42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk penguasaan konsep. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan uji statistik yang meliputi uji prasyarat dan uji perbedaan (uji hipotesis). Data penunjang penelitian ini diperoleh melalui angket penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran. 1. Analisis data penguasaan konsep Data penguasaan konsep dijaring dengan menggunakan soal objektif pilihan ganda yang diberikan pada saat pretest dan posttest. Hasil dari pretest dan posttest dihitung skor data mentah jumlah jawaban benar dari masing-masing siswa kemudian diubah menjadi nilai dalam skala 100. Hasil yang diperoleh ini merupakan data hasil belajar siswa yang digunakan untuk pengujian hipotesis. a. Data hasil penelitian 1) Pretest Hasil pretest dijaring melalui tes objektif pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Soal yang diberikan kepada siswa telah melalui uji kelayakan, meliputi validitas soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Data hasil pretest dapat dilihat pada Tabel 4.1.
42
43
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pretest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Komponen n χ Standar deviasi (SD) Nilai maksimum Nilai minimum
Pretest Eksperimen 36 36,50 9,84 55 10
Kontrol 36 48,33 16,24 65 30
Berdasarkan Tabel 4.1 nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 36,50 dengan standar deviasi 9,84. nilai minimumnya 10 dan nilai maksimumnya 55. Sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol adalah 49,44 dengan standar deviasi 16,24. Nilai minimumnya 30 dan nilai maksimumnya 65. Berdasarkan rekapitulasi tersebut diperoleh informasi bahwa hasil pretest lebih besar pada kelas kontrol. 2) Posttest Hasil posttest dijaring melalui soal tes objektif pilihan ganda sebanyak 20 soal yang sebelumnya diberikan pada saat pretest. Rekapitulasi hasil posttest disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Komponen n χ Standar deviasi (SD) Nilai maksimum Nilai minimum
Posttest Eksperimen 36 75,14 13,63 100 45
Kontrol 36 67,80 13,06 90 40
44
Berdasarkan Tabel 4.2 nilai rata-rata posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol apabila dibandingkan dengan hasil nilai pretest terdapat peningkatan, namun perbedaannya bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 75,14 : 67,80. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai rata-rata nilai pretest, dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol dibuat dalam bentuk grafik pada Gambar 4.1
80 70 60 50 40
ESKPERIMEN
30
KONTROL
20 10 0 PRETEST
POSTTEST
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
3) N-Gain Penghitungan gain ternormalisasi (n-gain) dimaksudkan untuk melihat peningkatan nilai pretest dan posttest antara kelas eksperimen dan kontrol. Rekapitulasi hasil penghitungan gain ternormalisasi (n-gain) disajikan pada Tabel 4.3
45
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil N-Gain Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Komponen
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
n χ Kategori
36 0,6 Sedang
36 0,3 Rendah
Nilai maksimum Nilai minimum
1 0,2
1 -0,1
Berdasarkan
Tabel
4.3
terlihat
bahwa
rata rata rata-rata
nilai
gain
ternormalisasi (n-gain) yang dicapai oleh siswa kelas eksperimen 0,6 yang termasuk kriteria iteria peningkatan hasil belajar pada kategori sedang, dengan nilai gain ternormalisasi (n-gain) terrendah 0,2 dan tertingginya 1. Berdasarkan kriteria peningkatan hasil belajar dengan menggunakan gain ternormalisasi (n-gain) didapatkan presentase peningkatan atan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen berturut-turut berturut turut pada kategori tinggi, sedang dan rendah adalah sebagai berikut.
Persentase peningkatan hasil belajar siswa Tinggi
Sedang
Rendah
3% 33% 64%
Gambar 4.22 Diagram Presentase Peningkatan Hasil Belajar elajar Siswa pada Kelas Eksperimen
46
Sedangkan rata-rata rata nilai gain ternormalisasi (n-gain gain) yang di capai oleh siswa pada kelas kontrol sebesar 0.3 yang termasuk ke dalam kategori kateg rendah, dengan nilai gain ternormalisasi (n-gain) terendah -0,1 dan tertinggi 1. Berdasarkan kriteria peningkatan hasil belajar dengan menggunakan
gain
ternormalisasi
(n-gain)
didapatkan
p presentase
peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol berturut-turut berturut pada kategori tinggi, sedang dan rendah adalah sebagai berikut
Persentase peningkatan hasil belajar siswa Tinggi
Sedang
Rendah
36% 36% 28%
Gambar 4.33 Diagram Presentase Peningkatan Hasil Belajar elajar Siswa pada Kelas Kontrol
b. Analisis Statistik Setelah data--data data tersebut diubah ke dalam bentuk nilai, selanjutnya dilakukan analisis statistik. Tujuan analisis statistik adalah untuk menguji hipotesis. Analisis yang pertama yaitu melakukan uji prasyarat dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. homogenitas. Setelah melakukan uji prasyarat kemudian dilakukan kukan uji hipotesis.
47
1) Pretest a) Uji Normalitas Uji normalitas pretest pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada software SPSS versi 16 for windows. Kriteria pengujian pada uji normalitas ini yaitu: Jika sig (p) ≥ 0,05, maka data berdistribusi normal. Jika sig (p) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas pada software SPSS versi 16 for windows, diketahui nilai sig kelas eksperimen 0,077 dan kelas kontrol 0,084. Nilai sig untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data tersebut melebihi taraf nyata 0,05, sehingga dapat disimpulkan data kedua kelas berdistribusi normal. b) Uji Homogenitas Setelah melakukan uji normalitas hasil pretest pada kelas eksperimen dan kontrol, karena data kedua kelas pada pretest berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan pada software SPSS versi 16 for windows. Penentuan uji homogenitas dengan membandingkan nilai sig dengan taraf nyata. Kriteria pengujian homogenitas ini yaitu: Jika sig (p) ≥ 0,05, artinya varians homogen. Jika sig (p) < 0,05, artinya varians tidak homogen. Berdasarkan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene pada software SPSS versi 16 for windows, diperoleh nilai sig data
48
pretest kelas eksperimen dan kontrol yaitu sebesar 0,911. Nilai tersebut melebihi taraf nyata 0,05 sehingga menunjukan bahwa varians data tersebut homogen. c) Uji Hipotesis Pengujian selanjutnya terhadap data pretest adalah uji hipotesis. Karena data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis menggunakan uji parametrik. Uji parametrik yang digunakan adalah uji Z, karena sampel yang digunakan dalam penelitian lebih dari 30 orang. Hipotesis : H0 : ߤ1 = ߤ2 (tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) H1 : ߤ1 ≠ ߤ2 (terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) Jika nilai (sig) > -1,96 (didapatkan dari α = 0,025), maka H0 diterima. Sebaliknya jika nilai (sig) < -1,96 maka H0 ditolak. Hasil perhitungan uji hipotesis pada data pretest diperoleh nilai sebesar 3,69, sehingga Zhitung -3,69 < Ztabel -1,96. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa H0 ditolak, dan H1 diterima. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan yang pengetahuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
49
2) Posttest Data hasil pretest menunjukan kemampuan kedua kelas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
berbeda,
maka selanjutnya akan
dibedakan dari perbedaan peningkatan antara nilai pretest
dan nilai
posttest atau dari nilai gain ternormalisasi (n-gain). 3) N-Gain a) Uji Normalitas Uji normalitas n-gain pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada software SPSS versi 16 for windows. Kriteria pengujian pada uji normalitas ini yaitu: Jika sig (p) ≥ 0,05, maka data berdistribusi normal. Jika sig (p) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas n-gain pada software SPSS versi 16 for windows, diketahui nilai sig kelas eksperimen 0,009 dan kelas kontrol 0,020. Nilai sig untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data tersebut tidak melebihi taraf nyata 0,05, sehingga dapat disimpulkan data kedua kelas tidak berdistribusi normal. b) Uji Homogenitas Setelah melakukan uji normalitas n-gain
pada kelas
eksperimen dan kontrol, dilanjutkan dengan uji homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan pada software SPSS versi 16 for windows Penentuan uji homogenitas dengan membandingkan nilai sig dengan taraf nyata. Kriteria pengujian homogenitas ini yaitu:
50
Jika sig (p) ≥ 0,05, artinya varians homogen. Jika sig (p) < 0,05, artinya varians tidak homogen. Berdasarkan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene pada software SPSS versi 16 for windows, diperoleh nilai sig (p) data gain ternormalisasi (n-gain)
kelas eksperimen dan kontrol yaitu
sebesar 0,001. Nilai tersebut tidak melebihi taraf nyata 0,05 sehingga menunjukan bahwa varians data tersebut tidak homogen. c) Uji Hipotesis Pengujian selanjutnya terhadap nilai gain ternormalisasi (ngain) adalah uji hipotesis, karena data yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji hipotesis menggunakan uji nonparametrik. Uji nonparametrik yang digunakan adalah uji U Mann-Whitney pada software SPSS versi 16 for windows. Hipotesis : H0 : ߤ1 = ߤ2 (tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai n-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) H1 : ߤ1 ≠ ߤ2 (terdapat perbedaan rata-rata nilai n-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) Kriteria pengujian: Uji statistik yang digunakan adalah uji U Mann-Whitney dengan mengambil taraf signifikansi yaitu α/2 = 0,025. Kriteria pengujiannya, jika nilai Sig (2-tailed) > α/2 maka Ho diterima dan jika nilai Sig (2-tailed) < α/2 maka Ho ditolak.
51
Hasil perhitungan uji hipotesis pada data gain ternormalisasi (n-gain) diperoleh nilai Sig = 0,056 > α/2 = 0,025. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa H0 diterima, dan H1 ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai ngain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Peningkatan Penguasaan Konsep Berdasarkan Jenjang Kognitif Peningkatan penguasaan konsep siswa dapat dianalisis dari peningkatan tiap jenjang kognitif mulai dari C1 hingga C3. Caranya adalah dengan mengelompokkan instrument tes yang mengukur tiap jenjang kognitif tersebut, kemudian
dihitung
rata-rata
gain
ternormalisasinya.
Adapun
presentase
peningkatan tiap aspek penguasaan konsep siswa untuk setiap jenjang kognitif mulai dari C1 hingga C3 pada kelas eksperimen disajikan dalam bentuk Tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Rata-rata Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa untuk Setiap Jenjang Kognitif pada Kelas Eksperimen Jenjang Kognitif C1 C2
C3
Nomor Soal 1,9,13 2,3,4,5,7,8,10,1 1,14,16,17,18,1 9,20 6,12,15
Rata-rata
Pretest
Posttest
N-Gain
Kategori
27.78 35.32
88.89 70.43
0.83 0.48
Tinggi Sedang
50.93
83.33
0.54
Sedang
38.01
80.88
0.61
Sedang
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan pada kelas eksperimen untuk setiap jenjang kognitif mulai dari C1 hingga C3. Untuk jenjang kognitif C1 memiliki rata-rata nilai pretest sebesar 27.78 sedangkan rata-rata nilai
52
posttest sebesar 88.89. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.83 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C1 termasuk dalam kategori tinggi. Untuk jenjang kognitif C2 memiliki rata-rata nilai pretest sebesar 35.32 sedangkan rata-rata nilai posttest sebesar 70.43. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.48 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C2 termasuk dalam kategori sedang. Untuk jenjang kognitif C3 memiliki rata-rata nilai pretest sebesar 50.93 sedangkan rata-rata nilai posttest sebesar 83.33. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.54 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C3 termasuk dalam kategori sedang. Presentase penguasaan konsep siswa pada jenjang kognitif C1, C2, C3 pada kelas eksperimen, yang ditinjau dari nilai pretest dan posttest dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut. 100 80 60 40 20 0 C1
C2
C3
Pretest
27,78
35,32
50,93
Posttest
88,89
70,43
83,33
Gambar 4.4 Rata-rata Penguasaan Konsep Siswa untuk Setiap Jenjang Kognitif pada Kelas Eksperimen Peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang kognitif C1, C2, C3 pada kelas eksperimen, yang ditinjau dari nilai gain ternormalisasi (N-gain) dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.
53
N-Gain
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 C1
C2
C3
Jenjang Kognitif Gambar 4.5 Rata-rata rata Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa untuk Setiap Jenjang Kognitif pada Kelas Eksperimen Adapun persentase peningkatan tiap aspek penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol untuk setiap jenjang kognitif mulai dari C1 hingga C3 disajikan dalam dal bentuk Tabel 4.5 berikut ini Tabel 4.5 Rata-rata rata Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa untuk Setiap Jenjang Kognitif pada Kelas Kontrol Jenjang Kognitif C1 C2
C3
Nomor Soal 1,9,13 2,3,4,5,7,8,10,1 1,14,16,17,18,1 9,20 6,12,15 Rata-rata rata
Pretest
Posttest
N-Gain
Kategori
34.23 47.18
71.29 61.90
0.53 0.04
Sedang Rendah
67.50
86.11
0.23
Rendah
49.64
73.1
0.27
Rendah
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan pada kelas eksperimen untuk setiap jenjang kognitif mulai dari C1 hingga C3. Untuk jenjang kognitif C1 memiliki rata-rata rata nilai pretest sebesar 34.23 sedangkan rata-rata rata nilai posttest sebesar 71.29. 71.29 Dilihat dari rata-rata rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.53 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C1 termasuk dalam kategori sedang. Untuk jenjang kognitif C2 memiliki rata-rata rata rata nilai pretest sebesar
54
47.18 sedangkan rata-rata nilai posttest sebesar 61.90. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.04 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C2 termasuk dalam kategori rendah. Untuk jenjang kognitif C3 memiliki rata-rata nilai pretest sebesar 67.50 sedangkan rata-rata nilai posttest sebesar 86.11. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.23 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C3 termasuk dalam kategori rendah. Persentase penguasaan konsep siswa pada jenjang kognitif C1, C2, C3 pada kelas kontrol, yang ditinjau dari nilai pretest dan posttest dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut. 100 80 60 40 20 0 C1
C2
C3
Pretest
27,78
35,32
50,93
Posttest
88,89
70,43
83,33
Gambar 4.6 Rata-rata Penguasaan Konsep Siswa untuk Setiap Jenjang Kognitif pada Kelas Kontrol
Peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang kognitif C1, C2, C3 pada kelas kontrol, yang ditinjau dari nilai gain ternormalisasi (N-gain) dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut.
55
N-Gain
0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 C1
C2
C3
Jenjang Kognitif
Gambar 4.7 Rata-rata rata Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa untuk Setiap Jenjang Kognitif pada Kelas Kontrol 2. Analisis data angket Data yang diperoleh melalui hasil angket digunakan sebagai data penunjang untuk memperoleh informasi mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran. Data hasil angket yang diberikan kepada 34 siswa setelah pembelajaran dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4.6 Sikap Siswa tehadap Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan P Belajar Tuntas (Mastery Learning)
No 1 2
3
4
Pernyataan Materi ekosistem merupakan materi yang mudah difahami Materi ekosistem merupakan materi yang sulit sehingga saya membutuhkan bimbingan dari guru Guru menyampaikan tujuan pembelajaran an atau kompetensi dasar yang harus di capai siswa pada awal pelajaran Dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membantu saya untuk lebih memahami konsepkonsep konsep yang belum tercapai
SS
Alternatif jawaban S N TS
STS
23,53%
55,89 %
20,58%
0%
0%
14.71%
55,89 %
26.47%
2.93 %
0%
32.35%
35.29%
29.41%
2.95 %
0%
47.06%
38.23%
8.83%
5.88%
0%
56
No 5 6
7
8
9
10
11
12 13
14
15
Pernyataan Saya berkonsentrasi ketika belajar materi ekosistem Saya selalu bertanya kepada guru dan teman ketika saya tidak mengerti Dengan pembelajaran yang telah dilakukan memudahkan saya untuk memahami materi ekosistem Dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membantu saya untuk mencapai ketuntasan belajar Saya selalu mempelajari kembali materi pelajaran yang telah dipelajar untuk mencapai ketuntasan yang diharapkan Saya selalu membaca buku-buku penunjang materi untuk mencapai ketuntasan belajar Guru memberikan pengayaan kepada siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar minimal 75% dari kompetensi yang ditentukan Guru membiarkan saja siswa yang melaksanakan pengayaan Guru memberikan remedial kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal 75% dari kompetensi yang ditentukan Saya senang apabila kegiatan remedial dilakukan dengan mengkaji ulang materi dengan menggunakan metode yang berbeda Saya senang apabila kegiatan remedial dilaksanakan dengan pemberian tugas-tugas latihan secara khusus
SS
Alternatif jawaban S N TS
STS
35.29%
32.35%
26.47%
5.88%
0%
23,53%
38.24%
20.58 %
2.95 %
14.70 %
35.29%
52.94%
11.77%
0%
0%
41.18 %
50%
8.82%
0%
0%
29.41%
47.06%
17.65%
5.88%
0%
41.18%
44.12%
14.70%
0%
0%
32.35 %
41.18%
23.53%
2.94 %
0%
8.82%
14.70%
14.70%
47.08%
14.70 %
44.12%
47.06%
0%
5.88%
2.94 %
26.47%
38.24 %
14.70%
0%
20.59%
41.18%
29.41%
23.53%
5.88%
0%
Berdasarkan Tabel 4.6 Sebagian besar atau sebanyak 55,89 % siswa menyatakan setuju dan 23,53% siswa menyatakan sangat setuju bahwa materi ekosistem merupakan materi yang mudah mereka fahami. Namun sebagian besar
57
pula atau sebanyak 55,89 % siswa menyatakan bahwa materi ekosistem merupakan materi yang sulit. Hasil respon positif menunjukan bahwa dengan pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat membuat siswa lebih memahami materi yang diajarkan, hal tersebut dapat dilihat dari 52.94% siswa setuju bahwa pembelajaran yang telah dilakukan memudahkan mereka untuk memahami materi ekosistem, dan sekitar 50% siswa setuju pula kegiatan tersebut dapat membantu mereka untuk mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh guru selain dari usaha siswa untuk mencapai ketuntasan di luar jam pelajaran. B. PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan awal siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 36,50 dan pada kelas kontrol
memperoleh nilai rata-rata sebesar 48,33. Rata-rata nilai ini masih
termasuk kategori rendah. Rendahnya hasil pretest ini, di duga karena tidak adanya persiapan dari siswa, selain itu kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh inteligensi yang dimilikinya. Inteligensi ialah kemampuan yang di bawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Purwanto, 1990). Hasil uji hipotesis data pretest menunjukan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, hal tersebut dapat dilihat pula dari data penguasaan konsep siswa sebelum pembelajaran. Diperoleh nilai siswa yang tersebar pada kelas eksperimen antara 10 sampai dengan 55 sedangkan pada kelas kontrol antara 30 sampai dengan 65.
58
Dari sebaran nilai dan rata-rata diketahui bahwa kelas kontrol memiliki nilai yang lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Sementara itu, setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh rata-rata nilai posttest pada kelas ekperimen yang menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning)
sebesar 75,14 dengan nilai
minimum sebesar 45 dan nilai maksimumnya sebesar 100, sedangkan rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional sebesar 67,80 dengan nilai minimum sebesar 40 dan maksimumnya sebesar 90. Jika dibandingkan dengan nilai pretest maka kedua kelas mengalami peningkatan, dengan rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen sebesar 0,6 yang termasuk peningkatan hasil belajar pada kategori sedang dan rata-rata peningkatan nilai pada kelas kontrol sebesar 0,3 yang termasuk peningkatan hasil belajar pada kategori rendah. Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa nilai gain ternormalisasi (n-gain) pada kelas ekperimen menunjukan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Uji hipotesis gain ternormalisasi (n-gain) dengan menggunakan uji U Mann Whitney terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan ratarata nilai gain ternormalisasi (n-gain) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) tidak memberikan pengaruh terhadap penguasaan konsep siswa. Namun dari rata-rata nilai gain ternormalisasi (n-gain) terlihat bahwa terjadi peningkatan yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
59
Secara keseluruhan peningkatan penguasaan konsep siswa pada setiap jenjang kognitif mengalami peningkatan. Berdasarkan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa setiap jenjang kognitif mulai dari C1, C2, dan C3 mengalami peningkatan dengan kategori peningkatan yang berbeda. Pada jenjang kognitif C1 menghafal (remember) adalah menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang (Widodo, 2006). Jenjang kognitif mengingat merupakan jenjang kognitif yang paling rendah dalam taksonomi Bloom. Pada kelas eksperimen untuk jenjang kognitif C1 memiliki rata-rata pretest sebesar 27.78 sedangkan rata-rata posttest sebesar 88.89. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.83 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C1 termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan pada kelas kontrol untuk jenjang kognitif C1 memiliki rata-rata pretest sebesar 34.23 sedangkan rata-rata posttest sebesar 71.29. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.53 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C1 termasuk dalam kategori sedang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kelas eksperimen untuk jenjang kognitif C1 memiliki peningkatan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut mungkin dikarenakan pada pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) ini, siswa dilatih dalam mengingat sejumlah informasi materi melalui pemberian waktu yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Jenjang kognitif C2 memahami (understand) adalah mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki (Widodo, 2006). Untuk jenjang kognitif C2 pada kelas eksperimen memiliki rata-rata pretest
60
sebesar 35.32 sedangkan rata-rata posttest sebesar 70.43. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.48 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C2 termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol untuk jenjang kognitif C2 memiliki rata-rata pretest sebesar 47.18 sedangkan rata-rata posttest sebesar 61.90. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.04 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C2 termasuk dalam kategori rendah. Pemahaman siswa pada kelas eksperimen dilatih melalui pengamatan pada pembelajaran pertama yang dilakukan oleh siswa sendiri dalam kegiatan fieldtrip. Setelah itu, siswa juga dilatih untuk menjelaskan dan mendiskusikan apa yang belum mereka fahami pada pembelajaran kedua. Dengan kegiatan tersebut, secara tidak langsung jenjang pemahaman siswa dapat terlatih. Sedangkan pemahaman siswa pada kelas kontrol hanya di dapatkan dari satu kali pembelajaran, sehingga siswa yang mempunyai bakat rendah tidak diberikan bantuan untuk mencapai penguasaan konsepnya. Jenjang kognitif C3 mengaplikasikan (applying) mencangkup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau menyelesaikan tugas (Wiododo, 2006). Siswa dapat dilatih jenjang kognitifnya dengan melakukan penjelasan dengan menerapkan konsep yang telah didapat. Untuk jenjang kognitif C3 pada kelas eksperimen memiliki rata-rata pretest sebesar 50.93 sedangkan rata-rata posttest sebesar 83.33. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0,54 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C3 termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol untuk jenjang kognitif C3
61
memiliki rata-rata pretest sebesar 67.50 sedangkan rata-rata posttest sebesar 86.11. Dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.23 maka peningkatan penguasaan konsep siswa pada jenjang C3 termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut mungkin dikarenakan pada pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) ini siswa tidak dilatih untuk mengaplikasikan sejumlah konsep yang telah didapat pada situasi yang baru dihadapi. Pembelajaran tuntas merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk memastikan bahwa semua siswa menguasai hasil pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum berpindah ke unit pembelajaran berikutnya. Menurut Bloom (Guskey, 2007) “salah satu konsep esensial dari belajar tuntas adalah adanya umpan balik, koreksi dan
pengayaan”. Selain
Bloom, Suryosubroto (2002) juga mengatakan bahwa: ”Dalam pelaksanaan belajar tuntas, bila siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, siswa diberi program perbaikan sampai mencapai ketuntasan. Sebaliknya, para siswa yang telah mencapai ketuntasan yang ditetapkan, dapat diberi program pengayaan.”
Dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran pertama pada kelas eksperimen yang dilakukan dengan metode fieldtrip. Hasil tes formatif memperlihatkan bahwa dari 36 siswa ternyata hanya 5 orang atau sekitar 14% yang dapat mencapai ketuntasan. Artinya, masih banyak siswa belum mencapai ketuntasan dan perlu bantuan agar siswa tersebut dapat mencapai ketuntasan. Dari hasil tes formatif, siswa yang belum tuntas ditemukan bahwa kesulitan umumnya adalah dalam memahami konsep-konsep aksi interaksi antar organisme. Kesulitan
62
pada pembelajaran pertama diperbaiki pada pembelajaran kedua yaitu pada pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial ini dilakukan dengan cara diskusi kelompok yang dilaksanakan di dalam kelas. Kegiatan remedial tersebut dilakukan dengan metode yang berbeda dengan pembelajaran sebelumnya, kegiatan diskusi dilakukan agar siswa dapat saling berbagi dan saling mengoreksi mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Pernyataan tersebut di dukung oleh respon siswa, hampir setengahnya atau sekitar
38.24%
siswa menyatakan setuju kalau kegiatan
remedial dilakukan dengan metode yang berbeda, namun sebagian siswa atau sekitar 41.18% siswa mengatakan sangat setuju bila kegiatan remedial dilakukan dengan pemberian latihan-latihan secara khusus. Setelah kegiatan remedial dan pengayaan, dilakukan posttest untuk melihat sejauh mana peningkatan penguasaan konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Hasilnya dari 36 siswa, 22 siswa atau sekitar 61,11% dapat mencapai taraf penguasaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil posttest, terlihat bahwa terdapat peningkatan jumlah siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajarnya, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan membantu siswa agar dapat memahami konsep-konsep yang telah diajarkan. Pernyataan tersebut di dukung pula oleh respon siswa, yaitu sekitar 50% siswa menyatakan setuju bahwa kegiatan pembelajaran ini membantu mereka untuk mencapai taraf penguasaan konsep.
63
Sebagai pembanding, pada kelas kontrol pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan konvensional. Seperti hal nya kelas eksperimen, sebelum pembelajaran dimulai dilakukan
pretest
terlebih dahulu. Setelah
pembelajaran berakhir selanjutnya dilakukan evaluasi akhir (posttest). Dari hasil posttest diketahui
bahwa dari 36 siswa hanya sekitar 13 orang atau sekitar
36,11% yang dapat mencapai taraf penguasaan, dan 63,89% siswa yang masih belum
mencapai taraf penguasaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil
posttest tersebut berarti masih ada siswa yang belum mencapai taraf penguasaan yang telah ditetapkan, pada kelas eksperimen 38,89 % dan pada kelas kontrol 63,89%. Merujuk kepada paparan tersebut di atas membuktikan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai ketuntasan belajar, seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003). faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yaitu faktor psikologis yang meliputi intelegensi, minat dan bakat. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang, minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat, sedangkan bakat menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang. Selain faktor yang telah dijelaskan di atas, faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor eksternal. Faktor eksternal ini berasal dari luar individu, baik dari keluarga, sekolah atau masyarakat.
64
Sedangkan menurut Hernawan (2008) “Keberhasilan belajar banyak ditentukan oleh seberapa jauh siswa tersebut berusaha untuk mencapai keberhasilan tersebut”. Sementara itu, Brown dan Saks (Hernawan, 2008) mengatakan bahwa ”usaha belajar siswa itu mempunyai dua dimensi, yakni (1) jumlah waktu yang dihabiskan siswa yang dihabiskan siswa dalam belajar, dan (2) intensitas keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar tersebut”. Jika siswa dapat menggunakan waktu secara sungguh-sungguh untuk belajar, maka akan semakin tinggi tingkat penguasaan terhadap bahan yang dipelajarinya. Namun jika siswa tersebut tidak menggunakan waktu semaksimal mungkin, maka siswa tersebut hanya akan mendapat tingkat penguasaan sesuai dengan waktu yang ia gunakan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa mencapai ketuntasan dalam belajar, seperti yang dikemukakan oleh Kunandar (2008). ”Belajar tuntas dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, teori yang mangatakan bahwa adanya hubungan antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Kedua, apabila pelajaran dilaksanakan dengan sistematis, semua peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan.” Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dimuka. Dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep aksi interaksi, walaupun tidak mencapai 100% siswa yang dapat mencapai taraf penguasaan yang telah ditetapkan.