54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan property dan real estate merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Dalam penelitian ini dilakukan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian selama 4 (empat) tahun mulai periode 2011 sampai dengan 2014.Data yang diperoleh diambil melalui website www.idx.co.id.Jenis laporan tahunan yang digunakan antara lain Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Arus Kas, dan Tata Kelola Perusahaan.
B. Statistik Deskriptif Stasitik deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel dalam penelitian. Berdasarkan hasil output statistik dekriptif, berkenaan dengan jumlah sampel (n), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N
Descriptive Statistics Minimum Maximum
CETR 108 ,002 RISK 108 ,008 LEV 108 ,194 ROA 108 ,008 AUD 108 ,33 DEKI 108 ,30 Valid N 108 (listwise) Sumber : Data sekunder diolah, 2016
,635 2,983 1,732 ,316 ,75 ,78
Mean ,23453 ,34044 ,79819 ,07630 ,6525 ,4096
Std. Deviation ,130221 ,521710 ,389179 ,051787 ,06310 ,11076
Dari tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat tax avoidanceyang diukur dengan Cash Effective Tax Ratio (CETR) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 memiliki rata-rata sebesar 0,23453 atau 23,45% dengan standar deviasi sebesar 0,130221 atau 13,02% Perusahaan yang memiliki CETR terkecil adalah PT Modernland Realty Tbk sebesar 0,002 atau 0,2% pada tahun pengamatan 2013 dan yang memiliki CETR tertinggi adalah PT Bekasi Asri Pemula Tbk yaitu sebesar 0,635 atau 63,5% pada tahun pemangamatan 2014. Rentang antara CETR dan terbesar tidak terlalu jauh, karena dalam mengukur tax avoidance menggunakan CETR dikenakan kriteria atas batasan jumlah CETR yaitu tidak lebih dari 1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Variabel independen karakter eksekutif yang diukur menggunakan resiko (RISK) memiliki rata-rata sebesar 0,34044 atau 34,04% dengan standar deviasi sebesar 0,521710 atau 52,17%. Perusahaan yang memiliki resiko perusahaan terkecil adalah PT Danayasa Arthatama Tbk dengan tingkat resiko 0,008 atau 0,8% pada tahun pengamatan 2013 dan yang memiliki tingkat resiko tertinggi adalah PT Suryamas Dutamakmur Tbk, yaitu sebesar 2,983 atau 298,3% pada tahun pengamatan 2011. Leverage (LEV) yang memiliki rata-rata 0,79819 atau 79,82% dan memiliki standar deviasi sebesar 0,389179 atau 38,92%. Perusahaan yang memiliki tingkat utang terkecil adalah PT Suryamas Dutamakmur Tbk dengan tingkat utang sebesar 0,194 atau 19,4% pada tahun pengamatan 2011 dan perusahaan yang memiliki tingkat utang tertinggi adalah PT Cowell Development Tbk sebesar 1,732 atau 173,2% pada tahun pengamatan 2014. Profitabilitas yang diukur menggunakan (ROA) memiliki rata-rata sebesar 0,07630 atau 7,630% dengan standar deviasi sebesar 0,51787 atau 5,1587%. Perusahaan yang memiliki profitabilitas terkecil adalah PT Plaza Indonesia Tbk sebesar 0,008 atau 0,8% pada tahun pengamatan 2013, sedangkan perusahaan yang memiliki profitabilitas terbesar adalah PT Danayasha Arthatama Tbk yaitu sebesar 0,316 atau 31,6% pada tahun pengamatan 2013.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Komite audit (AUD) yang diukur dengan jumlah komite audit diluar komisaris independen dibagi jumlah seluruh komite audit, memiliki rata-rata sebesar 0,6525 atau 65,25% dan standar deviasi sebesar 0,06310 atau 6,31%. Perusahaan yang memiliki komposisi komite audit terkecil adalah PT Perdana Gapuraprima Tbk dengan persentase sebesar 33% pada tahun pengamatan 2014, dan perusahaan yang memiliki komposisi komite audit terbesar adalah PT Metropolitan Kentjana Tbk dengan persentase sebesar 75% pada tahun pengamatan 2011-2014. Komisaris independen (DEKI) yang diukur dengan menggunakan proporsi dewan komisaris independen dengan jumlah dewan komisaris perusahaan, memiliki rata-rata 0,4096 atau 40,96% dengan memiliki standar deviasi sebesar 0,11076 atau 11,08%. Perusahaan yang memiliki proporsi dewan komisaris independen terkecil adalah PT Metropolitan Kentjana Tbk sebesr 30% dan perusahaan yang memiliki proporsi dewan komisaris indepeden terbesar adalah PT Lippo Karawaci Tbk sebesar 78%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
C. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji kolmogorov-smirnov.Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 108 Mean ,0000000 Normal Parametersa,b Std. Deviation ,10585164 Absolute ,096 Most Extreme Positive ,096 Differences Negative -,071 Kolmogorov-Smirnov Z ,997 Asymp. Sig. (2-tailed) ,273 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: data sekunder diolah, 2016 Berdasarkan hasil output diatas,untuk dapat dikatakan bahwa data tersebut normal apabila tingkat signifikansi variabel tersebut melebihi 0,05, dapat dilihat hasil uji Kolmogorov-Smirnov adalah 0,997 dengan probabilitas 0,273 jauh diatas = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada penelitian ini adalah normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov juga didukung oleh hasil Grafik Histogram seperti dibawah ini : Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber : data sekunder diolah, 2016 Dengan melihat Grafik Histogram diatas, memperlihatkan bentuk kurva simetris maka berdasarkan kurva tersebut, model regresi berdistribusi normal dengan angka standar deviasi mendekati 1 yaitu 0,976. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel dalam penyebaran ini layak digunakan dalam model regresi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
b. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi
yang
(independen).
ditemukan Model
terdapat regresi
korelasi dapat
antar
dikatakan
variabel
bebas
tidak
terjadi
multikolonieritas apabila nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Seperti terlihat dalam hasil output berikut ini : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B Std. Beta Tolerance VIF Error (Constant) ,143 ,123 1,163 ,248 RISK ,083 ,026 ,334 3,186 ,002 ,588 1,700 LEV ,034 ,032 ,103 1,058 ,292 ,688 1,454 1 ROA -,905 ,244 -,360 -3,713 ,000 ,689 1,452 AUD ,187 ,179 ,091 1,045 ,298 ,858 1,166 DEKI -,043 ,105 -,036 -,407 ,685 ,814 1,229 a. Dependent Variable: CETR Sumber: data sekunder diolah, 2016 Variabel independen yang tidak memiliki multikolonieritas apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 atau nilai Variabel Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10. Dari tabel diatas, karakter eksekutif yang diukur dengan resiko (RISK) memiliki nilai tolerance sebesar 0,588 dengan nilai VIF 1,700. Untuk variabel independen lainnya yaitu Leverage (LEV) memiliki nilai tolerance0,688dengan nilai VIF sebesar 1,454.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Untuk variabel independen Profitabilitas (ROA) memiliki nilai tolerance sebesar 0,689 dan nilai VIF sebesar 1,452.Sedangkan variabel independen Komite Audit (AUD) memiliki nilai tolerancesebesar 0,858 dan nilai VIF sebesar 1,166. dan untuk variabel independen yang terakhir yaitu komisaris independen (DEKI) memiliki nilai tolerance sebesar 0,814 dan nilai VIF sebesar 1,229. Dari hasil perhitungan nilai tolerance tersebut menunjukkan tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10dan nlai VIF juga menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF
lebih
dari
10.Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ada
62
Tabel 4.4 Hasil Koefisien Korelasi antar Variabel Coefficient Correlationsa Model DEKI ROA AUD DEKI 1,000 -,103 -,109 ROA -,103 1,000 ,004 Correlations AUD -,109 ,004 1,000 LEV -,390 ,287 -,095 RISK -,089 ,537 ,237 1 DEKI ,011 -,003 -,002 ROA -,003 ,059 ,000 Covariances AUD -,002 LEV -,001 RISK ,000 a. Dependent Variable: CETR
,000 ,002 ,003
,032 -,001 ,001
LEV -,390 ,287 -,095 1,000 ,364 -,001 ,002
RISK -,089 ,537 ,237 ,364 1,000 ,000 ,003
-,001 ,001 ,000
,001 ,000 ,001
Sumber : data sekunder diolah, 2016
Berdasarkan hasil dtersebut, variabel Leverage (LEV) memiliki korelasi yang cukup tinggi terhadap variabel Komisaris Independen (DEKI) yaitu dengan koefieisn sebesar -0,390 atau 39%. Oleh karena korelasi ini masih dibawah 95%, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolonieritas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin-Watson (D-W) dengan diperoleh hasil output sebagi berikut : Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of l Square the Estimate a 1 ,582 ,339 ,307 ,108415 a. Predictors: (Constant), DEKI, ROA, AUD, LEV, RISK b. Dependent Variable: CETR
DurbinWatson 1,410
Sumber: data sekunder diolah, 2016 Berdasarkan hasil pengolahan datadiatas, diperoleh nilai DurbinWatson (D-W) yang dihasilkan adalah 1,410.Oleh karena itu, nilai DurbinWatson (D-W) terletak diantara -2 sampai 2.Sehingga model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. Pengambilan keputusan terkait ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilihat dari perjelasan berikut (Santoso dalam Mulyani, 2012): a. Bila nilai D-W terletak dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Bila nilai D-W terletak diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c. Bila nilai D-W terletak diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
d. Uji Heterokedastisitas Pengujian inidilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara lain nilai residu variabel dependen dengan nilai prediksi variabel independen. Adapun grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.2 Grafik Scatterplot
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Dari grafik scatter plot diatas, menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi tax avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
D. Uji Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Hasil nilai adjusted R-Square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabelvariabel bebas. Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate a 1 ,582 ,339 ,307 ,108415 a. Predictors: (Constant), DEKI, ROA, AUD, LEV, RISK b. Dependent Variable: CETR Sumber: data sekunder diolah, 2016 Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa R sebesar 0,582 artinya korelasi jauh dari angka 1 maka korelasi variabel tidak terlalu kuat tetapi positif.Adjusted R2 menunjukkan koefisien determinasi untuk variabel independen yang lebih dari satu, nilai adjusted R2sebesar 0,307 artinya persentase variabel independen mempengaruhi variabel dependen adalah 30,7% sedangkan sisanya sebesar 69,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar pengamatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan utnuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel independen seperti karakter eksekutif (RISK), leverage (LEV), return on asset (ROA), komite audit (AUD), dan komisaris independen (DEKI) secara bersama sama terhadap variabel dependen. Hasil dari uji statistik F dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Hasil perhitungan Uji F ANOVAa Model
Sum of df Mean F Squares Square Regression ,616 5 ,123 10,474 1 Residual 1,199 102 ,012 Total 1,814 107 a. Dependent Variable: CETR b. Predictors: (Constant), DEKI, ROA, AUD, LEV, RISK Sumber: data sekunder diolah, 2016
Sig. ,000b
Dari Uji ANOVA atau F test hitung sebesar 10,474 dengan probabilitas 0,000, karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa karakter eksekutif (RISK), leverage (LEV), profitabilitas (ROA), komite audit (AUD), dan komisaris independen (DEKI) secara bersama-sama berpengaruh terhadap tax avoidance (CETR).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen yaitu : karakter eksekutif, leverage,return on asset, komite audit, dan komisaris independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yaitu tax avoidance yang diukur dengan Cash Effective Tax Rate dengan nilai signifikansi sebesar 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) ,143 ,123 RISK ,083 ,026 ,334 LEV ,034 ,032 ,103 1 ROA -,905 ,244 -,360 AUD ,187 ,179 ,091 DEKI -,043 ,105 -,036 a. Dependent Variable: CETR Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
t
1,163 3,186 1,058 -3,713 1,045 -,407
Sig.
,248 ,002 ,292 ,000 ,298 ,685
1. Pengujian Hipotesis 1
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel karakter eksekutif yang diukur dengan resiko memiliki nilai t sebesar 3,186 dengan signifikan 0,002 yaitu lebih kecil dari nilai signifikan 0,05 berarti hipotesis H1 diterima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel karakter eksekutif berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance yang diukur dengan cash effective tax rate.Perusahaan kecil atau perusahaan besar di sektor property dan real estateakan menghadapi resiko
sehingga cenderung akan melakukan tax
avoidance. 2. Pengujian Hipotesis 2
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel leverage memiliki nilai t sebesar 1,058 dengan signifikan 0,292 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 berarti hipotesis H2 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance yang diukur dengan cash effective tax rate.Semakin besar biaya bunganya yang mengakibatkan laba kena pajak menjadi lebih kecil, dan perusahaan memiliki sumber modal berasal dari utang maupun dari modal sendiri maka tidak mempengaruhi dalam melakukantax avoidance. 3. Pengujian Hipotesis 3
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel profitabilitas ynag diukur dengan return on asset(ROA) memiliki t sebesar -3,713 dengan tingkat signifikan 0,000 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 berarti hipotesis H3 ditolak. Maka secara parsial variabel profitabilitas(ROA) berpengaruh negatif terhadap tax avoidance yang diukur dengan cash effective tax rate.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Tingginya nilai return on asset perusahaan semakin tinggi pula tingkat profitabilitaasnya, hal ini akanmempengaruhi perusahaan untuk melakukan perencanaan pajak secara matang sehingga menghasilkan pajak yang optimal, sehingga kecenderungan untuk melakukan aktivitas tax avoidanceakan menurun. 4. Pengujian Hipotesis 4
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel komite audit (AUD) memiliki t sebesar 1,045 dengan tingkat signifikan 0,298 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 berarti H4 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel komite audit (AUD) tidak berpengaruh terhadap tax avoidance yang diukur dengan cash effective tax rate. Keberadaan komite audit dalam mekanisme tata kelola perusahaan kurang berperan aktif dalam melakukan aktivitas tax avoidance, hal inimencerminkan bahwa komite audit lebih cenderung melakukan tugasnya secara netral dan tepat. 5. Pengujian Hipotesis 5
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel komisaris independen (DEKI) memiliki t sebesar -0.407 dengan tingkat signifikan 0,685 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 berarti hipotesis H5 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel komisaris independen (DEKI) tidak berpengaruh terhadap tax avoidance yang diukur dengan cash effective tax rate.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
d. AnalisisRegresi Linear Berganda Berdasarkan tabel 4.8, hasil output regresi linear berganda adalahCETR = 0,143 + 0,083RISK + 0,034LEV - 0,905 ROA + 0,187 AUD – 0,043 DEKI. Keterangan : CETR = Cash Effective Tax Rate RISK = Karakter eksekutif LEV
= Leverage
ROA = Return On Assets AUD = Komite audit DEKI = Komisaris independen
Arti dari persamaan regresi linear berganda tersebut adalah : 1. Nilai konstansta (a) adalah 0,143 artinya bahwa jika variabel independen
dianggap
konstan,
maka
rata-rata
tingkat
tax
avoidanceyang diukur dengan cash effective tax rate(CETR) sebesar 0,143. 2. Nilai koefisien regresi variabel karakter eksekutif (RISK) bernilai positif yaitu 0,083. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari variabel karakter eksekutif(RISK) akan meningkatkan tax avoidanceyang diukur dengan cash effective tax rate (CETR) sebesar 0,083 persen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
3. Nilai koefisien regresi variabel leverage(LEV) bernilai positif yaitu 0,034 artinya setiap kenaikan sebesar 1 persen dari variabel leverage (LEV) akan meningkatkan tax avoidanceyang diukur dengan cash effective tax rate(CETR) sebesar 0,034. 4. Nilai koefisien regresi variabel profitabilitas (ROA) bernilai negatif yaitu -0,905 artinya setiap kenaikan 1 persen dari variabel profitabilitas akan menurunkan tax avoidanceyang diukur dengan cash effective tax rate (CETR) sebesar 0,905. 5. Nilai koefisien regresi variabel komite audit(AUD) bernilai 0,187 artinya setiap kenaikan 1 persenkomite audit akan meningkatkan tax avoidanceyang diukur dengan cash effective tax rate(CETR) sebesar 0,187. 6. Nilai koefisien regresi variabel komisaris independen (DEKI) bernilai 0,043 artinya setiap kenaikan 1 persen anggota komisaris independen maka akan menurunkan tax avoidanceyang diukur dengan cash effective tax rate(CETR) sebesar 0,043.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
E. Pembahasan 1. Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Tax Avoidance Berdasarkan hasil uji hipotesis, menunjukkan bahwa untuk variabel karakter eksekutif berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwabesar kecilnya resiko perusahaan mengindikasikan kecenderungan karakter eksekutif. Untuk eksekutif yang memiliki karakter risk taker memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan Property dan Real Estate dibandingkan dengan eksekutif yang memiliki karakter risk averse yang cenderung menghindari resiko dalam pengambilan keputusan. Keputusan eksekutif untuk melakukan penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan mempengaruhi beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan menjadi lebih kecil. Implikasi dari kecilnya beban pajak yang harus dibayar perusahaan akan meningkatkan cash flow perusahaan. Berarti, eksekutif sebagai agent memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan melakukan penghindaran pajak dengan menekan beban pajak perusahaan serendah mungkin.Sehingga eksekutif memiliki peranan penting dalam menentukan keputusan untuk menghindari pajak dengan beberapa metode dan cara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menyatakan tax avoidance yang diukur dengan menggunakan cash effective tax rate dipengaruhi oleh karakter eksekutif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono (2012), Dyreng et al(2010), serta Swingly dan Sukartha (2015) bahwa eksekutif memiliki peranan signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
2. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance Berdasarkan hasil uji hipotesis, menunjukkan bahwa untuk variabel leveragetidak berpengaruh dan signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi atau semakin rendah leverage suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan Property dan Real Estate.Keputusan pendanaan dari utang mengakibatkan munculnya beban bunga yang dapat menjadi pengurang laba kena pajak, Perusahaan Property dan Real Estate yang menjadi sampel memiliki utang yang sebagian besar berasal dari pinjaman modal kepada pemegang saham pengendali atau pihak pihak berelasi, sehingga beban bunga yang ditimbulkan tidak dapat digunakan sebagai pengurang laba kena pajak perusahaan, karena beban bunga yang dapat menjadi pengurang laba kena pajak adalah beban bunga yang muncul akibat adanya pinjaman kepada pihak ketiga atau kreditur yang tidak memiliki hubungan dengan perusahaan sesuai dengan UU nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 Ayat 1a dan Pasal 18 ayat 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
Dengan demikian, dapat disimpulkan penelitian ini menyatakan bahwatax avoidance yang diukur dengan menggunakan cash effective tax rate tidak dipengaruhi oleh leverage.Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013), dan Subakti (2012) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak
yang dilakukan oleh
perusahaan.
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa untuk variabel profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.Hal ini menunjukkan bahwa apabila kemampuan perusahaan menghasilkan laba meningkat maka pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan juga meningkat.Profitabilitas merupakan faktor penting dalam pengenaan pajak penghasilan bagi perusahaan, karena merupakan indikator perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan.Oleh karena itu, profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance, tetapi apabila laba meningkat maka penghindaran pajak menurun, hal ini disebabkan oleh perusahaan tidak melakukan efisiensi dalam pembayaran pajaknya dan tingkat perofitabilitas perusahaan yang cenderung stabil dan cukup baik.Sehingga profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Subakti (2012) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi berpengaruh signifikan positif terhadap kemungkinan melakukan penghindaran pajak.Dengan demikian, dapat disimpulkan penelitian ini menyatakan tax avoidance yang diukur dengan menggunakan cash effective tax rate dipengaruhi oleh profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA). Hasil penelitian terkait pengaruh profitabilitas ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2014), Handayani et al (2015), Kurniasih dan Sari (2013), Noor et al (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara profitabilitas dan penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh perusahaan.
4. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance Berdasarkan hasil uji hipotesis, menunjukkan bahwa untuk variabel komite audit tidak berpengaruhdan signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit dalam mekanisme tata kelola perusahaan kurang berperan aktif dalam penetapan kebijakan terkait besaran cash effective tax rate perusahaan yang lebih cenderung untuk menjalankan tugasnya secara netral dan tepat berdasarkan regulasi yang telah ditetapkan.(Handayaniet al, 2015), banyak atau sedikitnya jumlah anggota komite audit pada perusahaan tidakmemberikan jaminan dapat melakukan peran aktif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
dalam penghindaran pajak.Berarti, semakin efektif kinerja komite audit perusahaan Property dan Real Estatemaka semakin memiliki peran aktif dalam kualitas tata kelola perusahaan dengan meningkatkan pengawasan atas kinerja perusahaan sehingga terciptanya proses bisnis yang efektif dan efisien. dalam teori agensi, manajemen perusahaan sebagai agent memiliki wewenang untuk mengambil keputusan bisnis, sehingga komite audit tidak memiliki wewenang untuk mencegah manajemen perusahaan atas keputusan untuk melakukan penghindaran pajaknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan penelitian ini menyatakan tax avoidance yang diukur dengan menggunakan cash effective tax rate tidak dipengaruhi oleh komite audit. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani et al (2015), Prakosa (2014), Swingly dan Sukartha (2015) yang menyebutkan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
5. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance Berdasarkan hasil uji hipotesis, menunjukkan bahwa untuk variabel komisris independen tidak berpengaruh dan signifikan terhadap tax avoidance.Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi komisaris independen maka tidak mempengaruhi perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Oleh karena itu, perusahaan Property dan Real Estate telah memenuhi peraturan OJK No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik dan peraturan BEI KEP-0001/BEI/01-2014 yang menyatakan bahwa perusahaan Property dan Real Estate memiliki 30% Dewan Komisaris Independen dari seluruh anggota dewan komisaris. Keberadaan komisaris independen hanya untuk memenuhi peraturan undang-undang yang berlaku, sehingga kinerja komisaris independen tidak mempengaruhi kebijakankebijakan yang diambil oleh perusahaan termasuk dalam hal kewajiban perpajakan perusahaan dan untuk pengawasan internal secara langsung cukup sulit mempengaruhi penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan, dikarenakan komisaris independen hanya mengawasi kinerja manajemen yang mengambil keputusan tetaplah manajemen perusahaan, sehingga wewenang komisaris independen tidak dapat secara langsung mengurangi keingininan manajemen untuk melakukan penghindaran pajak. Dengan demikian, dapat disimpulkan penelitian ini menyatakan tax avoidance yang diukur dengan menggunakan cash effective tax rate tidak dipengaruhi oleh komisaris independen.Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013), dan Agusti (2014) yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/