus tersendiri tentang perpustakaan belum ada, hasilnVa memang belum menggembirakan dengan perpustakaan masih rela!if keei!.
perkataan
lain apresiasi tentang
NB No.3; Oi negara maju telah mulai dipikirkan merger/penggabungan antara perpustakaan, arsip dan museum dengan pemikiran untuk menyatukan National Heritage (warisan budaya Nasional), disisi lain dapat memperll:ecil
pengeluaran
keuangan
negara
yang
diarahkan
dan
dimanfaatkan bagi kepent ingan keb ijakan manajemen maupun finansial. Permasalahan di Indonesia dlmana kelembagaan berani eselon, sumber daya personil maupun matedil, dan prestisius lainnya. Mungkinkah efisiensi terwujud dengan pola penggabungan yang ada, dan yang lebih penting lagi apakah fungs! fungsi unit kerja yang bergabung masing masing dapat berperan secara optimal? Proeram dan Kegiatan Terpadu Mengacu pada program dan kegiatan pokok yang telah dirumuskan pada Perpres No.7 Tahun 2005 tentang RPJMN Tahun 2004-2009, dan sesuai dengan substansi pembangunan di bidang Perpustakaan pada Bidanll Peningkatan
Akses
Masyarakat
Terhadap
Pendidikan
Yang
lebih
Berkualitas, nampak dalam "Pf'OfJrom Pengembongan Budaya Boca dan Pemblnoon Perpustakaon"', Program ini bertujuan untuk mengembangkan budaya baea, bahasa. saslra Indonesia dan daerah dalam masyarakat termasuk pesena didik dan masvarakat umum guna membangun masyarakat berpengetahuan, berbudaya, maju dan mandiri. Kegiatan pokok yang dilaksanakan, antara lain meliputi :
1. Perluasan dan peningkatan kualitas lavanan perpustakaan melalui : a. penambahan dan pemeliharaan koleksi perpuslakaan dan taman bacaan masyarakat ; b. pengadaan sarana dan revitalisasi perpustakaan keliling dan perpustakaan masyarakat;
83
t. mendorong
tumbuhnva
perpustakaan
masvarakat
dengan
memanfaatkan fasilitas·fasilitas yang ada di masvarakat ; d. peningkatan per.an serta masyarakat termasuk lembaga swadava masvarakat dan dunia usaha dalam menvediakan fasititas membata termasuk buku·buku bac:aan sebaga; sarana belaJar sepanjang havat ; e. peningkatan
kemampuan
pengelola
perpustakaan
termasuk
perpustakaan yang berada di satuan pendidikan melalui pendidikan dan latihan;
f . peningkatan diverifikasi fungsi perpustakaan untuk mewujudkan perpusta kaan sebagai tempat yang menarik, terutama bagi anak dan remaja untuk belajar dan mengembangkan kreativitas; g. pemberdavaan
tenaga
pelaVanan
perpustakaan
dengan
mengembangkan jabatan fungsional pustakawan ; 2. Pemantapan per.aturan perundang- undangan tentang Sistem Nasional Perpustakaan ; 3. Pemantapan sinerg; antara Perpustakaan Nasional, Kabupaten
I
Kota
dan jenis perpustakaan ]ainnva dengan perpustakaan di satuan pendidikan dan taman bataan masyarakat melalui : a. pengembangan Perpustakaan Nasional dan Daer.ah sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kepustakaan b. peningkatan jaringan perpustakaan dari tingkat pu sat sampai daerah, satuan pendidikan dan perpustakaan masvarakat ; dan c. peningkatan kemampuan Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah
dalam
memberikan
pelavanan
pada
masvar.akat
untuk
mendukung
berdasarkan standar kelavakan ; 4. Pembinaan
dan
pengembangan
bahasa
berkembangnva budava ilmiah, kreasi 5astra dan seni ; S. Peningkatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mempertuas akses masvarakat terhadap bahan ba taan yang bermutu secara tepat waktu ; 6. Peningkatan fasilitas penulisan. penerbitan dan penyebarluasan buku bataan ; dan
84
--
OPINI !!!"J:!!!!"~
7. Peningkatan intensitas pelaksanaan kampanye dan promosi budaya baea melalui media massa dan carol lainnya. Konsistensi antara RPJMN 2004-2009 tersebut nomor urut 1 sampai 7 nampak jelas tertuang dalam RKP Tahun 2006, dan seeara rinei program kr 2003 perihal Rekomendasi Usul Prakarsa Penyusunan RUU tentang SNP. Sudah diteruskan ke Sekretrariat Negara untuk memperoleh ijin prin sip dari Presiden, untuk selanjutnva diteruskan ke DPR RI. Sayangnva walau sudah 2 tahun berjalan, belum ada tanda ijin terbit sehinua diperlukan upaya dan dukungan serlus untuk itu. Semoga ditahun 2006 atau mungkin sebelumnVa telah lahir UUSNP yang kita upaVakan.
as
--
OPINI !!!.~~
Arah Kebljakan Penlembangan Perpustakaan
Seeara konseptual kebijokan pengm.banrlO" perpustalroon bertu}UGn memberikon arah don ~omon bog/ terwujudn'lfl $isrrtm nosionol perpu5takoQn d%m rongka penyelert9{1orrJQn, ~n(JUflo" dan prmberdayaon perpustokoQn di Indonesia. Pengaturan dan ta ta laksana
dan penyelenggaraan semua jenis perpustakaan agar dapat dikelola
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam meningkatkan keselarasan, keserilslan, keselmbangan dan keberlanjulan dalam pengembangan seluruh potensi 5umber daya pe rpu slakaan. Mengupayakan percepatan dan Intensit3s pembentukan dan penataan
kelembagaaan perpustakaan dan menciptakan layanan secara terpadu, menyeluruh, efektif dan efis!en menjangkau seluruh lapisan masyarakat bangsa Indonesia. Sesuai dengan tuJuan dan fungsi yang akan dicapai, maka arah pelaksanaan kebijakan meliputi: Pengembangan Semua Jenis Perpustakaan Perpu stakilan Sekolah 1. Diselenggarakan disetiap jenis dan jenjang sekalah 2. Berfungsi sebagai pu sat keglatan belajar mengajar, pusat peneliUan sederhana dan
pusat pembinaan minat dan kebiasaan membaca di
sekalah 3. Tanggung jawab penyelenggaraan adalah Pemerintah Kabupaten/Kata dan Departemen Agama untuk Perpustakaan Sekorah Negeri dan Pengurus Yayasan/Lembaga untuk Perpustakaan Sekalah swasta. Perpustakaan Perguruan nn"i 1. Diselenggarakan di seliap perguruan linggi negeri/swasta 2. Berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, penelltian dan pengabdian kepada masyarakat 3. Penanggung jawab penyelenggaraan adalah pimpinan Perguruan nnggl Perpustakaan Khusus 1. Diselenggarakan di setiap Instansi pemerintah/swasta
86
--
UPINI ~_TA~,!
2. Berfungsi sebagai pusat informasi, referensi , pendidikan, penelilian termasuk sarana tempat mengisi waktu luang bagi staf dan karyawan untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan 3. Penanggung jawab penvelenggaraana adalah pimpinan instansi. Perpustakaan Umum 1. Oiselenggarakan
di
setiap
Kabupaten/Kota,
Kecamatan
dan
Oesa/kelurahan. 2. Berfungsi memberikan lavanan bahan pustaka dan informasi, bahan baeaan, dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sumber belajar dan sarana rekreasi intelektual/sehat 3. Penanggung jawab penyelenggaraan adalah Bupati/Walikota, Kepala Kecamatan, dan Kepala Oesa/ Kelurahan. Perpustakun Doterah Provlnsl 1. Diselenggarakan di Ibukota Negara RI 2. Berfungsi sebagai a. Melakukan pemblnaan, pengembangan dan pemberdayaan semu a Jenls perpustakaan di daerahnya b. Pusat informasi, (eferensi, pendidikan dan penelitian daerah c. Perpustakaan umum bagi masyarakat di sekelilingnva d. Pelaksana UU No.4 Tahun 1990 tenta ng Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya
Rekam
serta
menyusun,
menerbitkan,
dan
menyebarluaskan blbliografi daerah e. Penyusun, penerbitan, dam penyebarluasan berbagai literatu r sekunder. 3. 8ertanggung jawab langsung kepada Gubernur Perpustakaan Nasional RI a. Diselenggarakan di Ibukotil Negara RI b. Berfungsi melaksanakan luga pemerintahan di bidan g perpustakaan sesuai peraturan perundangan yang berfaku.
87
Pelestarian Hasil Karya Budaya hncSCI Lebih lanjut merupakan realisasl dan implementasi adanya UU No.4 Tahun 1990 tentang serah Simpan Karta Cetak dan Karya Rekam, bahkan sudah ditindaklan/uti dengan PP No.70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan UU NO.4 Tahun 1990 tentang Serah 5impan Karya Cetak dan Karya Rekam, dan PP No.23 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Serah Simpan dan Pengelolaan Karya Rekam Film Cerita dan Film Dakumenter. Ironis sekali kalau saja sejarah berulang pada satu saat nanti, informasi tentang. dan, untuk Malang, Jawa TImur misalnya tidak dapat dijumpai atau ditemu kembali di Perpustakaan Umum Kota Malang. atau di Badan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur, atau bahkan di Perpustakaan Nasional RI dan
I atau Perpustakaan lain di Indonesia, tetapi justru diketemukan di
Perpustakaan luar negeri/negara lain, seperti Amerika, Belanda, Inuris dan lain sebagainya. 5eperti dewasa ini banyak orang cerdik pandai khususnya mengatakan informasi tentang Indonesia justru terasa mudah dan nikmat ditemukan di negara·negara terse but, padahal /elas sudah ada UU
yang
menganutnya,
satu
kondisi
dan
keadaan
yang cukup
HMEMPRIHATINKAN" . Layanan Informasi IPTEKBUD Misi
ulama
perpustakaan
adalah
menyediakan
layanan
dan
pemberdayaan koleksi bahan pustaka. Terlaksananva misi tersebut amat bergantung pada kondisi berkembangnva minat baca dan kebiasaan membaca juga hanva dapat berkembang manakalanya tersedianva fasilitas bahan bacaan yang memadai, sesuai, cukup, menilrik untuk dibilca dan mudah diperoleh ca lon pembilcanVii. "Ada buku cari pembaaJ. ado p~mbaca cari buku". P~mbinailn
minat dan kebiasilan membaca diarahkan kepilda seluruh
Iilpisan masVilrilkiit terutamil anilk dan remii/il. Anilk diln remaja adalah menjildi tanggung jawab sekolilh utamiinVii disamping milsyarakilt, keluilrgil, diln pemerintah. Hill ini tentu saja tidak terlepas dari peran
88
--
OPINI !!MT~
perpustakaan umum pada umumnya. Bahkan, Presiden Soeharto waktu itu 14 September 1996 telah mencanangkan Hori Kunjung Perpustakaan dan Presiden Megawati Soekarnoputr i, 12 Nopember 2003 sebagai Gerokon Nosianol M embaco dan hasilnya masih sama-sama kita rasakan. tebih menakjubkan lagi ada ungkapan atau pameo yang kurang baik yang menyatakan "'ndanesian people do nat read, bukan Indonesian people can do read". Dewasa ini perpustakaan di Indonesia masih banyak bergulat pada menggalakkan minat baea masyarakat, sesungguhnva yang diharilpkiln dengan lavanan iptekbud seperti halnya di negara negara maju telah menerapkan information literacy, yaitu pembinaan terhadap generasi muda mengenai informasi bagaimana eara menearinya, eara melokasilisasinya,
mengorganisasikannya
dan
mengaplikasikannya
sehingga merupakan product outcome yang sangat berguna bagi mereka. Program terpadu ditujukan agar perpustakaan dengan pengelolanya atau pustakawan
mampu
berperan
melakukan
program
pembangunan,
melalui dukungan posilif terhadap tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Perpustakaan sebagai unsur layanan publik melalui jasa bahan pustaka dan informasi memiliki peranan penting dalam ikut serta membantu meneerdaskan kehidupan bangsa, untuk itu perlu mendapat dukungan semua pihak agar tetap berperan dan berlungsl se<ara optimal. Merealisasikan Hsistem nasional serta
pendayagunaan
semua
perpu stak aan~
sebagai wadah dan sarana
potensi jenis perpustakaan,
dengan .
menciptakan lavanan dan program seeara terpadu, menyeluruh, efektif dan
efisien.
Bahwa
pembangunan
perpustakaan
diakui
belum
memperoleh prioritas dan perha tian semestinya dengon pemantopan progrom terpadu yang dinergi, don dukungon sarona dan prosafona lainnyo kifanya dapat menghasilkan kinerja perpustokoon yang balk bukan mustahil pengembangan p erpustakoon sebagoi bogion inl/estosi kecefdamn dan investasl kemakmuran dan kesejohteroan rolcyat dopat terwujud. WARlA Vol. XI No.1, lahun 2006
89
MANUSCRIPT OlliHAT OARI SUOUT PANOANG KONSERVATOR Oleh : lsamu Sakamoto
Saya belajar dan mendalami konsernsi di Schoof of Conservation De nmark. Kemudian pada ta hun 1998 mendirlkan !»usat Konsel"lasi & Restora si Tokyo (Tokyo Restoration & Conservation Center) di Tokyo.
Pada sailt pertama didirikan belum banyak peke rjaan konservu i da~t dilakQ nakan. AdakalanViI dalam 1 tahun hanya me nlerjakan 100 dokume n saja. Sementara dUaln pihak, akibat bencana dan peperangan dalilm wa ktu si nlkat da pat men, ha bcurtan ratusan bahkan ribuan dokurnen. Ketika
melakukan
pekerjililn
konservilsi
sehari-I'Iari
lalu
membandingkal"lnya den!an jumlah dokumen yang rusak atau hilang
akibat bencana, maka usaha pelestarian dokume n akan terasil sia sia, karena nilskah yang hlliHlQ jumlahnyil jauh lebnih banyak dibandingkan
dengan naskah yang dikonservasi. Hal ini dapat dirasakan keUka berusaha mengamankan dan menyelamathn naskah yang rusak akibat gempa bumi hebat yang mengguncang Kobe tahun 1995, kegiatan ini dilakukan selama 1 tahun. Kegiatan penyelamatan l\askah di Kobe ini member. pengaruh dan berdampak besar bagi perkembangan kemajuan Perpustakaan da n kearsipan Jepang. dalam menilai dan menghargai benda sebagai dokumen. Sebelumnya banyak IX!neliti hanya berkonsentrasi menyelamatkan naskah-naskah yang merupaka n naskah sma terpiece saja, tetapi dengan terlibatnya orang umum yang peduli dan turu t membantu penyelamatan dilapangan, maka tidak hanya dokumen atau naskah tertentu saja melainkan penyelamatan semua dokume n ter.masuk foto-foto album kenangan keluarga pun menjadi bagian dari IX!nyelamalan.
,.
Nanaore Aceh Daru5wlam, 26 Desember 2004 Pertama kal! memasuki Banda Aceh bulan Juli 1998 selama 3 hari, didanai oleh dana bantuan kerjasama internasional.
Penanggulangan dan
bantuan tsunami telah dipublikasikan oleh komite yang terdlri darl 5 orang. tel ah diben tuk pada 17 Januari lalu. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kegiatan yang dllakukan 5 komite Ini dapat dilihat pada International
Preservation
pertc:umpulan dan institusl
News
yang
diterbitkan
oleh
Federasi
perpustakaan, alrtivitas konservasi dan
preservOJsi astau IFLA I PAC No.36, Sepetember 2005. Pada 23 September 2005, sebanyak 140 kg peralatan dan bahan untuk penyelamatan nllska h telah dibawa dari Jepang ke Jakarta. Kegiatan inl dilakukan atas kerjasama antara pihak Perpustakaan Nasionallndonesia, Arisp Nasional Indonesia, Kedutaan Jepang di Jakarta dan lainnya. Sampai saat ini, kegiatan berlanjut pada usaha pengeringan dan perbaikan Dokume" Pertanahan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) wilayah Aceh sebanyak 13 ton yang telah hanyut dibawa arus tsunami.
, Pen&erln&an Beku dan Hasilnya 18 Nopember lalu dokumen yang rusak, berbau, dan lembar demi lembar menempel karena ba sah, telah dikeringkan dengan carOl pengeringan beku dan setelah 4 hari berhasil dikeluarkan dari Chamber mesin pengering. Kondisi kertas pada dokumen ketika dievakuasi di Aceh tldak dapat dibuka halaman demi halamannya. Dengan proses pengeringan beku semua halaman dapat kering dengan sempurna dan lembar deml lembar halamannya dapat dibuka kembali. Kondisi sebelum dan sesudah proses pengeringan beku dapat ditanyakan pada saudara Yoyok dan Mulia.
Mereka
yang
mengetahui
kondisi
sebelum
dan
sesudah
pengeringan mungkin terlinta s bahwa hal ini adalah seperti magic. Pengetahuan Da sar Tentang Pengerlngan Beku . 5etelah Ookumen Pertanahan Provinsi NAD sebanyak 13 ton berhasil di evakuasi dan diamankan, diangkut ke Jakarta disimpan dan dibekukan
91
--
OPINI !!!"UlJTto~
sampai .40. di Muara 8aru. Hal ini dilakukan untuk mencegah perkembangbiakkan jamur dan bakteri yang akan mengakibatkan dokumen membusuk dan lengket yang sulit untuk diperbaiki. lembar demi lembar akan saling melekat dan tidak dapat dipisahkan, terjadi perubahan bentuk dokumen, dan banyak lagi masalah lain yang akan timbul. Dengan cara pembekuan pembekuan ini maka masalah-masalah seperti diatas dapat dikendalikan. Dengan pembekuan, dokumen dapat disimpan sampai bertahun-tahun sambil menunggu penanganan berikutnya. Dengan cara int, dokumen pertanahan yang hanyut dan basah karena terbawa arus t sunami dibekukan dengan suhu sangat rendah, kemudian dengan tekanan udara didalam chamber kristal es yang menyelimutl dokumen akan berubah menjadi gas (proses sublimasi). Karena itu,dokumen yang basah dan lengket dapat dikeringkan seperti semula dan dapat dibuka lembar demi lembar dan tiap halamannya. Tid"k akan terjadi perubahan bentuk atau terjadi gelombang seperti halnya apabila dikeringkan secara alami. Hal ini merupakan suatu keaJaiban baru dalam proses pengeringan dokumen. Pelestanan Dokumen Asli (Original) Serain berajar dan menuntut ilmu konservasi di Denmark, saya juga mendapat pelajaran penting tentang sejarah dan teknik pembuatan kertas di berbagai negara di seluruh dunia, pesan dan jejak dari kearifan budaya tradisionar yang ditinggalklan nenek moyang pada masa lalu dapat dipelajari. Selain itu, dokumen atau naskah asli dapat digunakan sebagal bahan baku dalam (angka meneliti dan menganalisa keotentikan naskah, menentuk.an usia naskah dan lainnya. Ketika pertama kali mengunjungi Perpustakaan Nasionallndonesia tahun 1997, dan pertama kali juga melihat naskah tradisional Indonesia Daluang, seperti yang diterangkan untuk menguji apakah . naskah daluwang tersebu( dibuat dar. bahan singkong at au bukan. Maka, setelah kembali ke Jepang dilakukan pengujian serat menggunakan mikroskop
92
dan hasilnya menyim pulkan bahwa naskha berbahan dalulang ter buat dari serat kulit kayu pohon kajinoki (Broussonetia papyrifera vent.) Pelajaran Berharll Yanl Dapat Diambil Dari Hasrl Penelitian Di Vietnam Untuk memberi penllarahim dan bimbingan tentang ilmu konse:rvasi di Nasional Arsip Vitnam ta hun 1997 telah memasuki Hanoi. Sebagai bahan baku penunjang konservasi disana, selama ini mereka menggunakan bahan kertas tissue Jepang (washi). Untuk meneari kesamaan dengan dokumen asli maka kami berusaha meneari kertas tradisional dengan mengunjungi tem pat -tempCIt pembuatan kertas dan menear i data melalui referensi buku-buku. Pada waktu itu kami juga berkesempatan melihat naskah abad 17 yang sangat papuler disana. Dari penelitian yang dilakukan pada waktu itu dapat disimpulkan bahwa ketertarikan para peneliti dan pemerhati naskah untuk menggali kandungan isi naskah hanya terfokus pada isi atau gambar yang tertera pada naskah, belum ada pada perhat ian terhadap pada naskah. Seperti yang dijelaskan walaupun banyak para peneliti yang mengetahui arti penting dari bahan baku yang dapat digunakan sebagai aeuan untuk menear' jejak sejarah, proses pembu atan, bahan baku dan lainnya, tetapi kenyataannya peneliti bahan naskah ini masih langka. Pertemuan Densan Naskah Daluwang Seperti diterangkan diatas, pertama kali melihat naskah tradisional Indonesia adalah bulan Maret tahun 1997 bertempat di ruang penyimpanan koleksi naskah kuno Perpustakaan Nasional ini. Bahan baku naskah tradisional yang ketika itu dikatakan sebagai kertas singkong, sudah dapat dianalisa dan dipastikan bahawa kertas daluwang tersebut dari kulit kayu pohon kajinoki. Mulai saat itu sudah banyak orang yang mengetahui bahwa bahan baku pembuat naskah daluwang adalah serat kayu pohon kajinoki.
93
Naskah daluwang dapat ditemukan hampir diseluruh wilayah Indonesia, tetapi keterangan tentang sejarah atau daerah tempat produksi di masa lalu sampai saat ini masih belum dapat dilakukan penelitiian menyeluruh. Perlunya Pendldikan Konsernsi Yang dimaksud dengan konservator adalah bukan saja mereka yang bekerja sehari.harinya merawat atau memperbaiki naskah, tetapi lebih ditekankan pada seseorang yang telah dibekali pendidikan khusus mengenai konservasi dan menguasai teori dasar konservasi, juga berpengalaman dalam pralctek dilapangan. Masalah yang dihadapi konservator dalam rangka melestarikan naskah di Nusantara ini adalah Iklim tropis yang dapat mempercepat proses perusakan naskah dibandingkan dengan iklim di daerah lain. Tugas dari konservator adalah mulai dari merawat dan memperbaiki naskah rusak seperti halnya seorang dolctor merawat pasiennya. Konservator juga dapat bertindak sebagai peneliti untuk mencari bahan yang sejenis dalam rangka memperbaiki naskah. Informasi yang didapat dari hasil analisa juga digunakan lain sebagai alat pendukung untuk perkembangan IImu dan pengetahuan. Untuk itu, kehadiran konservator yang dapat menguasai teon dasar konservasi dan berpengalaman pralctek dilapangan sangat diperlukan di Indonesia. School of Conservation Denmark didirikan sebagai dampak dari terjadinya banjir besar yang melanda Vilenze, Italia. Oleh karena itu, dampak positi' dari bencana alam tsunami yang melanda Sumatera diharapkan Juga berdampak positi' dengan membuka pendidikan tentang konservator. Akhir kata, supaya tercipta kesinambungan naskah di seluruh wilayah Indonesia, termasuk cara perawatan dan penyelamatan naskah yang sangat banyak jumlahnya, perlu diadakan. WARTA Vol. XI No.1, Tahun 2006
94
PERPUSTAKAAN DAN SETIING CERITA FIKSI Oleh : Laksmi Djokosujatno
Perpustakaan
cUkup
banyak
digunakan
sebagi
latar
belakang
penceritaan didalam cerita-cerita fikis, baik fiksi untuk dewasa maupun untuk anak-anak. Berdasarkan pengamatan dari t[ga karya fiksi, yaitu : The Nome 01 the Rose karya Umberto Eco, The Body in the Ubrary karya Agatha Christie, In Control, Ml Wil?, dan maJalah anak-anak Donald Be~lt.
Perpustakaan dimata penulis merupakan sumber inspirasi,
terutama untuk genre detektif. Karakteristik bentuk dan tata ruang perpustakaan yang dipenuhl lorang, rak berisj jaJaran buku, sua sana lenlanl sebab
penggunanya
tidak
boleh
berblcara
keras·keras,
memberikan imeJ bahwa perpu stakaan adalah sebuah tempat yang sakral, serius dan dillputi misteri. Oi dalam fiksl dewasa, kemisteriusan itulah yang menegangkan. Sementara itu, di dalam fiksi untuk anak· anak, perpustakaan lebih digambarkan sebagai tempat berpetualang. baik petualanlan yang menyeramkan maupun petualangan yang lucu. Sumber Ketegangan Dalam Filtsi Dewasa Umumnya, ketegangan dalam fiksi biasanya terdapat dalam genre detektif, pembunuhan dan mayat banyak ditemukan di temapat·tempat seperti perpustakaan. Oalam novel The Name of the Rose (selanjutnya disingkat TNR), masalah kepustakawan digambarkan dengan sanga t ce rdas oleh Umberto Eco. Karya sastra tersebut menyajikan cerita detektif berlatar belakang agama dan palitik di abad pertengahan (sekitar abad ke·9 hingga 15). Cerita berawal pada tahun 1327. ketika Bruder William Baskerville, rahib dari Inggris dan Adso, seorang biarawan muda Fransiskan dari Jerman datang ke biara benekditan di kota Melk, di pegunungan Italia, untuk menyelidiki kematian Aldemo, rahib yang bertugas menggambari tepi buku, yang mati secara tidak wajar. Kematian terse but kemudian disusul oleh lima kematian rah ib lainnya. Penyelidikan mereka yang rumit dan berbelit-belit didalam gedung perpustakaan
95
membawa mereka kepada kesimpulan bahwa pelaku pembunuhan adalah Jorge, rahib tua di biara terse but. Pada saat William, Adso, dan Jorge terlibat datam perdebatan tentang bagaimana Jorge merencan~kan dan melakukan pembunuhan·pembunuhan tersebut, tanpa sengaja lampu yang dibawa Adso terlepas dan membakar buku dan rak yang ada di perpustakaan. Api dengan cepat menJalar dan membakar hampir seluruh biara. Peristiwa awal hingga akhir berlangsung dalam waktu tujuh hari. Ketegangan ceria muncul dihamplr seluruh halaman, teruatama pada saat menyelidiki ruangan perpustakaan dalam beberapa kali peristiwa. Penggambaran ketegangan dalam cerita tersebut bertumpu pada arsitelctur perpustakaan yang digambarkan dengan sangat rinci, membangun ime] misterius. Tempat penyimpanan koleksi yang berada di tantai 3, tantai paling atas, memiliki 56 ruangan yang dibentuk seperti labirin atau loberinthus. Ruangan-ruangan tertentu memllikl dua pintu ata u lebih atau hanya punya satu pintu yang menuju ke ruangan. Ventilasi ruangan yang diatur agar udara tidak terlalu lembab dan pengap di musim panas dan tidak terlalu kering di musim dingin, dimaksudkan untuk melindungi buku dari kerusakan. Plntu keluar masuk perpustakaan hanya ada dua, yaitu pintu yang dapat dimasuki melalui orasium, gang tempat penyimpanan tulang·tulang jasad rahib pustakawan, dan satu pintu rahasia yang hanya diketahui oleh kepala perpustakaan dan kepala biara. Tata ruang tersebut menjadi sumber utama ketegangan. Pada lantai 2, terdapat ruang skriptorlum, tempat para rahib membaca dan menyalin. Sementara itu, dalam novel The Body in the Ubrary (selanjutnya disingkat TBl) karya Agatha Christie, peran perpustakaan sebagai sumber ketegangan kurang terlihal. Novel ini merupakan terita seri tokoh Miss Marple, seorang wanita tua yang senang memecahkan misteri pembunuhan untuk membantu kepolisian. Peristiwa pembunu~an dua gadis yang direkonstruksi kembali oleh Miss Marple, menemukan bahawa mayat wanita muda bernama Ruby Keene, seorang penari profesional
96
dari Hotel Majestic yang ternyata dibunuh di tempat lain, kemudian digeletakkan didepan perapian di dalam perpustakaan Kolonel Bantry. Tujuannya adalah untuk menghilangkan jejak. Ruang perpustakaan tersebut terkesan sangat kuno dan konvensional, sebab dihiasi oleh perabotan tua, seperti kursi-kursi yang tempat duduknya sudah kendor, jambangan besar, atau perapian kuno. Secara keseluruhan, perpustakaan digambarkan ala kadarnya, hanYil sebagai tempat mayat tergeletak. Meskipun imej perpustakaan di dalam novel ini kurilng menggilmbilrkan ketegangan diln bukan merupakan unsur utamil dillilm pembentukiln plot cedta, termpilt tersebut tetilp dianggap sebagal tempat yang misterius, dimana segilla peristiwil dilpilt terjadi tilnpa diketahui orang lain, termasuk pembunuhan. Gedung perpustakaan di dalam fisik ilnilk-anak digilmbilrkan lebih bebas dan imajinatif. Oalam fiksi ilnak-anak, novelet anak dwi bilhilsa In Control. Ms Wiz?(seliinjutnYil di singkilt lew) Yilng diterjemahkiln sebilgili Sl!'mua Tl!'rkendoli Ms Wizl. Oalam serial Ms Wiz karva Terence Blacker,
mengisahkiln petualangiln Ms Wiz, seorilng penyihir Yilng membilntu anak-anak di sebuah daerah, menyelamatkan perpustakaan di j alan latimer yang akan dlgusur.lsi perpustakililn, seperti rak buku, meja, kursi, beserta pekerjanYil dipindilhkan ke perpustakaan di tempat lain. Sebagai gantinya tempat tersebut akan dibangun apartemen. Sekelompok anak pecinta perpustak.aan bersama Ms Wiz dengiln gigih mempertahankannya. Dengan imajinasi yang segar, Ms Wiz menyihir tokoh-tokoh yang ada di buku koleksi perpustakaan terse but muncul sepertl hantu untuk menakut-nakuti si pembeli gedung. Penampililn Peler Kelinci didalam Alice in the Wonderland, Frilnskenstein, zombi, manusia serigala, hinggil ke Pangeran Charles dan Puted Oiana, akhimya berhilsil membuat pembeli lari ketakutan. Oi dillam kisah ini, perpustakaan menjadi pusat cerila dan memiliki peran penting dalam membangun alur.
"
~OPINI
-
-
IIOUnAIUoAN
Unsur-unsur ketegangan karena menjadi tempat munculnva hantu-hantu dari buku cerita, juga terlihat dalam karya terse but . Imej perpustakaan didalam majalah anak-anak Donold Sebek (selanjutnya disingkat DB) lebih menonjolkan fungs; perpustakan sebagai tempat menimba ilmu dan mencari informasi. Beberapa
edisi mengisahkan
pencarian informasi mengenai harta karun, misalnva seperri pada kisah Sepotong Surga, edisi 1250 (tahun 200S). Tokoh 3 bersaudara, Kwik,
Kwek, dan Kwak pergi ke perpustakaan untuk mencari catatan pemitik rumah lama yang baru dibeli paman mereka. 5ejak mereka menempati rumah baru tersebut, beberapa orang asing berusaha mengusir mereka. Kegigihan mereka orang-orang tersebut mengusik dan membangkitkan kelngintahuan keluarga bebek tersebut sehingga mereka pergi ke perpustakaan mencari data data pemilik lama. Begitu pula dengan lmej perpustakaan yang terdapat di dalam edisi 1121 (tahun 2003). Cerito Geromobolon Si Serat
liS
Gudong Uong mengisahkan tentang 116-176,
nama salah satu anggotanva yang terjebak di antara lautan buku di perpustakaan Gober Bebek ketika sedang merampok gudang tersebut di tengah malam. Ketika sedang mencari jalan ke ruang penyimpanan uang, ia tergoda membaca buku taporan tentang gerombolannya. Buku tersebut ada di rak paling atas, Ketika ia berusaha meraihnya, ia malah terjatuh dan terjepit diantara rak dan buku, Hasilnva, pencarian informasi tentang dirinva dan juga aksi perampokan mereka, gagal. Penggambaran perpustakaan sebagal tempat orang membaca dalam hening juga lergambar jelas dalam fiksi anak-anak. Dalam ICW dan DB setiap kati gambar gedung perpustakaan muncul, selalu terdapat juga lulisan
~harop
pustakawan juga
tenang",
Setain
digambarkan
itu,
petugas
perpustakaan
sedang memperingatkan
atau
pengguna
perpustakaan agar menjaga ketenangan dengan melukiskan tangan tokah pustakawan yang diletakkan di depan bibir sambil berkata
"ssss~".
Salah
sa tu eerita dalam edisi 1196 (tahun 2004), mengisahkan tentang Gufi yang kakinva tertimpa buku tebat vang jatuh dari rak. Karena di
~~
98
OPINI n.usT............
-
--
perpustakaan tidak boleh ribut, dan ia melihat pustakawan yang l am pOlk marah dan kaget. Gufi berlalri keluar sambI! menahan 'jeritan' kesakitan. Setelah t iba di luar perpustakaan, ia mengeluarkan jeritan vang tadi dilahannya sekuat-kuatnya. NUal-Nilai Kepustakawanan Baik te rila fiksi dewasa maupun anak-anak, banyak vang menggambarkan nilai-nilai kepustakawanan yang positif. Yang paling sering muntuil adalah amanat bahwa keberdaan perpustakaan penting sebab dianggap sebagal sumber ilmu dan informa si lainnva. Oalam novel TNR, nilai terse but digambarkan melalui banvaknya rahib yang datang ke perpustakaan biara tersebut untuk berbagi pengetahuan, baik melalui diskusi anlar rahib, penvallnan buku, atau tukar menukar buku. Pentingnya informasi dalam buku digambarkan dalam kehati-hatian para rahib dalam memperlakukan buku, baik tara menvimpan, cara merawat, dan tara mempelajari isi buku dan tara mendiskusikan lsi buku_ ladi, ketika kita membaca buku tersebuI, selain memperoleh pengelahuan lentang kepustakawanan pada abad pertengahan, pembata juga memperoleh pengetahuan tentang agama, t enlang polilik kehidupan para rahib itu sendiri. Nilai pendidikan tertihat pada perilaku para rahib yang berdiskusl, bertukar pikiran maupun menyalin buku-buku untuk diperbanyak. Bahkan, mereka diijinkan untuk tidak mengikUli kegialan misa gereja pada siang hari untuk alasan pengembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, nilai-nil ai kebenaran juga dipegang leguh oleh para rahib. Nilai ini muntul dalam bentuk kelnginan yang membata dari para rahib vang rela mati untuk mencari kebenaran yang hanya bisa ditemukan dalam buku. Oalam tenta ini, buku-buku yang mengandung kebenaran yang membuat masyarakat menjadi pandai dan terolama buku yang membual mereka bisa tertawa dianggap menentang agama, disembunyikan. Pada saal gereja memiliki kekuatan oloriter dan kekavaan melimpah pada masa itu, gereja menginginkan masyarakat l etap bodoh dan hidup dalam
"
kemiskinan agar mereka tunduk pada gereja. Enam rahib yang mati dalam eerita ini yang mati diraeun karena telah menemukan buku-buku yang beris! kebenaran. Dalam TNR, masalah kebenaran merupakan sesuatu yang penting di dalam kepustakawanan. Seperti yang dikatakan di dalam novel ini secara terus
menerus
bahwa
perpustakaan
adalah
kesaksian
terhadap
kebenaran dan terhadap kekeliruan. Dikatakan bahwa kebenaran lebih efektif jika disampaikan dengan ungkapan yang jenaka dan dalam bentuk permainan. Nilai keingintahuan di dalam majalah DB, dalam edis! yang disebutkan diatas, adalah ketika anggota Gerombolan si Berat yang terjebak dalam perpustakaan, ingin meneari tahu nama sebenarnya didalam sebuah buku biografi atau laporan mengenai kelompok mereka karena orangtua mereka biasa memanggil mereka dengan nomor di dada mereka, seperti 176-176, dan seterusnya. Maka, salah satu anggota meneoba meneari tahu nama sebenarnya dalam buku tersebut. Dalam edisi 1250, Sepotong Surga Kwik, Kwek, dan Kwak meneari infarmasi mengenai riwayat sebuah
rumah yang baru dibeli Paman Donald. Keingintahuan tersebut didorong oleh gangguan sekelompok penjahat yang ingin menguasai rumah tersebut. Beberapa edisi juga memperlihatkan gambaran perpustakaan sebagai tempat ilmu pengetahuan. Di dalam buku serial ICZ, dua orang sahabat, Peter dan Jack, sedang bermain tebak-tebakan di perpustakaan. peter mengajukan pertanyaan kepada Jack, apakah ia tahu siapa yang telah memakan 77 hamburger besar dalam waktu 2 jam. Orang itu adalah Philip Vadzik asal Chicago, Amerika Serikat_ Pengetahuan tersebut diperoleh Peter di dalam buku referensi. Dengan bermain tebak-tebakan, anak-anak dipieu untuk menambah pengetahuan dengan eara yang menyenangkan.
100
Pengetahuan Tentang Kepustakawanan
Oibandingkan dengan dua buku dan majalah anak-anak di alas, vang paling lengkap menggambarkan adalah TNR. Mulai dari pengertian perpustakaan, SOM, pekerjaan rutin, perawatan koleksi, masalah kenvamanan dalam perpustakaan hingga masalah sensor. Beberapa catatan vang menarik di dalam karya sastra tersebul adalah pengadaan buku pada abad pertengahan dilakukan dengan menvalin, sebab saal itu belum ada mesin fotokopi maupun komputer. Oalam pengatalogan, nomor klarifikasi berdasarkan nomor rak, tanggal registrasi atau kelaskelas sederhana bahwa disiplin teologi dan hukum menjadi ilmu utama pada abad pertengahan; untuk perawatan buku, mereka memanfaatkan lingkungan,
vaitu
dengan
membuat
bangunan
berbentuk
labirin
dilengkapi dengan celah-celah udara; masalah pustakawan dalam novel tersebut juga menjadi sumber ketegangan karena fenomena sosial awal vang t ampak adalah perilaku mereka vang diluar kebiasaan. Oi dalam novel terse but, posisi pustakawan adalah posisi vang tertinggi di bawah kepala biara. Oengan posisi itu mereka bisa menguasai harta biara vang datang dari umat, dan bisa menjalin hubungan dekat dengan kekuasaan. Seluruh pengetahuan t entang kepustakawanan tersebut dikemas dalam bentuk vang menarik.
, Penutup Oapat disimpulkan bahwa cerita-cerita fiksi untuk dewasa dan anak vang menggunakan perpustakaan sebagai setting ceri ta, dapat digunakan sebagai media promosi tentang eksistensi kepustakawanan kepada masvarakat. Oengan membaca buku -buku terse but, mereka memperoleh imej baru bahwa perpustakaan adalah tempat vang menvenangkan, bukan membosankan karena hanva berisi buku-buku bisau dan orangorang vang hening dan mematung dengan buku dilangan mereka. Penverapan pengetahuan maupun sensasi vang diterima pembaca akan berbeda jika seseorang membaca ilmu perpustakaan di dalam buku-buku teks dengan membaca novel TNR, TBl, leW, atau DB. Selain itu, amanat
101
yang disampaikan 51 penulis bersifat positlf, yaitu menularkan nHai-nilai budaya tin"i, seperti pentignya pengetahuan dan Informasi bagi kehidupan, nitai kedisiplinan. NHai kebenaran dan nHat-nilai lain yang terkait. Meskipun karya tiltsi dianggap sebagai karya imajiner, data tentang perpustakaan dan kepustakawanan adalah nyata, sebab merupakan representasl realitas ke dalam dunia filetif. Data yang dijalin dl dalam alur cerita merupakan hasil riset yang dilakukan oleh kebanyakan penulis dewasa ini. Seperti yang dikatakan oelh Barbara Fisher (Koran Tempo,200S), seorang pustakawan dan penulis novel, bahwa tujuan riset dalam proses penullsan tiltsi adalah untuk memastikan keotentikan detail tertentu, termasuk karakter dan kejadian, dan untuk mencari landasan cerita atau jalinan plot. Oleh karena itu, informasi tentang rincian gedung perpustakaan, judul-judul buku koleksi, karakteristik pustakawan, manajemen perpustakaan bisa dipercaya sebagai sesuatu yang pernah ada dan terjadi. WARTA Vol. XI No.1, Tahun 2006
102
--
OPINI !!.'!!It:2....~
MEMBANGUN BUOAYA BACA 01 KALANGAN PEREMPUAN Olen: Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono, 55, MA
salan satu tujuan pembaneunan nasional adalan menlngkatkan kualitas sumber
daya
manusla
yane
dilakukan
sealra
berkelanjutan,
berlandOisun kemampuan nOislonal dengan memanfaatkan kemOiJuan IImu pe"letanuOin dan teknoloei sertOi melnpernatikan perkembanean elobal. Pada kenvataannva pembaneunan nasional tldak akan telWujud tanpa adanya partisipa si aktif baik dari laki-Iakl maupun perempuan. Penduduk Indonesia menurut sensus penduduk tahun 2000 berjumlan 206.264.595. Dari jumlan tersebut jumlan perempuan (103.417.180) sedikit lebih Danyak dan -Iakl laki (102.847.415), akan tetapi pada kenvataannya kualitas hldup perempuan (dilihat dari tingkat pendidikan, kesenatan dan ekonoml) Jauh tertinggal dari laki-Iaki. Salah satu ketertinggalan vang dilinat nvata adalah di bidang pendidikan. Untuk tingkat pendidikan dasar kesenjangan antara perempuan dan iakilaki tidak tertihat, akan telapi selrine dengan peningkatan jeniane sekolah maka
k~njangan
antara murid perempuan dan laki·laki makin Jauh.
Meskipun pemerinlah sejak tahun 1994 telah menelapkan wajib belajar 9 tahun bagi anak·anak Indonesia, namun kenvataannya pada pengukuran indeks Pembangunan Indonesia, lernyata rata · ra ta lama bersekolah dari penduduk Indonesia belum mencapai 9 tahun (sampai tahun 2000 ratitrata lama sekolah anak perempuan hanva 6,5 tahun dan laki·laki hanva 7,6 tahun, demikian juga denean keadaan buta huruf (11,7%) adalah dua kali dari laki-Iaki buta huruf (5,3%1. Dalam
era
persaingan
global
yang
penuh
lantangan
saat
ini,
pembangunan sualu neBara akan terjadi apabila juga didukung oleh sumber dava manusia vang memiliki penge tahuan dan kemampuan dasar
103
--
OPINI !!!~~
untuk menvesuaikan diri dengan tuntutan yang ada. Sumberdava insani yang unggul harus mempunvai jenjang pendidikan yang tukup tinggi serta menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Minat baca di Indonesia Kita memahami bahwa kebiasaan membaca umumnva dit umbuhkan sejak masa anak·anak dirumah. Akan tetapi dengan sangat prihatin kita menyaksikan semakin dikit kelua rga yang memiliki kegemaran membaca, juga semakin dikit rumah tangga yang memiliki perpust akaan pribadi. Dengan
kesibukan
menonton
televisi,
keria
sehari·hari
maka
minat
ditambah
dan kebiasaan
dengan
kebiasaan
membaca
makin
terpinggirkan. Demikian juga kebiasaan membaca dongeng pada anak atau membaca bersama dalam keluarga makin terpinggirkan. Padahal dengan membaca dapat memahami suatu persoalan dibanding dengan menonton televisi. Masih banyak pendapat masyarakat yang berbeda apabila berbicara soal minat baca masyarakat Indonesia. Ada yang beranggapan bahwa masyarakat masih minim untuk membaca, ada yang berpendapat karena dava beli yang rendah membuat masyarakat kurang senang membaca. Masih ada juga masyarakat yang beranggapan bahwa buku masih belum menjanjikan nilai mantaat dan kesenangan. Umumnva orang senang mengeluarkan uangnya dengan melihat faktor nilai mantaat dan nilai kesenangan. Kebanyakan orang tidak pernah pelit untuk kesenangan seperti nonton bioskop, pergi ke mall, taka atau restoran. Dalam skala prioritas, keluar uang untuk membeli buku akan berada di urutan terendah. Persoalan lainnya adalah mungkin yang berkenan dengan budaya kultural kita. Ada yang berpendapat kalau masyarakat Indonesia itu lebih lekat dengan budaya verbal ketimbang literal. Persepsi umum untuk kegiatan membaca juga tidak selalu positif. Orang yang punya hobl membaca sering diasosiasikan sebagai orang yang introvert, suka menyendiri atau bahkan antisosial. Tidak heran, kaum pecinta buku
104
di sini sering diberi sebutan " kutu buku~, sebuah panggilan yang sebenarnya lebih bermakna ejekan ketimbang penghargaan. Tingkat ekonomi yang rendah sering menjadi alasan lemahnya daya beli buku masyarakat. Karena, anak-anak pun tidak akrab dan merasa asing dengan buku dan memiliki minat membaca yang rendah. Mereka menjadi lak sayang buku karena tidak kenaI. Masih banyaknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi berkecukupan enggan membeli buku dengan harga mahal walaupun sebenarnya bi sa membelinya. Kebanyakan dari kita merasa lebih berani merogoh saku lebih lebal untuk membeli kebutuhan lain seperti makanan,perhiasan, dan bahkan alat-alat rumah tangga ketimbang memberi buku. Penyebab lain rendahnya minat membaca adalah dampak negatif perkembangan teknologi bagi masyarakat. Masyarakat yang awalnya bertradisi lisan atau oral society secara drastis bergerak ke budaya elektronik seperti TV dan radio. Kita telah langsung melompat dari tradisi mendongeng ke tradisi menonton sebelum terbiasa dengan tradisi membaca dan budaya tulis secara mantap. Tak heran jika masyarakat termasuk anak-anak merasa asing dengan buku. Upaya-upaya untuk menlngkatkan M inaI Baca Salah salu upaya unluk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah dengan mengembangkan budaya membaca, terutama membaca
buku-buku
yang
bermutu.
Buku
adalah
jendela
ilmu
pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang dan merupakan investasi
masa depan apabila membacanya. Dengan membaca buku,
dunia dapat dijelajahi, rahasia keajaiban dunia dapat diketahui dan dimengerti, serta dengan buku pula akan muncul kesadaran yang tinggi unt uk mencintal Sang Pencipta. Ada empat alasan mendasar perlunya berusaha semaksimal mungkin untuk memacu peningka tan kualtias sumber daya insani, yaitu : 1. Untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain,
105
2. Untuk menghadapi era globalisasi yang datangnya tidak terbendung 3. Untuk menghadapi semakin menipisnya sumber daya alam. dan 4. Untuk menghadapi kerusakan lingkungan yang semakin dahsyat Menurut para ahli, dibandingkan media pembelajaran audiovisual, buku lebih mampu mengembangkiln dilYil kreiltifitils diln imajinasi anilk-ilnak kilrenil membuilt ouk lebih ilktif mengasoslasikan simbol dengan makna. Meskipun demikian, minat dan kemampuiln membaca tldilk akan tumbuh seCilrii otomatis, tapi hilrus melillui latihiln diln pembiasaan. Untuk itu peraniln ibu dillam mendorong minilt bilcil ilnilk di dillilm keluilrgil perlu dilakukan melalui keteladilnan. Perililku ibu sehilri-hari merupilkiln kunci penting pengembilngiln budilYil bilca anak li1ki-lilki diln perempuiln. Faktor
pendidikan
merupilkiln
salilh
kunci
satu
pentlng didillam
membangun minat budaya bilta. Seseorang tidak mungkin dapat membilciI, ilpabilil tidak dibangun minat diln budaYiI membilcilnya jugil tidak dibekilli dengan kemilmpuan mendilsar yaitu membaca. Kemampuan membaca diln menulis merupakan kemampuan minimal yang
perlu
dimiliki oleh
semua
orilng
diln
menulis
merupakan
kemampuan minimal Yilng peflu dimiliki oleh semua orilng agar dia dapat menjalanl kehidupan dengiln lebih bilik Iilgi. Namun demikian pada kenyatailnnya jumlah perempuan Indonesia yang melek aksaril masih sangat rendah dibandingkan dengan laki-Iaki sehingga kemilmpuiln membilciinYil pun ilkan sangilt fendah dibandingkan dengiln laki-lilki. Untuk itu, makil gerakan pemberantasan buta aksara yang dicanangkan oleh pemerintah termasuk Peraturan Bersamil liga Menteri (Menteri Pendidikan Nasionill, Menterf Dalilm Negeri, dan Menteri Negara
Permberdayailn
Perempuan
RI)
tentilng
Percepatiln
Pemberantasan Butil Aksara Perempuan perlu didukung oleh seluruh lapisan masyarakilt sehingga tidak ada lagi warga negara Indonesia yang bUilt aksaril.
106
Oalam lulisannya dl sebuah sural kabar Harian Pikiran Rakyat, tanggal 26 Maret 200S, Ahmad Bukhori menjelaskan bahwa budaya membaca yang tinggi pada perempuan akan mempengaruhi kualltas anggota keluarganya. Secrang ibu yang gemar membaca akan terpacu untuk pula mendorong anaknya gemar membaca dan sejak dini, bahkan dimulai dari dalam kandungan. Perempuan hamil yang sering membacakan buku bagi janin yang sedang dikandungnya cenderung akan melahirhn anak yang yang kemudian gemar membaca. Setelah janin dilahirkan dan mencapai usia sekolah dasar, maka ibu dapat mengajak anak melakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas membaca seperti membaca resep makanan, sering menutis pesan buat anak dan meminta balasan tertulis, serta meminta anak meminjam buku dari perpustakaan sekolah. Bukhori juga menyatakan bahwa kegiatan melibatkan aktivitas anak unluk membaca dan menutis adalah tangkah awal peralihan dari budaya orasi metalui) dongeng ke budaya membaca. Kegiatan reading a loud atau membaca nyaring untuk anak hendaknya dilakukan sedini mungkin. Hal ini bisa mengganti kegiatan mendongeng sebelum lidur yang sudah menjadl tradisi orang tua di masyarakat kita sejak dulu. Oalam satu penelitian ditemukan bahwa anak usia dua tahun yang setiap hari sering dibacakan buku cenderung berprestasi lebih baik ket ika duduk di TK atau SO dan memiliki kemampuan belajar dan komunikasi 2-3 kati lebih baik ketimbang anak yang hanya dibacakan buku beberapa saja dalam seminggu. Apalagi dibandingkan dengan yang tidak pernah sama sekali. Riset lebih tanjut mengatakan, anak yang terblasa membaca alau dibacakan buku sejak kecil cenderung memitiki kemampuan matemat ika lebih baik. Hubungan membaca dan kemampuan akademik ini lidak ada kaitannya dengan kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua. Suatu penelitian Institute Statistic tahun 200S yang dimuat dala m Global Monitoring Report UNESCO mengungkapkan bahwa, tingkat mele k aksara yang rendah berkaitan erat dengan t ingglnya t ingkat dro p-out seko lah,
107
_111'''
~
OPINI ""!l'TAK.t..Uf
kemiskinan dan pengangguran. Kriteria tersebut ada1ah sebagian dari indikator rendahnya indeks pembangunan manusia. Menciptakan Benerasi lileral merupakan jembalan menuju masyarakat makmur yang kritis dan pedu1i. Kritis lerhadap segala informasi yang diterima sehingga tidak bereaksi secara emosional dan peduli terhadap 1ingkungan sekitar. Untuk memotivasi perempuan agar gemar membaca dan menyiasati lemahnya daya beli buku masyarakat. pemerintah harus melengkapi prasarana dan koleksi buku di perpustakaan umum baru dan taman bacaan perlu ditambah lerutama di daerah terpeneil. Rasio jumlah buku dna perpustakaan dengan jumlah penduduk di Indonesia sangat jauh seka1i. Idealnya setiap kecamatan bahkan kelurahan atau desa memiliki perpustakaan umum atau taman bacaan dengan koleksi buku yang memadai dan dikelola secara profesional (menyesuaikan waktu dengan kesibukan pada perempuan) di wilayah lersebut. Semangat gemar membaca juga harus ditransformasikan ke dunia pendidikan. 5istem pendidikan perlu direformasi agar mampu mengembanBkan kemampuan melek aksara anak sejak dini. Pengajaran di sekolah harus lebih diarahkan pada pengembangan kreativitas dan daya berpikir kritis siswa. Mulai dari sekolah dasar. anak-anak harus dibiasakan dengan tugas membaca dan menulis dalam jurnal alau laporan bacaan, akan lebih baik misalnya, bHa mereka sendiri sejak 50 sudah dilatih membuat jurnal yang sederhana sesuai usia dan kemampuan mereka. Oengan jurnal mereka memiliki kebiasaan untuk mengekspresikan pendapat tentang buku yang mereka baca. Hal ini akan meningkatkan daya nalar dan kritis anak-anak yang merupakan awat lahirnya generasi yang literat (mampu membaca). Bila dilakukan dengan benar, daya hitls bisa berdampak posillf temadap kemajuan masyarakat. Rasa cinta akan tanah a ir dan sesama anak bangsa bisa ditanamkan disini pula. .
108
Oi samping keluarga dan sekolah, masyarakat juga haws mendukung pembentukan generasi lite rat. Pada pendidik hendaknya mengadakan gerakan moral untuk menyadarkan para orang tua akan betapa pentingnya buku sehingga mereka tidak mera5a enggan membelikan buku untuk anaknya. Mereka yang secara ekonomi kurang beruntung juga harus tetap menyadari pentingnya buku sebagai sumber ilmu. Jika buku sudah menjadi prioritas dalam mendukung pendidikan anak, banyak cara bisa d ilakukan untuk menyiasati terbatasnya kemampuan ekonomi dengan membeli buku bekas bermutu yang masih layak baca dengan sangat mudah diperoleh atau bahkan sekedar mengajak anak jalan-jalan ke toko buku. Orang tua yang mampu harus dipacu untuk memiliki perpustakan pribadi sehingga memotivasi anak untuk membaca. Hal ini sekaligus menjadi alternatif yang baik untuk mengurangi jam menonton TV. Oi negaranegara maju, memiliki perpustakaan pribadi sudah merupakan tradisi dan kebanggaan. Perpustakaan keluarga nantinya bisa dibuka untuk umum sehlngga manfaatnya bisa dirasakan oleh orang lain. Salah seorang tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, Bung Hana juga merupakan buku utama di jamannya. Beberapa tahun terakhir ini saya melihat ada fenomena kebangkitan melek aksara yang sangat menggembirakan di masyarakat. Semakin banyak toko buku yang menyediakan ruang baca dan diskusi bagi pengunjung dengan mengundang penulis buku atau aka demisi. Idealisme juga telah membangkitkan beberapa kelompok intelektual yang peduli untuk membuka perpustakaan pribadi atau rumah baca untuk masyarakat di sekitarnya. Gagasan ini sangat membantu mereka yang gemar membaca tetapi tidak memiliki buku. Kesimpulan Minat baca dalam masyarakat Indonesia makin rendah yang disebabkan karena sistem pendidikan yang ku rang merangsang murid untuk mencari
109
5esuatu pemecahan masalah dar; buku atau membaca, semua pembelajaran diberikan (disuapi) oleh guru. Budava baca dalam rumah tan"a sudah sangat berkurang. kemungkinan sudah sangat berkurang karena kesibukan masing-masing dan adanya televisi yang lebih menVita perhatian anggota keluarga. Harga buku masih diluar jangkauan masVarakat umum, bahkan untuk pelajar dan mahasiswa rata-rata masih kesulitan untuk mendapatkan buku pelajaran dengan harga yang terjangkau. ~~n~ran
Menggerakkan perempuan untuk bersama-sama meningkatkan minat baca dalam keluarga, bahkan dlmulai dengan membacakan cerila sejak bay; dalam kandungan. Oraganisasi perempuan agar bersama-sama mengelola perpustakaan serta bersama sama membahas ini buku di lingkungan tetangganva, lingkungan arisan, pengajian dan lain-lain. Sistem pela]aran sebaiknva lebih mendorong anak-anak untuk meocari hal-hal vang akan dipelajarinva dar; buku misalnVa, anak-anak agar diberi penugasan unluk menearl masalah yang akan dipelaJari, kemudian membicarakannya di kelas. Menerbitkan buku-buku balk pelajaran, textbook, buku pengetahuan, buku cerita dan buku-buku lain dengan harga terjangkau. Penutup Kegiatan-keglalan yang menunjang penumbuhan minat baca harus terus dilakukan dan didukung penuh guna mempercepat terciptanya budaya membaca di kalangan masVarakat kita, terutama kaum perempuan, sehingga akan mampu meningkatkan kualitas hidup perempuan dan
110
menciptakan generasi penerus vang berkualitas Vang mampu bersaing dengan sehat di era globalisasi informasi, teknologl, dan ekonomi yang semakin penuh dengan tantangan. Harapan sava buku yang diterbitkan oleh penerbit l idak saja murah dan membantu meninskatkan minat baca di kalangan hum perempuan, namun juga menggugah para ibu dan anak untuk mencintai Tanah Air kita dan isinva. Silva sangal memberi penghargaan kepada penerbit buku vang telah berusaha mendukung peningkatan melek aksara melalui p;lmeran, buku murah, iomba karya tulls ilmiah, dan vang telah memberikan kesempatan bagi para penulis buku anak untuk lebih bebas berkreasi. Saatnya kini kita mulai melangkah nyata dalam meningkatkan budaya membaca di kalangan perempuan. Kita mulal dari diri sendiri dengan sering membacakan buku untuk mereka. Anak·anak hakihtnya akan meniru apa yang mereka lihat di sekelilingnya. WARTA, Edisi Khusus 2006
111
--
OPINI If01>ST............
MEMBANGUN BUDAYA BACA 01 KALANGAN ANGKATAN MUDA Oleh : H. Adhvaksa Dault, $H, M.Si
Perjalanan sejarah kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesungguhnya ditandai oleh karya-karya monumental dari
angkatan
muda
iltilU
kaum
muda.
Jauh
sebelum
diproklamlrkan sebagai sebuah Negara-bangsa {notion
Indonesia
stote/. bum
muda telah mengambil peran secara pro aktif untuk mengantar bangsil Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan. Perilnan monumental hum muda dapat ditelusuri melalui peristiwa bersejarah an tara lain; Boedi Oetamo 20 mei 1908, Sumpah Pem urla 28 Oktober 1928, dan Proklamasi Kemerdekililn Indonesia pa da 17 Agustus 1945 sebilSili kulminasi dari perjuangan mere but kemerdekaa n Indonesia. Per istiwa bersejarah 5umpah Pemuda 1928, misalnya mest i diakui sebagai salah s.atu tahap pent ing dalam prosesi kelahiran nation state Indonesia. Dari perspektif keseja rah an, 5umpah Pemuda dapat dipandang sebagai ffkesepakatan sosial~ dari segenap komponen rakyat untuk melahirkan entitas bernama Indonesia, Kesepakata n sosial te rsebut kemudia n disusul dengan - kesepakatan politikW berupa Proklamasi Kemerdekaan
17
Agustus 1945 oleh para pendiri bangsa (the founding fathers) yang melahirkan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dari waktu ke waktu, di setiap babak sejarah perjalanan bangsa, kaum muda tetap berusaha mempertahankan idealisme perjuangannya. 5eusia kemerdekaan, para pemuda secara konsisten menunjukkan peranannya dalam
menentukan
hitam
putihnya
masa depan
negeri.
Di
era pembangunan yang ditandai aleh beberapa kali pergantian rezim kekuasa an, kaum muda menunjukkan pasisi tawar (bargaining position)
--
OPINI !:'.!~" 5T"''''''''',,!
Vanl jelas dan teps, vakni menjala idealism envOI bagi kepentinlan seluruh bangsa. Hal mana tampak pada era translsl dari Orde lama ke OI"de 8aru (1966) dan dari Orde Baru ke Orde Reformasl (1998). lintasan sejarah pergerakan nasional telah membuktikan bahwa kaum muda memiliki patensi dan peran strateg is dalam konstelasi sosial palitik negeri ini. Dalam diksi vang lain, lakon sejarah pergerakan di Indonesia menujukkan bahwa kaum muda memiliki konsisten untuk merawat dan menguatkan pembentukan karakter bangsa (narion and character
building). Konsistensi pemuda dalam menjadi idealismenva bagi keba ikan negeri sesungguhnya merupakan pengejawantahan atau manifestasi darl
spirit of the notion. Eksistensi dan peran kaum muda dalam
~membuat sejarah~
bukan dapat terjadi begitu saja, namun merupakan menjadi~ .
tentu saja
~proses
vang
Talenta kaum muda lazimnya dapat tumbuh dan berkembang
apabila diasah terus menerus melalui berbagai medium, antara lain melalul medium ~perbuatan membaca~. Seperti kala pepatah ~membaca adalah jendela dunia~, dengan membaca maka setlap orang akan memlliki wawasan dan cakrawala yang luas sebagai basis berpijak dalam interaksi sosial atau kehidupan bermasyarakat. Realitas Mas.alah Sebagaimana dirasakan, krisis multidimensi yang menerpa Indonesia belum hilang, dampaknya hlngga kini. Di sana slnl bahkan muncul aneka masalah yang memerlukan penanganan seriU5 dan terarah, antara lain dekadensi moral dan menipisnya rasa persaudara an dan empati 5Oslal, kecenderungan menguatnya primordialisme dan komunalisme (sentiment kelompok/golonganl, berkurangnya solidaritas antar-daerah sebagai side effect (efek samping) dari Olonomi daerah, serta ancaman terorisme vang mengusik harga diri bangsa.
113
Oalam pada itu, terdapal aneka masalah yang merisaukan kita sebagai bangsa berdaulat yakni penetrasi arus informasi dan globalisasi yang berpotensi memicu disintegrasi sosial. Terkait konteks pelembagaan demokrasi, bangsa kita memerlukan deposit kearifan agar tidak terjebak dalam suasana euforia dan perilaku destruktif dalam berdemokrasi. Terkait dengan realitas globalisasi sebagai sesuatu yang bersifat niscaya, harus diakui bahwa sebagian dad pemuda kita mengalami krisis kreativitas dan daya inovasi. Hal mana bisa mendatangkan kegamangan dan apatisme kolektif pada diri kaum muda. Selain persoalan yang tergambar di atas, sebagian dari kaum muda mengalami krisis kreativitas, termasuk krlsis minat baca. namun, demikian hal tersebut tidak terjadi begitu saja, namun bertali-temali dengan refulasi pembangunan di bidang kepemudaan. Kondisi yang tidak seimbang antara kemauan dan peluang yang tersedia, membuat sebagian pemuda acapkaH berada dalam kegamangan kolektif untuk memulai aktivitas yang bersifat produktif. Problematika kaum muda yang terbentang di hadapan kita sekarang ini sungguh kompleks sifalnya, mulai dari masalah pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi, hingga masalah dekadensi moral. Budaya primitif dan pragmatisme yang klan merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instant, dan tercerabut menajdi manusia yang anti soslal. Dari perpektif kausalitas (sebab akibat) kemajuan dunia mema ng yang memungkinkan berputarnya globalisasi. Klranya dimaknal bahwa globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak terhindarkan oleh generasi bangsa di dunia. Globalisasi telah menjadikan dunia ibaratnya global vii/age, sebuah kampung raya alau desa besar dimana berbagai kepentingan saling berseliweran dan bergesekan. Globalisasi selain memberikarj nilai tambah bagi kehldupan global, juga mefldatangkan kompleksitas persoalan kehidupan termasuk penetrasi budaya mondial
114
perpustakaan tldak bolel'! ribut, dan ia melihat pustakawan vang tampak maral'! dan kaget. Gufi bedalri keluar sambil menahan 'jeritan' kesakitan. Setelal'! riba di luar perpustakaan, ia mengeluarkan jeritan yang tadi dital'!annva sekuat-kuatnya. Nilai·Nilai Kepustakawanan Saik cerita fiksl dewasa maupun anak-anak, banyak yang menggambarkan nilai-nilai kepustakawanan yang positif. Vang paling sering muncuil adalal'! amanat bal'!wa keberdaan perpustakaan penting sebab dianggap sebagai sumber ilmu dan informasi lainnya. Oalam novel TNR, nilai tersebut digambarkan melalui banyaknya rahib yang datang ke perpustakaan biara terse but untuk berbagi pengetahuan, baik melalui diskusi antar rahib, penvalinan buku, atau tukar menukar buku. Pentingnya informasl dalam buku digambarkan dalam kehati-I'!atian para rahib dalam memperlakukan buku, baik cara menyimpan, cara merawat, dan cara mempelajari isl buku dan cara mendiskusikan isi buku. Jadl, ketika kita membaca buku terse but, selaln memperolel'! pengetal'!uan tentang kepustakawanan pada abad pertengahan, pembaca juga memperoleh pengetahuan tentang agama, tentang politik kel'!ldupan para rahib itu sendifi. Nilai pendidikan tedil'!at pada perilaku para rahib yang berdisku si, bertukar pikiran maupun menyalin buku·buku untuk diperbanyak. Sahkan, mereka diijinkan untuk Udak mengikuti kegiatan misa gere]a pada siang hafi untuk alasan pengembangan ilmu pengetal'!uan. Selain itu, nilai-nilai kebenaran juga dipegang tegul'! olel'! para rahib. Nilai ini muncul dalam bentuk keinginan yang membaca dari para rahib yang rela mati untuk menan kebenaran yang hanya bisa ditemukan dalam buku. Dalam cerita ini, buku-buku yang mengandung kebenaran yang membuat masyarakat menjadi pandai dan terutama buku yang membuat mereka bisa tertawa dianggap menentang agama. disembunyikan. Pada saat gereja memiliki kekuatan otoriter dan kekayaan meUmpah pada masa itu, gereja menginginkan masyarakat tetap bodol'! dan I'!idup dalam
"
--
OPINI "P'V'T~
kemiskinan agar mereka tunduk pada gereja. Enam ranib yang mati dalam eerlta Inl yang mati dlraeun karena telan menemukan buku-buku yang berlsi kebenaran. Dalam TNR, masalan kebenaran merupakan sesuatu yang penting di dalam kepustakawanan. Seperti yang dlkatakan dl dalam novel ini seeara terus
menerus
banwa
perpustakaan
adalan
kesaksian
terhadap
kebenaran dan ternadap kekeliruan . Dikatakan banwa kebenaran leblh efektlf jlka dlsampaikan dengan ungkapan yang jenaka dan dalam bentuk permatnan. Nilai keingintahuan di dalam majalah DB, dalam edisi yang disebutkan diatas, adalah ketika anggota Gerombolan sl Berat yang terjebak dalam perpustakaan, ingin meneari tahu nama sebenarnya didalarn sebuah buku biografi atau laporan mengenai kelompok mereka karena orangtua mereka biasa mernanggil rnereka dengan nomor di dada mereka, seperti 176-176, dan seteru snya. Maka, salah satu anggota meneoba meneari tahu nama sebenarnya dalam buku tersebut. Dalam edisi 1250, Sepotong Surgo Kwik, Kwek, dan Kwak menearl Informasi mengenai rlwayat sebuan
rumah yang baru dibell Paman Donald. Keingintahuan tersebut didorong oleh gangguan sekelompok penjahat yang ingin menguasai rumah tersebut. Beberapa edis; juga memperlinatkan gambaran perpustakaan sebagai tempat ilmu pengetahuan. Oi dalam buku serial Iel. dua orang sahabat. Peter dan Jack, sedang bermain tebak·tebakan di perpustakaan. peter mengajukan pertanyaan kepada Jack. apakah ia tahu siapa yang telah memakan 77 hamburger besar dalam waktu 2 jam. Orang itu adalah Philip Yadzik asal Chicago, Amerika Serikat. Pengetahuan tersebut diperoleh Peter di dalam buku referensi. Dengan bermain tebak·tebakan, anak-anak dipieu untuk menambah pengetahuan dengan eara yang menyenangkan.
100
menstimulasi kreativitas kaum muda melalui perlombaan tentang dunia baeaan seperti menulis karya fiksi dan non fiksi, ketiga, mengserakkan kaum muda untuk terlibat dalam inovasi dan usaha vang terkait dengan dunia baeaan seperti wirausaha perbukuan, dan sebagalnva. Kiranva kita semua menvadari posisi dan peran pentins pemuda. Apabila pem uda Indonesia memiliki kreativitas vang kuat, produkt ivtas vang tingsi, moralitas vang terpuii, etika Vang luhur, dan wawasan vang luas, maka kita akan sangat optimis menatap masa depan bangsa dan negara ini. Pemuda yang heatif dan produktif tidak bakal melakukan perbuatan sia-sia dan merugikan bangsa dan negaranva. Pemuda yang kreatif dan produktif akan menjadi insan manusia vang selalu mengedepankan dava nalar, pikiran vang sehat, argument berbasls pengetahuan dan keterampilan berbasis kompetensi. Begitulah harapan ideal semua bangsa vang bertekad menJadi bangsa yang maju. lebih dari itu, pada pemuda dituntut untuk terus menanamkan menginternalisasi nilal-nilal kemanusiaan universal (humanisme).
dan
Penutup Hendaknva klta semua ser'lantiasa memberikan motivasi dan inspirasi bagi pemuda datam melanjutkan eita-cita para pendiri bangsa, dengan berbasis pada platform dasar bernegara. vakni NKRI, Pancasila, dan UUD 1945 dengan dinaungi oleh spirit Bhinneka Tungsallka. Seiring dengan perubahan laman, dan generasi vang datang silih berganti, blarkanlah para pemuda tampit menjadi dirinva sendiri dan tangguh berdialektika agar kelak mampu menjadi pemlmpln bangsa vang berkarakter seJatl, vaknl memiliki komitmen kebangsaan vang kuat serta konsisten dalam menguatkan nation and choracter buildi"g.
117
Dan pada akhirnya kita sangat berharap terhadap semua usaha yang memberikan makna bagi pembangunan kepemudaan di Indonesia demi kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara. WARTA, Edisi Khusus 2006
118
PEMBANGUNAN TEKNOlOGllNFORMASI DAN KOMUNIKASI INDONESIA: TANTANGAN DAN PELUANG BAGI PROFESI PUSTAKAWAN Oleh : Menteri Komunikasi dan Informatika RI Berbicara
mengenai
kebijakan
Pemerintah
dalam
pembangunan
Teknolosi Informasl dan Komunikas i (TlK) atau telematika dikaitkan dengan Konsreslkatan Pustakawan Indonesia ke-X, sekurang ·kurangnya terdapat tiga titik sinliung. Pertama, pustakawan sebagai "agent of
chonge" dalam masyarakat, selain memiliki kewaj iban profesional, juga menerima panggilan moral
untuk melakukan percepatan proses
pembelajaran masyarakat, terutama dalam situasi kompetisi global dan tantangan konvergensi teknologi. Kedua, pustakawan sebagai profesi yang mengabdi bagi dua kepentingan, yakni warga masyarakat, ummat manusia SKara umum dan lembaga tempat bekerja, dimana mereka berkewajiban untuk memelihara keseimbansan dan keserasian t ugas basi sebsa-besar kemaslahatan umat. Ketiga, sebagai anggota masyarakat yang memiliki ~ posisi sosial t ersendid yang bersifat khas atau unik', maka mereka diharapkan juga memera nkan did sebagai H ~t okoh informal dalam pembangunan masyarakat yang lebih dipahaml sebasai upaya pemberdaVaan masyarakat. Sementara itu, dikalangan masvarakat di Indonesia, masih dijumpai berbagai kendala, ketimpangan dan keterbatasan akses informasi dan pengetahuan. Kondisi ini selain bersifat alamiah juga ada yang karena ulah manusia. Posisi geografis Indonesia yang berbeda anlara dua benua dan samudera serta terdiri dari ribuan pulau, menjadikan tanlangan l ersendiri bagi tergelarnya infrastruktur leknologi komunikasi. Simak, misalkan seperti diiklankan salah satu operator telekomunikasi, ternyata Indonesia batu terpapar oleh jaringan in frastruktur yang menjangkau "seluruh kecamatan H di Sumatera dan Jawa, hingga ke Nusa Tenggara serta kabupaten seluruh Indonesia. Ibarat ditengah belantara, maka telekomunikasi baru menebar sebanvak 9,4 juta sambungan tetap dan
119
~OPINI K r~uST""""',!
27,9 juta telepon bergerak se-Indonesia. Penetrasi internet dengan pelanggan 1,2 juta ditopang oleh 128 ribu wartel dan kurang dari 50 ribu .warnel. Sedangkan penetrasi komputer personal baru sekitar 2,5 juta. Oalam keberanekaragaman kondisi sosial budaya yang melatarbelakangi kehidupan mawarakat, terdiri lebih dari 520 kelompok etinis, 750 budaya lokal serta hampir seribuan bahas dialek, yang merupakan untaian mutiara bagi pengembangan khasanah informasi dan pengelahuan. Namun kesemua itu, ibaratnya masih belum optimal tersentuh untuk dikelola optimal. Betapapun hingga kini, fenomena sosial budaya ~ket impanga nH
masih tetap ada, hanya berubah wajah atau nama. Oi
awal era pembangunan, kila kenai ketimpangan informasi, karena arus proses produksi informasl yang dikonsumsi secara dominan oleh warga perkolaan (SO% konsumsi, padahal komposisi penduduk hanya 17%). 5emenlara warga pedesaaan hanya menerima terpaan kedl sa)a (20% konsumsi, padahal merupaka mayorit as 83%). Pada awal era globalisasi dan konvergensi teknologi milienium ketiga, kesenjangan digital muncul karena infrastruktur telekomunikasi mayorita s t erse bar di 5umatera dan jawa (hampir 85%) padahal keduanya tidak sampai sepertiganya dari wllayah geografis. Kemudian sekitar satu dekade terjadi penurunan oplah siaran penerbitan surat kabar, sejak maraknya televisi siaran salelit dan televisi khusus berlangganan (radio siaran 1.400, lelevisi 10 jaringan dan 4 TV kabel serta 2 TV slaran satelil langsung). Bahkan, dengan kehadiran internet, maka si tuasi demikian makin membuatnya terpuruknya media celak. Kalau kita lebih dekat menyimak dan menyikapi, nampak banyak faktor penentu di balik semua itu, adalah sumber daya manusia yang menguasai dan memanfaatkan teknologl informasi dan komunikasi. Kenya ta annya masih domlnan dilangani warga asing alau mancanegara. Prestasi kebanyakan warga kita sendiri masih jauh tertinggal. 01 bandingkan antara 10 negara ASEAN, angka indeks pembangunan sumberdaya manusia kita terendah. Padahal, sejak tahun 2003 dl Geneva, (Dan
120
pustakawan, baik pendidikan formal, non formal, dan informal, Ig) ~rperan
(h)
aktif melahirkan bf!rbagai pedoman dan standar perpustakaan,
bf!rperan
dalam
menyusun
Undang-Undang
Sistem
Nasional
Perpustakaan dan, (i) turut aktif dalam berbagai kegialan nasional, relional dan internasional dalam bidang
ilmu perpustakaan
dan
intormasi. Oengan diprakarsai oleh Balai Pustaka, pada tahun 1982 dibf!ntuk Klub Perpustakaan Indonesia (KPI) pada tingkat pusat dan di 27 provin si. Tuj uan utama KPI adalah untuk memasyarakatkan buku. Sahkan, Balai Pustaka menebar sejumlah mobil yang menawarkan buku. Perpustakaan, terutama
Perpuslakaan Sekolah
mendapalkan dlskon khusus bila
membf!li buku-buku yang disediakan. Mobil tersebut berperan ganda, yaitu sebagai toko buku dan sekaligus juga sebagai perpustakaan keliling menJelajah ke pede saan. Bahkan perpustaka an dapat membeli buku dengan cara kredit dan dapat dicici' pembayarannya. Pada awal berdirinya,
KPI
berada
dibawah
binaan
Balai
Pustaka,
letapi
perkembangan selanJutnya menjadikan I(PI sebagal suatu organisasi yang mandirL I(eanggotaan I(PI adalah lembaga yaitu perpustakaan, terutama Perpustakaan Sekolah. Era IPI dan Era Retormasi Pada tanggal 21 Mel 1998 terjadi palitik di Indonesia, yaitu Presiden Soeharto menyatakan berhenti menjadi presiden dan menunjuk Prof. B.J. Hablbie sebagai penggantinya. I(ekuasaan yang sebelumnya cenderung sentralistik, militerisme berubah menjadi pemerintahan desentralistik dan alam demokrasi mulai dibuka. I(ebebasan pers dan kebebasan mendirikan partai politikpun terbuka luas. Perubahan yang terjadi merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia, baik secara individu maupun se<:ara bermasyarakat dan berorganisasi. Di sadari alau tidak perubahan pun menjalar ke organisasi perpustakanan dan pustakawan di Indonesia. Sejak tahun 2000 lahir organisasi perpustakaan dan puSlakawan berikut :
1. Pada tanggal12 Oktober 2000, melalui Musyawarah Nasional (Munas) I, lahir Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) di Ciawi, Bogor. Terpilih seDagai ketua pertama Ir. Abdurahman Saleh, Mlib (Kepala Perpustakaan IPB). Keanggotaannya adalah lembaga perpustakaan, balk perpustakaan Perguruan TIngg] Negeri (PTN ), maupun Perpustakaan Perguruan Swasta (PTS). 2. Pada tanggal 18 November 2000 dlbentuk pula Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (FPKI), yaitu lembaga yang menghimpun pengelola perpustakaan khusus, baik pada lembaga pemerintahan, maupun pada lembaga swasta. Terpilih sebagai Ketua Umum pertama Drs. Bambang Setiarso, MA (Pustakawan Poll-lIPI) 3. Pada tanggal 4 Juni 2002 di Cipayung, Bogor, dibentuk Forum Perpustakaan Umum di Indonesia (FPUI) terpil ih sebagai ketua Drs. Rachman Hermawan S, MM (Kepala Perpustakaan Umum Daerah DKI Jakarta) 4. Pada tanggal 8 Agustus 2002 di Cisarua, 80gor, dibent uk pula Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia (FPSII untuk menghimpun pengelola perpustakaan
sekolah.
Perpustakaan
Umum
Akhirnya Indonesia.
menyusul sebagai
terbentuk
Ketua
Umum
Forum terpilih
Sambang Owi Prasetyo, Spd. (Guru Pustakawan SMP 134 Jakarta) S. Pada tangga l 23 Maret 2006 bertempat di Jakarta disepakati untuk membentuk Ikatan Sarjana Perpustakaan dan Intormasi (ISIPIt) oleh beberapa pustakawan vang sebagian besar adalah pengelola lembaga pendidikan perpustakaan di Indonesia. Direncanakan sehari sebelum Kongres IPt tanggal 13 November 2006 di Bali akan diadakan Munas I ISIPti dan akan mendeklarasikan berdirinva secara resmi organisasi ISIPII.
140
dan berdasarkan survey internasional cenderung menurun. Economist Intelligent Unit mengeluarkan survey tahunan mengenai e-Readiness dari 65 negara. Pada tahun 2000, Indonesia berada pada posisi 38 dari 65 negara, dan pada tahun 2006 posis; Indonesia turun ke peringkat 62 dari 68 negara. Sungguh keadaan demikian sangat memprihatinkan dan untuk mengatasi bahkan merubah semua itu, tidak cukup hanya mengandalkan para guru dan pendidik, ustadl dan dosen. Oi perlukan jajaran berlapis untuk menuntaskan tugas mulia menjadikan masyarakat Indonesia yang e-literasi. Tumpuan semua ilu, tentu saja kepada pundak para pustakawan. Kembali kepada komitmen global WSIS, dimana terdapat 11 sasaran ulama dalam mencapai masyarakat berbasis pengetahuan atau masyarakat yang e-literasi dan ditargetkan pembangunan atau pemanfaatan telemalika tercapai pada lahull 20lS melalui : l. Terhubungnya seluruh desa dellgan jarillgall pemallfaatall telematika melalui Community Acces Point atau terjemahan bebasnya jarillgall ak5es informasi masyarakal. 2. Terhubungnya segeoap uoiversitas, akademi dan perguruan lingg; serta sekolah. 3. Terhubungova seluruh pusat kajian ilmiah dan riset ft. TerhubuogoVa seluruh perpuslakaan umum, pusal kebudaVaan, museum, kaolor pos, kantor arsip S. Terhubuognva seluruh rumah sakit, pusat-pusat kesehatan 6. Terhubuogova semua kanlor pemerintah pusat, dan daerah dengan 7. 8. 9.
laVanan web Terselenggaranva seluruh kurikulum tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi sesuai kebutuhan berbasiskao telematika TersedianVa akses bagi seluruh warga masvarakat untuk laVanan siaran radio dan siaran televisi Terwujudnva pengembangan konten berbasis budaVa lokal dao fasilitas aplikasi penggunaan bahasa lokal di internet yang berimbang
123
10. Tersedianya akses separuh penduduk Indonesia ke jaringan internet, serta 11. Terbangunnya kemampuan pemanfaatan telematika dimasvarakat secara merata. Ke semua indikator sasaran tersebut bila dibanding kondisl saat ii'll, maka keterbatasan akses terhadap informasi bagl bangsa Indonesia masih sangat terbatas. Padahal dalam mewujudkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan (knowledge-based economy), maka akses Informasi dan pengetahuan
mer\lpakan prasvarat utama/. Realitas demikian ini
memberikan tantangan bagi para pustakawan, sekaligus kesempatan untuk mengembangkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara lebih signifikan yang diperuntukkan bagi seluruh warga negara di Indonesia. Teknologi Informasl dan Komunikasl dapat ditempatkan ke dalam 2 kategori fungsi, yaitu : telematika sebagai enobler dan telematika sebagai sarana sektor industri. Sebagai enabler, telematika diharapkan mampu memberikan nilai tambah
(value odded) terhadap berbagai sektor
kehidupan seperti pendidikan, kesehatan dan pemerintahan melalui
leorning, e·business,
e·health
dan
e-Government.
Dalam
~
dunia
pendidikan, fa silitase·leorning memberikan akses vang lebih tuas, efektif dan efisien terhadap materi pelajaran vang tidak lagi dibatasl oleh ruang dan waktu. Oengan
~business,
diharapkan roda perekonomian dapat
berjalan dengan lebih baik terutama karena akses informasl Vang tebih mudah.
Sedangkan
dalam
sektor
lavanan
publik,
dengan
diselenggarakannnva e-Governmenr, pelaVanan kepada masvarakat dapat .diberikan lebih efektif, cepat, akurat dan transparan. Sebagai sektor industri, telematika terbukti telah mampu membawa beberapa negara menjadl kekuatan ekonomi global seperti Jepa'ng, Korea, dan India. Hal ini dapat terwujud karena adanva dukunBan vang kuat dari pemerintah. akademia. dan kalangan dunia usaha yang bahu membahu
124
--
OPINI .-~
dalam m engangkat telemat ika sebagai industri primadona. Oi harapkan bahwa dalam waktu dekat, Indonesia mampu berdiri dan ke mudian dapat meningkatkan daya saingnya dalam bidang telematika, terutama melalui kontribusi pembangunan piranti lunak dan industri konten elematika. Dengan penduduk yang mencapai 2SS juta jiwa, jangan lagi Indonesia berperan pasif semata-mata pasar bagi produk-produk dari manca negara. Untuk mewujudkan peran aktif telematika sebagai enabler dan sektor indutri, diperlukan beberapa faktor : Pertama, kesiap an infrastruktur telematika yang memadai. Salah satu infrastruktur tersebut adalah akses ke jaringan terse but. Hal ini dikarenakan oleh tarif internet yang masih sangat mahal, bahkan salah sa tu yang termahal di kawasan Asia Pasifik. Kita mesti mencarikan jalan keluar agar tarif internet turun, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengaksesnya. Perkembangan TlK terkini seperti teknologi 3G dan
Wimax
memberikan
alternatif
solusi
yang
memungkinkan
terwujudnya akses internet yang murah tersebut. Selain itu, program Universal
Service
Obligation
(USO)
dapat
dikembangkan
untuk
menyediakan infrastruktur berbasis Internet protocol (IP). sehingga nantinya setiap desa dan daerah terpencil akan dapat menikmati tidak saja layanan komunikasi suara (telep-on) tapi juga beragam layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi lainnya, seperti internet, VoIP, video conference dan sebagainya. Kedua, sumber daya manusia dibidang telematika harus dikembangkan. SDM telematika Indonesia memang masih sedikit dan masih kurang mendapat apresiasi yang semestinya sehingga akhirnya bekerja diluar negeri. Ironisnya, banyak perusahaan besar di Indonesia menggunakan tenaga asing untuk mengembangkan sistem informasinya. Kita perlu mengembangkan apresiasi yang wajar bagi ahli-ahli telema tika Indonesi a tersebut sehingga mereka dapat berkarya di negert sendiri. Selain itu,
125
saya mengajak dunia usaha dan dunia pendidikan untuk berperan serta secara aktif bersama pemerintah dalam mengembangkan sumber daya manusia telematika ini. Namun juga kita menyadari kondisi institusi sekolah teruatama bangunan fisik banyak yang tidak laik pakai lagi. Oleh karena Itu, pembangunan perpustakaan merupakan alternatif percepatan untuk mencapai sasaran bersama. Karena tidaklah mungkin kita dapat memanfaatkan telematika secara optimal tanpa dukungan 5DM yang memadai, dan terutama 5DM yang bereliterasi. Ketiga, perlunya e-Ieodership yang kuat di bidang telematika. E-leadership ini diwuJudkan dalam bentuk lIisi yang memanfaatkan telematika sebagai tulang punggung pembangunan nasional sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi
nasional
secara
signifikan.
Konllergensi
kelembagaan telematika dengan kehadiran Depkominfo dan Dewan Nasional Telematika Indonesia yang diresmikan Presiden harus diikuti dengan
konllergensi
mengintegrasikan
kebijakan
ramah
dan
teknologi
regulasi
informasi,
telematika
yang
telekomunikasi
dan
penyiaran menjadi satu. Regulasi yang terkait dengan bidang telematika seperti Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang saat ini masih di DPR, dan perlu segera disahkan. Selain itu, cyber
low perlu segera disusun dan diratifikasi guna mengantisipasi kebutuhan penyelenggaraan berbagai layanan elektronik yang aman. Keempat, telematika tidak dapat termanfaatkan secara optimal jika rakyat Indonesia belum mengenalnya. Untuk itu, diperlukan pembelajaran yang menyeluruh bagi segenap lapisan masyarakat dengan memanfaatkan telematika. 5ecara konsepsional dan pragmatik, inilah strategi 5-215 dan Mil
2015
dengan pemberdayaan
telematika
atau
pemberdayaan
masyarakat dengan memanfaatkan telematika, yang telah dilaksanakan dan terus dikembangkan dengan program Gerakan Nasional Membangun Masyarakat Cerdas melalui Community Acces Point (CAP) di berbagai daerah, serta pengembangan One School One Computer Lab (050L) untuk sekalah-sekolah di seluruh Indonesia.
126
Kelima, fasilitas industri telematika melalui program Cyber Pork, inkubator bisnis telematika dan berbagai program insentif lainnya. Modal utama industri
telematika
adalah
bralnwere,
dimana
Indonesia
tidak
kekurangan. Agar SDM yang ahli di bidang telematika dan memilikl daya inovasi dalam bentuk usaha bafu (technopreneurship). Selain itu, dalam rangka meningkatkan kemampuan pengembangan perangkat lunak lokal dan untuk menurunkan angka pembajakan software, pemerintah juga mendukung kampanye software legal dengan pilihan cerdas pemanfaatan perangkal berbasis open source. Kemajuan industri telematika dipercaya dapat mempercepat tefWujudnya kemandirian bangsa. Keenam, untuk meningkatkan Iransparansi, efektivitas dan efisiensi pelayanan publik, pemerintah akan melanjutkan program implementasi eGovernment bagi instansi pemerintah pusat dan daerah. Salah satu
program unggulan di bidang e-government adalah penvelenggaraan ePrOClJrement dengan langkah awal e- Announcement, dimana pengadaan
barang dan jasa pemerintah selain diumumkan lewat media massa cetak juga akan disebarluaskan melalui internet. Pemerintah juga tengah menviapkan Program Nomor Identitas Nasional vang memberikan nomor identltas vang unik bagi setiap penduduk Indonesia sebagai nomor acuan Vang dapat digunakan oleh berbagai instansi penvelenggaraan lavanan publik. Program Nomor Identilas Nasional inj dirancang sedemikjan rupa sehlngga investasi vang telah ditanamkan pada sistem informasi dan basis data dari setiap instansi tersebut lidak terbuang percuma. Dengan anggaran vang sangat terbaias, pemerintah menyadari perlunya kerjasama multipihak anlara pemerintah, aka demisi, masyarakat madani dan
dunia
usaha
unluk
mengjmplementasikan
program-program
tersebut. Oleh karenanva strategi alokasi sumber daya yang digunakan adalah Public Private Partnership. Oleh karena itu, maka agenda dan sasaran dari program kita ke depan dengan mengutip kategorl Yoges Mahoftra, pakartelematika India adalah:
127
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Encourage private sector investment Promote and protect competition Extend the ~universal service" concept Provide rapen acces" to all information consumerand and providers Ensure f/ex$ibility wtih technological and market changes Promote technological innovatif and new aplication Promote seamiless, interactive, user-driven operation to ensure interoperobility and openss with efficient, high capocity, and standardable multi-media services
5elanjutnya
kunci
keberhasilan
pembangunan
dan
pemanfaata n
telematika nasional dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas dan keahlian yang dimiliki sumber daya manusia. Bernie Triling menyebutkan 12 kompetensi baru berbasis telematika yang wajib dimiliki oleh angkatan kerja berwawasan ke depan, yaitu kemampuan untuk melakukan : search ing dengan menggunakan seorch engine: collection mp3, grafik, animasi, video, creating, membuat website, gome, sharing, halaman web,
blog, communiting melalul ; e-mail, instant messanger, chatting coordinoting melalui moiling list, workgroups; meeting dalam forum dan chat room elektronik; socioli~ing dengan mengikuti beragam kelo mpok sosial online; gaming online, learning menggunakan jurnal online, bahan kuliah online. Lebih lanjut, Bernie Triling mengatakan bahwa ketika tu lus, pelajar sekolah menengah atas di negara maju telah memiliki pengalaman bermain video games selama 10.000 jam, membaca dan menulis 250.000 email. menggunakan ponsel selama 10.000 jam, menontan siaran TV selama 20.000 jam, terekspos 500.000 iklan, membaca buku kura ng dari 5.000 jam. Profil angkatan kerja seperti inilah yang akan menjadi pesaing angkatan kerja Indonesia. Bisakah para pustakawan ke rja Indonesia, jika hal itu hanya n,engandalkan pada sistem pendidikan konllensional.
128
Oleh sebab itulah, tantangan sekaligus peluang yang terbuka didepan mala adalah bagaimana mengoptimalkan peranan pustakawan, sekaligus melakukan upaya meremajakan dan memvitalisasikan (rejuvenating) perpustakaan-perpustakaan dimanapun sejak di kota hingga ke surau dan di danau, semuanya terhubung oleh jaringan akses informasi elektronikainternet. Inilah fokus keempat dari sebelas sasaran WSIS 2003, yang perlu kita garap dan kita tangani bersama secara kompak, terpadu dan konvergen. Data pertengahan tahun ini menunjukkan industri terkait teknologi berkembang sebesar 6,9%. Industri jasa berkembang paling besar dengan tingkat perkembangan 10,4%, disusul dengan industri aplikasi telematika 8,7%, hardware 6,5% dan perangkat komunikasi 7,8%. Dengan jumlah penduduk yang mentapai lebih dad 225 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi Industri telematika. Komitmen pemerintah untuk mengembangkan dan memanfaatkan. Telematika dalam berbaga! sektor kehidupan masyarakat, akan membuka peluang bagi sektor swasta untuk mengembangkan industri telematika. Namun, untuk menjadikan industri telemalika sebagai salah satu soko guru perekonomian kita, maka bibit-bibit usaha baru berbasis lelematika perlu ditumbuhkembangkan. Hal itu bermakna bahwa selain instilusi sekolah, akademis, perguruan tinggi serta madrasah, maka perpustakaan sudah sepatutnya dikedepankan peranannya. Ada dua pilar selain liga titik singgung pustaka dan pustakawan dalam konleks pemanfaatan telematika. Kedua pilar tadi adalah pertama, paradigma petugas penyelenggaraan perpustakaan harus berubah seratus delapan putuh derajal. Kesan bahwa pustakawan itu berpenampilan kusam, loyo, ringkih dan berkacamata leba!, adalah citra yang usang dimasa lalul. Ke depan,
129
--
OPINI ItI"U"'~
pustakawan hendaklah bercitra parlente, atau keren. Jaga image, tetapi juga dilengkapi keterampilan dan keahlian penguasaan teknologi secara mumpuni. Pustakawan kelak tidak sekedar mengelola arslp elektronik dan mentransfer menjadi konten buku digital. Sebuah proses digitalisasi kontek kelak diperlukan dan dikenal sebagai proses: infomatisasi" atau digitalisasi informasi. Buku tidak lagi bersifat monoton, kering tidak menarik, dan pas if. Dengan proses digitalisasi konten, isi buku menjadi dinamis, multi media, Interaktif dan bahkan tiga dimensional. Manajemen perpustakaan harus benar-benar dikelola dengan bersih dalam arti higienis, bebas debu dan indah serta menarik atau berartistik sehingga membuat betah bagi para pengunjung. Kemudian, dalam rangka mengembangkan masyarakat e-lirerDsi , maka paradigma
pelayan
perpustakaan
harus
dirombak
total.
Dahulu,
pengunJung yang datang ke perpustakaan, dan pelayanan diberikan kepada mereka, tergantung pada jam buka dan ketentuan hari libur. Inl mengakibatkan
para
peminat
pustaka
menjadi
terkendala
oleh
terbatasnya waktu. Bahkan tidak jarang. karena keterbatasan volume ko leksl, menjadikan fenomena antrian atau mendaftar bergiliran menjadi hal
yang
biasa . Apalagi di perpustakaan
kampus,
ketika musim
semesteran. Bagi mahasiswa indekos, hal ini menjadi suatu kendala yang lumrah dan rutin. Kelak, dengan pemanfaatan telematika, maka pengelolaan layanan perpustakaan akan berbalik baku1. Tldak pengunjung yang datan&. melainkan perpustakaanlah (tepatnya e·library) yang datang mengunjungi peminat pustaka. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, jika jangkauan jaringan Infraslruktur telekomunikasi sudah bukan kendala lagi, maka perpustakaan digital akan mengunjungi rumah·rumah warga masyarakat hingga ke pelosok pedesaan. Modale-librory demikian menjadikan waktu bukan lagi kendala, karena layanan perpustak.aan akan berla'ngsung 24 jam seharl, tujuh hari semlnggu, dan 364 hari setahun, alias non stop, tanpa liburl Teknologi dan aplikasi telematikalah yang menopang semua
130
it.... dengan jaringan
layanan antar modal yang terintegrasi dan
konvergensi yang mantap. Sat ... hal lagi. Jangan dilupakan bahwa Indonesia kava akan seni dan b... daya yang diakui dunia inlernasional. Mengapa tidak kita eksploitasi sebagai s...mber daya yang tidak terbatas? Seni dan budaya merupakan modal utama bagi industr. konten lokal yang memlliki peluang yang sangat besar ... ntuk memen... hi pasar global. Setain ind... stri konten. industri software lokal juga memlliki peluang yang sangat besar ... ntuk memen ...hi pasar didalam dan dil... ar negeri. Harga software luar negeri yang mahal memic... angka pembajakan yang linggi. Pengembangan open sourc~ softwar~,
·/ndonesia, Go Open
Sou,c~·
merupakan salah salu
upaya mengembangkan kemampuan Industri software lokal melalui "kreatifilas tanpa batas·. Muara
dad seluroh
aktifitas
pembangunan
yang
dilakukan oleh
pemerintah adalah tercapainya Masyarakat Informasl Indonesia pada tilhun 2015 yang ilkiln datang. Masyarakat Informasi Indonesia ini adalah masyarakat yang mampu memanfaatkan keunggulan telematika di semua sektor sebagal sebuah faktor enabler bagi sektor tersebut. Masyarakat Informasi Indonesia 2015 juga akan memfilsilitilsi jalan tercapilinYil bilngsa Indonesia Yilng maju dengiln teknologi informasi. Mengutip pesan Bapak Presiden 5usilo Bambang Yudhoyono dalam sebuah pidatonya tentilng periln teknologi informasi mampu memberikiln nilai tambah bagi masyarakat luas, mendorong partisipasi masyarakat luas, mendorong masyarakat didalam pemanfaalan teknologi informasi sehingga terwujud. Milsyarilkilt cerdas yang mampu meningkatkan dilya SOling bangsil . Tentu saja, salah salU wahana penggerak sekaligus pilar mewujudkan pemanfaatan telematika serta memasyarakalkan telema tika adillah melal ...i e-/iteroji infonnasi yang merupakan lahan subur bagi pustakawan
131
Indonesia. Tersebar sejak kota Sabang di barat, Halmahera di utara, Merauke di timur, dan Maumere di selaun. Oi hadapan kita telah terbentang kebebasan untuk berkarya mewujudkan ber e-literosi, elearning dan eorning dalam masvarakal Indonesia yang maJu dan sejahtera.
WARTA, Edisi Khusus 2006
m
MENJADIKAN IPI SEBAGAI PEREKAT DAN PEMERSATU PUSTAKAWAN INDONESIA Oleh : Zutfikar Zen
Ketika awal berdirinva pada uhun 1973, organisasl Ikalan Pusukawan Indonesia (IPI) mempunyai tujvan; 1. Menghimpvn, menampvnS dan menvalurkan apresiasi dan kreasi dar. mereka yang berkaitan dan atav bekerja dalam bermacam -macam jenis perpustakaan dan Ilmu pengetahuan yang lain yang berkaitan dan atav bermacam-macam jenis perpvstakaan atau badan-badan lainnya vang rvang linBkupnva berkaitan dengan kepu sukawanan 2. Mengusahakan mereka yang termasuk diatas pada tempat yang semestinva di dalam masyarakat
,,,
3. Meningkatkan, mengembangkan mengamalkan ilmu perpustakaan, demi kemajvan pendidikan, ilmv pengetahvan serta kesejahleraan masyarakat dan 4. Menempatkan ilmu perpvstakaan dan ilmu pengeuhuan lainnVa Vang berkalun, pada laraf yang semestinva yang diantaranva pada tara! vang semestinya, diantara ilmu-ilmu pengetahvan. Dari semua lujvan lersebut dapal diringkas bahwa IPI dibentuk dengan tujuan sebagai berikut : 1. Wadah untuk menvalurkan aspirasi dan kreasi 2. Wadah untuk meninBkatkan citra pustakawan 3. Wadah unlvk memberikan amal bakti 4. Wadah untuk mengemban ilmu Bila dilihat dengan seksama, ternvata tujuan IPI tidak banVak mengambil perubahan. Pada kongres terakh ir dinvatakan bahwa tujuan IPI adalah untuk: l. Meningkatkan profesionalisme pustakawan Indonesia 2. Mengembangkan llmv perpvstakaan, dokumenlasi dan inform as!
3. Mengabdikan d;Jn meng;Jm;Jlk;Jn ten;Jg;J d;Jn ke;Jhli;Jn pust;Jk;Jw;Jn untuk b;Jngs;J d;Jn neg;Jr;J Indonesi;J Bil;J diringkas, tujuannya adalah sebagai :
1. Wadah untuk meningkatkan profesionalisme 2. Wadah untuk mengembangkan ilmu 3. Wadah untuk memberikan amal bakti Pembentukan citra (image) yang dulu dinyatakan dalam lujuan, ternvata lerakhir lidak lagi dicantumkan sebagal lujuan organsisasi. Mungkin, dengan bekerja profesional didukung dengan ilmu perpustakaan yang juga berkembang secara layanan yang berorientasi kepada pemakai dengan sendirinva akan mengangkal cilra pustakawan Indonesia. Sebagai suatu org;Jnisasi yang berusia 33 tahun lebih, IPI mempunvai sejarah panjang dengan liku·liku perjuangannya. Memasukl era reformasi. IPI mengalami banyak perubahan, balk perubahan yang berupa peluang atau berupa tantangan. Bagalmanapun kedlnya, IPI telah mampu berbuat baik bagi anggola, maupun bagi kemajuan perpuslakaan. Keberadaan berbagal jenis perpustakaan seperti Perpuslakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Umum, Perpuslakaan Sekolah, Perpustakaan Nasiona!. dan Perpuslakaan Kepresidenan merupakan buah karya pustakawan Indonesia, yang sebagian besar adalah warga IPI. Lembaga pendidikan perpustakaan yang sampai tahun 1975 hanya ada yang menawarkan pendidikan ilmu perpustakaan. Secara internasiomal IPI seta tu turut serta aktif. terutama pada organsasi CONSAL (Congres of
Souteost Asian Librarians). Bila melihat ke depan, disamping peluang, IPI juga akan banvak menghadapi tanlangan. Kedua·duanya harus disikapi dengan baik dan benar oleh anggota IPI. Era informasi yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. telah melahirkan berbagai organisasl profesi. Istilah organisasi tunggal atau satu-satunya sudah mulai ditinggalkan alau ditanggalkan.
134
1C0ngres IPI ke X di Bali merupakan kongres amat menentukan, sekaligus juga strategi untuk pengembangan IPI dimasa mendatang. Jika pandai menyikapi perubahan, maka IPI akan semakin berkembang. sebaliknya, jika tidak IPI akan hUanc ditelan perubahan sendiri. Perjalanan 0l"lanl5a51 Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami penjajahan, yaitu : a). Zaman penjajahan Belanda (1605-1942), dan zaman penjajahan Jepang 11942-1945), b). Zaman kemerdekaan (1945-kini). Bila ingin mengetahui perjalanan orga nisasi" pustakawan di Indonesia, periodenya dimulai sejak zaman penJajahan tersebut. Meskipun barangkali sebelum datangnya kaum penjajah, nenek moyang kita mungkin juga sudah memiliki perpu stakaan dan sudah ada orang yang bekerja di perpustakaan. Konon, pada laman Majapahit telah terdapat perpustakaan yang sejalan dengan perk embangan peradaban bangsa klta ketika itu. Perpustakaan lebih banyak milik kerajaan dan koleksinya sebagian besar adalah karya pujangga kerajaan. 5udah dengan sendirinya ada orang yang mengelola koleksi tersebut dan orang terse but tentulah dapat disebut sebagai pustakawan. Namun, tidak banyak data yang menginformasikan adanya perlwmpulan pekerja perpustakaan pada masa itu. Oleh karena itu napak tIIas organisasi pustakawan di Indonesia umumnya dimulai sejak zaman penjajahan kemudian diikuti zaman merdeka. Zaman Penjajahan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, adalah perpustakaan tertua yang lahir pada zaman penjajahan Belanda yang dibentuk pada tanggal 24 April 1783. 5ebagai perpustakaan, sudah dapat dipastikan ada orang yang bekerja untuk perpustakaan tersebul. Tidak banyak
catatan
sejarah
yang
menggambarkan
adanya
ofganisasi
pustakawan ketika it u. Konon organisasi pustakawan di Indonesia 5udah mulai digagas pada tahun 1912. Menurut Prof. 5ulistyo Basuki yang dikutip Harahap dan
135
Tairas (1998), gagasan berdirinva organisasi pustakawan di Indonesia adalah atas prakarsa Dr. HJ. van lummel. Namun, secara resmi organisasi tersebut berdiri pada tahun 1916 dengan nama "Vereenicinc tot Bevor ding van het Bibliothekwelen". luJuan berdirinya organlsasi adalah untuk memajukan perpustakaan di Hindia Belanda. Namun, organisasi ini tidak berkembang lagi ketika tokon penggeraknva kembali di negeri Belanda pada tahun 192().an. Selama laman penjajahan Jepang. tidak banyak catatan sejarah tentang aktivitas organisasi pustakawan di Indonesia. Untuk kepentingan perang, penguasa Jepang banVak membekukan kegiatan perpustakaan, kecuali koleksi yang mendukung kepentingan penjajahan yang boleh diedarkan. Untungnya sebagian besar koleksi perpustakaan tidak dibumihanguskan, tetapi hanya dibekukan. Zaman Merdeka Sejalan dengan sejaran perjalanan bangsa Indonesia yang merdeka 17 Agustus 1945, organisasl pustakawan mulai dicanangkan tujun tanun kemudian. Secara umum perjalanan organisasi profesi pustakawan di Indonesia dapat dikelompokkan kepada tiga era, vaitu ; 1) Era sebelum lanlrnva IPI (195().an dan 1960-an) 2) Era sejak lahirnva IPI (197().an, 198(}.an, dan 1991).an) 3J
Era IPI dan era reformasi (2000-an sId kini) Era sebelum lahlrnya IPI
eikal bakat lahirnya organisasi pustakawan di Indonesia adalah gagasan yang muncul setelah A.G.W Dunningham (konsultan Unesco) dan A. Patah membuat laporan tersebut, mengatakan bahwa perlu dibentuk persatuan ahli perpustakaan di Indonesia. Gagasan ini kemudian diikuti dengan mengadakan pertemuan
pegawa~
pegawai perpustakaan di Jakarta bulan
Mei 1953. Akhirnya pada tanggal 4 luli 1953 lahirlah pekumpulan pustakawan pertama di Indonesia dengan nama Asosiasi Perpustakaan Indonesia (API).
136
Untuk pertama kalinya di Indonesia, pada tanggal 27 Maret 1954 diadakan akhirnya
Konferensi sepakat
Perpustakaan
Seluruh
Indonesia.
untuk membentuk organisasi
Konferensi
Perhimpunan Ahli
Perpustakaan Seluruh Indonesia (PAPSI) sebagai perkembangan lanjutan dari API. Kemudian dalam kongres I PAPSI tanggal 6 April 19S6, nama PAPSI diubah menjadi
Perhimpunan
Ahli
Perpustakaan
Arsip
dan
Dokumentasi
(PAPADlj. Dengan tegas dinyatakan bahwa PAPADI adalah lanjutan dari PAPSI dan tanggal kelahiran PAPADI tetap mempertahankan han lahirnya PAPSI. PAPADI memperluas keanggotaan yang didalamnya termasuk para pegawal yang bekerja di lembaga arsip dan dokumentasi Selanjutnya pada tanggal IS Juli 1962, PAPADI berubah nama menjadi Asosiasi
Perpustakaan Arsip dan
Ookumentasi
Indonesia (APADI).
Perkembangan politik di Indonesia mempengaruhi kegiatan APADI. Sampai dengan meluasnya G3OS/PKI, t idak banyak kegiatan yang dilakukan oleh organisasi ini. Pada tanggal 5 Desember 1969, para pengelola perpustakaan khusus membentuk Himpunan Pustakawan KhoJsu s Indonesia (HPClj. Dengan demikian, disamplng APADI awal 1970-an, di Indonesia terdapat dua organisasi profesi yang menonjol. yaitu APADI dan HPCI. Pada tannal 23 Januari 1973, kedua organisasi inl mengadakan pertemuan di Bandung yang akhlrnya melahirkan kesepakatan untuk membentuk wadah tunggal pustakawan di Indonesia, vaitu Ikatan Pu stakawan Indonesia (IPI). Era sej ak lahlrnya IPI Seperti disebut sebelumnya, IPI lahirnya
bermula karena adanya
keinginan pustakawan terutama anggota APADI dan membenluk keinginan
wadah
lersebut,
lunggal pada
pustakawan
S-7 Juli
HPCI untuk
Indonesia. Tindak
1973 disetenggarakan
lanjut
Kongres
Perpustakaan Se-Indonesia di Cia wi, Bogor, Jawa Barat. Kongres berhasil menyatukan APADI dan HPCI dengan membentuk organisasl pustakawan yang baru bernama Ikatan Pustakawan Indonesia dengan singkatan IPI dan dibacai -~-i. Se<:ara resmi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) adalah organisasi resmi pustakawan Indonesia. IPI berkiprah secara nasional, regional dan internasional. IPI berperan aktif dalam CONSAL dan IFlA. Sejak tahun 1973, IPI telah menyelenggarakan kongres secara berkala dan diikuti oleh para pustakawan dan seluruh Indonesia. IPI memiliki struktur organisasi Pengurus Daerah (PO) untuk tingkat provinsi dan Pengurus Cabang (PC) untuk tingkat Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 1998, kongres dilakukan setiap tahun 3 tahun seltali, tetapi sejak Kongres IPI ke8 Lembang, Bandung, kongres diadakan setiap 4 tahun sekali. Di samping membahas AD/ART, Kode Etik, kongres memllih Ketua Umum dan Sekretaris Umum IPI. Setiap kongres juga disertai dengan kegiatan ilmiah dengan menampilitan berbagai makalah ilmiah. Setiap kongres mengusung suatu tema yang menjadi fokus permasalahan yang hangat ketika itu. Adapun tema-tema yang pernah menjadi disampaiitan dalam IPI dapat dilihat pada tabel Oalam melaksanakan mlsinya, IPI telah melakukan berbagai usaha dan kegiatan. Hanya saja dalam pelaksanaan kegiatan banyak dilakukan secara bersamaan dengan tugas sebagian dan pekerjaan lembaga tempat dimana pustakawan mengabdi. Tidaklah mudah memisahkan antara tugas sebagai pegawai instansi dengan tugas seorang pustakawan. Kegiatan yang dilakukan IPI, antara lain ; (a). Upaya penambahan jumlah perpustakaan,
(b).
Memperjuangkan
profesi
pustakawan
sebagai
fungsional, (e) mempromosikan perpustakaan di kalangan masyaraitat dan pemerintah. (d) melakukan kerjasama dengan organisasi lain yang terkait dengan profesi pustakawan dan kegiatan perpustakaan, Ie) memberikan pembinaan terhadap anggota dengan berbagai keglatan ilmiah, (f)
memberikan pembinaan
138
terhadap
lembaga pendidikan
pustakawan, baik pendidikan formal. non formill. dan informal, (g) berperan aktif melahirkan berbagili pedoman diln standar perpustakaan, (h) berperan datam menyusun Undilng-Undang Sistem Nasional Perpustilkaan dan, (i) l urul alelif dalilm berbagai keg ia!an nasional, !"eIional
dan
interna sionill dalilm
bidang ilmu perpustakailn dan
Informilsi. Dengoln diprolkarsai oleh Balai Pustaka, pada tahun 19B2 dibenluk I(lub Perpustakaan Indonesia (I(PI) pada tingkat pusat dan di 27 provinsi. Tujuan utama I(PI adalah untuk memasyarakatkan buku. Bahkan, Balai Pustaka menebar sejumlah mobil yang menawarkan buku. Perpustakaan, terutama
Perpustakaan
Sekolah mendapatkan diskon
membeli buku-buku yang disediakan. Mobil
te~but
khusus bila
berperan ganda,
yaitu sebagai toko buku dan sekaligus juga sebagai perpustakaan keli!'ng menjelajah ke pedesaan. Bahkan perpustakaan dapat membeli buku dengan carOl kredit dan dapat dicicil pem6ayarannya. Pada awal berdirinya,
KPI
berada
dibawah
binaan
Balai
Pustaka,
tetapi
perkembangan selanjulnya menjadikan KPI sebagai suatu organisasi yang mandiri. I(eanggolaan I(PI adalah lembaga ya ilu perpuslakaan, terutama Perpustakaan Sekolah. Era IPI dan Era Reforma si Pada tanggal 21 Mel 1998 terjadi politik di Indonesia, yaitu Presiden Soeharto menyatakan berhenti menjadi presiden dan menunjuk Prof. 8J. Habibie sebagai penggantinya. Kekuasaan yang sebelumnya cenderung sentralistik, militerisme berubah menjadi pemerinlahan desentralistik dan alam demokrasi mulai dibuka. I(ebebasan pers dan kebebasan mendirikan partai politikpun terbuka luas. Perubahan yang terjadi merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia, baik secara individu maupun ~ra bermasyarakat dan berorganisasi. Oi sadari atau tidak perubahan pun menjalar ke organisasi perpustakanan dan pustakawan di Indonesia. Sejak l ahun 2000 lahlr organisasi perpuslakaan dan pustakawan berikut :
139
1. Pada tanggal12 Qktober 2000, melalui Musyawarah Nasional (Munas) I, lahir Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) di Ciawi, Bogor. Terpilih sebagai ketua pertama Ir. Abdurahman Saleh, MUb (Kepala Perpustakaan IPS). Keanggotaannya adalah lembaga perpustakaan, baik perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), maupun Perpustakaan Perguruan Swasta (PTS). 2. Pada tanggal 18 November 2000 dil>entuk pula Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (FPKi), yaitu lembaga yang menghimpun pengelola perpustakaan khusus, baik pada lembaga pemerintahan, maupun pada lembaga swasta. Terpilih sebagai Ketua Umum pertama Drs. Bambang Setiarso, MA (Pustakawan Poll-lIPI) 3. Pada tanggal 4 Juni 2002 di Cipayung, 6ogor, dibentuk Forum Perpustakaan Umum dl Indonesia (FPUI) terpilih sebagai ketua Drs. Rachman Hermawan S, MM (Kepala Perpustakaan Umum Oaerah OKI Jakarta) 4. Pada tanggal 8 Agustus 2002 di Cisarua, 6ogor, dibentuk pula Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia (FPSI) untuk menghimpun pengelola perpustakaan
sekolah.
Perpustakaan
Umum
Akhirnya Indonesia.
menyusul sebagai
terbentuk
Ketua
Umum
Forum terpilih
Bambang Owi Prasetyo, Spd. (Guru Pustakawan SMP 134 Jakarta) S. Pada tanggal 23 Maret 2006 l>ertempat di Jakarta disepakati untuk membentuk Ikatan Sarjana Perpustakaan dan Informasi (ISIPU) oleh beberapa pustakawan yang sebagian besar adalah pengelola lembaga pendidikan perpustakaan di Indonesia. Oirencanakan sehari sebelum Kongres IPI tanggal 13 November 2006 di Bali akan diadakan Munas I ISIPII dan akan mendeklarasikan berdirinya secara resmi organisasi ISIPII.
'''''
label Konlreslpt 1913-2002
Konares
Tancca l
Tema
Kelua Umum & Sl!kJen
Ciawi, BOlor
S-7 luli 1973 Peran IPI 18-20 Januari 1977
Soekarman K &
Oalam Mencerda5kan
l.P Rompas
Perpustakaan dan
Hardjoprakoso &
Meningkatkan Partislpasi
Soemarno H
Pustakawan Oalam III
Vogyakana,
22-24
~ptember
Dengan Perpustakaan Kita TIngkatkan Kecerdasan
Hardjoprakoso & Wirawan
22-~
Pustakawan Oalam
Tjiropranto &
1986
Menunjang Pembangunan
Wirawan
26-29 Septe m~r
Perpustakaan Dalam
Hernandono
September
Menyongsong eril TInggal
18-21 November
Oalam era Globalisasi
lpon S.
20-23 November
Dalam Pembangunan
Paul Permadi
1995
Nasional dengan sub tema :
1992
Pe ningka tan KUillita s Pustakawan Dalam PlPT II
141
VIII
IX
Lembang, 8andung 11-14 November 1998
Memantapkiln Profesionalisme Pustakawan Guna Menyongsong, Melaksanakan dan Mensukseskan Repelita VII Yang Akan Datang
Batu, Malang 17-19 September
Perpustakaan Untuk Masyarakat
2002
Ediyami Bondan & Zulfikar Zein
Dady P. Rachmananta & Zumiaty Nasrul
IPI dan Organisasi Lain Era reformasi telah melahirkan sekitar enam organisasi yang terkait erat dengan pustakawan dan perpustakaan di Indonesia, yaitu : KPI, FPKHI, FPSI, dan ISIPII. Dengan banyaknya organisasi yang bergerak memajukan perpustakaan dan pustakawan Indonesia. Organisasi-organisasi terse but adalah sumber daya yang dapat menggerakkan berbagai kegiatan unt uk meningkatkan citra profesi dan mutu layanan kepada masyarakat. Masalah yang muncul adalah bagaimana memposisikan masing-masing organisasi dalam satu koridor untuk berjuang bersama IPI. Seberapa kecilnya
kontribusi yang diberikan selama ini, kehadiran berbagai
organisasi lersebut tidak ter lepas dari perjuangan IPI, baik sebagai anggota
alau
terwujudnya
sebagai berbagai
pengurus.
Tidak
perpustakaan
dapat
dan
disangkal
lembaga
bahwa
pendidikan
perpustakaan di Indonesia adalah juga hasil usaha para pustakawan yang no t ebene mereka anggota IPI. Sebagian besar pustakawan Indonesia dewasa ini, baik yang berpendidikan dalam negeri maupun luar negeri tidak dapat dilepaskan dari peran IPI, baik secara langsung atau pun seca ra tidak langsung. Kehad iran berbagai forum diatas disambut beragam oleh anggota IPI. Ada yang menyambutnya dengan positif maupun negatif. Mereka yang berpikir
positif menganggap
bahwa
142
organisasi organisasi
tersebut
merupakan darah segar dan energi baru bagi kemajuan perpustakaan dan pustakawan sert a mempunyal pola plklr yang sejalan dengan organlsasl organisasi tersebut. Sebaliknya, yang
berplkir
negatif berpendapat
bahwa
munculnya
organisasi-organlsasi Inl berarti langkah mundur pustakawan Indonesia ke era sebelum 1970-an. Organisasi tersebut dianggap sebagai blang perpecahan dimasa mendatang. Rasa kebersamaan yang selama ini telah terjalin akan menjadi terancam. Perpustakaan yang maju akan semakin maju, sebaliknya perpustakaan yang serba terbatas akan semakin tertingga!. Oi contohkan bahwa fPPTI akan berkembang pesa!, karena organisasi tersebut memlliki sumber daya yang relatif lebih baik. lain halnya dengan FPSI dan fPUI yang akan tertinggal, tidak memiliki sumber daya
yang
cukup
kualitas
maupun
kuantitas. Apalagi
semenjak
diterapkannya otonoml daerah di Indonesia, Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Umum sepenuhnya menjadi tugas utama pemerinlah Kabupalen/Kota. TIdak samanya kondisi masing-masing daerah dan berbedanya perhatian pemerintah daerah terhadap perpustakaan, lidak menguntungkan bagi perpustakaan dan pustakawan. Kelahiran ISIPII mungkin saja disamoot kekhawatlran oleh sebagian orang. mereka khawatir
kalau-kalau
organisasi
inl
akan
memisahkan
diri
dan
meninggalkan IPI. Kalau itu terjadi, sudah dapat dlpastikan IPI akan mengalaml keterbatasan sumber daya berlc:ualitas, khusus yang terdidik dalam bidang ilmu perpustakaan. Sebaliknya, berpendapat justru ISIPII diperlukan untuk memperkual IPI dimasa mendatang. ISIPII dituntut banyak berbuat, terutama pengembangan ilmu dan metakukan penelltian yang hasllnya dapat dimanfaatkan bersam oleh anuata IPI. Sebaliknya, ISIPII juga memerlukan IPI sebagai wadah bertemunya semua kelompok pustakawan, balk pustakawan akademisi. teoritisi maupun pustakawan pralctisi. Rasa was-was dan perbedaan pendapat lentang kehadiran berbagai organisasi pustakawan merupakan PR (pekerjaan rumah) bagi IPI dan
143
adalah tugas IPI untuk memanfaatkan peluang positn dan mengalasi halhal yang bersifat negatif. Kehadiran berbagai organlsasi selain IPI bukanlah sesualu yang baru dlaam profesi pustakawan. Sebagai contoh American Ubrory Association (ALA) dan Library Assodation (LA) di Inggfis mefupakan
dua ofganisasi
pustakawan terlc:emuka
di dunia juga
menghadapl hal yang sama. Di dua negara tersebut, disamping ALA dan LA juga muncul berbagai organisasi khusus, seperti asosiasl pustakawan sekolah, asosiasi perpustakan umum dan sebagainya. Namun demikian mereka tetap menjadikan ALA dan LA sebagai organisasi resm i di negara mereka. Hal serupa seharusnya menjadi contoh yang dapat diikuti oleh pustakawan Indonesia. Ketuali untuk ISIPII, wacana yang berkembang selama ini, keanggotaan forum-forum adalah lembaga, bukan individu, memilih istilah HforumH unt uk nama organisasi menunjukkan bahwa organisasi semacam paguyuban dan wadah untuk menjalin kebersamaan. Pada awal berdirinya forum, pengurus pusat IPI memang mempertanyakan kehadiran forum-forum terse but karena PP-IPI tidak dilibatkan sejak awal. Akhirnya, diperoleh penjelasan terutama dari pemrakarsa yaitu Perpustakaan Nasional bahwa forum dibentuk bukan organisasi tandingan IPI, tetapi sematam wadah yang dapat memfasilitasi masing-masing jenis perpustakaan. Akhirnya, PP-IPI dapat menerima kehadiran forum tersebut, bahkan dalam kepengurusan PP-IPI periode 2002-2006, Ketua Umum Perpustakaan Perguruan linggi (lr.Abdurahman Saleh, MUb) dan Perpustakaan Sekolah (Bambang Owl Prasetyo, S.pd) menjadi wakil ketua PP-IPI. Dengan adanya forum-forum tersebul, kegiatan IPt terutama kongres akan dimeriahkan pula oleh berbagai kegiatan yang lazim dikenal dengan istilah Preconferences dan Postconferences. Masing-masingoya akan mengadakan kegiatan ilmiah yang sesuai dengan lingkungan kerja masingmasing. Bahkan, oragnisasi ISIPII . yang akan tahir, pendeklarasiannya disesuaikan dengan kong res IPI, yaitu tansgal 13 November 2006 di Bali. Hal ini mengisyaratkan bahwa kelahiran organisasi ini merupakan bagian
144
tak terpisahkan dari organisasi Vang sudah ada sebelumnva. Menggandengkan berbagal kegiatan organisasi pustakawan akan sangat menguntungkan. lebih efisien dan efektif. lCegiatan bersama akan mtwujudkan terjalin kebersamaan sesama pustakawan. Oi
samping
organisasi organasasi
diatas, terdapat
pula
sejumlah
pel'1o:umpu!an Vang keglatannva juga terkait erat dengan perpustakaan. Sebagai organisasi profesi vang bermaksud memajukan perusahaan dan pustakwan, IPI harus pula menjalin hubungan dengan orga nisasl· organisasi tersebut, diantaranva, a). Badan Pengelola Perpustakaan Masvarakat Indonesia (BPPMI); b). Gerakan Pemasyarakalan Minat Baca (GPMB); c). IClub Pecinta Baeaan Anak (ICPBA), d). Masyarakat Penge'o'a Perpustakaan Seko'ah (MPPS); e). Pusat lCegiatan Belajar Masyaraka t (PICMB); fl. Sanggar lCegiatan lIelajar (SICII); g) A$Osiasi Pekerja Informasl Indone~a
tAPII); I'll. Ikatan l>enerblt Indonesia (lKAPI); il Persatuan Toko Buku Indonesia (PTBI). Meskipun dua organisasi terakhir terkait dengan dunla perbukuan dan bisnis, tetapi keterka itannva dengan puslakawan dan perpustakaan tidak pertu dlpenanyakan. Oi samplng jumlah vang terbatas dan banvak pula pustakawan vang memiliki semangat berorganisasi dan bekerja scsial, maka banyak diantafa pustakawan termasuk anggota IPI vang menjadi pengurus atau anggota pada beberapa organisasi terseoot. Keberadaan anggota IPI disana diharapkan dapat mewarnai organisasi tersebut, sekaligus sebagal saluran komunikasi anlar organisasi. Penlltup Seletah menapak tilasl perjuangan IPI dan organ isasi vang terlahir sebelumnya, tidak dapal dipungkiri bahwa IPI adalah Ibarat -ibu asuhpusukawan Indonesia. Selama Inl IPI telah menjadi perekat sesama pustakawan. IPI tidak mengenal sekat-sekal antar pustakawan karena perbedaan status, latar belakang, pendidikan atau lembaga tempat bekerja. IPI me!aul kongresnva mempertemukan ternan seprofesi,
145
--
OPINI "DUaT~
mengenal satu sama lain dan menyalurkan aspirasi dan kreatifitas yang berslfat umum. ke depan dengan banyak organisasi pustakawan yang tumbuh, IPI diharapkan menjadi - pemersatu- di Tanah Air. Meskipun berada pada berbagal organlsasi tetapi semua bersatu dalam wadah yang namanya IPI. Tumbuh dan berkembangnya organisasi yang berorientasi kepada pustakawan dan perpustakaan harus disikapl positif oleh IPt. Untuk menjalin komunikasl, seharusnya dilakukan pertemuan berskala antar organisasi
yang
diprakarsal
dengan
IPI
dengan
dukungan
dan
Perpustakaan Nasiona!. Dalam era reformasi dan era kebebasan, mungkin ada diantara organisasi masyarakat yang ingin mandiri (Independen) dan tidak mau diintervensl oleh pemerintah. tPI sebagai wadah nan pemerintah dan wadah profesi memlliki peran untuk menjadi mediator antar organisasi tersebut. Kongres IPI yang dilakukan setlap empat tahun dijadikan ajang pertemuan akbar sesama pustakawan dan antar organlsasl yang terkait dengan pustakawan dan perpustakaan. Tumbuh dan berkembangnya sebagai organlsasi pustakawan menjadikan IPI berperan pula sebagal pembina bersama Perpustakaan Nasiona!. Secara formal Perpustakaan
Na~onal
adalah lembaga yang mempunyai
tan&Bung jawab membina perpustakaan termasuk organisasl profesi. Jika selama ini yang dibina hanya satu, kini sudah lebih dari satu. Sebaiknya, dalam pembinaan organlsasi-organisasi tersebut, Perpustakaan Nasional bekerJa sam a dengan IPI, Perpustakaan Naslonal harus melihat IPI sebagai wadah pemersatu antar pustakawan di Indonesia dan mitra dalam melakukan keglatan pembinaan. Selama ini hubungan antar Perpustakaan Nasional dengan IPI sangat erat sekali. Namun demikian, masing'masing harus ada pada posisif'lya. Adalah tidak benar kalau IPI sangat tergantung pada Perpustakaan Nasiona!. Antar keduanya bermitra. Pada hakekalnya memajukan perpustakaan dan pustakawan di Indonesia. Banyak kegiatan IPI yang mendukung tugas
1<'
~~
OPINI !!.~
Perpustakaan Nasional. SebaliknVa, IPI pun banvak mendapat dukungan dari Perpustakaan Nasional, salah satu conloh upava peningkalan status dan tunJangan fungsional. Menelusuri sejarah lahirnva Perpustakaan Nasional pun tidak terlepas dad usaha gigih para pustakawan yang berhimpun dirl dalam IPI. Oalam berbagai kesempalan, kegialan IPI selalu menyuarakan pentingnva Perpustakaan Nasional bagi republik int Akhimva. apapun Vang hendak dilakukan terhadap profesi pustakawan, semua l ergantung kepada kita semua, kita pustakawan Indonesia. Apakah kita akan maju sendiri, apakah kita akan terkotak-kotak atau akan bersatu, apakah kita akan menjadikan IPI Vang semakin kuat atau semakin tak berdava Vang akhirnva tinggal nama. Semua tergantung kita semua, pengurus dan anggo ta IPI adalah sebagai pemilik dan penentu mana jalan yang hendak ditempuh. Satu hal vang tidak elok dilakukan adalah jika membentuk suatu organisasi baru dengan merendahkan organisa si lain dan menafikan perjuangannva. I(alaupun ada sebelum keberhasilan organisasi yang dinikmatl sekarang ini, mungkin juga hasil jerih pavah organisasi sebelumnva, baik secara langsung atau tidak langsung. Vang dimaksud dengan organisasi sebelumnva adalah IPI vang kini berusia sekitar 33 tahun, 4 bulan dan bila dihitung seJak lahimva IPI sudah berusia 52 tahun, 4 bulan.
,
WARTA XII Nomor 1 Tahun 2007
'"
PENGGUNA PERPUSTAKAAN Oleh : Imam Nurhadi
Perpustakaan berfungsi untuk berbagal tuJuan, tetapl seeara esenslal perpustakaan itu ada karena ada orang sebagai perseorangan maupun kelompok yang memerlukan buku-buku, koleksi atau seeara leblh luas diartikan informasi. Buku atau informasl memang tidak hanya di perpustakaan tetapi perpustakaan tetap menjadj salah satu tempat yang penting untuk dikunjungi. Beberapa istilah pengguna atau pemakai (users) antara
lain
pengunjung
(costumers),
pembaea
(reoders).
pelanggan (clients), rekan bisnis (potrons). Sebelum istilah pengguna banyak dikenal, istilah pembaea dan pengunjung yang banyak dipakai. Pelayanan-perpustakan mempunyai liga unsur, yailU koleksi, tenaga, dan pengguna _ OJ lambah dua unsur penunjang, yajlu unsur lempal dan sislem-sislem. Beberapa unsur pelengkap dari lima unsur ladi sesuai kebutuhan. Unsur pengguna seperti diuraikan dialas sangal penting dan sering dimaksudkan unluk memperjelas perbedaan antara ludans buku dengan perpuslakaan dan unluk merubah iSlilah
~sudang
ilmu· menjadi
~sumber itmu~ .
Pengguna
perpuslakaanlah
vans
membuat
perpustakaan
menjadi
bermakna karena merekalah yang memanfaatkan koleksl yang ada, sehinsga perpustakaan memang diperlukan keberadaan. Pustakawan India,
Rangganathan
perpustakaan
adalah
menyatakan menyampaikan
bahwa
lujuan
koleksinya
prlnSlp
kepada
suatu
pembaca
(pengguna). Pengguna memang lidak harus datang ke perpuslakaan karena bisa melalul hubungan jarak jauh dari bentuk sural .menyural sampai melalui akses Inlernel.
148
k elompok-kelompok Penuuna Perpust akaan Pena;una Umum Kelompok pengguna umum adalah pengguna perpustakaan dengan berDagai tujuan tetapi biasanya lebih banyak bertujuan untvk rekreasl (Ieosure) karena itv kelompok ini lebih sering diasumsikan sebagai
pengguna perpusukaan umum. Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelompok usia dewaSii dan usia anak -anak. atau ditambah dengan kelompok usia remaja. Kelompok anak-anak karena usianya memerlukan pernatian khusus dalam pemberian layanannya, terutama kebutuhan sesuai tingkat-tingkat usia tersebut. Penuuna Subjek Kelompok pengguna kedua adalah yang sudah memanfaatkan koleksi perpustakaan
pada
suatu
bidang
subjek
sesuai
kebutuhannya.
Kemungkinan kebutvhan untuk penelitian, penulisan, atau kegiatan kegiatan yang sedang dikerjakan dan memerlukan referenSi . Mahasiswa merupakan salah satu jenls dan merupakan pengguna paling banyak dari perpustakaan akademik (Iebih sering disebut perpustakaan Perguruan Tinggi). Kelompok lain dari tipe inl adalah pengguna spesialis subjek seperti para pakar, ilmuwan, dokter, insinyur dan sebagainya. Pengguna inl yang diasumsikan sebagai pengguna perpustakaan khusus walau mungkin mereka juga memakai perpustakaan jenis lain. Penuuna Khu sus Pengguna khusus bukan diartikan sarna dengan para spesialis subjek. tetapi lebih diarahkan pada pengguna vans mempunvai kebutuan khusU5 karena oleh adanya salah Siltu jenis kemampuan fi sik dan atau intelektual. 8eberapa Jenis pengsuna khusus, anlara lain : 1. mereka yang tua dan lemah atau tidak kuat 2. mereka vang cacal tisik angsola badan, seperti salah satu tansan atau kakinya caea t
'"
3. mereka yang cacat fisik berkaitan dengan indera penglihatan, rabun atau tu na netra 4. mereka yang mempunyoti permasalahan kesulitan belajar S. mereka yang mempunyai masalah mental seperti trauma, takut pada temapt-t empat tertentu 6. mereka yang secara budaya t idak bisa meninggalkan rumah 7. mereka yang mempunyai hambatan
karena
persoal an
hukum,
narapidana, orang dalam pengawasam dan sejenisnya 8. mereka yang mempunyal hambatan karena kesehatan seperti orang yang sedang dirawat di rumah sakit, orang yang mempunyai penyakit alergi pada debu, dan sejenlsnya 9. mereka yang mempunyai keterbatotsan waktu, misalnya orang-orang yang
sangat
sibuk
dalam
kerjanya,
atau
pekerjaannya
tidak
memungkinkan seperti sopir, penjaga keamanan Pengguna Bukan Pembaca Kelompok ini adalah pengguna yang secara l eratur mengunjungi dan memanfaatkan perputakaan. Batasan teratur bi sa tiap hari, sekali dalam set iap minggu, minimal tiap bulan sekal i secara tetap dan lerus menerus. Pengguna jenis ini mempunyai tujuan yang jelas dan memahami maksud kunjungannya ke perpustakaan. Kelompok ini biasanya menjadi anggota, tahu tata tertib dan
~ara
carOl pemanfaatan koleksi secara mudah dan
benar. Mereka biasanya mempunyai rasa memiliki apa yang menjadi milik perpuslakaan sehingga akan memeliharanya. Kelompok Pengguna Tldak Teratur Pengguna tidak leralur biasanya mengunjungi perpustakaan karena kebetulan atau mungkln terpaksa mengunjungi karena kebutuhan yang mendesak, seperti lugas dotri sekolah atau univesitas. Pengguna jenis ini biasanya kurang memahami art i sebenarnya perpustakaan, sehingga sering
kurang
mengerti
tata
carOl
bagaimana
memanfaatkan
perpuslakaan. Kelompok ini ada yang mau menjadi anggola letapi lebih banyak yang tidak mampu karena merasa rnerepotkan.
1SO
--
OPINI ~'!!!&~!!."!
Kelompok Bubn Penauna
I<elompok Ini perlu diperhatikan karena kemungkinan potens; untuk d;jadikan pengguna perpustakaan. I<elompok Ini tidak memanfaatkan perpustakaan karena beberapa hal atau mungkin tldak tahu ada hak untuk memanfaatkan perpustakaan. Termasuk kelompok in; adalah wpengguna tersembunyi
W ,
yaltu orang orang yang memanfaatkan koleksi
perpustakaan tidak langsung meminjam atas namanya sendiri. Pinjam buku dari orang lain yang menjadi pt"makai perpustakaan. Pengguna karena alasaan tertentu tidak lagi bisa memakai, juga bisa dikategorikan memakallagi juga bisa dikategorikan ke dalam kelompok ini. Pengguna bisa merupakan pengguna individual yaitu pengguna alas nama pnbadi yang memanfaatkan pt"rpustakaan dan mungkin dilayani secara pnbadl.
Atau
bisa
berupa
kelompok
seperti
alas
nama
organisasi/lembaga. Pengguna dalam rangka silang layan atau jaringan kerja sama dimasukkan dalam kelompok ini.
WARTAXII Nomor 1 Tahun 2007
151
PERPUSTAKAAN DAN MASYARAKAT Oleh : Sutarno NS Perpuslakilan dan masya rakal merupakiln dua $ubJek yanl sallnl berhubungan, mempengaruhi, menentukan dan sali ng mem buluhkiln. Artinya, bahwil keberadaan perpustakaan memanl diinlinkiln, dikehendakl, da n dlperlukan oleh masyarakilt tersebut. Sementaril itu, lujuiln perpustakilan yilnl dijabilrkiln dalilm tugu·tugas diln funis!, fungsinVii adalah dalam rangkil memberikiln pelilyanan informasi kepada masyilrakal yang bersangkutan. Masyaraut yan, sudah maju dengiln tirl-elr! meningkiltnya seeara tepilt pertumbuha n budaya informsi, dokumentasi diln perkembangiln ilmu penlelahuiln dan teknologi. Kehldupiln masyarakat terse but blasanya ditandai dengan keberildaan, perkembangan dan persebaran perpustakilan yanl tukup merata dan representatif. Kondisi tersebut sekaligus mencerminkan suatu sistem kehldupiln masyarakat van, membutuhkiln ketersediaa n dan kemudahan memperoteh a!!ses Informasi. Perpustakaan merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang harus dapat dipenuh i sebalalmanil kebutuhan yanl Iilln. Klranya tidak berte blhan jikil dilibalkiln bilhwa anlara perpustilkililn dan masyarilkilt yiln, terse but seperti dua slsl mala uang yilng mempunyal nilili yang sama dan tak dapat dipisahkan, maka ditempal itu perlu diballlun perpustilkilan. Semenlara itu, keberadaan dan pertumbuhan perpustakilan dl negara· negara berkembang pada umumnya betum sebagaimana diharapkan. Untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara maJu, masih banyak kendala dan k@t@rbatasan, balk internal maupun @ksl@rnal. Unwk IndoneSia, keb@radaan dan kondisi perpustakaan dipenlaruhi ol@h banyak faletor, seperti luas wilayah, kondisi geografi, jumlah, persebaran penduduk, tiolkilt pendidikan, keblasaan dan budaya' m@mbiICa masyarakilt, kebijakiln pemeriolah dalam bidanl perpustakaan, pertumbuhan dunla perbukuan, peoerbitan, distribusi, dan daya beli masyarakat.
Eksistensi perpustakaan apapun jenisnva dan dimana pun berada adalah melaVani masVarakat. Perpustakaan sebagai unit kerja dengan sejumlah persVaratan, vaitu meliputi : (1) dasar atau pijakan hukum yang sah dan ditetapkan oleh pejabat vang berwenang, (2) bangunan/gedung vang telah
direncanakan
dan
diperuntukkan
secara
khusus
untuk
perpustakaan, (3) himpunan informasi yang dibentuk dengan kebijakan tertentu yang dike lola berdasarkan aturan vang baku, (4) adanva tenagatenaga vang ditempatkan bertugas mengelola, (5) sarana prasarana dengan standar tertentu,
(6) sistem perpustakaan vang standar.
Masvarakat yang dimaksudkan disini adalah
kelompok komunitas
penduduk vang membutuhkan dan vang menginginkan adanva lavanan perpustakaan,
seperti
masvarakat
umum,
masvarakat
sekolah,
masVarakat pergur uan tinggi, dan masvarakat pegawai paQa lembaga pemerintah non pemerintah. Perkembangan perpustakaan di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan, upava dan kemampuan pemerintah, serta kepedulian pihak yang terkait. Mesti per lu diakui bahwa pemer;ntah telah berbuat banvak, namun dirasakan belum optimal. Hal it u antara lain dicerminkan dengan adanva berbagai
kebijakan
baik
dalam
produk - perundang undangan,
kelembagaan, manajeme~, pembangunan berbagai jenis perpu sl akaan, pembinaan ketenagaan, alokasi anggaran, kerjasama dan bantuan pihak la;n, maupun otonomi daerah. Menurut
pengamatan yang seksama dan
analisis alas eksistensi
perpustakaan dan masvarakat menunjukkan bahwa diantara kedua belum sepenuhnva
saling
berhubungan
sebagaimana
digambarkan
suatu
simbiosi mutualisme. Suatu hubungan yang saling menguntungkan dan membutuhkan. Antara perpustakaan dan masvarakat seolah-olah masih terdapat jurang atau jarak yang memisahkan. Masing-masing sibuk dengan kegiatannva sendiri. Perpustakaan melakukan tugas-tugas rutin administratif dan tekn is yang kurang menyentuh kepentingan
153
--
OPINI !!.!~~'!
masyarakal . Sedangkan masyarakal masih banyak yang belum peduli karena belum sepenuhnya memahami, menghayati, dan memaknai perpustakaan dalam kehidupan kesehariannya. Oalam era informasi sekarang ini, peran perpustakaan sangat strategis, yaitu mengelola informasi senra proporsional dan profesional yang menghimpun,
memelihara,
dan
melestarikan,
mengemas,
menyajikan/memberikaan layanan dan akses seeara cepat dan t epal kepada pemakainya. Salah satu prasyarat untuk dapat mew ujudkan konsep itu adalah ketersediaan sumber daya manus!a (pustakawan) yang berkualitas, andai dan memahami serta mampu melaksanakan tugastugas dan fungsinya dengan baik. Pada sisi lain adalah untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki literasi informasi (information IiteroC)l). lulisan ini disajikan untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya alas keberadaan
perpuslakaan.
Selanjut nya
memberikan
sumbangan
pernik. ran dan gagasan dalam merumuskan dan melaksanakan kewajiban, strateg., tugas, fungsl, visi dan misi serta program·program yang semestinya dilaksanakan per pustakaan guna memberikan layanan prima yang memuaskan ditengah·tengah masyarakal modem yang global. Perpust akaan, Sumber Oaya M anusla dan Masyarakat Ulerasl Keterkaitan antara perpustakaan dan masyarakat digambarbn sebagai suatu hubungan yang saling membutuhkan
atau menguntungkan
meneakup beberapa komponen. Namun, dian!ara komponen yang sangat penting adalah perpulakaan, sumber daya manusia, pustakawan sebagai pengelolanya, dan masyarakat yang diharapkan menjadi pemakai, yang memiliki literasi informasi yang dalam kesempatan ini menurut penulis diistilahkan sebagai masyarakat literasi. Perpustakaan Oalam pengertian yang sangat sederhana, perpustakaan merupakan unit kerja yang bertugas mengelola meliputi berbagai kegiatan seperti
154
menyeleksi. menghimpun. mengolah. menyuwn. memelihara. melestarikan. menyajikan. dan memberdayakannya seeara optimal. Pemberdayaan
informasi adalah dalam bentuk layanan kepada masyarakat. dengan sistem yang baku dan membuka akses dan
memberikan kemudahan. Sumber informasi baik yang tercetak (print~d). terekam (recorded), maupun bentuk lain, sesual dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perpustakaan semestinya memberikan kesempatan seluas-Iuasnya secara merata, adil, dan demokratis, menu rut kebijakan manajemen dan sasaran segmen pemakai, tanpa mengabaikan keselamatan dan keutuhan koleksinya. Perpustakaan merupakan salah satu
pusal
informasl,
tempat
pembelajaran,
menghimpun,
dan
melestarikan khasanah budaya bangsa -bangsa, penelitian dan pengembangan ilmu pengelahuan sena tempat rekreasl yang murah dan sehat. Perpustakaan yang sudah lebih maju lidak saja berfungsi sebagalmana disebutkan diatas, tetapi telah berkembang secara signifikan. misalnya ditandal dengan (1) perkembangan koleksi yang bervariasi yang terklnl/mutakhir, (2) aplikasi teknologi informasi yang tepat guna, merupakan agen pertlbahan (ogent of chang~J) dan (3) sebagai simbol kebudayaan/peradaban suatu bangsa. Masyarakat yang maju dan sejahtera adalah masyarakat yang belajar (learning Jociety) dan masyarakat tersebut ditandai dengan kebiasaan dan budaya membaca. Sementara budaya membaca tentunya perlu didukung oleh ketersediaan sumber baeaan yang memadai, baik jumlah, jenis, kontinuitasnya maupun perkembangaanya seiring dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan itu peran perpustakaan yang dapat berfung si dengan baik merupakan salah satu prasyarat utama atau suatu keharusan (nonditoJ Jine quonon). Perpustakaan yang baik adalah yang telah memenuhi hiteria meliputi (1) terwujudnya kinerja dan performa perpustakaan yang optimal sehingga memitiki citra yang baik di mata masyarakat, (2) mampu memberikan
155
--
OPINI ~~TA"",,!
lavanan secara memuaskan kepada poemakai Vang linggi, transaksi (sinulasi dan pemanfaatan) informasl vang maksimal, !31 l erjadi alih/perpindahan Informasi (transfer information) dan sumbernva di perpustakan kepada pemakai, (4) dalam jangka panjang adanVa perubahan dalam hal pengetahuan dan pengalaman (knowledge), keterampilan (s/dl/) dan serta perilaku (anitudes). Hal terse but dapal terjadi karena pema-kai telah mempoeroleh pengetahuan vang luas dan sumber infonnasi di perpustakaan. Perpustakaan tersebut dapat menvelenggarakan berbagai kegiatan vang melibatkan masyarakat dan memberikan fasilitas untuk pengunjung. Kegiatan dimaksud seperti diskusi ilmiah, bedah buku, jumpa pengarang, bimbingan dan penvuluhan, pendidikan, pemakai, promosi dan publikasi. Hal tersebut dapat dilakubn bekerjasama dengan berbagai pihak seperti lembaga penddikan, pemerintah daerah dan masyarakat. Jib berbagai kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik, maka baik langsung maupun tidak, perpustakaan merupakan Iwmponen Vang penting dalam mewujudkan masyarakal Vang memiliki literasi informasl, atau secara singkat disebut masvarakat literasl. Suatu masVarakat Vang sadar atas pentingnva ketersediaan, kemudahan. akses dan pemanfaatan Informasi secara optimal. Kondisi tel"'Sebut merupakan salah satu faktor untuk dapat mengikuti perkembangan teknoioci informasi dan era global. Mereka tidak hanva melihat dan terheran-heran atas kemajuan teknologi tetapi bisa mengerti, dan memanfaatkannva dencan baik. Sumber Dava M anusla Sumber daVa manusia (SOM) perpustakaan terdiri atas unsur pimpinan, staf administrasi, dan teknis, serta pustakawan. Semua itu, merupakan satu kesatuan kekuatan dalam sebuah perpustakaan vang hanya bisa dibedakan dalam tugas dan fungsinva, tetapi tidak dapat dipis..hkan satu sama lain. Oalam teori manajemen, SOM merupakan unsur pertama dan ulama. Karena SOM itu merupakan pemikir, perencana, pelaksana, dan sekaligus pengawas alas semua aktivitas perpustakaan.
156
--
UPINI !!!.I'III'TA~
1. Unsur plmpinan Unsur pimpinan mencakup Kepala Unit (top monoger). Kepala tingkat menengah (middle monoger) dan kepala tlngkat bawah (lower manager). Masing+masing
kedudukan,
tugas,
dan
kewajibannya
dan
ruang
lingkupnya sudah diatur dan ditetapkan dalam struktur organisasi, uraian jabatan, dan ura ian pekerjaan. Pemimpin harus mengerti, memahami, menghayati, dan memaknai atas apa yang disandang dan diembannya dengan baik dan bertanggung Jawab sepenuhnya. 2. Unsur staf administrasi dan staf teknis SDM yang ditempatkan pada posisi terse but juga harus mampu memahami dan melaksanakan semua tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab. Tugas·tugas itu merupakan penjabaran kebijakan, strategi, visi dan misi perpustakaan. Puslak_an Pengertian
tentang
pejabat
funsglonal
pustakawan
sebagaimana
ditetapkan dalam keputusan Kepala Perpuslakaan Nasional RI No.10 Tahun 2004 lentang Petunjuk Teknis labatan Fungsional Pustakawan dan angka kreditnya adalah pegawai negeri sipil yang diberl tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabal yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit·unit perpustakaan, dokumentasi, dan informasi di inslansi pemerintah dan atau unit·unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi di instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. Pejabat fungsional pustakawan terdiri dari pu stakawan tingkat terampil dan pustakawan lingkat ahli. Pengertian terse but hanya untuk pegawai perpustakaan pegawai negeri sipil. Sementara pengertian tentang pustakawan yang lebih luas dan mencakup mereka yang bekerja di instansi non pemerintah, sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besa( Bahasa Indonesia (KB81) adalah orang yang tergerak dalam bidang perpustakaan, ahli perpustakaan.
157
Jabatan fungsional pustakawan (jFP) adalah Jabatan vang terhormat sebagaimana jabatan fungsional vang lain, Vang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999, yaitu jabatan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawal negeri sipil dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan fungsinva didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersjfat mandiri. Pejabat fungsional tersebut bukan saja pegawai-pegawai pilihan vang mempunyai keahllan Vilng hilrus memenuhi persVilratiin-persVilriitan vang telah ditetapkan, tetilpl lebih dari itu, JFP terse but mempunyai tugas-tugas pengabdian vang sangat mulai dalam ilmu pengetahuan dan informasi (pamong ilmu). Selanjutnya JFP dapat dijabarkan sebagai berikut ; 1,
Menunjukkan semangat, disiplin kerja vang tinggi dan menghargai waklu
2,
Berkualitas dan profesional, andal serta menguasai bidang tugasnva
3,
Jujur,lntegritas, tanpa pamrih, dan menvenangi pekerjaannva
4.
Bersifat membantu, membimbing, memandu dan mengarahkan tetapi bukan menggurui
S.
Pandai,
luwes,
dan
sabar
berkomunikasi
dengan
pemakai
perpustakaan 6,
Tega s,
mandirl
dalam
melaksanakan
tugas
dan
tidak
cengeng/bergantung kepada orang lain, termasuk pimpinan 7,
Energik, kreatifitas, inovatif, dan berusaha mengembangkan ide-ide dan
gagasan vang diterapkan memiljukan perpustakaan
8.
Sabar dan tekun melayani pemakai
9.
Mau dan ingin terus pengetahuan yang baru
berusaha
unluk
mengembangkan
menambah
dan
pengalaman dan
10. Pandai bekerja sama dan berkoordinasl dengan atasan, rekan kerja/sesama bawahan 11 . Mempunyai dan dapat mengembangkan semangat korps 'jIang linggi 12. Mendapatkan perhatian dan kebijakan dari atasan secara wajar
158
--
OPINI !!.!"J!~~
Pustakawan merupakan bagian dar. sumber daya manusia perpustakaan. Namun sesuai dengan tugas dan fungsinya yang sangat stralegis dalam mengelola informasi sebagaimana tema konsres Ikatan Pustakawan Indonesia X tahun
2006,
yang diharapkan
mampu
mewujudkan
masyarakat yang memiliki literasi informasi, maka ulasan dalam makalah ini lebih difokuskan daripada sumber daya manusia yang lain di perpustakaan. Masyarakat Uterasi Masyarakat dalam arti luas adalah komunitas penduduk yang menjadi sasaran
penyelenggaraan
perpustakaan.
Masyarakat
pemakai
perpustakaan adalah ke lompok masyarakat densan kriteria kekhu susan tertentu yang akan menjadi target dan dilayani perpustakaan, misatnya perpustakaan umum melayani semua kalangan masyarakat yang tinggal di sekitar perpustakaan, masyarakat sekolah (guru/murid) tertentu yang akan
dilayani
perpuslakaan,
masyarakat
perguruan
linggi,
dan
masyarakat pegawai untuk perpustakaan khusus/kedinasan. Namun, hal Itu baru akan lercapai jika mereka telah memahami dan menghayati tentang apa pengertian, maksud dan tujuan, tata tara penggunaan, dan manfaat perpustakaan. Masyarakat terse but dikenali dengan masyarakat perpustakaan. Mereka berbeda dengan masyarakat umum yang padil umumnya mOisih menonjol kebiasaan dOin budaya tutur, oral atau lisan. Masyarakat yang memiliki literiisi informasi adalah mereka yang telah mengerti, menyadari, memahami dan menggunakan lulisan (bacaan dan sumber tulisan). Dengan kala lain selain mempunyai budaya lisan/tutur yang te lah dibawa sejak turun temurun, ratusan bahkan ribuan tahun, mereka
lelah
mengembangkan
budaya
baca
dan
tulis.
Untuk
mengembangkan budaya bOlIta lulis atau budaya literasi itu bukan pekerJaan
mudah
dan
sederhana.
Untuk
masyarakat
Indonesia,
masalahnya menjadi semakin kompleks kOirenii berbilgai faklor, seperti j umlahnya yang sangal besar sekitar 220 Juta, dan persebarannya tidak merata, luas wilayah, kondisi geografis, kebijakan pemerintah,
159
pertumbuhan dunia buku dan penerbitan, kondis! ekenomi dan 50sial budava serta tingkal pendidikan vang belum meratil. Penon Perpustilkn n Seperti vang disebutkan, bahwa perpustakaan sebagai pusal informasi mempunvai peran Vang slrategls. Ketika semua lugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan bailt. Namun, perlu diakui secara umum bahwa perpustakaan masih menghadapi berbagai kendala dan hambatan, baik Internal maupun eksternal. Hal ltu semestinya ditanl!l!apl sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi dengan arif dan bijahana. Kendala inlernal anlara lain, kelerbalaSiin sumber daya manuslil, sumber dava infermasi, sumber daya fisik, sumber dava finansial, dan teknologi informasl. Jumlah perpustakaan yang belum seimbang dengan jumlah penduduk dan persebaran Vane belum merata. Sementara itu, kenda'a yang berada di luar (ekstemalj anlara lain adalah minai, pemahaman, dan sikap masvarakat lerhadap perpuslakaan vang belum lengkap dan utuh, akses Informasi ke perpustakaan, perkembangan dunia entertainmen yang dapat mempengaruhi perhalian ma5Varakat kini berkembang pesat.
Pemerintah dan berbagai lembaga selaku penvelenl!l!ilfa dan pengelola perpustakaan seharusnya mempelajari kendisi dan perkemballIan perpustakaan. Unluk mengidentifikilSi dan merumuskan masillah·masalilh yang dihadapi perpustakaan, menelapkan kebljakan, menvusun langkahlangkah dan tioclilkiln yang kengkrit dan realistis untuk memajukiln perpustakaan, sehil'l88a perpuslOIkaan dekat dillilm arti fisik diln hilrfiah dan dalam pemanfaalan oleh masvarakat. Upaya lersebut harus dilakukan secar terarah, terkoordinasikan, terencana. Kegiatan itu mesti melibillhn semua plhak yang terkait (stoke holders) baik pemerintilh, ma5Vilrilut, lembaga swadava masyarakat swasta. dan pemerhati dunia perpuslakaan.
160
Poia Kehidup;ilft Masyarabt
Dalam era informasi dan era global dewau inl diantaranya ditandai oleh produksin besar-besaran, arus persebaran yang luas dan sangat cepa! dan tepa! serta pemanfaatan informasi secara cepat dan tepa! terutama oleh masyarakal yang sudah maju. Mereka telah mendapatkan kesempata n dan kemudahan akses dalam memperoleh informasi. Masyarakat tersebut lernyata Jauh lebih beruntung dalam berbagai aspek kehidupa n dariapa.da masyarakat yang tidak/kurang mendapatkan fasilitas dan kesempatan dalam mendapatkan in forma i secara efektif dan efisien lelah berdampak luas dan menimbulkan jurang pemisah anlara kedua kelompok masyarakat tersebul. Kondisi yang sebenarnya kurang adi1 dan tidak sellat ilu bisa dibiarkan berlangsung terus meneru s. Sebab akan berdampak pula pada pola kehidupan dan pencapaian tingkat kesejahte raan yang lebih merata dan seimbang. Sebaiknya ada kebijakan dan tindakan yang mampu memperbaiki dan mengalasi kesenjangan perolehan akses dan pemanfaatan inlormasi. Salah salunva adalah pembinaan dan pengembangan perpustakaan secara terencana, terkoordinasi, terarah dan berkelanjutan dalam mewujudkan masyarakat yang mampu memanfaatkan informasi secara proporsional sebagai bentuk kepedulian lerhadap pendldlkan dalam arti loas dan penmgkalan kesejahteraan pada umumnya. Tanlangan dan Harapan Serbagai kelerbatasan dan kendala yang dlhadapi oleh perpuslakaan, balk internal maupun ehlemal harus dlan!islpasi secara anf dan bijahana. Pada sis; lain, tantangan vang dihadapi perpustakaan juga bervariasi, antara lain persaingan dengarl berbagai pusat informasi vang telah dike lola seura lebih profesional, perkembangandunla hlburan yang telah menarik khususnya generasi muda, sepeni lavangan letevlsi, perkembarlgan llmu pengetahuan dan tekrlologi, leknologi in'ormasi yang sangat cepa! darl arus persebaran yang sangat deras, terutama dari
'"
negara-negara
maju,
pola
hidup
masyarakat
dan
kecenderungan
kebutuhan informasi yang semakin meningkat. Sementara harapan yang mampu memotivasi pengelola perpustakaan dan pustakawan untuk bekerja lebih keras, antara lain pertumbuhan penduduk sebagai konsumen, pelanggan atau klien perpustakaan yang harus dilayani dengan baik dan memuaskan, perkembangan dunia perbukuan dan penerbitan, berbagai kebijakan pemerintah dalam bidang perpustakaan,
serta
peltembangan dunia
pendidikan
yang
perlu
ditunjang oleh perpustakaan. Kesimpulan 1. Perpustakaan dan masyarakat merupakan dua subjek yang saling berhubungan, saling membutuhkan, dan saling menguntungkan. Kondisi terse but bisa terwujud manakala perpustakaan sudah dapat berfungsi sebagaimana mestinya seperti memberikan kemudah.an akses secara cepat. Sementara masyarakat telah mampu memahami, memaknai dan memanfaatkan perpustakaan dengan baik. 2. Pustakawan selaku pengelola informasi dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, jika mereka mampu meningkatkan kualitas perpustakaan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki literasi informasi 3. Masyarakat yang dicita citakan itu adalah masyarakat yang memiliki kesadaran
otoritas
atas
pentingnya
informasi
dan
dapat
memanfaatkan perkembangan Hmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan yang sejajar dengan masyarakat di negara-negara maju. Kondisi terse but diantaranya ditandai oleh perkembangan persebaran berbagai perpustakaan 4. Dalam upaya ke arah terwujudnya kondisi tersebut, perpustakaan masih menghadapi berbagai keterbatasan dan kendala baik internal maupun eksternal. Hal itu perlu diposisikan sebagai sebuah tantangan yang mesti dlantislpasi secara arif dan bljaksana WARTA Vol XII Nomor 2 Tahun 2007
162
KONSEP MANAJEMEN PENGETAHUAN 01 PERPUSTAKAAN ABAO 21 Oleh: Sujalna
Pengetahuan akhir-akhir ini telah menjadi daya penggerak untuk pembangunan sosial, dimana perm Jntaan masyarakat akan inform asi semakin meni",kat _ lebih dari itu informasi dan pengetahuan telah menjadi faktor yang produktif untuk slstem ekonomi yang modern . Ounia perpu stakaan juga tak mau tert inggal, Informasi dan pengetahuan telah menjadi isu yang penting, bagaimana dima5a ya ng akan datang per pustak aan dapat mengelola pengetahu an. Konsep manajemen pengetahuan, pertukaran dan pembagian informasi anta r pustakawan perpustakaan dan pemakainya, pelatihan dan pendidikan tentang manaj emen pengetahuan. Perkembangan tekno!ogi informasi memainkan peranan amat penting dalam perkembangan konsep manajemen pengetahuan . Dalam catatan Betkman (1999), peristiwa penting yang menandai tonggak perkembangan manajemen pengelahuan adalah kelika di tahun 1980, perusahaan DEC (Digi tal Equipment Corporation) dan Universitas Carnage menetapkan konfigurasi perangkat keras komputer. Baru enam tahLln kemudian istilah HManajemen Pengetahuan~ diperkenalkan secara formal oleh Dr. Karl Wilg dalam sebuah pidatonya di konferensi IlD, PBB. Dasar pemikiran paling kuat gagasan ini adalah perpuslakaan dunia saar ini telah beramai ramai beralih menjadikan perpustakaan menggunakan Konsep Manajemen Pengetahuan di Perpustakaan Abad 21. Hakekat Manajemen Penget ahuan Sebelum memahami konsep manajemen pengetahuan ini, ada beberapa istilah yang harus dipahami, yaitu: data, informasi, pengetahuan, jenis pengetahuan, dan manajemen pengetahuan il u sendiri. Oi samping ilu,
163
perlu pula memahami proses pembentukan pengetahuan dad data, informasi kemudian menjadi pengetahuan. 1. Data adalah kumpulan angka atau falcta objektif mengenal kebutuhan sebuah kejadian (bahan mentah informasi) 2. Informasi
adalah
data
yang
diorganisasika n
diolah
sehingga
mempunyai arti. Informasi dapat berbentuk dokumen laporan ataupun multimedia.
l. Pengetahuan adalah kebiasaan, keahlian, kepakaran, keterampilan pemahaman, atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau
proses
belajar.
Istilah ini seringkali
rarlCU
dengan
ilmu
pengetahuan (science), sedangkan ilmu pengetahuan adalah ilmu yang teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya. Sedangkan, pengetahuan belum tentu dapat diterapkan, karena pengetahuan sebiJah organisasi sangat terkait dengan nilai, budaya, dan kondisi dari organisasi terse but. 4. Jenis pengetahuan. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan eksplisit
dan
pengetahuan
tacit.
Pengetahuan
eksplisit
dapat
diungkapkan dengan kata-kata atau angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi, dan buku petunjuk. Sedangkan pengetahuan tacit sifatnya sangat personal yang sulit diformulasikan sehingga sulit dikomunikasikan kepada orang lain. a. Explicit
Knowledge.
8entuk
pengetahuan
yang
sudah
terc\okumentasi, terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, disebarluaskan dan dipelajari. Contoh: manual, buku, laporan, dokumen, surat dan sebagainya b. Tacit Knowledge. Sentuk pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran manusia. Misalnya: gagasan, persepsi, ca ra berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran dan sebagainya 5. Manajemen Pengetahuan (KM). Definisi mengenai KM terJantung dad carOl organisasi menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan. Organisasi intelijen militer akan mempunyai definisi yang berbeda mengenai pengetahuan dibandingkan dengan perusahaan. Salah satu definisi manajemen pengetahuan (KM) adalah proses sistematis untuk
164
menemukan,
memilih,
mengorganisasikan,
menyarikan,
dan
menyajihn informasi dengan cara tertentu yang dapat meningkatkitn penguasaan pengetahuan dalam suatu bidang kajlan yang spesifik. Atau secara umum KM adalah t eknik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk keunggulan kompetilif.
menciptakan nilai dan meningkatkan
Kilrakteristlk OM! Milniljemen Pengetilhuiln di Perpu stakaan Peran dari manajemen pengetahuan di perpustakaan akan !;Itmakin penling iika dike lola dengan balk. Ad a beberapa karakteristik dari manajemen pengetahuan di perpu stakaan, yailu : Sumber daya manusia di perpuSl akaan Sumber daya
manusia
merupakan
karakteriSlik yang
inli
dalam
manajemen perpuslakaan di perpuslakaan, dimana sumber daya manusia mempunyai bakat unluk menyerap pengetahuan, kompetisi bakat telah menjadi fokus dari kompetisl di dalam era masyarakat informasi. Oi abad ke-2 1 ini, perpust
pengetahuan
merupakan
karakteristlk
dari
manajemen
pengel ahuan di per pustakaan. Perpustakaan memegang peranan sebagai mala rantai dalam inovasl pengetahuan·pengetahuan melalui proses pengumpulan koleksl, pengolahan dan penyebarluasan informasi dan pengetahuan. Perpuslakaan ambil bagian dalam proses riset yang ilmiah secara langsung. Pustakawan merupakan suatu komponen dari inovasi pengetahuan. Perpustakaan juga harus dapat berlungsi sebagi difusl dan konversi
dari
pengelahuan.
M anajemen
pengetahuan
didalam
perpustakaan adalah untuk mempromosikan perpu stakaan, memperkuat pengetahuan, dan untuk mempercepat mengalirnya pengelahuan.
l 6S
Manajemen pengetahuan didukung oleh teknologi informasi Pengetahuan merupakan titik awal dari mana/emen pengetahuan didalam perpusukaan. Oimana aplikasi teknologi informasi sebagai suatu sarana dapat mendukung kecepatan dalam memperoleh pengetahuan. Adalah suatu hal yang naif bila manajemen pengetahuan di perpustakaan belum dapat menerapkan teknologl informasl, dimana didalam masyarakat yang modern pengetahuan semakin hari semakin bertambah dan berubah-ubah. Teknologi informasi telah menjadi jembatan yang menghubungkan sumber pengetahuan di perpustakaan. Oi sinilah teknologi informasi memainkan peranannva sebagai pengelola dan penvimpan pengetahuan. lebih jauh dari itu teknologi informasi juga berperan sebagai sarana temu balik pengetahuan, penyortiran, dan keamanan dari pengetahuan itu sendiri. Teknologi informasi juga berfungsi sebagai sumber dan alat untuk inovasi pengetahuan. Muatan Manajemen Pengetahuan Di Dalam Perpustakaan Manajemen pengetahuan merupakan suatu konsep yang baru dalam dunla perpustakaan. Menurut Tang Shanhong manajemen pengetahuan didalam perpustakaan meliputi : (1). Manajemen inovasi pengetahuan, (2) Manajemen penvebarluasan Informasl, (3) Manajemen pengetahuan, (4) Manajemen sumber dava manusia.
aplikasi
M anajemen inovasi pengeta huan Manajemen inovaSi pengetahuan di dalam perpustakaan mengacu pada manajemen produksl, difusi dan perpindahan pengetahuan seperti halnya dari sistem jaringan yang dibangun oleh organisasi dan institus; yang terkait. Manajemen inovasi pengetahuan meliputi tiga aspek, yakni manajemen
inovasi
pengetahuan
teoristis,
mana/emen inovasi pengetahuan teknis dan manajemen inovasi pengetahuan organisatoris.
166
Manajemen
penyeNrl~n
Informasi
Mana;emen penyebarlU
•
vang tepa l untuk pemakai lertenlu guna memperoleh pengetahuan secara efisien. Oleh karena itu, jasa pengetahuan Vang didao;arkan pada Jaringan informasi Vang berkecepatan t ingsi harus diterapkan. Perpustakaan dapat membangun pusa t informasi dengan memanfaatbn sumber dava Informasi yang berllmpah yang ada di perpustaka an. Perpustakaan elektronik, perpustakaan digital merupakan suatu kecenderungan vang berkembang di abad ke-21 ini. lasa pengetahuan perpustakaan dimasa vang akan datang adalah jasa vang mengandalkan data base yang berisikan iurnal elektronik dengan kecepalan I lnUL Perpustakaan Juga harus mulai mengubah semua bentuk sumber da~a informasi yang tidak elektronik ke dalam informasl vang elektronik dan mengintegrasikannva ke dalam perpustakaan elektronik. M anajemen sumberdava manusla Manajemen sumber dava manusia dimulal dengan melatih dan mendidik pustakawan vang ada 5ebagai baglan darl manajemen pengetahuan. 01 dalam manajemen sumber dava manusia, pustakawan diberikan kesempatan dalam pengembangan bakal dan prost's pengambilan kepulusan. Puslakawan ;vga harus dibekali dengan leon-Ieori ilmu
167
perpustakaan dan disiplin ilmu yang terkait dan juga dibekali dengan pendidikan etika profesional. Hal yang penting adalah bagaimana membangun lingkungan kerja yang dapat merangsang pustakawan unl uk mengembangkan diri dan mengembangkan budaya kerja yang saling bertukar pengetahuan antar pustakawan. Penutup Perkembangan informasi yang begitu cepat telah mengubah paradigma perpustakaan
dari perpustakaan yang konvensional yang sekedar
menjalankan fungsi pengadaan, pengolahan, dan layanan informa si ke paradigma perpustakaan yang baru, yailu perpustakaan dengan konsep manajemen
pengetahuan.
Manajemen
pengetahuan
di
dalam
perpustakaan telah menjadi alat yang kuat untuk mempromoslkan inovasi dari
berbagai
pekerjaan
sehari hari.
Manajemen
pengetahuan
di
perpustakaan harus dapat dijadlkan sarana untuk mencari solusi terhadap permasalahan·permasalahan
yang
berkembang
didalam
organisasi
perpustakaan. WARTAVol XII Nomor 3 Tahun 2007
168
--
OPINI .-~
MEMBANGUN BUDAYA BACA 01 PEDESAAN Oleh: Ayip Muf1ich
I'embangunan Naslonal yang dilaksanakiln oleh pemerintah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata materill dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Un
169
Kebljakan Pengembanpn 8udaya Baa Melalu! Pemblnaan Perpustakaan Oalam upava mengembangkan budaya baca dl masvarakal, guna membansun masyarakal vans berpensetahuan. berbudava, maju dan mandiri. Pemerinlah melalui Rencan
pendidikan
dan
baeaan
taman
masyarakal
melalui,
(a)
pengembangan Perpustakaan Nasional dan daerah sejalan dengan perllembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
kepustakaan, (b)
peningkatan jaringan perpustakaan dan pusat sampai ke daerah. satuan pendidikan dan perpustakaan masvarakat, Ie) peningkal an kemampuan Perpustakaan
dalam
memberikan
pelavanan
berdasarkan
standar
kelavakan Pengembangan minat baca dan perpustakaan merupakan upava penting dan strategis dalam pembangunan sumber dava manusla. Untuk itu, pemerinlah melalui sumber dava manusia, mengembangkan program Pengembangan Budava Baca Dan Pembinaan Perpustakaan dengan sasaran program meliputi : 1. mendorong timbulnva budava hitis berbasis iptek 2. mengembangkan minat baea dan budava baca masvarakat 3. meninskatkan lavanan perpustakaan melalui pengembangan sistem informasi dalabase 4. meningkatkan
kualitas
lavanan
melalui
peningkatan
kapasitas
kelembagaan, baik secara sistem maupun manajerial Pengembangan
budava
membaca
di
masvarakat
dalam
rangka
meningkatkan kuatitas sumber dava manusia erat kaitannva dengan keberadaan perpustakaan, sehingga keberadaan perpustakaan yang memadai merupakan kebutuhan dalam mendukung terwuJudnya minat baca masvarakat. Selain itu, minat dan kebiasaan membaca perlu
170
--
OPIHI .D"V'T~
dipupuk, dibina dan dikembangkan. Pembinaan minat baca seyogyanya memang dimulai dari lingkungan keluarga, karena peran orang tua sangat menentukan pertumbuhan minat baca anak sejak dini. Oengan demikian, kebiasaan membaca di masyarakat dipengaruhi keberadaan perpustakaan, dukungan pemerintah dalam mengembangkan berbagai sarana dan prasarana belajar, guru, pengarang, penerbit toko buku, pustakawan, dan organisasi kemasyarakatan. Oengan cakupan yang demikian luas, maka upaya meningkatkan budaya baca membutuhkan keterpaduan dan sinergi dari berbagai pihak. Oari sisi pemerintah, sejak digulirkannya kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, telah merubah penyelenggaraan pemerintah dari sebelumnya yang bersifat senlralisasi menjadi desentralisasi melalui penyerahan kewenangan pemerinl ah pusat ke pemerintah daerah (kecuali politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal dan moneter). Melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik diharapkan akan menjadi lebih sederhana dan cepat dilakukan oleh pemerintah daerah terdekat sesuai kewenangan yang dimiliki. Berkaitan dengan kebijakan desentralisasi dan olonomi daerah, maka kewenangan pembentukan dan pengembangan serta pengelolaan perpustakaan daerah dalam rangka kerangka menil'lgkatkal'l budaya baca masyarakat menjadi kewel'langan pemerintah daerah. Semen tara pemerintah pusat melakukan fasililas dalam rangka pengembangan Perpustakaan Nasional dan daerah dalam penyusunan pedoman umum, stal'ldar, kriteria, dan prosedur dalam peningkatan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan.
171
Atas dasar kewenangan yang dimlliki oleh pemerintah daerah, maka sesuai dengan peran dan tanggung ja wabnva, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban menjamin hak masvarakat dalam memperoleh informasl dan ilmu pengetahuan melalui layanan dibidang perpustakaan. maka : 1. Mendorong keberlangsungan penvelenggaraan Perpust akaan Daerah sebagai wadah penyedia akses perkembangan dan kemajuan teknologi informasi serta teknologi komunikasi dalam meningkatkan kualitas lavanan perpustakaan 2. Mengembangkan dan memfungsikan Perpustakaan Daerah Provinsi yang pada gilir.mnya dapat melakukan fungsi pembinaan daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan peran pembinaan yang memungkinkan 3. Melalui fungsi Perpustakaan Daerah Kabupaten/Kota. perlu didorong tumbuhnya Perpustakaan Umum Kecamatan yang dibina langsung oleh
pemerintah
Kabupa ten/Kota
dalam
Jpirit
otonomi
yang
bertanggung jawab. 4. Selanjutnya, melalui fungs; Perpustakaan Umum Kecama tan akan didorong
tumbuh
dan
berkembangnya
Perpustakaan
Desa,
Perpus takaan Sekolah dan berbagai Taman Bacaan Masvarakat (TBM) sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing masing daerah untuk mendorong minat baca masyarakat pedesaan Pemberdayaan M as yarakat Desa Melalui Pengembangan Minat Baca dan Perpustakaan Desa Kit a
menyadari
masyarakat dilak5anakan
bahwa
bukanlah
menumbuhkan
suatu
pekerjaan
dalam wairtu singkat,
budaya yang
karena
baca
mudah
dikalangan dan
dapat
te rkait dengan kultur
masyarakat kita yang meletakkan informasi sebagai sesuatu yang belum dirasakan penling dalam kehidupannya. Membeli buku belum dipandang sebagai suatu tindakan yang bermanfaat, karena mereka masih terdesak oleh kebutuhan domestik yang bersifat keseharian. Oleh karena itu, di sebagian masyarakat kita muncul pemikiran daripada memanfaatkan uang untuk keperluan lain yang menurut mereka lebih bermanfaat.
171
Persoalan lain yang menjadi kendala dalam meningkatkan budaya baca masyarakat
diantaranya
masih
tingginya
harga
buku,
sulitnya
memperoleh buku terutama bagi masyarakat pedesaan dan ' kurang tersedianya pusat/taman-taman bacaan atau tidak menarik dan kurang nyaman. Belum lagi ketersediaan materi pustaka yang kurang memenuhi harapan masyarakat dan alasan klasik lainnya adalah taktor kemiskinan yang masih melanda sebagian besar masyarakat kita, Sebagaimana kita ketahui bahwa penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan, pada umumnya mereka hidup daklam keterbatasan, kemiskinan serta ketidakberdayaan menghadapi berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi, Ketidakberdayaan
masyarakat pedesaan
termasuk masyarakat miskin, disamping disebabkan kurangnya akses masyarakat
untuk
memperoleh
peningkatan
kemampuan
dan
keterampilan masvarakat termasuk intormasi. Dalam
kaitan
penVediaan
dengan
berbagai
peningkatan intormasi
kemampuan
inilah,
masvarakat
perpustakaan
di
dan
Indonesia
termasuk per pustakaan desa dapat menjadl wahana bagi upava mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya masyarakat desa melalui penyediaan sumber bacaan untuk pembelajaran seumur hidup, Langkah ini sekaligus menjawab masalah rendahnya minat baca di masyarakat yang sebagian besar berada di desa-desa yang jauh dari kawasan perkotaan, karena masvarakat di pelosok pedesaan sulit untuk mengakses fungsi
perpustakaan
yang selama inl
hanVa
berjalan dl
ibukota
Kabupaten/Kota. Dalam rangka pemberdayaan masvarakat desa, khususnya peningkatan kualitas sumber dava manusia, maka peran dan fungsi perpustakaan desa sangatlah menentukan, Perpustakaan desa seyogyanya dapat berperan dalam mengembangkan minat baca masvarakat desa, Untuk itu, perpustakaan desa dapat berperan dalam ;
173
L Mendorong warga masyarakat agar memiliki sikap positif terhadap membaca
sehingga
menimbulkan
minat
masyarakat
membaca.
Kegemaran membaca ini kemudian akan menjadi kebiasaan. langkah konkr;t untuk memotivasi masyarakat itu. misalnya secara berkala perpustakaan desa menyelenggarakan jambore membaca, lomba membaca, lomba mengarang dan lomba mendongeng. 2. Hendaknya perpustakaan desa memiliki koleksi buku alau bahan bacaan yang sesua; dengan situasi dan kebutuhan loka!. Misalnya, desa pertanian, lentunya jenis-jenis bacaan dalam perpustakaan desa adalah yang berkaitan dengan produk dan produktivitas pertanian dan sebagainya. 3. Perpu stakaan desa harus berprinsip
~ bahwa
buku ke masyarakat",
misalnya dengan mengembangkan kelompok pembaca di masyarakat, memberlkan penyuluhan secara rutin lentang fungsi perpustakaan, dan lain-lain. 4. Fi sik perpuSlakaan desa lidak harus menempali gedung tersendiri, namun yang lebih diperlukan adalah lokasinya mudah dijangkau masyarakat. Jadi, lokasl perpustakaan desa bertempat di Balai Desa, rumah Kepala Desa, di rumah penduduk dan sebagainya. Tamantaman bacaan masyarakat yang banyak berkembang di perkotaan, sesungguhnya dapat menjadi embrio perpustakaan desa. S. Pengorganisasian perpuslakaan desa kiranya perlu melibalkan unsur perangkal pemerintah desa dengan harapan agar kelangsungan dapal lebih lerjamin. 6. Mendukung keberadaan perpustakaan desa, maka masyarakat harus ditempatkan sebagai objek sekaligus subjek dalam pengembangan perpu stakaan desa. Karena tanpa peran serta aktif mayarakat diyakini keberadaan perpu slakaan desa tidak akan banyak bermanfaal bagi mereka. Penutup Sesuai dengan hakekat dan esen slnya, perpuslakaan sebagai instilUsi pengelola
informa si
diharapkan
dapat
terus
eksis
dan
bahkan
berkembang balk didalam mutu maupun dalam jumlahnva dim.lsa-maSoil yang akan datang. Tuntutan kebutuhan informasi akan semakin meningkat dan bervariasl sejalan dengan semakin meningkat dan kompleksnya permasalahan kehidupan dan pembangunan bangsa dan negara, baik pada tataran lok.al, nasional, maupun internasional, yang menuntut kualitas intelekt ual yang semakin tinggi. Oalam upaya mengembangkan kualit.ls sumber dava manusia yang tertermin
dari
meningkalnya
intelektualitas
masyarakat,
maka
keberadaan perpustaka.an khususnva perpustakaan desa perlu terus dibin.l dan dikembolngkan peran dan fungsinva dalam meningkatkan minat baca masvarakat. K.lrena dengan tersedianya sumber bacaan yang memadai di level masyarakat, akan lebih menjamin dan memberi peluang atau kesempat.ln bagi masyarakat untuk memperoleh informasi maupun sumber-sumber pengelahuan yang diperlukan dan setara langsung akan meningkalkan keberday.lan mayarakat des'} dalam perkemb.mgan kehidupannva menatap masa mendatang.
WARTA Vol XII Nomor 4 Tahun 2007
PUSTAKAWAN JANGAN MATI DILUMBUNG PADI Oleh : Endang Fatmawati
Pustakawan merupakan sebuah profesi d;1In merupakan jabatan fungsional. Pustakawan memelill ng peranan penting dalam menlelola, memlihara dan mengembangkan perpunakaan di ttmpatnya bekerja. Agar dapat bekerja dengan balk dan profeslonal, pustakawan perlu untuk dlblna dalam mengembangkan karlrnya di bldang kepustakawanan. Salah S
176
-~ OPINI npusy",1l.+oIo'!
Sebenarnya pustakawan memiliki peluang yang besar untuk menulis dengan membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfo) maupun bidang lainnya yang lebih umum. Pustakawan yang tak bisa menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan ibarat wmo ti di/umbung pod;-. Hal ini dlsebabkan karena pustakawan di dalam setiap harinya selalu bergelut dan tidak lepas dengan berbagai sumber informasi yang sangat luas dan beragam. Namun fenomena yang ada jelas bahwa bukti karya tulis/karya ilmiah yang dituliskan dan dihasilkan oleh pustakawan di Indonesia tergolong sangat lerbalas.Hal
ini
sangat
ironis
sekali,
padahal
berdasarkan
dala
puslakawan sampai bulan Maret 2007 jumlah tenaga fungsional pustakawan yang tefjarlng pada pangkalan dala Pu sat Pengembangan Pustakawan Perpusnas sebanyak 2.941 orang. Mencefmati fenomena yang ada, puslakawan nampaknya belum semua melakukan kegiatan yang meliputi unsur utama maupun unSUf penun]ang. Hal ini dapat diketahui bahwa masih banyaknya pustakawan yang hanya
bertumpu
pada
kegiatan
teknis perpustakaan, yaltu
pengorganisasian dan pendayagunaan koleksl bahan pustaka/sumber in(ormasi saja. Sementara itu masih sedikit sekali yang melakukan pengkajian dan pengembangan perpusdokinfo serta pengembangan protesL
Padahal
membuat
karva
tulis/lcarya
ilmiah
dlbidang
perpusdokinfo merupakan salah satu kegiatan dalam pengembangan protesi dan jika dilihat besarnya perolehan angka kredit adalah sangat linggi dibanding unsur keglatan yang lain. Menurul saya, ada beberapa hari yang menyebabkan puslakawan belum menghasilkan karya lulis/karya ilmiah. Pertama, rendahnya kemampuan dan minat membaca bagi para pustakawan. Hal ini memang menjadi sebuah dilema besar, karena kenyataannya minat membaca bagi para pustakawan memang kurang. Padahal dengan membaca paling tidak bisa menambah ilmu perpuslakaan dan wawa san puslakawan yang tentunya bermanfaal untuk memperoleh ide/gagasan dalam penulisan.
Kedua, dimungkinkan karena keikutsertaan pustakawan dalam pela tihan teknik penulisan karya tulis ilmiah yang kurang. Hal ini memang pelatihan maupun bimbingan teknis penulisan yang diselenggarakan khususnya bagi para pustakawan sangat jarang. Oi Pusdiklat Perpusnas saja baru pertama kali Diklat Teknik Penulisan Karya IImiah l ersebut diadakan dan bisa dibiayai oleh APBN. Ketiga, faktor belakang pendidikan. Sebagian besar pustakawan memiliki pendidikan SMU maupun Diploma III dan hanya sebagian kedl saja yang berpendidikan
sarjana,
master/magister
maupun
doktor.
Namun,
sebenarnya tidak menjamin juga pustakawan vang berpendidikan tinggi juga produktif dengan karya tulis ilmiahnya. Keempat, dukungan dari unsur pimpinan atau pejabal kepada para pustakawan di unit kerja penaung perpustakaan yang kUfang. Hal ini perlu dimaklumi, karena mernang pejabat struktural yang menjadi kepala perpustakaan
ataupun
kepala
unit
kefja
terkadang
bukan
yang
menduduki jabatan fungsional pustakawan. Pu stakawan, Avo M enulist Menurut Keputusan MENPAN, jenjang jabatan fungsional perpustakaan terdiri dad dua jalur yang perbedaannva didasarkan atas latar belakang pendidikan pustaka wan, yailu : jalur terampil dan jalur ahli. Kemudian dari masing·masing jalur t ersebut, seperti tertuang dalam Pedoman Teknis Pelabanaan Kegiatan Perpu stakaan ada salah satu kegiatan pustakawan yang sama mengenai membuat karya tulls/karya ilmiah di bidang perpusdokinfo. Seningga, tidak membedakan antara yang ahll dan yang
terampil.
Namun,
siapapun
pustakawan
yang
berprestasi
menghasilkan karya lulis/karya ilmian t elap dapat diperhitungkan untuk mempefoleh angka kredit.
178
~-OPINI !!!'!!:!!.!L~
Saya katakan bahwa pustakawan bukan tidak bisa atau tidak mau menulis, tetapl belum menulis saja. Jadi, masih banyak kesempatan untuk memulai menuangkan ide/gaga san dalam bentuk konsep tulisan. Hal ini tentunya kembali dan tergantung dari individu pustakawan tersebut. Namun, pustakawan harus yakin bahwa dengan menutis karya tulis/karya ilmiah banyak manfaatnya dalam mendukung pengembangan karir sebagai pustakawan. Keuntungannya antara lain dapat memperoleh angka kredit untuk kenaikan jabatan fungsional pustakawan, mendapatkan imbalan finansial, dapat meningkatkan kemampuan soft skill pustakawan dalam berkomunikasi secara tertulls kepada masyarakat luas. Selaln itu, yang lebih penting, bahwa kita sebagai pustakawan pasti ada kepuasan batin tersendiri. Paling tidak kita bisa berfikir bahwa ternyata laik muat. Sementara motivasi lain yang lebih dari itu adalah jika bisa dimuat saja merupakan bentuk apresiasi besar bagi pustakawan ilu sendiri. Maka dari itu, marilah kita mulal dar. sekarang untuk mencoba menulis. Penulisan mungkin bisa dimulai dari mempromosikan apa saja yang berkaitan dengan yang terdapal di perpustakaan sebaiknya dipromosikan kepada m.ilsyarakat, karena informasi yang terdapat di perpu stakaan sebaiknya dipromosikan kepada masyarakat luas. Kemudian bisa dikembangkan alagi yang lebih dalam kajiannya, misalnya dengan pengkajian dan penelitian ilmiah di bidang perpusdokinfo. Menulis memerlukan motivasi tersendiri, sehlngga tanpa motivasi yang kuat memang tidak akan mampu menulis. Saya yakin apabila dari masingmasing pustakawan mempunyai mempunyai motivasi dan keinginan yang kuat untuk terus maju dan berkembang, maka kita tinggal meluangkan waktu saja untuk menulis. Marilah kita jadikan menulis sebagai kebutuhan (needs) dan bukan hanya keinginan (wonts). Hidup pustakawan Indonesia. WARTA Vol XII Nomor 4 Tahun 2007
PERPUSTAKAAN RAKYAT YANG TERMARJINALKAN oteh: Adin Bondar
Baru saja kita memperingati kemerdekilan ke-62 tahun. Usia bangsa yang cukup dew asa ini, akselerasi pencapaian pencerdasan masvarakat t idak perlu diragukan. Artinva, dalam kurun waktu kemerdekaan yang cukup lama, seharusnya rakvat tidak lagi terbelenggu dalam kebodohan dan kem iskinan, sebagaimana cita-cita luhur tujuan kemerdekaan dalam Pembukaan UUD 1945, vaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pertanvaannya, sudahkah masyarakat mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya? Acapkali kebijakan pemerintah belum berpihak pada permasalahan akar rumput atau kata lain rakyat kedl. Contoh, ke bijakan pendi dikan yang diarahkan
pada
melalui
komoditas
liberalisasi
pendidikan. Tentu,
kebijakan ini sangat kontradi ktif dengan prinsip 'education for all' atau pendidikan untuk semua. Pendidikan berkualitas bukan milik semua rakyat tapi milik orang yang memiliki kemampuan ekonami saja. Pendidikan
adalah
kata
kunci
dalam
perwujudan
pencerdasan
masyarakat. Sebab, pendidikan dapat memajukan kesem purnaan hidup seseorang. Jika kita menelaah etimologi pendidikan, menurut bangsa Romawi pendidikan berarti weducore wyaitu mengeluarkan dan menuntun yaitu tindakan merealisasikan patensi anak ya ng diba wa waktu dilahirk an di dunia. Sedangkan, Ki Hajar Dewantara, mengartikan pen didjkan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikira n serta j asmani anak agar
dapat
memajukan
kesempurnaan
hidup
yaitu
hidup
dan
menghidupkan anak yang selaras dengan al am dan masy;ua kat . Etimologi dan analisis pendidikan di atas jelas mensyaratkan pendidikan merupakan hak fundamental
semu a rakyat sebagai upaya pencerdasan unt uk
peningkatan kua litas hidupnya.
180
Akibat rendahnva akses pada pendidikan, indeks pembangunan manusia Indonesia t ergolong rendah. Indonesia peringkat 110 dari 117 negara . Salah satu dimensi dasar pembangunan manusia tersebut, ditinjau dari aspek wpendidikan Vang diukur dengan tingkal baca lulis (UNDP, 2005). H
Dala Susenas 2004 juga menunjukkan bahwa angka bula aksara penduduk Indonesia hampir 15 juta atau 8%. Penduduk berusiil lua lernyalil lebih tinggi dihilnding penduduk usia mudil, sedangkiln angka bula aksara penduduk usia muda lebih bilnvak ditemukan di pedesaan (1 5,5 ; 12,8), sebaliknva angka buta aksara penduduk usia l ua lebih banyak di perkotaan (39,1 : 30,4). Kemampuan keaksaraan ditenlukan oleh tingkat pendidikan sehingga maVoritas (84,3%) tidak/belum pernah sekolah dan sisanya pernah bersekolah maksimal Silmpai kelas IV SO/MI. Artinya, ildil ilnilk Vilng su dilh pernah sekolah tetapi tidak hisa membaca. Kemungkinannya
adalah:
membaca; atau (2)
(1)
pada
dasarnya
mereka
belum
bisa
mereka menjadi bula huruf kembali (rel/apsed
illiteracy) selelah lidak sekolah.
Perpustakaan
~a lte rnatif
pencerdasan"
Kondisi di alas menunjukkan kemampuan membaca dan menulis membuluhkan latihan dan pembinaan terus mener us. Selain itu, padil umumnya anak-anak yang putus sekolah di kelas-kelas ilwal SD/MI ber asal dari keluarga miskin. Selelah keluar dari siste m persekolahan mereka tidak bersentuhan lagi dengan buku bacaan sehingga kemampuan membaca yang memang belum stabl! menjadi hilang. Implemenlasi strategis
yang
perlu
dilakukan
adalah
mencari
alternatif
yaitu
perpustakaan rakyat sebagai lembaga publik yang demokratis dimana masyarakat dapal mengakses, menggal' sumber informasi sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat. Perpustakaan atau taman bacaan menjadi advokasi rakyat dalam mengembangkan dirinya kearah lebih baik melalui bacaan. Sebagai alternalif pencerdasan, perpustakaan atau taman bacaan rakyat memiliki tiga fungsi pokok, vaitu; fasHilasi vaitu media inleraksi pengetahuan dengan masyarakat, mempertahankan dan merangsang kemampuan
181
stimula si yailu membaca melalui
ketersediaan bahan bacaan yang dapat diakses dengan mudah dan murah, dan pelestari yaitu penggalian nilal-nilai kearifan lokal masyarakat yang selama Ini hampir punah dan tidak terkelola. Menyadari pentingnya membaea untuk pengembangan di ri, pemerlntah meneanangkan Har! KunJung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaea diperingati setiap 14 September. Dieanangkan Presiden H.M. Soenarto di Istana Negara tanun 1995. Kemudian, era reformasi Presiden DR. Susilo Bambang Yudhoyono juga memillki pernatian dalam perpustakaan dengan dicanangkanya Gerakan Pemberdayaan Perpustakaan di Masyarakat tanggal 17 Mei 2006 di Perpustakaan Nasi<mal RI, dengan tujuan; pertoma, membangun minat baea bagi terw ujudnya masyarakat yang demokrtis, egaliter, inklusif, dan kompetitif dalam menghadapi berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi; keduo, mengembangkan perpustaftaan dan taman bacaan masyarakat seningga memudankan masyarakat dalam akses informasl sesuai dengan minat, potensi, dan kebutuhan masing·masing; dan kerigo, meningkatkan partisipasi masyarakat, lembaga swadaya, kelompok profesional dan institusi pemerintah dalam pemasyarakatan minat baca, baik dilingkungan lembaga pendidikan, peli::antoran, tempat ibadan, keluarga maupun masyarakat luas. Pentingnya peranan perpustakaan dalam membangun masya rakat juga menjadi agenda global melalui kesepakatan dunia World Summit of Informotion Society (WSIS) yaitu membangun masyarakat Informasi berbasis aplikasi teknologi informas! dan telekomunikasi atau disingkat TIK untuk peneapaian Mlllen/um Development Goals (MOG's). lebin lanjut dalam kesepakatan itu menjelaskan untuk membangun masyarakat informasi yang inklusif, berpusat pada manusia dan berorientasi seeara knusus pada pembangunan, di mana setiap orang dapat meneipta, mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi serta pengetanuan, hlngga memungklnkan seUap Individu, komunitas dan masyarakat luas menggunakan selurun potensi mereka untuk pembangunan
182
berkelanjutan yang bertujuan pada peningkalan mutu hidup. Oeklarni WSIS menyatakan polen!>i perpu!>lakaan dalam menyediakan akses layanan informasi berbasis TlK bagi masyarakat. Jika
ini
terjadi,
bagaimana
dengan
kesiapan
Indonesia?
Kondisi
perpustakaan umumnya masih belum merata keberadaannya. Kata lain, perpustakaan masih termaJinalkan dan tidak populer. Bahkan dikalangan intelektual sekalipun perpustakaan masih belum dianggap penting sebagai pelayanan das.ar. Hal inl terlihat, kondisi perpustakaan secara umum masih memprihatinkan. Contoh,
perpustakaan sekolah sebagai
Integral proses pendidikan baru berjumlah 12.273 sekolah yang memiliki perpustakaan dari jumlah 213.815 sekolah atau sekitar 5,75%, sedangkan perpustakaan rakyat atau perpuslakaan des.a sebagai 'domoin public' ban'! berjumlah 781 yang memlliki perpustakaan atau 1.13% dari jumlah 68.816 desa yang ada (Perpusnas, NPP, 2005). Dala Ini menunjukkan bahwa fokus pengembangan perpuslakaan masih belum menyentuh masyarakat yang 60% berada di pedes.aan. UU Perpu slakaan dan Semangal Galang Royong Peningkatan akses masyarakat terhadap perpustakaan. mendapal angin segar dengan adanya inisia,i pemerinlah melahirkan UU perpustakaan. Undang·undang inl tentu sangal diperlukan sebagai legahtas keberpihakan dalam pengembangan perpustakaan rakyat. UU ini akan menjamin perpustakaan sebagai pelayanan das.ar masyarakal tanpa membedakan
ekonomi
dan
sosial
masyarakal
sebagai
alternotif
pencerdas.an rakyat . Artinya, jika UU ini berpihak pada rakyal tenW alternatif pencerdasan rakyat akan dapat tercapai dengan baik dan lerarah.
Apalagi,
kebijakan
pemerinlah
dalam
pendidikan
sudah
mengarah pada komoditas melalui liberallsasi pendidikan. Nah. dengan diundangkannya UU perpustakaan, apakah menjamin pertumbuhan perpuslakaan rakyat? Secara empiris, kebijakan/regulasi perpuslakaan oleh pemerlntah telah dimulai sejak tahun 50 an dengan Keputu san Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 7870/Kab. Jakarta 5 Maref
183
1953 tentang Peraturan Perpustakaan Rakyat dan Keputusan Menteri Dalam
Negeri dan Otonomi Daerah No. 3 tahun 2001
Perpustakaan Desa/Kelurahan.
tentang
Namun, perpustakaan rakyat masih
termarjinalisasi dan dipandang sebelah mata oleh pengambil kebijakan negeri ini, baik pada level pusat dan daerah. Inisiasi Ibu Ani Bambang Yudhoyono perlu diJadikan dasar pengembangan perpustakaan rakyat melalui program Mobil Pintar dan Rumah Pintar yang langsung dirasakan rakyat. Ibu Negara memandang bahwa anak Indonesia sesungguhnya memiliki minat yang cukup tinggi dalam membaca. Namun, akses mereka yang tidak ada terhadap buku-buku bacaan. Kepedulian masyarakat terhadap upaya pencerdasan anilk bangsa melalul perpustakaan juga dibuktikan adanya inisiasi perorangan yang sungguh mulia dalam pengembangan perpustakaan rakyat. Seperti di daerah Bantul Wonogiri melalui konsep
~Se peda
Ontel Perpustakaan
Kelil ing" yang setiap hari dilakukan oleh Bapak Sumanto dengan menyisir des,a-des,a di daerahnya membawa setumpuk buku-buku bacaan untuk dipinjamkan kepada anak-anak dan masyarakat. lain lagi, Ibu Kiswanti di Panmg, Bogor dengan perpustakaan komu nitas auu t aman bacaan · warabal· dengan memberikan pelayanan gratis kepada masyarakat yang akan membaca, disamping
organisasi dan lembaga masyarakat juga
memillki perhatian besar terhadap pengembangan perpu stakaan dan budaya baca, seperti Yayas,an Membaca Indonesia, Coca-Cola Foundation, SIKIB, dll. Perpustakaan
Nasion al
perpustakaan
mulai
perpustakaan
rakyat
leading
sebagai
menyadari sebagai
bahwa
upaya
sector pengembangan
pentingnya
pengembangan
penguaun. masyarakat
desa.
Kebijakan yang dilakukan dengan anuaran yang masih terbata s adalah diversifikasi layanan perpustakaan metalui mobil perpustaka an keliling (MPK) disamping desiminasi buku bacaan masyarakat daerah tertinggal, perbat asan, daerah konflik dan pascabencana. Sampai saat ini tel ah mencapai 210 unit MPK tesebar di provinsi dan kabupaten/kota. Namun,
184
--
OPINI M"UU"~
de",an prin sip desentralisasi dan otonomi daerah serta keterbatasan anuaran AP8N implementasi strategis ini belum mampll menjawab pertumtHJhan keblltuhan perpllstakaan masyarakat di selurllh tanah air. Permasalahan di atas, membangun pemikiran penulis dalam llpava akselerasi
pengembagan
perpustakaan
rakyat :
Pertomo,
foku s
pengembangan penguatan pedesaan implementasi strategis adalah pengualan perpustakaan rakyat atau taman bacaan sebagai lembaga pendidikan yang paling demokratis dalam pern:erdasan masyarakal. Konsep
pengembangan
perpustakaan
rakyat
ini
menempatkan
perpllstakaan pada setiap starata masvarakal pedesaan. Pustakawan dijadikan sebagai advokalor masvarakat daJam menjamin kelangsungan pendidikan sepanjang haval. Oimungkinkan, kelika anak kelua r dan pendidlkan sekolah, jaminan kelangSllngan pendidikan tidak dapat dijamin kelangsungannva, Oisinilah, posisi perpustakaan menJamin kelangsungan pendidikan sepanjang hayat masvarakat; Keduo, konsep pendanaan dan pembangunan perpllstakaan rakyat berbasis semangat gOlong royong. Artinva, perpuslakaan desa/lam an bacaan dan sekolah harlls menjadi pembangunan prioritas melalui kemilraan. Pencapaian pembangunan perpustakaan disamping didanai oleh APBN juga dldanai oleh partisipasl masvarakal yang dialur dalam UU Perpustakaan. Disamping ilu, perpustakaan rakyat vang lelah ada harus mendapat bantuan dana darl pemerlntah agar kelanggSllngannya dapat lerjamin. Realita, hampir seillruh kebijakan pemerintah dan pemermtah daerah dalam reneana SlrategisnVa tidak ada yang berfokus pada pengualan perpustakaan masvarakat. Bandingkan, APBN Perpuslakaan Nasional tahun 2006 hanva sebesar Rp. 200 mitVar dan pengualan perpuslakaan rakvat hanya s.ebatas pengembangan koleksi. Dukungan pendanaan perlu dituangkan dalam UU Perpllstakaan dengan mensyaratkiln alokasi 20% pendidikan Vang diamanatkan UUD 1945 termasuk juga pendanaan perpllstakaan rakyat.
~~
185
OPINI KU'UST4""",,!
Sebuah pengalaman, ketika negara Jepang dilanda gempa pada tahun 1995 yang disebut dengan Gempa
Kobe yang meluluhlanlakkan
pemuklman masyaukat, pada Qa t itu pemerintah Jepang tidak mampu sendirian untuk merekonstruksi kembali rumah dan fasilitas penduduk yang hancur. Percepatan pemulihan adalah dikarenakan masvarak
masyarakat
Indonesia
telah
men genal
sejak
dulu
atau gotong royong sebagai modal sosial masvarakat.
Contoh, di masyarakat Batak disebut "Marsiadapari" ketika masyarakat Satak membangun rumah dan menggarap Qwah semua ikut serta Q ling bahu~membahu
atau masyarakat Mlnang dengan "Gebu
Minang"
(Gerakan Seribu Minangr. Namun, belakangan inl kearifan lokal ini tidak lagi dimiliki oleh bangsa ini. Partisipasi masyarakat mutlak diperlukan dalam segala aspek pembangunan termasuk dalam pembangunan perpustakaan. Akselerasi pentapalan pembangunan perpustakaan harus dilakukan s&ara gotong royong anl ara Pemerintah, Masyarakat dan Dunia Usaha agar kesinambungannya berjalan dengan balk. Konteks otonomi daer
186
Keterlibatan masyarakat daP
teknologi
informasi,
maupun
perpustakaan rakyat tidak termarjinalkan.
WARTAVol XIII Nomor 1 Tahun 2008
187
pengarang/penulis.
Semoga
BISAKAH PERPUSTAKAAN UMUM MENJADI RUANG PUBlIK? Oleh : Putu lallman Pendit
Bagi pemik!r Jurgen Habermas, sebuah "ruang publik" (public sphere) secara sederhana adalah "ruang pencip taan opini non-pemerintah" (sphere 0/ non -governmental opinion-making) - sebuah ruang abstrak maupun ruang fisik yang menjadi ajang pembentukan pendapat anBiotaanBiota masyarakat di luar kendall pemedntah. Secara sederhana pula, konsep "ruang publik" ini menganggap bahwa pemerintah (baik dalam bentuk pelaksana negara modern maupun dalam wujud raja atau kaisar) bukan satu-satunya pihak yang dapat memonopoli kebenaran atau pengambilan keputusan. Secara idealnya, sebuah masyarakat memiliki hak dan kemampuan untuk berdebat. bersepakat, dan berlr;eputusan tentang hal-hal penting yang menyangkut diri mereka. Pemerintah lalu tinggal melaksanakan saja keputusan masyarakat tersebut. Oilihat dad namanya, kita dapat beranggapan bahwa "perpustakaan umum" adalah salah satu bentuk ideal dari ruang publik yang dimaksud Habermas di atas. Bayangkan saja, ada sebuah ruang fisik, sebuah bangunan perpustakaan lumayan megah, yang terbuka untuk umum, dan menjadi tempat bagi semua orang untuk membaca, berdiskusi, dan mengambil keputusan tentang berbagai hal. Oi dalam perpustakaan umum tersedia berbagai bacaan yang dibutuhkan orang banyak dari berbagai lapisan, tanpa mengenal latar belakang. Kenyalaannya, di Indonesia Perpustakaan Umum pel1ama-tama adalah "Iembaga pemerintah", dan sama sekali bukan tempat papuler bagi anggota masyarakat untuk mendiskusikan hal-hal penting dalam hidup mereka. Terpenting lagi, Perpustakaan Umum di Indonesia sama sekali t idak berkaitan dengan "opini non-pemerintah". Sulit membayangkan pegawai-pegawai negeri yang
mengelola perpustakaan
188
umum
itu
~OPINI !!.!."U.T"'~
memiliki visi dan misi non-pemerintah. Apalagi kemudian mereka juga tidak sepenuhnya melaksanakan fungsi-fungsi pustakawan, melainkan lebih sebagai administrator atau birohat. Kalau memang Perpus takaan Umum di Indonesia bukan ruang pubUk, maka pertanyaan sederhananya adalah: ruang apakah sebenamya la? Mengapa kata ·umum- yang melekat di nama institusi ini tidak serta merta dapat diartikan sebagal · publik" dalam pemikiran Habermas? Coba klta letakkan perpustakaan umum Indonesia dalam konteks kebudayaan dan mari kita periksa sejarah perkembangannya. Mungkin kita dapat jawab pertanyaan inl. Kita
asumsikan
bahwa
perpustakaan
umum
biar
bagaimanapun
mengandung pengetahuan-pengetahuan yang dapat (boleh)dimanfaatkan oleh slapa pun juga yang hendak ber1cunjung. Ini asumsi dasar saja, dan belum tentu benar-benar terjadi. Kebanyakan perpustakaan umum di Indonesia tidak terlalu papuler untuk semua lapisan, sehingga mungkin lebih mirip instit usi ellt atau inSlitusi untuk anggota kelas tertentu di masyarakat.
Untuk
memudahkan
pembahasan,
kita
anggap
saja
perpuslakaan umum mengandung pengetahuan untuk umum. Sekarang, marl
klta
periksa
bagaimana
kebudayaan
Indonesia
mem3ndang
pengetahuan. Menurut Kuntowijoyo (1987) Indonesia mengenal adanya dualisme dalam sistem pengetahuan ;masyarakatnya. la mengambil contoh masyarakat Jawa di jaman kerajaan dan memperlihatkan betapa ada dua kubu sehubungan dengan penyebaran pengetahuan dan sosialisasinya. Kubu pertama adalah istana yang menjadi produ5en pengetahuan untuk masyarakat luas di luar kralon. Mesin produksi Ini digerakkan antara lain oleh para pujangga kraton, obdf do/em dolong alau obdi do/em jurlJ sunggfng, dan merupakan pengesahan kraton sebagai pusat kebudayaan.
Kalau pun kemudian muncul pesantren dan perguruan, maka keduanya t idak bisa menandingi kekuasaan kraton waktu itu.
189
Semel'ltara itu, desa merupakan kubu lain yang juga memproduksi pengetahuan dengan cara mereka sendlri, te tapi yang harus menerima pengetahuan dari kubu pertama, atau dari dua sumber lainnya di at as. Sebagai produsen, kraton juga memproduksi buku dan bentuk-bentuk dokumentasi lainnya walaupun dengan teknologi yang sangat sederhana. Harus pula segera dicatat di slnl, buku-buku dan dokumen itu juga disimpal'l dalam bentuk perpustakaan, misalnya Radyo Pustoko yang terkenal itu. Kubu kedua, atau desa dan masyarakat luas, tampaknya tidak punya bentuk-bentuk penyimpanan buku dan dokumen, te tapi mempunyai tradisi mengkonsumsi buku lewat lapisan literati yang ada di masyarakat desa (dilanjutkan dalam bentuk mocopor di Jawa, atau
meboson di Bali). Bahwa kemudian masing-rnasing literati memelihara koleksi mereka, bisa jadi adalah trend yang tidak dicatat oleh sejarah. KeUka kemudian kerajaan-kerajaan mengalami kemunduran, produksi pengetahuan ikut terhenti dan hubungan 'kraton-desa" terputus sudah. Sebagai pengganti kraton, muncul golongan baru dalam masyarakat yang memprodUksi pengetahuan, ka li ini bahkan dengan bantuan mesin-mesin cetak. Tetapi patut segera dicatat di sini bahwa pengetahuan yang diproduksi terse but sebagian besarnya melanjutlran produksi kraton yail u pengetahuan
hurnaniora
dan
kesenian
(yang
oleh
Alisyahbana
dikelompokkan kepada aspek ekspresif). Sementara itu, di desa-desa terus berlangsung penyebaran pengetahuan dengan cara lama, karena karya-karya baru te rsebut tidak sepenuhnya diterima di desa-desa. Pesantren dan perguruan juga mel,mjutkan tradisi mereka berhubungan dengan desa-desa lewat caranya masing-masing. Kita bisa melihal, walau bagaimana pun selalu ada pola yang sarna, yailu: kaum elit berupaya memompakan pengetahuan ke desa-desa. Di jaman kolonial, pola ini sangat sistemalis dijalankan oleh penguasa Belanda. Indonesia di jaman kolonial ikut terlanda gerakan penyebaran tulisan kaum intelektual Jawa. Kaum inl direkrut oleh apa yang disebut
190
Kuntowijoyo sebagai "usaha kapitalistik di bidang mereka menyebar lewat sebuah
~pasar""
penerbitan ~ .
Tulisan
yang diclplakan oleh pemerinlah
Selanda untuk buku-buku berisi karya-karya orang Jawa. Usaha kolonial yang sebagian besar dike lola swaSla inj mendapat dukungan dari para penulis yang saat ilu sedang melepaskan diri dari belenggu keralon _ Penyebaran pengelahuan ala kolonlal Ini tidaklah merOlla, dan juslru menimbulkan kesenjangan, sehingga munculiah fenomena cendekiawan kola, cendekiawan daerah dan cendekiawan pedesaan (Bachliar, 1983, 73-91). Cendekiawan kOla, sebagaimana digambarkan 8achtiar, adalah produk dad berlanjulnya pendidikan kolonial 8elanda (misalnya yang dimulai dengan School tot Opieideng \Ian Indische Artsen, STOVIA, di Bata\lia). Mereka tinggal dj kOla-kota besar Indonesia dan memiliki komposisi yang agak rumit karena datang dari berbagai daerah dengan latar belakang belakang berbeda_ Cendekiawan daerah muncul dalam bentuk penggerak pusat-pusa t kebudayaan daerah, yang terulama mengkaji masalah-masalah kedaerahan. Mereka tidak selamanya Pberpendidikan" dalam pengertian lulus dari sekolah tertentu, letapi lebih merupakan para pemerhati yang didorong oleh rasa--rasa kedae rahan. Demikian pula kelompok cendekiawan pedesaan, yakni para · pemimpinpemimpin Iradisjonal~ yang seringkali juga adalah pemimpin-pemimpin informal letapi punya kapasitas sebagai pemimpin pendapal (opinion leader). Dalam
kondisi
budaya
seperti
di
ataslah
perpustakaan
dan
kepustakawanan Indonesia cobOl ditumbuh-kembangkan. Persoalan ya ng dihadapi oleh dunia ilmu pengelahuan, pendidikan dan cendekiawan sebagaimana diuraikan di atas ikut mewarnai usaha pengembangan itu. Kita kini misalnya bisa melihat betapa perpustakaan di Indonesia seperti lerletak di antara dua sisi yang saling berlawanan. Pada sisi yang satu terdapat elite yang merasa diri mereka adalah pelaku dan pembawa modernisasl, sedangkan pada sisi lain terdapat lapisan masyarakal dengan kebudayaan tradisionalnya. Celakanya, kedua sisi ini lampaknya
191
tidal!. mempunyal acuan nilai yang jelas untul!. pranata semac.am perpustakaan. Para elite dan cendekiawan barangkali memerlukan sekali perpustakaan, tetapl mereka seperti tidak punya cukup kekuatan, dan barangkali juga kemauan, untuk mengaktualisasikan niliil-nltai Ilmu pengetahuan untuk landasan kepustakawanan di Indonesia. Melihat kelahirannya, terutama kelahiran sistem perpustiikaiin umum, Indonesia padii awal kemerdekiian tampaknya tidak punya pillhan lain setain memakai pendekatan rekayasa soslal yang dipelopori pemerintah, karena pada Qat merdeka hanya elite pemerintahlah yang cukup terdidik dan
berpendidikan
modern.
Apalagi
tentunva
waktu
itu
hanva
pemerintahlah yang punya dana. Tidak pernah ada bukti bahwa has rat mengembangkan perpustakaan datang darl " publik'" pada umumnya. Apalagi, tidak ada buleti bahwa perpustakaan umum merupakan " ruang publik'" yang dapat mencermatl dan mengkritik kerja pemerintah. Sebaliknya,
lerdapal
banYiik
bukti bahwa
rekavasa
sosial
untuk
memperlcenalkan perpustakaan di Indonesia memakai model rekayasa modernisasl model kolonial. Perpustakaan umum tidak hanVa merupakan intervensi pemerintah dalam pembangunan fisik gedung perpuslakaan (yang memang tidal!. bisa dilakukan pihak lain), telap! juga berkembang menjadi intervensi dalam segala pola pengembangan perpustakaan. Pada awalnVa, intervensi inl tampaknya dijustifikasi oleh maksud pemerintah unluk mengangkat t ingkal melek huruf dar! hanva sekitar 10% di awal kemerdekaan menjadi sekitar 50% di awal tahun 6O-an. Namun pada perkembangannya kemudian, Intervensi ini mirip interven sl yang dilakukan pada umumnva di bidang pendldikan, vakni pemberlan pendidikan vang tidak sesuai dengan kondisi daerah dengan tujuan-Iujuan keseragaman naslona!. Oari gambaran·gambaran di alas, sulillah lar1 dari kesimpulan bahwa perpusliikaan umum di Indonesia sebenarnVa adalah lembaga elil vang mencoba memompakan " pengetahuan vang sah" dari kaum elil ke (akya!
'92
jelata. Sekarang ini, pola yang sama muncul dalam benluk semangal ~mengembangkan minat baca" dan juga dalam benluk aklivitas kaum elil (baik yang berduit maupun yang tidak) unluk membual laman-Iaman bacaan ~demi meningkalkan kehidupan orang banyak". WARTAVol XIII Nomor 1 Tahun 2008
'93
--~ OPINI !!!.. usn........'!
STRATEGI PUSTAKAWAN KERASAN 01 TEMPAT KERJA Oleh: Endang Fatmawati
Sudah past i bah wa seseor ang apabila dihadapkan pada situasl ke rja dan pekerjaan yang hanya it u·itu sa]a pasti akan merasa bosan dan menj adi tidak kerasan di kantor. Begi t u j uga dengan par a pustakawan. Produ ktivit as suatu perpustak aan akan sangat bergantung pada produktivitas
pustakawannya.
Namun,
apa
yang
t erjadi
j ika
pustakawannya saj a t idak kerasa n berada di kantor ? Padahal hanya kurang lebih 8 (delapan) j am setiap hari kita berada di t empat kerja. Tempat kerja/kantor yang dim aksud dalam tulisan singkat ini adalah perp ust akaan. Pernahkah kita mendengar bahwa PNS kok bandel, ng/encer, mbalelo,
ba/osan, dan berbagai stereotip lainnya. Faktor utama yang menjadi penyebab bisa ditebak yaitu karena alasan klasik 'bosan' menghadapi rutinitas pekerjaan sehari hari yang monoton, sehingga seolah.-olah terjebak pada rutinitas pekerJaan harian. Parahnya lagi malah ada yang menjadi ~si kulu loncat" karena berpindah dari yang semula menduduki jabal an fungsional pustakawan menjadi jabal;an str uktural, maupun ber hent i dan keluar dari profesi puslakawan menjadi staf administrasi. Faktor apa saia yang membuat pustakawan kerasan di kanto r ? Sebaliknya faktor apa saja yang membuat pustakawan menjadi tidak kerasan di kantor? Alasannya tentu banyak sekali dan berbeda dari masing·masing pustakawan. Terlepas dari itu semua, maka yang terpenting bagi pustakawan adalah bagaimana caranya agar membuat suasana kanlor dan pekerjaan yang dilakukan akan menjadikan pustakawan tersebut kerasan berada di kantor. Menurut Triantoro dan R.Kunjana (2004:10) seseorang agar dapat menyesuaikan did di tempat kefja perlu 3 (tiga) carOl. Pertama, kenali
194
--
OPINI !!"U ST. "~!,!
dirimu sendiri (know yourself). Kedua, kenali pekerjaanmu (know your task/job). Ketiga, kenali organisasi anda (know your organizotion). Apabila ditmplikasikan berarti pustakawan harus mengenali bagaimana dirinya, kemudian pekerjaan yang diembannya seperti apa, dan bagaimana dengan perpustakaan yang menaunginya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gam bar ber ikut:
Faktor Pf'=nal (pusukawan· yourselll: till" kepribadiiln. mlnit dan bakat. ketrampilan, nil.i· nilai, dll. Filktor organl,asional lPf'rpu'tilkaan-
"'"' organilation): iklim dan budaViI, kebijakan dan Slrui
Kepu~~n
I
keco<:okan
r-o
/'
kerp ~ kern"n di perpustakun
lipe tugn dan
pekerjilan pustakawan Ivourta,Vjob)
". I
Kelidakco<:okan
r--
Ketidakpuasan kerja. tid"k kernan di perpustakailn
Gambar 1. Hubungan antara faktor pustakawan, pekerjaan pustakawan, dan perpustakaan. Membuat Perpustakaan Menjadi 'Feel ot Hom~ Strategi awalnya marilah kita jadikan perpustakaan 'feel at home'. Artinya di perpustakaan kita bisa merasa lebih tenlram, sejuk, damai, serta ke rasan atau betah seperti di rumah sendir i. Harapannya adalah agar para pustakawan tidak merasa asing di tempat bekerja, namun justru senang di tempat bekerja seperti senangnya di rumah sendiri {sweet home). Pustakawan yang sudah merasa bahwa selama bekerja di kantor terasa di
195
rumah sendiri, berarti pustakawan tersebut sudah menjiwai makna bekerja yang telah didorong oleh rasa senang dan penuh rasa tanuung jawab terhadap pekerjaannya. Bisa dibayangkan apabila para pustakawan sudah merasa bahagia di tempat kerjanya seperti kebahagiaan yang dirasakan jika berada di rumah sendiri. Pasti ini sungguh menyenangkan. Jadikan Perpust akaan sebagal ' Rum ah Kedua' Alangkah lebih menyenangkan jika para pustakawan sudah menganggap kantor
(perpustakaan)
sebenarnya
sebagai
rumah
kedua
(tempat tinggal). Bisa dibayangkan
disamping apabila
rumah
seseorang
tersebut tinggal di rumah, sudah pasti kerasan dan lebih 'enjoy'. 8erikut beberapa carOl agar membual pustakawan menjadi lebih kerasan di kantor dan bahkan bisa menjadikan perpustakaan ibarat sebagai 'rumah kedua ', antara lain: Pertama, foku$ pada pekerjaan kepustakawanan: tidak hanya sekedar untuk mengisi waktu, meneari ternan saja, dan lika ada waktu luang sebaiknya diisi dengan hal-hal yang bers.fal konstroktif. Kedua, menghindari rutinitas: dengan meneari terus carOl lain yang lebih kreatlf dan efisien dalam mengerjakan suatu hal, sehingga dapat menlngkatkan kinerja, dan lidak akan merasa eepat bosan. Ketiga, meneari lerus tantangan baru: pustakawan dalam bekerja haros inovatif dan kreatif dalam segala hal agar tetus maju dan berkembilng. Keempat, Jangan lari dari konflik: di kanlor sering kali terjadi balk itu dengan atasan, rekan puslakawan, maupun bawahan. Kelirna, kembangkan diri terus menerus: dengan berbagai
pendldikan dan
pelatihan
pusdokinfo,
sehingga wawasan akan bertambah dan serna kin menggoda pustakawan untuk kerasan di tempat kerja. Bangkitkan ' Etos
Kerla ~
di Kantor .
Puuakawan untuk meraih sukses perlu memiliki etos ke rja yang benar agar sukses yang diraih tidak bersifat semu. Untuk membangkitkan etos kerja tersebut marilah kita renungkan makna dari kerja kita. Menurut Sinamo (2005:19) ada 8 etos kerja, yaitu:
'96
1. Kerj;, ;,dalah rahmal: kiu harus mampu bekerja tulus penuh syukur. 2. Kerja adalah amanah: kita harus mampu bekerja benar penuh t;,nuung jawab. 3. Kerja adalah panuilan: kita harus mampu bekerja tunta s penuh Inlegritas. 4. Kerja adalah aktualisasi: klta harus mampu bekerja keras penuh semangat. S. Kerja adalah ibadah: kita harus mampu bekerja serius penuh kedntaan. Kerja adalah sen!: kila harus mampu bekerja cerdas penuh kreativitas. Kerja adalah kehormatan: kila harus mampu bekerja tekun penuh keunuulan. 6. Kerja adalah pelayanan: klta harus mampu bekerja paripurna penuh kerendahan hatl. Silsaran dan mantaat dari pustakawan memahaml mengenai makna etos kerja tersebut, antara lain: Pertama, mendalami makna luhur pekerjaan kep!.lstakawanan, sehinUa tidak hanya sekedar untuk IUjuan meneari nafkah saja. Kedua, membangun motivasi ker]a yang lebih mulia, sehingga tidak hanya sekedar demi uang dan jabatan tungsional pustakawan saja. Ketiga, meningkatkan keclntaan pada profesi pustaki!wan, sehingga tidak menganggap protesinya hanya sekedar menJadi 'batu roncatan' saja. Keempat, memperkuat 'the culture 0/ excellence' dalam berkarya, sehingga t idak hanya sekedar untuk meraih target saja. Kel ima, membentuk budaya kerja unggul, sehingga tidak hanya demi meneapai produktivitas kerja saja. Pustakawan Jangan
Bermenul "Kull~
Pustakawan harus kreatif, preaktif dan inovalif di dalam bekerja. JanSan bekerja karena terpaksa, bekerja hanya karena disuruh pimpinan, bekerja jtka dikasih uang. maupun harus diawasi dan dibimbing pimpinan terus menerus. Sebelum berangkat ke kanlor pu stakawan hendaknya sudah mempunyai rencana apa yang harus dikerjakan di kanlor, membuat prioritas pekerjaan yans harus diselesaikan lebih dulu. Harapannya adalah
197
--
OPINI
-
UI'U5U.........
.
selama berada di kanior IIdak merasa overload lerhadap beban kerja maupun sebaliknva malah merasa tidak ada kerjaan. Jangan menjadi puslakawan yang bermaSillah karena selalu mengeluh, menggo5ip di kantor, lambal dalam bekerja, sering absen, suka terlambat ngantor, dan berbagai bentuk perilaku lainnya yang kurang dapat menunjukkan produktlvilas.
WARTAVol XIII Nomor 3 & 4 Tahun 2008
198
PUSTAKAWAN CANGGIH Oleh : Elfian 5umendap
Bilny_ ~I IlNr blau dicapal manuslil be~al dari mimpi. Perpustilknn dilital yanl p!rkembanlannya amat peut didukung oleh teknolocl informasi pun disulut oleh mlmp l·mi mpl yang Htak masuk akal". VanMVar Bush tilkun 1945 memimpikan sebuak mesin penylmpan inform~i terlengkap, padahal pada zamannya maslh agak mustilhil. Sut Inl siapa Va"l tidak mengenill komputer (desktop pel dan laptop? Ted NetSOfI me"lemukakiln gaguan tentilng suatu Jaringan ' ilksau Vanl memuilt berNgal Informasl berupa teks, foto, film dan slNra yana: ull"l t erkalt ledemikian rupa menjadi semacilm mesin informasi raksau seluas dunia. Tim krnen-lee menambahkan dengan galasan jarinlan , Iobal dimana orang-orang dari berbagai belahan dunla bekerJa sama 5i1l1nl bertukar informasi. Pilsa masa seuran" internet suihlh bubn hill Vang asin, bahbn bali anak 5D sekalipun. Winen dalam bukunva "How fa Build Digital Libra~ menggambarkan .perpustakaan digital sebagai perpustakaan vang sangat fleksibel pemanfaatannva diba nd ingkan dengan perpustakaan konvensional. Perpustakaan digital begitu portabel ~hinC&a dapat dijanlkau di ~mbarang tempat baik di rumah, di pesawat, di mall, atau di mana saja pennuna berada. Kemampuan akses yanl sanlat besar mampu menjanlkau sumber informasi da ri seantero dunia. seolah dunia hanva se.,.uh ujung jari dan hanva selebar lavar laptop saja. Dengan fleksibilitas 'liang belitu tinni melampaui eksistensi malerial, perpustaka an masa depan seolah mampu melingkupi manusia dengan Info rmasi. Teramat mudah informasi diperoleh seakan hanva tinnal meralh saja tanpa harus beranjak da ri tempat duduk. Impia n mode in Indonesia, Putu liIKman Pendit memapa rkan sebuah gambaran imaiinati' mengenai seorang pennuna jasa perpustakaan
199
digital yang la bed nama 51 Badu. eeritanya, 51 Badu, mahasiswa paseasarjana yang hendak mengerjakan paper yang ditugaskan dosennya. la dengan mudah dapat memperoleh segala informasi yang diinginkannva dengan fasilitas teknologl digital di perpustakaan. Alhasil, dengan semua hasil penelusuran dan temuannva, la memperoleh nilai sangat D"lemuaskan. Sf Badu ini memang sudah mahir memanfaatkan semua sarana informasi yang ada. Menuf\lt Pendit sendiri, kisah itu masih berupa impian. Kondisi sosiokultural maupun infrastruktur telekomunikasi dan informat ika di Indonesia masih belum memadal. Bahkan di negara Vang leblh maju sekalipun, impian itu belum sepenuhnya dapat terwu;ud {Pendit at 01 2007}.
Satu Implan Lagl Katakanlah Inl versi lain darl kisah si Badu. Kali ini Badu sudah sampai tahap menyusun tugas akhir atau tesis. la se dang meraneang rumu san topik bahasan tesisnya. TIba giliran menearl IIteratur yang tepat dan mendukung penelitlannva. la datang ke perpustahan langsung menemui seorang pustakawan. Oi ruangan y
200
Rupanva pustakawan tersebut betul-belul menguasai bidang studi Badu. Sehingga ia mampu memutuskan sepuluh item vang dianggap paling tepa l dan pasti diperlukan. la segera menvusun dattar hasil temuannVa Vang berjumlah sekitar 200 item dengan sepuluh urulan teralas merupakan materi vang paling diperlukan. Dua puluh item berikut adalah materi vang mendekati kriteria. Ke tika Badu datang pada hari vang dijanjikan, ia menerima dattar itu lalu segera mengumpulkan semua bahan temuan di mejanva. Hampir seratus persen pilihan pustakawan itu tepa!. Badu tidak perlu membuang waktu lebih banvak lagi. la langsung melahap semua buku dan artikel terse but melanjutkan penelitiannva. Impian itu memperagakan seorang pustakawan canggih didukung oleh perpuslakaan vang canggih pula. Ini artinva perpaduan vang seimbang dua elemen penting Vaitu perpustakaan digital dan pustakawan vang mumpuni. Manfaatnva bagl pengguna diupavakan semaksimal mungkin bahkan terkesan memanjakan. Bagaimana tidak? Pengguna datang hanva untuk menceritakan kebutuhannva lantas tinggal menunggu dua hari saja lileralur vang diperlukan sudah tersaji lengkap. Paling-paling hanVa dibutuhkan sedikit tenaga untuk mengambilnva di rak (materi tercelak) dan memindahkannva ke f1ashdisk semua file hasit pencarian pustakawan. Kualitasnva dapat dipaslikan mendekati 100 persen tepa l . Mengapa? Pustakawannva memang mampu mencari dan memilih sesuai kebutuhan, bukan sekedar sesuai permintaan. Jadi puslakawanlah vang memilihkan dan menilai kualitas dan
relevansinva. Keuntungan bagi pengguna
adalah: 1. Penghemalan waktu. Kalau meneari sendiri mungkin tebih dad dua hari. Bisa seminggu, atau bahkan lebih dari satu bulan untuk mengumpulkan literatur vang benar-benar tepat. Waktu vang dihemat itu dapat difokuskan unutk memikirkiln kelanjutan penelitiannva saja.
201
--
OPINI ~.!.'!!!~~
Olharapltan penyelesalannya jugil dapal leblh tepal dilr! biilSiinya. 51 Badu hanya plltlrltan lopllt bahasannya, soal hleralur yang diperlultan Ilnwl peSiin Silja, beresl 2. Kualilas penelitlan. Pen8luna seperti sl Badu tldalt lall dipuslnlbn dengan menearl literalur. Poltoltnya lin8lal mengarahltan energinYil unlult mengolah semua yang telah disedlabn. 1. Kemajuan ilmu lebih tepat. Bayanlltan jilta ada seribu oranl memperoleh layanan perpuslaltaan dan puslaltawan secan88lh ttu. Berapa banyalt waltlu yanl dlhemal? Dengan sendirlnya ilmu pengetahuan dapat leblh cepat dlltembilnlbn. 8alalmana mencapai mlmpl ltu? Beberapa hal vane dilpal dlusulltan untult mewujudbn mlmpl tersebut: 1. Membangun Silrana perpustaltaan yang memadai. Olgitallibrary, ballt van, muml atau yanl hybrid, sudah merupabn pltihan yanl tidalt bisa dltawar lalL Pen8lunaan sarana Itomputer sudah waJlb hultumnya. 2. Menlembangltan Itualltas pustaltawan. Pustaltawan harus memililtl Itemampuan penelitlan vans memadal. Beliljar dan bertatih menearl Informasi sebilsalmana seoranl penelltl. Kemampuannya melaltultan rlsel lileratur harus terus diasah. 1. 5peslilUsasi. Tldalt munlltin ~rlns blsa men/adi tahu selala Sl!Suatu. Perlu disedlakan tenaga pustaltawan Ithusus sesual bidilnl Umu lertenlu. Ola harus menlantonal aelar altademls tertentu selaln ijuah perpustaltaannya. Atau searana yang memililtl lelar 52 bidang perpustaltaan denaan latar belaltana bldan. lain. Pokoknya la harus menauasai betul satu bidana ilmu yang menjadi spesialisasinya, disertal Itemampuan mencarl dan menaanallsa Inform as! sesuai kebutuhan pemesan. 4. Bantuan tenasa ahll. Punakilwan dilpal bermltra densan dosen iltilU tenaga pakar. Oapat saJa dlatur, misalnya, salah seMans dosen dimlnta untuk men/ildl partner selama satu semester saja. 8erikutnya dosen lain dapat Slliran. Oilri interaiul dengan dosen-dosen itu pasti akan
202
menincbtbn kemampuan pustakawan. Makin lama makin sedikit saja bantuan diperlubn dari dosen, apalagl jika lopik penelilian penguNinya masih mlnp-mirip.
Masalah Mungkin saja Impian itu dianuap terlalu muluk dan bisa menimbulkan masalah, antara lain: 1. Penauna terlalu dimaniakan, l idak sesuai denla n prlnsip Iilerasi informasi. literasi infarmasl era! kaitan nya denlan perpustakaan. Menurut APISI: "Ulerasl informasi adalah seperangkat kelerampllan untuk mel'Klapatkan jalan keluar dari suatu masalah yanl ada. Keterampilan Inl mencakup kemampuan menglndentlfikasl masalah, mencan Informasl, menyortir, menyusun, memanfaalkan, menlkomumkaslkan dan mengevaluasi hasil Jawaban dari perunyaan atau masaiah yang dihadapi tadl". Uterasi Informasl adalah kemampuan memahaml kapan dan mengapa informasi dibutuhkan, dl mana memperoleh informasl, balalmana menilal kuatitas Infarmasl, menlolah dan memanfaatkan informasl, menyajibn kembatl kepada pihak ya ng membutuhkan. Peran perpustakaan adalah sebagal pengelola informasL Perpustakaan memilikl sumber Informasi dengan koleksi yanl ada padanya. Perpustakaan memiliki akses menuJu sumber-sumber informasi. Perpustakaan ~ara aktif menyeb.rka n informasi yang diotahnya kepada pihak yang membutuhkan Informasi. Pustakawan sudah semestinya lebih dahutu melek informasl agar dapat membanlu pengguna melek informasl juga. Ada semacam luntutan bagi pustakawan untuk berupaya memampukan penuuna menemukan dan mengolah sendiri in' ormasi. Memanjakan penuuna seperti paparan kisah Badu versi artikel inl
kelihatannya
bertentansan densan semansat
literasi informasi.
MemanJakan pensguna seperti itu bisa diansgap -kurans mendidik". Namun cobalah melihat dari
sisi vang
asak berbeda. Upaya
memajukan orang untuk melek informasi bisa dilakukan dengan cara -mendorong-, sebagaimana upava vang banyak dilakukan selama ini. ura lain adalah densan cara -menarik" untuk maju ke depan. Pustakawan vang cansgih dengan kemampuan tinggi justru memberi teladan bagaimana seharusnya menJadi peneliti, menemukan dan memanfaatkan informasl semaksimal mungkin. Kadang d!perlukan contoh bagaimana melakukan sesuatu dengan baik barulah yang lain mengikuti. Kalau pustakawan dapat memberikan pelavanan vang mengesankan (baca: mensagumkan) dapat diharapkan pensguna termotivasi untuk memilikl kemampuan seperti itu. 2. Bagaimana menerapkan di sebuah universitas yang memilikl beberapa jurusan1 Nah, ini masalah berikutnya. Jika diterapkan di perguruan tinggi vang khusus satu bidang ilmu saja tentu lebih mudah. MisalnVa di akademi (akuntansl, bahasa, marit!m, dsb) atau perguruan tinsg' khusus (institut teologi/asama, dsb). Mungkin cukup dilavanl oleh satu atau dua orang pustakawan saja. Perpustakaan universitas tidak mungkin semudah itu. Jumlah pustakawan terpaksa harus disesuaikan dengan jumtah jurusan Vang ada. Mungk!n perlu dilakukan kajian tersendiri mengenai hal ini. 3. Kualita s literatur vang disajikan kurang memadai. Hal inl wajar saja pada awalnya. Jika pustakawan sudah hanvak pengalaman melakukan penc.arian dan pemilihan
literatur,
tentu kemampuannva akan
meningkat. Mernang tidak blsa instan. Profesi Tak Tergantikan Konsep
pustakawan
canggih
layak
dipertimbangkan
mengingat
pandangan umum terhadap pustakawan maslh belum pas. Masih banyak orang bahkan plmpinan institusi vang rnemandang pustakawan sebagai
204
--
OPINI . . ....IIT~
penjaga buku saja. Ii'll persoalan kla slk. Uhat saja dl sekolah-sekolah balk negeri maupun swasta. Kebanyakan dike lola oleh salah seorang guru yang kebe tulan suka buku atau kebetulan ditugaskan oleh kepala sekolahnya. Sulit menemukan sekolah yang menempatkan staf pustakawan yang berpendldikan perpustakaan. 01 sebuah perguruan tlnggl beberapa dosen bergantlan menjadi pengelola perpustakaan s&ara sukarela saja, bukan karena keahllan. Sudah saatnya orang mellhat buktl bahwa pustakawan adalah profesl tak tergantikan. Profesl yang hanya bisa dijalanl dengan keahlian khusus. Bukan hanya sebagai penolong untuk menemukan dan menyebarkan Informasi sa;a. Bukan hanya sebagal bagian dad tools bersama dengan digital library untuk mencar! Informasl. Pustakawan adalah pengguna pertama dad tools (boca: digital library) itu. Pustakawan adalah ahllnya menemukan dan mengolah informasl. Oleh karena Itu harus benar-benar cangglh.
Bayangkan
seandainya
seorang
pustakawan
mendapat
pengalaman menangani sepuluh penelltian saja, tingkat kemahirannya pasti lebih dari lumayan. Pustakawan yang begini pasti mahal harganya. Beberapa perpustakaan yang sudah maju telah menerapkan program literasi informasi bagi penggunanya. Tujuannya agar pengguna memlllki kemampuan
menemukan
dan
memanfaatkan
infor masl.
Menarik
perhatian jika menengok pengalaman perpustakaan University of Rhode Island. Mereka sudah sampai pada taraf memikirkan peningkatan kual itas pendidikan bagi para mahasiswa di bidang literasi informasl. Perpustakaannya sudah memiliki kurikulum dan materi kursus/worksh op bagi mahasiswa. Fokus mereka bukan bagaimana menyusun materi, melainkan
bagaimana
mencapai
target
penjangkauan
mahasiswa .
Padahal prestasl yang dicapai sel ama tahun ajaran 1998/1999 sejumlah 325 sesl yang diikutl oleh 7323 mahasiswa, yang ditangani oleh 11 pustakawan (MacDonald 2(00).
205
Apa vang dllakukan oletl para pustak_an
Unill~'siry
of
Rhod~
Island
benar-benar membUluhkan kuahtas postakawan rnemadai. Dibutuhkan pu stakawan Vang benar·benar berpengalaman bagaimana melakukan pencarian
dan pengolahan
informasl. Pustakawan
kemampuan sebagal seorang
pen~hU .
perlu
rnemiliki
Kalau mau mengajak para
penggunanva untuk menjadi penel;li, pustakawannva sendlrl haruslah seorang penellti vang handa!. Dengan konsep pUSlakawan canAih vang dlpaparkan dalam makalah in; pustakawan sendiri akan semakln mahlr melakukan pencarlan, pemllahan dan analisa literatur. Hal in! akan memotillasi penAuna untuk mahir melakukan penehtian. Hasilnva, semakln cepat IImu pengetahuan berkembang, serna kin maju bangsa kita. Memang maslh banVak perpustakaan di neleri klta Vang sedang berJuang untuk memakslmalkan manfaat perpustakaannVa. Teristimewa d~ngan betkembangnva
konsep
perpustakaan
elektronik,
perpustakaan
terotomasl hlnAa digital library. Maslh banyak vang haws dibenahl. Masih banvak vanS harus dipelajari. Mas.h banvak vans haws dikerjakan. Tapl apa salahnva jlka sedlklt memimplkan sualU keadaan vangleblh dari Itu ? Kondisl dl mana pustakawan leblh banvak ambil baglan dalam rlset yang dllakukan oleh penAunanva. Bukan hanva sebagal penolong, tetapl sebagal pendamplng atau mitra. Pustakawan rnelakukan ba,lannva, menemukan dan memilih lnformasl Vang tepat.
~Si
Badu" tlngal
melakukan bagiannya menganalisa dan mengolah informas; untuk menghasilkan produk Informas; baru. Pustakawan berperan sebagal konsultan khusus dl bldan, titeratur. Tldak sembarang orang blsa menempatl posls! puuakawan secanAih Itu. Makanva hafus betul-betul canggih l WARTAVol XIII Nomor 3 & 4 Tahun 2008
206
MENCIPTAKAN PERPUSTAKAAN YANG BERORIENTASI BISNIS Oleh: IIham Prisgunanto Soetardi
'erpumilaan, apa slh lmel ya", terllntas dibenak klta blla mendenaar bb Itu? ,odlna banter ~a sosok ruanla n yanl penuh buku, majala h dan Idlpi"l.tdlpi", koran va,. berdebuu denaan aroma bau ka pur band yana tNS. 01 pofoIl meja depannya berdirl sosok pustakawan va", tua ren~ berbumm tebal dan ~bera mbut batak" denaa n sedlklt ubalHtban berwama putih va", men unjukkl n sud ah belitu "gaeknya" beiliu. Anti ke bisingan dan benel kepada pemakal perpustakaan vang membawa makanan adalah ein khasnya pula. Suara yang termerdu baainya adalah suara mesin ketlk "spica kuoo" yang berirama dalam membuat kartu katalog. Itulah gambaran umum perpustakaan vang ada di kepala masva rakal bukan? Coba bandingkan dengan gambaran berikut Ini. Perpustakaan Vang didalamnya terpasana berbaaal sarana komputer denaan kemampuan alat yang super Cilnl8ih. Ruangan koleksi perpustakaan segala terseclia, mulal dar i bahan multimedia hlngga yang konl/enslona!. se perti; kaset I/Ideo, kase! suara, VCD (Video Compact Oisk), DVD (DIgital Video Disk), LD (Laser Disk). Foto-foto (baik dalam benluk mela dara atau tereetak, kliping. disket dan CD (Compact Disk) juga tersedia electronic book. Hebalnva lagi hampir semua data koleksi terse but dapal dilelusurl dan dieari melalui gawai komputer yang lersedia di hampir seluruh ruang baca. Tidak seperti rancangan perpuSlakilan kOflllensional biasanya, ruanga nnya leblh kedl dan pengunjungnya juga terlihal sanga! sedikit. Hal Inl dikarenakan perpustakaan jenis ini menerapkan konsep perpustakaan maya (virtuoll,brory).
207
Bila l)emakai hendak menggunakan koleksi tersebut, mereka tinggal mendownload dan situs perpustaban atau website-nya saja urena terpasang di dunia world wide web. Bila pemakai engan mendownload karena biava koneksi yang mahal, mereka bisa memesan untuk meminjam, bahkan mengemas ulang bahan dimaksud. Efektif dan efisien bukan? Apakah perpustakaan-perpustakaan di Indonesia memilikl sistem lavanan sepertl itu? Bagaimana dengan perpustakaan nasional? Apakah sodah sepertl Ini1 Selama pengamatan penulis hamplr semua perpustakaan di Indonesia hanya menggunakan sistem pangkalan data sederhana yang itupun hanya memuat deskripsl bibllografinya saja, atau umumnya disebut katalog elektronik. Penggunaan katalog elektronlk Itu Juga hanya khusus sebatas jaringan lokal (LAN) perpustakaan atau badan Induknya. Pergeseran Paradl,ma Bayangkan kondisi saat ini dlmana semua serba dikomersialisaslkan, mula; dar! barang, Jasa hlngga Informasl. Pergeseran paradigma Inl dislnyallr akibat dari telah mendunianya politik ekonomi dunia yang kapltallstik. Kehadiran paham kapltalistik yang menjadl hegemon; dunla dengan cepa! meresap
ke
setiap sektor
kehidupan
manusia.
Hal
inilah
yang
menyebabkan semua Institus] harus mau tidak mau menerapkan konsep Ini agar bisa tetap hidup. Antisipasi memompa kendala finanslal Institu sl tersebu tlah alnan utama mereka menerapkan slstem tersebut. Sebenarnya sudah begllu banyak layanan 'lang diberikan perpustakaan, namun adakah konsep komersial auu basis blsnis untuk layanao-layanan lersebut? Mengapa hampir semua perpustakaan !idak menerapkan konsep ini dalam perpustakaan? ttulah pertanyaan' mandasar yang perlu dijawab oleh semua kalangan kepustakawanan Indonesia saat Inl. Tulisan Inllidak berupaya membuat suatu polemik atau perdebatan baru, namun lebih dilekankan pada upaya menglnformasikan
208
kepada masyarakat
tenta", wkepelikilnw konsep dan hamb
paradilma
teori
tersebut,
terdptollah
tren
bahwa
pustakawan harolm menventuh aspek bisnis, dolO harus menjoldi tenolga non komersial vang sangat peduli deogan dunla pedoldogl. Silahkan and a lihat kurikulum pendidikan pustakawan di Indonesi a, adakah penerolpan pendidlkan pemasaran dolO bisnis di dalamnya? Nihil.
".
Mudannya saja, bila anda menanyakan tentang beberapa keuntungan real perpustakaan dalam benluk rupian kepada pustakawan pasti dijawab tidak tanu, atau bankan dengan "sinis· dikatakan total merugi. Meski di lain sis! pustakawan akan "berkelit" secara immaterial per pustakaan sangat menguntungkan bagi kenidupan badan induknya atau masyarakatnya itu "isap jempol" belaka. Mudannya bila anda bertanya
kepada seorang pustakawan saat
merancang bangun suatu perpustakaan, bisakan mereka mengnitung nilai keuntungan dalam bentuk real rupian nasil dari pendirian institusi tersebut? Selain itu sanggupkan mereka membuat prediksi blsnis plan dan marketing kit perpustakaan? Penulis rasa, mereka tidak akan sanggup menjabarkan itu semua secara sistematik. Ketidakmampuan para pustakawan menjabarkan nilai jual dan sisi bisnis dari pendirian perpustakaan menyebabkan mereka ketakutan banwa lanan merek.a akan direbut olen para pemain bisnis bidang lain. Olen sebab tak neran, ketika masuk para anli teknologi informasi beberapa waktu yang lalu masuk ke lanan mereka ditanggapi dengan dingin dan antipati karena adanya prasangka perebutan lanan kerja mereka olen allii teknologi informasi tersebut. Tak Beralasan Ketakutan ini sebenarnya tak beralasan bila mereka memandang pada esensi paradigma bisnis ternadap informasi dunia yang telan mengglobal saa t ini. Sudan saatnya pustakawan Indonesia meninggalkan pandangan teori konsep Urqunart tadi dan mulai menyentun aspek bisnis dan kemajuan teknologi informasi dengan serius. Menurut David W. Levis dalam "Bringing tne Market to Libraries" (1986:13, yang pertama kali yang perlu dipikirkan dalam menerapkan komersialisasi di perpustakaan adalan
memilan
layanan
perpustakaan
mana
yang
akan
dikomersialisasikan dan mana yang tidak?
210
--
UPINI !!!~~
Menurutnya layanan
perpustakaan yang dapat dikomersialisasikan
adalah: inter library loan (pinjam antar perpustakaan), penelusuran lerpasang (an line), layanan referensi, bibliography, S
sesuai perkembangan laman dengan masuknya
kansep
perpustakaan maya (virtual library), maka terjadi pergeseran bahwa pada kenyataannya semua layanan itu dapat dikomersilkan. Mulai dari masalah menjadi anggala (member), pinjam buku, mendownload koleksi, kemas ulang bahan kaleksi, S
Dari
nelter unluk
menelusur dan urusan koleksi semata-mala. Namun kadang mereka gunakan juga unluk berlcomunikasi satu dengan lainnya dalam upaya meyelaraskan pengetahuan mereka yang telah ada. Menurul leori
2ll
-~ OPINI 2."uu.......... '!
Shannon tentang komunikasi, bahwa manusia dalam berkomunikasi berusaha
menghilangkan
entrop;
atau
melengkapi
kekurangan-
kekurangan pengetahuan yang dimilikinva (1999:48). Oleh karenanya tingkah laku berkomunikasi dapat disamakan dengan proses pencarian para pemakai atau netter nantinva. Proses berkomunikasi para pemakai dapat melalui penvediaan email, forum online atau ruang diskusi dan chatting bagi sesama pemakai atau netter (anggotanva sendiri). Memang dalam mewujudkan bentuk perpustakaan bisnis yang seideal bentuk di atas pihak pengelola perpustakaa'l akan menghadapi benturan benturan maslah klasik perpustakaan yang cukup pelik. Sepert i masalah kelemahan SDM (Sumber Daya Manusia) pustakawan yang t idak handal menghadapi globalisasi, belum adanva regulasi dan program resmi dad pemerintah tentang masalah-masalah perpustakaan maya bagi dunia kepustakawanan di Indonesia, sehingga banvak pustakawan yang masih takut untuk terjun kedalamnya. Ketldakjelasan blue print bentuk perpustakaan maya yang ada saat ini di Indonesia cukup membuat esensi ketidakseriusan dunia kepustakawanan Indonesia dalam mengembangkan sektor-ini. Kita seharusnya berbangga hati, sesungguhnya sudah ada para pioneer yang berusaha mewujudkan hal itu, vakni IDLN (Indonesia Digital library Networking) yang dibangun oleh intelektual kalangan civi tas academlca ITB (Institut Teknologi Bandung). Namun sayang sekali, mengapa pihak-pihak yang berkompeten dan bertanggung jawab dalam menangani masalah ini, seperti; Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Ikat an Pustakawan Indonesia hanva diam saja? Apakah memang dunia perpustakaan Indonesia disengaja berkondisi seperti saat ini, yang hanva selalu berjalan di tempat?
212
PERAN PUSTAKAWAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENJIPLAKAN KARYA ILMIAH Oleh: Drs. Harmawan M .Ub
Tulisan Inl menguraikiin tentang billalmana cara mengatasi penJlplakan karya ilmlah. Untuk mengurangi adanya penJiplakan karya ilmiah penulis
~nvar.lnka n
tiga hal yang perlu dilakukan khususnya bagi
pustakawan. Pertama perlu adanya program yang dapat meningkatkan minat baea. Kedua pengadaan bahan pustaka haru$ berorientasi kepada kebutuhan
penuuna,
mengincat
angaran
sehingga
harus ada
perpostakaan
yang
prlorltas
terbatas.
pengadaan
Ketiga
perlu
pembentukan database hasil penelitian termasuk skripsi, tesls dan disertasi. Storang oknum dosen di sebuah perguruan linggi swasta di Surabaya t elah melakukan perbuatan tereela dengan melakukan penjiplakan karya ilmiah milik orang lain (Jawa Pos, 28-9·1997). Kasus inl tentunya mencoreng tidak hanya nama baik perguruan tinggi yang bersangkutan melainkan juga perguruan l inggi pada umumnya. Pernyalaan bahwa perguruan linggi merupakan kampungnya masyarakat ilmiah yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan objektifitas akan ternodai. Bukan muslahil penjiplakan karya ilmiah juga lerjadi di pergunJan tinggi lain, letapi tidak diketahui. Pertanyaannya adalah kenapa kasus semacam Ini dapat terjadi? Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penjiplakan tersebut. Oiantaranya adalah kurangnya budaya baca di masyarakat kita termasuk masyarakat perguruan tinggi, masih minimnya anggaran untuk perpu stakaan terutama untuk pengadaan bahan puslaka dan belum adanya database (pangkalan data) tentang hasil penetitian termasuk skripSi, tesis, disertasi, dsb sebagai media penyimpanan dan alat untuk
memudahkan
dalam
penelusuran.
Penulis
mencoba
untuk
-~ OPINI
........ T............
menguraikan
penvebab
tersebut
di
atas
beserta
upaya
penanggulangannya dalam kaiunnva dengan profes! pustakawan. 1. Kurangnya mlnat baca bagl civitas akademika Semakin banyak membaca semilkln luas penge tahuan seseor.mg. Seseorang yang luas penget ahuilnnya tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelitlan. ladi seorang peneliti harU5 banyak bacailn/referensl terulama bacaan yang berkaitan dengan i1pa yang akan dileliU, termasuk pengetahuan tentang metode penelitiiln. Oi perguruan tinggl cara yang termudah dan termurah untuk mencari bahan
bacaan
yang
banyak
i1dalah
dengiln
berkunjung
ke
perpustakaan. Oleh karena itu, tinggi rendilhnya minat baca di perguruan tingi biasanVa dapat diukur darl tinggi rendilhnYil kunjungan mahaslswa atau dosen ke perpustakaan. Indlkator ini tentunYil mengesilmpingkan mahasls wa yang mempunyai budaya baca tinggi, tetapl mereka dilpat memenuhi kebutuhannya dengan cara membeli buku atau bahan pustaka sendiri. Kalau kita meUhat Profil Perpustakaan Perguruan TInggi Negeri di Indonesia
terllhat
bahwa
jumlah
penguna
perpustakaan
yang
berkunjung ke perpustakilan adalah sanga t rendah, '«Iitu -rata rata belum ada 10% darl jumlah penguna potensial. Untuk mengatasi hal tersebut di aus tentunYil harus ada kerjasama yang harmonis dan bersinergi antara para dosen dan pustakawan. Pustakilwan tentunya harus Ikut bertanggung jawab untuk menlngkatkan mlnat baca bagi civitas
akadem ikanya
dengan
lebih
proalctlf,
misalnya
selalu
memperhatlkan kebutuhaninformilsi bagl pengguna, membual i1lat penelusuran seperti indeks, abstrak dsb. Begitu Juga dosen harus ikut aktif mengusulkan bahan puslaka yang dibutuhkan dan menVarankan kepada mahiisiswanVa untuk mencari informasi yang bersangkutan dengan mata kuliahnYiI ke perpustakaan. Hal ini akan berjalan baik apabila ada koordinasi antaril dosen dan pustilkilwan.
21.
_....
Z. Anpran Waan pencadn n bahan pustaka di H~11JS di~ kui
pe rpustaka~n y~ nl
bahw~
anuaran pengadaan bahan pustaka untuk perpustaka~n di Indonesia pada umumnya sangat kedl kalau kita bandingkan dengan angsarin perpustakaan·perpustakaan di negara maju. GlastOw University Ubrary (Inggris) pada tahun 1992 memiliki koleksi kuranc iebih seb41nyak 1.5 juta buku dan berlangganan jurnal sebanyak 1000 judullebih. sedangkan perpustakaan UGM pada tahun 1995 hanya memili ki 532.19 eksemplar dan 498 judul Jurnal. Gambaran ini menunjukkan bahwa anuaran pengadaan bahan postaka untuk perpustakaan perguruan tinu' di Indonesia maslh sangat minim terutama untuk langganan jurnal ilmiah. Pustakawan mestinya t idak keel! hati menllhadapl kenyataan lnl. Kita harus dapat menllatur anuaran vang relatif kecil ini dengan sebolik mungkin. Pencoldaan bahan pustaka harus tetap berorientasl kepada pengguna dan skala prioritas mana kebutuhan penuuna yanll me ndesak dan mana kebutuhan vangdapat dltanuuhkan. Dengan cara tersebut diharapkan pengguna perpustakaan tidak malas lagi datinc ke perpustakaan. 3. 8etum ~nya database (panekalan data) tentanll hasll penelltl~n Pembentukan database (pangkalan data) saneat besar manfaatnva untuk melthat apakah suatu penelitian denean topik tertentu, telah dilakukan oleh seseorane. Sehingga pembimbine penelitiiln tidak akan mengalami kesulitan untuk mengeuhui apakah proposal Vang dlaJukan oleh penelitjfmahasiswa sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Hal dapat mengurangl kemungk inan adanVa penjiptakan atau duplikasl penelitian. Database adalah kumputan dan suatu catatan/dokumen. Database penelitian dapat berupa kumpulan abstrak atau indeks baik vang menggunakan sistem konvensional maupun komputer. Apabila
215
--
UPINI n.!!Il~
penvimpanan datajdokumen sudah menggunakan komputer akan s.ansat membantu para penselola (pustakawan) auu pencari informasi (peneliti atau pembimbins) untuk mensakses informasl. Oensan kemaJuan teknolosl Informasl membentuk database tidaklah sulit.
sekarans
Inl,
untuk
Ada beberapa lemDaga penelillan vang menebitkan kumpulan abstrak hasil penellUan namun keberadaannya belum memadal. Oleh kareoa Itu, pembentukan database s.ansat diperlukan untuk mencegah munculnva penJlplaican karya ilmiah. Maslng-masing perguruan tlnggi seharusnva membentuk database lokal, selanJutnva dari database lokal tersebut dapat dlakses secara naslonal maupun Internaslonal dengan menggunakan Internet. Oari uralan diatas dapat disimpulkan bahwa penjiplakan karya ilmiah diharapkan tidak terjadi lagi dl perguruan tinggi. Untuk mencegah terjadlnya penJlplakan karya IImlah di Ilngkungan perguruan tlnggi masing' masing, dlperlukan kerJasama Vang harmonis antara pustakawan dan dosen untuk menlngkatkan mlnat baca. Disamping itu perlu adanya dukungan darl plmplnan universitas dan kreativitas pustakawan untuk memenuhl kebutuhan Informasi bagi civitas akaclemikanva. Pembentukan database tentang haslt penelitlan termasuk skrlpsl, tesis, desertasl adalah hal vans s.angat diperlukan. Hal ini untuk memudahkan pengecekan hasll penelitian agar supaya tidak terjadi penjlplakan atau penelitlan ganda.
216
MEMPERBANYAK BAHAN PUSTAKA DENGAN DANA TERBATAS Oleh : Noorika Retno Widur!
Kolebi pef,",s~kaan merupakan sumber informasl van, tldak saja mencpmbarun ~sil brya manusia mag lampau dan masa Sltkariln" namun JUia masa Van, akan data "g. Bila kole ksi perpustakaan dlkembanpan tidak me"llkud perkembangan IImu pengelahuan dan teknoloci. perpustakaan akan ditJnualkan penggunanya. T1,ilI pilar
pokok perpustataan ad.lllah koleksl, sumber daYiJ manus!a (pustaka.an) da n pelayanan. SehlnUiI ketisanYiI merupaka n satu lleuMn vane tidak munskln terpisahkan. Koleksl banyak tanpa ada pustakawa n, mustahil perpustakaan ltv akan berja lan. Pusta ka wa n tanP"l koleksi leu berarti tidur panjiln,nya sebuah perpustakaan, se bab tanpa k.ksl tldak aun terjad! pelayanan ball pe""una. Masalah pengembangan koleksl di perpustakaan bukan (ahasia umum.
TIdak tersedianVa dana Vang memadai untuk membina koleksi baltan pustaka acapkali terjadi. Perpustauan nvaris tidak mendapat porsl penting bagi unit kerja iduk. Namu demikian perpustakaan tidak boleh berhentl sampal disitu. Pustakawan sebagai ujung tombak perpustakaan tidak boleh begitu saja me nverah dngan keadaan dalam kondisi dem ikian profesionalitas pustakawan me njadi taruhannya. Pustauwan harus bergerak dan berusaha meneari koleksi koleksi Vang memungkinkan dimiliki perpustakaan. Pengadaan bahan pustaka umumnva melalui pembelian. pertukaran (exchange) dan hadiah. Bagi perpustaka an va ng mlskin dana, pengadaan bahan pustaka melalui pembelian tentu t idak mu ngkin. Keadaan ini mendorong pustakawan untuk meneta pkan pria ritas bahan pustaka dan mencari alternatif lain dalam me l'ldapatkan bahan pustaka tanpa membeli.
217
Ada beberapa jalan yang dapat ditempvh agar koleksi bertambah antara lain dengan : Pusat deposit - salah saW fungsi perpvstakaan mervpakan tempat menyimpan hasll karya manusia. Hal inl bisa menjadikan alasan utama bahwa setlap publikasl di lingkungan kerja perpvstakaan ber1l:ewajiban mendepositkan pvblikasinya di perpustauan. Melalui pvsat deposit, perpu stakaan memungklnkan vntuk mendapat tambahan bahan pustaka yang bersifat Grey literarure atau pvstaka kelabu. Setiap unit kerja memiliki kekha san tersendlri. Mlsalnya hasil seminar M adrasah, rapat kerja, dan hasil hasil kegiatan unit kerJa lainnya. Koleksl Ini bisa didayagunakan bagi kepentingan masyarakat pengguna. MenJalln kerJa sama -
Perpustakaan menjalin kerjasama dengan
perpustakaan·perpvstakaan lain baik yang sejenis maupun tidak. Kerja sama antar perpvstakaan bisa menjadi penengah dalam hal pengadaan koleksl. bilamana perpustakaan yang bekerjasama dengan kita memilikl koleksi yang javh lebih balk. Peminjaman berjangka waktv, memberikan kesempatan pada penggvna vntuk memanfaatkan koleksi pln/aman sebaik·baiknya. Tukar -
bahan Pv staka yang dipertukarkan dapat berupa (1) terbitan
perpustakaan sendlri misalnya daftar tambahan pustaka, indeks artikel maupvn bibliography (2) pvblikasi/terbitan darl unit kerja indvk, misalnya vnit kerJa indvk telah memiliki Ivrnal yang layak vnluk diWkar oleh bahan·bahan puslaka lain yang dimilikl vnit kerja/instansi lain. Hadlah - Berbagai Instansi pemerin tah, yaya san,
ma~pun
LSM umvmnya
memilikl publikasi yang bisa diberikan Cvma Cuma kepada perpustakaan. Pvstakawan sebaiknya pro aklif dalam mentari unit kerja atav instansi atav LSM mana yang dapat menghadiahkan buku·bukvnya bagl keperluan perpustakaan. Pendekatan antar vnit kerja/instansi mvtlak diperlvkan,
sebab dengan adanva surat resml dad pejabat perpustakaan akan melaocarbn jalan pustakawan dalam memperoleh koleksi Cuma-Cuma dan Instansi vang dituju. Selain il u hadiah juga bisa diberikan bila perpustakaan vang bersangkulan memilikl banyak duplikasl terbltan. Melalul berila acara vang jelas, koleksl-koleksi duplikat Inl bisa diberikan kepada perpustakaan lain Vilng membutuhkan. Demikian pula dengan koleltsl
vang
I idak
sesual
dengiln
subyek
vang
sesuai
dengan
perpustakaan. Pada umumnva mereka akan menveleksl dan menawarkan pada perpuslilkilan lain.
Penyla"lan k04eksl- Beberapil perpuslakailn memilikj kebijakiln kegiatan penvlangiln koleksi. Pustakawiln hendaknva mencari tahu perpuslilkaan perpustakaan mana
vang ilkan menvlangi koleksi dan kemudian bisa
dimilnfaatkan oleh klta. Namun demikian perlu mempertimbangkiln jenis koleksl vang sesual dengan vlsi dan misi perpustakailn. Koleksl PrilNdl - Cara Ini memerlukan pendeka tan pribadi, sebab l idak semua kolelctor buku akan melepas begllu saja bukunya unl uk kepenlingan
perpustakaan.
Kekhawatiran
akan
buku
Vang
hilang
seringkali lerjadi. Pustilkawan hendaknva meyaklnkan kepada orang yang bersangkutan bahwa buku-buku tersebut tidak dipinjamkan atau hanya bisa dlbaCil ditempat. Hunt1nc di pameran buku diln bursa buku bekas blasanya
memberikan dlskon
dimilnfaatkan
sebaik-baiknya
besar besaran, bagi
pengelola
pameran buku
kesempaliln
inl blsa
perpustakaan
untuk
memborong buku. Demikian pula dengan berburu buku -buku beka s. Buku-buku bekas tidak selamanya buruk. Pengalaman penulls Justru beberapa kall menemukan buku-buku berkualitas dl pedagang buku bekils di plngsir-pinggir Jillan.
119
Memanfaatkan TeknoIot:' lnfo~ Perkembangan teknolog' Informasl saat Inl semakln tidak terbendure. Salah satunya ildalilh internet. Internet bukan merupakan hal asing bagi perkembangan dunla perpustakaan sa~t Inl. Namun demlklan tldak dipungkiri bahwa tidak semua perpustakaan memHiki fasilitas tersebut. perpustakaan yang memltikl fasititas internet blsa mendownload artlkel iltau e-journill maupun e-book yang ada di Internet _TentunYil yang 'free' iltau gratis_ Hasil download bisil dlsl mpiln dalilm bentuk CO yilng set..in dilya tampungnYil leblh besar juga pfilktis karena tidak memakan lempal. Bagaimana bit.. tldak1 Perpustakaan dapat menumpang pada balian Lilin yang memillklnya atau rental di warnet. Melalul Internet, pustakawan juga dapat bergabung dengan menglkutl komunitas dl dunla maya atau milis_ Melillul mills perpustilkailn memiliki peluilng untuk men~patkan koleksl griliis. 8ebrapa komunitas dl dunia maya memberikan kesempatan pada pustilkawiln untuk menJillin kerjasamil dalam bldang ilpapun, termasuk keterbatasan koleksl. Tulisan Inl hanya bermak$ud menggugah, membangunkan pustakawan alilr tldak lagl paslf dan p~tah semangat dalilm menghadapi persoaliln yang menlmpa unit kerJiI peqwstakaan. 8anyak terobosan-terobosan yang blsa dikerjakan pustakawan demi memberikan pelayanan terbillk ball penggunanya_ Perpuslakaan harus un/uk glgl dulu, }erih paYilh yang telah klta upayakan pastl bisa mendiltangkiln hasi!. Optimis bahwa usah.li kiU akan berhasil. Pustilkawan merupakan pekerjaan mulia, sebilb banyak keglatan amal sholeh dldalamnya. 8ukan saja untuk kepentlngan dunla, tapi untuk tabungan di akhera l kelak. WARTA XIV Nomor 1 Tahun 2009
UPAYA PELESTARIAN WARISAN BUDAYA DALAM FORMAT DIGITAL Oleh: Oman falhurahman
lCekayNn hilsl! budaya lulls dl Asia Tenceara, alau Nusanlara sudah tldillt terbanbhbn Iilli. Riltusan blillOC vang mendaftartan, menCiltiit un memberlbn n.asbh-nasbh lulisan tancan (manuscript) telah dhertMtltan. Setiap Itabloc mencandunc ratusan, ribuan alau bahkan puluhiln rlbu ~sbh Nusantara daiam sebuah koleks!. Saking banvaknya btaq. Mbuah panduan penelusuran blalog pun (catalogue 0/ evtofogua) pemah disusun dan dilerbilkan. ICatalog-btalol ilv sebetulnya 111101 be/um menukup semua koleksl naskah Nusanlara, lerutama va~ tersimpan secara pribadl di lanlan masvarakat, dan lumlahnva p npt rne4lmpah _ Indonesia misalnyit Iradlsl lulis masvara kat di salah salu wilayah Asia Tenggara Ini bisa dilacak hingga berabad-abad ke belakang sebelum kedalangan Islam, dan sebelum nama Indonesia ilu sendiri tahir. KOlOk (2006) mencotohkan bahwa seboah naska h Tanjung Tanah berbahasa Melayu dan Sansekerta, dlduga kua l sebagai naskah MelaVu lertua yang pernah ada _ Naskah, yang tersimpan di daerah Kerinci, ini berasal dari masa pra 1slam, serta dilul is menBiunakiln aksara pasta Palawa, bukan dengan aksara Jaw i, sebagalmana lumrahnya naskah-naskah Melavu pasea kedalangan islam. Selring dengan semakin Inle nsifnya proses islamisasl, uadisl lUlls dl kalangan masyarakal Nusantara semakln menemukiln momen tumnva_ Sejak awal peradabannya, masyarakilt muslim memang dikenal sanaat deka! dengan tradisi teks. Tak berleblhan kiranya jika masya rakal muslim bisa disebut sebagai -milsyarakat leks-, di wilayah mana pun mereka berada _ Kebutuh.an para penganut agama islam terhadap Dacaan leks AI Qur'an dan hadils, seta berbagai t urunan penjelaSiinnya dalam berbagai
221
cabang keilmuan, seperti tafsir, fikih, tasawuf, tauhid, dan lain-lain, telah menciptakan sebuah perkembangan tradisi tulis yang sangat dahsyat di kalangan masyarakat muslim, tak terkecuali muslim Nusantara_ Kini, sebagai buah dad budaya tulis tersebut, wilayah Nusantara mewarisi khazanah naskah tulisan tangan yang tak terkira jumlahnya dalam puluhan ragam bahasa dan aksara, tidak hanya naskah yang berkaitan dengan agama, melainkan juga abudaya, adat istiadal, Silslra, ekonomi, fil safat, dan perihal kehidupan remeh temeh lainnya. Alhasil, khazanah naslah Nusantara mengaodung sebuah memori kolektif bangsa ini sejak berabad-abad
lalu. Selain
kertas
Eropa yang
paling
kebanyakan
digunakan, khazanah naskah Nusantara juga menggunakan alas naskah lain seperti daluwang. bambu, lontar, dan lain-lain. Seiring dengan berjalannya waklu, sebagian dari naskah-naskah lersebut te lah musnah dengan berbagai cara, meski sebagian lagi masih lerpelihara dengan baik. RalU san naskah koleksi Tanah Abee, di Aceh 8esar misalnya, pernah musnah begllu saja ketika pada sekitar tahun 1901, Tengku Muhamad Said, ahli waris Dayah Tanoh Abee generasi ke enam, ditangkap oleh Belanda, dan dimasukkan ke dalam penjara selama beberapa waktu lamanya. Sebelum tertangkap, Tengku Muhamad Said masih sempat membawa ratu san naskah koleksi Dayah Tanoh Abee tersebut sebanyak 7 ekor kuda beban, dan menyembunyikanya di dalam sebuah gua di Bukit Terbeh, dekat Jantho. Akan telapi, ketika ia kembali dari pengasingan dan mendalangi kembali koleksi naskah-naskah tersebut, semuanya telah musnah akibat kelembaban udara dan terkena air hujan. Klni pun, diantara penyebab kerusakan naskah yang sering terjadi adalah akibal gigilan serangga, ketajaman tinta, dan kelembaban cuaca. Sifat alam I ropis di Asia Tenggara juga telah mempercepat kerusakannya. Selain il u, posisi geografis Indonesia khu5U$nya yang terletak di wilayah
m
--
OPINI !!....DUST.. ~
rawan bencana alam sepertl gempa, telan menamban ancaman terhadap kenilangan benda cagar budaya ini tanpa dapat dinindan. Gempa dan tsunami aknir tahun 2004 di Aceh, gempa buml di Yogyakarta tanun 2006, Jawa Barat tanun 2009, dan teraknir di Sumatera Barat beberapa waktu lalu, adalan beberapa contoh betapa sejumlah wilayah di Indonesia sedem ikian rawan bencana. Akan tetapi, potensi kerusakan naskan yang paling mengancam sesunaunnya adalah ketidakpedulian kita sendiri sebasai masyarakat pemiliknya. Manakala tum bun kesadaran akan nilal pentingnya naskan· naskan terse but sebagai warisan budaya, manakala revolusllndustri dan teknologi berkembang sedemikian cepat, yang mensakibatkan jejak·jejak sejaran dan budaya masyarakat pr~industri dikesampingkan, saat itu juga sesunauhnya kemusnahan naskan sebagal benda cagar budaya telah dimulai. Dan sekali hllang. ia tak akan pernah bisa tergantikan, senlngga akan musnah dan memori kita selamanyal. Pre~ervilsi
Naskan dan Trend Digital Berbagai upaya pemeliharaan (preservasi) naskah kuno tulisan tansan telah dilakukan berbagal pinak, knususnya olen perpustakaan dan lembaga arsip penyimpan naskah. Upaya tersebut mencakup restorasi, konservasi, dan pembuatan salinan (bock up) naskan dalam bentuk media lain. Jenis upaya preservasi naskan yang ketiga, yakni pembuaun salinan naskan, pernah mendapat perha!ian serlus sejumlan sarjana danlembaga pemillk naskah, mengingat upaya tersebut dapat membantu menguransi ketergantu ngan untu k membaca naskahnya secara langsung, yang pada akh irnya dapat mempercepat kerusakan naskan itu sendiri. Pada tahun 198O·an hinaa akhlr unun 199()..an, upaya pembuatan sallnan naskan dilakukan melalui media mikrofilm. Proyek pembuatan mikrofilm naskah koleksi Keraton Mangkunegara, Keraton Surakarta, dan Museum RadyapusUka yang diprakarsa i olen Nancy Florifa dan Alan Feinstein antara tahun 1980-1984, merupakan salah satu contoh upaya
223
--
OPINI K_TAIU.O.I'!
pembuatan salinan naskah tersebul. Melalui provek yang didanai oleh Cornell University dan The Ford Foundation terse but, ratusan naskah dalam tiga koleksi berhasil di mikrofilmkan, dan salinannya disimpan di sejumlah lembaga berbeda, seperti perpustakaan Cornell University, tiga keraton pemilik naskah terkait, Perpustakaan Nasional, dan Artip Naslonal yang menyimpan negatif asllnva. Pada perkembangan berikutnva, provek pembUaLln mikrofilm yang diprakarsai oleh Nancy Florida dan Alan Feinstein tertebut telah menjadi model bagi sarjana dan pemerhati naskah lain untuk melakukan hal vang sarna pada koleksi berbeda. Pada tahun 1984 misalnVa, Jennifer lindsay (University of Sydney) bersama sejumlah koleganva, antara lai R.M. Soelanlo dan Alan Feinstein, menerapkan pola yang sarna untuk melakukan pembuatan mlkrofilm pada naskah-naskah koleksi Keraton Yogyakarta. Umumnva, berbagal proyek pembualan mikrofilm tersebut selalu diiringl dengan penyusunan katalognya yang ditujukan untuk mempermudah akses terhadap koleksl yang bersangkutan. Kalalog Florida 1993 misalnva, memberikan koleksl naskah·naskah Jawa dl Surakarta, semenlara lindsay, Jennifer, R.M. Soetanto dan Alan Feinstein (1994) memberikan koleksl naskah Ken'lton Yogyakarta. Meskipun awalnva diprakarsai oleh para sarjana asing, akan tetapi secara perlahan sejumlah sarana dan peminat naskah pribumi pun mulai ikut lerlibat dan bahkan memprakarsai sendiri alrtivitas preservasi dan kataloglsasi naskah dalam koleksi lainnya. Pada awal tahun 1990-an misalnva, TItik Pudjiastuti menjadi salah satu sarjana pribuml yang terlibat langsung dalam penvusunan kalalog naskah koleksi Perpustakaan Fakultas Sastra (sekarang Fakultas IImu Kebudayaan, atau disingkat FIB). Demikian halnya dengan Edi S. Ekadjati dalam proyek pembuatan mlkrofilm dan katalogisasl naskah-naskah koleul masvarakat dl Jawa
2"
--
OPIHI .n:y'T~
Barat, serta Mukhtis Paeroi dal am akt ivitas yang s.ama dl Sulawesi Selatan (2003). Selring dengan perkembangan teknologi digital, aktivitas alih media naskah pun mengalami revo lusi penting pada awal milenium kedua, yakn! dengan digunakannya teknologi digital dalam pembuatan salinan naskah, balk melalui kamera digital maupun mesin scanner. AJih media naskah ke dalam bentuk mikrofilm pun mulai ditinggalkan, ka rena dianggap tidak efisien lagi, baik dalam tahap pembuatan maupun penggunaannya oleh pembaca, meski ~betulnya daya tahan sebuah mikrofilm akan jauh lebih baik ketimbang foto digital. Dan,
yang
lebih
penting
lagi,
betbeda dengan
~era
mi k rofilm~
sebelumnya, aktifitas digitalisasi naskah Nusantara pad a awa l tahun 2000an terse but lebih banyak melibalkan atau bahkan diprakarsili oleh s.arjana-sarjana dan peneliti pribumi, te rutama mereka yang lergabung dalam organisasi Manass.a (M asyarakat Pernaskahan Nus.antafa) dan Yanassa (Yayasan Naskah Nus.antara), meski sumber dan dan mitra kerjanya kebanyakan masih tetap berasal dari luar negeri. Ketika dunia penaskahan semakin Makra b" dengan teknologi digital, kalangan pemerhati dan peminal naskah Nusanl ara pun semakin beragam, tidak saja mereka yang memiliki latar belakang keilmuan filologi, sastra, atau sejarah seperti yang lerjadi sebelumnYil, melilinkiln juga mereka yang awalnya s.ama sekali t idak menaru h perh atian terhadap dunia pernaskahan, lelapi kemudian mulal berkenalan karena memitiki minill dalam mengikuli berbagai trend digit al. Ini adalah sebuah perkembangan yang positif karena berarti semakin memperken alkan khazanah naskah kepada khalayak yang lebih IUils. Digitalisasl Naskah Nusantara : Penllalaman Indonesia Secara kelembagaan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) barangkali merupakan lembaga pertama yang melakukan program digitalisasi
225
naskah-+naskah Nusantara. Dengan koleksi na~kahnya yang mencapai puluhan ribu, perpusnas menjadi lembaga penyimpanan nashh lersebar di Indonesia. Akiln tetapl, sejauh menyangkut digitalisasi naskah kuno ini, Perpusnas sebetulnva boleh dianggap agak tertinaal dibanding apa yang telah dilakukan oleh kalangan masvarakat, seperti akan dikemukakan di bawah, balk dalam hal teknologi yang dlgunaka n, dan lerutama menvangkut jumlah naskah yang berhasil dialih digitalkan. Sejak dicananghnnva program digitatisasi naskah POllia sekiur tahun 2003, dan mulai intensif pada tahun 2006, hingga tahun 2009, Perpusnas baru berhasil mendigltalisasi kurang lebih 350-an naskah, tentu puluhan ribu halaman, dengan rincian 60 naskah (60 judul, menuru t Informasi dalam situsnva) pada tahun 2007, 70 naskah/judul pada tahun 2008, serta sisanya pada tahun 2009. Tentu saJa jumlah ini masih sangat keell dibanding dengan total koleksi naskah kunonVa yang mencapai puluhan ribu. Akan tetapi, hal yang harus dipahaml juga adalah bahwa Perpusnas, sebagai lembaga resmi penVimpanan semua dokumen nasional, memang tidak hanva bertanggung jawab terhadap digitalisasi naskah kuno belaka, artikel dan majalah, foto langka, peta kuno, dan lain-lain. Meski demikian, mengingat karakterisliknya yang sangat unlk dan renlan lerhadap kerusakan, sudah seyogyanVa jika digitalisasi na!Jcah-naskah kuno lebih mendapat perhalian dan prioritas untuk masuk dalam program pengembangan Perpustakaan Digital vans konon dicanangkan oleh Perpusnas dapat terwujud di tahun 2014. Fenomena ini memang agak sedikit berbeda dengan saal "era microfilm" tahun 1980 hingga 1990-an. Saat itu, Perpusnas benar benar menjadi lembaga terdepan "tanpa tand ing" datam hal pembuatan salinan naskah ke dalam bentuk microfilm. Setain membuatkan microfilm dari nashhnaskah koleksinVa, Perpusnas juga terlibat aklif dalam provek-proyek pembuatan naskah yang dilakukan di tempat lain, dan bekerja sama
'"
dengan sejumlah sarjana asing. seperti telah dikemukakan di atas. Mungkln salah satunya, karena alat pembuatan microfilm jauh lebih sulit dimiliki oleh kalangan masyarakat umum, berbeda dengan kamera digital yang kin! sudah menjadi ~barang murahan- dan dapal dimiliki oleh setiap orang. Selain mendigitatisast naskah yang menjadi koleksinya, Perpu snas sebetulnya juga memiliki agenda untuk melakukan digitalisasi naskah yang tersimpan di tangan masyarakat. Salah satu program seperti ini adalah digitalisasi naskah di Pulau Penyengal, t<epulauan Riau pada tahun 2007, dan digitallsasl naskah di Pulau lingga, Riau, dengan menghasllkan sekitar 9OO·an naskah Melayu. lembaga Negara lain yang pernah ada, dan mungkin masih, melakukan program
digitalisasi
naskah
Nusantara
adalah
Puslilbang
lektur
t<eagamaan, Badan litbang dan Diklat, Departemen Agama. Sejak 2003, lembaga risetnya Departemen Agama Inl tampaknya semakm menyadari betapa dunla pernaskahan Nusantara sedemikian kuat terkait dengan khazanah keagamaan. khususnya Islam, yang menjadi salah satu fokus visi dan misinya. t<arenanya berbagai program seperti utama invenlarisasi, penelitian, workshop, pe:latihan, beasiswa, dan termasuk didalamnya digitalisasi atas naskah·naskah Nusantara, khususnya yang bernuansa keagamaan pun tak petak menjadi salah satu program melekal lembaga in!. Hingga akhir tahun 2009 ini, konon Puslitbang teklur t<eagamaan telah berhasil mendigitalisasl tidak kurang dari SOO naskah keagamaan Nusantara, yang bera sal dari berbagai daerah, seperti Sulawesi Selatan. Sumalera Baral, Jawa Barat, Banten, dan lainnya. Di katangan perguruan linggi, lembaga yang telah selesai melakukan digitalisasl koleksi naskahnya adalah Perpustakaan Fakultas Ilmu t<ebudayaan (FIB) Universitas Indonesia (UI) Depok. Dari sekitar 3000
m
koleni naskah Jawa yang dimi1ikinya, sekitar 1.962 judul telah digitalisasi, dan akan segera dapat diakses dalam bentuk perpustakaan digital naskah. Pada level universitas, Perpustakaan fiB mungkin juga dapat dianggap sebagai yang pertama melakukan program dlgitalisasl naskah kuno terse but. Pengalaman digitalisasl naskah Nusantara yang dilakukan kalangan masyarakat, peneliti. dan pemerhati naskah Nusanlara, harus diakui jauh lebih dinamis dibanding dengan apa yang dilakukan pada level lembaga. Dalam hal ini, provek dlgitalisasi naskah Palembang dan Minangkabau pada tahun 2003 bisa dianggap sebagai yang pertama dilakukan oleh kalangan masyarakat sendirL Proyek ini diprakarsai oleh sejumlah pengurus Manassa dan Yanassa, bekerja sama dengan (-OATS ((entre for Documentation & Area·Transcultural Studies) di Tokyo University of Foreign Studies (TUFS) di bawah koordinasi Prof. Dr. Aoyama Toru, Pro f. Dr. Miyataki KoJi, dan Dr. Sugahara Yumi. Selain satu set salinan digital naskah dad masing·masing koleksi Palembang dan Minangkabau. Proyek ini juga berhasil menerbitkan katalognya yang dlsunting oleh Achadiati Ikram (2004) untuk naskah-naskah Palembang, dan M.Yusuf (2006) untuk naskah·nilskah Minangkabau. Program digitalisa si dan kemudian katalogisasi naskah Nusantara yang didanal oleh (·DATS TUFS kemudian berlanjut dl Aceh pada tahun 2OOS, yang diletakkan dalam konteks program rekonstruksi Aceh pascagempa dan tsunami. Koleksl naskah Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy yang berjumlah lebih dari 300 teks menjadi target utamil. Katalog kolekis ini pun telah terbit atas kerja sama ( -OATS TUFS, Manassa. Pusat Kajian Pendidikan dan MasYilrakat (PKPM) Aceh, serta Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta (Iihat Fathurahman dan Holil 2007). Keterlibatan lembaga yang disebut terakhir terutama karena naskah koleksl Ali Hasjmy dan demikian halnya koleksi lainnya di Aceh. mengandung hampir 90% materl ke-Islaman dalam bahasa Arab (4S%), Melayu (45%), dan Aceh (10%), sehingga kemampuan para peneliti yang
128
menguasai bahasa Ara b dan materi ke-islaman secara khusus sangat diperlukan. Model program digitalisasi dan kata logisasi naskah di Perpustakaan Ali Hasjmv inj kemud ian dikem bangkan dan diterapki!n pad a tahun 2007 oleh TUFS pada koleksi naskah Ace h lainnva, ya kni koleksi OaVah h noh Abel", di Seulimum Aceh Besar. Koleksi Oaya h Tanoh Abel" dapat dianggap sebagai salah sa tu ya ng terbesar untuk sebuah koleksi masyarakat, dan sekaligus salah satu yang t erpenting di Indonesia. mengingat koleksi naskahnva dapat menghubungka n kita dengan uadisi Islam di Aceh hingga abad ke-16. Saat inj, kata log naskah Oayah Tanoh Abel" yang dapat dianggap sebagaj penyempurnaan dua daftar naskah sebelumnya, masih dalam tahap persi apan dan direncanakan terbit pada awa1 tahun 2010. Savangnya, pada program yang didanaj C-OATS TUFS tersebut, situasi belum memungkinkan untuk mendigitalisasi sfI'mua halaman naskahnya, sehingga salinan digital naskah Vang tersimpan hanya mengandung beberapa halam an awal, tengah, dan akhir saja untuk kepentingan penyusunan katalog. Beruntung bahwa pada tahun 2007, Thoralf Hanstein dan Eckehard Schulz di leipzig University, melalui bantuan dana dari Oepartemen luar Negeri Jerman, meluncurkan Proyek Peiesta rian Naskah-naskah Aceh (Projekr lvr bewahrung der handschriften von Aceh). vang pelaksanaan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga tena ga lokal di Aceh, melalul kerja sarna dengan Museum Negeri Aceh, Yayasan Ali Hasjmv, PKPM, dan Manassa. Berkat proyek ii'll, lebih dari 800 naskah M useum Negeri Aceh (dari keseluruhan sekitar 1.500 naskah ), dan hampir semua naskah koleksi All Hasjmy (sekitar 300-an) berhail didigita lisasl, sete1ah sebelumnya dilakvkan restorasi atas naskah-naskah va ng rusak. Oi bandingka n dengan Program C-OATS TUFS sebelumnya, Proyek leipxig ini mernang mem iliki beberapa kelebihan. Setain mendigit alisasi sernua
129
l\alaman naskahnya, proyek Inl juga menggunakan sebuah mesin scanner ~Zeutschel~ paling mutakhir pada masa itu, yang mampu mendigltallsasl naskah dengan kecepatan satu detlk untuk set lap dua halaman (recto don verso), 5ehlngga blsa menghasilkan teks-teks digital dengan kuantltas dan kualltas yang lebih maksimal. lebih dari Itu, proyek Inl juga sekallgus memfasilitasl akses terbuka terhadap semua halaman naskah Y
digital
naskah.
Meskipun
alues
terbuk
terhad
perpustakaantren OItau yang disebut MIPES (Manuscripts of Indonesia Pesantren) dl Surabaya Jawa Timur pada tahun 2006 bisa dlsebut 'lang pertama mendapatgront darl the EAP, the British Library. Proyek MIPES yang dipimpln oleh Amlq Ahyad dari lembaga
'30
Pengkajian Agama dan Masyarakat
(LPAM) Surabaya ini berhasil
mendigitalisasi sekitar lS0 bundel naskah koleksi tiga pesantren, yakni Pesantren Langitan, Tuban, Pesantren Tarbivval1 al-Talilbill1, lilmongan, dan Pesilntren Tegalsari, Ponorogo. Pada tahun 2007, tl1e EAP Juga mendanill Ugil progrilm digitiliisasi naskilh Nusantara, Yilkni milslng·masing naskal1 koleksi miiSYilrakiit di Kerinci yang dlprakarsai oleh Ulrich KOlOk dilri Hawaii University at Manoa, digitalisasi nilskah Riau oleh Jan Van Der Putten dari National Universitiy of Singapore (NUS), dan digitalisasi nilskah Minangkabau oleh Zuriati dari Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang. Untuk kolek si naskah Minangkabau, selang salu tahun berikutnya, yakni pada tal1un 2008, Irina Katkova, seorang peneliti lepas asal Rusia, juga mendapatkan dana dari the EAP untuk melakukiln digitalisasi naskah tasawuf di sejumlal1 surau lain di Minangkabau. Program digitalisa si naskal1 lainnYil di tahun 2008 adalal1 yang dikerjakan olel1 Suryadi atas naskal1·naskah Buton, Sulawesi Tenggara. Dan, sepanjang tal1un 2009, tiga buah proyek digit alisasi naskal1 kembali mendapatkiln dukungan dana dari tl1e EAP, tl1e British library, yakni : pertama digitalisilsi nashl1 Pidie dan Aceh Besar ata s nama Fakl1ria ti dari lembaga Pengembilngiln Kel1idupan Beragama, yang melakukan pilot
project atas koleksi ini setahun sebelumnya, juga berkat bantuan dana dari the EAP ; kedua, digitalisilsi naskal1 Jawa dan Sunda Kuno di Jawa Barat atas nama Andrea Acri dan leiden University, meski belakangan proyek in! mendapilt sedikit masalah teknis di lapangan; serta ketiga, digitalisasi naskilh Cirebon, Jawa Barat, alas nama Andi Bahruddin dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. lika masing-masing program terse but menghasilkan setidaknya 200 naskal1 saja, maka dapat dibayangkan bahwa ribuan naskah yang tersimpan dl masyarakat, sebagian dengan akses yang sebetulnYil tidak terlalu mudah, kini telilh berhaslt dibuatkan salinannya.
231
~OPINI !!!'!!!!.!......~
sayangnya, sampai saat ini, hampir semua program digitalisasi naskah Nusantara melalui kerja sama dengan the EAP, the British Ubrary tersebut belum diirinBi dengan penerbitan katalog masing-masinBnya, termasuk proBram digitalisasi MLPES yang sebetulnya paling pertama dilakukan, sehlngga pengetahuan masyarakat akademik terhadap semua koleksi terse but masih sangat terbatas. Dari semua perkembangan ini, tampak bahwa upaya digitalisasi naskah koleksi masyarakat tauh lebih dinamis, tentu dengan melibatkan para pemilik naskahnya sendiri, dan lebih banyak diprakarsal oleh kalangan akademisi dari perguruan tinggi, serta orBanisasi profesi semisal Manassa dan Yanassa yang memlliki jaringan baik denBan sejumlah lembaga donor internasional. Selain semua program yang telah dikemukakan di atas, sebetulnya masih ada sejumlah program digitalisasi lain yanB masih sedang dalam tahap persia pan. salah satu diantaranya
adal~h
y~nassa
naskah Ambon oleh tim dari
program diBitalisasi naskah-
d~n
Manassa, serta prOBram
diBitalisasi naskah-naskah Islam yanB diprakarsai oleh Islamic Manuscript Unit (llMU), PPIM UIN
Jak~rta,
bekerja sama dengan Northen Illinois
University dan Hawaii University at Manoa,
d~n
juga
M~nassa.
Dan yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa saat ini, sebuah proyek dlBltalisasi naskah
Nusant~ra
yang berada dalam koleksl luar negerl
tengah diBaBas oleh tim bersama d~ri Perpustakaan leipzig University di Jerman, Perpustakaan lelden University di Belanda, dan Perpustakaan the British
library di
London.
Kelak,
proyek
ini dimaksudkan untuk
mendigitalisasi semua naskah Nusantara yanB tersimpan dalam berbaBai koleksi di luar negeri, dan kemudian menyimpannya ·portal raksa sa·, sehingga
bisa
dalam sebuah
diakses secara online.
Meskipun
kedengarannya terlalu ambisius, proyek ini sesungguhnya dapat menjadi salah satu salusi untuk mempermudah akses terhadap naskah-naskah
m
Nuwntara di luar MCefl, ket imballi memikirkan upaVa pengembalian l'asbh-nasbh Nusantara terwbut secara fisik ke 1ndonesia, yang kederl8arannya akan sangat mustahil, settdaknva unluk saat ini dimana Infrast ruktur dan teknoiogi preservasl naskah kuno di Indonesia masih belum maksimal. Dalam hal ini, satu hal varl8 perlu diperhatikan adalah bahwa Perpusnas dan mungkin Arslp Nasional, sebagai lembaga representasi Negara yang bertanggung Jawab dalam penyfmpanan dokumen·dokumen pentlng bangsa ini, seyogyanya tertibat dalam berbagai kegiatan digitalisasi I\iiIskah Nusantara tersebut, sehingga siapa ptJn lembaga atau masyarakat yang melakukannya, kedua lembaga negara ini dapat tUM menvimpan salah satu set salinan digital naskah dari setiap program digitalisasi yang dilakukan, seperti halnya terjadi pada program pembuatan microfilm pada tahun 1980-199Oan. Jika tidak, koleksi digital naskah Nusanlara di Perpustakaan Naslonal dan Arsip Naslonal akan kalah lengkap dibanding koleksi Perpustakaan the British Ubrary, leipzig University, atau lembaga asing penyandang dana latnnva. Dr,iullsa" dan Pencembanaan Perpustakaan Ollital Naskah Harus diakui bahwa semua program digitalisasi yang telah dilakukan terse but merupakan satu tahap penting berkaitan dengan pemeliharaan dan pelestarian naskah Nusantara dalam format digital. Setidaknva, kini kita telah memiliki salinan dari kandungan isi ribvan naskah Nvsanlara lersebul, dan lersimpan di beberapa tempat terpisah, sehingga dapat menjadi semacam ·cadangan·, Jika svatu saar naskah aslinva terpaksa harvs mvsnah akibat dimakan vsia atav akibat lainnya. Akan te l api, satv hal yang penting diingat adalah bahwa digitalisasl sesvngguhnva hanya merupakan salah salu tahap awal saja untuk membvka akses terhadap naskah Nvsantara. Tahap berikut yang tidak kalah pentingnya adalah menyusun katalog atas semva koleksi terwbvt, dan kemudian menvimpan salinannya dalam sebvah portal sehmgga
m
dapat diakses dengan mudah oleh kalangan masvarakat luas, khususnva sarjana dan peneliti yang menartJh minat pada kajlan naskah Nusantara tersebut. Hanya
wacana
tentang
pengembangan
perpustakaan
digital
pun
sesungguhnva telah menJadi salah satu toplk masvarakat akademik di dunia internaslonaL Apa yang disebut sebagal The World Digital library ( WDLI, bahkan belum lama ini (20091 dikukuhkan oleh lembaga Internasional UNESCO sebagai agenda be~ma untuk mempromosikan slkap saling memahami dan empati terhadap budaya masing-masing suku bangsa (internationol ond intert:ufrurol understonding) melalul teknolosl digital. Savans. hlngga saat Inl, Indonesia melalui Perpustakaan Naslonalnva belum terdaftar sebagai salah satu diantara 49 perpustakaan mitra the WDL yang turut memberikan kontrlbusl, meskipun sejumlah foto digital yang berkaltan dengan Indonesia telah terpublikasikan atas kontribusi dar! Kmv I Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies di Lelden. Jika
saja
Perpusnas
konsisten
dengan
Program
Pengembangan
Perpustakaan Digital yang sedang dlkembangkannva, niscava suatu saat puluhan juta mata dunla akan dapat mem;ndans. mengetahui, dan memahami kekayaan khazanah kebudavaan kita, termasuk di bidang naskah tullsan tangan (m;nuskrlp)' sehingga saling pengertlan budava akan lebih mudah dikembangkan. Forum Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) yang hln"a tahun 2009 inl telah diselenggarakan oleh Perpusnas untuk kedua kalinva, seVOiVanva tldak sekadar seremonlal lahun belaka, melainkan betul betul menjadi aJang pertemuan berbagal gagasan, komentar, dan kalau perlu kritik untuk segera mewujudkan berbagai insfrastruktur yang dibotuhkan.
134
Oalam konteks dunlil pernilskilhan. perpustilkililn dlj:itill memilng dilpilt dlilnlllilp seDilgili sebuilh fenomena Dilru, terlebih dunia pemaskahan Nusantara. Fenomena Inl juga berkembang cepa t !)ada awal millenium kedua, seiring dengan pesatnyil teknologi digltill diln kemudahiln ilkses Internet. Sejumlah perpustilkililn di universitu·unlverslus di AmerikCI diln Eropil telah memulal pengembangiln perpu stilkililn digital nilskilh dengiln cara menyimpiln file-file nukilh di dalam sebuilh portill sehinggil dilpilt diakses secaril cumil-cumil dilrimilnil saJiI, dan bpan sajil. Jelils, perilembangiln seperti ini tidilk pemah terDilYilngun beberapil tahun sebelumnyil. Memiln&. sebagiiln portill hiinYil menyediilkan beberilPil hillilmiln saja yang dilpilt dlilkses dan setlilp niiskilhnViI, sisanya hilrus menghubungi langsung ke perpustakililn bersilngkutan. Aun tetilpl sebilgilln besar lain memutuskan menampilkiln semuil hillilmiln nilskilh bersilngkutiln, termilsuk hillilmiln silmpul dan ilumlnilsi sertil ilustrasinYil, sehingga paril milhuiswa diln peneliti semakin dipermudilh untuk melilkukiln penelitliln.
OJ ilntilril portal yang menvedlilkan semua hillilmiln nilskah kolekslnVii adalah Oiliber Collection di Institute of Oriental Culture, University of Tokyo. Sekitar 800 nilsuh Arilb Vilng berual darl kol eksi Hilns Oiliber dapat diilkses diln diunduh secilril cumil
Tokyo". Perpustilkilan digitill nilskilh Iilin yang su dah bisil diilkses SKilfil online ildillilh koleksi nilskCIh Perpustilkaan leipzig University di Jermiln. Portal Ini sudilh menilmpilkan semuil hillilmiln dilri sekitilr 55 judul nilskilh berbahasa Arilb diln Perslil dilri sekitilr 3.500 naskah koleksi perpustilkilan Yilng konon semuanYil jugil ilhn diumbilhhn. Kemudlan, Perpustakailn Princeton University jugil telilh mengunggilh sekltilr 200 judul naskilh dilri keseluruhiln 9.500 nukilh islam Yilng
m
--
OPINI !!.!"U$TAI<.O.O.I!
men/adl kolek$lnya. Naskah-naskah tersebm, seballan besar berasal darl bahasa Arab, Meslr, Syria, Irak, Iran, se/umlah nellara Islam lalnnya. Seballan naskah rupanya jUlla berasal dar! Indonesia. Jauh sebelum Itu, Princeton University Ubrary Dahkan telah menyedlakan versl dlllital t lla terbitan kataloll naskahnya, yanll dapat dlunduh dalam bentuk Portable Document PrOllram (PDF). Perpustakaan dlllital naskah lain yanll patut dlsebut adalah koleksl the Walters Art Museum dl Baltimore, Maryland, yang telah menampllkan puluhan naskah yang dlanuap menllandung lIumlnasl Indah. Tak herOIn /In sejumlah naskah mushaf AI - Qu!"an yanll umumnya memanll menllandungllumlnasllndah, cukup domlnan dalam koleksl Inl. Selaln lemballa-lembaga dl atas, sebetulnya maslh ada seJumlah lembala lain yang telah atau sedanl menyelenuarakan proyek penllembanllan perpustakaan digital naskah berbalal koleksl, sepertl Meslr, Mall, Turkl, Uzbekistan, dan Yaman. Sebaglan proyek terebut tereallsasl atas ker/a sarna denllan The Memory of the World Progamme dl UNESCO. Untuk konteks naskah Nusantara, sepertl telah dlkemukakan di atas, baru naskah-naskah Aceh koleksi Yavasan Pendidlkan Ali Hasjmy yang telah dapat dlnlkmatl secara online, meskl hln"a akhlr 2009 In! tampaknya belum semua naskah yang terslmpan di dua koleksl tersebu t dapat dltampllkan. Perpustakaan digital Aceh terse but terwujud berkat kerja sama seJumlah lembaga yang telah dlsebutkan dlalas dalam ProVek Pelestarlan
Naskah·Naskah
Aceh
dlbawah
koordlnasl
Rusjdy
Ali
Muhammad dan Mu/lburrahman dl Aceh, serta Thoralf Hansteln dan Eckehard Schulz dl Leipzlll University, Jerman. Satu perkembanll3n pentlns vans jUlla patut dlharapkan adalah bahwa kln l Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa). jusa bekerja sarna dengan leipzig Unlversltv dan Islamic Manuscript Unit (llMU) PPIM UIN Jakarta, sedang memperslapkan sebuah Portal Naskah Nusantara. Tentu
236
--
OPINI . . !)!,YA~
saja, pengembangan portal Inl masl h datam tahap yang maslh sangat awal, dan membuluhkan dukungan darl berbagal plhak. P. rpultakaan Dlillat Naskah Nusanlara dan Penl uata n Tradlsl Rlset Salah satu agenda dlcanangkannva The World Digital Library ole h UN ESCO adalah Nto provide resources l or educators, scholars, and general oudlence N , vaknl menvedlakan sumber penet1t lan bagl para akademlsl, penelltl dan khalavak umum. Oalam konteks naskah Nusantara, pengembangan perpustakaan digital naskah berartl dengan sendlrlnva akan membuka akses seluas-Iuasnya bagl para akad emlsl, penet1II, pern lnat, pemerhatl dan masyarakal seeara umum, balk dldalarn rnaupun dll uar negerl; terhadap berbagal koleskl naskah Nusantara. Selama Inl, akses dan ka)lan lerhadap khazanah naskah Nusan lara tersebut baru sebatas dllakukan oleh kalan gan lerbalas fIIologls saja vang memang benar-benar berkepe ntlngan menjadlkannva sebagal bacaan, dan atau pustakawan yang bertugas mengarslpkan mendokumentaslkannva. Sarjana lain, termasuk sejarawan pun tldak semuanva lerlarlk berkunjung ke ru ang koleksl naskah, meskl sesungguhnva akan sangal terkall dengan bldang penelilla nnva. Aklbatnva ada lah bahwa penguasaan dan pemanfalaan sumber-sumber lokal berupa naskah dalam sebuah penelltlan serlng dllakukan. Sanvak alasan yang dlkemukakan, tapl salah satu ya ng serlng lerdengar adalah soal akses yang mernang sangal terbatas terhadap naskah -naskah tersebul dlbandlng terhadap su mber-sumber lain dalam bentuk buku. Keterbatasan akses Inl aka n leblh menonjollagl pada koleksl naska h ml1!k rnasVarakat. Selal n karena dlanggap se bagal propertl prlbadl, tldak jarang naskah-naskah tersebut dian88ap sucl dan keram at sehlngga tldak blsa dlse ntuh oleh sembarang orang. Tentu saja hal Itu merupakan hak masva karat pemllik naskah yang harus dlhormatl. Akan tetapl,jlka dapal dlup;tyakan, terbukanVa akses lentu akan le blh mem buka kemungklnan terjadlnva transmlsl IImu pengetahuan yang lerda pat dl dalamnva.
m
Rasanya ked! kemungkinan banwa sang pengarang. ketika menulis karyanya, tldak berkeinglnan agar karyanya itu diakses olen banyak pembaca. Dalam konteks penelitian di perguruan t lnggi, penggunaan sumbersumber primer semisal naskan ini sebetulnya merupakan kekuatan tersendirl.
T1dak
sedikit
sar]ana
asing
yang
memperolen
kred it
akademiknya karena berhasH melakukan sebuan riset berba sis naskah_ la cukup merumuskan sebuah teori dan metodologi ri set yang tepat, kemudian menerapkannya pada naskah-naskan Ioka! yang ditelitinya. Sayangnya, pemanfaatan naskah olen kalangan sarjana pribumi sendiri justru belum maksimal, lagi-Iagi dengan alasan keterbatasan akses, yang senarusnya malan lebih mudah dilakUkan oleh mereka yang berada dekat dengan sumber-sumber tersebut, dan bahkan menguasai bahasa lokal yang digllnakan, tanpa perlu kerja keras mempelajarinya. Karenanya, pengembangan perpustakaan digital naskah Nusantara yang memungkinkan siapapun dan dimanapun untuk dapat mengakses berbagai koleksi seyogyanya akan berdampak sangat besar ternadap ikllm atau tradisl penelitian kita. Mereka yang memanfaatkan kearifan lokai dalam naskah tidak lagi akan terbatas pada sarjana filologi saja, melalnkiln juga dari berbagai disiplin IImu lainnya, seperti sejarah, lingulstlk, kajian agama, dan lainnya. Perpustakaan
digital
naskah juga
dapat
mengkondisikan
seorang
mahasiswa atau penelitl yang senang berkelana di dunia maya, untuk membuka-buka,
entah
sengaja
atau
kebetulan,
khazanah
naskah
Nusantara. Ketika ada salah satu naskah yang menarik dan sesual dengan topik penelitlannya, ia akan dengan mudah untuk membacanya, berkenalan dengan pengarangnya, dan bahkan mengunduhnya untuk dijadikan sebagal sumber primer. Tentu saja, dengan melakukan penelitian iebih lanjut, seperti identifikasi bahan naskah, cap kertas, dan
238
se}e:nisnya, seseorang umumnya maslh membutuhkan untuk berkunjung
ke perpustakaan yang mengoleksi naskahnya, meski sejumlah koleksi digital juga telah menyediakan metadata yang sangat lengkap. Iklim akademik sepertl ini, dimana sumber primer tersedia dengan baik dan mudah diakses oleh mahasiswa, jelas akan membantu mendorong kalangan perguruan tlnggi untuk menggapal misi yang selama ini sering didambakan, yakni menjadi -Research University", universitas yang mendasarkan semua aktifitas akademiknya pada sebuah tradisi riset yang baik. Manakala seonng mahasiswa, dosen, atau peneliti sudah percaya dirl dengan sumber penelitian yang digunakannya, ia pun tak segan-segan untuk mempublikaslkan hasil penelitiannya terse but dalam berbagai Jurnal, termasuk jurnal internasional. Jika sudah demikian, maka universitas-universitas di Indonesia akan dapat semakin kompetitif, dan mensejajarkan diri dengan berbagai universitas terkemuka internasional melalui berbagai artikel dan publikasi lainnya. Tentu saja dengan tersedianya perpustakaan digital naskah Nusantara, bukan
berarti
segala
urusan
selesai,
karena
kemudahan
akses
terhadapnya juga tergantung pada sejauh mana server yang menampung semua data digital berikut metadatanya t idak terganggu masalah-masalah teknis. Jika para pengguna internet di Indonesia belum dapat memilikl Infrastruktur
yang
dibutuhkan
se<:ara
maksimal,
maka
bisa
jadi
perpustakaan digital terse but ibarat air minum yang dibawa bawa di atas punggung seekor kamblng belaka, sementara sang kambing sendiri tidak pernah dapat meraih untuk meminumnya.
WARTA, Vol XV Nomor 2 Tahun 2010
239
SALAH KAPRAH PERPUSTAKAAN DIGITAL 01 INDONESIA Oleh : Hendro Wicaksono
Salah satu tema popuier beberapa tahun bel~bngan Inl di dunla dokumentasi adalah tentanl perpustakaan dilital (selanJutnya ditulis diJital) atau digital library. Tema Inl makln populer dengan makln maraknya penerbitan elektronik dilln mudahnya orane untuk membuat dotumen elektronik. OJ Indonesia, sistem perpustakRn dlJltal, ada banyak aplikilSl yang blsa dilunillbn, balk yang komersial maupun Vane open scurce. 01 Indonesia, vang paling populer adalah Ganesha Di,ital Ubra", (GOL) dengan IIsensl GNU/GPL ( _.gnu.org). GOL dibuat oleh KMRG (Knowlrdge Management ReSftJrrh Group) ITB. Sosiallsasl GOL dilakukan dengan membuat Inisiatlf vane diberl namill Indorlesla Dilital Ubra", Networ1l: (Indonesia D~). Savangnya launglnislilltif Inl tidak liIIi sekencan, dulu. Setelah ltu lmplementasi perpustakaan dijital di Indonesia, ada beberap.a kesalah pahaman teriadi vang menarik untuk didiskusikan. Pertama. ternvata masih banVak orang termasu k (termasuk para pustakawan), Vang belum blsa membedakan dan masih mencampuradukkan antara konsep "Perpustakaan Oiijita l~ dengan "Automasi Perpustakaan~ (libra", automation). Penulis pernah dimintai tolong untuk memberikan demo aplikasi perpustakaan dijltal, ternyata vang diinginkan adalah aplikasi automasi perpustakaan. seorang tema n penulis-seorang web progammer- memberl nama aplikasi buatannva sebagai diJita! libra",. padahal vang dibuat hanval-a h katalog terpasang (online catalogl. Sebenarnva apa perbedaan mendas.ar slstem otomasi perpustakaan dengan perpustakaan dijital? Sistem otomasi adalah implementasi
'40
teknoloci
informasi
pada
pekerjaan-pekerjaan
administratif
di
perpustakaan agar lebih efektif dan efisien. Apa saja vang termasuk pekerjaan administratif di perpustakaan, dianlaranva pengadaan, pengolahan, sirkulasl peminjaman, pengembalian, invenlarisasi dan penyiangan
koleksl,
katalog
lerpasang..
manajemen
keanggotaan,
pemesanan koleksi vang sedang dipinjam, dan lain-lain. Sedangkan sistem perpustakaan dijital adalah Implementasi teknologi informasl agar dokumen dijilal bisa dikumpulkan, diklasifikasikan dan bisa diakses secara elektronik. Secara
sedemana dapat
dianalogikan
sebagai tempat
menyimpan koieksi perpustakaan yang sudah dalam bentuk dijital. Kedua, adalah masalah aksebilitas. Sistem perpustakaan dijital dirancang agar koleksi perpustakaan lebih mudah diakses dan Jangkauan aksesnva lebih luas. Yang terjadi di Indonesia, koleksi dijital justru lebih sulil diakses daripada
koleksi
tercetak
{printed}.
Bukan
karena
keterbatasan
infrastruktur, tetapi karena kebanyakan pengelola perpustakaan dijital masih takut atau bahkiln - tak rela- orang lain bisa membaca koleksi dljltalnya. Penulis sempat mengamati kegiatan pembangunan sistem perpustakaan dijltal di sebuah perpustakaan perguruan tinggi. Dukungan pengelolil universitas dari sisi dana sangat balk. tapi sekarang provek terse but mandek karena belum ada sural keputusan dari
~ngelola
perguruan
tlnggi tentang siapa saja vang berhak membaca dan men-download koleksl tersebul. Jadl, sampal sekarang praktl s tldak ada satu orang pun (kecuali administrator slstem) vang bisa membaca koleksi dijitalnva. Padahal koleksi yang dimasukkan sudah cukup banvak. Penulis sempat mengusulkan agar segera dibuka akses minimal untuk linckup perguruan linui itu saja, toh dari sisl keamanan suclah ada fitur user authentication built-in dan kalau mau bisa dilambahkan filtering di level alamal IP (internet protocol). Tetapi plhak pengelola perguruan tingg; masih khawat ir dengan masalah copyright dan plagiarisme bila
241
akses diberikan, meskipun hanva untuk lingkup universitas. Sebuah alasan vang tidak argumentatif. Plagiarisme sudah ada sejak jaman dulu, ketika format dijital belum populer bahkan mungkln belum ada. Ad apun bentuk media vang dipergunakan, plaglarlsme akan selalu ada. Justru, perpustakaan dijltal bisa membantu mengurangi plagiarisme dengan cara memberikan akses Informasl ke banvak orang. sehlngga orang lain tahu siapa su dah mengerjakan apa. lagipula, sebagal sebuah perguruan tlnggl Vang dldanai oleh publik, seharusnva publik juga punva hak untuk mendapatkan akses penelitian vang ditakukan perguruan tinggi t ersebut . Ketiga, masalah manaJemen pengembangan slstem. Implementasi slstem perpustakaan dijital merupakan hal vang kompleks dan rumit. Karena ftu, perlu perencanaan vang matang, mulai darl white papers, spesifikasi fungsional slstem, model bisnls, manajemen sumber dava manusla, prosedur dan lain· lain. Savangnva banvak implementasi perpustakan dijital di Indonesia tidak memperhatikan hal-hal ini. Sehlngga, serlng lmplementasl akhirnva mandek karena adanva hat·hal vang belum blsa diselesaikan di fase awal implementasi. Senng pula Implementasi perpustakaan dijital dilakukan tanpa mendapatkan dukungan penuh dari Instansi Induknva. Implementasi perpustakaan bukan merupakan hal vang mudah, terlebih lagl la melibatkan banyak plhak. Supava berhasil, harus mendapatkan dukungan penuh darl pihak·pihak vang terkait, dan vang tidak
kalah
penting
adalah
model
bisnlsnva
harus
jelas
strta
terdokumentasi. Beberapa Isu Vang Patut Diperhatikan Terkait dengan beberapa kesalahpahaman dlatas, ada beberapa isu vang patut diperhatikan terkait dengan implementasi sistem perpustakaan dijital.
1<,
--
UPINI .. u~un
~
Perum~,
p~ra
pengelol~
sistem
perpustakaan
dijital
herldaknya
meniflahui esensl pe:rpustakaan dijita!. Yaitu, agar koleksi perpustakaan lebih muclah diakses dan jangkauan aksesnya lebih luas. Karena itu adalah salah besar kalau perpustakaan dijital lebih sulit diaskes oleh pemakal perpustakaan dengan alasan apapun. Kedua, Isu legal. Para pe:ngelola slstem perpustakaan dijital hendaknya memahami seara jelas masalah legal terlcait dengan konten dijital yang dimasukkan ke dalam sistem perpustakaan dijita!. Selain kompleks, Isu Inl Juga selalu merupakan isu utama dalam implementasi perpustakaan dijital di Indonesia. Permasalahan utama implementasi perpustakaan diJltal dl Indonesia bukanlah pada sisi teknologi, tapi pada sisi nonteknologi. Sulitnya, seringkall para pengelola perpustakaan terlalu banyak berdlskusl berkutat hanya pada isu legal dan melupakan isu penting lainnya. Seolah-olah legal merupakan isu vans paling utama. Ketika masalah legal tak kunjung selesai, akhirnya dibiarkan menggantung. sehlngga terkesan tidak serlus. Hendaknya sistem perpustakaan dijital yang dibuat nantinya, sudah punya dasar hukum yang jelas, sehin"a nanti slstem ters.ebut tidak mandek lagi
menunggu kepastian hukum
mengenal dokumen dljital yang dis.ertakan. Akan lebih baik tagi institusi lain yang berhasll menerapkan sistem perpustakaan dijital, mau berbagl pengetahuan mengenai best practise yang telah dilakukan. Masalah krusial implementasi sistem perpustakaan dijital tidak hanya pada masalah legal, tetapi juga pada masalah sosial seperti bagaimana sistem perpustakaan
dijital
mampu
meningkatkan
antusiasme
pemakai
perpustakaan untuk terus produktif belajar, menghasllkan pengetahuan baru, dan mau berbagi pengetahuan. Kellsa, terkait deng,," Isu pertama, tujuan utama perpustakaan diJital bukan sebagai sarana preservasi koleksi. Koleksi dijital justru lebih rentan kehllangan data dan terjadlnya inkompabilitas. Untuk mengatasi masalah Inl, Isu-Isu berikut ini harus dlperhatikan.
2"
Keempat, isu teknologl. terkait dengan isu ketiga, maka masalah tekoologi perlu mer'ldapal perhatian serius. Media tempat menyimpan informasi dijilal selalu mengalami degradasi dan bisa rusak tanpa pemberitahuan sama sekali. Perangkal keras dan lunak seringkali ketlnggalan zaman tanpa kita sadari. Karena itu perlu diperhalikan manajemen daur hidup (lifecycle management) koleksi dijital yang disimpan. Kelima, isu manajemen konten dijilal. Semakin besar volume dan kompleksitas dokumen dijltal, maka akan mulai tlmOOI
masalah,
diantaranya : pemeliharaan koleksi, temu kembali informasl (information retrieval), dan klasifikasi. Solusi yang blsa dilakukan anlara lain : pembuatan prosedur standar untuk pemeliharaan koleksi, pemeliharaan slstem temu kembali informasi (perbaikan algorltma), dan pembuatan tesaurus.
WARTA, Vol}fIJ Nomor 2 Tahun 2010
".
DAFTAR PUSTAKA
MaJalah Warta Volume VII No. 2 Tahun 2003, Jakarta. Majalah Warta Volume VII No. 3 Tahun 2003, Jakarta. Majalah Warta Volume IX No. 2 Tahun 2004, Jakarta. Majalah Warta Volume X No.2 Tahun 2005, Jakarta. MaJalah Warta Volume XI No.1 Tahun 2006, Jakarta. Majalah Warta Volume Edisi Khusus Tahun 2006, Jakarta. Majalah Warta Volume XII No. 1 Tahun 2007, Jakarta. Majalah Warta Volume XII No. 3 Tahun 2007, Jakarta. Majalah Warta Volume XII No. 4 Tahun 2007, Jakarta. Majalah Warta Volume XIII No. 1 Tahun 2008, Jakarta. Majalah Warta Volume XIII No.3 & 4 Tahun 2008, Jakarta. Majalah Warta Volume XIV No. 1 Tahun 2009, Jakarta. Majalah Walta Volume XIV No. 2 Tahun 2009, Jakarta. Majalah Walta Volume 'tV No. 2 Tahun 2010, Jakarta.