BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peusahaan manufaktur Bursa Efek Indonesia mulai bulan September 2014. Penelitian ini dilakukan dengan mengunjungi dan mengunduh data laporan keuangan melalui website Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id dengan objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2010 – 2011. B. Desain Penelitian Penelitian ini tergolong kuantitatif karena datanya bersifat kuantitatif atau statistik. Penelitian ini juga merupakan penelitan kausal karena penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh satu variabel atau beberapa variabel (variabel independen) terhadap variabel lainnya(variabel dependen). Dalam penelitian ini meneliti adanya pengaruh dari variabel independen yaitu insentif pajak, insentif non pajak terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel Didalam penelitian ini terdapat dua vaiabel yaitu variabel dependen (variabel terikat) dan variabel independen (variabel bebas). 1. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, yaitu variabel independen. Dalam hal ini, variabel dependennya adalah manajemen laba. Pengukuran manajemen laba dalam penelitian ini
34
35
menggunakan pendekatan distribusi laba. Menurut Phillips et al. (2003) dalam Christina Ranty Sumomba dan YB.Sigit Hutomo (2012), pendekatan distribusi laba ini merupakan proksi manajemen laba. Menurut Yulianti (2005) dalam Christina Ranty Sumomba dan YB.Sigit Hutomo (2012), para manajer melakukan manajemen laba dengan pendekatan distribusi laba dikarenakan manajer sadar bahwa pihak eksternal khususnya para investor bank dan suplier menggunakan batas pelaporan laba dalam menilai kinerja manajer. Berdasarkan penelitian Phillips et al. (2003) dalam Christina Ranty Sumomba dan YB.Sigit Hutomo (2012), rumus untuk manajemen laba yang diukur dengan pendekatan distribusi laba yaitu : ∆E : Eit – Eit – 1 MVEt-1
Keterangan : ∆E
: Distribusi laba. Bila nilai E adalah nol atau positif maka perusahaan maka perusahaan menghindari penurunan laba. Bila nilai E adalah negatif, maka perusahaan menghindari pelaporan kerugian.
Eit
: Laba perusahaan i pada tahun t
Eit-1
: Laba perusahaan i pada tahun t-1
MVEit-1
: Market Value Equity perusahaan i pada tahun t-1 (menggunakan nilai kapitalisasi pasar). Nilai kapitalisasi pasar diukur dengan mengalikan jumlah saham beredar perusahaan
36
pada akhir tahun t-1 dengan harga saham perusahaan i pada akhir tahun t-1. 2.
Variabel Independen
1) Insentif Pajak 1) Beban Pajak Tangguhan Beban pajak tangguhan merupakan beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal (Yulianti 2004) dalam Christina Ranty Sumomba dan YB.Sigit Hutomo (2012). Menurut Phillips et al (2003) dalam Christina Ranty Sumomba dan YB.Sigit Hutomo (2012), beban pajak tangguhan dihitung dengan rumus : BBPTit = Beban pajak tangguhan perusahaan i pada tahun t Total aktiva pada akhir tahun t-1 Keterangan : BBPTit : Besaran Beban Pajak Tangguhan Perusahaan i pada tahun t. 2) Perencanaan Pajak Perencanaan pajak merupakan salah satu cara yang dilakukan wajib
pajak untuk melakukan manajemen pajak, sesuai dengan
peraturan perundang - undangan yang berlaku. Menurut Wild et al. (2004) dalam Christina Ranty Sumomba dan YB.Sigit Hutomo (2012), perencanaan pajak diukur dengan menggunakan rumus taxe retention rate (tingkat retensi pajak) yang menganalisis suatu ukuran dari efektifitas manajemen pajak pada laporan keuangan perusahaan tahun
37
berjalan. Ukuran efektifitas manajemen pajak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran efektifitas perencanaan pajak. Menurut Wild et al (2005) dalam Christina Ranty Sumomba dan YB.Sigit Hutomo (2012), berikut rumus dalam menghitung perencanaan pajak :
TRR =
Net Incomeit Pretax Income (EBIT)it
Keterangan : TRRit
: Tax retention rate (tingkat retensi pajak) perusahaan i pada tahun t
Net Income
: Laba bersih perusahaan i pada tahun t
Pretax Income : Laba sebelum pajak perusahaan i pada tahun t 2) Insentif Non Pajak 1) Earning Pressure Earning pressure merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk melakukan income smoothing atau manajemen pendapatan. Menurut Yin dan Cheng (2004) dalam Maxson Wijaya dan Dwi Martani (2011), bahwa perusahaan – perusahaan yang telah mencapai target, penurunan laba yang dilakukan dapat dikurangi dengan earnings pressure. Variabel ini dihitung dengan rumus : EPRESS = laba tahun berjalan – laba tahun lalu total asset awal tahun
38
2) Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal suatu perusahaan. Menurut Yin dan Cheng (2004) dalam Maxson Wijaya dan Dwi Martani (2011), variabel ini diberi simbol DEBT, diukur dengan menggunakan rasio kewajiban jangka panjang terhadap total asset awal tahun. 3) Persentase Saham Disetor yang Diperdagangkan di BEI Peresentase jumlah saham yang disetor di BEI merupakan presentase jumlah saham perusahaan yang disetor dan diperdagangkan di BEI, dimana saham perusahaan tersebut dapat dimiliki oleh publik. Menurut Yin dan Cheng (2004) dalam Maxson Wijaya dan Dwi Martani (2011), variabel ini diberi simbol STOCK, variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika saham disetor perusahaan yang diperdagangkan di BEI kurang dari 40% maka diberi angka 0, dan jika saham disetor perusahaan yang diperdagangkan di BEI lebih besar atau sama dengan 40% maka diberi angka 1. D. Pengukuran Variabel Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah Insentif pajak (variabel independen pertama X1), Insentif Non Pajak (variabel independen kedua X2) dan Manajemen Laba (variabel dependen Y). Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio.
39
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel No
Nama Variabel
Indikator
Pengukuran
Skala Pengukuran
Variabel Independen 1.
Insentif Pajak (X1)
BBPTit = Beban pajak BBPTit =
Rasio
tangguhan perusahaan i Beban pajak tangguhan tahun t pada tahun t : total
Total aktiva pada tahun t-1
aktiva pada akhir tahun t-1 Perencanaan (Taxplan)
Net Incomeit
Pajak TRR = (TRR)
=
Rasio
Pretax Income (EBIT)it
Laba bersih perusahaan i pada tahun t (net income) : laba sebelum pajak
perusahaan
i
pada tahun t (pretax income) 2.
Insentif (X2)
Non
Pajak Earning
Pressure EPRESS =
(EPRESS) = laba tahun Laba tahun t – laba tahun t-1 berjalan – laba tahun lalu : total aset awal tahun
Total aset awal tahun
Rasio
40
Hutang kewajiban
Rasio
= DEBT =
(DEBT)
jangka
Kewajiban jangka panjang
panjang : total aset
total asset awal tahun
awal tahun saham STOCK =
Persentase
(STOCK) < 40% = 0, >=40% = 1
disetor variabel saham
Rasio
dummy yang
=
disetor
kurang dari 40% diberi angka 0, jika lebih dari 40% diberi angka 1
Variabel Dependen 3.
Manajemen Laba (Y)
Manajemen laba (∆E) ∆E = Eit – Eit-1 distribusi laba = laba perusahaan
i
pada
tahun t (Eit) – laba perusahaan pada tahun t – 1 (Eit-1) : Market Value
of
perusahaan
Equity i
pada
tahun t – 1 ( dihitung
MVEt-1
Rasio
41
dengan
mengalikan
jumlah saham beredar perusahaan
i
pada
tahun akhir tahun t – 1 dengan harga saham perusahaan
i
pada
akhir tahun t-1
E. Populasi dan Sampel Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method yaitu penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu. Sistem sampel ini merupakan bagian dari metode non probability sampling. Untuk anggota populasi yang tidak memenuhi syarat, tidak dipilih sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 – 2011, dan mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit per 31 Desember 2009 sampai 31 Desember 2011 yang dinyatakan dalam mata uang rupiah. 2. Perusahaan manufaktur yang memiliki akun beban pajak tangguhan tahun 2010 sampai 2011. 3. Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data publikasi yang berhubungan dengan pengukuran variabel yaitu manajemen laba, beban pajak
42
tangguhan, perencanaan pajak, earning pressure, hutang, dan persentase jumlah saham disetor yang diperdagangkan di BEI. Berikut tabel kriteria pemilihan sampel perusahaan : Tabel 3.2 Kriteria Pemilihan Sampel No. 1
Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010 - 2011
2
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah
3
Perusahaan dengan laporan keuangan tidak lengkap Total Sampel
Jumlah Perusahaan 111
(13) (56) 42
Sumber : www.idx.co.id F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan berasal dari data sekunder yang merupakan data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data tersebut bersifat kuantitatif dan diambil dari laporan keuangan (audit), perusahaan manufaktur periode 2010 – 2011 dari IDX Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan yang dikumpulkan dari tahun 2009 sampai 2011. Data tahun 2009 digunakan untuk menghitung distribusi laba pada tahun 2010 dan besaran beban pajak tangguhan, earning pressure dan tingkat hutang untuk tahun 2010. Data tahun 2010 digunakan untuk menghitung distribusi laba pada tahun 2011 dan besaran pajak tangguhan, earning pressure, tingkat hutang untuk tahun 2011.
43
Selain itu untuk mendukung penelitian ini, penulis memperoleh informasi dari buku, jurnal dan internet. G. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata – rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi), sehingga secara konsektual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca. 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang diteliti terbebas dari gangguan multikolonieritas, autokorelasi, heterokedastistas, dan normalitas. 1) Uji Normalitas Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi,
variabel
pengganggu
atau
residual
mempunyai
distribusinormal atau tidak (Imam Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini untuk mendeteksi normalitas data dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik yang dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut : 1) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen maka data terdistribusi secara normal. 2) Apabila nila signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen maka data tidak terdistribusi normal.
44
2) Uji Multikolonieritas Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Imam Ghozali, 2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independenya. Metode untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat pada tolerance value atau variance inflammatory factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,10 atau nilai VIF 10. Jika VIF >10 dan nilai Tolerance <0.10, maka terjadi multikolinearitas tinggi antar variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. 3) Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi adanya ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians tersebut tetap, maka disebut homoskedastisitas. Situasi heterokedasitas akan menyebabkan penafsiran koefisien – koefisien regresi menjadi tidak efisien sehingga hasil taksirannya dapat menjadi kurang dari semestinya atau menyesatkan. Masalah heteroskedastisitas dalam model persamaan regresi ini dilakukan dengan metode Glejser Test, yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen, sehingga dapat diketahui ada tidaknya derajat kepercayaan 5%. Jika nilai signifikansi > 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0.05, maka terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011).
45
4) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah nodel regresi ada korelasi antar anggota sampel. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian dengan Run Test. Run Test sebagai bagian dari non-parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian Run Test. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atai tidak (sistematis). Jika asympsig (2-tailed) pada output Run Test lebih besar dari 0.05, maka data tidak mengalami atau mengandung autokorelasi dan sebaliknya (Imam Ghozali,2011). H0 : residual (res_1) random (acak) HA : residual (res_1) tidak random 3. Uji Kesesuaian Model (Goodness Of Fit) Uji-F dilakukan untuk menguji hipotesis koefisien (slope) regresi secara bersamaan. Cara pengujiannya sama pada regresi sederhana ataupun regresi majemuk dengan menggunakan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) (Imam Ghozali, 2009). 1) Uji Koefisien Determinasi (R²) Uji koefisien determinasi atau uji goodness to fit bertujuan untuk mengukur koefisien determinasi (R²) sebagai prediksi ‘kedekatan’ antara variabel dependen dan independen. Melalui uji goodness to fit dapat dinyatakan seberapa besar variabel dependen diterangkan oleh variabel
46
independennya. Semakin besar nilai koefisin determinasi pada model meyatakan bahwa semakin kuat hubungan antar variabel independen dan dependen dalam model (Imam Ghozali, 2011). 2) Uji Signifikasi Serentak (Uji Statistik F) Uji statistik f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, yaitu : H0 : b1 = b2 = .......= bk = 0 Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara serentak sama dengan nol, atau : HA : b1 ≠ b2 ≠ ....... ≠ bk ≠ 0 Artinya, semua variabel independen secara serentak merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 4. Uji Hipotesis (Uji test) Alat pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel independen maupun dependen. Metode statistik digunakan dengan tingkat taraf signifikansi α = 0.05, artinya derajat kesalahan sebesar 5%. Tujuan dari pengujian koefisien regresi untuk menguji hubungan antara variabel independen dan variabel dependen secara individual (Uji t).
47
Uji t bertujuan untuk melihat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Dengan kata lain melalui uji t dapat dilihat apakah variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Peneltian dilakukan menggunakan uji t dengan tingkat signifikansi 5%
(α = 0.05)
dimana variabel independen dianggap mempengaruhi variabel dependen secara signifikan bila memiliki p-value < 0.05 (Imam Ghozali, 2011). 5. Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Linier Berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen dan memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen. Berdasarkan variabel bebas dan terikat pada regresi linier berganda, maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut: EMit = α + β1TRRit + β2BBPTit + β3EPRESSit + β4DEBTit + β5STOCKit
Keterangan : EMit
= Earning Management (Manjemen Laba) perusahaan i pada periode pengamatan t
TRRit
= Perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan i pada periode pengamatan t
BBPTit
= Beban pajak tangguhan bersih tahunan perusahaan i pada periode pengamatan t
EPRESSit
= Earning pressure perusahaan i pada periode pengamatan t
48
DEBTit
= Tingkat hutang perusahaan i pada periode pengamatan t
STOCKit
= Persentase saham disetor perusahaan i yang diperdagangkan di BEI pada periode pengamatan t
α
= Konstanta
β1 β2 β3 .. β5= Koefisien variabel penjelas Regresi dapat bernilai positif dan negatif. Regresi positif menunjukkan arah yang sama hubungan antar variabel, artinya jika variabel 1 besar, maka variabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, regresi negatif menunjukkan arah yang berlawanan, artinya jika variabel 1 besar, maka variabel 2 menjadi kecil.