BAB VI PROSES PERANCANGAN
6.1. Kriteria Pemilihan Tapak Eksperimentasi gubahan bentuk bangunan konser ini memerlukan sebuah place yang memiliki semangat yang sama dengan musik Fith Symphony, yaitu semangat kepahlawanan. Dalam pengertian arsitektur, semangat tersebut dapat diartikan sebagai peremajaan kembali kawasan yang “ditinggalkan” tetapi pernah memiliki masa-masa kejayaannya. Bandung merupakan kota yang memiliki banyak kawasan bersejarah dan di antaranya terkesan ditinggalkan karena tidak ada kegiatan yang mendukung. Selain itu juga kota ini banyak melahirkan musisi dan grup band yang terkenal di Indonesia, serta apresiasi masyarakatnya yang cukup tinggi terhadap musik. Ini terlihat pada seringnya diadakan konser-konser musik, baik pada beberapa ruang publik maupun pusat-pusat
Gambar 6.1. Jawa Barat (Encarta Reference Library)
kebudayaan. Tingginya kesenian
di
kegiatan
kota
yang
Bandung
bersifat
seharusnya
diwadahi dalam fasilitas bangunan yang representatif. Suatu gedung konser atau teater seringkali dapat mewakili simbol suatu kota, selain untuk mewadahi kegiatan kesenian, juga sekaligus untuk kemajuan pariwisatanya,
Gambar 6.2. Letak Taman Maluku di Bandung (Google Earth)
seperti: Sydney Opera House di Australia, atau Esplanade di Singapura. Bandung juga seharusnya dapat menjadi seperti itu. Lokasi yang dianggap cocok dengan kriteria di atas adalah Taman Maluku yang terletak di zona militer kota Bandung. Gambar 6.3.Taman Maluku
77
6.2. Taman Maluku Taman Maluku yang dibangun sejak tahun 1919 merupakan bagian dari beberapa taman tropis yang direncanakan di Kota Bandung sejak masa kolonial Belanda. Di sebelahnya merupakan lapangan olahraga yang dulu disebut “Gelora” dan di sini terdapat fasilitas sport hall. Selain digunakan sebagai olahraga, sport hall ini juga digunakan sebagai gedung pertunjukan musik dan kesenian di Kota Bandung. Keseluruhan fasilitas ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Taman Maluku. Di sebelah Barat Taman Maluku terdapat patung perunggu Pastor H. O. Verbraak S.J. (1835-1918), seorang Imam Tentara Belanda yang bertugas dalam Perang Aceh (1845-1907). Karena sikapnya yang manusiawi terhadap setiap orang dari bangsa apapun, maka ia disegani dan dicintai oleh kedua belah pihak yang sedang terlibat perang. Patung ini berdiri menghadap istana kediaman Panglima
Bala
Tentara
Belanda
di
Nusantara
(“Paleis
van
den
Legercommandant”) untuk mengingatkan orang akan jasa-jasa dan perilakunya selama Perang Aceh berlangsung. Sebagian tapak Taman Maluku berada di bawah Jalan Aceh, oleh karena itu keberadaannya tidak terlalu menonjol. Di dalamnya terdapat sebuah kolam dengan air mancur, menambah suasana sejuk dan nyaman seiring dengan teduhnya taman oleh berbagai jenis tanaman yang ada.
Gambar 6.4. Suasana Jaarbeurs tahun 1920 (Sumber: Semerbak Bunga di Bandung Raya)
Kegiatan yang pernah tergolong sukses di sini adalah “Jaarbeurs”, bursa tahunan yang secara tradisional diselenggarakan di Bandung pada jaman kolonial. Bursa tahunan ini diprakarsai oleh Walikota Bandung B. Coops dan berhasil
78
mengangkat kota “Parijs van Java” ini menjadi daerah tujuan wisata. Penyelenggaraannya berlangsung setiap tahun pada bulan Juni-Juli, bertepatan dengan hari libur sekolah. Jaarbeurs dihadiri baik oleh warga kota Bandung maupun wisatawan luar kota dan bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh warga kota ikut hadir di sini sehingga seluruh kota sibuk ikut ambil bagian. Acaranya antara lain menyajikan segala macam pameran, dari hasil kerajinan rakyat sampai barang-barang produksi dari industri, pabrik, perusahaan dunia seperti Baldwin Locomotive Work, Rhein Elbe Union, Siemens en Halske, Dieckerhoff en Widmann dan puluhan perusahaan dalam negeri maupun dari Holland, ikut ambil bagian. Kemudian ada segala macam atraksi pertunjukkan, hiburan kesenian, “expositie” dan “tentoonstelling”, seperti: toneel, kabaret, opera stambul, sulap, sirkus, pameran lukisan, lomba menyanyi dan atraksi lainlainnya. Bahkan beberapa artis dari luar negeri khusus didatangkan untuk meramaikan “Jaarbeurs”.
Gambar 6.5. Berbagai peserta yang ikut meramaikan Jaarbeurs (Sumber: Semerbak Bunga di Bandung Raya)
79
Setelah lelah berkeliling mengunjungi stand pameran dan menonton pertunjukan, para pengunjung biasanya beristirahat sejenak di Taman Maluku. Beberapa dari mereka menunggu teman-teman atau saudara mereka yang “hilang” terpisah dari rombongan.
Gambar 6.6. Hubungan antar jalan (Google Earth)
Gambar 6.7. Kondisi Eksisting
80
Gambar 6.8. View dari Jl. Sulawesi (Dokumentasi pribadi)
6.3. Program Kegiatan Program kegiatan untuk Taman Maluku dan lapangan olahraga Saparua adalah terutama untuk meningkatkan lagi aktivitas dan “menghidupkan” kembali suasana Jaarbeurs yang kini sudah hilang ditelan waktu. Pertunjukan seni yang belum ada di Bandung saat ini dapat diwadahi di tapak ini.
Ruang
Jumlah
Fungsi
A. 1.
Gedung Utama Lobby Utama
2.
Restoran / Kantin / Kafe
2 lantai
3.
Ruang Auditorium -Ruang persiapan (backstage) -Ruang latihan Galeri “jembatan”
1 1
4.
Toko Suvenir / Alat musik
1
5.
-Perpustakaan -Kantor Staff
1 1
4.
Ruang Terbuka -Teater luar
1
-menampung kegiatan pentas, konser dengan suasana luar (outdoor)
Taman Maluku -Taman skulptural
1
-Kafe
1
-penguatan karakter taman, simbolisasi musik Fifth ymphony. -kafe dengan target pengunjung umum, selaing pengunjung gedung konser
4.
B.
1
2 1
-penerima pengunjung -pertunjukan temporer -makan sebelum / sesudah acara konser -pengadaan acara tertentu, resmi / tidak resmi -berlangsungnya kegiatan pentas, konser, seni teater, dsb -tempat berlatih -galeri yang menampilkan sejarah perkembangan musik, sekaligus penghargaan terhadap Beethoven sebagai inspirasi utama bangunan. -menjual berbagai barang yang berhubungan dengan acara yang berlangsung -menjual alat musik -menyediakan buku-buku musik -kantor kepengurusan gedung dan penyelenggara acara konser
Luas (m2)
Luas total (m2)
435 350 + lt.2: 200
435 550
640 240
640 240
200
400
150
150
150 150
150 150
400
400
345
345
Tabel 6.1. Program Kegiatan
81
6.4. Strategi Perancangan Strategi perancangan yang dicoba dilakukan pada keseluruhan eksperimen adalah dengan membagi gubahan bentuk berdasarkan eksterior dan interiornya. Urutan proses strategi perancangan awalnya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan diagram garis waktu (Diagram 3.1.), masa Perang Napoleon dianggap sebagai masa kisah heroik. Makna dari kisah heroik / kepahlawanan tersebut dianalogikan dengan peruntukan lahan sekitar Taman Maluku sebagai zona pertahanan dan keamanan (hankam). 2. Tema empat nada diterjemahkan ke dalam gubahan bentuk arsitektural secara simbolik, sesuai dengan ekspresi yang tersirat di dalamnya. 3. Pada komposisi selanjutnya, tema empat nada yang menjadi semakin bervariasi analog dengan variasi bentuk simbolik tersebut (nomor 2) 4. Nomor 2 dan nomor 3 merupakan dua unsur yang terdapat pada Fifth Symphony. Karena musik tersebut adalah ungkapan ekspresi pribadi Beethoven, maka seharusnya juga menjadi ungkapan ekspresi gedung yang akan dirancang. Ekspresi ini diterapkan pada gubahan eksterior yang merupakan selubung bangunan, tampilan luar yang “berkomunikasi” langsung dengan pengunjungnya. 5. Gubahan
interior
dianalogikan
dengan
kepribadian
Beethoven
yang
berkembang dalam dirinya sendiri pada waktu ia mengkomposisi Fifth Symphony, yaitu saat-saat ia mulai merasakan ketulian.
82
Makna kepahlawanan Komposisi Musik
Place Komposisi Arsitektur
Tema empat nada: nada, irama, forte, staccato
Bentuk simbolik
Nada-nada variatif dari tema empat nada
Variasi bentuk simbolik
Fungsi Teater
Faktor puitik & Interpretasi Romantik
Jiwa kepahlawanan Fifth Symphony
Gubahan bentuk selubung bangunan
Eksterior
Hubungan-hubungan sosial Beethoven Kepribadian Beethoven
Bukaan-bukaan
Interior
Permainan cahaya Pengalaman ruang + fungsi teater
Bagan 6.1. Strategi perancangan
83
6.5. Proses dan Hasil Perancangan 6.5.1. Iterasi 1
Gambar 6.9. Proses iterasi perancangan awal
Pencarian bentuk berawal dari bidang-bidang yang terbagi menjadi empat bagian dan kemudian dilengkungkan. Bentuk lengkung dimaksud untuk mendapatkan sense akan gerakan yang ada dalam musik.
84
Gambar 6.10. Tampak bentuk gedung konser dalam iterasi perancangan awal
Pencarian bentuk atap seperti ini berupa interpretasi langsung dari nada-nada dalam “tema empat nada” Fifth Symphony.
Bentuk fasad pintu masuk utama menunjukkan deretan kolom-kolom yang menimbulkan kesan “klasik”.
Gambar 6.11. Suasana eksterior gedung konser dalam iterasi perancangan awal
85
+
||
4… 1
2
3
Gambar 6.12. Pencarian bentuk lewat bentuk auditorium dalam iterasi perancangan awal
Pencarian bentuk selanjutnya diawali dengan mengikuti bentuk dasar auditorium sebagai ruang utama dalam gedung konser.
86
6.5.2. Iterasi 2
87
88
A. 1. Bentuk Atap Bentuk atap pada dasarnya merupakan bidang lipat, yang kemudian “dimainkan” untuk memberikan kesan berirama.
2. Zona Pentuan zona sekaligus membentuk bentukan eksterior. Massa utama bangunan muncul di tengah lahan, selebihnya dibiarkan kosong sebagai apresiasi terhadap ruang terbuka hijau. Perancangan lansekap lebih dieksplorasi pada Taman Maluku.
89
B. 1. Pola Kaca Jendela
Kaca berpola acak, analogi dari tema empat nada yang divariasikan pada Fifth Symphony
+
||
Penegasan pintu masuk:
90
2. Pembagian Ruang
Ruang Persiapan Auditorium
Kolam Teater Outdoor
Lobby
Toilet Perpustakaan
Restoran
Kolam
Toko Suvenir
C 1. Penentuan struktur + lantai 2
Toilet Lt.2 Bar Resto Lt.2
Kantor
91
2. Sirkulasi
Pengunjung (Daerah bebas kendaraan) Jembatan menuju Taman Maluku sekaligus galeri
Drop off Mobil
3. Desain taman “Galeri jembatan” terbuka pada ujungnya, menampilkan cahaya, simbolisasi dari perjuangan menuju kesuksesan.
Taman Skulptural, simbolisasi dari riak air Kafe dengan orientasi ke arah kolam eksisting
92
93
M1 Metafora tentang kepahlawanan adalah tentang bentuk arsitektural menciptakan kesan monumental, kokoh. Untuk itu material yang digunakan adalah beton. “Pantheon Light”
Lobby Atap yang menaungi lobby diberi lubang, memberi jalan masuk bagi cahaya matahari, seperti yang ada pada Pantheon. Cahaya yang masuk ke dalamnya menggugah pengunjung tentang adanya “kekuatan” dari atas, metafora tentang kepahlawanan.
M2 Jembatan yang menghubungkan dua tapak merupakan metafora dari perjuangan Beethoven dalam menghadapi ketuliannya, sekaligus menyatukan kedua fungsi tapak sesuai dengan kegiatan pada masa-masa sukses Jaarbeurs.
94
M3 Sesuai dengan konsep tapak, perwujudan bentuk pada Taman Maluku lebih berupa bentuk yang organik, sesuai dengan sifat “lembut” tapak. Air dapat mewakili sifat tersebut. Skulptur yang terbentuk adalah berupa riak-riak air yang merupakan metafora dari “tema empat nada” yang menggebu-gebu, menghasilkan gelombang suara seperti pada riak-riak air. Pada pusat riak tersebut terdapat skulptur berupa susunan batu-batu yang merupakan penyebab munculnya riak-riak tersebut.
A1 Pembentukan atap merupakan hasil analogi dari “tema empat nada”.
5
4
3 dit
dit-
dit-
daaaahh
2
1
95
Pola acak kaca dengan kecerahan yang berbeda-beda adalah analogi dari variasi “tema empat nada” Fifth Symphony.
A2 Titik drop off adalah salah satu titik awal pejalan kaki merasakan pengalaman ruang. Di sini “waktu” dimulai. Atap kaca dengan susunan rangka baja memberikan perasaan akan adanya ritme, ketukan.
drop off
Grid struktur gedung adalah analogi dari ritme musik.
96
A3 & A4 Bentuk “batu” merupakan analogi dari “tema empat nada” yang dimainkan dengan keras (forte). Riak air yang bergelombang-gelombang, tiang-tiang, tempat duduk dengan susunan acak, analog dengan variasi “tema empat nada”. Massa kafe didapatkan dari pola lingkaran yang diteruskan dengan pusat jari-jari yang sama.
Kafe
Kolam
A5 Susunan tiang-tiang yang melingkar analog dengan nada-nada.
97
98
99
100
Tampak Depan
“Memasuki gedung konser”
101
“Menuju pintu masuk (1)”
“Menuju pintu masuk (2)”
102
“Menuju pintu masuk (3)”
“Bercengkrama di luar / Menonton outdoor theater”
103
“Lobby”
“Galeri Jembatan”
104
Keyplan
“Studi warna jendela restoran 1” Jendela luar: Biru variatif Jendela dalam: Biru variatif
“Studi warna jendela restoran 2” Jendela luar: Biru variatif Jendela dalam: Merah variatif
105
“Studi warna jendela restoran 3” Jendela luar: Biru variatif Jendela dalam: Kuning variatif
“Menuju balkon auditorium”
106
“Menikmati suasana taman”
“Menikmati suasana taman (2)” (Latar belakang kafe)
107
“Pandangan mata burung: skulptur dan kafe Taman Maluku”
“Suasana malam hari”
108
putih
merah
merah muda
Studi cahaya buatan pada malam hari
109
6.6. Interpretasi Pengunjung Terhadap Bentuk Gedung Konser
Setelah melakukan proses perancangan dan melihat hasilnya, kita bisa mengira-ngira tentang begaimana interpretasi pengunjung terhadap tempat yang dikunjunginya.
1. Bentuk lekuk-lekuk atap yang berasal dari bidang lipat, bisa juga dilihat sebagai simbol nada yang naik-turun.
110
2. Bentuk atap juga dapat terlihat seperti battlement yang terdapat pada benteng.
Gambar 6.9. Salah satu contoh benteng, Bodiam Castle di Sussex, Inggris (Sumber: Encarta Reference Library)
111