BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Penelitian Penelitian dilakukan dari periode 2012 - 2014 pada perusahaan property dan real estate yang go public di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan kriteriakriteria, dimana dapat dilihat pengambilan sampel sebagai berikut : Tabel 5.1 Jumlah Pengambilan Sampel Penelitian Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014 Kriteria Pengambilan Sampel Perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melaporkan laporan keuangan Perusahaan go public di BEI yang tidak mempunyai data lengkap untuk proses pengolahan data Sisa perusahaan (sampel penelitian) Jumlah pengamatan (39 perusahaan x 3 periode) Data Outlier
Jumlah 52 13 39 117 12
Total jumlah pengamatan
105
Sumber : data sekunder yang diolah
Dari tabel 5.1 di atas populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI antara tahun 2012 hingga tahun 2014 berjumlah 52 perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan secara lengkap sebanyak 13 perusahaan, terdapat hanya 39 perusahaan selama periode tahun 2012 2014 dan sebanyak 12 data outlier, sehingga yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan 105 pengamatan. 84 http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
B. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Dalam penelitian ini akan menganalisis data statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian. Penjelasan data disertai dengan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Berikut ini dijelaskan statistik deskriptif data penelitian : Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DR
105
-1,6495
1,6060
,022311
,5508375
Asimetri
105
,0000
151,1188
56,611565
32,2991880
IOS
105
-52,1005
141,3591
13,458190
18,8391557
lev
105
,0393
,7402
,387090
,1463792
Growth
105
-,8750
2,1045
,287376
,4417175
Size
105
25,2486
31,2623
28,769764
1,4807909
Valid N (listwise)
105
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari data di atas dapat dijelaskan gambaran angka-angka statistik masing-masing variabel penelitian sebagai berikut : a. Nilai variable dependen Manajemen Laba nilai minimum sebesar -1,6495 dan nilai maksimum 1,6060 dengan nilai rata-rata 0,022311 dan standar deviasi 0,5508375, berarti terindikasi bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan labanya, namun dalam jumlah yang relatif kecil. Nilai Manajemen Laba yang paling rendah dimiliki oleh BAPA 2014 yaitu sebesar -1,6495, sedangkan untuk Manjemen Laba paing tinggi dimiliki oleh DART 2014 yaitu sebesar 1,6060. b. Nilai variabel independen Asimetri Informasi nilai minimumnya 0,0000 dan maksimum 151,1188 dengan rata-rata 56,611565 dan standar deviasi 32,2991880. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Nilai Asimetri Informasi yang paling rendah dimiliki oleh ELTY 2014, GMTD 2012,
86
MKPI 2012, MTSM 2014, OMRE 2014
yaitu sebesar 0,0000, sedangkan untuk
Asimetri informasi paling tinggi dimiliki oleh GAMA 2013 yaitu sebesar 151,1188. c. Nilai variabel independen Set Kesempatan Investasi (IOS) yang diukur dengan proksi Earning Price Ratio (EPR) yaitu perbandingan antara laba bersih dengan harga per lembar saham perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar -52,1005, nilai maksimum sebesar 141,3591 dan nilai rata-rata sebesar 13,458190 serta nilai standar deviasi sebesar 18,8391557. Nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan rata-rata menunjukkan bahwa variasi atau perbedaan antar data pada variabel manajemen laba relatif besar. Set Kesempatan Investasi (IOS) paling rendah dimiliki oleh FMII 2013 yaitu sebesar -52.1005, sedangkan untuk Set Kesempatan Investasi (IOS) paling tinggi dimiliki oleh EMDE 2012 yaitu sebesar 141,3591. d. Nilai variable kontrol Leverage yang diukur dengan menggunakan rasio hutang dibandingkan dengan aset perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,387090, nilai minimum sebesar 0,0393 nilai maksimum sebesar 0,7402. Nilai leverage paling rendah dimiliki oleh GWSA 2013 yaitu sebesar 0,0393, sedangkan untuk leverage paling tinggi dimiliki oleh GMTD 2014 yaitu sebesar 0,7402. e. Nilai variable kontrol Pertumbuhan Penjualan (Growth) yang diukur dengan menggunakan penjualan tahun ini dibanding pernjualan tahun lalu perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,287376 nilai minimum sebesar -0,8750 nilai maksimum sebesar 2,1045 nilai standar deviasi sebesar 0,4417175 Nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan rata-rata menunjukkan bahwa variasi atau perbedaan antar data pada variabel size atau ukuran perusahaan relatif besar. Nilai Pertumbuhan perusahaan (growth) paling rendah dimiliki oleh CTRA 2014 yaitu sebesar -0.8750, sedangkan untuk nilai paling tinggi dimiliki oleh JIHD 2013 yaitu sebesar 2,1045. http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
f. Nilai variabel control Ukuran perusahaan (Size) yang diukur dengan menggunakan Ln total aset perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 28,769764 nilai minimum sebesar 25,2486 nilai maksimum sebesar 31,2623 yang berarti terjadi perbedaan nilai standar deviasi
yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya yaitu sebesar 1,4807909.
Ukuran perusahaan (Size) paling rendah dimiliki oleh MTSM 2014 yaitu sebesar 25,2486, sedangkan untuk paling tinggi dimiliki oleh LPKR 2014 yaitu sebesar 31.2623. 2. Uji Asumsi Klasik Penelitian ini akan menganalisis pengaruh asimetri informasi dan set kesempatan investasi (IOS) serta variabel kontrol (leverage, growth, size) terhadap manajemen laba. 2.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable dependen dan variabel independen mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Dalam hal ini model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji
normalitas
digunakan analisis grafik histogram
yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Hasil output regresi menunjukkan bahwa variabel dependen dan independen pada penelitian ini mempunyai distribusi yang normal, karena dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 5.1 dapat disimpulkan grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
Gambar 5.1 Grafik Histogram Regression Standardized Residual
Grafik normal P-P Plot of regression standardized residual dengan membandingkan antara distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengandistribusi kumulatif dari distribusi normal seperti gambar 5.2 sebagai berikut: Gambar 5.2 Grafik Normal P-P Plot of regression
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
Pada grafik normal probability plot tampak titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya tetap mendekati dan mengikuti arah garis diagonalnya. Berdasarkan tampilan pada kedua grafik tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi uji normalitas. Selain itu untuk lebih meyakinkan dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, maka akan diperoleh output sebelum dan sesudah ditransformasi data menggunakan Tabel 5.3 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
105 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
,0000000 ,51678735
Absolute
,049
Positive
,045
Negative
-,049
Kolmogorov-Smirnov Z
,501
Asymp. Sig. (2-tailed)
,963
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
bilangan natural (ln) dengan menggunakan nilai unstandardized residual dapat dilihat pada tabel 5.3. Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa hasil uji One-sample Kolmogorof-Smirnov Test dapat diketahui bahwa nilai KolmogorovSmirnov Z sebesar 0.501 dan probabilitas signifikansi 0.963 > α 0.05 yang berarti data residual berdistribusi normal. 2.2.Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pengujian multikoli-nearitas dalam penelitian inihttp://digilib.mercubuana.ac.id/ dilakukan dengan menggunakan nilai Tolerance dan Variance
90
Inflation Factor (VIF) dengan batas nilai toleransi terendah 0,10 dan nilai VIF tertinggi 10. Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiiki nilai tolerance kurang dari 0.10 artinya tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
juga menunjukkan bahwa
tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi ini. Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolinearitas Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Error (Constant)
-3,473
1,041
Asimetri
,001
,002
,037
,895
1,118
IOS
,003
,003
,089
,990
1,010
Lev
-,195
,388
-,052
,836
1,196
Growth
,076
,120
,061
,957
1,045
Size
,121
,038
,325
,859
1,165
1
a. Dependent Variabel: DR
Sumber : data diolah dengan SPSS
2.3. Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.5 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary Model 1
R
R Square
.343 a.
a
.118
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.082
Predictors: (Constant), Asimetri, IOS, Lev, Growth, Size,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
.527696
DurbinWatson 2.147
91
Ghozali (2013) menjelaskan sesuai tabel 4.2 pada halaman 80 bahwa bila nilai DW berada pada du < DW < 4-du, berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif. Berdasarkan pada tabel 5.5 pada penelitian ini dengan jumlah sampel = 105, jumlah variabel = 5 pada nilai signifikansi α = 0,05 diperoleh dl = 1,5837 dan du= 1.7827, maka didapatkan hasil pengujian Durbin Watson (DW) test sebesar 2,147. Dengan ketentuan : du < DW < 4-du = 1,7827 < 2,147 < 2.2173. Hal ini berarti model regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi positif dan negatif, karena angka DW test berada diantara du tabel dan 4-du tabel. 2.4. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar 5.3 di bawah ini hasil output uji heteroskedastisitas dengan GAMBAR 5.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka mengindikasikan bahwa dalam penelitian ini tidak ditemui http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
adanya gangguan heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan diagram Scatterplot dapat dilihat pada Gambar 5.5. 3. Uji Hipotesis 2
3.1. Uji Koefisien Determinasi (R ) Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R-square dari model regresi
untuk mengetahui besarnya
pengungkapan variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi dari model regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut: Tabel 5.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model 1 a.
R .343
a
R Square
Adjusted R Square
.118
.082
Std. Error of the Estimate .527696
Predictors: (Constant), Asimetri, IOS, Lev, Growth, Size,
Pada penelitian ini nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) dapat dilihat pada tabel 5.6 yaitu sebesar 0,082 atau 8,2 %. Hal ini berarti bahwa besarnya pengaruh variable independen asimetri informasi dan investment opportunity set (IOS) serta variabel kontrol (leverage, growth, size) terhadap manajemen laba sebesar 8,2 % dalam memprediksi manajemen laba, sedangkan sisanya yaitu 91,8% dijelaskan oleh faktorfaktor lain, selain variabel yang diteliti di atas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
3.2. Uji Simultan atau F test Hasil dari uji F dapat dilihat pada tabel 5.7 sebagai berikut : Tabel 5.7 Hasil Uji F a
ANOVA Sum of Squares
Model 1 Regression
Mean Square
Df
3.781
5
.756
Residual
27.775
99
.281
Total
31.556
104
F
Sig.
2.695
.025
b
a. Dependent Variabel: DR b. Predictors: (Constant), Asimetri, IOS, Lev, Growth, Size
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 21 di atas, kriteria pengujian Fhitung > Ftabel (2,695 > 2,46) dan signifikasi (0,025 < 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel asimetri informasi, IOS, leverage, growth, size secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. 3.3. Uji Parsial atau Uji t Hasil dari uji t dapat dilihat pada tabel 5.8 sebagai berikut : Tabel 5.8 Hasil Uji t
Model 1 (Constant)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
-3.473
1.041
Asimetri
.001
.002
IOS
.003
Lev
Beta
t
Sig.
-3.336
.001
.037
.373
.710
.003
.089
.941
.349
-.195
.388
-.052
-.503
.616
Growth
.076
.120
.061
.630
.530
Size
.121
.038
.325
3.194
.002
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
1. Uji pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba. Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa nilai thitung 0,373 < ttabel 1,98045 dan nilai probabilitas pada kolom signifikasi 0,710 > 0,05, artinya bahwa tidak ada pengaruh antara asimetri informasi terhadap manajemen laba. Dalam pengambilan hipotesa bahwa H1 ditolak, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asimetri informasi
pada perusahaan tidak dapat digunakan untuk memprediksi
manajemen laba. 2. Uji pengaruh Set Kesempatan Investasi (IOS) terhadap Manajemen Laba. Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa nilai thitung 0,941 < ttabel 1,98045 dan p-value pada kolom signifikasi 0,349 > 0,05, artinya bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara IOS terhadap manajemen laba. Dalam pengambilan hipotesa bahwa H2 ditolak, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Earnings Price Ratio (EPR) yang merupakan proksi dari IOS tidak dapat digunakan untuk memprediksi manajemen laba. 3. Uji pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba. Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa nilai thitung -0,503< ttabel 1,98045 dan nilai probabilitas pada kolom signifikasi 0,616 > 0,05, artinya bahwa tidak ada pengaruh antara leverage terhadap manajemen laba. Dalam hali ini bahwa hipotesa ditolak, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage pada perusahaan tidak dapat digunakan untuk memprediksi manajemen laba. 4. Uji pengaruh Pertumbuhan Penjualan (Growth) terhadap Manajemen Laba. Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa nilai thitung 0,63 < ttabel 1,98045 dan nilai probabilitas pada kolom atau nilai signifikasi 0,530 > 0,05, artinya bahwa tidak ada http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
pengaruh antara growth terhadap manajemen laba.. Dalam hal ini bahwa hipotesa ditolak, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa growth perusahaan tidak dapat digunakan untuk memprediksi manajemen laba. 5. Uji pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Manajemen Laba. Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa nilai thitung 3,194 > ttabel 1,98045 dan nilai probabilitas pada kolom atau nilai signifikasi 0,002 < 0,05, artinya berpengaruh signifikan. Dalam hal ini bahwa hipotesa bahwa hipotesa diterima, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi size perusahaan, maka akan semakin tinggi pula manajemen laba. Sebaliknya, semakin rendah size perusahaan akan semakin rendah pula manajemen laba. 4. Analisis Uji Regresi Linier Berganda Pada penelitian ini menganalisis pengaruh antara asimetri informasi dan set kesempatan investasi (IOS) serta variabel kontrol (size, leverage, growth) terhadap manajemen laba periode tahun 2012 – 2014 pada perusahaan yang go public di BEI, dengan output sebagai berikut : Tabel 5.9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
-3.473
1.041
Asimetri
.001
.002
IOS
.003
.003
Lev
-.195
.388
Growth
.076
.120
Size
.121
.038
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
Manajemen Laba = -3,473 + Asimetri informasi 0.001 + IOS 0.003 – Leverage 0.195 + Growth 0.076 + Size 0.121 Keterangan : a. Konstanta sebesar -3,473 menyatakan jika tidak ada asimetri informasi, IOS, leverage, growth, size, maka manajemen laba akan tetap ada sebesar -3,473. b. Koefisien regresi variabel asimetri informasi sebesar 0.001 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan akan mengalami kenaikan 1 %, maka manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0.001 %. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Semakin meningkat asimetri informasi, maka semakin tinggi manajemen laba. c. Koefisien regresi variabel IOS sebesar 0,003 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan IOS mengalami kenaikan 1 %, maka manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0.003 %. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara IOS dengan manajemen laba. Semakin meningkat IOS, maka semakin tinggi manajemen laba. d. Koefisien regresi variabel leverage sebesar -0,197 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan leverage mengalami kenaikan 1 %, maka manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar -0,197 %. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara leverage dengan manajemen laba. Semakin meningkat leverage, maka semakin menurun manajemen laba. e. Koefisien regresi variabel growth sebesar 0,076 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan growth mengalami kenaikan 1 %, maka manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0.076 %. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara growth dengan manajemen laba, semakin meningkat growth, maka semakin tinggi manajemen laba. http://digilib.mercubuana.ac.id/
97
f. Koefisien regresi variabel size sebesar 0.121 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan size mengalami kenaikan 1 %, maka Manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0.121 %. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara size dengan manajemen laba, semakin meningkat size, maka semakin tinggi manajemen laba. C. Pembahasan Berdasarkan beberapa pengujian dapat diketahui sebagai berikut : Tabel 5.10 Interprestasi Hasil Uji
No.
Variabel Independen
Hasil Sig.
Keputusan Hipotesis
Uji F 1
Seluruh variabel independen
0,025 < 0.05
H1 diterima
2
Asimetri Informasi
0.710 > 0.05
H1 ditolak
3
Set Kesempatan Investasi (IOS)
0.349 > 0.05
H2 ditolak
4
Leverage
0.616 > 0.05
ditolak
5
Growth
0.530 > 0.05
ditolak
6
Size
0.002 < 0.05
diterima
Uji t
Sumber : data yang diolah
1. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh pada praktik manajemen laba dengan nilai thitung sebesar 0,373 dengan nilai signifikansi 0,710 lebih besar dari 0.05. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Ni Ketut Muliati (2011) yang menyatakan bahwa asimetri infomasi berpengaruh signifikanhttp://digilib.mercubuana.ac.id/ positif terhadap manajemen laba. Semakin tinggi asimetri
98
informasi yang terjadi antara principal dengan agent, maka semakin besar kemungkinan tindakan praktek manajemen laba yang dilakukan oleh agent didalam perusahaan. Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Healy et.al (2001) yang meneliti tentang information asymetri, corporate disclosure, and the capital markets: A review of the empirical disclosure literature menemukan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Begitu juga temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Olyvia (2010), dan Adriyani (2011) yang menyatakan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal yang menyebabkan asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan, kemungkinan terjadi kesalahan pada pelaporan keuangan terdahulu yang tidak sesuai dengan kaidah kualitatif. Kaidah tersebut adalah : a. Laporan keuangan harus menyediakan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakainya atau dengan kata lain, laporan keuangan yang relevan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi semua pihak yang membutuhkan. b. Laporan keuangan harus netral dari keinginan pihak-pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan pribadi dari informasi yang disajikan dalam laporan itu. c. Laporan keuangan harus menyajikan informasi yang lengkap dan komprehensif, oleh sebab itu laporan keuangan harus mengungkapkan semua informasi mengenai kinerja dan kondisi perusahaan. d. Laporan keuangan harus mempunyai daya banding dan uji. Laporan keuangan dikatakan mempunyai daya banding apabila informasi yang disajikan dapat dibandingkan dengan informasi pada periode terdahulu atau perusahaan yang berbeda, sedangkan daya uji adalah kemampuan laporan keuangan untuk tetap menghasilkan informasi yang sama apabila diuji kembali dengan menggunakan metode yang sama (Sulistyanto, 2008).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
99
Disamping itu, hal lain ditolaknya hipotesis ini adalah kemungkinan proksi yang kurang kuat dalam memperhitungkan asimetri informasi. Khomsiyah (2003) mengatakan bahwa pengukuran dispersi dan volatilitas forecast analisis merupakan suatu pengukuran alternatif bagi asimetri informasi dibandingkan relative bid ask spread. Selanjutnya Siregar (2006) yang menemukan hasil penelitian bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba mengemukakan alasan bahwa kemungkinan jumlah sampel yang relatif tidak banyak sehingga estimasi parameter kurang tepat membuat asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 2. Pengaruh Set Kesempatan Investasi (IOS) Terhadap Manajemen Laba Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable Set Kesempatan Investasi (IOS) tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, yang berarti bahwa ada atau tidaknya kesempatan investasi tidak berdampak langsung terhadap manajemen laba. Hal ini tidak sesuai dengan yang dinyatakan dari penelitian File dan Kwak (2006) menemukan bahwa ada pengaruh negatif antara IOS (MBA ratio) dengan manajemen laba. Penelitian Gul, Leung,dan Srinidhi (2003), Riahi Belkaoui (2003), Skiner (1993) menemukan bahwa adanya hubungan positif antara IOS dengan manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pagalung (2003), menunjukkan pengaruh yang signifikan dan positif antara kebijakan hutang dan IOS sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan investasi tinggi akan mempunyai hutang yang tinggi. Herdinata (2009), menemukan kebijakan pendanaan perusahaan yang berpotensi tumbuh tinggi memiliki tingkat hutang yang tinggi, karena pada perusahaan yang berpotensi tumbuh tinggi diduga mempunyai kesempatan investasi yang tinggi sehingga membutuhkan dana yang tinggi yang mana tidak cukup jika hanya didanai dari internal perusahaan. Variabel investment opportunity set (IOS) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. http://digilib.mercubuana.ac.id/
100
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prasetyo (2009) dan Kallapur dan Trombley (2001), yang menunjukkan bahwa investment opportunity set (IOS memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap manajemen laba. Dalam hal ini terjadi perbedaan hasil uji ini disebabkan oleh sampel dan periode penelitian serta metode penelitian yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan property dan real estate dengan periode tiga tahun dari tahun 2012 - 2014, sedangkan penelitian terdahulu mengambil sampel pada perusahaan manufaktur yang pada umumnya mencakup hampir semua perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga sampel yang digunakan lebih banyak. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan hasil uji, yang mana penelitian terdahulu menunjukkan bahwa investment opportunity set (IOS) memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap manajemen laba. Seringkali dikatakan bahwa kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat kesempatan investasi yang tinggi mempunyai hutang yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan beranggapan bahwa biaya hutang dapat digunakan sebagai penghemat pajak namun hutang juga bisa menimbulkan biaya kebangkrutan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan investasi pastinya akan menggunakan hutang sampai titik yang mana bisa diperoleh manfaat yag optimal dari penggunaan hutang tersebut, artinya semakin besar kesempatan investasi suatu perusahaan, maka akan meningkatkan sumber pendanaan eksternal atau berhutang, dikarenakan adanya banyak kebutuhan dana investasi yang tidak bisa ditutupi hanya mengandalkan dana internal. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Myers (1977) dan Nina (2006) yang menunjukkan bahwa perusahaan bertumbuh (perusahaan dengan level investment opportunity set yang tinggi) cenderung tidak mendanai proyek-proyeknya http://digilib.mercubuana.ac.id/
101
dengan pendanaan ekternal yang berasal dari hutang tetapi cenderung mendanainya dengan sumber internal. 3. Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa leverage ternyata tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Kusumaning (2004) dan Edgina (2008) bahwa leverage tidak signifikan mempengaruhi manajemen laba. Implikasi manajerial yang paling mungkin menjelaskan hubungan tidak signifikan ini adalah dengan tingginya hutang akan meningkatkan risiko default bagi perusahaan, akan tetapi manajemen laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindarkan default tersebut, karena pemenuhan kewajiban hutang tidak dapat dihindarkan dengan manajemen laba. Namun hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Widyaningdyah (2001) dan Veronica dan Bactiar (2003) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hasil ini juga membantah ada anggapan bahwa perusahaan yang memiliki hutang dalam jumlah besar akan melakukan manajemen laba, karena sebenarnya perusahaan yang bersangkutan gagal dalam memenuhi kewajiban hutang pada waktunya. 4. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan (Growth) Terhadap Manajemen Laba Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa pertumbuhan penjualan (growth) ternyata tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gu dkk (2005) dan Handayani dan Rachadi (2009) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap managemen laba, sedangkan Kim et al (2003) ; Handayani dan Rachadi (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi, kemungkinan tidak termotivasi melakukan manajemen laba. Sebaliknya jika http://digilib.mercubuana.ac.id/
102
perusahaan mempunyai pertumbuhan rendah, maka akan memiliki kecenderungan menyesatkan laporan laba atau perubahan laba melalui tindakan manajemen laba. 5. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) Terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (size) memiliki thitung sebesar 3,194 dengan tingkat signifikansi 0.002. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan ternyata berpengaruh positf dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya perusahaan memiliki pengaruh terhadap adanya pengelolaan laba yang dilakukan oleh manajemen. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Albrecth & Richardson (1990) dan Lee & Choi (2002) dikutip dari Andiany (2011) yang menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan besar akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan dan cenderung melaporkan kondisi keuangan akurat karena dipandang lebih kritis oleh pihak luar, jika manajemen laba tersebut oportunis maka semakin besar perusahaan semakin kecil manajemen laba. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasser dan Herlina (2003), Jatiningrum (2000), dan Handayani dan Rachadi (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba yang berarti ukuran perusahaan kecil, sedang dan besar terbukti melakukan manajemen laba melalui pelaporan laba positif. Menurut Juniarti dan Corolina (2002) bahwa perusahaan besar tidak selamanya diidentikkan dengan padat modal, tetapi bisa jadi padat karya. Hal ini memberikan suatu kesimpulan bahwa nilai total aktiva kurang tepat untuk dijadikan tolak ukur besarnya suatu perusahaan. Dengan demikian dimungkinkan adanya komponen lain yang dapat dijadikan parameter dalam mengukur besarnya perusahaan yaitu harga http://digilib.mercubuana.ac.id/
103
saham. Hal ini didukung oleh pernyataan Grant (1995), Salno dan Baridwan (2000), bahwa besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari tingkat kemakmurannya yang tercermin dalam nilai pasar saham. Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Marrakchi (2001), Veronica dan Siddharta (2005), Halim, dkk. (2005) dan Rahmawati, dkk. (2006) bahwa hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada praktik manajemen laba.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Marihot dan Doddy (2007), Jin dan Machfoeds (1998), Salno dan Baridwan (2000), Jatiningrum (2000), serta Nasser dan Herlina (2003, yang menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada praktik manajemen laba. Marrakchi (2001) di Amerika Serikat dengan menggunakan data sampel perusahaan industri tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil, karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Siregar, Veronica dan Siddharta (2005) meneliti di BEI pada periode pengamatan 1995 - 1996 dan 1999 - 2002, menemukan ukuran perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Halim, dkk. (2005) menguji pengaruh ukuran perusahaan pada manajemen laba. Penelitian ini menggunakan 34 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan termasuk Indeks LQ-45 tahun 2001 berturut-turut selama 2 periode (periode Februari 2001 dan Agustus 2001) dan tahun 2002 berturut-turut selama 2 periode (periode Februari 2002 dan Agustus 2002). Hasil pengujian dalam penelitian ini mendukung pandangan yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan manajemen laba, karena perusahaan yang lebihhttp://digilib.mercubuana.ac.id/ besar memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba
104
dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks, selain itu juga
perusahaan besar juga lebih dituntut untuk
memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi (Marrakchi, 2001).
http://digilib.mercubuana.ac.id/