BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1.
Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi adalah sektor restoran dengan nilai 1,4094, kemudian sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,2881, dan sektor industri kerajinan sebesar 1,2403. Ketiga sektor dengan nilai tertinggi tersebut merupakan sektor-sektor yang erat kaitannya dengan kegiatan pariwisata di Sumatera Utara. Sektor yang memiliki koefisien keterkaitan ke depan (forward linkage) tertinggi adalah sektor industri barang-barang lainnya sebesar 1,7858, kemudian sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan sebesar 1,6586 dan sektor perdagangan sebesar 1,6399. Dilihat dari hasil keterkaitan, sektor-sektor yang terkait dengan pariwisata menunjukkan respon yang rendah terhadap permintaan perekonomian secara keseluruhan. Artinya sektor-sektor tersebut kurang merespon jika permintaan perekonomian mengalami perubahan.
2.
Dampak akibat aktivitas pariwisata dapat dilihat dari besarnya nilai pengganda output, income dan employment masing-masing sektor. a. Koefisien output multiplier tipe I tertinggi adalah sektor restoran sebesar 2,0731, artinya bahwa kenaikan permintaan akhir senilai Rp1 akan meningkatkan output sektor restoran sebesar Rp2,073. Kemudian sektor yang terkait dengan kegiatan pariwisata yang juga memiliki nilai koefisien
95
96
tertinggi adalah sektor industri kerajinan dengan nilai 1,8243. Jika dibandingkan dengan nilai output multiplier tipe II, maka sektor restoran tidak berada pada nilai tertinggi, melainkan sektor pemerintahan dan pertahanan dengan nilai 6,7412. Artinya bahwa kenaikan permintaan akhir pada sektor pemerintahan dan pertahanan sebesar Rp1 akan meningkatkan output sektor tersebut sebesar Rp6,741. Jika dilihat dari sektor yang terkait dengan kegiatan pariwisata, maka sektor restoran memiliki nilai tertinggi di antara sektor-sektor terkait lainnya dengan nilai 3,8942. Artinya kenaikan permintaan akhirnya sebesar Rp1 akan meningkatkan output sektor tersebut sebesar Rp3,894. b. Sektor makanan, minuman dan tembakau menjadi sektor dengan nilai pengganda pendapatan tipe I tertinggi yaitu sebesar 4,027, yang artinya kenaikan permintaan akhir sektor tersebut sebesar Rp1 akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja pada sektor tersebut sebesar Rp4,027. Berdasarkan sektor-sektor yang terkait pariwisata, maka sektor industri kerajinan memiliki angka tertinggi sebesar 3,005 dan sektor restoran sebesar 1,945. Dengan demikian permintaan akhir sektor industri kerajinan dan sektor restoran sebesar Rp1 akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja pada kedua sektor sebesar Rp3,005 dan Rp1,945. Untuk angka pengganda pendapatan tipe II sektor makanan, minuman dan tembakau tetap menjadi yang tertinggi dengan nilai 4,892. Sama halnya dengan household income multiplier tipe I, sektor industri kerajinan dan sektor restoran merupakan sektor dengan koefisien tertinggi
97
dari kelompok sektor pariwisata dengan nilai 2,650 dan 2,363 pada pengganda tipe II. c. Jika dilihat dari koefisien pengganda tenaga kerja Tipe I, maka sektor industri makanan, minuman dan tembakau memiliki angka tertinggi dibandingkan ke 22 sektor-sektor lainnya dengan nilai 10,137. Artinya sektor ini mampu menciptakan lapangan kerja untuk 10 orang pada seluruh sektor perekonomian jika output sektor tersebut meningkat sebesar Rp1 juta. Kemudian sektor yang tergolong industri pariwisata dengan nilai pengganda tenaga kerja tertinggi adalah sektor restoran dan angkutan jalan raya dengan nilai 3,083 dan 2,193. Tidak berbeda dengan nilai tipe I, pada angka pengganda tenaga kerja tipe II sektor restoran dan angkutan jalan raya masih memiliki koefisien pengganda tertinggi dibandingkan sektor yang tergolong industri pariwisata lainnya yaitu dengan nilai 3,829 dan 2,844. Artinya sektor restoran dan sektor jalan raya akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk 6 orang di seluruh sektor perekonomian jika terjadi kenaikan pada sektor tersebut sebesar Rp1 juta. 3.
Pengeluaran pemerintah bidang pariwisata memiliki dampak terhadap peningkatan output sebesar Rp291,71 milyar dari jumlah pengeluaran Rp107,38 milyar (Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata). Peningkatan ini didominasi kontribusi dari sektor bangunan melalui pemeliharaan bangunan bersejarah dan museum di Sumatera Utara, yaitu sebesar 9,38 persen. Peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp93,57 milyar, di mana sektor yang paling menunjukkan dampak tertinggi adalah sektor pemerintahan dan
98
pertahanan, yaitu sebesar 25,32 persen dari kenaikan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena alokasi anggaran didominasi kepada pengeluaran bidang administrasi pemerintahan. Kemudian jika ditinjau terhadap pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga
kerja,
pengeluaran pemerintah mampu
menciptakan penyerapan terhadap 14.377 orang dengan sumbangan tertinggi oleh sektor jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan, yaitu 21,55 persen. Berdasarkan belanja wisatawan, maka wisatawan nusantara memberikan dampak terbesar dibandingkan wisatawan mancanegara. Keseluruhan penciptaan output sebesar Rp6,132 triliun, di mana kontribusi wisatawan nusantara sebesar 70,77 persen dan didominasi oleh sektor angkutan jalan raya. Pada peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp1,259 triliun, di mana kontributor terbesar berasal dari sektor perhotelan dan angkutan jalan raya. Pada penciptaan kesempatan kerja, pengaruh belanja wisatawan mampu menciptakan 232.486 lapangan pekerjaan, dengan sektor jasa-jasa lainnya dan sektor perhotelan memberikan pengaruh terbesar. 4.
Berdasarkan strategi perencanaan pembangunan dengan melakukan injeksi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 20 persen dan simulasi peningkatan belanja wisatawan sebesar 15 persen dan kemungkinan terjadinya penurunan belanja wisatawan sebesar 10 persen, menunjukkan: a.
Hasil simulasi dengan asumsi nilai pengeluaran pemerintah tetap, tetapi hanya alokasi tiap sektor diubah, maka yang paling tinggi untuk meningkatkan output, meningkatkan pendapatan rumah tangga dan menambah tenaga kerja adalah dengan kenaikan pengeluaran pemerintah
99
untuk sektor pemerintahan dan pertahanan sebesar 20 persen. Tercipta peningkatan output naik sebesar Rp5,38 milyar, peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp4,3 milyar dan terhadap kesempatan kerja memberikan peluang penyerapan terhadap 397 orang dari kondisi awal akibat pengaruh pengeluaran pemerintah. Tetapi, peningkatan ini bukan menjadi solusi yang paling baik untuk meningkatkan perekonomian. Perlu kebijaksanaan pemerintah untuk memprioritaskan program dan anggaran yang langsung menyentuh masyarakat dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat, seperti peningkatan pendidikan masyarakat akan pentingnya kepariwisataan dan meningkatkan hiburan, rekreasi dan kebudayaan, atau dengan meningkatkan peran komunikasi dengan pemasaran yang lebih baik, sehingga wisatawan akan semakin tertarik untuk berwisata di Sumatera Utara. b.
Jika dilihat dari simulasi yang dilakukan terhadap belanja wisatawan, pada prediksi kenaikan belanja sebesar 15 persen, maka belanja tersebut dapat memberikan dampak terhadap output sebesar Rp6,27 triliun dan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp1,448 triliun, di mana kenaikan tersebut meningkat 4 persen, serta meningkatkan kesempatan kerja menjadi 262.947 orang. Selanjutnya berdasarkan hasil simulasi menunjukkan jika terjadi penurunan belanja wisatawan sebesar 10 persen, maka akan berpengaruh negatif terhadap output perekonomian yang turun sebesar Rp545,549 milyar, terhadap pendapatan rumah tangga yaitu turun
100
sebesar Rp125,964 milyar atau turun 0,35 persen, dan mengurangi daya serap tenaga kerja sebesar 6.490 orang.
4.2 Saran Berdasarkan pembahasan pada kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1.
Peningkatan pertumbuhan daerah dengan dominasi pertanian di Sumatera Utara seperti yang terangkum pada RPJMD Provinsi Sumatera Utara melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penurunan angka pengangguran, dapat disinkronisasikan dengan memperhatikan perkembangan industri pariwisata pada daerah yang dimaksud. Hal ini dapat dilakukan dengan pengalokasian dana pada rencana strategis kepada kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan pengolahan destinasi pariwisata kepada masyarakat setempat. Selain pertanian, industri pariwisata juga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, sehingga pemerintah perlu mengalokasikan anggaran pada pemeliharaan bangunan-bangunan bersejarah dan peningkatan kualitas daerah tujuan wisata, serta semakin menggalakkan pemasaran daerah-daerah yang berkompeten dalam industri pariwisata dan meningkatkan hiburan dan atraksi kebudayaan setempat.
2.
Jika tujuan pembangunan pariwisata yang ingin dicapai adalah penciptaan output perekonomian, peningkatan pendapatan rumah tangga dan penciptaan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara, maka pemerintah perlu mengarahkan perhatiannya pada pengembangan sektor restoran dan perhotelan. Alokasi
101
anggaran bidang pariwisata pada sektor jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan perlu ditingkatkan untuk menarik minat wisatawan, sehingga wisatawan dapat meningkatakan pengeluarannnya untuk belanja akomodasi dan makan dan minum. 3.
Pelaksanaan program-program unggulan bidang pariwisata di Sumatera Utara harus lebih meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatankegiatan pengembangan pariwisata, terutama untuk daerah dengan potensi tujuan wisata tinggi, tapi kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Selain itu perlu adanya sinergi kebijakan antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam hal kebijakan kebudayaan dan pariwisata dengan meningkatkan koordinasi antarpelaku pembangunan seperti meningkatkan kerjasama kemitraan pemerintah dan swasta, menjamin keterikatan dan konsistensi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan penganggaran, serta meningkatkan peran aktif masyarakat.
4.
Pemerintah daerah perlu memperhatikan survei kunjungan wisatawan terutama wisatawan nusantara, karena dampak pengganda terbesar berasal dari belanja wisatawan nusantara. Dampak yang dihasilkan dari kunjungan wisatawan nusantara sendiri, sebagian besar berasal dari sektor angkutan darat yang dipergunakan oleh wisatawan. Untuk itu, pemerintah perlu memperhatikan dan meningkatkan kualitas infrastruktur di Sumatera Utara, dengan menjamin kenyamanan wisatawan selama melakukan perjalanan. Kenyamanan menjadi salah satu faktor penarik kunjungan wisatawan.
102
5.
Penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pariwisata di Sumatera Utara dengan menggunakan model Input Output dapat dilakukan untuk melihat dampak dari komponen-komponen permintaan akhir lainnya, seperti untuk melihat peran dari swasta melalui investasi terhadap pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja. Dengan keterbatasan penelitian ini yang hanya mencakup pengeluaran pemerintah bidang pariwisata, penelitian selanjutnya disarankan dapat mencakup seluruh pengeluaran pemerintah dalam semua bidang, sehingga dampak yang dicapai lebih spesifik dan lebih baik.