185
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan yang memfokuskan perhatian kepada penemuan fakta empirik tentang “ PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN PENYELENGGARA
KETERAMPILAN PENDIDIKAN
SOSIAL
INKLUSIF”,
BAGI
SISWA
berikut
ini
PADA
SD
kesimpulan
penelitiannya. 1. Program
bimbingan
kelompok
melalui
permainan
efektif
dalam
meningkatkan keterampilan siswa pada SD penyelenggara pendidikan inklusif dan secara umum signifikan terjadi perubahan yaitu peningkatan keterampilan sosial pada kelas eksperimen. 2. Program bimbingan kelompok melalui permainan untuk meningkatkan keterampilan siswa pada SD penyelenggara pendidikan inklusif terdiri dari delapan bagian yaitu: rasional program; kebutuhan terhadap bimbingan kelompok; misi program bimbingan kelompok; tujuan program bimbingan kelompok; ruang lingkup program bimbingan kelompok, metode, waktu dan tempat pelaksanaan program; evaluasi program dan standar keberhasilan program. 3. Berdasarkan hasil validasi dari ahli menunjukkan bahwa program bimbingan
kelompok
melalui
permainan
untuk
meningkatkan
Dante Rigmalia, 2013 Program Bimbingan Kelompok Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
186
keterampilan siswa pada SD penyelenggara pendidikan inklusif sudah dikatakan layak sebagai program bimbingan kelompok. 4. Berdasarkan uji keterbacaan program oleh guru pelaksana program Guru pelaksana program menyatakan bahwa program yang dirancang dapat dipahami dengan mudah oleh mereka, namun diperlukan penataan seting penulisan/tata letak penulisan terutama tabel dan isi tabel. Dari sisi penggunaan bahasa, bahasanya dipahami dengan mudah. 5. Uji Kepraktisan Program oleh Guru Pelaksana Program a. Ditinjau dari segi efektivitas program dalam mencapai tujuan bimbingan kelompok dinyatakan oleh pelaksana program bahwa program efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. b. Ditinjau dari peluang terlaksananya program, para guru menyatakan bahwa peluang untuk terlaksananya program di sekolah cukup besar, karena pelaksanaan program dapat dilakukan tidak terikat oleh waktu. Program
dapat
dilaksanakan
secara
fleksibel
dengan
tidak
mengabaikan tujuan yang hendak dicapai. c. Ditinjau dari kesesuaian program dengan kebutuhan siswa, guru menyatakan bahwa program yang dilakukan sangat sesuai dengan kebutuhan para siswa di SD penyelenggara pendidikan inklusif, karena siswa pada umumnya banyak siswa yang mengalami hambatan dalam pengembangan keterampilan sosial dan ABK perlu didorong untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-temannya. ABK yang dapat diakomodasi dengan program ini diantaranya adalah anak
Dante Rigmalia, 2013 Program Bimbingan Kelompok Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
187
dengan hambatan pemusatan perhatian, anak dengan hambatan perkembangan, anak autis, dan berkesulitan belajar. 6. Ditinjau dari kompetensi pelaksana bimbingan, para guru berpendapat bahwa kompetensi mereka belum cukup memadai untuk melaksanakan program, mereka berpendapat diperlukan pelatihan yang intensif bagi mereka agar mereka bisa lebih mendalami program, sehingga dapat mengarahkan para siswa dengan lebih baik dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. 7. Ditinjau dari sisi kerjasama personil-personil terkait, para guru berpendapat bahwa ada beberapa kesulitan yang mereka hadapi terkait dengan kerja sama antar personil, di antaranya waktu pelaksanaan bimbingan kadang kala tidak sesuai dengan waktu yang direncanakan karena komunikasi yang kurang baik antar mereka. Para guru berpendapat bahwa materi permainan sebaiknya dilengkapi dengan panduan permainan yang disajikan langkah-demi langkah untuk memudahkan pembimbing melakukan bimbingan. 8. Gambaran aktual keterampilan sosial siswa di SD BPI secara umum berkriteria cukup. Artinya bahwa secara umum aspek perilaku terhadap lingkungan, perilaku terhadap orang lain, perilaku terhadap diri sendiri dan perilaku berhubungan dengan tugas masih belum optimal. Bahkan perilaku berhubungan dengan tugas memperoleh nilai terendah jika dibandingkan dengan ketiga variabel lainnya, dan perilaku terhadap diri sendiri merupakan yang tertinggi yang dicapai oleh siswa.
Dante Rigmalia, 2013 Program Bimbingan Kelompok Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
188
9. Gambaran aktual dari keterampilan sosial siswa di SDN Gegerkalong Girang secara umum berkriteria cukup. Faktanya bahwa keterampilan sosial siswa di SDN Gegerkalong Girang ini mencapai nilai terkecil jika dibandingkan dengan empat sekolah lainnya. Perilaku siswa terhadap lingkungan mencapai nilai terbesar dan nilai terkecil adalah pada aspek perilaku terhadap orang lain. 10. Gambaran aktual dari keterampilan sosial siswa di SDN Putraco berkriteria baik, hal ini berarti bahwa secara umum ketercapaian aspek perilaku terhadap lingkungan, perilaku terhadap orang lain, perilaku terhadap diri sendiri dan perilaku berhubungan dengan tugas pada umumnya sudah baik. Pada aspek perilaku terhadap diri sendiri merupakan perilaku terbaik yang dimiliki oleh siswa SDN Putraco dan terkecil adalah pada aspek perilaku terhadap lingkungan. 11. Gambaran aktual berdasarkan studi pendahuluan dari keterampilan sosial siswa di SDN Tunas harapan secara umum berkriteria cukup, hal ini berarti bahwa aspek perilaku terhadap lingkungan, perilaku terhadap orang lain, perilaku terhadap diri sendiri dan perilaku berhubungan dengan tugas umumnya masuk dalam kriteria cukup. Aspek perilaku terhadap orang lain merupakan aspek tertinggi yang dicapai siswa dan perilaku terhadap lingkungan serta perilaku yang berhubungan tugas merupakan aspek yang memperoleh nilai terkecil jika dibandingkan dengan tiga aspek lainnya. 12. Gambaran aktual berdasarkan studi pendahuluan dari keterampilan sosial siswa di SDN Sarijadi 4 umumnya berkriteria baik, hal ini berarti bahwa
Dante Rigmalia, 2013 Program Bimbingan Kelompok Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
189
pencapaian nilai pada aspek perilaku terhadap lingkungan, perilaku terhadap orang lain, perilaku terhadap diri sendiri dan perilaku berhubungan dengan tugas sudah optimal dimiliki oleh siswa SDN Sarijadi 4. Pada aspek perilaku terhadap diri sendiri ketercapaiannya lebih baik jika dibandingkan dengan ketiga aspek, dan perilaku yang berhubungan dengan tugas merupakan aspek yang memiliki nilai terkecil.
B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut kepada: 1. Kepala sekolah a. Keberadaan kepala sekolah sebagai pemimpin dan juga pemangku kebijakan di sekolah, khususnya sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sebaiknya memberikan perhatian pada program bimbingan kelompok di sekolahnya. Mengingat keberagaman kondisi dan kemampuan siswa baik secara fisik maupun psikologis sangat beragam maka pengembangan keterampilan sosial merupakan hal penting yang harus dikembangkan, agar semua siswa dapat berperilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan memahami dirinya masing-masing dengan baik. Berbagai kebijakan kepala sekolah terkait pengembangan keterampilan sosial siswa harus dijadikan salah satu prioritas dalam program
sekolah.
Urgensi
pengembangan
keterampilan
sosial
didasarkan pada hasil studi pendahuluan pada lima sekolah
Dante Rigmalia, 2013 Program Bimbingan Kelompok Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
190
penyelenggara inklusif yang secara umum masih belum optimal. b. Para kepala sekolah memfasilitasi para guru baik guru pada sekolah penyelenggara inklusif maupun sekolah lainnya dengan diberi pelatihan agar memiliki bekal kemampuan dan pemahaman mengenai bimbingan dan konseling khususnya pada
pemahaman melakukan
bimbingan kelompok untuk meningkatkan keterampilan sosial para siswanya. 2. Guru Berdasarkan hasil pembahasan hasil studi pendahuluan guru perlu meningkatkan keterampilan siswa melalui program bimbingan kelompok dengan permainan sehingga tingkat keterampilan sosial siswa dapat meningkat. a. Khusus untuk guru SD BPI sebaiknya lebih memberikan perhatian pada perilaku berhubungan dengan tugas, karena aspek ini tingkat ketercapaiannya paling rendah. b. Khusus untuk guru SDN Gegerkalong Girang dan SDN Putraco sebaiknya lebih memfokuskan pada aspek perilaku terhadap orang lain, hal ini dikarenakan pada keterampilan sosial siswa SDN Gegerkalong Girang dan SDN Putraco merupakan aspek yang perolehan nilainya terkecil dibandingkan dengan yang lain c. Khusus
untuk
guru
SDN
Tunas
Harapan
sebaiknya
lebih
memfokuskan pada aspek perilaku siswa terhadap lingkungan dan perilaku berhubungan dengan tugas, karena dua aspek ini ketercapaian
Dante Rigmalia, 2013 Program Bimbingan Kelompok Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
191
nilainya adalah paling kecil. d. Khusus untuk guru SDN Sarijadi 4 sebaiknya lebih memfokuskan pada aspek perilaku terhadap lingkungan karena aspek ini ketercapaian nilainya paling kecil jika dibandingkan dengan aspek lainnya. 3. Peneliti selanjutnya Dalam penelitian ini hanya lebih fokus pada keterampilan sosial siswa dan cara meningkatkan keterampilan sosial siswa salah satunya dengan
pengembangan
program
bimbingan
kelompok
melalui
permainan. Ada beberapa komponen-komponen yang belum diteliti yang mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa selain program bimbingan kelompok melalui permainan. Oleh karena itu peneliti menyarankan
kepada
peneliti
selanjutnya
untuk
meneliti
dan
mengembangkan: a.
Program bimbingan kelompok melalui “Permainan Sosial” di mana dalam permainan ini siswa terlibat dalam interaksi sosial dengan teman-teman sebaya mereka.
b.
Program bimbingan kelompok melalui “Symbolic Play”, di mana permainan ini mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan intelektual tingkat tinggi, belajar untuk memahami perasaan yang muncul saat mereka melakukan permainan, mereka pun belajar menunggu giliran, berbagi dan memahami apa yang dilakukan temannya serta memahami mengapa mereka melakukan sesuatu hal dalam permainan. Melalui permainan ini pula anak
Dante Rigmalia, 2013 Program Bimbingan Kelompok Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
192
belajar mengembangkan kemampuan lingustik mereka, kemampuan ini terkembangkan saat mereka menyampaikan ide, membuat pernyataan, memberikan alasan, atau berbagi pikiran dengan teman lainnya saat bermain bersama. 4. Peneliti sendiri melakukan sosialisasi dan diseminasi program lebih luas agar sekolah/para guru mengetahui,mengenal, dan memahami program bimbingan kelompok melalui permainan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa pada SD penyelenggara pendidikan inklusif.
Dante Rigmalia, 2013 Program Bimbingan Kelompok Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu