BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan konseling pada konselor di SMP/Mts Negeri seKota Pontianak pada umumnya sudah menguasai. Sementara pada aspek-aspek keterampilan konseling dengan indikator tertentu tingkat penguasaan keterampilan konseling yang dimiliki konselor berada pada tingkat kurang menguasai. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi pelaksanaan praktek konseling di sekolah masing-masing, yang akan mengakibatkan tidak efektif dan efisiennya proses konseling yang dilaksanakan. Ada dua faktor utama yang dapat disimpulkan sebagai penyebab kurang dikuasainya keterampilan konseling, yaitu faktor interen yang berasal dari konselor dan faktor ekstern yang berasal dari lingkungan sekolah. Faktor interen dapat berupa kurangnya pemahaman dan penerapan keterampilan konseling dalam praktek konseling. Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi keterampilan konseling adalah berkaitan dengan partisipasi siswa yang rendah, kurangnya kegiatan-kegiatan seminar/pelatihan/workshop yang diikuti yang berhubungan dengan peningkatan keterampilan konseling. Secara khusus kesimpulan dari hasil penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut : 126
1. Keterampilan konseling pada konselor di SMP se-kota Pontianak pada umumnya berada pada kategori sangat menguasai. 2. Keterampilan konseling pada konselor di SMP se-kota Pontianak berdasarkan latar belakang pendidikan BK dan masa kerja 1-5 tahun pada umumnya berada pada posisi sangat menguasai. 3. Keterampilan konseling pada konselor di SMP se-kota Pontianak berdasarkan latar belakang pendidikan BK dan masa kerja 11-15 tahun berada pada posisi sangat menguasai. 4. Keterampilan konseling pada konselor di SMP se-kota Pontianak berdasarkan latar belakang pendidikan non BK dengan masa kerja 1-15 tahun pada umumnya sangat menguasai. 5. Dari keseluruhan keterampilan konseling yang dimiliki, ditemukan beberapa prosentase penguasaan yang berbeda-beda. Keterampilan yang kurang dikuasai adalah personalizing dan initiating. 6. Program pelatihan (hipotetik) untuk meningkatkan keterampilan konseling pada konselor di SMP se-kota Pontianak dirumuskan berdasarkan temuan hasil penelitian. Program yang dikembangkan terdiri atas rasional, kebutuhan program pelatihan, tujuan, visi dan misi program, metode, waktu dan tempat pelaksanaan, materi, dan monitoring dan evaluasi.
127
B. Rekomendasi Rekomendasi hasil penelitian ditujukan untuk pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, yakni yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam upaya pengembangan ketenagaan konselor antara lain sebagai berikut: 1.
Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat dipengaruhi oleh kompetensi konselor dalam praktek konseling. Kompetensi ini juga merupakan salah satu kompetensi profesional yang harus dikuasai para konselor dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Karena itu kepada konselor diharapkan dapat lebih aktif dalam meningkatkan kompetensi diri melalui berbagai sarana dan organisasi yang relevan dalam rangka pengembangan tenaga kependidikan yang lebih profesional. Selain itu konselor lebih baik mengusulkan kepada pimpinan program pendidikan dan latihan atau penataran tentang bimbingan dan konseling terkhusus pada program peningkatan keterampilan konseling (dalam hal ini pelatihan keterampilan konseling yang meliputi attending, responding, personalizing, dan initiating) disertai dengan kerjasama mutualistik dengan para pakar.
2.
Kepala Sekolah Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat dipengaruhi oleh kompetensi konselor, karena itu sebagai pimpinan yang
128
mempunyai
kewenangan
terhadap
bawahannya
selayaknya
memberikan
kesempatan bagi mereka khususnya konselor untuk mengembangkan kompetensi dalam hal ini adalah keterampilan konseling melalui program-program pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop, yang diarahkan bagi peningkatan kualitas konselor itu sendiri. 3.
Dinas Pendidikan dan ABKIN Diharapkan dapat melakukan langkah-langkah strategi berikut. Pertama, hendaknya selalu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan kompetensi konselor, meningkatkan wawasan dan pemahaman konseptual konselor tentang urgensi dan aspek-aspek keterampilan konseling yang diperlukan dalam memberikan layanan BK di sekolah. Sehingga tidak ada lagi miskonsepsi, mispersepsi, dan malpraktik dalam pelaksanaan layanan BK di sekolah. Sehingga kegiatan konseling menjadi kegiatan yang dilaksanakan secara profesional, penuh percaya diri, dan memperoleh penghargaan bagi keahlian konselor yang dimilikinya. Kedua, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam mata kuliah teori dan praktik konseling, baik individual maupun kelompok. Ketiga, bagi para pendidik konselor, hasil penelitian ini sangat diperlukan
sebagai
acuan
dan
evaluasi
diri
untuk
mengembangkan,
meningkatkan, memperbaiki, dan mensupervisi penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling profesional.
129
4. Peneliti selanjutnya Efektifitas dan efisiensi program pelatihan yang diajukan dalam penelitian ini belum teruji secara empiris, untuk itu kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengujian terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program pelatihan ini sehingga dapat dilakukan pengembangan dan perbaikan bagi program pelatihan selanjutnya. Mengingat program hipotetik pelatihan ini belum merupakan suatu model yang dapat berfiungsi secara generalisasi dan terbatas pada aspek keterampilan yang dipandang sangat kurang dikuasai oleh konselor. Oleh karena itu penelitian selanjutnya hendaknya berkisar lebih dalam lagi pada hal-hal yang belum diteliti dan mengarah pada pengayaan keterampilan konseling yang sesuai dengan kondisi lingkungan, terutama terkait dengan upayaupaya peningkatan kompetensi diri dalam hal ini adalah keterampilan konseling personalizing dan initiating yang lebih dalam lagi dimana hasil penelitian menunjukkan kedua keterampilan konseling ini kurang dikuasai oleh konselor sekolah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan pelatihan dan supervisi klinis microcounseling yang difokuskan pada kedua keterampilan tersebut.
130