49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo dengan lokus Kantor Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Jalan Trans Bongo Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Kelancaran pembinaan generasi penerus mulai dari usia 5 tahunan, pra remaja, remaja, muda-mudi dan dewasa pra nikah, adalah tanggung jawab semua pihak. Dewasa ini ada kiat untuk mempercepat proses pembinaan tersebut yaitu dengan membentuk team Pengggerak Pembina Generus (PPG) untuk mengurusi dan mengontrol serta mengevaluasi kegiatan-kegiatan generasi penerus di Kecamatan Wonosari. Team Penggerak Pembina Generus (PPG) Kecamatan Wonosari dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Provinsi Gorontalo Nomor 02/DPD-LDII/GTLO/2010 tanggal 10 Januari 2010. Arah pembentukan Team Penggerak Pembina Generus (PPG) Kecamatan Wonosari yaitu membangun aqidah umat dengan ilmu dan hikmah, berakhlakul karimah dan mandiri serta menjadikan generasi penerus LDII bertaqwa dan faham agama dengan semboyan kecil terbina, remaja terjaga, muda berkarya, hidup sederhana, keluarga sejahtera, tua kaya ilmu, jadilah generasi penerus yang cerdas dan faham. B. Deskripsi Hasil Penelitian
50
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menemukan gambaran pemberdayaan pemuda melalui Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberdayaan pemuda melalui Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) di Kecamatan Wonosari. Terkait dengan pemberdayaan pemuda, Yusuf Danial, S.Pd menyebutkan sebagai berikut: ”Makna pemberdayaan pemuda melalui Program Pembinaan Gegerasi Penerus (PPG) memang pada hakikatnya dapat dilihat secara aktual pada program pendidikan dan pelatihan melalui kursus, program pengembangan keterampilan (life skill), program keolahragaan dan program kajian keagamaan. Secara integratif, program-program ini teraktualisasikan dalam pelaksanaan kursus menjahit bagi wanita di Lembaga Kursus dan Pelatihan Menjahit Andri yang dipimpin oleh Trifandi Lasalewo, ST, MT. Sedangkan bagi pria melalui kursus mengemudi mobil di Lembaga Kursus Mengemudi Handayani dan training administrasi di Hypermart Gorontalo dan Pabrik Gula Tolangohula, training kelistrikan di Pusat Listik Negara Provinsi Gorontalo. Dalam upaya mengembangkan keterampilan, maka bagi remaja diberikan pelatihan pembuatan batako serta tata kelola wirausaha batako, juga melakukan perjalanan anjang sana ke tempat produksi kapur di Kelurahan Buliide dan tempat produksi tahu di Jalan Akper Kelurahan Moodu.” (Wawancara tanggal 18 April 2012). Lebih lanjut Yusuf Danial, S.Pd memberikan penjelasan berikut. “Dalam bidang keolahragaan termanifesitasikan dalam latihan dan pertandingan sepak bola setiap hari minggu jam enam sampai jam sembilan pagi, pertandingan sepak takraw pada jam empat sampai jam lima sore dan pertandingan bulu tangkis pada malam hari jam delapan sampai jam sepuluh malam. Sementara itu dalam bidang keagamaan terwujud dalam pelaksanaan pengajian muda-mudi pada hari senin, rabu dan sabtu jam setengah delapan malam sampai dengan jam sembilan malam. Disamping itu adanya latihan pencak silat setiap malam selasa selesai sholat isa.” (Wawancara tanggal 18 April 2012). Ketika diminta pandangannya tentang manfaat atau kegunaan kursus yang telah dilaksanakan, Yusuf Danial, S.Pd menyatakan sebagai berikut:
51
“Target yang ingin dicapai belum memenuhi harapan terutama dalam aspek kemandirian pemuda atau remaja yang telah mengikuti kursus untuk membuka usaha baru. Sebagai contoh yaitu ibu Ranti yang telah mengikuti kursus menjahit tetapi belum berani untuk membuka usaha menjahit sendiri. Kendala ini bukan berada pada keterampilan yang dimiliki oleh peserta kursus, melainkan pada modal mesin jahit dan benang yang belum mampu disediakan secara mandiri oleh peserta kursus. Capaian target dari training kelistrikan sampai pada kemampuan para peserta untuk memperbaiki instalasi dirumah penduduk. Sedangkan capain target training ke Hypermart hanya berada pada ranah pengetahuan peserta dalam pelayanan marketing. Capaian-capaian tersebut dinilai belum optimal mengingat target akhirnya yaitu adanya kemampuan peserta untuk membuka usaha penjahitan maupun toko/warung sendiri. Sejauh ini lanjut Yusuf Danial, S.Pd bahwa program kursus atau training dapat dinilai berhasil dilaksanakan karena peserta kursus mengikuti pelatihan yang diprogramkan sampai tuntas sesuai waktu yang diprogramkan oleh penyelenggara kursus.” (Wawancara tanggal 18 April 2012).
Dalam hal dana, Yusuf Danial, S.Pd mengemukakan sebagai berikut: “Bantuan dana untuk operasionalisasi kegiatan dan dukungan sumber daya lain seperti sarana dan prasarana untuk mendukung program kursus belum sesuai dengan harapan. Dana pendukung kursus selama ini semata-mata berasal dari swadaya peserta kursus, misalnya untuk membeli bahan menjahit dan biaya ke tempat kursus ditanggung oleh peserta kursus sedangkan peralatan memang sudah disediakan oleh pihak penyelenggara kursus. Dewan PPG mendukung dari segi rekomendasi untuk mengikuti kursus.” (Wawancara tanggal 18 April 2012).
Selanjutnya,
Yusuf
Danial,
S.Pd
menanggapi
bahwa
kegunaan
keterampilan wirausaha batako dapat dilihat dari tumpukan batako sebanyak empat ribu biji di halaman Masjid Almansurrin Kecamatan Wonosari. Batakobatako tersebut adalah hasil produksi dari para remaja masjid atau pemuda Masjid Almansurrin Kecamatan Wonosari yang dibina melalui PPG. Sedangkan kegunaan anjang sana ke tempat produksi baru sampai pada tataran adanya tambahan pengetahuan para pemuda dan belum sampai pada taraf produksi sendiri kapur atau tahu.
52
Menurut Yusuf Danial, S.Pd bahwa: manfaat atau kegunaan program pengembangan keterampilan (life skill) pembuatan batako dan anjang sana ke tempat produksi tentunya belum sesuai dengan target yang ingin dicapai dalam PPG di Kecamatan Wonosari, karena masih ada target yang belum dicapai yaitu bahwa ada semacam produksi tahu di Kecamatan Wonosari yang dipelopori oleh pemuda binaan PPG. Dengan demikian, Yusuf Danial, S.Pd menambahkan bahwa program pengembangan keterampilan (life skill) telah berhasil dilaksanakan namun capain targetnya belum optimal. Bantuan dana dan sumber daya lainnya untuk mendukung program pengembangan keterampilan (life skill) dalam penilaian Yusuf Danial, S.Pd adalah sebagai berikut: “Belum sesuai dengan harapan dimana dana yang diberikan oleh Dewan Pimpinan Pusat atau Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia hanya bisa digunakan untuk biaya perjalanan menuju ke tempat produksi dan belum ada bantuan untuk kegiatan produksi mandiri. Yusuf Danial, S.Pd mengharapkan bahwa para pemuda juga harus memiliki inisiatif sendiri untuk berwirausaha dan mengusahakan modal. Jadi jangan bergantung pada bantuan pengurus.” (Wawancara tanggal 18 April 2012). Membahas mengenai manfaat dari pelaksanaan program keolahragaan selama ini, Yusuf Danial, S.Pd dengan bangga menyebutkan pendapatnya sebagai berikut: “Para pemuda dalam binaan PPG memiliki kondisi sehat jasmani dan rohani yang dapat diandalkan. Para pemuda diidentifikasi memiliki jasmani yang kuat yang ditopang oleh kemampuan berfikir mereka yang logis dengan cara bertutur kata yang mudah dimengerti oleh orang lain.” (Wawancara tanggal 18 April 2012).
53
Dalam pelaksanaannya, bantuan dana dari Dewan Pembina PPG dan sumber daya lainnya dari Dewan Pembina PPG untuk program keolahragaan telah memenuhi harapan Yusuf Danial, S.Pd. sebagaimana pernyataannya: “Dalam setiap pelaksanaan kegiatan olahraga Dewan Pembina PPG menyediakan dana untuk pembelian snack atau konsumsi ringan dan berat. Peralatan yang ada seperti bola kaki, jaring atau net, lapangan bulutangksi/takraw dan ruangan latihan silat juga disediakan oleh Dewan Pembina PPG. Untuk pertandingan sepakbola masih menggunakan lapangan bola umum yang berjarak sekitar 300 meter dari Masjid Almansurrin Kecamatan Wonosari.” (Wawancara tanggal 18 April 2012).
Mengenai tingkat keberhasilan program keolahragaan yang telah berlangsung selama ini, Yusuf Danial, S.Pd menyatakan kepuasannya atas prestasi yang dicapai selama ini. “Dari berbagai turnamen sepakbola yang diikuti oleh Tim sepakbola binaan PPG selama ini memberikan hasil yang baik paling tidak sampai semi final. Sementara itu, dalam berbagai turnamen pencak silat, pemuda binaan PPG selalu masuk semi final dan sering menjadi pemenang final. Hasil ini pada dasarnya telah sesuai dengan target yang ditentukan melalui Program PPG.” (Wawancara tanggal 18 April 2012). Menjawab pertanyaan tentang peran program kajian keagamaan bagi pemuda di Kecamatan Wonosari, Yusuf Danial, S.Pd menyebutkan pendapatnya berikut ini. “Dapat dinilai dari tingkah dan perilaku para pemuda binaan yang sopan santun, baik, menyenangkan hati dan dapat melakukan ibadah sesuai apa yang telah digariskan dalam Alquran dan Alhadits. Para pemuda binaan memiliki kemampuan baca dan tulis Alquran dengan fasih menurut makhrajnya yang diuji secara rutin. Mereka juga memiliki pengetahuan tentang Hadits-hadits shahih seperti Bukhori, Tirmidzi, Nasai, Muslim dan Abu Daud.” (Wawancara tanggal 18 April 2012).
Menurut Yusuf Danial, S.Pd:
54
“Capaian dalam pembinaan keagamaan melalui PPG sudah sesuai dengan target yang ditetapkan. Namun menyangkut kepahaman agama tentu perlu pembinaan secara terus-menerus berkesinambungan sehingga kepahaman para pemuda binaan selalu terjaga.” (Wawancara tanggal 18 April 2012).
Penilaian Yusuf Danial, S.Pd. tentang dukungan dana dan sumber daya lainnya dalam program pembinaan keagamaan sebagai berikut: “Dukungan dana dan sumber daya lainnya dalam program pembinaan keagamaan sudah memenuhi harapan. Selama ini alokasi dana terbesar Dewan Pembina PPG memang diperuntukkan program pembinaan keagamaan. Tetapi tentu saja yang namanya dana harus selalu tersedia saldo cadangan sehingga keberlangsungan kelancaran kegiatan selalu terjamin.” (Wawancara tanggal 18 April 2012).
Yusuf Danial, S.Pd memberikan pandangannya bahwa faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dalam PPG di Kecamatan Wonosari, pertama adalah tersedianya dana operasional termasuk dukungan dana dari DPP LDII dan DPD LDII Provinsi Gorontalo. Alokasi dana untuk pengembangan PPG harus direncanakan secara matang menurut kebutuhan. Disamping itu perlu adanya swadaya pemuda dalam pengembangan program ini. Kedua adalah komunikasi orang tua atau keluarga secara baik sehingga program ini tersosialisasikan dengan baik kepada orang tua. Ketiga adalah sarana dan prasarana penunjang yang perlu ditingkatkan dari tahun ke tahun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Keempat adalah komitmen dari individu pemuda itu sendiri untuk mau memperbaiki sikap, perilaku dan keterampilannya melalui PPG yang teelah dirintis oleh Dewan Pembina PPG dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu, Ketua Pelaksana Harian Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) Kecamatan Wonosari yaitu Sukiman, S.Pd. menguraikan
55
pendapatnya tentang Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) di Kecamatan Wonosari sebagaimana berikut. “Kegunaan kursus-kursus yang telah dilaksanakan oleh Dewan Pembina PPG selama ini antara lain meningkatkan pengetahuan pemuda baik wanita dan pria dalam bidang jahit menjahit, pekerjaan instalasi listrik, keahlian mengemudi maupun tata kelola penjualan barang harian.” (Wawancara tanggal 21 April 2012). Lebih lanjut, Sukiman, S.Pd. menilai sebagai berikut:
“Manfaat atau kegunaan program pendidikan dan pelatihan melalui kursus belum sesuai dengan target yang ingin dicapai melalui PPG di Kecamatan Wonosari karena target akhirnya adalah terbentuknya kelompok usaha, namun kondisi ini belum tercapai terhambat oleh modal.” (Wawancara tanggal 21 April 2012).
Menurut Sukiman, S.Pd.
bahwa program pendidikan dan pelatihan
melalui kursus ini telah berhasil dilaksanakan karena paling tidak para pemuda sudah memiliki modal pengetahuan tentang bidang-bidang yang diajarkan dalam kursus-kursus. Dalam penilaian Sukiman, S.Pd., bantuan dana dan sumber daya lainnya untuk mendukung program kursus belum sesuai dengan harapan dan perlu dialokasikan lagi dengan peningkatan yang signifikan dari sebelumnya. Tanggapan Sukiman, S.Pd. mengenai kegunaan keterampilan wirausaha batako dan anjang sana ke tempat produksi yang telah dilaksanakan oleh Dewan Pembina PPG selama ini yaitu diarahkan pada kemampuan para pemuda untuk membuat batako, kapur bangunan dan tahu dan kemandirian mereka untuk membuka usaha.
56
Menurut Sukiman, S.Pd. bahwa manfaat atau kegunaan
program
pengembangan keterampilan (life skill) pembuatan batako dan anjang sana ke tempat produksi belum sesuai dengan target yang ingin dicapai karena belum terbentuk kelompok atau usaha mandiri. Sukiman, S.Pd. berpendapat bahwa program pengembangan keterampilan (life skill) telah berhasil dilaksanakan setidaknya program ini memiliki kontribusi dalam meningkatkan keterampilan pemuda. Dalam penilaian Sukiman, S.Pd. bantuan dana dan sumber daya lainnya untuk mendukung program pengembangan keterampilan (life skill) belum memenuhi harapan. Perlu ditambah atau ditingkatkan. Informasi dari Sukiman, S.Pd. tentang manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program keolahragaan selama ini terutama meningkatnya daya tahan fisik dari para pemuda. Dalam pelaksanaannya, bantuan dana dan sumber daya lainnya dari Dewan Pembina PPG untuk program keolahragaan telah memenuhi harapan telah memenuhi harapan karena disamping ada alokasi dana dari pengurus juga ada sistem ata mekanisme iuran dari para pemuda untuk membeli peralatan olahraga. Menurut Sukiman, S.Pd. tingkat keberhasilan program keolahragaan yang telah berlangsung selama ini sudah efektif bertumpu pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani pemuda binaan. Capaian dalam program keolahragaan sampai saat ini, menurut Sukiman, S.Pd. telah sesuai dengan target yang ditentukan melalui Program PPG.
57
Penjelasan dari Sukiman, S.Pd. tentang peran program kajian keagamaan bagi pemuda di Kecamatan Wonosari menunjukkan bahwa program ini berperan dalam menambah pengetahuan sekaligus kepahaman pemuda dalam kajian agama Islam. Menurut Sukiman, S.Pd. bahwa capaian dalam pembinaan keagamaan melalui PPG sudah sesuai dengan target yang ditetapkan. Dukungan dana dan sumber daya lainnya dalam program pembinaan keagamaan sudah memenuhi harapan. Sementara itu pandangan Sukiman, S.Pd. mengenai faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dalam PPG terutama terletak pada dukungan dana baik dari DPP LDII, DPD LDII maupun dari partisipasi orang tua. Dari wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat maupun unsur pemuda yang menjadi informan, dapat disintesakan bahwa program-program PPG Kecamatan Wonosari dalam upaya melakukan pembinaan terhadap pemuda telah dilaksanakan. Namun memang pada hakikatnya belum optimal dan perlu adanya upaya-upaya perbaikan dan peningkatan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pelaksanaannya. Harus diakui bahwa dana menjadi faktor penentu utama, kemudian adalah partisipasi dan dukungan orang tua dalam pelaksanaan program tersebut.
58
C. Hasil Analisis Dari hasil wawancara, dapat dianalisis bahwa pemberdayaan pemuda melalui Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) di Kecamatan Wonosari dilakukan melalui program-program sebagai berikut: 1. Program pendidikan dan pelatihan melalui kursus menjahit dan kursus mengemudi, training administrasi serta training kelistrikan. 2. Program pengembangan keterampilan (life skill) melalui pembuatan batako dan anjangsana ke tempat produksi tahu . 3. Program keolahragaan melalui sepak bola, sepak takraw, bulu tangkis dan silat. 4. Program kajian keagamaan melalui pengkajian rutin Alquran dan Alhadits. Manfaat atau kegunaan program-program pemberdayaan pemuda melalui Program Pembinaan Generasi Penerus belum memenuhi harapan. Sementara itu, bantuan dana untuk operasionalisasi kegiatan dan dukungan sumber daya lain seperti sarana dan prasarana untuk mendukung program belum sesuai dengan harapan. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dalam PPG di Kecamatan Wonosari yaitu: 1. Perencanaan alokasi dana untuk pengembangan PPG secara matang menurut kebutuhan. Perlu adanya swadaya pemuda dalam pengembangan program ini. 2. Komunikasi orang tua atau keluarga secara baik sehingga program ini tersosialisasikan dengan baik kepada orang tua.
59
3. Sarana dan prasarana penunjang yang perlu ditingkatkan dari tahun ke tahun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 4. Komitmen dari individu pemuda itu sendiri untuk mau memperbaiki sikap, perilaku dan keterampilannya melalui PPG yang teelah dirintis oleh Dewan Pembina PPG dalam tiga tahun terakhir. D. Pembahasan Pemberdayaan pemuda melalui Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) di Kecamatan Wonosari adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan pemuda melalui PPG di Kecamatan Wonosari adalah serangkaian kegiatan terdiri dari program pendidikan dan pelatihan, program pengembangan keterampilan (life skill), program keolahragaan dan program kajian keagamaan. Sebagi tujuan, maka pemberdayaan pemuda melalui PPG di Kecamatan Wonosari menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai dalam pendidikan dan pelatihan, pengembangan keterampilan (life skill), keolahragaan dan kajian keagamaan yaitu pemuda yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Melalui Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) di Kecamatan Wonosari, pemuda menjadi lebih berdaya yaitu yang mengetahui tata cara atau teknik menjahit, mengemudi mobil, mengelola dan administrasi pertokoan, mengerti dan faham tentang proses pembuatan batako, pengolahan kapur
60
bangunan dan pembuatan industry tahu. Pemuda menjadi termotivasi dan berkesempatan untuk memanfaatkan peluang membuka usaha, namun memang terhambat oleh factor modal. Pemuda menjadi lebih sehat, kuat, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Pemuda menjadi lebih paham agama Islam dan dapat melaksanakan ibadah menurut syariat yang ditentukan. Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) di Kecamatan Wonosari melahirkan pemuda yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi pemuda secara bertanggungjawab. Tepat apa yang dikemukakan Jamasy (2004) bahwa melalui pendekatan pemberdayaan adalah masyarakat utamanya pemuda menjadi berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud pada pemuda binaan PPG di Kecamatan Wonosari dapat dilihat dari aspek fisik dan kekuatan intelektual. Tujuan yang ingin dicapai melalui Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) di Kecamatan Wonosari adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian pemuda merupakan suatu kondisi yang dialami oleh pemuda yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai
pemecahan
masalah
daya/kemampuan yang dimiliki.
yang
dihadapi
dengan
mempergunakan
61
Program Pembinaan Generasi Penerus (PPG) di Kecamatan Wonosari pada hakikatnya telah diarahkan kepada peningkatan investasi dalam pelatihan keterampilan yang relevan, menekankan pelatihan yang cocok untuk lapangan kerja seperti sektor informal, dan kerja sama antara pekerja dan pemberi training. PPG di Kecamatan Wonosari telah mempromosikan kewirausahaan dengan syarat informasi yang lebih baik bagi kesempatan pasar, pelatihan dan keterampilan bisnis, akses terhadap modal, dan jasa pelayanan bisnis lainnya. Disamping itu telah memberi peluang lebih besar kepada pemuda guna memperkuat jati diri dan potensinya
dengan berpertisifikasi aktif
dalam
pembangunan
termasuk
penanggulangan masalah pemuda dan masalah-masalah sosial lainnya. Dari keempat program pembinaan generasi penerus melalui PPG di Kecamatan Wonosari, maka program pemberdayaan pemuda lebih ditekankan pada pelaksanaan pengajian muda-mudi yang dilakukan secara rutin. Program ini apabila dilakukan dengan kontinyu dan partisifatif, menjadi program yang jitu terutama dalam mencengah munculnya kenakalan remaja, gejolak kejiwaan, dan pengaruh lingkungan yang bersifat negatif. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dalam PPG di Kecamatan Wonosari yaitu (1) tersedianya dana operasional, (2) Komunikasi orang tua, (3) sarana dan prasarana penunjang; (4) komitmen dari individu pemuda. Dari uraian di atas, memberikan kejelasan bahwa pembinaan pemuda melalui PPG di Kecamatan Wonosari bermuara pada adanya perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Program-program ini haruslah diawali dengan
62
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik. Pembinaan pemuda melalui PPG di Kecamatan Wonosari pada hakikatnya sebagai segala usaha dan tujuan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggunaan
dan
pemeliharaan
pemuda
dengan
tujuan
untuk
mampu
melaksanakan tugas organisasi dengan efektif dan efisien. Pembinaan pemuda dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan pemuda yang bermutu dan berkualitas yang berdaya guna dan berhasil guna, yang dilakukan secara sistematis dan pemanfaatan potensi dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan masyarakat.