Beragam Narasumber Bahas Masa Depan Indonesia UNAIR NEWS – Guna memberi gambaran tentang kondisi Indonesia tahun 2017, Universitas Airlangga menyelenggarakan acara “Outlook 2017: Meningkatkan Peran Daerah: Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di tengah Ketidakpastian Global”, Kamis (1/12), di Hotel Bumi, Surabaya. Dalam diskusi itu menghadirkan empat pembicara, yakni Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak, Guru Besar Ilmu Politik Prof. Drs. Ramlan Surbakti, M.A., Ph.D, dan Doktor Ilmu Hukum UNAIR Dr. Harjono, S.H., M.CL. Gubernur Jatim Soekarwo menyampaikan bahwa saat ini, kondisi pasar luar negeri cenderung proteksionis. Maka itu, satusatunya cara adalah mengekspansi pasar dalam negeri. “Ekonomi ditentukan oleh konsumsi. Agar konsumsi naik, maka pendapatannya juga tidak boleh turun. Kedua, ditentukan oleh investasi. Investasi dari negara lain bingung mau investasi dalam negeri karena semua turun. Ketiga, ekspor impor. Nah yang ekspor impor itu semua sedang proteksionis. Satu yang bisa kita lakukan adalah pasar dalam negeri kita perbesar,” ujar Gubernur Jatim. Terkait situasi politik, Prof. Ramlan menyampaikan, kualitas demokrasi di Indonesia tak akan meningkat selama partai politik tak berubah. Meski banyak pernyataan dari luar negeri yang menganggap bahwa politik di Indonesia itu stabil. “Karena sistemnya parpol di Indonesia itu ‘bancakan’. Semuanya ada ‘pembagian’,” tegasnya. “Harus ada perubahan terkait ‘pembagian’ ini. Nah, yang menentukan perubahan itu adalah parpol sendiri. Sekarang mau nggak parpol itu mengubah hal tersebut,” imbuhnya.
Prof. Dian, dalam paparannya, menyampaikan daya saing daerah mesti ditingkatkan agar daya saing nasional meningkat. Sebab, daya saing daerah akan meningkatkan kualitas kehidupan dan pembangunan infrastruktur. Untuk itu, konsep menuju daerah yang berdaya saing dan mandiri mesti didukung dengan pemerintahan yang bersih. “Birokrasi yang bersih akan menghasilkan pembangunan yang sustainability government. Penerapan e-government bisa menjadi alternatif untuk mendukung birokrasi pemerintahan yang bersih tersebut,” ujar Dian. Salah satu perwakilan Ikatan Alumni UNAIR Achmad Cholis Hamzah menyarankan agar daerah juga memperhatikan kondisi geopolitik luar negeri. “Kita harus memperhatikan geopolitik Amerika Serikat dan Eropa agar Indonesia mampu memasuki pagar internasional” paparnya lagi. Harjono, pakar hukum UNAIR, memberikan apresiasinya dalam acara Outlook 2017. “Saya sangat apresiasi hal-hal yang bersifat teknis bisa dikerjakan dengan saling keterkaitan dengan ilmu lain,” terangnya. Penulis: Tim UNAIR News
Segera Keluar Income Trap
dari
Middle
UNAIR NEWS – Salah satu cara untuk segera keluar dari middle income trap adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Itulah yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Timur
Soekarwo ketika diwawancarai wartawan usai mengisi acara “Outlook 2017: Meningkatkan Peran Daerah: Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di tengah Ketidakpastian Global”, Kamis (1/12), di Hotel Bumi, Surabaya. Soekarwo menekankan, peningkatan kualitas SDM itu bisa digalakkan dengan menyelenggarakan pendidikan vokasional. Dari sekitar 113 negara yang berusaha keluar dari middle income trap, hanya 10 negara yang berhasil keluar. Salah satunya, adalah Korea Selatan. “Industri manufaktur perlu didukung dengan SDM yang terampil. Sekolah umumnya harus moratorium dan diganti dengan sekolah kejuruan. Selain pendidikan, pelatihan terhadap inkubator di kabupaten yang sudah lama seperti packaging tak boleh berhenti,” tutur Soekarwo. Terkait konsep Jatimnomics miliknya, Soekarwo mengakui proyek SMK (sekolah menengah kejuruan) mini memang belum berhasil. Di awal tujuan pembentukan, pihaknya menginginkan agar mereka menjadi tenaga terampil formal untuk bekerja di luar negeri. Namun, banyak dari mereka yang justru memilih menjadi wirausahawan. “Sebagian besar justru bersekolah sendiri,” imbuhnya. Pasar dalam negeri Saat ini, kondisi pasar luar negeri cenderung proteksionis. Maka itu, satu-satunya cara adalah mengekspansi pasar dalam negeri. “Ekonomi ditentukan oleh konsumsi. Agar konsumsi naik, maka pendapatannya juga tidak boleh turun. Kedua, ditentukan oleh investasi. Investasi dari negara lain bingung mau investasi dalam negeri karena semua turun. Ketiga, ekspor impor. Nah yang ekspor impor itu semua sedang proteksionis. Satu yang bisa kita lakukan adalah pasar dalam negeri kita perbesar,” ujar Gubernur Jatim.
Soekarwo menuturkan, salah satu cara menaikkan pasar dalam negeri adalah membuat harga produk bersaing dengan provinsi lain. “Harus lebih murah dari produk Jawa Barat dan Jawa Tengah. Caranya gimana? Ya dengan cara mengurangi ongkos pembiayaan dan bunga,” tegas Soekarwo. (*) Penulis: Defrina Sukma S.
Kembangkan Potensi Perikanan dan Peternakan, Pemkab Pacitan Jalin Kerja Sama dengan UNAIR UNAIR NEWS – Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Universitas Airlangga dengan Pemerintah Kabupaten Pacitan berlangsung Kamis (1/12). Hadir dalam acara tersebut pimpinan UNAIR dan jajaran petinggi Pemkab Pacitan. Kerja sama ini meliputi Tri Dharma Perguruan Tinggi, utamanya bidang pengembangan potensi perikanan dan peternakan. Bupati Pacitan Drs Indartato M.M mengatakan, UNAIR sebagai perguruan tinggi negeri terkemuka, memiliki potensi sumber daya manusia yang besar. Menurutnya, Pacitan memiliki potensi besar di bidang peternakan dan perikanan. “Pacitan punya potensi di bidang peternakan dan perikanan. Harapan kita bersama, itu nanti bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pacitan. Karena, potensi kalau dibina ahlinya kan lebih bisa berkembang,” ujarnya.
REKTOR Universitas Airlangga Prof. Moh Nasih dan Bupati Pacitan Indartato saling bertukar dokumen MoU seusai ditandatangani masing-masing, Kamis (1/12). (Foto: Bambang Bes) Ini kali pertama Pemkab Pacitan bekerjasama dengan UNAIR. Harapannya kerjasama ini akan terus diperbarui untuk mendapatkan perkembangan yang signifikan. Setelah penandatanganan nota kesepahaman ini, secara teknis, pihakpihak terkait akan segera melakukan komunikasi agar MoU tidak hanya berakhir di atas meja. “Kalau dosen-dosen dan tenaga kompeten banyak yang ke sana, saya yakin Pacitan akan berubah. Harapannya segera terlaksana dan betul-betul ada manfaatnya untuk rakyat,” ungkapnya. Penandatanganan nota kesepahaman ini dihadiri oleh pimpinan UNAIR yang meliputi Rektor Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA, Wakil Rektor I, II, dan III, Direktur Keuangan, Direktur Kemahasiswaan, Direktur Direktorat Sistim Informasi, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan, Direktur Sarana Prasarana dan Lingkungan, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan, dan Ketua Pusat Informasi dan Humas. Di pihak Pemkab Pacitan, beberapa jajaran petinggi turut
datang. Bupati Pacitan, Kepala Dinas Kelautan, Sekretaris Bapeda, Kepala Dinas Pertamanan, dan lain sebagainya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Prof. Jimly: Pilihan Sikap Generasi Muda Harus Optimis UNAIR NEWS – Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum di Indonesia, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., menyarankan kepada generasi muda hendaknya tidak putus asa ketika melihat banyak masalah yang kita hadapi. Sebagai generasi muda, hendaknya mampu menentukan sikap sebuah pilihan daripada bersikap apatis. ”What to do, apa yang harus kalian dilakukan. Dan pilihan itu hendaknya yang optimis, bukan apatis. Dengan sikap optimis maka akan menemukan jawaban dari what to do tadi, sehingga dengan optimis maka tujuan akan tercapai,” kata Prof. Jimly. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu mengatakan dalam presentasinya pada Talkshow Super Power of Leadership, yang diselenggarakan oleh ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia) di Gedung Gra-BIK Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, Minggu (27/11) akhir pekan lalu. Selain Prof. Jimly Asshiddiqie juga memberikan paparan dalam talkshow bertema “Kesehatan sebagai Bagian dari Ketahanan Nasional” itu juga Prof. Dr. Bambang Supriyanto, dr., SpA(K) Ketua Konsil Kedokteran Indonesia; Letjen. TNI. Dr. (Cand) I Wayan Midhio, M.Ph.D., Rektor Universitas Pertahanan Indonesia, dan Dr. Ario Djatmiko, dr., Sp.B(K). Onk., Dewan
Pakar PB IDI. Di hadapan ratusan aktivis mahasiswa FK se-Indonesia ini, Prof. Jimly berpendapat untuk menikmati saja arah ICT (Information and Communication Technologies) dan sosial media kita yang saat ini cenderung bebas. Kendati menikmati, tetapi hendaknya pikiran diarahkan pada hal-hal yang optimis dari perspektif yang belum terlihat. Perspektif kepuasan konsumen pada layanan kesehatan misalnya, kata Prof. Jimly, itu penting untuk diperhatikan.
PROF. Jimly Asshiddiqie ketika menyampaikan paparannya, di Gra-BIK FK UNAIR. (Foto: Bambang bes) ”Jangan cuma dokter asing yang akan masuk (ke Indonesia dalam rangka MEA– red) yang harus dikontrol, tetapi ada apa penduduk kita ramai-ramai berobat ke luar negeri? Jangan-jangan dokternya sulit masuk, tetapi pasiennya malah yang keluar mencari mereka. Ada apa ini? Jadi kepuasan pasien sebagai konsumen juga perlu disurvey,” katanya.
Menurut Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia ini, sekarang ini sudah banyak lahir pasal-pasal dalam aturan atau undang-undang yang mengkriminalisasi professi. Untuk itu kalangan professi hendaknya juga peka dan introspeksi, bahwa muara dari kriminalisasi itu karena konsumen mengharapkan layanan yang baik dari kalangan professi. ”Saya baru melihat pertama kali ini ada dokter-dokter sampai demo turun ke jalan, itu tidak lain untuk melawan kriminalisasi professi tadi. Mengapa itu semua terjadi, ini sekaligus sebagai gambaran bahwa pemerintah belum kuat dalam memperhatikan kalangan professional, dan ini masalah serius,” lanjut Prof. Jimly. Diterangkan, kedokteran adalah professi di dunia yang paling awal (yaitu abad 19) yang sudah mengenalkan etika secara tertulis (kode etik). Kemudian diikuti professi akuntan, dan yang ketiga professi hukum. Setelah itu banyak organisasi ikut membuat kode etik. Untuk itu, sarannya, professional dokter dalam menjalankan professi melayani kesehatan masyarakat hendaknya jangan sampai meninggalkan etika atau kode etik dokter. “Sebagai calon-calon dokter atau dokter muda, hendaknya juga meningkatkan perhatian terhadap persoalan ini dan meningkatkan pelayanan sebagai tuntutan konsumen. Imtek dan Imtaq-nya harus kuat,” katanya. (*) Penulis : Bambang Bes