BAB III KESIMPULAN & SARAN
Analisis dalam kedua bab sebelumnya secara tidak langsung telah menjabarkan keterkaitan antara perjalanan sang hero dengan jiwa bebas yang dimiliki oleh Meursault dan Kafka. Kedua pembahasan tersebut telah memperlihatkan poin penting dalam penelitian ini, yaitu dengan memperlihatkan tahap-tahap perjalanan yang dilakukan oleh kedua tokoh yang hadir dalam karya sastra, tempat, maupun zaman yang berbeda namun memiliki arus perjalanan yang sejalan, yang tidak lain dipengaruhi oleh hadirnya kebebasan dalam jiwa kedua tokoh tersebut. Keterkaitan antara kebebasan serta perjalanan kedua tokoh tersebut dapat ditemukan semenjak awal perjalanan, yang dijabarkan melalui teori The Adventure of Hero oleh Joseph Campbell yang secara bertahap memperlihatkan proses perjalanan yang dijalani oleh kedua tokoh tersebut. Setelah proses perjalanan dirasa jelas maka perjalanan keduanya yang memiliki keputusankeputusan yang sarat akan “kebebasan” di dalamnya dijabarkan melalui teori kebebasan oleh Antoine Hatzenberger yang berjudul “Je Suis Condame à Etre Libre”, kebebasan tersebut diaplikasikan oleh Hatzenberger melalui konsep kebebasan yang dimiliki oleh Sartre, yaitu melalui Le Pour Soi dan L’en Soi. Kebebasan yang hadir alam kedua tokoh tersebut dimulai dalam tahap perjalanan yang dimulai dari sub bab Departure, pada sub bab tersebut Meursault memulai kisahnya melalui kematian ibunya, sedangkan Kafka yang merencanakan
107
kepergian dari rumah. Kebebasan terlihat pada sikap Meursault yang menolak bersedih terhadap kematian sang ibu dan Kafka yang menolak untuk tinggal dan menjalani kehidupannya sebagai anak berusia 15 tahun pada saat itu. Hal tersebut tidak berhenti begitu saja, namun tetap hadir dalam tahap perjalanan berikutnya. Seperti dalam tahap Initiation serta Return yang merupakan tahap ujian serta kembalinya tokoh hero. Pada tahapini Meursault akan berhadapan dengan persidangan kasus pembunuhan yang ia lakukan sedangkan Kafka yang harus menghadapi kutukan Oedipus yang pada akhirnya tetap harus dijalaninya. Dalam kedua kondisi tersebut keduanya tetap memperlihatkan konsep “bebas” yaitu Meursault yang mencerminkan kebebasan dalam persidangan dengan melakukan aksi diam hingga pada akhirnya menghadapi hukuman mati tanpa melakukan perlawanan apapun. Namun lain halnya dengan kebebasan yang Kafka tunjukan, kebebasan yang hadirdalamdiri Kafka merupakan kebebasan dalam melakukan tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh anak seusianya sehingga pada akhirnya tindakan tersebutlah yang membawanya masuk kedalam kutukan Oedipus yang sebenarnya berusaha ia hindari. Kebebasan yang di hadirkan dalam setiap tindakan dalam kedua tokoh tersebut pada akhirnya akan berhenti pada tahap return. Pada tahap ini perjalanan Kafka dan meursault diakhiri oleh sebuah kebebasan mutlak yang disimbolkan kematian bagi Meursault dan kembalinya Kafka kepada kehidupan yang normal tanpa dibayangi oleh kutukan Oedipus maupun kehidupan masa lalu. Setelah melihat proses perjalanan yang diwarnai keputusan yang sarat akan pemikiran bebas di dalamnya, konsep kebebasan tersebut di jabarkan lewat
108
konsep bebas yang dijabarkan Hatzenberger melalui le pour soi dan l’en soi. Konsep tersebut memperlihatkan bahwa kebebasan tidak lain hadir dari jiwa tokoh tersebut yang tidak lain merupakan l’en soi yang menolak hadirnya le pour soi yang merupakan citra dari kedua tokoh tersebut sebagai mana manusia pada umumnya. Pada akhirnya setelah kedua pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebebasan yang hadir dalam jiwa kedua tokoh tersebut menunjukkan bahwa meskipun Kafka dan Meursault dihadirkan oleh penulis yang berbeda dengan latar kehidupan seperti zaman maupun kebudayaan yang berbeda, namun kebebasan dalam pemikiran keduanya menghasilkan alur perjalanan yang tidak jauh berbeda dan memiliki hasil akhir yang sama, yaitu kebebasan final bagi keduanya. Hadirnya kebebasan yang diperlihatkan kedua tokoh tersebut tidak terlepas dari fenomena-fenomena maupun pengalaman mengenai konsep kebebasan yang hadir dalam jiwa sang penulis, meskipun keduanya memiliki perbedaan tempat dan waktu. Murakami merupakan penulis yang muncul di awal tahun 2000, dengan latar kewarganegaraan Jepang yang merupakan salah satu negara yang berada di benua asia yang memiliki kondisi yang tidak jauh berbeda dari negara asia lainnya, yaitu sama-sama memiliki budaya serta norma-norma ketimuran yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari namun tidak terlepas dari keterpengaruhan budaya barat yang hadir seiring dengan pertumbuhan negara-negara di asia. Kebebasan merupakan topik yang diangkat oleh Murakami pada Kafka Sur le Rivage. Kafka merupakan refleksi pemikiran Murakami mengenai apa yang terjadi dalam
109
kehidupannya, yaitu memperlihatkan hadirnya kebudayaan barat sedikit banyak telah menimbulkan pemberontakan dalam pemikiran individu-individu tertentu, mempengaruhi jiwa yang pada akhirnya memberikan pemikiran atau tindakan pemberontakan terhadap kehidupan yang dimilikinya, sedangkan Kutukan Oedipus merupakan analogi dari intervensi pemikiran barat tersebut, sebab kebebasan pada akhirnya membawa individu-individu yang memilikinya kepada sebuah hal yang tidak baik, dan tidak umum, meskipun pada akhirnya semuanya tetap akan berakhir, dengan sebuah kebebasan yang lain. Tidak berbeda dengan Murakami, Camus yang merupakan penulis Prancis yang pada saat itu merasakan gejolak eksistensialisme pada zamannya di belahan bumi Eropa mengekspresikan konsep kebebasan pada karya tulisnya, yang memperlihatkan ketidaksetujuannya terhadap konsep hidup yang berlaku di masyarakat umum pada masanya. Dalam hal ini Meursault merupakan salah satu tokoh yang dirasa cukup memperlihatkan sisi kehidupan yang sangat dekat oleh Camus melihat keduanya memiliki latar belakang yang sama, yaitu hanya dibesarkan oleh sosok ibu dan hidup di Aljazair ketika muda. Kehidupan Camus yang pada akhirnya diwarnai oleh pendidikan filsafat juga tidak lain membangkitkan rasa eksistenisalisme yang dalam, atau dapat dikatakan sebagai ekspresi untuk memperlihatkan jiwanya sebagai jiwa yang utuh tanpa di warnai nilai-nilai kehidupan yang harus dianut. Penelitian ini memperlihatkan bahwa keterkaitan antara kebebasan yang direfleksikan melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra yang hadir di zaman serta lokasi yang berbeda tidak terlepas dari hadirnya kebebasan yang muncul dalam
110
kehidupan penulis yang hadir atas keterpengaruhan dari zaman yang dilaluinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebebasan merupakan sebuah aspek yang tidak akan pudar, meskipun melewati zaman serta letak yang berbeda.
111