BAB VIII PERISTIWA WESTERLING DAN PROKLAMASI NEGARA PASUNDAN
B
ab sebelumnya telah membahas bagaimana upaya diplomasi Indonesia melalui perjanjian Linggajati Lingga dan perjanjian Renville dengan pihak Belanda dalam mempertahankan kemerdekaan. kemerdekaan. Pada Bab 7 ini akan
dibahas bagaimana usaha bangsa Indonesia dalam bentuk pemerintahan RIS mempertahankan kemerdekaan yang terus mendapatkan tekanan baik secara politik maupun militer dari negara Belanda. Belan . Tekanan militer pihak Belanda yang dipimpin oleh Westerling menjadi peristiwa yang akan dibahas dalam Bab ini ini. TIK Setelah membahas Bab 8 ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mendeskripsikan peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan 2. Mendeskripsikan pemberontakan Westerling di Jawa Barat 3. Mendeskripsikan perjuangan Bangsa Indonesia dalam menumpas pasukan Westerling. 4. Mendeskripsikan faktor berdirinya negara Pasundan.
1. Peristiwa Westerling
Monumen untuk mengenang korban 40.000 jiwa yang dilakukan oleh Westerlling di Sulawesi Selatan
217 | S N I 5
Istambul adalah ibukota negara Turki, tempat dimana Westerl Westerlling dilahirkan, tepatnya Agustus tahun 1909, ayahnya adalah seorang berkeba berkebangsaan Belanda dan ibunya adalah seorang bangsa Turki. Di masa mudanya dia terkenal sebagai ahli gulat. Karir militernya dimulai ketika dia mendapatkan tugas pendidikan militer di Kanada. Setelah tamat dari pendidikan militer dia diangkat menjadi instruktur (pelatih).
Weterlling
Pada saat terjadinya Perang Dunia II tahun 1939-1945, 1939 1945, Westerlling Wester diterjunkan ke Belgia pada tahun 1944, yang mana Belgia pada masa itu masih diduduki oleh Nazi/Jerman. Tujuan serta tugasnya adalah menyusun gerakan dibawah tanah untuk mematahkan kekuatan Jerman yang berkuasa di Belgia pada saat itu.. Karena keberaniannya serta bakat-bakat bakat bakat militer yang dimiliki, diapun sangat dipercaya oleh atasannya. Pada bulan Agustus 1945 Westerling telah tiba di Indonesia bersamaan dengan masuknya Sekutu. Westerling pertama kalinya kalinya diterjunkan di Medan dengan tugas untuk mempersiapkan pendaratan Sekutu di Sumatra. Tugas Westerlling ing selanjutnya adalah dari pihak Kerajaan Belanda, yang menganggap bahwa gerilyawan-gerilyawan gerilyawan banyak berkeliaran di Indonesia bagian Timur khususnya Sulawesi si Selatan yang menghambat pembentukan Negara Indonesia Timur. Di bulan terakhir tahun 1946 dapat dikatakan bahwa seluruh Sulawesi Selatan telah jatuh ketangan NICA, akan tetapi bukan berarti Belanda sudah merasa aman dan tentram karena pada saat itu yang dikuasai hanya di dalam kota 218 | S N I 5
saja. Sementara dibeberapa sektor terdapat kubu-kubu pertahanan gerilya yang sewaktu-waktu
bisa
mengadakan
penculikan
dan
penghadangan
yang
mengakibatkan korban di pihak Belanda. Cara dan taktik gerilya para pejuang benar-benar memusingkan Belanda. Selain itu mata-mata NICA telah mengetahui pendaratan dan ekspedisi yang dilakukan oleh Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dari Yogyakarta yang tergabung dalam organisasi brigade 16, yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar dan kesatuan ALRI seberang dipimpin Andi Rachmad Ariessalah seorang pendiri ALRI. Ekspedisi pertama mendarat di tanah Mandar di Mangkoso oleh Kapten Andi Sarifin bersama Andi Sapada dan Muh. Daeng Patompo. Semetara itu di Suppa oleh Mayor M. Saleh Lahade bersama Andi Oddang dan Achmad Lamo dan di Barru oleh Mayor Andi Mattalatta bersama dengan Alim Bachri dan Bachtiar pada tahun 1946. Pendaratan berikutnya Januari 1947 di Bulo-Bulo oleh letnan Bakri dan A.R. Makmur, di Kajuara Bone oleh Andi Mumang Yusuf. Keadaan ini membuat Belanda khawatir akan kekuatan dan kemampuan militernya. Maka, pihak dari kerajaan Belanda mengutus Westerlling dengan tugas melumpuhkan semangat perjuangan kemerdekaan yang sedang berkobar di Sulawesi Selatan pada saat itu termasuk pihak gerilyawan. Pada tanggal 5 Desember 1946 Westerling disertai dengan kurang lebih 150 anggota istimewa yang diberi nama Korps Spesiale Tropen sampai Di Sulawesi Selatan. Westerling menggunakan dalilnya dan mengatakan “ Cara yang paling ampuh untuk membunuh seekor tikus yang ada di dalam rumah, ialah dengan membakar habis rumah tersebut, dan cara yang paling mudah untuk orang yang bersembunyi ditengah-tengah rakyat ialah dengan membunuh rakyat itu seluruhnya” (La Hajji Parang, 1976:129). Dalil inilah yang digunakan Westerlling dalam melakukan gerakannya di Sulawesi Selatan. Setelah pemerintah Belanda mengumumkan keadaan “Staat Van Beleg dan Staat Van Orlog (SOB)” untuk Sulawesi Selatan. Hal ini dimaksudkan Belanda untuk memberikan wewenang atau kekuatan hukum pada serdadu untuk melaksanakan tugasnya dalam pembersihan yang tidak mengenal ampun terhadap
219 | S N I 5
pejuang-pejuang yang masih berkeliaran. Maka pada tanggal 7 Desember, divisi 7 dibawah pimpinan Westerlling dengan pasukan baret merah menagadakan pembunuhan terhadap rakyat pada hari pertama mereka tiba di Makassar. Adapun kronologis pembantaian rakyat adalah sebagai berikut: 1. Pada tanggal 11 Desember 1946, secara resmi Westerling dan baret merahnya mengadakan pembersihan di dalam kota. Pada hari itu juga Westerling memberangkatkan pasukan sebanyak 3 buah perahu di daerah Limbumg (Gowa) berbendera merah putih dan mendarat di Tanjung Bunga. Rakyat Limbung berbondong-bondong menyambut di pantai, disangkanya TRI dari Jawa, setelah mendarat rakyat dipaksa untuk menunjukkan tempat-tempat persembunyian TRI, di daerah Gowa. Rakyat tetap setia terhadap TRI dan tidak ada rahasia yang dibocorkan, maka pasukan Westerlinpun marah. Pertunjukan maut dimulai, peluru-peluru berdesing meninggalkan larasnya, rakyat rebah bergelimpangan tanpa proses demi hak yang bernama kemerdekaan mereka gugur satu demi satu. Baret merah melanjutkan perjalanan ke selatan dan menembaki rakyat setiap kampung yang dilewati. 2. Pada tanggal 12 Desember 1946 Westerling dengan pasukannya menyerbu Bulukimba dari dua jurusan yaitu dari Bantaeng dan Sinjai. Di perbatasan Bantaeng dan Bulukmba, baret merah menembak semua yang bernyawa. Kalau ada rakyat yang serombongan menuju ke pasar, semuanya di sikat habis. Di distrik Gantarang (markas pemberontakan rakyat melawan penjajah di Bulukmba) yang memakan korban terbanyak. 3. Pada tanggal 14 Desember 1946 Westerling kembali ke Makassar dan langsung mengepung kampung Kalukuang. Semua laki-laki, peremupan, anak-anak, kakek nenek di atas rumah diperintahkan berkumpul di lapangan. Rakyat
diperiksa
mempersiapkan
satu
persatu
sekedar
penembakan-penembakan
penundaan secara
waktu
kelompok.
untuk
Sebagian
menggali lubang, sebagian mengangkat mayat, kemudian pengangkatpengangkat mayat tadi di berondong peluru dan rebah masuk lubang yang menganga lebar menanti korban-korbannya. Hari itu menurut catatan harian
220 | S N I 5
seseorang yang berhasil lolos dari maut tidak kurang dari 1000 jiwa melayang di Kalukuang. Masa terror hanya 12 jam saja dari pagi hingga sore hari. 4. Pada tanggal 16 Desember 1946, kampung Jongaya di sebelah selatan kota Makassar mendapat giliran. Caranya lain lagi, tengah malam penduduk dibangunkan dari tidurny. Di pagi hari rakyat bekerja di pelabuhan Makassar, begitupun pegawai-pegawai dan guru-guru bergegas menuju tempat tugasnya masing-masing tiba-tiba di hadang oleh pasukan pencabut nyawa alias Westerling penentu jiwa manusia ketika itu. Siapa saja yang lewat, semua digiring kelapangan dekat masjid. Setelah lapangan mulai sesak dengan manusia, pasukan Westerling muncul dengan sepasang pistol-pistolnya. Serta merta pembantaian manusia dimulai dengan senjata-senjata otomatis. Sekitar 2000 jiwa melayang dalam beberapa hari, siapa saja yang memiliki lencana dan bendera merah putih serta tanda anggota PNI akan dibunuh. 5. Pada tanggal 8 Januari 1947, banjir darah di sepuluh kampung, yaitu di daerah Bonto Ramba, Paitanang, Sapanang, Bulo-bulo, Palumbangan Lentu Palaju, Arungkeke, Togo-Togo, Bangkala, Taroang, dan Laju. 6. Pada tanggal 28 Januari 1947, Westerling membunuh Andi Makkasau dan Andi Abdullah Bau Maseppe dengan menenggelamkan di laut dan diseret dibelakang mobil sampai mati. 7. Pada tanggal 1 Februari 1947. Pembersihan di Mandar, juga oleh Westerling di kampung Paputta dan Galung Lombok. 500 orang yang baru ditangkap kemarin, hari itu dijejer dekat lubang, kemudian ditembaki dengan senapan mesin. Tanggal 2 februari 1947, pembantaian dilanjutkan di TinambungBalannipa tepat pada hari pasar. Baret merah belum puas, operasi diteruskan di Pare-pare. Sekian ratus jiwa melayang lagi. 8. Pada tanggal 5 Februari 1947 di Pamboang Mandar 9. Pada tanggal 17 Februari 1947 di kampung Lisu-Tanete-Barru (La Hajji Parang, 130-131)
221 | S N I 5
Situasi pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan
Dari sejumlah opersai pembersihan tersebut barulah berupa tang tanggal dan tempat peristiwa yang diketahui sedangkan sedangk jumlah korban dan penembakan yang pasti serta nama-nama nama dari yang bersangkutan sebagian besar belum lagi ditemukan dan masih dalam proses penelitian lebih lanjut, terlebih pada operasi pembersihan yang dilakukan oleh oleh pasukan KNIL di seluruh daerah daerah-daerah termasuk polisi.
222 | S N I 5
Setelah tugasnya untuk melumpuhkan gerakan perjuangan di Sulawesi Selatan selesai, maka Westerlling ditarik ke Pulau Jawa. Ia ditempatkan di Jawa Barat dengan kekuasaan memimpin Spesiale Troepen yang kurang lebih berjumlah 1200 orang. Tugas baru bagi Westerlling adalah membersihkan anasiranasir pemberontakan dan kaum teroris di Jawa Barat. Terjadilah pembunuhan di Cikalong, Tasikmalaya dan Cirebon. Berita pembunuhan ini tersiar kemana-mana dan diketahui oleh pihak Belanda yang menyebabkan Westerlling dipecat dari dinas ketentaraan. Setelah Westerlling resmi dipecat pada bulan Maret 1949, mulailah dia melakukan petualangan baru di Indonesia. Petualangan ini bentuknya lain dari yang lain bukan hanya terbatas pada kekuasaannya. Tetapi ini merealisasikan suatu ramalan yang didapatkan dari sebuah buku yang bernama “Jayabaya”. Buku ramalan Jayabaya menyebutkan bahwa “pada suatu saat akan datang seorang “Ratu Adil” yang berasal dari negara Turki untuk mengantarkan Indonesia pada puncak kejayaannya”. Keinginan Westerlling semakin memuncak berdasarkan isi buku tersebut dan antusias sekali menjadi Ratu Adil yang disegani dan dihormati. Dengan bantuan modal dari bangsa Belanda ia dapat membeli senjata dalam waktu yang singkat, ia mengumpulkan tentara 8000 orang yang ditambah beribu-ribu pasukan cadangan lainnya. Westerling segera membentuk APRA (Angkatan Perang Ratu Adil). Namun sebenarnya tujuan gerakan ini adalah: 1. Tetap berdirinya Negara Pasundan 2. APRA sebagai tentara Negara Pasundan Pada tanggal 23 Januari 1950 APRA dengan kekuatan 800 personil, diantaranya 300 orang KNIL menyerbu kota Bandung dan membunuh anggota TNI. Gerakan ini berhasil menduduki Markas Divisi Siliwangi. Banyaknya korban, termasuk 79 anggota TNI yang gugur, pemerintah segera mengirimkan pasukan ke Bandung. Sementara itu di Jakarta diadakan perundingan antara Perdana Menteri RIS dengan Komisaris Tinggi Belanda. Di bandung Kepala Staf Divisi Siliwangi Letnan Kolonel Eri Sudewo menemui divisi C tentara Belanda, Mayor Jenderal Engles untuk membicarakan masalah tersebut. Hasilnya Engles
223 | S N I 5
mendesak agar APRA meninggalkan Bandung. Setelah meninggalkan Bandung anggota APRA tersebut menyebar diberbagai tempat dan terus dikejar oleh APRIS. Dengan bantuan uan penduduk gerombolan tersebut berhasil dilumpuhkan.
Pasukan APRA saat memasuki kota Bandung
Gerakan APRA terus dikerahkan ke Jakarta, dalam hal ini Westerlling bekerjasama dengan Sultan Hamid II, yang menjadi menteri negara dalam kabinet RIS. Rencananya gerakan ini hendak menyerbu gedung tempat berlangsungnya sidang kabinet. Mereka merencanakan untuk membunuh Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX, Sekretaris Jenderal Kementrian Pertahanan Mr. Ali Budiardjo, dan Kepala Staf Angkatan Perang Perang Kolenel T.B Simatupang. Namun berkat APRIS, usaha APRA berhasil digagalkan. Sultan Hamid II berhasil ditangkap pada tanggal 4 April 1950. Kegagalan gerakan APRA menyebabkan pasukan anti federal semakin meningkat.
Pada
tanggal
30
Januari
1950,
R.A.A
Wiranatakusumah, Wiranatakusumah,
mengundurkan diri sebagai Wali Negara Pasundan dan digantikan oleh Sewaka dengan jabatan Komisaris RIS di Pasundan. Sementara itu Westerling melarikan diri dengan menggunakan pesawat Catalina, hal ini sesuai dengan kutipan
A.H. Nasution bahwa “Westerlling
selama tiga minggu menjadi buronan, dimana-mana dimana mana dilakukan penggeledahan untuk menagkapnya. Maka satu-satunya satu satunya jalan untuk selamat harus meninggalkan Indonesia, tetapi tidak mau kembali ke Belanda. Ia meminta bantuan agar bisa pergi ke Singapura. a. Untuk itu Dinas AL Belanda menyiapkan satu pesawat pesawat Udara Catalina (1983:236)
224 | S N I 5
2. Proklamasi Negara Pasundan Negara
Pasundan adalah
salah
satu
negara
bagian
dari
negara
federal Republik Indonesia Serikat (RIS) yang didirikan oleh Belanda pada tanggal 24 April 1948. Letaknya di bagian barat Pulau Jawa (sekarang DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Banten) dan beribu kota di Bandung. Presiden pertama dan terakhirnya adalah Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema. (Ensiklopedia Umum, 1977:142). Sebelum penandatanganan persetujuan Renville, Belanda memang telah melakukan beberapa tindakan untuk membangun suatu kekuatan anti RI, yaitu Gerakan Pasundan atau Partai Rakyat Pasundan pada bulan Maret 1947. Menurut Suria Kartalegawa, bekas presiden negara Pasundan, Gerakan Pasundan merupakan buah pikiran Kolonel Santosa, penasehat Van Mook, dan pendirinya mendapat bantuan NEFIS (Netherlands Easten Forces Intelligence Service) atau Dinas Inteligence Tentara Belanda. Ia mengaku baru mengetahui adanya Gerakan Pasundan hanya 2 hari sebelum diresmikan. Nampaknya Gerakan Pasundan merupakan percobaan untuk mengetahui bagaimana tanggapan rakyat Jawa Barat dan kemungkinan untuk mendirikan negara sendiri. Setelah Belanda berhasil menduduki sebagian besar Jawa Barat. Belanda kemudian mengambil langkah dengan mendirikan Negara Pasundan yang ada dibawah pengawasannya. Pada tanggal 12 dan 19 Oktober 1947 Konferensi Jawa Barat I diadakan di Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 45 utusan orang Indonesia yang kesemuanya ditunjuk oleh Belanda. Recomba mengajak mereka untuk membicarakan agenda yang berisi antara lain: cara yang paling tepat untuk mengikutsertakan rakyat Jawa Barat bisa ambil bagian dalam pemerintahan pusat dan dalam pendirian NIS. Konferensi ini juga mendirikan Komisi Kontak untuk meminta para pejabat agar menyelenggarakan Konferensi II yang dihadiri oleh wakil-wakil golongan masyarakat dan daerah-daerah di Jawa Barat untuk membangun pemerintahan sementara atas dasar demokrasi. Pada tanggal 15 dan 20 Desember 1947 diadakanlah Konferensi Jawa Barat II. Belanda mengundang 154 utusan (112 Indonesia, 18 Cina, 16 Belanda, dan 8 Arab). Seorang utusan yang berani, Male Wiranatakusuma (putra R.A.A.
225 | S N I 5
Wiranatakusuma) menyatakan kalau konferensi tidak mewakili rakyat Jawa Barat, tidak demokratis dan sebagian besar utusan adalah pegawai Belanda. Tetapi mayoritas utusan menerima resolusi untuk menyelenggarakan Konferensi III yang akan membentuk pemerintahan sementara dan DPR untuk Jawa Barat. Pihak RI menyatakan bahwa konferensi itu bertentangan dengan Persetujuan Renville tetapi Konferensi tetap dilaksanakan pada bulan Februari 1948. Dengan sia-sia RI memprotes Belanda dan KTN dengan menyatakan bahwa tindakan itu bertentangan dengan Perjanjian Renville terutama yang berhubungan dengan keharusan adanya plebisit dibawah pengawasan KTN untuk menentukan sikap rakyat dalam suatu daerah dalam hubungannya dengan RI. Menurut ketentuan Renville plebisit semacam itu baru boleh diadakan sedikitnya 6 bulan setelah persetujuan dan harus dalam kondisi adanya kebebasan berserikat, berbicara dan pers, padahal pada waktu itu di Jawa Barat masih berlaku UndangUndang perang yang menghilangkan kebebasan tadi. Penolakan atas protes RI terlihat ketika Belanda menindas Gerakan Plebisit yang disponsori RI dan didirikan pada 1 Februari 1948. Belanda membubarkan gerakan tersebut dengan alasan bahwa gerakan plebisit ini terlalu premature (tergesa-gesa). Menurut pendapat dari pihak Belanda plebisit itu tidak harus diadakan antara 6 bulan dan 1 tahun setelah persetujuan ditandatangani, tetapi antara 6 bulan dan 1 tahun setelah penyelesaian terakhir dicapai. Penafsiran ini sepenuhnya berbalikan dengan penafsiran dari pihak RI. Pada tanggal 23 Februari 1948 Konferensi ke III di Jawa Barat pun diselenggarakan dan dihadiri oleh 100 utusan, 47 dari mereka ditunjuk oleh Belanda, 22 orang Indonesia, 12 Belanda, 9 Cina dan 4 Arab, 53 diantaranya dipilih, dan semuanya orang Indonesia. Maka timbullah pertanyaan dari pihak KTN, kapan pemilihan itu dilakukan, dan Belanda mengatakan bahwa pemilihan itu dilakukan antara 10-15 Januari. Tetapi pihak RI baru mendengar pemilihan itu diselenggarakan. Disamping itu tujuan pemilihan juga tidak jelas, tidak ada tanda-tanda bahwa ke-100 utusan itu merupakan pemerintahan sementara Negara Pasundan. Pemilihan itu ternyata tidak diselenggarakan dalam suasana bebas.
226 | S N I 5
R.A.A. Hilman Djajadiningrat membuka Konferensi Jawa Barat ke-III ke
Suasana Konferensi Jawa Barat ke-III
Konferensi di Jawa Barat yang berlangsung di Bandung itu berakhir pada 5 Maret 1948 tanpa diwakili dari pihak RI ataupun KTN. Bahkan Ketua dari Gerakan Plebisit yang datang dari Jakarta untuk meninjau konferensi itu diusir oleh polisi Belanda. Delegasi-delegasi delegasi yang hadir dalam konferensi itu banyak yang menunjukkan sikap simpatinya kepada RI. Paling sedikit 35 anggota merupakan
227 | S N I 5
fraksi pro RI dan dipimpin oleh Suyoso. Mereka nampaknya akan bisa menarik dukungan dari grup lain sehingga ada kemungkinan kemungkinan menguasai mayoritas. Melihat gelagat yang kurang baik itu, ketua konferensi mengentikan sementara konferensi tersebut. Lau diadakanlah pembicaraan tidak resmi sehingga ketika konferensi dibuka kembali kembal dicapailah suatu kompromi. Kenferensi ferensi setuju mengajukan resolusi kepada NICA untuk meresmikan perubahan konferensi menjadi DPR Sementara sedang status Jawa Barat ditentukan dalam suatu plebisit sesuai dengan ketentuan Renville. Tetapi keesokan harinya kompromi tersebut dibatalkan karena Recomba telah telah mempersiapkan pembentukan Negara Pasundan dan NICA telah mengakui berdirinya negara itu. Pada hari itu juga konferensi memutuskan untuk menerima perubahan statusnya menjadi DPR Semen Sementara tara dengan hak menyusun konsitu konsitusi Negara Pasundan. NICA menyetujui konferensi konferensi pada tanggal 26 Februari 1948. Dengan begitu lahirlah Negara Pasundan dengan R.A.A. Wiranatakusumah sebagai Wali Negaranya.
Suasana pemilihan Wali Negara Pasundan
228 | S N I 5
Let. Gubernur Jenderal van Mook menyaksikan pelantikan R.A.A. Wiranatakusumah sebagai Wali Negara Pasundan tanggal 24 April 1948
229 | S N I 5
Kesimpulan Peristiwa Westerling adalah sebutan untuk peristiwa pembunuhan ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasukan Belanda Depot Speciale Troepen pimpinan Raymod Paul Pierre Westerling. Peristiwa ini terjadi pada bulan Desember 1946 sampai Februari 1947 selama operasi militer Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan). Selain Sulawesi Selatan Westerling juga melakukan pemberontakan di beberapa daerah seperti di Jawa dengan mendirikan APRA. Terbentuknya APRA ini yang kemudian melahirkan Negara Pasundan, salah satu negara bagian dari negara federal Republik Indonesia Serikat (RIS) yang didirikan oleh Belanda pada tanggal 24 April 1948. Letaknya di bagian barat Pulau Jawa (sekarang DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Banten) dan beribu kota di Bandung. Presiden pertama dan terakhirnya adalah Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema
230 | S N I 5
Glosarium
ALRI
: Angkatan Laut Republok Indonesia, organisasi perlawanan angkatan bersenjata terhadap Belanda dalam menegakkan proklamasi Indonesia
APRA
: Angkatan Perang Ratu Adil, tentara pro Belanda yang didirikan oleh Westerlling
APRIS
: Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
Counter Insurgency
: Kontra pemberontakan
Divisi Siliwangi
: Komando wilayah pertahanan yang dipimpin oleh A.H. Nasution.
Distrik
: pembagian wilayah administrasi
Ekspedisi
: pengiriman tentara untuk melakukan penyerangan musuh dalam suatu daerah
KNIL
: het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger Tentara Kerajaan Hindia Belanda
Korps Spesiale Tropen
: kesatuan pasukan khusus Belanda yang terlibat dibalik layar pada masa revolusi nasional
NEFIS
: Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Servuce, instansi rahasia yang dipimpin oleh Van Mook
PNI
: Partai Nasional Indonesia
Ramalan Jayabaya
: ramalan dalam tradisi Jawa yang ditulis oleh Jayabaya
Recomba
: pemerintah darurat versi Belanda yang dibentuk oleh Van Mook
231 | S N I 5
Latihan 1 1. Carilah beberapa artikel tentang Westerling, kemudian buatlah biografi Westerling. 2. Kemukakan pendapat anda tentang pembantaian yang dilakukan Westerling terhadap rakyat Sulawesi Selatan. 3. Buatlah rangkuman tentang Westerling di Indonesia. 4. Lakukanlah analisis hubungan Westerling dengan terbentuknya APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) dan terbentuknya Negara Pasundan. 5. Diskusikanlah tentang terbentuknya Negara Pasundan di Indonesia.
Latihan 2 1. Tujuan Belanda mengirimkan pasukannya ke Sulawesi Selatan adalah... a. Jembatan emas untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara b.
Untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang republik dan menumpas perlawaan rakyat yang menentang pembentukan Negara Indonesia Timur
c. Menghindari permusuhan dengan kekuatan militer asing d. Memproklamasikan berdirinya negara soviet indonesia e. Menggalang kekuatan partai politik untuk menggulingkan Kabinet Hatta 2. Apa yang dilakukan Belanda untuk menumpas perlawana rakyat Sulawesi Selatan... a. Tindakan yang tidak berperikemanusiaan b.
Membawa granat untuk meledakan musuh
c.
Membunuh beribu-ribu rakyat
d.
Pembunuhan massal
e. Menolong rakyat sulawesi selatan 3. Sejak tanggal berapa pasukan Westerling melakukan pembunuhan massal orang-orang yang tidak berdosa adalah.. a. Tanggal 8-29 Agustus 1946 b.
Tanggal 11 Desember-17 Februari 1946
c. Tanggal 15-20 Januari 1946
232 | S N I 5
d. Tanggal 25-29 Juli 1946 e. Tanggal 2-30 Maret 1946 4. Pembentuk Laskar Pembrontak Indonesia Sulawesi (LAPRIS) antara lain adalah... a. Dr. Sam Ratulangi b. I Gusti Ngurah Rai c.
Ranggong Daeng Romo
d.
D.N.Aidit
e. Tan Malaka 5. Setelah Westerlling melakukan pembantaian di Sulawesi Selatan, tugas selanjutnya adalah di daerah.... a. Jawa Tengah
d. Sumatra
b. Jawa Timur
e. Jakarta
c. Jawa Barat 6. Westerlling dipecat dari dinas ketentaraan dan membentuk APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), ide dari pembentukan APRA tersebut berasal dari ramalan buku.... a. Ramalan dari Sultan Hamid II b. Ramalan Jayabaya c. Ramalan dari Negara Pasundan d. Buku Sutasoma e. Kitab Mpu Tantular 7. Tujuan dari APRA yang dibentuk oleh Westerling adalah. a. Tetap berdirinya Negara Pasundan dan APRA sebagai tentara Negara Pasundan. b. Untuk melakukan pemberontakan di Jawa Barat c. Agar Westerlling bisa menguasai Indonesia d. Untuk memperkuat tentara Westerlling e. Untuk mendapatkan dukungan dari Belanda. 8. Negara Pasundan didirikan oleh Belanda pada tanggal... a. 23 April 1948
d. 27 April 1948
233 | S N I 5
b. 24 April 1948
e. 24 Mei 1948
c. 25 April 1948 9. Presiden pertama dari Negara Pasundan adalah.... a. Ir. Soekarno
d. Adipati Wiranatakoesoema
b. Drs. Moh. Hatta
e. Kertalegawa
c. Sultan Hamid II 10. Proses pembentukan Negara Pasundan melalui berapa kali konferensi.... a. 1 kali konferensi
d. 4 kali konferensi
b. 2 kali konferensi
e. 5 kali konferensi
c. 3 kali konferensi
Tambahan Soal 1. Pemberontakan Westerlling adalah..... a. Pemberontakan yang dilakukan oleh Westerlling pada saat Perang Dunia II b. Pemberontakan yang dilakukan oleh Westerlling terhadap Bandung c. Sebutan untuk peristiwa pembunuhan ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasukan Belanda Depot Speciale Troepen pimpinan Raymond Pierre Paul Westerlling d. Pembantaian yang dilakukan Westerlling terhadap rakyat Belanda. 2. Mengapa Belanda mengutus Westerlling ke Sulawesi Selatan dan daerah lainnya di Indonesia. a. karena Sulawesi Selatan merupakan wilayah Indonesia b. Karena
di
Sulawesi
Selatan
banyak
terdapat
gerilyawan
yang
menghambat pembentukan Negara Indonesia Timur. c. Westerlling ahli dalam strategi perang d. Westerlling harus patuh terhadap Belanda. 3. Peristiwa Galong Lombok yang dilakukan Westerlling di Sulawesi Selatan terjadi pada tanggal... a. 2 Februari 1947 b. 3 Februari 147 234 | S N I 5
c. 2 Februari 1946 d. 7 Januari 1947 4. Siapakah tokoh yang mengklaim bahwa korban pembantaian yang dlakukan oleh Westerllind di Sulawesi Selatan adalah 40.000 jiwa? a. Sam Ratulangi b. Ir. Soekarno c. Kahar Muzakkar d. Sultan Hasanuddin 5. Ramalan Jayabaya berasal dari kitab... a. Kitab Asrar (Musarar) b. Kitab Baratayudha c. Kitab Arjunawiwaha d. Kitab Mahabrata 6. Apakah hubungan antara Ramalan Jayabaya dengan pemberontakan APRA yang dipimpin oleh Westerlling. a. Karena Ramalan Jayabaya, Westerlling dapat menguasai Indonesia b. APRA adalah organisasi yang dibentuk oleh hasil Ramalan Jayabaya c. Ramalan jayabaya dengan pemberontakan APRA saling berhubungan d. berdasarkan isi buku Ramalan Jayabaya tersebut, Westerlling antusias sekali menjadi Ratu Adil dan kemudian mendirikan APRA 7. Negara Pasundan versi Republiken didirikan oleh Wiranatakusuma, sedangkan Pasundan versi federalis didirikan oleh... a. Ir. Soekarno b. Muh. Hatta c. Soeria Kertalegawa d. Sultan Syahrir 8. Sebab Van Mook bisa menerima Wiranatakusuma selaku Wali negara Pasundan karena.... a. ingin membuktikan bahwa dalam usahanya membentuk negara Indonesia
Serikat tidak ada “permainan boneka-boneka”.
235 | S N I 5
b. Van Mook megira bahwa Wiranatakusuma adalah golongan yang
menghendaki adanya RIS. c. Supaya mempercepat pendirian RIS d. Wiranatakusumah adalah orang Belanda
9. Negara Pasundan yang didirikan oleh Soeria Kertalegawa bertujaun untuk.... a. mendirikan negara RIS b. bertujuan merdeka sepenuhnya, tak bergabung ke Republik Indonesia, maupun masuk dalam bagian pemerintahan boneka Hindia-Belanda c. Supaya Negara Pasundan bebas dari Belanda d. mendirikan negara sendiri 10. Siapakah yang memprakarsai mengadakan konferensi yang pertama tanggal 12-19 Oktober 1947 di Jawa Barat dalam proses terbentuknya Negara Pasundan... a. Abdulkadir Widjojoatmodjo b. Soeria Kertalegawa c. Wiranatakusumah d. Ir. Soekarno
236 | S N I 5
Daftar Pustaka
Said, M. Natsir. 1984. SOB 11 Desember 1946 Korban 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan. Makassar: Yayasan Penerbit Udin Nasution, A.H. 1983. Memenuhi Panggilan Tugas. Jakarta: Gunung Agung. Parang, La Hajji. 1976. Sulawesi dan Pahlawan-Pahlawannya. Ujung Pandang Lahade, M. Saleh. Seminar Sejarah Perjuangan Rakyat Sulawesi Selatan Menentang Penjajahan Asing. Makassar. 8-11 Desember 1982. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik (1942-1998). Jakarta: Balai Pustaka Sekretariat Negara RI. 1975. 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta:PT Tira Pustaka Ensiklopedi Umum. 1977 (Edisi Kedua dengan EYD), Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
237 | S N I 5
BAGAN MATERI
Pergolakan Militer Republik Indonesia Serikat
APRIS
Westerling di Sulawesi Selatan
Westerling di Jawa Barat
Proklamasi Negara Pasundan
Angkatan Perang Ratu Adil
238 | S N I 5