BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian PS PADMA berdiri pada tanggal 20 Juni 1982 yang beralamat di Jl. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di Lapangan Klebengan Sleman, Yogyakarta. PS PADMA masuk dalam anggota PSS pada tanggal 16 Oktober 1982 dengan mengikuti kompetisi awal di divisi II Sleman, hanya dalam 2 tahun PS PADMA dapat naik tahta hingga ke divisi utama Sleman dengan prestasi yang membanggakan. Pada tahun 1983 PS PADMA masuk ke divisi I dan pada tahun 1984-1985 PS PADMA masuk dalam 4 besar pada divisi I sehingga otomatis dapat naik ke level tertinggi di Sleman yaitu divisi utama. Prestasi yang diraih oleh PS PADMA yaitu pada tahun 1985 dengan menjuarai Dagaran Cup dan pada 1986-1990 selalu mendapat tempat di 4 besar divisi utama, tetapi setelah berjalannya waktu dan bergantinya para pemain PS PADMA prestasi turun sehingga pada tahun 1995-2000 turun level ke divisi I Sleman dan pada tahun 2000-sekarang PS PADMA turun ke divisi II Sleman, tahun ini PS PADMA berteket dapat menaikkan level di divisi I dan divisi utama Sleman. B. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk (1) membuktikan latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola, (2) membuktikan latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola, (3) 49
50
membuktikan metode latihan yang lebih efektif dari kedua metode di atas dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan data pre-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum sampel diberikan treatment dan data post-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test setelah sampel diberikan treatment dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki dan dua kaki. 1. Pliometrik Dengan Tumpuan Satu Kaki a. Data Pretest Dalam penelitian ini data pretest diperoleh dari hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment sebanyak 12 responden. Berdasarkan data hasil pretest diperoleh nilai terendah sebesar 2,56; nilai tertinggi sebesar 2,81; median sebesar 2,58; modus sebesar 2,56; mean sebesar 2,61 dan standar deviasi sebesar 0,077. Dari data tersebut akan dibuat tabel distribusi frekuensi. Sugiyono (2005:29) mengatakan bahwa tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan menggunakan rumus H.A Sturgees dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus yaitu jumlah kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau responden. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 12 sehingga diperoleh banyak kelas 1 + 3.3 log 12 = 4,5 dibulatkan menjadi 5. Rentang data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga
51
diperoleh rentang data sebesar 2,81-2,56 = 0,25. Sedangkan panjang kelas (rentang)/K = (0,25)/5 = 0,05. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Pretest No. Interval f % 1 3,16-3,21 0 0,0% 2 3,01-3,06 0 0,0% 3 2,86-2,91 1 8,3% 4 2,71-2,76 3 25,0% 5 2,56-2,61 8 66,7% 12 100,0% Jumlah Sumber: Data Primer, 2015 Berdasarkan distribusi frekuensi pretest hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut. Pretest 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8
3 1 0
0
2,56-2,61 2,71-2,76 2,86-2,91 3,01-3,06 3,16-3,21
Gambar 6. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Pretest Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, mayoritas frekuensi pretest hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment
terletak pada interval 2,56-2,61
sebanyak 8 responden (66,7%) dan paling sedikit terletak pada interval 2,86-2,91 sebanyak 1 responden (8,3%).
52
Pengkategorian data pretest hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan
vertical
jump
test
sebelum
diberikan
treatment
berdasarkan pada nilai mean dan standar deviasi menggunakan rumus dari Azwar (2011:109) yaitu sebagai berikut. Tingi
: X ≥ M + SD
Sedang
: M – SD ≤ X < M + SD
Rendah
: X< M – SD
Keterangan: : skor hasil pretest
X M
: mean
SD
: standar deviasi Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus di atas,
diketahui bahwa mean (M) sebesar 2,618 dan standar deviasi (SD) sebesar 0,077. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Kategori Pre-test No.
Interval Kategori
Frekuensi
1 2 3
≥ 2,69 2,54 ≤ X < 2,69 < 2,54 Jumlah
3 9 0 12
Persentase (%) 25,00 75,00 0,00 100,00
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:
53
Pretest 10
9
Frekuensi
8 6 4
3
2 0 0 Rendah
Sedang
Tinggi
Kategori
Gambar 7. Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Pretest Berdasarkan tabel dan gambar di atas, menunjukkan bahwa pre-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment berada pada kategori tinggi sebanyak 3 responden (25,00%), kategori sedang sebanyak 9 responden (75,00%), dan tidak ada yang berada pada kategori rendah (0,00%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pre-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment berada dalam kategori sedang (75,00%). b. Data Posttest Dalam penelitian ini data posttest diperoleh dari hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test setelah sampel diberikan treatment dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki sebanyak 12 responden. Berdasarkan data hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki, diperoleh nilai terendah sebesar
54
2,70; nilai tertinggi sebesar 2,91; median sebesar 2,88; modus sebesar 2,91; mean sebesar 2,85 dan standar deviasi sebesar 0,069. Dari data tersebut akan dibuat tabel distribusi frekuensi. Sugiyono (2005:29) mengatakan bahwa tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan menggunakan rumus H.A Sturgees dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus yaitu jumlah kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau responden. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 12 sehingga diperoleh banyak kelas 1 + 3.3 log 12 = 4,5 dibulatkan menjadi 5. Rentang data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga diperoleh rentang data sebesar 2,91 – 2,70 = 0,21. Sedangkan panjang kelas (rentang)/K = (0,021)/5 = 0,04. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Posttest No. Interval 1 3,26-3,30 2 3,12-3,16 3 2,98-3,02 4 2,84-2,88 5 2,70-2,74 Jumlah Sumber: Data Primer, 2015
f 0 0 6 5 1 12
% 0,0% 0,0% 50,0% 41,7% 8,3% 100,0%
Berdasarkan distribusi frekuensi hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut.
55
Postest 7
6
6
5
5 4 3 2
1
1
0
0
0 2,7-2,74 2,84-2,88 2,98-3,02 3,12-3,16 3,26-3,3
Gambar 8. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Posttest Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, mayoritas frekuensi hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki terletak pada interval 2,98-3,02 sebanyak 6 responden (50,0%) dan paling sedikit terletak pada interval 2,7-2,74 sebanyak 1 responden (8,3%). Pengkategorian data hasil postest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki berdasarkan pada nilai mean dan standar deviasi menggunakan rumus dari Azwar (2011: 109) yaitu sebagai berikut. Tingi
: X ≥ M + SD
Sedang
: M – SD ≤ X < M + SD
Rendah
: X< M – SD
Keterangan: X M SD
: skor hasil postest : mean : standar deviasi
56
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus di atas, diketahui bahwa mean (M) sebesar 2,85 dan standar deviasi (SD) sebesar 0,069. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori sebagai berikut. Tabel 4. Hasil Uji Kategori Postest No.
Interval Kategori
Frekuensi
1 2 3
≥ 2,92 2,78 ≤ X < 2,92 < 2,78 Jumlah
0 9 3 12
Persentase (%) 0,00 75,00 25,00 100,00
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:
Frekuensi
Postest 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9
3
0 Rendah
Sedang
Tinggi
Kategori
Gambar 9. Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Posttest Berdasarkan tabel dan gambar di atas, menunjukkan bahwa hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki tidak ada yang berada pada kategori tinggi (0,0%), berada pada kategori sedang sebanyak 9 responden (75,00%), dan berada pada kategori
57
rendah sebanyak 3 responden (25,00%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki berada dalam kategori sedang (75,00%). 2. Pliometrik Dengan Tumpuan Dua Kaki a. Data Pretest Dalam penelitian ini data pretest diperoleh dari hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment sebanyak 12 responden. Berdasarkan data hasil pretest diperoleh nilai terendah sebesar 2,53; nilai tertinggi sebesar 2,78; median sebesar 2,58; modus sebesar 2,53; mean sebesar 2,61 dan standar deviasi sebesar 0,078. Dari data tersebut akan dibuat tabel distribusi frekuensi. Sugiyono (2005:29) mengatakan bahwa tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan menggunakan rumus H.A Sturgees dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus yaitu jumlah kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau responden. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 12 sehingga diperoleh banyak kelas 1 + 3.3 log 12 = 4,5 dibulatkan menjadi 5. Rentang data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga diperoleh rentang data sebesar 2,78-2,53 = 0,25. Sedangkan panjang kelas (rentang)/K = (0,25)/5 = 0,05.
58
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Pretest No. Interval 3,13-3,18 1 2,98-3,03 2 2,83-2,88 3 2,68-2,73 4 2,53-2,58 5 Jumlah Sumber: Data Primer, 2015
f 0 0 2 4 6 12
% 0,0% 0,0% 16,7% 33,3% 50,0% 100,0%
Berdasarkan distribusi frekuensi pretest hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut. Pretest 8 7 6 5 4 3 2 1 0
6 4 2 0
0
2,53-2,58 2,68-2,73 2,83-2,88 2,98-3,03 3,13-3,18
Gambar 6. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Pretest Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, mayoritas frekuensi pretest hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment
terletak pada interval 2,53-2,58
sebanyak 6 responden (50,0%) dan paling sedikit terletak pada interval 2,83-2,88 sebanyak 2 responden (16,7%). Pengkategorian data pretest hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan
vertical
jump
test
sebelum
diberikan
treatment
59
berdasarkan pada nilai mean dan standar deviasi menggunakan rumus dari Azwar (2011:109) yaitu sebagai berikut. Tingi
: X ≥ M + SD
Sedang
: M – SD ≤ X < M + SD
Rendah
: X< M – SD
Keterangan: : skor hasil pretest
X M
: mean
SD
: standar deviasi Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus di atas,
diketahui bahwa mean (M) sebesar 2,61 dan standar deviasi (SD) sebesar 0,078. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Kategori Pre-test No.
Interval Kategori
Frekuensi
1 2 3
≥ 2,69 2,53 ≤ X < 2,69 < 2,53 Jumlah
2 10 0 12
Persentase (%) 16,67 83,33 0,00 100,00
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:
60
Pretest 12
10
Frekuensi
10 8 6 4 2
2 0
0 Rendah
Sedang
Tinggi
Kategori
Gambar 7. Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Pretest Berdasarkan tabel dan gambar di atas, menunjukkan bahwa pre-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment berada pada kategori tinggi sebanyak 2 responden (16,67%), kategori sedang sebanyak 10 responden (83,33%), dan tidak ada yang berada pada kategori rendah (0,00%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pre-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment berada dalam kategori sedang (83,33%). b. Data Posttest Dalam penelitian ini data posttest diperoleh dari hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test setelah sampel diberikan treatment dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki sebanyak 12 responden. Berdasarkan data hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki, diperoleh nilai terendah sebesar 2,57; nilai tertinggi sebesar 2,89; median sebesar 2,77; modus sebesar
61
2,77; mean sebesar 2,74 dan standar deviasi sebesar 0,086. Dari data tersebut akan dibuat tabel distribusi frekuensi. Sugiyono (2005:29) mengatakan bahwa tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan menggunakan rumus H.A Sturgees dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus yaitu jumlah kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau responden. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 12 sehingga diperoleh banyak kelas 1 + 3.3 log 12 = 4,5 dibulatkan menjadi 5. Rentang data dihitung dengan rumus nilai maksimal-nilai minimal, sehingga diperoleh rentang data sebesar 2,89 – 2,57 = 0,32. Sedangkan panjang kelas (rentang)/K = (0,032)/5 = 0,06. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Posttest No. Interval 3,21-3,27 1 3,05-3,11 2 2,89-2,95 3 2,73-2,79 4 2,57-2,63 5 Jumlah Sumber: Data Primer, 2015
f 0 0 2 9 1 12
% 0,0% 0,0% 16,7% 75,0% 8,3% 100,0%
Berdasarkan distribusi frekuensi hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut.
62
Postest 9
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
2 1 0
0
2,57-2,63 2,73-2,79 2,89-2,95 3,05-3,11 3,21-3,27
Gambar 8. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Posttest Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, mayoritas frekuensi hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki terletak pada interval 2,73-2,79 sebanyak 9 responden (75,0%) dan paling sedikit terletak pada interval 2,57-2,63 sebanyak 1 responden (8,3%). Pengkategorian data hasil postest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki berdasarkan pada nilai mean dan standar deviasi menggunakan rumus dari Azwar (2011: 109) yaitu sebagai berikut. Tingi
: X ≥ M + SD
Sedang
: M – SD ≤ X < M + SD
Rendah
: X< M – SD
Keterangan: X M SD
: skor hasil postest : mean : standar deviasi
63
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus di atas, diketahui bahwa mean (M) sebesar 2,74 dan standar deviasi (SD) sebesar 0,086. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori sebagai berikut. Tabel 4. Hasil Uji Kategori Postest No.
Interval Kategori
Frekuensi
1 2 3
≥ 2,82 2,65 ≤ X < 2,82 < 2,65 Jumlah
2 9 1 12
Persentase (%) 16,67 75,00 8,33 100,00
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:
Frekuensi
Postest 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9
2 1 Rendah
Sedang
Tinggi
Kategori
Gambar 9. Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Posttest Berdasarkan tabel dan gambar di atas, menunjukkan bahwa hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki berada pada kategori tinggi sebanyak 2 responden (16,7%), berada pada kategori sedang sebanyak 9 responden (75,00%), dan berada pada kategori rendah sebanyak 1 responden (8,3%). Dengan demikian
64
dapat disimpulkan bahwa kecenderungan hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki berada dalam kategori sedang (75,00%). 3. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Uji prasyarat dilakukan sebelum melakukan analisis data. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas dan uji homogenitas variansi. Berikut ini adalah hasil dari uji normalitas dan uji homogenitas variansi. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data pada uji normalitas diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Uji normalitas dilakukan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows 13.00 dengan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Zhitung lebih kecil dari Ztabel (1,96) atau signifikansi lebih besar dari 0,05 (P>0,05). Berikut adalah hasil uji normalitas data hasil pretest dan posttest dalam penelitian ini. Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Variabel Tumpuan Pretest Satu Kaki Posttest Tumpuan Pretest Dua Kaki Posttest
Zhitung 0,934 0,824 0,881 0,722
P (Sig.) 0,347 0,506 0,420 0,674
Ket Normal Normal Normal Normal
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai Zhitung lebih kecil dari Ztabel (1,96) dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau (p>0,05); sehingga dapat
65
disimpulkan bahwa data penelitian pada pre-test menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment dan data post-test menggunakan vertical jump test setelah diberikan treatment dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki dan dua kaki berdistribusi normal. Secara lengkap perhitungan dapat dilihat pada lampiran uji normalitas. b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi berasal dari variansi yang sama dan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Dalam penelitian ini, tes statistik yang digunakan adalah Uji F. Uji F adalah tes yang dilakukan dengan membandingkan varian terbesar dan varian terkecil. Syarat agar variansi bersifat homogen apabila nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel pada signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil perhitungan uji homogenitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows 13.0 menunjukan bahwa Fh
Db
Fh
Ft
P(Sig.)
Ket. Homogen
Tumpuan Satu Kaki
Pretest_ Posttest
1:22
0,128
4,301
0,724
Tumpuan Dua Kaki
Pretest_ Posttest
1:22
0,269
4,301
0,609
Homogen
66
Dari data di atas menunjukkan bahwa untuk data pre-test dan posttest diketahui nilai Fhitung (Fh) lebih kecil dari Ftabel (Ft) dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05), artinya data pre- dan post-test kedua kelompok tersebut bersifat homogen, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan Uji-t. c. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu: (1) ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman, (2) ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman, (3) metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki lebih berpengaruh dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola dari pada metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki di PS PADMA Sleman. Untuk pengujian hipotesis, langkah yang dilakukan adalah menganalisis hasil uji-t. Kriteria hipotesis akan diterima apabila harga harga thitung lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi 5%, dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. 1) Hipotesis I Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini berbunyi “ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman“. Berikut hasil pengujian hipotesis pertama.
67
Tabel 7. Hasil Uji Paired Test (Uji T) Pliometrik Dengan Tumpuan Satu Kaki Kelompok
Mean
Pretest
2,617
Posttest
2,852
thitung
ttabel
Sig.
7,903
2,201
0,000
Keterangan Thitung>ttabel (signifikan)
Dari tabel di atas, hasil analisis data diketahui bahwa nilai thitung sebesar 7,903 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kemudian nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5%, sehingga diperoleh ttabel sebesar 2,201. Hal ini menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (7,903>2,201). Apabila dibandingkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000<0,05), maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima. Artinya, ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman. 2) Hipotesis II Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini berbunyi “ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman“. Berikut hasil pengujian hipotesis pertama.
Tabel 7. Hasil Uji Paired Test (Uji T) Pliometrik Dengan Tumpuan Dua Kaki Kelompok
Mean
Pretest
2,610
Posttest
2,742
thitung
ttabel
Sig.
5,411
2,201
0,000
Keterangan Thitung>ttabel (signifikan)
68
Dari tabel di atas, hasil analisis data diketahui bahwa nilai thitung sebesar 5,411 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kemudian nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5%, sehingga diperoleh ttabel sebesar 2,201. Hal ini menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (5,411>2,201). Apabila dibandingkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000<0,05), maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima. Artinya, ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman. 3) Hipotesis III Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini berbunyi “metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki lebih berpengaruh
dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola dari pada metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki di PS PADMA Sleman“. Selanjutnya, untuk melihat keefektifan metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki dan dua kaki ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata dibawah ini. Tabel 7. Keefektifan Metode Latihan Pliometrik Tumpuan Satu Kaki Dan Dua Kaki Kelompok
Mean Pretest
2,617
Posttest
2,852
Pretest
2,610
Posttest
2,742
Tumpuan Satu Kaki
Gain Score 0,235
Tumpuan Dua Kaki
0,132
69
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai gain score pada pliometrik tumpuan satu kaki sebesar 0,235 dan nilai gain score pada pliometrik tumpuan dua kaki sebesar 0,132. Artinya, metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki lebih efektif dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola dari pada metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki di PS PADMA Sleman ditunjukkan dari nilai gain score pada pliometrik tumpuan satu kaki lebih besar dibanding nilai gain score pada pliometrik tumpuan dua kaki (0,235>0,132). Maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima, artinya metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki lebih efektif dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola dibanding metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki di PS PADMA Sleman. C. Pembahasan 1. Latihan Pliometrik Dengan Tumpuan Satu Kaki Berpengaruh Terhadap Peningkatan Power Tungkai Atlet Sepakbola Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (7,903>2,201), dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Latihan pliometrik adalah suatu latihan yang favorit di gunakan oleh pelatih pada saat ini, terutama pada cabang olahraga yang membutuhkan
70
kemampuan daya ledak otot tungkai atau lengan. Latihan pliometrik adalah latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Latihan ini memerlukan beban lebih untuk pinggul, tungkai, dan punggung bagian bawah, dan juga melibatkan otototot yang menyeimbangkan lutut dan ankle. Metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki Saat melakukan salah satu kaki membentuk sudut 90 derajat, kemudian lompat setinggi mungkin dan mendarat dengan kaki yang sama. Usahakan agar kaki penyeimbang tidak menyentuh tanah. Mendaratlah dengan salah satu kaki sebagai penyangga badan dan kemudian lompat lagi dengan posisi semula. Apabila latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki dapat dilakukan dengan baik maka dapat membantu para pembina, pelatih, dan guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan konseptual serta keterampilan dalam membantu mengungkap potensi olahragawan dalam mencapai puncak prestasi serta dapat meningkatkan power tungkai atlet sepakbola. Sepakbola
merupakan
salah
satu
olahraga
yang
dominan
menggunakan kaki dalam permainannya. Salah satu teknik dasar dalam permainan sepakbola adalah shooting. Shooting merupakan usaha dari seorang pemain untuk menendang bola sekeras dan seakurat mungkin untuk memasukkan bola kegawang lawan. Untuk memiliki kemampuan shooting yang baik, pemain sepakbola harus memiliki power otot tungkai yang kuat. Oleh karena itu latihan power menjadi salah satu menu latihan yang tidak boleh diabaikan oleh pelatih sepakbola. Banyak metode-metode latihan
71
untuk meningkatkan power otot tungkai, maka harus lebih cermat dan tepat dalam memilih metode latihan mana yang baik dan efektif untuk meningkatkan power otot tungkai atlet. 2. Latihan Pliometrik Dengan Tumpuan Dua Kaki Berpengaruh Terhadap Peningkatan Power Tungkai Atlet Sepakbola Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (5,411>2,201), dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki adalah suatu gerakan lompat tegak ke depan dengan kedua lutut dilipat. Pastikan kedua lutut mendekati dada. Tolakan dengan kedua kaki dan mendarat juga dengan kedua kaki, begitu kaki menyentuh tanah secepatnya meloncat lagi. Latihan ini mengembangkan kecepatan dan power untuk otot-otot tungkai dan pinggul, khususnya kerja otot-otot gluteal, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemius dengan kecepatan yang tinggi dan penuh tenaga, latihan ini bermanfaat untuk mengembangkan kecepatan dan daya ledak yang diperlakukan pada saat lari. Power merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan, merupakan dasar dalam setiap melakukan bentuk aktifitas. Power juga sering diartikan sebagai daya ledak yang mempunyai makna kempuan untuk mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu relatif singkat. Latihan merupakan proses yang sistematis untuk meningkatkan kualitas fisik dan
72
bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu metode latihan menjadi sangatlah penting bagi seorang pelatih. Latihan menjadi sangat efektif jika dilakukan dengan program yang baik dan disesuaikan dengan sumber energi dominan yang terdapat dalam cabang olahraga tertentu. 3. Metode Latihan Pliometrik Tumpuan Satu Kaki Lebih Berpengaruh Dalam Meningkatkan Power Otot Tungkai Atlet Sepakbola Dari Pada Metode Latihan Pliometrik Dengan Tumpuan Dua Kaki Di PS PADMA Sleman Hasil analisis data diketahui bahwa nilai metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki lebih efektif dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola dibanding metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki di PS PADMA Sleman. Hal ini ditunjukkan dari nilai gain score pada pliometrik tumpuan satu kaki sebesar 0,235 lebih besar dari pada nilai gain score pada pliometrik tumpuan dua kaki sebesar 0,132 atau (0,235>0,132). Artinya, tumpuan satu kaki dianggap lebih fokus pada kaki yang ditumpu jadi dapat menghasilkan kekuatan yang maksimal dibandingkan kekuatan dari tumpuan dua kaki yang mendapatkan bantuan dari kaki kanan dan kaki kiri. Gerakan pliometrik lebih banyak menggunakan kontraksi esentrik dan konsentrik dibanding dengan isometrik. Kontraksi esentrik adalah tindakan melepas dimana otot mengembang dan dicirikan dengan jenis negatif. Kontraksi konsentrik adalah tindakan yang berganti-ganti dimana oto-otot memendek dengan cara yang positif. Kosentrik isometrik adalah gerakan meregang dengan meniadakan panjang otot. Latihan pliometrik akan efektif
73
apabila pelatih dapat menyusun periodisasi latihan yang tepat. Di sini pelatih perlu memandu antara frekuensi, volume, intensitas beserta pengembangannya. Perpaduan tepat dengan program latihan akan menghasilkan penampilan maksimal. Dengan porsi yang tepat, pliometrik efektif sebagai physical maintenance dalam kompetisi. Pliometrik adalah salah satu metode untuk mengembangkan eksplosif power, yang merupakan komponen penting dalam pencapaian prestasi sebagian besar atlet. Prinsip metode latihan pliometrik adalah otot selalu berkontraksi baik pada saat memanjang (eccentric) maupun memendek (concentric) latihan pliometrik bermanfaat untuk meningkatkan reaksi syaraf
otot,
keeksplosifan,
kecepatan
dan
kemampuan
untuk
membangkitkan gaya (tenaga) ke arah tertentu. Latihan pliometrik akan mendapatkan hasil yang baik jika dilakukan dengan sempurna dan intensitas tinggi. Pada dasarnya latihan yang dilakukan pada setiap cabang olahraga harus mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Proses latihan yang menyimpang sering kali mengakibatkan kerugian bagi atlet maupun pelatih. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis olahragawan, dengan memahami prinsip-prinsip latihan akan mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas latihan.