BAB II UPAYA GURU MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS HURUF SAMBUNG MELALUI METODE DIKTE
2.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia pada kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006
diarahkan
untuk
meningkatkan
kemampuan
peserta
didik
yang
menggambarkan penguasaan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
2.1.1. Kurikulum Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi suara, bersifat arbitrer, digunakan oleh
suatu
masyarakat
tutur
untuk
bekerja
sama,
berkomunikasi,
dan
mengidentifikasi diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam tatabunyi, tatabentuk kata, maupun kalimat. Bila aturan, kaidah atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. (Abdul Chair, 1998:1) Sesuai dengan Standar Isi pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 bahwa: Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
9
10
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi siswa
untuk memahami dan
merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan: 1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; 2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; 3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
11
4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; 5) sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; 6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1)
Mendengarkan;
2)
Berbicara;
3)
Membaca;
4)
Menulis.
Mulai tahun 2006, kurikulum yang digunakan di sekolah dasar adalah Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Menurut BNSP (2006:81) dijelaskan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan
12
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pada akhir pendidikan di SD/MI, siswa telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik kelas I pada mata pelajaran Bahasa Indonesia semester II sebagai berikut. Tabel 2.1 Standar Isi Bahasa Indonesia Kelas I Sekolah Dasar Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan 5. Memahami wacana lisan tentang deskripsi bendabenda di sekitar dan dongeng
5.1 Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar 5.2 Menyebutkan isi dongeng
Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan gambar, percakapan sederhana, dan dongeng
6.1 Menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti 6.2 Melakukan percakapan sederhana dengan menggunakan kalimat dan kosakata yang sudah dikuasai 6.3 Menyampaikan rasa suka atau tidak suka tentang suatu hal atau kegiatan dengan alasan sederhana 6.4 Memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang disukai dengan ekspresi yang sesuai
Membaca 7. Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak Menulis
7.1 Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat 7.2 Membaca puisi anak yang terdiri atas 2-4 baris dengan lafal dan intonasi yang tepat
13
8. Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin
8.1 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegak bersambung 8.2 Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung
2.1.2 Tujuan dan Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Kemampuan
berbahasa
adalah
kemampuan
menggunakan
bahasa.
Kemampuan itu terlihat di dalam empat aspek keterampilan. Keempat aspek itu adalah
mendengarkan,
berbicara,
membaca,
dan
menulis.
Kemampuan
mendengarkan dan membaca disebut kemampuan reseptif sedangkan kemampuan berbicara dan menulis dinamakan kemampuan produktif. Kemampuan reseptif dan kemampuan produktif dalam berbahasa merupakan dua sisi yang saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Seseorang yang ingin mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis, mestilah banyak mendengar dan membaca. Oleh karena, dengan mendengar dan membaca akan diperoleh informasi untuk dibicarakan dan dituliskan. Mengembangkan kemampuan mendengar dan membaca, seyogyanya pula diawali dengan kegiatan berbicara dan menulis. Begitulah keempat aspek berbahasa itu saling mendukung. Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat juga digunakan cara lain, misalnya isyarat, lambang-lambang gambar atau kode-kode tertentu lainnya. Namun, dengan bahasa komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih sempurna. Bahasa Indonesia sendiri yang
14
mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara di tengahtengah berbagai macam bahasa daerah, mempunyai fungsi sebagai berikut: a) alat untuk menjalankan administrasi negara, b) alat pemersatu pelbagai suku bangsa di Indonesia, c) media untuk menampung kebudayaan nasional. (Abdul Chair, 1998:2). Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1)
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;
2)
menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;
3)
memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
4)
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5)
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
6)
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
15
2.1.3
Materi Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Pembelajaran menulis di jenjang pendidikan dasar dapat dibedakan menjadi dua
tahap yakni menulis permulaan di kelas I-II dan menulis lanjut yang terdiri dari menulis lanjut tahap pertama di kelas III-V serta menulis lanjut tahap kedua di kelas VI-IX (SLTP). “Kemampuan menulis pada tahap-tahap ini merupakan kemampuan menulis yang sangat mendasar” menurut Husen (1992). Dijelaskan pula oleh Resmini (1998) bahwa kemampuan menulis di SD merupakan kemampuan dasar yang akan menjadi bekal untuk memperoleh kemampuan menulis lebih lanjut. Menurut
Depdiknas
(2003:65)
standar
kompetensi
disiapkan
dengan
mempertimbangkan kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya yang berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai: 1)
sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa;
2)
sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
3)
sarana menyebarluaskan pemakaian bahasa yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah;
4)
sarana pengembangan penalaran;
5)
sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan Indonesia. Mengingat hal itu selayaknya pembelajaran menulis permulaan mendapat
perhatian yang memadai dari guru. Materi pembelajaran menulis di kelas I sesuai
16
Standar Isi lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (2009:319-320) semester I-II mencakup beberapa komponen sebagai berikut.
Tabel 2.2 Standar Isi Bahasa Indonesia Kelas I Semester I dan II Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menulis
4.1 Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
1. Menulis permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin
4.2 Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf 4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar 4.4 Melengkapi kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar 4.5 Menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas
Menulis 8. Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin
2.1 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegak bersambung 8.2 Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung
Sumber: Standar Isi Permendiknas No. 22/2006 (2009:319-320) Menurut
Hartati
(2006:4-5)
prinsip
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
dilaksanakan dengan mengacu pada wawasan pembelajaran yang dilandasi prinsip humanism, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Prinsip humanisme berisi wawasan sebagai berikut. 1)
Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu. Implikasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia adalah 1) guru
17
bukan merupakan satu-satunya informasi, 2) siswa disikapi sebagai subjek belajar, 3) dalam proses belajar mengajar guru lebih banyak sebagai model, teman pendamping, pemotivasi, fasilitator, dan aktor yang juga bertindak sebagai pembelajar. 2)
Perilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu. Implikasi dari wawasan tersebut dalam kegiatan pengajaran Bahasa Indonesia adalah 1) isi pembelajaran harus memiliki kegunaan bagi pembelajar secara actual, 2) dalam kegiatan belajarnnya siswa harus menyadari manfaat penguasaan isi pembelajaran bagi kehidupannya, 3) isi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan, pengalaman dan pengetahuan pebelajar.
3)
Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pengajaran Bahasa Indonesia adalah 1) layanan pembelajaran selain bersifat klasikal dan kelompok juga bersifat individual, 2) pembelajar selain ada yang dapat menguasai materi pembelajaran secara cepat juga ada yang menguasai isi pembelajaran secara lambat, dan 3) pembelajar perlu disikapi sebagai subjek yang unik, baik menyangkut proses merasa, berfikir, dan karakteristik individual sebagai hasil bentukan lingkungan keluarga, teman bermain, maupun lingkungan kehidupan social masyarakatnya. Lebih lanjut sejumlah prinsip di atas dapat dihubungkan dengan prinsip
progresivisme yang beranggapan bahwa:
18
1)
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak bersifat mekanistis tetapi memerlukan daya kreativitas. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan melalui kreativitas ini berkembang secara berkesinambungan.
2)
Proses belajar siswa sering kali dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemecahan secara baru. Dalam pemecahan masalah tersebut siswa perlu menyaring dan menyusun ulang pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya secara coba-coba atau hipotesis. Sehingga terjadi cara berfikir yang terkait dengan metakognisi. Sejalan dengan wawasan di atas konstruktivisme menganggap bahwa proses
belajar disikapi sebagai kreativitas dalam menata serta menghubungkan pengalaman dan pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan. Sesuai dengan program pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SDN Merdeka, maka pembelajaran menulis bulan April yaitu menulis permulaan dengan huruf bersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin. Sedangkan kompetensi dasar yaitu menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf berikut ini.
bersambung. Untuk lebih jelasnya seperti tergambar pada tabel
19
Tabel 2.3 Standar Isi Bahasa Indonesia Kelas I Semester II Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menulis 8. Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin
2.2
8.1 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegak bersambung 8.2 Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung
Keterampilan Menulis Pengajaran menulis di sekolah dasar diharapkan dapat membekali peserta
didik dengan kemampuan menulis yang baik. Pelaksanaan pengajaran menulis di sekolah dasar terutama kelas satu dan dua tidak dapat dipisahkan dari membaaca permulaan, walaupun membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif.
2.2.1. Hakikat Menulis Menulis seperti halnya kegiatan berbahasa lainnya, merupakan keterampilan. Setiap keterampilan hanya akan diperoleh melalui berlatih. Berlatih secara sistematis, terus-menerus, dan penuh disiplin merupakan resep yang selalu disarankan oleh praktisi untuk dapat atau terampil menulis. Tentu saja bekal untuk berlatih bukan hanya sekedar kemauan, tetapi juga ada bekal lain yang perlu dimiliki. Bekal lain itu adalah pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus ditempuh dalam kegiatan menulis. Jadi ada dua hal yang diperlukan untuk
20
mencapai ketrampilan menulis yakni pengetahuan tentang tulis-menulis dan berlatih untuk menulis. Pengertian menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:868) adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, kapur, dan sebagainya”. Sedangkan pengertian menulis menurut Tarigan (1983:21) bahwa menulis pada hakikatnya adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan lambang-lambang grafis itu. Gorys Keraf (1984: 8-9) mengemukakan bahwa manfaat menulis, yaitu untuk (1) mengenal diri sendiri, (2) lebih memahami orang lain, (3) belajar mengamati dunia sekitar dengan cermat, dan (4) untuk mengembangkan proses berpikir secara jelas dan teratur. Menurut Akhadiah (1993:81) menulis adalah proses perubahan bentuk pikiran, angan-angan, perasaan, dan sebagainya menjadi wujud lambang atau tanda tulisan. Selanjutnya Suparno (2007:1.3) mengemukakan bahwa menulis adalah kegiatan penyampaian pesan atau komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dengan demikian menulis tidak lain dari memindahkan bahasa ke dalam wujud tulisan, dengan menggunakan lambang-lambang grafem. Namun sering kali pula menulis itu dianggap sebagai suatu keterampilan berbahasa yang sulit, karena menulis dikaitkan dengan seni atau kiat, sehingga tulisan tersebut dirasakan enak dibaca, akurat, jelas dan singkat. Untuk mencapai ini memang memerlukan latihan dan pengalaman.
21
Dari beberapa pendapat tersebut jelaslah bahwa proses menulis merupakan kegiatan akademik. Tahap-tahap menulis meliputi (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan (revisi). Tulisan yang baik mempunyai ciri-ciri (1) mudah, (2) berterima, (3) ekonomis, (4) tepat, (5) langsung, (6) utuh, dan (7) gramatikal.
2.2.2. Tujuan Menulis Mata pelajaran Bahasa Indonesia sesuai permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi (2006:317) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
22
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang dapat dilakukan semua orang. Namun jika beberapa orang ditanya apakah ia memiliki kemampuan untuk menulis terkadang ragu untuk menjawabnya karena dalam pikiran mereka tergambar bahwa orang yang biasa menulis adalah mereka yang memang telah memiliki keahlian tersebut. Padahal, kemampuan menulis adalah sebuah keahlian yang dimiliki oleh siapapun. Porter (1999:178) Syafi’ie (1996:15)
yang dikutip
Resmini
(1998:20)
mengemukakan
pendapatnya bahwa, “menulis diawali dengan tahap pembelajaran yang berkaitan dengan kesiapan menulis dan diikuti latihan menjiplak, menyalin, mencatat, menulis halus/indah, dikte/imla dan mengarang”. Mengingat
pentingnya
menulis
bagi
siswa,
guru
semestinya
bisa
membangkitkan dan mempertahankan kegairahan siswa untuk menulis serta merupakan pekerjaan yang alami dan menyenangkan seperti yang diungkapkan Mayburry dalam PTK, (1997:7), “the teacher can so dispose the class that writingbecomes a natural and enjoyable accupation” Sebagaimana yang dituangkan dalam standar isi bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006:81) bahwa: Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
23
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Combs (1996:44) dalam Resmini (1998:38) mengidentifikasi sejumlah cara yang dapat dilakukan dalam program menulis yang mengajak siswa untuk melakukan beberapa hal dalam proses penulisannya. Langkah tersebut antara lain: 1) 2) 3) 4)
Menyimpan memori dari dunia pengalamannya Mengumpulkan kembali ingatan atau pengalamannya Mengkreasikan kembali memori dari pengalamannnya yang pertama Menyusun kembali ide-ide dengan menghadirkan persepsi dari pengalaman keduanya, dan 5) Menampilkan kembali hal-hal yang telah diketahui sekarang yang sebelumnya belum diketahui dalam berbagai cara.
2.2.3
Manfaat Menulis Banyak manfaat yang dapat dipetik dari menulis, kemanfaatan itu diantaranya
peningkatan kecerdasan, pengembangan daya imajinatif dan kreativitas, penumbuhan keberanian dan pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi Suparno (2007:1.4). Banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis menurut Akhaidah (Resmini, 2007:117-118) ada delapan manfaat menulis yaitu: 1)
2)
3) 4)
Dengan menulis dapat mengetahui kemampuan dan potensi dirinya sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya. Dengan menulis, penulis dapat terlati dalam mengembangkan berbagai gagasan sehingga penulis dapat bernalar, menghubungkan, serta membandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasan Dengan menulis, penulis lebih banyak dapat menyerap, mencari serta mengusai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Dengan menulis, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat.
24
5) 6)
7) 8)
2.2.4
Dengan menulis, penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara objektif Dengan menulis, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif Dengan menulis yang direncanakan membiasakan penulis berfikir serta berbahasa secara tertib dan benar.
Fungsi Menulis Kegiatan berbahasa menulis memiliki fungsi utama yaitu sebagai alat
komunikasi secara tertulis dan tidak langsung. Tulisan dapat membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita. Selain itu, menulis juga memiliki fungsi lain sebagaimana menurut Tarigan (1994) sebagai berikut. 1)
Fungsi Penataan Ketika menulis terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi, dan yang lainnya serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh karena itu pikiran dan lainnya mempunyai wujud yang tersusun.
2)
Fungsi Pengawetan Menulis mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis.
3)
Fungsi Penciptaan Dengan menulis kita menciptakan sesuatu yang mewujudkan sesuatu yang baru. Karangan sastra menunjukkan fungsi demikian.
4)
Fungsi Penyampaian
25
Penyampaian itu terjadi bukan saja pada orang yang berdekatan tempatnya, melainkan juga kepada orang yang berjauhan.
2.2.5 Teknik Pengajaran Menulis Menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif. Disebut produktif karena dengan menulis, seseorang akan dapat menghasilkan produk dari tulisan yang dilakukan oleh penulis, juga dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui karya/tulisannya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri (Resmini, 2007). Menulis memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berfikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas, menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis secara baik. Kemampuan ini diperoleh lewat jalan yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat kemampuan menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, nilai dari pengenalan lambang-lambang bunyi. Pembelajaran menulis di kelas I merupakan pembelajaran menulis tahap awal. Kemampuan menulis yang diperoleh tersebut akan menjadi dasar pembelajaran menulis di kelas-kelas berikutnya. Kemampuan menulis yang diperoleh pada menulis permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan menulis lanjut. Seperti yang diungkapkan oleh Resmini (2007:127), bahwa:
26
Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan, akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan kemampuan menullis selanjutnya. Apabila dasar itu baik dan kuat, dapat diharapkan pengembangannya pun dapat baik pula, dan apabila dasar itu kurang baik atau lemah, maka diperkirakan hasil pengembangannya akan kurang baik pula. Teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar bervariasi untuk memperoleh hasil yang optimal. Dalam penerapannya guru menggunakan langkah-langkah berikut. a.
Persiapan (pramenulis) 1) Sikap duduk: kepala tegak, punggung lurus, tangan dan kaki di tempatnya. 2) Cara meletakkan buku tulis: jarak buku dan mata cukup (20 cm minimal). 3) Cara memegang pensil: posisi jari tangan kanan memegang pensil, tangan kiri di atas buku tulis/kertas dan meja. 4) Gerakan menulis di udara untuk melemaskan tangan. 5) Pelatihan melemaskan jari dengan mewarnai, menjipak, menyalin huruf, menebalkan, menggambar. 6) Latihan dasar menulis garis tegak, miring, lurus, lengkung. 7) Latihan cara menulis huruf dengan menggunakan jari di meja, di udara, untuk melemaskan jari.
27
b.
Pelaksanaan 1) Penulisan kata-kata atau kalimat sederhana yang sudah dikenal peserta didik disesuaikan dengan tema, selanjutnya kata-kata yang baru dengan huruf balok. 2) Menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan guru. 3) Penulisan huruf yang ada pada kartu, yang telah disusun menjadi kata atau nama diri. 4) Penulisan cerita di dalam gambar dengan bimbingan guru. 5) Menulis jelas dan rapih. 6) Penulisan sambung kata-kata yang sudah dikenal dengan didiktekan guru. 7) Penulisan kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital diakhiri tanda titik. 8) Penulisan jawaban atas pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan. 9) Penggunaan huruf kapital untuk nama Tuhan, nama orang, nama agama, nama tempat, bulan, hari secara bertahap. 10) Penulisan catatan kebutuhan sehari-hari untuk diri sendiri dengan bantuan guru. 11) Penulisan nama benda, hewan, tumbuhan. 12) Penempatan jeda pada akhir bagian-bagian kalimat sesuai dengan makna kalimat. 13) Penggunaan kata tanya pada akhir kalimat tanya, dan tanda seru pada akhir kalimat perintah.
28
14) Penulisan
kalimat
sederhana
yang
didiktekan
guru
dengan
memperhatikan keberesan, kebenaran dan kebersihan.
2.3 Menulis Permulaan melalui Dikte Menulis permulaan di kelas I merupakan kemampuan tahap awal atau tahap permulaan. Oleh sebab itu pembelajaran menulis di kelas satu disebut pembelajaran menulis permulaan. Begitu juga dengan pembelajaran menulis di kelas dua. Sedangkan di kelas tiga sampai kelas enam disebut pembelajaran menulis lanjut. Jadi di sekolah dasar ada dua jenis pembelajaran menulis, seperti yang diungkapkan Zuchdi (1997:62) bahwa kemampuan menulis diajarkan di sekolah dasar, sejak kelas satu sampai dengan kelas enam. Kemampuan yang diajarkan di kelas satu dan dua merupakan tahap awal/permulaan, sedangkan kelas tiga sampai enam menulis lanjut.
2.3.1. Menulis Permulaan Secara harfiah, kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggambarkan bahasa dan lambang-lambang yang dapat dipahami. Menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Tarigan, 1994:21). Kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dengan membaca. Menulis dan membaca ibarat dua keping yang tidak bisa dipisahkan. Yang menjadi inti dari
29
keduanya adalah tulisan. Bedanya, kalau membaca adalah menafsirkan apa yang tertulis, sedangkan menulis adalah menghurufkan pemahaman seseorang. Melalui pembelajaran menulis masalah fonologi di kelas I menulis permulaan sudah mulai dilaksanakan. Penulisan huruf kapital merupakan salah satunya. Tidak mudah orang memahami penulisan huruf kapital ini. Buktinya, masih saja didapati kesalahan penulisan huruf kapital baik pada awal kalimat, penyebutan nama orang, bulan, hari, tempat, dan gelar. Misalnya, pada penulisan gelar Drs. Aditya, M.SC.; Sudibyo, BC.HK; seharusnya Drs. Aditya, M.Sc.; Sudibyo, Bc.HK. Masalah lain dari fonologi yang bisa diajarkan melalui menulis adalah pemenggalan kata. Dalam praktiknya, pemenggalan kata sering tertukar dengan penyukuan kata. Kata ca-plok, padahal yang betul cap-lok; kata april sering pula dipenggal menjadi a-pril, padahal yang benar adalah ap-ril. /pl/ dan /pr/ pada kedua kata tersebut sering dianggap kluster, padahal itu adalah deret konsonan. Selain hal di atas, pengajaran menulis juga hendaknya ditekankan pada ketelitian penulisan huruf terutama penulisan kata-kata serapan. Kata-kata seperti efektifitas, kwartal, atlit, tehnik, konsekwen, jadual, sistim, jaman, analisa, kuitansi masing-masing sering muncul pada tulisan-tulisan ilmiah. Bentuk-bentuk yang baku dari kata-kata tersebut adalah efektivitas, kuartal, atlet, teknik, konsekuen, jadwal, sistem, zaman, analisis, dan kwitansi. Media pembelajaran yang cukup efektif dan tepat guna untuk kegiatan menulis para siswa adalah buku harian, majalah dinding, dan majalah sekolah. Para siswa hendaknya dibiasakan bahkan bisa diwajibkan oleh gurunya untuk memiliki
30
buku harian. Hal-hal menarik, prestasi yang diperoleh, dan hal lain yang tertuang dalam buku harian itu, bisa dipamerkan melalui majalah dinding atau majalah sekolah. (Diding Wahyudin, 2001:31-32). Rancangan pembelajaran menulis mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Acuan itu merupakan acuan standar yang harus dipenuhi dalam setiap rancangan pembelajaran. Dari acuan standar itu, jika guru ingin berimprovisasi tentu dibolehkan. Artinya acuan standar merupakan acuan minimal. Acuan minimal itu dapat dioptimalkan sesuai dengan
keadaan
dan
kebutuhan
guru dalam
membelajarkan dan membimbing peserta didiknya. Pembelajaran keterampilan menulis di SD menurut Hartati, dkk., (2009:232) dibedakan antara pembelajaran di kelas I dan II dengan kelas III, IV, V, dan VI. Pembelajaran menulis di kelas I dan II digabungkan dengan pembelajaran membaca, dan lazim disebut pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP). Pembelajaran menulis di kelas III, IV, V, dan VI lazim disebut Pembelajaran Menulis Lanjut. Sehingga pembelajaran yang dikembangkan di SD sejalan dengan kondisi tersebut. Pembelajaran menulis permulaan menurut Hartati, dkk., (2009:232) memperhatikan hal-hal berikut. 1) Tingkat perkembangan anak; 2) Tingkat kesiapan anak; 3) Sumber bahan pengajaran;
31
4) Peralatan/perlengkapan; 5) Keaktifan anak; 6) Sikap membaca dan menulis yang benar; 7) Metode. Ada empat karakteristik menurut Syarif (2009:55) keterampilan menulis yang sangat menonjol, yakni: a. keterampilan menulis merupakan kemampuan yang komplek; b. keterampilan menulis condong ke arah skill atau praktik; c. keterampilan menulis bersifat mekanistik; d.penguasaan keterampilan menulis harus melalui kegiatan yang bertahap atau akumulatif.
2.3.2 Metode Dikte Pelaksanaan pembelajaran menulis pada semester II di kelas I SDN Merdeka diarahkan pada metode Dikte sesuai tuntutan kompetensi pada standar isi Permendiknas semester II pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I. Metode Dikte menurut Tarigan (1986:55) Pembelajaran diawali model ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cermat oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat dibacakan atau berupa rekaman. Model ini disimak oleh siswa (dengar), menuntut reaksi bersifat tulisan. Dikte/Imlak seperti dijelaskan dalam Modul Bahasa Indonesia bahan PLPG (2008:95) dimaksudkan untuk memantapkan siswa dalam menuliskan huruf yang baru diajarkan dalam kaitannya dengan kata atau kalimat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rofi’udin dan Zuhdi (1999:81) bahwa kegiatan yang dilakukan dalam
32
dikte/imlak meliputi: anak menyiapkan alat tulis, guru mengucapkan kalimat, anak menulis kalimat yang diucapkan guru, tulisan anak dikoreksi oleh temannya, dan anak membetulkan tulisannya. Selanjutnya Rofi’udin dan Zuhdi (199:88) menjelaskan bahwa Dikte/Imlak adalah kegiatan memperdengarkan kata, kalimat, atau wacana kepada siswa agar meminta mereka untuk menuliskan apa yang telah didengar. Dikte dapat dipadukan dengan aspek pembelajaran lain seperti tergambar berikut. Dikte Kata, kalimat, wacana Ditulis
Pemahaman
Penggunaan
Analisis: a. (Suku) kata b. Huruf besar/kecil c. Tanda baca
Dilanjutkan dengan kegiatan: a. Membaca/me ngucapkan b. Menyimak
Gambar 2.1 Aspek Pembelajaran Dikte
Menurut pendapat lain dari Purwanto (1997:74)
dikte adalah koordinasi
pertama dari ranah afektif, kognitif, pikomotor dan indra lainnya, dalam proses perkembangan kecerdasan dan keterampilan siswa. Artinya siswa menghubungkan antara pendengaran, terkoordinasi di otak, otak memerintahkan tangan untuk menulis (gerak psikomotor) sambil mata melihat apakah tulisan benar (terkoordinasi dengan pancaindra mata, dibaca kembali/psikomotor gerak bibir, dibenarkan oleh otak). Jika koordinasi ini telah terbiasa teratur, maka dasar pengembangan dapat dianggap kuat.
33
Menurut Purwanto (1997:74) tujuan/maksud pengajaran dikte ialah: 1)
Untuk memeriksa/mengetahui apakah anak-anak telah mencamkan dengan sungguh-sungguh kata-kata/kalimat yang telah didiktekan
2)
Melatih anak-anak supaya dapat menulis kata-kata dengan ejaan yang tepat. Pendapat tentang dikte menurut Purwanto (1997:74) pertama hasil buruk-
baiknya dikte adalah soal pengetahuan tentang peraturan-peraturan ejaan, maka menurut pendapat ini anak harus menghafalkan peraturan-peraturan itu terlebih dahulu. Kedua hasil dikte terletak dalam latihan menuliskan kata-kata itu, sering atau tidak. Maka menurut pendapat ini anak harus sering dilatih menulis, sehingga akhirnya dengan otomatis anak menuliskan kata-kata itu dengan betul.
2.3.3. Nilai Pembelajaran Dikte Nilai atau manfaat pengajaran dikte dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1.
Formal.
Melatih
fungsi-fungsi
jiwa
anak,
terutama
pengamatannya,
pendengaran dan penglihatan, dan belajar memusatkan perhatian 2.
Material. Menambah perbendaharaan kata-kata/bahasa pada anak-anak, seperti pengetahuan tentang ejaan, susunan kalimat, tata bahasa, dan sebagainya.
3.
Praktis. Sangat dibutuhkan dalam kehidupan di sekolah ataupun masyarakat, seperti: a. Guru mengajar, siswa atau mahasiswa mendengarkan dan mencatat
34
b. Seseorang bercerita, orang lain (polisi, wartawan, dan sebagainya) mendengarkan, mencatat atau membuat lapporan. Di dalam rapat-rapat, ketua, notulis atau hadirin berbicara, menulis, mencatat, dan sebagainya.
2.3.4
Macam-macam Dikte
1)
Dikte latihan; untuk ini anak-anak tidak perlu diberi nilai.
2)
Dikte sebagai ulangan (tes) Dengan dikte ini guru bermaksud mengetahui prestasi masing-masing siswa,
jadi diberi nilai. Untuk selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan ketika guru akan mengisi rapor. Kedua macam dikte di atas dapat berupa: 1)
Dikte kalimat, kalau maksudnya menyuruh menulis semua kalimat yang di dengarnya. (melatih pendengaran, dan bernilai praktis)
2)
Dikte kondensasi, (dikte saringan atau dikte perkataan). Maksudnya dengan efisien meneliti cara menuliskan kata-kata yang sukar pada anak-anak.
2.3.5 Langkah-Langkah Pengajaran Dikte 1)
Peserta didik menyiapkan kertas, di awal pembelajaran menggunakan kertas garis lima.
2)
Guru mengucapkan seluruh kalimat sekali.
3)
Guru mengulang kalimat.
4)
Peserta didik menulis di kertas/buku.
35
5)
Kalimat selanjutnya begitu juga, sehingga selesai semuanya.
6)
Kalau semua kalimat sudah selesai, guru membacakan dengan lancar satu kali, peserta didik diberi kesempatan untuk memeriksa pekerjaan secepat-cepatnya.
7)
Pekerjaan ditukarkan, kemudian diperiksa bersama-sama.
8)
Pekerjaan dikembalikan dan diperiksa sendiri oleh peserta didik. Jika dikte ini merupakan dikte ulangan, maka yang memeriksa adalah guru sendiri. Pelaksanaan dikte pada lomba berbeda dengan dikte dalam pembelajaran
sehari-hari, bedanya yaitu pada dikte kelas I dilaksanakan menyalin, sedangkan pada dikte kelas II dilaksanakan dengan menggunakan aturan yang ketat dan waktu terbatas untuk menulis satu kalimat (rata-rata 6 kata) hanya satu menit. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Dikte 1) Tata tertib harus keras, supaya perhatian siswa tidak terganggu. 2) Perkataan-perkataan atau kallimat-kalimat yang didiktekan harus jelas dan diketahui artinya sungguh-sungguh oleh peserta didik. 3) Pekerjaan peserta didik disuruh ditutup, untuk menjaga supaya tidak ada yang mencontoh/mencontek. 4) Biasakan menulis tepat, peserta didik jangan diperkenankan mencorat-coret atau mengubah-ubah (bila perlu jangan menggunakan/menyiapkan penghapus). 5) Ambillah bahan dikte dari semua mata pelajaran (terpadu). Diktekan kalimatkalimat kunci. 6) Jangan lekas percaya pada hasil pemeriksaan anak, periksa semua dengan teliti.
36
7) Bagilah
kesalahan-kesalahan
anak
dalam
golongan-golongan,
untuk
dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran berikutnya. 8) Biasakan peserta didik menulis aturan-aturan tulisan yang berlaku dengan huruf sambung.