Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON 4.1 Menentukan Kuat Dukung Perkerasan Lama Seperti yang telah disebutkan pada bab 1, di Jalan RE Martadinata sering terjadi genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin terjadi disebabkan karena tinggi muka jalan lebih rendah dari muka air laut saat pasang. Oleh karena itu dilakukan peningkatan ketinggian struktur dengan menambahkan lapisan berupa agregat kelas A yang mempunyai nilai CBR 70 % dengan ketebalan 60 cm yang dijadikan sebagai pondasi di atas beton eksisting. Sedangkan untuk kuat dukung perkerasan lama sebesar k = 14 kg/cm² (140 kPa/mm). Dengan mengkorelasikan nilai k terhadap nilai CBR pada gambar L.1 diperoleh nilai CBR efektif 50 %. Tabel 4.1 Koefisien kekuatan relatif Koefisien Kekuatan Relatif
Kekuatan Bahan
Jenis Bahan
a1
a2
a3
MS (kg)
Kt (kg/cm)
CBR (%)
-
0,14
-
-
-
100
Batu pecah (kelas A)
-
0,13
-
-
-
80
Batu pecah (kelas B)
-
0,12
-
-
-
60
Batu pecah (kelas C)
-
-
0,13 0,12 0,11 0,10
-
-
70 50 30 20
SIRTU / Pitrun (kelas A) SIRTU / Pitrun (kelas B) SIRTU / Pitrun (kelas C) Tanah / Lempung kepasiran
Sumber dari SKBI 2.3.26.1987 / SNI 03-1732-1989
IV-1
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
4.2 Perhitungan Tebal Perkerasan 4.2.1 Perhitungan LHR hasil survei Untuk perhitungan tebal lapis perkerasan digunakan LHR 24 jam, maka untuk mengkonversi Volume Jam Perencanaan ( VJP ) menjadi LHR digunakan nilai k yang merupakan faktor untuk mengubah arus jam puncak. Besarnya nilai faktor persentase k = 8 % ( sumber MKJI, 1997 ). Tabel 4.2 Faktor persentase k Penduduk > 1 juta jalan pada daerah komersial dan jalan arteri jalan pada daerah komersial dan jalan arteri
7 - 8% 8 - 9%
Penduduk < 1 juta jalan pada daerah komersial dan jalan arteri jalan pada daerah komersial dan jalan arteri
8-10% 9-12%
Sumber dari MKJI, 1997
Tabel 4.3 Perhitungan LHR pada STA 2+700 jenis kendaraan
m pnpg
bus
truk 2as kcl
truk 2as bsr
truk 3as
4as
5as
6as
08.00-10.00 wib
1107
69
94
181
130
159
57
56
14.00-16.00 wib
1203
63
122
238
80
134
50
42
rata2 per jam
577.5
33
54
104.75
52.5
73.25
26.75
24.5
08.00-10.00 wib
1069
62
113
208
64
128
35
28
14.00-16.00 wib
1103
64
129
249
37
100
20
18
rata2 per jam
543
31.5
60.5
114.25
25.25
57
13.75
11.5
08.00-10.00 wib
1029
60
112
167
49
118
47
40
14.00-16.00 wib
1040
61
129
219
45
125
28
33
rata2 per jam
517.25
30.25
60.25
96.50
23.50
60.75
18.75
18.25
LHR ( rata2 / 8% )
7218.75
412.50
675.00
1309.38
656.25
915.63
334.38
306.25
Keterangan : data LHR yang digunakan diambil dari rata-rata hari tertinggi
IV-2
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
4.2.2 Data parameter perencanaan : 4,5 Mpa (f’c = 350 kg/cm²)
Kuat tarik lentur (fcf)
Tidak menggunakan bahu jalan Menggunakan ruji (dowel) Lajur rencana
: 2 jalur, 4 lajur
Data lalu-lintas harian rata-rata : -
Mobil Penumpang
: 7219 buah/hari
-
Bus
: 413
buah/hari
-
Truk 2as kecil
: 675
buah/hari
-
Truk 2as besar
: 1309 buah/hari
-
Truk 3as
: 656
buah/hari
-
Truk container 4as
: 916
buah/hari
-
Truk container 5as
: 334
buah/hari
-
Truk container 6as
: 306
buah/hari
-
pertumbuhan lalu-lintas (i)
: 3.28 % per tahun
-
Umur rencana (UR)
: 20 tahun
IV-3
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
4.2.3 Analisis lalu-lintas Tabel 4.4 Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya STA 2+700 Konfigurasi beban Jenis
Jml
sumbu (ton)
Jml
Kendaraan RD
RB
RGD
RGB
STRT
STRG
STdRG
Sumbu
Jml
Kend.
Per
Sumbu
BS
JS
BS
JS
BS
JS
(bh)
Kend
(bh)
(ton)
(bh)
(ton)
(bh)
(ton)
(bh)
(bh) 3
4
5
6
7
8
9
10
11
MP
1 1
1
2 -
-
7219
-
-
-
-
-
-
-
-
Bus
3
5
-
-
413
2
826
3
413
5
413
-
-
Truk 2as kcl
2
4
-
-
675
2
1350
2
675
-
-
-
-
4
675
-
-
-
-
Truk 2as bsr
5
8
-
-
1309
2
2618
5
1309
8
1309
-
-
Truk 3as
6
14
-
-
656
2
1312
6
656
-
-
14
656
Truk 4as
6
14
5
5
916
4
3664
6
916
-
-
-
-
-
-
14
916
-
-
-
-
5
916
-
-
Truk 5as
Truk 6as
6
6
14
14
10
10
10
10
334
306
4
4
TOTAL
1336
1224
12330
-
-
5
916
-
-
6
334
-
-
14
334
-
-
10
334
-
-
-
-
10
334
-
-
6
306
-
-
14
306
-
-
-
-
10
306
5284
10
5138
Keterangan : RD = Roda Depan, RB = Roda Belakang, RGD = Roda Gandeng Depan, RGB = Roda Gandeng Belakang, BS = Beban Sumbu, JS = Jumlah Sumbu, STRT = Sumbu Tunggal Roda Tunggal, STRG = Sumbu Tunggal Roda Ganda, STdRG = Sumbu Tandem Roda Ganda
Tahap penghitungannya: 1. menentukan konfigurasi beban sumbu berdasar jenis kendaraan seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3 : contoh : truk 3as mempunyai beban sumbu RD ( Roda Depan ) 6 dan beban sumbu RB ( Roda Belakang ) 14 serta jumlah sumbu per kendaraan 2 buah, maka jumlah sumbu merupakan jumlah
IV-4
306 1908
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
kendaraan dikalikan jumlah sumbu per kendaraan yaitu 656 x 2 = 1312 buah. 2. menentukan STRT, STRG atau STdRG masing-masing jenis kendaraan : contoh : truk 3as mempunyai STRT dengan beban sumbu 6 dan jumlah sumbu 656, STdRG dengan beban sumbu 14 dan jumlah sumbu 656. 3. menentukan jumlah total STRT, STRG atau STdRG masing-masing jenis kendaraan : contoh : Jumlah total STdRG diperoleh dari penjumlahan jumlah sumbu masing-masing jenis kendaraan yang mempunyai Sumbu Tendem Roda Ganda. Total STdRG = jumlah sumbu 3as + jumlah sumbu truk 5as + jumlah sumbu truk 6as = 656 + 334 + 306 + 306 + 306 = 1908 buah
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun). JSKN = 365 x JSKNH x R (R diambil dari tabel 3.2) = 365 x 12330 x 27,82 = 125202519 JSKN rencana = 0,45 x 125202519 = 56341133,55
IV-5
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
4.2.4 Perhitungan Repetisi Sumbu yang terjadi Tabel 4.5 Perhitungan repetisi sumbu rencana STA 2+700 Jenis Sumbu 1 STRT
Beban Sumbu (ton) 2 6 5 4 3 2
Total
STRG Total STdRG
14 10 8 5 14 10
Total Komulatif
Jumlah Sumbu
Proporsi Beban
Proporsi Sumbu
Lalu-lintas Rencana
Repetisi yang terjadi
3 2212 1309 675 413 675 5284 916 668 1309 2245 5138 1296 612 1908
4 0.418622 0.247729 0.127744 0.07816 0.127744 1.00 0.18 0.13 0.25 0.44 1.00 0.68 0.32 1.00
5 0.428548 0.45 0.45 0.45 0.45
6 56341134 56341134 56341134 56341134 56341134
7 = 4x5x6 10107590.22 6280799.53 3238762.172 1981642.633 3238762.172
0.416707 0.42 0.42 0.42
56341134 56341134 56341134 56341134
4185602.46 3076502.224 6028654.808 10339442.36
0.15 0.15
56341134 56341134
5921987.76 2710752.652 57110498.99
Contoh perhitungan : 1. kolom 1 merupakan jenis sumbu, STRT, STRG dan STdRG 2. kolom 2 beban sumbu masing-masing jenis sumbu 3. kolom 3 jumlah sumbu dari penjumlahan sumbu yang mempunyai beban sama 4. kolom 4 proporsi beban diperoleh dari jumlah sumbu masing-masing beban dibagi jumlah sumbu masing-masing jenis sumbu, contoh : 2212 : 5284 = 0,418622 5. kolom 5 proporsi sumbu diperoleh dari jumlah sumbu masing-masing jenis
IV-6
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
sumbu dibagi total jumlah sumbu, contoh : 5284 : ( 5284 + 5138 + 1908 ) = 0.43 6. kolom 6 lalu-lintas rencana dari JSKN rencana = 56341134 7. kolom 7 repetisi yang terjadi = kolom 4 x kolom 5 x kolom 6 = 0,418622 x 0,43 x 56341134 = 10107590,22 8. total repetisi yang terjadi merupakan jumlah dari seluruh repetisi yang terjadi masing-masing beban sumbu
4.2.5 Perhitungan tebal pelat beton Faktor keamanan
: 1,1 (dari tabel 3.3)
Tebal taksian pelat beton
: 250 mm > 150 mm ( syarat minimal )
Kuat tarik lentur (fcf)
: 4,5 Mpa
CBR efektif
: 50 %
IV-7
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
Tabel 4.6 Analisa Fatik dan Erosi STA 2+700 dengan tebal 250 mm Jenis Sumbu
1 STRT
Beban Sumbu ton (kN) 2 6 (60) 5 (50) 4 (40) 3 (30) 2 (20)
Beban Rencana
Repetisi yang
Faktor Tegangan
Per roda (kN) 3 33 27.5 22 16.5 11
terjadi
dan Erosi
Ijin
4 10107590.22 6280799.53 3238762.172 1981642.633 3238762.172
5 TE=0.65 FRT=0.144 FE=1.9
38.5
4185602.46
2.5 22 13.75
3076502.224 6028654.808 10339442.36
19.25 27.5
14 (140) 10 (100) 8 (80) 5 (50)
STRG
STdRG
14 (140) 10 (100)
Analisa fatik Repetisi Persen
Analisa Erosi Repetisi Persen Ijin
6 TT TT TT TT TT
Rusak (%) 7=4*100/6 0 0 0 0 0
8 TT TT TT TT TT
Rusak (%) 9=4*100/8 0 0 0 0 0
TT
0
3.7x10^6
113.1244
TE=1.06 FRT=0.236 FE=2.5
TT TT TT
0 0 0
TT TT TT
0 0 0
5921987.76
TE=0.89
TT
0
TT
0
2710752.652
FRT=1.98 FE=2.61
TOTAL
0 % < 100 %
113.12 % > 100 %
Keterangan : TE = Tegangan Ekivalen, FRT = Faktor Rasio Tegangan, FE = Faktor Erosi, TT= Tidak Terbatas.
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.6 analisa fatik dan erosi diperoleh % rusak fatik lebih besar dari 100 %, maka perhitungan tebal pelat diulang kembali dengan menambah tebal taksiran. Contoh perhitungan : 1. kolom 1 merupakan jenis sumbu, STRT, STRG dan STdRG 2. kolom 2 beban sumbu masing-masing jenis sumbu 3. kolom 3 beban rencana roda ( KN ) diperoleh dari kolom 2 dikalikan faktor
IV-8
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
keamanan beban dan dibagi jumlah roda, contoh : ( 140 x 1,1 ) / 4 = 38,5 4. kolom 4 repetisi sumbu yang terjadi dari nilai kolom 7 pada tabel perhitungan repetisi sumbu rencana 5. Kolom 5 faktor tegangan dan erosi, TE dan FE diambil dari tabel 3.4 dengan asumsi tebal plat beton 250 mm dan CBR efektif 50%. Sedang FRT diperoleh dari TE dibagi kuat tarik lentur ( fcf ), contoh untuk jenis sumbu STRG : FE / fcf = 1,06 / 4.5 = 0.236 6. Kolom 6 dan 8 tegangan ijin diperoleh dari hasil memplotkan pada gambar L.4 dan gambar L.5 7. Kolom 7 diperoleh dari kolom 4 kali 100 dan dibagi kolom 6 8. Kolom 9 diperoleh dari koom 4 kali 100 dan dibagi kolom 8, contoh : ((4185602,46 X 100) / 3700000) = 113,12 % > 100 % Karena dari analisa erosi lebih besar dari 100 %, maka taksiran tebal perkerasan ditambah menjadi 260 mm dan perhitungan diulangi sama seperti proses perhitungan di atas. Berikut hasil perhitungan 4 segmen berbeda dengan taksiran tebal perkerasan 260 mm.
IV-9
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
Tabel 4.7 Analisa Fatik dan Erosi STA 2+700 dengan tebal 260 mm Jenis Sumbu
Beban
Beban
Repetisi
Faktor
Sumbu ton (kN)
Analisa fatik
Rencana
yang
Tegangan
Repetisi
Persen
Repetisi
Persen
Per roda
terjadi
dan Erosi
Ijin
Rusak
Ijin
Rusak
(kN) 1
2
STRT
STRG
STdRG
Analisa Erosi
(%)
3
4
6 (60)
33
5 (50)
27.5
4 (40)
(%)
5
6
7=4*100/6
8
9=4*100/8
10107590.22
TE=0.61
TT
0
TT
0
6280799.53
FRT=0.136
TT
0
TT
0
22
3238762.172
FE=1.85
TT
0
TT
0
3 (30)
16.5
1981642.633
TT
0
TT
0
2 (20)
11
3238762.172
TT
0
TT
0
14 (140)
38.5
4185602.46
TT
0
5x10^6
83.712049
10 (100)
27.5
3076502.224
TE=1
TT
0
TT
0
8 (80)
22
6028654.808
FRT=0.222
TT
0
TT
0
5 (50)
13.75
10339442.36
FE=2.45
TT
0
TT
0
14 (140)
19.25
5921987.76
TE=0.85
TT
0
TT
0
10 (100)
27.5
2710752.652
FRT=0.189
TT
0
TT
0
FE=2.56 TOTAL
0 % < 100 %
83.71 % < 100 %
Tabel 4.8 Analisa Fatik dan erosi STA 3+100 dengan tebal 260 mm Jenis Sumbu
Beban
Beban
Repetisi
Faktor
Sumbu ton (kN)
Analisa fatik
Rencana
yang
Tegangan
Repetisi
Persen
Repetisi
Persen
Per roda
terjadi
dan Erosi
Ijin
Rusak
Ijin
Rusak
(kN)
Analisa Erosi
(%)
(%)
1
2
3
4
5
6
7=4*100/6
8
9=4*100/8
STRT
6 (60)
33
9323757.822
TE=0.61
TT
0
TT
0
5 (50)
27.5
5520597.748
FRT=0.136
TT
0
TT
0
4 (40)
22
2910117.728
FE=1.85
TT
0
TT
0
3 (30)
16.5
1743346.657
TT
0
TT
0
2 (20)
11
2910117.728
TT
0
TT
0
14 (140)
38.5
3828176.901
TT
0
5x10^6
76.563538
10 (100)
27.5
2883096.581
TE=1
TT
0
TT
0
8 (80)
22
5600392.082
FRT=0.222
TT
0
TT
0
5 (50)
13.75
9487506.322
FE=2.45
TT
0
TT
0
14 (140)
19.25
5495580.921
TE=0.85
TT
0
TT
0
10 (100)
27.5
2327614.237
FRT=0.189
TT
0
TT
0
STRG
STdRG
FE=2.56 TOTAL
0 % < 100 %
IV-10
76.56 % < 100 %
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
Tabel 4.9 Analisa Fatik dan Erosi STA 3+600 dengan tebal 260 mm Jenis
Beban
Beban
Repetisi
Faktor
Sumbu
Sumbu
Rencana
yang
Tegangan
Repetisi
Analisa fatik Persen
Repetisi
Persen
ton (kN)
Per roda
terjadi
dan Erosi
Ijin
Rusak
Ijin
Rusak
(kN)
Analisa Erosi
(%)
(%)
1
2
3
4
5
6
7=4*100/6
8
9=4*100/8
STRT
6 (60)
33
9894234.534
TE=0.61
TT
0
TT
0
5 (50)
27.5
5755502.453
FRT=0.136
TT
0
TT
0
4 (40)
22
3099836.008
FE=1.85
TT
0
TT
0
3 (30)
16.5
1725248.095
TT
0
TT
0
2 (20)
11
3099836.008
TT
0
TT
0
14 (140)
38.5
4180267.332
TT
0
5x10^6
83.605347
10 (100)
27.5
1738417.47
TE=1
TT
8 (80)
22
5815195.396
FRT=0.222
TT
0
TT
0
5 (50)
13.75
10189582.84
FE=2.45
TT
0
TT
0
14 (140)
19.25
5713967.203
TE=0.85
TT
0
TT
0
10 (100)
27.5
2475567.741
FRT=0.189
TT
0
TT
0
STRG
STdRG
FE=2.56 TOTAL
0 % < 100 %
83.61 % < 100 %
Tabel 4.10 Analisa Fatik dan Erosi STA 3+900 dengan tebal 260 mm Jenis Sumbu
Beban
Beban
Repetisi
Faktor
Sumbu ton (kN)
Analisa fatik
Rencana
yang
Tegangan
Repetisi
Persen
Repetisi
Persen
Per roda
terjadi
dan Erosi
Ijin
Rusak
Ijin
Rusak
(kN) 1
2
STRT
STRG
STdRG
Analisa Erosi
(%)
3
4
6 (60)
33
5 (50)
27.5
4 (40)
(%)
5
6
7=4*100/6
8
9=4*100/8
9825550.313
TE=0.61
TT
0
TT
0
5791282.37
FRT=0.136
TT
0
TT
0
22
2945723.029
FE=1.85
TT
0
TT
0
3 (30)
16.5
1894004.297
TT
0
TT
0
2 (20)
11
2945723.029
TT
0
TT
0
14 (140)
38.5
4024318.84
TT
0
5x10^6
80.486377
10 (100)
27.5
2930835.278
TE=1
TT
8 (80)
22
5843295.413
FRT=0.222
TT
0
TT
0
5 (50)
13.75
10005265.26
FE=2.45
TT
0
TT
0
14 (140)
19.25
5801231.473
TE=0.85
TT
0
TT
0
10 (100)
27.5
2387597.464
FRT=0.189
TT
0
TT
0
FE=2.56 TOTAL
0 % < 100 %
IV-11
80.49 % < 100 %
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
4.3 Perhitungan Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan 4.3.1 Data teknis : - Tebal pelat
: 26 cm
- Lebar pelat 2 x 3
:2x3m
- Panjang pelat
: 15 m
- Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah : 1,8 - Kuat tarik ijin baja : 240 MPa - Gravitasi (g)
: 9,81 m/dt²
4.3.2 Perhitungan tulangan memanjang µ.L.M.g.h As = --------------------2 . fs 1,5 x 15 x 2400 x 9,81 x 0,260
As perlu = ----------------------------------------- = 286,65 mm²/m 2 x 240
As min
= 0,14 % x luas pelat ( SNI 91 )
As min
= 0,14 % x 260 x 1000
= 364 mm²/m > As perlu
Dipergunakan tulangan dengan diameter 12 mm dan jarak 250 mm, maka As = 453 mm²/m
IV-12
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
4.3.3 Perhitungan tulangan melintang µ.L.M.g.h As = -----------------------2 . fs 1,5 x 6 x 2400 x 9,81 x 0.260 As perlu = --------------------------------------- = 114.78 mm²/m 2 x 240 As min
= 0,14 % x luas pelat ( SNI 91 )
As min
= 0,14 % x 260 x 1000 = 364 mm²/m > As perlu
Dipergunakan tulangan dengan diameter 12 mm dan jarak 300 mm. maka As = 377 mm²/m.
4.3.4 Dowel dan Tie bar Untuk sambungan melintang digunakan dowel dengan diameter 36 mm, panjang 45 cm dan jarak antar dowel 300 mm serta kedalaman kurang lebih seperempat dari tebal pelat. Sedangkan untuk sambungan memanjang digunakan tie bar berdiameter 20 mm, panjang 84 cm dan jarak 60 cm.
4.4 Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Beton 4.4.1 Pemasangan lembar kedap air Untuk mencegah air semen meresap ke bawah, maka perlu dipasang lembar kedap air di bawah lapisan beton. Sebelum penghamparan beton dimulai pada lembar kedap air dibasahi secukupnya agar tetap lembab dan untuk mencegah penguapan lainnya.
IV-13
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
Lembar kedap air tersebut harus dipasang di atas permukaan yang telah siap, lembar-lembar yang berdampingan dipasang tumpang tindih dengan lebar tumpangan tidak boleh kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang. Pemasangan lembar kedap air harus dipasang secara hati-hati untuk mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut. Juga harus diperhatikan kemungkinan rusaknya lembaran akibat angin.
4.4.2 Pemasangan acuan Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan pelaksanaan, mempunyai tinggi sama dengan tebal rencana plat beton dan dibuat miring mengikuti kemiringan normal jalan sebesar 2 %. Acuan harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga setelah dipasang cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut.
Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya sama, pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai aliyemen dan ketinggian jalan yang bersangkutan sehingga acuan saat dipasang dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terlatak pada elevasi yang benar. Setiap bagian acuan harus benarbenar terikat kuat sehingga tidak dapat bergerak.
IV-14
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah penghamparan beton. Setelah acuan dibongkar, tepi-tepi beton yang terbuka harus segera dirawat.
4.4.3 Pemasangan Ruji ( Dowel ) dan tulangan Batang ruji dipasang di tengah ketebalan pelat pada sambungan melintang dan tie bar pada sambungan memanjang. Sebelum dilakukan pengecoran batang ruji yang bisa bergerak bebas dilapisi dengan bahan pencegah karat, sesudah lapisan pencegah karat kering kemudian dilapisi dengan pelumas. Bagian ujung ruji yang dapat bergerah bebas diberi penutup ruji. Pemasangan tulangan dilakukan sesuai gambar rencana, batang-batang baja yang disambung bagian ujung-ujungnya harus berimpit sepanjang tidak kurang dari 30 kali diameternya dan pada setiap persilangan diikat secara kuat untuk memastikan tulangan tetap pada posisinya saat pengecoran.
4.4.4 Pengecoran dan penyelesaian akhir beton Pada proyek ini menggunakan beton siap hampar ( Ready Mixed Concrete ) yang harus tetap diaduk, ditangani dan diangkut ke lapangan sesuai dengan spesifikasi beton siap hampar. Untuk menyalurkan dari kendaraan pengangkut dan
IV-15
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
menuangkannya secara seragam ke permukaan yang telah dibentuk tanpa pemisahan butir, harus disediakan peralatan yang cocok. Pelaksanaan pengecoran dengan mengalirkan adukan beton dari truk pengangkut dan menuangkan pada badan jalan yang sudah dipasang acuan, kemudian dihampar secara manual dengan tenaga manusia pada setiap tempat tanpa terjadi pemisahan butir ( segresi ) dan tanpa merusak permukaan yang dihampar. Seluruh perkerasan dipadatkan seefektif mungkin, yang perlu diperhatikan dalam pemadatan pada tepitepi sepanjang sumbu dan pada sambungan-sambungan lain. Pemadatan dilakukan dengan mesin penggetar internal yang dioperasikan di dalam beton untuk mengeluarkan udara sewaktu mesin penghampar bergerak.
Selanjutnya dilakukan penyelesaian akhir dengan alat concret finisher untuk memadatkan, membentuk permukaan dan meratakan beton yang masih plastis, sehingga dapat memberikan beton yang padat, seragam, dan untuk mendapatkan permukaan yang disyaratkan serta hanya memerlukan penyelesain akhir yang minim. Setelah itu kemudian dibuat alur ( grooving ) pada permukaan plat beton secara manual setelah beton dalam keadaan setengah mengeras sekitar 3-4 jam setelah pengecoran dan dilakukan perapian tepi sepanjang garis cetakan dengan peralatan pembentuk tepi.
IV-16
Bab IV Analisa Konstruksi Perkerasan Jalan Beton
4.4.5 Perawatan dan perlindungan beton Pada permukaan dan bidang tegak beton seluruhnya ditutupi dengan lembar goni. Sebelum ditutup, penutup harus dibuat jenur air. Lembar penutup diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel dengan permukaan beton dan diletakkan setelah beton mengeras untuk mencegah pelekatan. Selama masa perawatan ini lembar goni tetap dalam keadaan basah dan pada tempatnya.
IV-17