120
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Sebagian besar siswa kelas XI SMK Negeri 8 Bandung memiliki tingkat stabilitas emosi pada kategori sedang. Artinya siswa sudah memiliki reaksireaksi dan kondisi emosional yang stabil terhadap rangsangan dari kondisi fisik dan lingkungan (lingkungan sekolah) yang diterima; 2. Aspek tertinggi stabilitas emosi siswa kelas XI SMK Negeri 8 Bandung pada aspek pengelolaan emosi, yaitu kemampuan siswa menangani perasaan hingga perasaan dapat terungkap dengan tepat sesuai dengan waktu dan tempat saat perasaan dialami. Aspek terendah adalah aspek pengenalan emosi diri, yaitu kemampuan siswa mengenali perasaan sewaktu perasaan terjadi. Sedangkan aspek merespon emosi secara stabil berada di tengah-tengah. 3. Sub-aspek tertinggi stabilitas emosi siswa kelas XI SMK Negeri 8 Bandung pada sub-aspek mampu mengungkapkan emosi dengan tepat dalam aspek pengelolaan emosi diri, dan sub-aspek terendah pada sub-aspek mengenali pengaruh emosi terhadap perilaku dalam aspek pengenalan emosi diri. Subaspek lainnya adalah mengenal emosi sendiri, mengenali keadaan fisik yang menimbulkan
emosi,
mengenali
situasi
lingkungan
sekolah
yang
menimbulkan emosi pada aspek pengenalan emosi diri. Pada aspek pengelolaan emosi diri adalah sub-aspek mampu mengelola emosi diri,
121
mampu mengendalikan emosi yang impulsif, dan mampu mengendalikan emosi yang menimbulkan perilaku yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Dan aspek respon emosi yang stabil dengan sub-aspek memiliki reaksi emosional yang stabil. 4. Indikator tertinggi stabilitas emosi siswa kelas XI SMK Negeri 8 Bandung adalah indikator mengelola bentuk emosi takut pada aspek pengelolaan emosi diri, dan indikator terendah indikator emosi yang mengganggu penyesuaian sosial pada aspek pengenalan emosi diri. Indikator stabilitas emosi siswa dikelompokkan pada indikator yang berada di atas bilangan kuartil pertama dan di bawah bilangan kuartil pertama, yang dijadikan batas minimum optimalitas capaian stabilitas emosi siswa. Terdapat tujuh indikator yang berada di bawah bilangan kuartil pertama yaitu indikator (1) mengenali bentuk emosi marah, (2) mengenali keadaan fisik yang menimbulkan emosi ketika sakit, (3) mengenali interaksi dengan siswa lain yang menimbulkan emosi, (4) mengenali interaksi dengan guru dan staf sekolah yang menimbulkan emosi, (5) mengenali emosi yang melemahkan semangat, (6) mengenali emosi yang mengganggu penyesuaian sosial, dan (7) mengelola bentuk emosi marah. Terdapat dua puluh indikator yang berada di atas bilangan kuartil pertama, yaitu (1) mengenali bentuk emosi gembira, (2) mengenali bentuk emosi takut, (3) mengenali keadaan fisik yang menimbulkan emosi ketika kelelahan, (4) mengenali keadaan sekolah yang menimbulkan emosi, (5) mengenali emosi yang memperkuat semangat, (6) mengenali emosi yang menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, (7) mengelola bentuk emosi gembira, (8)
122
mengelola bentuk emosi takut, (9) mengendalikan bentuk emosi gembira yang impulsif, (10) mengendalikan bentuk emosi marah yang impulsif, (11) mengendalikan bentuk emosi takut yang impulsif, (12) mengungkapkan bentuk emosi gembira, (13) mengungkapkan bentuk emosi marah, (14) mengungkapkan bentuk emosi takut, (15) mengendalikan bentuk emosi gembira
yang
menimbulkan
perilaku
merugikan
diri
sendiri,
(16)
mengendalikan bentuk emosi gembira yang menimbulkan perilaku merugikan orang lain, (17) mengendalikan bentuk emosi marah yang menimbulkan perilaku merugikan diri sendiri, (18) mengendalikan bentuk emosi marah yang menimbulkan perilaku merugikan orang lain, (19) mengendalikan bentuk emosi takut yang menimbulkan perilaku merugikan diri sendiri, dan (20) mengendalikan bentuk emosi takut yang menimbulkan perilaku merugikan orang lain. 5. Program hipotetik bimbingan pribadi untuk mengembangkan stabilitas emosi siswa Sekolah Menengah Kejuruan disusun dengan memuat komponenkomponen seperti dasar pemikiran, landasan empirik program, landasan rasional program, visi dan misi program, tujuan program, komponen program, personel program, sasaran program, rencana operasional, pengembangan tema/topik, evaluasi program, dan rancangan tindak lanjut. Aspek-aspek stabilitas emosi siswa merupakan landasan dalam pengembangan program dengan memprioritaskan indikator-indikator yang berada di bawah bilangan kuartil pertama pada setiap aspek.
123
B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, berikut ini beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi layanan bimbingan dan konseling SMK Negeri 8 Bandung, dan peneliti selanjutnya. 1. Layanan bimbingan dan konseling SMK Negeri 8 Bandung Program hipotetik bimbingan pribadi untuk mengembangkan stabilitas emosi siswa SMK diduga dapat menjadi referensi baru bagi pihak sekolah dalam rangka mengembangkan kestabilan emosi siswa SMK. Hal ini didasarkan karena program hipotetik bimbingan pribadi untuk mengembangkan stabilitas emosi dilandasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan teori-teori yang mendukung, selain itu, penyusunan program mengacu pada aspek dan indikator stabilitas emosi yang dialami siswa. Layanan bimbingan pribadi dapat dilakukan melalui bimbingan klasikal pada komponen layanan dasar, dan bimbingan kelompok pada komponen layanan responsif sehingga guru pembimbing diharuskan membentuk kelompok yang memadai pada setiap pemberian materi. Layanan bimbingan pribadi juga dapat dilakukan melalui layanan perencanaan individual dan dukungan sistem. Bimbingan pribadi dilaksanakan dengan mengacu pada rencana operasional program yang telah dibuat. Penyusunan program bimbingan pribadi untuk mengembangkan stabilitas emosi siswa yang dapat dilakukan guru pembimbing dapat mengacu pada
124
Pedoman Penyusunan Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Stabilitas Emosi Siswa SMK yang telah dirancang oleh penulis.
2. Peneliti selanjutnya Penelitian terbatas pada pengembangan stabilitas emosi siswa SMK, untuk itu peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mengenai: a
pengembangan stabilitas emosi remaja di jenjang pendidikan SMP. Meskipun menurut Syamsu Yusuf (2004:197) remaja awal perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi emosional, tetapi melalui bantuan yang diberikan sejak awal kepada siswa SMP diharapkan siswa mendapat bimbingan pengembangan kestabilan emosi dan ketika memasuki usia remaja akhir remaja sudah mencapai stabilitas emosi yang optimal.
b
pengembangan stabilitas emosi siswa SMK atau pun siswa SMP melalui bidang bimbingan yang lain, seperti bimbingan sosial, dan bimbingan akademik, karena kestabilan emosi tidak hanya mempengaruhi atau bersumber dari aspek pribadi siswa tetapi dapat juga dari lingkungan.
c
pelaksanaan uji coba empiris program hipotetik bimbingan pribadi untuk mengembangkan stabilitas emosi siswa SMK guna mengetahui efektivitas program hipotetik bimbingan pribadi yang dirancang dengan perlakuan kepada siswa yang menjadi responden, karena penelitian ini hanya menghasilkan program hipotetik bimbingan pribadi yang bersifat hipotetik.