BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Keterkaitan antara dewan komisaris independen dengan nilai perusahaan. Dari hasil pengujian regresi berganda menunjukkan tidak terdapat keterkaitan antara komisaris independen dengan nilai perusahaan dengan p-value sebesar 0,991, p-value lebih besar dari α = 5% (0,991 > 0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan fungsi komisaris independen dalam perusahaan belum sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK, sehingga fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan menjadi tidak efektif maka kinerja perusahaan akan menurun, dengan menurunnya kinerja perusahaan maka nilai perusahaan tidak dapat tercapai.
2. Keterkaitan antara komite audit dengan nilai perusahaan. Hasil analisa regresi menunjukkan tidak terdapat keterkaitan antara komite dengan nilai perusahaan dengan p-value sebesar 0,154, p-value lebih besar dari α = 5% (0,154 > 0,05). Fungsi dan cara pemilihan komite
56
57
audit di Indonesia belum sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK dimana syarat komite audit antara lain minimal terdiri dari 3 orang, diketuai oleh salah satu komisaris independen, minimal satu orang memilki latar belakang keuangan dan anggotanya merupakan orang eksternal (tidak terafiliasi). Karena hal tersebut fungsi komite audit yang seharusnya sebagai pihak independen dalam perusahaan belum dapat berjalan dengan baik dan dapat menyebabkan kinerja perusahaan menurun sehingga nilai perusahaan tidak dapat tercapai.
3. Keterkaitan antara kualitas audit dengan nilai perusahaan. Analisa regresi berganda menunjukkan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dengan p-value sebesar 0,774, p-value lebih besar dari α = 5% (0,774 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pasar tidak menilai kualitas audit dari besarnya KAP, sehingga ukuran KAP (Big 4 atau Non-Big 4) tidak mempengaruhi penilaian pasar terhadap perusahaan untuk melakukan investasi. Adanya kemungkinan faktor lain yang memperngaruhi penilaian pasar terhadap perusahaan seperti laporan keuangan perusahaan.
4. Keterkaitan antara dewan komisaris independen dengan transparansi. Hasil analisa regresi berganda menunjukkan tidak terdapat keterkaitan antara komisaris independen dengan transparansi. Dengan p-value sebesar
58
0,089, p-value lebih besar dari α = 5% (0,089 > 0,05). Dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa tidak ada keharusan bagi perusahaan terdaftar untuk mengungkapkan tentang kondisi dan struktur corporate governance khususnya yang berkaitan dengan tanggung jawab dan indepedensi dewan komisaris. Hal lain yang juga mendasari adalah meskipun Indonesia Stock Exchange telah mengatur jumlah keberadaan komisaris independen, namun dalam praktiknya belum ada mekanisme tentang bagaimana pemegang saham memilih komisaris independen ini, sehingga walaupun dewan komisaris ini telah ada namun tidak diketahui bagaimana penunjukkannya. Kondisi yang demikian masih memperluas kesempatan bagi beberapa pihak untuk melakukan praktik KKN, salah satunya dengan penunjukkan anggota komisaris independen yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan direksi perusahaan. Hal ini akan sangat melemahkan aplikasi corporate governance, karena dengan adanya
transaksi
dengan
orang
dalam
(insider
transaction),
penyelewengan (fraud) dan sebagainya akan membawa corporate governance dalam kondisi yang semakin terpuruk dan hal ini akan membawa imbas pada pengungkapan informasi yang menjadi bagian dalam transparansi sebagai salah satu prinsip corporate governance.
59
5. Keterkaitan antara komite audit dengan transparansi. Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara komite audit dengan transparansi. Dengan p-value sebesar 0,188, karena p-value lebih besar dari α = 5% (0,188 > 0,05). Lemahnya praktik corporate governance di Indonesia menunjukkan proses penunjukkan anggota komite audit masih belum jelas dan terbuka, sehingga keberadaan komite audit dalam perusahaan yang seharusnya bersifat independen masih patut diragukan. Pemilihan anggota yang masih memiliki hubungan kekerabatan marak terjadi. Integritas komite audit sendiri masih harus dipertanyakan. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak negatif pada aplikasi corporate governance dan merendahkan kualitas informasi yang diberikan perusahaan karena banyaknya kesempatan untuk memanipulasi dan mempermainkan data.
6. Keterkaitan antara kualitas audit dengan transparansi. Dari hasil analisa regresi dapat dilihat, terdapat keterkaitan antara kualitas audit dengan transparansi. Dengan p-value sebesar 0,000, p-value lebih kecil dari α = 5% (0,000 < 0,05). Sesuai dengan teori reputasi yang menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit (Lennox, 2000), KAP Big 4 memiliki insentif yang lebih baik untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak reputasinya dibandingkan dengan KAP Non Big 4 sehingga dalam menyampaikan
60
informasi mengenai perusahaan yang dibutuhkan oleh pasar KAP Big 4 lebih jelas dan akurat.
7. Keterkaitan antara transparansi dengan nilai perusahaan. Analisa
regresi
menunjukkan
tidak
terdapat
keterkaitan
antara
transparansi dengan nilai perusahaan. Dengan p-value sebesar 0,414, pvalue lebih besar dari α = 5% (0,414 > 0,05). Kondisi ini mungkin terjadi karena manajemen perusahaan kurang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan pasar mengenai perusahaan sehingga penilaian pasar terhadap perusahaan tidak tercapai dan rendahnya kesadaran manajemen mengenai manfaat yang dapat diperoleh dari pengungkapan informasi perusahaan
5.2
Keterbatasan Penelitian Pada penelitian yang telah dilakukan ini memiliki beberapa keterbatasan, yang
apabila diatasi pada penelitian selanjutnya dapat memperbaiki hasil penelitian. Beberapa keterbatasan tersebut antara lain : 1. Data laporan keuangan yang digunakan hanya data perusahaan pada tahun 2008 saja, seharusnya bisa sampai tahun 2009. Tetapi karena keterbatasan waktu maka pengambilan sample hanya digunakan tahun 2008. 2. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini hanya Tobins’Q. Seharusnya bisa digunakan beberapa rasio keuangan yang lain.
61
3. Mekanisme corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini hanya dewan komisaris independen, komite audit, dan kualitas audit. Seharusnya bisa digunakan beberapa mekanisme corporate governance lainnya 4. Transparansi yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan pengungkapan saja, seharusnya bisa mengunakan ketepatan waktu pelaporan (timeliness).
5.3 Saran Adapun saran–saran yang dianjurkan oleh penulis untuk penelitian selanjutnya adalah : 1. Untuk penelitian–penelitian selanjutnya dapat menggunakan sample perusahaan untuk kategori perusahaan keuangan. 2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan penelitian sejenis dengan hubungan corporate governance, transparansi dan nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak hanya pada tahun 2008 saja. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian tentang penerapan good corporate governance.