STATUS VAKSINASI RABIES PADA ANJING DI KOTA MAKASSAR RABIES VACCINATION STATUS OF DOGS IN MAKASSAR
Sri UtamP, Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1 IBaIai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar lBagian Kesmavet FakuItas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email:
[email protected]
ABSTRACT Study on rabies vaccination coverage in dogs was conducted in Makassar. The aims ofthis study were to identify the vaccination status and the risk factors associated with vaccination status. A two hundred and forty six sample of owned dogs were observed for their vaccination status. Questionnaires were distributed to obtain probable risk factors associated with vaccination status level to rabies. Data obtained were analyzed descritipvely and chi squares (c2) test was used for analyzing association obtained. Odds ratio (OR) were used for analyzing the strength of the association. Vaccination coverage of owned dogs in Makassar is very low (21 %). The low of vaccination coverage was suggested that associated with the way of keeping dogs (P=0,002; OR=4,3), the purpose of keeping dogs (P=0,009; OR=2,3), dog owners who had knowledge about rabies (P=O,OOI; OR=3,0), owners monthly income rate more than 2.000.000 rupiah (p=O,OOO;OR=5,0), and dogs in urban area (P=O,OOO I;
OR=4,1). Key words: Vaccination coverage, rabies, risk factors
ABSTRAK Telah dilakukan suatu analisis cakupan vaksinasi rabies pada anjing di kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cakupan vaksinasi anjing bertuan, serta asosiasi antara status vaksinasi dan faktorfaktor manajemen pemeliharaan anjing. Sebanyak 246 sampel anjing dipilih untuk mengetahui status vaksinasi rabies. Analisis status vaksinasi dan faktor pemeliharaan anjing dilakukan secara deskriptif. Uji Chi square (c2) dan odds ratio (OR) digunakan mengetahui asosiasi antara faktor-faktor yang diteliti dan status vaksinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan vaksinasi pada anjing bertuan di kota Makassar sangat rendah (21 %). Rendahnya cakupan vaksinasi tersebut diperkirakan berhubungan dengan cara pemeliharaan (P=0,002; OR=4,3), tujuan pemeliharaan (P=0,009; OR=2,3), pengetahuan pemilik tentang rabies (P=0,001; OR=3,0), penghasilan di atas Rp 2.000.000,00 (p=0,000; OR=5,0), dan lokasi pemeliharaan urban area (P=O,OOO I; OR=4, 1).
Kata kunci: Cakupan vaksinasi, rabies, faktor risiko
66
J Sain Vet.Vol.26 No.2, Th. 2008
PENDAHULUAN
19% (Anonimus, merupakan
2007a),
padahal
vaksinasi
salah satu cara yang efektif untuk
Rabies di Indonesia tersebar luas di berbagai
menurunkan insidensi kasus rabies dan melindungi
daerah, dan bersifat endemis. Jumlah orang yang
.infeksi virus rabies pada hewan dan manusia (Mattos
meninggal karena rabies sebanding denganjumlah
dan Rupprecht, 2001). Kondisi lainnya yaitu eliminasi
kasus pada hewandi setiap daerah. SumateraBarat,
anjing liar yang tidak dilakukan secara konsisten,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
jumlah vaksin terbatas, monitoring pasca-vaksinasi
Tenggara, dan Flores merupakan propinsi dengan
tidak dilakukan sehingga status imunitas anjing
prevalensirabiestinggi pada hewan. Saat ini, hanya
terhadap rabies tidak jelas. Beberapa hal lain yang
10 propinsi yang masih dinyatakan bebas rabies di
menjadi kendala dalam penanganan dan pengendalian
Indonesia,yaitu propinsiJawa Timur,Jawa Tengah,
rabies adalah data populasi anjing liar dan bertuan
Daerah IstimewaYogyakarta,DKI Jakarta, Bangka
tidak lengkap/tidak akurat dan perkembangbiakan
Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat,
anjing yang sulit dikontrol.
Kalimantan Barat, Papua, dan Irian Jaya Barat,
Berdasarkan kenyataan di atas perlu dilakukan kajian
sedangkan 24 propinsi yang lain dengan status tertular.
cakupan vaksinasi rabies pada anjing bertuan di kota
Kejadian rabies di Sulawesi Selatan pertama kali
Makassar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
dilaporkan
pada tahun 1958 setelah diagnosis MATERI DAN METODE
laboratorium menyatakan anjing yang menggigit korban positif rabies. Target daerah bebas yang telah dicanangkan sejak tahun 1998 belum tercapai dan mengalami perpanjangan waktu hingga tahun 2008,
sam pel serumnya
ternyata sampai tahun 2009 masih belum dapat
kekebalan terhadap penyakit rabies. Faktor-faktor
dicapai, bahkan kasus rabies cenderung meluas.
ekologi penyakit rabies diidentifikasi, dikembangkan,
Program pemberantasan rabies terus dilakukan dengan
mengupayakan
vaksinasi,
peningkatan
namun kekebalan
cakupan
kelompok
belum
untuk mengetahui
tingkat
dan selanjutnya dibuat dalam bentuk pertanyaan dan disusun dalam sebuah kuesioner. Pengujian sam pel serum anjing menggunakan kit ELISA.
mencapai angka yang memuaskan. Beberapa faktor
Besaran sampel yang diambil dihitung menggunakan
kemungkinan menjadi faktor penyebab antara lain
rumus n
mutu vaksin, pelaksanaan vaksinasi tidak konsisten,
tingkat konfidensi 95%, galat yang diinginkan 0,05,
kesalahan penanganan vaksin di lapangan sehingga
dan prevalensi anjing kebal terhadap rabies di kota
tidak mampu merangsang terbentuknya kekebalan
Makassar sebesar 19% (Anonimus, 2007a), maka
(Lestari dan Made, 2005). Kelemahan pengawasan
diperoleh total sam pel 246 ekor anjing.
lalu lintas hewan pembawa
rabies (HPR) dan
=4
PQ/V (Martin dkk., 1987). Dengan
Pengambilan
sampel menggunakan
met ode
kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya rabies
sampling tahapan berganda. Pemilihan kecamatan
menjadi kendala utama upaya pemberantasan rabies di Indonesia.
dan pemilik anjing di kota Makassar dilakukan secara proporsional dan semua anjing yang dimiliki pemilik
Kondisi penanganan dan pengendalian rabies di
diambil sebagai sampel. Faktor risiko diambil melalui
kota Makassar
-
Sebanyak 246 ekor anjing yang bertuan diambil
secara
umum yaitu
cakupan
pelaksanaan program vaksinasi sangat rendah hanya
67
.
pengamatan langsung dan wawancara dengan pemilik anjing.