MAJALAH ILMIAH KOPERTIS WILAYAH IV, Nomor 05 Tahun XXVI Desember 2013
Building Interpersonal Communication to Increase The Employee Performance at Five Star Hotel (Effect of Interpersonal Communication Quality to Five Star Hotel Employee Performance) Didin Syarifuddin
[email protected]
ARS Internasional, School of Tourism Jl. Sekolah Internasional 1 – 6, Antapani Bandung
ABSTRAK Penelitian ini difokuskan untuk menjelaskan kualitas komunikasi interpersonal, kinerja karyawan, serta hubungan kausalitas kualitas komunikasi interpersonal dengan kinerja karyawan Hotel di Kota Bandung. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan hotel yang berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner, wawancara, observasi, dan studi pustaka. Metode survey eksplanatori digunakan untuk menjelaskan variabel komunikasi interpersonal, kinerja karyawan dan menjelaskan hubungan kausalitas antara komunikasi interpersonal dengan kinerja karyawan dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal tercapai dengan rata-rata 1.658 dari skor ideal sebesar 2.280 dan kinerja karyawan tercapai sebesar 1.643 dari skor ideal sebesar 2.280. Sementara pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja karyawan sebesar 79 persen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima dan menguatkan hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja karyawan. Kata Kunci: komunikasi interpersonal dan kinerja karyawan ABSTRACT The research focus is to explain interpersonal communication quality, employee performance and effect of interpersonal communication to employee performace at a Hotel in Bandung. The research population is all employees at a Hotel in with 40 people. Collecting data are questioner, interview, observation, and research study. Survey explanatory method is to explain both interpersonal communication and employee performance variables and also to explain causality relationship between interpersonal communication with employee performance by using regression linier analysis. The result showed that interpersonal communication is 1.658 of ideal score is 2.280 and also employee performance is 1.643 of ideal score is 2.280. Mean a while the effect of interpersonal communication to employee performance is 79 percent. Based on the research result can be concluded that the hypothesis is accepted and strength the study before of variable of interpersonal communication and employee communication. Keywords: interpersonal communication and employee performance
1
1. PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari ketergantungannya kepada orang lain. Hal inipun berlaku bagi orang-orang yang berada dalam sebuah organisasi hotel, yang nota bene adalah karyawan dengan tugas memberikan pelayanan kepada para tamunya. Pelayanan karyawan hotel, akan menunjukkan kualitas layananya, apabila adanya kerjasama diantara para karyawan dalam satu divisi maupun dengan lintas divisi. Kerjasama ini salah satunya dibangun melalui komunikasi dalam sebuah organisasi yang dicerminkan dari komunikasi antar karyawan, yang dalam terminologi ilmu komunikasi disebut komunikasi interpersonal. Sekali lagi, sebagai makhluk sosial, bahwa manusia harus berkomunikasi. Komunikasi tersebut sebagai wujud dari tumbuhnya interaksi sosial baik antara satu orang dengan satu orang yang lain, maupun dengan orang lain dalam jumlah yang lebih besar, atau diantara banyak orang dengan banyak orang yang lain. Penjelasan tersebut, menunjukkan bahwa di dalam berkomunikasi akan melibatkan sedikitnya dua belah pihak, sehingga bentuk komunikasi yang akan
berjalan
adalah
bentuk
komunikasi
dua
arah
atau
two-way-communications.
Berlangsungnya komunikasi dua arah yang didukung oleh adanya saling pemahaman akan menumbuhkan kerjasama, sehingga akan mengarah
pada pencapaian cita-cita organisasi
melalui tumbuhnya keinginan bersama dalam bentuk peningkatan kinerja karyawan. Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi, maka tujuan utama perusahaan yaitu mempersatukan masing-masing karyawan akan terjalin dengan baik. Hal ini sebagai gambaran bahwa visi dan misi organisasi akan segera terwujud, melalui adanya peningkatan laba perusahaan, kepuasan pelanggan, serta kepuasan para karyawan. Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa komunikasi merupakan alat untuk meningkatkan kerjasama, kepercayaan, tanggung jawab, dan antusiasme para karyawan (Manullang, 2008:231). Melalui komunikasi para karyawan akan memahami apa yang diinginkan organisasi, dan sebaliknya organisasi akan memahami apa yang diharapkan para karyawannya, sehingga mempermudah organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Hasibuan (2003:198) bahwa adanya komunikasi yang harmonis diantara para karyawan baik secara vertikal maupun horizontal ikut menciptakan kedisiplinan bagi organisasi. Komunikasi sangat penting dalam mengendalikan tindakan anggota organisasi yang tidak sesuai dengan keinginan organisasi. Kemudian Simamora (2004:612) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan adalah kurangnya komunikasi, untuk itu dalam rangka meningkatkan kedisiplinan kerja dapat dilakukan melalui pembentukan komunikasi kerja secara vertikal dan horizontal. Sehingga dapat disampaikan bahwa komunikasi yang baik akan menciptakan disiplin kerja karyawan dan sebaliknya komunikasi yang kurang baik akan menyebabkan ketidakdisiplinan karyawan dalam bekerja. 2
Pentingnya komunikasi interpersonal, juga tergambar pada salah satu organisasi hotel di Kota Bandung. Berdasarkan informasi di hotel ini menunjukkan adanya karyawan yang kurang mengerti Bahasa Inggris, masih banyaknya pegawai yang kurang disiplin masuk kerja, dan masih banyaknya karyawan yang miss komunikasi dari jadwal shift. Ini berarti masih kurangnya komunikasi antara sesama karyawan maupun monitoring dari manajer yang masih belum maksimal terhadap bawahanya. Dari uraian tersebut, dapat dilihat adanya gap antara teori dengan kenyataan pada aspek kinerja karyawan masih rendah yang diduga disebabkan karena belum maksimalnya komunikasi interpersonal di antara para karyawan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fenomena kinerja karyawan yang diduga diakibatkan oleh komunikasi interpersonal. Secara lebih spesifik bahwa tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan komunikasi interpersonal dan kinerja karyawan serta dampak komunikasi interpersonal terhadap kinerja karyawan Hotel di Kota Bandung.
2. KAJIAN TEORITIS Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (Effendy, 2003:60). Liliweri (2002) menyatakan bahwa “terdapat tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua individu merupakan komunikasi interpersonal”, yaitu: 1. Melibatkan perilaku verbal dan non-verbal. 2. Melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional. 3. Komunikasi interpersonal bersifat dinamis. 4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi. 5. Komunikasi interpersonal bersifat intrinsik dan ekstrinsik. 6. Komunikasi interpersonal merupakan suatu kegiatan dan tindakan. 7. Komunikasi interpersonal bersifat persuasif.
Dari penjelasan tersebut dapat disampaikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang bersifat dinamis, verbal maupun nonverbal serta membutuhkan umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 2002). Bentuk khusus komunikasi interpersonal adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non3
verbal, seperti komunikasi yang terjadi diantara teman sekerja dalam sebuah organisasi, dua sejawat, dan sebagainya. Komunikasi interpersonal berfungsi sebagai alat untuk menggerakkan sumber daya manusia yang ada. Seorang pimpinan dalam manajemen organisasi harus mampu menggerakkan para karyawannya untuk bekerja secara optimal dan se-efektif mungkin dalam melaksanakan fungsi manajemen. Komunikasi interpersonal dapat memberikan kesempatan bagi bawahan untuk bertanya mengenai hal-hal yang perlu disampaikan dan memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi pimpinan dalam pemecahan berbagai persoalan yang dihadapi oleh suatu organisasi. Dalam proses komunikasi interpersonal, setiap individu cenderung lebih banyak menggunakan data tingkat psikologis. Dengan kata lain, strategi komunikasi yang dilakukan individu didasarkan pada pengetahuan tentang perbedaan individu-individu yang dihadapi. Setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan tidak dapat digeneralisasikan begitu saja. Jadi, dalam komunikasi interpersonal yang lebih ditekankan adalah strategi komunikasi yang berdasar pada data tingkat psikologis. Data tingkat kebudayaan dan sosiologis digunakan sebagai pelengkap di dalam mengumpulkan data tentang seseorang yang sedang dihadapi. Dalam melakukan komunikasi interpersonal dibutuhkan kemampuan khusus. Bochner dan Kelly (2003) mengemukakan lima hal pokok dalam menjalin komunikasi interpersonal, yaitu: (1) empati, proses menangkap hal-hal yang terdapat di dalam komunikasi dengan orang lain melalui analisis nada suara dan ekspresi wajah, sehingga orang yang berkomunikasi dapat menangkap pikiran dan perasaan lawan bicaranya; (2) deskriptif, kemampuan untuk membuat pernyataan yang jelas dalam berkomunikasi; (3) simpati, kemampuan merasakan dan memahami pernyataan yang disampaikan; (4) privasi, adanya keinginan untuk membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi; (5) fleksibilitas, tingkah laku yang fleksibel ketika menghadapi kejadian yang baru dialami.
Kinerja Robbins (2007:98) menjelaskan bahwa kinerja merupakan tingkat efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dalam organisasi. Kinerja dikatakan baik jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan baik. Kinerja juga dipandang sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan, motivasi, dan kesempatan, sehingga kinerja seseorang dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Sementara Gibson (2002) menyatakan “kinerja sebagai hasil karya, timbul dari suatu kombinasi usaha, kemampuan dan pengalaman seseorang”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kinerja sangat memperhatikan aspek efektivitas, efesiensi serta inovasi 4
bagi seorang karyawan untuk melaksanakan pekerjaan sebagai tugasnya, dengan harapan dapat menghasilkan kualitas kerja yang maksimal. Kinerja sebagai hasil karya seseorang yang ditimbulkan karena adanya usaha orang tersebut, kemampuan dan pengalaman orang tersebut. Ketika kinerja berada dalam sebuah organisasi, maka kinerja yang dimaksud adalah kinerja karyawan yang bisa mencerminkan kinerja organisasi. Kinerja memiliki nilai variasi yang berbeda, atas dasar hal tersebut, maka kinerja memiliki beberapa dimensi, seperti disampaikan Robbins (2007:248), sebagai berikut: 1. Faktor kualitas kerja, yaitu dilihat dari segi ketelitian dan kerapihan bekerja, kecepatan penyelesaian pekerjaan, keterampilan, dan kecakapan kerja. 2. Faktor kuantitas kerja, hal ini diukur dari kemampuan secara kuantitatif di dalam mencapai target pekerjaan yang telah ditentukan. 3. Faktor pengetahuan, yaitu meninjau kemampuan dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan tugas yang dilakukan. 4. Faktor kehandalan, yaitu mengukur kemampuan dan kehandalan dalam melaksanakan tugasnya, baik dalam menjalankan peraturan maupun inisiatif dan disiplin. 5. Faktor inisiatif, yaitu melihat aktivitas yang dilakukan oleh para karyawan di dalam menyelesaikan pekerjaannya. 6. Faktor kreativitas, yaitu melihat kreativitas dari para karyawan dari persiapan sampai pada evaluasi hasil kerja. 7. Faktor kerjasama, melihat bagaimana para karyawan dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Keterkaitan Komunikasi Interpersonal dengan Kinerja Karyawan Komunikasi interpersonal secara teoritik mempunyai hubungan dengan kinerja karyawan. Dalam konteks organisasi, perilaku individu yang diwujudkan dalam kinerja tercipta dari hasil serangkaian komunikasi antar anggota organisasi yaitu baik diantara para karyawan maupun antara karyawan dengan atasan. Robbins (2007:43) menyampaikan bahwa kinerja karyawan dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi satu sama lain. Pendapat tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara komunikasi interpersonal dengan kinerja karyawan.
3. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei eksplanatori untuk menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel yang diteliti melalui pengujian hipotesis (Singarimbun, 2004:5). Variabel yang diteliti adalah komunikasi interpersonal dan kinerja 5
karyawan. Statistik uji yang digunakan dengan analisis regresi linier sederhana. Ukuran sampel terpilih sebanyak 40 karyawan hotel di Kota Bandung. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, observasi, wawancara dan kuesioner.
4. PEMBAHASAN Hasil analisis terhadap komunikasi interpersonal, tercapai dengan nilai total sebesar 1.658, dari total nilai 2.280, termasuk ke dalam kategori baik. Hasil analisis terhadap kinerja karyawan, tercapai dengan nilai total 1.643, dari total nilai 2.280, termasuk ke dalam kategori baik. Analisis korelasi ditunjukkan dari keeratan hubungan komunikasi interpersonal dengan kinerja karyawan diukur melalui koefisien korelasi, dengan analisis Pearson Product Moment sebagai berikut. Tabel 1 Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment Correlations X X
Pearson Correlation
Y 1,000
.889**
.
.000
40
40
.889**
1,000
Sig. (2-tailed) N Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.000
.
40
40
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil analisis korelasi komunikasi interpersonal dengan kinerja karyawan adalah 0.889, termasuk ke dalam kategori sangat kuat (mengacu pada tabel interpretasi Guilford). Selanjutnya untuk menguji besarnya pengaruh tersebut digunakan analisis regresi linier sederhana, diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) x
Std. Error
9.662
2.907
.771
.066
Coefficients Beta
t
.889
Sig. 3.324
.002
11.662
.000
a. Dependent Variable: y
Melalui hasil regresi yang ditampilkan pada tabel di atas, dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = 9.662 + 0.771x, nilai konstanta (a) sebesar 9.662 menunjukkan nilai 6
rata-rata kinerja karyawan apabila tidak ada komunikasi interpersonal. Kemudian nilai koefisien regresi sebesar (x) 0.771 menunjukkan peningkatan kinerja karyawan, apabila adanya peningkatan komunikasi interpersonal sebesar satu satuan. Besarnya pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja karyawan adalah signifikan dan positif, seperti ditunjukkan dari hasil t-hitung sebesar 11.662, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 1.684, serta dikuatkan oleh nilai p-value sebesar 0.000, yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 0.05. Koefisien determinasi (R-square) merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel eksogenus terhadap variabel endogenus. Hasil perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows, sebagai berikut: Tabel 3 Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.889*
Adjusted R Square
.790
.785
Std. Error of the Estimate 2.16228
a. Predictors: (Constant), x b. Dependent Variable y
Nilai R-square pada tabel di atas menunjukkan besarnya pengaruh variabel komunikasi interpersonal terhadap kinerja karyawan. Koefisien Determinasi dihitung dari nilai koefisien korelasi dengan formula, sebagai berikut: KD = r2 x 100 % = (0.889 x 0.889) x 100 % = 0.790 x 100 % = 79 % Jadi besarnya pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja karyawan Hotel di Kota Bandung, adalah 79 %. Komunikasi Interpersonal. Komunikasi interpersonal ditunjukkan melalui sifat empati karyawan pada aspek pengaturan nada suara serta ekspresi wajah, sehingga dapat mempermudah lawan bicara untuk memahami isi pesan yang disampaikan. Penjelasan tersebut menguatkan pendapat yang disampaikan oleh Bochner dan Kelly (2003) bahwa salah satu aspek penting dalam berkomunikasi adalah aspek empati, yaitu “empati atau proses kemampuan menangkap hal-hal yang terdapat di dalam berkomunikasi dengan orang lain melalui analisis nada suara dan ekspresi wajah, sehingga seseorang dapat menangkap pikiran dan perasaan yang sesuai dengan orang yang bersangkutan”. Aspek lain adalah para karyawan belum maksimal di dalam menjelaskan isi pesan yang dikomunikasikan kepada karyawan lainnya. Pesan yang 7
belum jelas berdampak pada terjadinya kesahfahaman dalam memaknai pesan yang disampaikan, sehingga bisa berdampak pada tidak terselesaikannya tugas yang menjadi tanggung jawab karyawan. Pentingnya kejelasan pesan di dalam berkomunikasi sejalan dengan pendapat yang disampaikan Bochner dan Kelly (2003) pada aspek bahwa pesan harus bersifat deskriptif, artinya harus dapat menjelaskan isi pesan, sehingga pesan dapat diterima secara utuh bagi penerima pesan. Kejelasan di dalam berkomunikasi, mempermudah pihak-pihak yang berkomunikasi memahami pesan yang disampaikan, sehingga bisa menumbuhkan rasa simpati yang juga dapat mengarah pada tumbuhnya kedekatan komunikasi atau privasi, yang akhirnya dapat memaknai pesan yang disampaikan secara fleksibel. Tuntutan terhadap pentingnya aspek empati, deskriptif, simpati, privasi, serta fleksibel dalam komunikasi interpersonal, khususnya dalam sebuah organisasi bisnis jasa, beririsan dengan pendapat yang disampaikan oleh Liliweri (2002) pada aspek bahwa komunikasi bersifat dinamis, bersifat umpan balik pribadi, koherensi, dan bersifat persuasif. Kinerja karyawan.
Tingkat kinerja karyawan yang baik, ditunjukkan dari aspek
perhatian karyawan terhadap ketelitian dan kerapihan, sehingga hasil pekerjaan yang mereka tunjukkan sesuai dengan harapan tamu hotel. Hal ini diperlihatkan dalam bentuk pelayanan kepada tamu hotel di saat tamu hotel telah menyelesaikan santap hidangan, menyegerakan pesanan sesuai dengan yang diinginkan tamu hotel, serta klualitas menu yang disediakan memberikan kesan positif bagi tamu hotel. Semua pekerjaan yang dilakukan karyawan ditunjukkan secara efektif, terampil, serta cakap di dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Kinerja yang baik ditunjukkan oleh efektivitas kerja yang baik, hal ini menguatkan pendapat Robbins (2007:147) bahwa alasan sebenarnya mengelola kinerja adalah untuk meningkatkan peoduktivitas dan efektivitas kerja, bagaimana mendefinisikan hal tersebut bagi setiap karyawan untuk dapat bertanggung jawab kepada organisasi. Pada aspek lain Robbins (2007:98) menyampaikan bahwa kinerja merupakan tingkat efesiensi dan efektivitas serta inovasi dalam pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dan divisi-divisi yang ada dalam organisasi. Apa yang disampaikan Robbins (2007:98), memperjelas pendapat Gibson (2002) bahwa “kinerja sebagai hasil karya, timbul dari suatu kombinasi usaha, kemampuan dan pengalaman seseorang. Dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau usaha, motivasi, pengalaman dan kesempatan merupakan faktor-faktor yang menentukan kinerja seseorang. Seorang karyawan akan memiliki kinerja yang baik jika didukung oleh kekuatan faktor-faktor pendukungnya. Tidak hanya kualitas kerja, juga kuantitas kerja yang diperlihatkan karyawan, seperti semua pesanan dapat diselesaikan dalam waktu yang cukup singkat dan tidak pernah 8
menyisakan pesanan. Efektivitas kerja yang baik, karena ditunjang oleh pengetahuan yang baik, disamping karena memiliki kehandalan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Penunjang keberhasilan karyawan, adalah adanya inisiatif dan kreativitas yang kuat, sehingga menjadi pendorong bagi penyelesaian setiap pekerjaannya. Berkaitan dengan tuntutan terhadap inisiatif yang harus dimiliki oleh para karyawan di dalam mensukseskan kinerja, Robbins (2007) menyampaikan bahwa satu dari tujuh dimensi penting dalam kinerja adalah faktor inisiatif, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh para karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal lain adalah bahwa seluruh karyawan termasuk level pimpinan memiliki sifat dan keinginan yang kuat untuk tetap menjaga kerjasama yang bersifat horizontal maupun vertikal. Tumbuhnya kinerja yang baik disebabkan karena tumbuhnya komunikasi interpersonal dari seluruh karyawan. Artinya bahwa komunikasi interpersonal merupakan faktor yang sangat berperan terhadap peningkatan kinerja karyawan. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa semakin sering komunikasi interpersonal yang dilakukan, maka terbuka potensi untuk meningkatnya kinerja karyawan. Atau sebaliknya semakin jarang komunikasi dengan pemahaman bersama diantara para karyawan, maka semakin terbuka peluang untuk menurunnya kinerja karyawan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan aspek yang sangat penting terhadap peningkatan kinerja karyawan hotel di Kota Bandung. Penjelasan di atas menguatkan pendapat yang menyatakan adanya keterkaitan antara komunikasi interpersonal dengan kinerja karyawan. Bahwa komunikasi interpersonal secara teoritik mempunyai hubungan dengan variabel kinerja. Dalam konteks komunikasi interpersonal dalam sebuah organisasi bahwa perilaku individu yang diwujudkan dalam kinerja tercipta dari hasil serangkaian komunikasi antar anggota organisasi. Robbins (2007:43) menjelaskan bahwa kinerja karyawan dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi satu sama lain. Mencermati judul tulisan ini yaitu membangun komunikasi interpersonal meningkatkan kinerja karyawan hotel, dapat disampaikan bahwa baik didasarkan pada pendapat para ahli, maupun dilihat dari hasil penelitian sebelumnya, keduanya menguatkan temuan hasil penelitian ini bahwa antara komunikasi interpersonal dengan kinerja karyawan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Keeratan hubungan tersebut, digambarkan dari hubungan yang bersifat kausalitas bahwa komunikasi interpersonal menyebabkan kinerja karyawan. Ketika dikatakan bahwa komunikasi interpersonal sudah terbangun dengan baik, maka akan tercipta potensi untuk tumbuhnya kinerja yang baik atau sebaliknya.
9
5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
Komunikasi interpersonal karyawan hotel, ditunjukkan melalui sifat empati dari karyawan maupun pimpinan, kejelasan pesan yang disampaikan, adanya simpati, kedekatan dari yang berkomunikasi, serta sifat dan sikap fleksibel. Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi pihak-pihak yang berkomunikasi baik kemudahan menyampaikan pesan, maupun menerima pesan sehingga berdampak pada kemudahan di dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
2.
Kinerja karyawan hotel, ditunjukkan dari tingginya kualitas hasil pekerjaan, jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan, karena tingginya pengetahuan, kehandalan, inisiatif, kreativitas, serta adanya kerjasama diantara karyawan baik kerjasama antara atasan dengan bawahan maupun diantara para karyawan.
3.
Tingginya kinerja karyawan hotel disebabkan karena tingginya intensitas komunikasi interpersonal para karyawan, artinya semakin sering komunikasi yang dilakukan para karyawan, maka dapat meningkatkan kinerja para karyawan, atau sebaliknya. Semakin rendah intensitas komunikasi interpersonal diantara para karyawan, maka akan berdampak terhadap rendahnya kinerja para karyawannya.
Saran 1. Kepada aspek-aspek yang sudah dianggap baik, manajemen hotel dapat mempertahankan aspek-aspek
tersebut,
sementara
interpersonal
communication
training
dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan kedekatan antara pimpinan dengan bawahan, yang selama ini belum terbangun dengan baik. 2. Melalui manajemen hotel, dapat dilakukan pelatihan yang secara khusus dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan, kecakapan, serta kerjasama, bisa dalam bentuk outbond training atau skill training khusus bagi para karyawan garis depan. 3. Melalui manajemen hotel, dapat dilakukan peningkatan intensitas pertemuan informal yang secara khusus membangun kedekatan diantara karyawan, secara formal dapat dilaksanakan interpersonal soft skill training.
DAFTAR PUSTAKA A. Liliweri. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. LKIS. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bochner dan Kelly. 2003. Komunikasi Interpersonal: Definisi, Klasifikasi, Tujuan dan Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Interpersonal. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. 10
Effendy, Onong Uchyana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Gibson, Ivancevich, dan Donelly. 2002. Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses. Binarupa Aksara. Malayu SP. Hasibuan. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. M. Manullang, Marihot, AMH Manullang. 2008. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Robbins, Stephen P. 2007. Organization Behavior Concepts. Controversies, Application. New Jersey. Prentice Hall. Simamora, 2004, Manajeman Sumber Daya Manusia,Yogyakarta, Edisi III, Aditama Media. Singarimbun, Masri, Sofian Effendi. 2004. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT Pustaka LP3S. Stephen W. Littlejohn. 2002. Theories of Human Communication, Wadsworth Publication, New Jersey.
*) Penulis (Dr. Didin Syarifuddin, Drs., MM., M.Si.) Menyelesaikan pendidikan Sarjana, Magister, serta Program Doktoral dari Universitas Padjadjaran Bandung, pada bidang kajian Antropologi dan Sosiologi. Bidang lain yang juga telah diselesaikannya adalah bidang Manajemen baik pada Jenjang Sarjana maupun Magister, dari Universitas Bandung Raya dan Program Magister Manajemen, Universitas ARS Internasional. Aktivitas profesional sebagai dosen di Sekolah Tinggi Pariwisata ARS Internasional, Program Magister Manajemen, Universitas BSI Bandung, tenaga peneliti pada LP3E (penelitian, pengkajian dan pengembangan ekonomi) KADIN JABAR. Juga sebagai Pembimbing dalam kegiatan Pelatihan, Penulisan dan Pendampingan Publikasi Ilmiah Guru yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia, Kota Bandung.
11