BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data Penelitian 1. Statistik Deskriptif Data Penelitian Deskripsi data dari masing-masing variabel penelitian yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Penelitian Descriptives Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Return Saham (Y)
48
-86.89
71.03
5.1881
30.62198
DER (X1)
48
15.80
273.53
73.6964
57.02785
CR (X2)
48
.00
693.33
227.3848
150.70009
ROE (X3)
48
-5.29
125.81
22.8932
24.28828
TAT (X4)
48
-.69
95.71
17.1829
15.58265
Valid N (listwise)
48
Sumber: Output SPSS, 2015 (data diolah)
Keterangan: Y
: Return saham
X1
: debt to equity ratio
X2
: current ratio
X3
: return on equity
X4
: total asset turnover
98
99
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa: a. Variabel Y (Return saham) memiliki nilai terendah yaitu -86,89 dan nilai tertinggi yaitu 71,03. Sedangkan rata-rata dari Y (Return saham) perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2012 sampai 2014 sebesar 5,188. b. Variabel X1 (debt to equity ratio) memiliki nilai terendah yaitu 15,80 dan nilai tertinggi yaitu 273,53. Sedangkan rata-rata dari X1 (debt to equity ratio) perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2012 sampai 2014 sebesar 73,6964. c. Variabel X2 (current ratio) memiliki nilai terendah yaitu .00 dan nilai tertinggi yaitu 693,33. Sedangkan rata-rata dari X2 (current ratio) perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2012 sampai
2014
sebesar
227,3848 d. Variabel X3 (return on equity) memiliki nilai terendah yaitu -5,29 dan nilai tertinggi yaitu 125,81. Sedangkan rata-rata dari X3 (return on equity) perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2012 sampai 2014 sebesar 22,8932. e. Variabel X4 (total assets turnover) memiliki nilai terendah yaitu -0,69 dan nilai tertinggi yaitu 95,71. Sedangkan rata-rata dari X4 (total asset turnover) perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2012 sampai 2014 sebesar 17,1829
100
B. Uji Normalitas Data 1. Analisis Grafik Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini, dengan cara melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain itu, metode lain dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya, Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.1 Hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan grafik histogram dan normal probability plot dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 berikut ini: Gambar 4.1 Histogram – Return Saham
Sumber: Output SPSS, 2015 (data diolah) 1
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Cet. Ke-5 (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), hlm.163.
101
Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1 tersebut dapat disimpulkan bahwa grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal dan berbentuk simetris, tidak menceng (skewness) ke kanan atau ke kiri. Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot – Harga Saham
Sumber: Output SPSS, 2015 (data diolah)
Pada gambar 4.2 grafik normal probability plot untuk uji regresi dengan variabel dependen harga saham (price), terlihat bahwa titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari histogram dan grafik tersebut maka dapat dinyatakan bahwa model regresi pada penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
102
2. Uji Statistik Kolmogrov-Smirnov Untuk menentukan data dengan uji Kolmogorov-Smirnov,nilai signifikansi harus diatas 5%. Jika signifikasi > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika signifikasi < 0,05 maka tidak berdistribusi normal.2 Pengujian terhadap normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa data variabel mempunyai nilai signifikansi Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,703. Dimana hasilnya menunjukkan tingkat signifikasi di atas 0,05, hal ini berarti data yang digunakan terdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogrov – Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,,b
47 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 30.35597207
Absolute
.103
Positive
.072
Negative
-.103
Kolmogorov-Smirnov Z
.705
Asymp. Sig. (2-tailed)
.703
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS, 2015 (data diolah)
2
Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Mahasiswa dan Umum, (Yogyakarta : Ardana Media , 2007), hlm 48
103
3. Uji Multikolinearitas Dalam mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen pada model persamaan pertama digunakan variance inflationfactor (VIF). Berdasar hasil yang ditunjukkan dalam output SPSS maka besarnya VIF dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3. Hasil Perhitungan VIF Coefficientsa Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
1(Constant) DER
.727
1.375
CR
.791
1.265
ROE
.343
2.917
TAT
.366
2.730
a. Dependent Variable: Return Saham (Sumber: output SPSS, 2015 data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa keempat variabel independen tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF <10,00. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh antar variabel independen. Dengan demikian empat variabel independen (CR, DER, ROE dan TAT) dapat digunakan untuk memprediksi return saham. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi liner kesalahan pengganggu (e) mempunyai varians yang sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk menguji
104
Heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan uji Park Geyser antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka terdapat Heteroskedastisitas Berdasar output SPSS maka hasil uji heteroskedastisitas dapat ditunjukkan dalam tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1
9.101
25.607
-1.138
5.340
.004
.023
ROE
8.501
TAT
-.432
(Constant) DER CR
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig.
.355
.724
-.038
-.213
.832
.033
.193
.848
6.681
.328 1.273
.210
.331
-.325 -1.304
.199
a. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Sumber: output SPSS, 2015 data diolah)
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan dalam tabel 4.4. tersebut nampak bahwa variabel bebas CR, DER, ROE dan TAT di atas, pada kolom nilai signifikan (Sig.) masing-masing memiliki nilai sebesar 0,832, 0,848, 0,210, dan 0,199 menunjukkan hasil yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa
semua
variabel
bebas
tersebut
tidak
terjadi
heteroskedastisitas dalam varian kesalahan, dan semua variabel bebas yang digunakan tidak mempengaruhi residualnya.
105
5. Uji Autokorelasi Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji DurbinWatson (DW-test). Hasil regresi dengan level of significance 0,05 (α=0,05) dengan jumlah variabel bebas (k = 4) dan banyaknya data (n = 45). besarnya angka durbin-watson ditunjukkan pada tabel 4.5. yang menunjukkan hasil dari residual statistic. Tabel 4.5. Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb Model 1
R .188
R Square a
.035
Adjusted R Std. Error of the Square Estimate Durbin-Watson -.057
31.76862
2.100
a. Predictors: (Constant), TAT, CR, DER, ROE b. Dependent Variable: Return Saham (Sumber: output SPSS, 2015 data diolah)
Berdasarkan hasil hitung Durbin-Watson sebesar 2,100, sedangkan dalam tabel DW untuk k = 4 dan N = 47 besarnya DW-tabel: dl (batas luar) = 1,3535 dan du (batas dalam) = 1,7203 sehingga nilai 4 – dL = 4 – 1,3535 = 2,6465 dan 4 – du = 4 – 1,7203 = 2,2797. Maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW-test terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3. sebagai berikut:
106
Gambar 4.3. Hasil Uji Durbin Watson
Tidak ada Autokorelasi Ada Autokorelasi-
Ada Autokorelasi+
1,7203
1,3535
2,6465
4
2,2797
(Sumber: output SPSS, data 2015 diolah)
Sesuai dengan gambar 4.3. diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2.100 nilai ini berada diantara 1,82 dan 4,00 sehingga dapat disimpulkan
bahwa
data
tersebut
tidak
terjadi
autokorelasi
(no
autocorrelation).
C. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Analisis Regresi Linier Berganda Besarnya perubahan pada variabel dependen (Y) akibat perubahan pada variabel independen (X) secara parsial dapat dijelaskan melalui persamaan regresi yang diperoleh. Hasil uji regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
107
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
20.373
38.575
DER
2.174
8.044
CR
-.021
ROE TAT
Beta
t
Sig.
.528
.600
.048
.270
.788
.035
-.105
-.618
.540
-9.682
10.064
-.249
-.962
.342
.463
.499
.233
.929
.358
a. Dependent Variable: Return Saham
(Sumber: output SPSS, data 2015 diolah) X1
: debt to equity ratio
X2
: current ratio
X3
: return on equity
X4
: total asset turnover
e = error (tingkat kesalahan atau pengganggu) Dari persamaan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Koefisien
regresi
pada
variabel
DER
(X1)
sebesar
2,174
menggambarkan bahwa debt to equity ratio (DER) mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel DER dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat menurunkan return saham sebesar 2,174 satuan. Dengan demikian, semakin tinggi DER maka semakin tinggi return saham adalah terbukti kebenarannya.
108
b.
Koefisien
regresi
pada
variabel
CR
(X2)
sebesar
-0,021
menggambarkan bahwa current Ratio (CR) mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham. Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel CR dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat meningkatkan harga saham sebesar -0,021 satuan. Dengan demikian, semakin tinggi CR maka semakin rendah return saham adalah tidak terbukti kebenarannya. c.
Koefisien
regresi
pada
variabel
ROE
(X3)
sebesar
-9,682
menggambarkan bahwa return on equity (ROE) mempunyai pengaruh Negatif terhadap Return saham. Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel ROE dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat meningkatkan return saham sebesar -9,682 satuan. Dengan demikian, semakin tinggi ROE maka semakin rendah return saham adalah tidak terbukti kebenarannya. d.
Koefisien
regresi
pada
variabel
TAT
(X4)
sebesar
0,463
menggambarkan bahwa Total asset turnover (TAT) mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel TAT dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat meningkatkan harga saham sebesar 0,463 satuan. Dengan demikian, semakin rendah TAT maka semakin rendah return saham adalah terbukti kebenarannya.
109
2. Uji t (parsial)
Uji t yaitu pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah CR, DER, ROE, dan TAT mempengaruhi return saham secara parsial. Hasil pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat pada tabel 4.7. sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t) Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B
1
20.373
38.575
DER
2.174
8.044
CR
-.021
ROE TAT
(Constant)
Std. Error
Beta
t
Sig. .528
.600
.048
.270
.788
.035
-.105
-.618
.540
-9.682
10.064
-.249
-.962
.342
.463
.499
.233
.929
.358
a. Dependent Variable: Return Saham Sumber: Output SPSS, 2015 (data diolah)
Ho
: variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Ha
: variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Hasil analisis uji t yang didapat dari tabel 4.8 tersebut adalah sebagai berikut:
110
a.
Variabel independen DER memiliki thitung sebesar 0,270 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,788 Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel yaitu 0,270 < 1,678 dan nilai signifikansinya 0,788 > 0,050 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, variabel independen DER tidak terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.
b. Variabel independen CR memiliki thitung sebesar -0,618 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,540. Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel yaitu 0,618 < 1,678 dan nilai signifikansinya 0,540 > 0,050 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, variabel independen CR tidak terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. c. Variabel independen ROE memiliki thitung sebesar -0,962 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,342. Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel yaitu 0,962 < 1,678 dan nilai signifikansinya 0,342 > 0,050 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, variabel independen ROE tidak terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. d. Variabel independen TAT memiliki thitung sebesar 0,929 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,358. Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel yaitu 0,929 < 1,678 dan nilai signifikansinya 0,358 > 0,050 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, variabel independen TAT tidak terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.
111
3. Uji F (simultan) Uji simultan (Uji Statistik f) pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen yaitu DER, CR, ROE, dan TAT yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu return saham. Hasil pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regressio n
1552.860
4
388.215
Residual
42388.312
42
1009.246
Total
43941.172
46
F .385
Sig. .818a
a. Predictors: (Constant), TAT, CR, DER, ROE b. Dependent Variable: Return Saham Sumber: Output SPSS, 2015 (data diolah) Dari uji ANOVA atau F test pada tabel 4.8 tersebut, didapat nilai Fhitung sebesar 0,385 dengan probabilitas 0,818. Dengan menggunakan tabel F, didapat nilai Ftabel sebesar 2,59. Sehingga dapat disimpulkan secara simultan variabel CR, DER, TAT, dan ROE tidak berpengaruh terhadap return saham.
112
d. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase perubahan atau variasi dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari variabel independen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi akan semakin baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R square pada analisis regresi berganda. Tabel 4.9 Koefisien Determinasi – Harga Saham Model Summaryb Model
R
1
.188a
R Square
Adjusted R Square
.035
Std. Error of the Estimate
-.057
31.76862
a. Predictors: (Constant), TAT, CR, DER, ROE b. Dependent Variable: Return Saham Sumber: Output SPSS, 2015 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.9 tersebut, besarnya adjusted R square adalah 0,035 hal ini berarti bahwa 3,5 % variasi return saham dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen DER, CR, ROE dan TAT. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
113
D. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini peneliti akan memaparkan pembahasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini sebagaimana terlihat dalam analisis di bawah ini: 1. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham secara Parsial. Dari hasil pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa debt to equity (DER) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Ini dibuktikan dengan nilai thitung yang lebih kecil yaitu 0,270 < 1,678 dan nilai signifikansinya 0,788 > 0,050. Sedangkan untuk Koefisien regresi pada variabel DER (X1) sebesar 2.174 menggambarkan bahwa debt to equity ratio (DER) mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel DER dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat meningkatkan return saham sebesar 2.174 satuan. Dengan demikian, semakin tinggi DER maka semakin tinggi return saham adalah terbukti kebenarannya. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi DER yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi return sahamnya.3 Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio leverage. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
3
Andy Tambunan, Menilai Harga Wajar Saham.(Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 179
114
jangka panjangnya. Rasio leverage dapat dihitung berdasarkan informasi dari neraca, yaitu dari pos-pos aktiva dan pos-pos hutang. Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Debt to Equity Ratio (DER), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor yang akan membeli saham tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Giovanni Budialim (2013), yang menyimpulkan bahwa secara parsial DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2. Analisis Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return Saham secara Parsial Dari hasil pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa CR secara parsial tidak terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
115
return saham. Ini dibuktikan dengan nilai thitung yang lebih kecil yaitu -0,618 < 1,678 dan nilai signifikansinya 0, 540 > 0,050.. Ini dibuktikan dengan nilai thitung yang lebih besar dari ttabel (3,545 > 2,04841) serta nilai signifikansi lebih kecil dari 0,050 (0,001 < 0,050). Sedangkan Koefisien regresi pada variabel CR (X2) sebesar -0,021 menggambarkan bahwa current Ratio (CR) mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham. Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel CR dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat menurunkan harga saham sebesar -0,021 satuan. Dengan demikian, semakin tinggi CR maka semakin tinggi return saham adalah tidak terbukti kebenarannya. Current ratio sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dengan menggunakan aktiva lancar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penilitian Giovanni Budialim (2013), Feny Wulandari (2012), Nopenda Wati (2008) yang menyimpulkan bahwa secara parsial CR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 3. Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham secara Parsial. Dari hasil pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Ini dibuktikan dengan thitung lebih besar dari ttabel yaitu -0,962 < 1,678 dan nilai signifikansinya 0,342 > 0,050. Sedangkan untuk Koefisien
116
regresi pada variabel ROE (X3) sebesar -9,682 menggambarkan bahwa return on equity (ROE) mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham. Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel ROE dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat menurunkan return saham sebesar 9.682 satuan. Dengan demikian, semakin tinggi ROE maka semakin tinggi return saham adalah tidak terbukti kebenarannya ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.4 Return on equity merupakan tolak ukur profitabilitas, dimana para pemegang saham pada umumnya ingin mengetahui tingkat probabilitas modal saham dan keuntungan yang telah mereka tanam kembali dalam bentuk laba yang ditanam. Apabila saham perusahaan diperdagangkan di bursa saham, tinggi rendahnya return on equity akan mempengaruhi tingkat permintaan saham tersebut di bursa dan harga jualnya. Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di 4
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2007), hlm. 156
117
masa mendatang. Sinyal perubahan return on equity (ROE) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan return on equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan return on equity (ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan return on equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor yang akan membeli saham tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROE berpengaruh negatif terhadap harga saham, hal itu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan kurang maksimal dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Jika pertumbuhan nilaianya tinggi maka nilai harga saham yang ditentukan akan semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pertumbuhan ROE dari masing-masing perusahaan. Dengan melihat data ROE masing-masing perusahaan, terdapat beberapa perusahaan yang konsisiten dengan pertumbuhan ROE yang semakin meningkat dari tahun 2013-2014 seperti Vale Indonesia Tbk. dan Unilever Indonesia Tbk. Selain itu, ada beberapa perusahaan yang mengalami penurunan tingkat ROE dari tahun 2012-2014 seperti Astra Agro Lestari Tbk. Aneka Tambang Tbk,
118
Astra Internasional Tbk, Alam Sutera Realty Tbk. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Indo Tambangraya Megah Tbk. Adanya perbedaan hasil dalam penelitian ini juga menunjukkan terjadinya kecenderungan informasi asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penilitian Feny Wulandari (2012), Nopenda Wati (2008), yang menyimpulkan bahwa secara parsial ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 4. Analisis Pengaruh Total Asset Turnover (TAT) terhadap Return Saham secara Parsial. Dari hasil pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial Total asset turnover (TAT) mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Ini dibuktikan dengan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 0,929 < 1,678 dan nilai signifikansinya 0,358 > 0,050. Sedangkan untuk Koefisien regresi pada variabel TAT (X4) sebesar 0,463 menggambarkan bahwa Total asset turnover (TAT) mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel TAT dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat meningkatkan harga saham sebesar 0,463 satuan. Dengan demikian, semakin rendah TAT maka semakin rendah return saham adalah terbukti kebenarannya. Total Asset Turnover merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio ini rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya.Apabila
119
perusahaan tidak menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran investasi sebesar total aktivanya, penjualan harus ditingkatkan. Beberapa aktiva harus dijual dari langkah-langkah tersebut harus dilakukan.5 Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan perusahaan digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan Total asset turnover (TAT) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan laba per saham sebagai nilai perubahan harga. Peningkatan Total Asset Turnover (TAT) akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Total Asset Turnover (TAT) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Total Asset Turnover (TAT) yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Prinsip signaling theory ini menjelaskan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Dalam hal ini, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan investor di pasar modal.
5
Putri Anggraeni Ichsani. “analisis pengaruh Debt to Equity ratio, net profit margin, dan total asset turnover terhadap return on equity serta dampaknya terhadap nilai saham”hlm 27
120