BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Personal Hygiene (kebersihan diri) 2.1.1
Pengertian Personal Hygiene Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.Pemenuhan personal hygiene diperlukan
untuk
kenyamanan
individu,
keamanan,
dan
kesehatan.Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi dengan implementasi tindakan hygiene
pasien,
melakukan
atau
tindakan
membantu itu
maka
anggota akan
keluarga
menambah
untuk tingkat
kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2006). Dalam praktek keperawatan, fungsi perawat terdiri atas 3 bagian yaitu fungsi independen, fungsi interdependen dan fungsi dependen (Praptianingsih, 2007).
6
2.1.2 Aspek-aspek personal hygiene (Potter & Perry,2005) 1. Memandikan Memandikan
pasien
merupakan
personal
hygiene total.Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap diperlukan bagi
pasien
dengan
ketergantungan
total
dan
memerlukan personal hygiene total. Keluasan mandi pasien dan metode yang di gunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang dibutuhkan.
Pasien yang
bergantung
dalam
pemenuhan
kebutuhan personal hygiene, terbaring di tempat tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota badan dapat memperoleh mandi sebagian ditempat tidur.Tujuan memandikan pasien di tempat
tidur
adalah
untuk
menjaga
kebersihan
tubuh,
mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien. Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di rumah sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau dua kali seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering. Perawat atau anggota keluarga mungkin perlu 7
membantu pasien berjalan ke kamar mandi atau kembali dari kamar mandi.Perawat atau anggota keluarga harus ada untuk membantu pasien mengguyur atau mengeringkan bila perlu atau mengganti pakaian bersih setelah mandi.Kadang pasien dapat mandi sendiri di tempat tidur atau mereka memerlukan bantuan dari perawat atau anggota keluarga untuk memandikan bagian punggung atau kakinya.Kadang pasien tidak dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga memandikan pasien di tempat tidur. 2. Membersihkan kuku, kaki dan tangan Kaki, tangan dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki, tangan dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar. 8
3. Mencuci rambut Penampilan
dan
kesejahteraan
seseorang
seringkali
tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. seseorang
Penyakit untuk
hari.Menyikat,
atau
ketidakmampuan
memelihara
menyisir
dan
perawatan bersampo
mencegah
rambut adalah
sehari-
cara-cara
dasar higienis perawatan rambut.distribusi pola rambut dapat menjadi
indikator
status
kesehatan
umum.
perubahan
hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai
proteksi
serta
pengatur
suhu,
melalui
rambut
perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi.Penyakit atau
ketidakmampuan
menjadikan
pasien
tidak
dapat
memelihara perawatan rambut sehari – hari.Pasien imobilisasi rambutnya cenderung terlihat kusut.Pasien juga harus di izinkan bercukur
bila
kondisi
mengizinkan.Pasien
yang
mampu
melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan rambut sehari – hari.Sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan imobilisasi memerlukan bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan hygiene rambut. Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit 9
kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat berpartisipasi dalam melakukan praktik perawatan rambut. 4. Membersihkan mulut Pasien imobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak.Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit atau medikasi yang digunakan pasien.Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut pasien.Gigi dan mulut merupakan
bagian
penting
yang
harus
dipertahankan
kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. hygiene mulut kesehatan
mulut,
membantu gigi,
gusi,
mempertahankan dan
bibir,
status
menggosok
membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri, masase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah 10
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus,
hepatitis),
mencegah
penyakit
mulut
dan
gigi,
meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar. 5. Membersihkan mata, hidung, telinga Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata.
Normalnya,
telinga
tidak
terlalu
memerlukan
pembersihan.Namun, pasien dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihkan baik mandiri pasien atau dilakukan
oleh
perawat
dan
keluarga. Hygiene telinga
mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing
berkumpul
pada
kanal
telinga
luar,
maka
akan
mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem
pernapasan.Pasien
yang
memiliki
keterbatasan
imobilisasi memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga untuk melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga. Tujuan 11
perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari – hari. 2.1.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene Menurut Tarwoto (2004), sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain : a. Citra tubuh : Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. b. Praktik sosial : Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau air mengalir hanya merupakan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal di panti jompo mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah 12
mereka
sendiri,
karena
mereka
tidak
mempunyai
kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri c. Status sosioekonomi :Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting
karena
pengetahuan
yang
baik
dapat
meningkatkan kesehatan. Namun demikian pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada pasien
penderita
Diabetes
Melitus
selalu
menjaga
kebersihan kakinya. e. Budaya : Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi
personal
hygiene.
Orang
dari
latar
kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh di mandikan. f.
Kebiasaan seseorang : Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan 13
rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain. g. Kondisi fisik : Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat
diri
berkurang
dan
perlu
bantuan
untuk
melakukannya. 2.1.4
Dampak personal hygiene Menurut Tarwoto, 2004 dampak yang akan timbul jika kebutuhan personal hygiene pasien tidak terpenuhi adalah sebagai berikut : a. Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang
karena
tidak
terpeliharanya
kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah munculnya kutu pada rambut, gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. b. Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
14
2.2 Perawat 2.2.1
Pengertian Perawat Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan
untuk
bertanggung
jawab
pencegahan
penyakit
memberikan dalam
pelayanan
peningkatan
serta
dan
kesehatan,
pelayanan
terhadap
pasien.Sedangkan perawat ruangan adalah para perawat yang bertugas di setiap ruangan dalam lingkup sebuah rumah sakit (Praptianingsih, 2007).
2.2.2
Peran dan Fungsi Perawat (Potter & Perry, 2005). 2.2.1.1 Peran perawat a. Perawat sebagai pelaksana Perawat baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan
asuhan
keperawatan
kepada
pasien
individu, keluarga dan masyarakat.Hal ini perawat bertindak sebagai comforter (perawat mengutamakan kenyamanan dan rasa aman pasien).Protector dan advokat
(perawat
berupaya
melindungi
pasien,
mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan), communicator (perawat bertindak sebagai mediator antara pasien dengan tim 15
kesehatan maupun dengan keluarga) serta rehabilitator (mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal setelah sakit, kecelakaan atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya). Agar peran ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan asuhan keperawatan tercapai, maka perawat harus melaksanakan proses asuhan keperawatan yang terdiri atas assessment, diagnosis, planning,implementation dan evaluation. Peran inilah perawat berhubungan langsung dengan pasien selama 24 jam.Oleh karena itulah, perawat rentan terhadap kesalahan dan kelalaian yang menimbullkan tuntutan pertanggungjawaban dan tanggung gugat manakala pasien dan atau keluarganya tidak biasa menerima kegagalan upaya pelayanan kesehatan yang sudah dilakukan terhadap pasien (Potter & Perry, 2005). b. Perawat sebagai pendidik Fokus utama dari perawat pendidik adalah mengajarkan individu yang sakit atau tidak mampu dan keluarganya untuk melakukan perawatan mandiri.Seorang pendidik juga di tuntut mempunyai pengetahuan yang luas di bidang kesehatan (Potter & Perry, 2005). 16
2.3 Kepuasan pasien 2.3.1 Definisi kepuasan pasien Kepuasan pasien adalah kepuasan seseorang yang dapat
tercapai
apabaila
kebutuhan,
keinginan,
dan
harapannya dapat terpenuhi melalui mutu pelayanan serta sikap medis yang diberikan secara baik maupun tepat (Awinda,2004) 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Menurut Budiastuti2002 dalam (Purwanto,2007), faktor-faktor kepuasan pasien, antara lain : 1. Kinerja tenaga perawat Perilaku atau penampilan dari perawat dalam melakukan tindakan pelayanan kepada pasien, meliputi : sikap, sopan atau ramah dengan pasien dalam berkomunikasi ataupun dengan sikap yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan pasien serta kenyamanan yang diberikan. 2. Keandalan (Reliability) Kemampuan yang dimiliki perawat dapat memberikan tindakan yang baik terhadap pasien di rumah sakit atau ruangan tersebut.
3. Service ability
17
Perawat cepat dan tepat dalam memberikan penanganan atau keluhan yang dapat memuaskan pasien. 2.3.3
Tingkat kepuasan dalam pelayanan keperawatan Dalam penilaian kualitas pelayanan keperawatan, teori Fitsmmons dalam Purnomo (2004), mengemukakan bahwa tingkat kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan dapat dilihat dalam 5 dimensi, yaitu : a. Reliability Kemampuan untuk memberikan jenis pelayanan yang tepat dan benar sesuai dengan yang telah dijanjikan kepada klien dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten. Misalnya penerimaan pasien yang cepat, tepat, dan
tidak
terbelit-belit,
pelayanan
pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, serta perawat menjelaskan apa yang harus dipatuhi pasien atau tidak bias dilanggar oleh pasien. b. Responsiveness Kesadaran atau keinginan petugas kesehatan untuk membantu klien dan memberikan pelayanan dengan cepat dan bermakna serta kesediaan mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan klien, misalnya penyediaan sarana yang sesuai untuk menjamin terjadinya proses yang tepat. 18
c. Assurance Pengetahuan atau wawasan, kesopan santunan, percaya diri dari pemberi pelayanan, serta perhatian terhadap konsumen,
misalnya
kepercayaan
pasien
terhadap
jaminan kesembuhan dan keamanan sehingga akibat pelayanan yang diberikan termasuk pengetahuan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan yang sopan dan ramah. d. Tangibles Penampilan para tenaga kesehatan dan fasilitas fisik, seperti peralatan berbagai materi komunikasi, contohnya menyiapkan alat kebersihan diri. e. Empaty Kemauan pemberi pelayan untuk melakukan pendekatan, memberi perlindungan, serta berusaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien, misalnya kebutuhan BAK, BAB, personal hygiene, dan lain-lain.Kesediaan tenaga kesehatan untuk peduli memberikan perhatian kepada pasien.
2.3.4
klasifikasi kepuasan
19
Menurut Gerson (2004)
dalam Parinduri (2009), untuk
mengetahui tingkat kepuasan klien dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut : a. Sangat memuaskan Diartikan sebagai ukuran subyektif dari hasil penilaian perasaan pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan pasien, seperti sangat bersih
(untuk
prasarana),
sangat
ramah
(untuk
hubungan dengan dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lain), sangat cepat (proses keperawatan, proses
administrasi),
yang
seluruhnya
menggambarkan tingkat kualitas pelayanan yang paling tinggi. b. Memuaskan Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penilaian perasaan pasien, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk
sarana),
agak
kurang
cepat
(tindakan
keperawatan, proses administrasi) atu kurang ramah, yang seluruhnya ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang. 20
c. Tidak memuaskan Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penelitian perasaan pasien yang rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk tindakan keperawatan, atau proses administrasi), dan tidak ramah. d. Sangat tidak memuaskan Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penelitian perasaan
pasien
yang
rendah,
menggambarkan
pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak bersih (untuk sarana), lambat (untuk proses tindakan keperawatan, atau proses administrasi), dan tidak ramah. Seluruh hal ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori yang paling rendah.
2.4 Imobilisasi dengan stroke 2.4.1
Definisi Imobilisasi 21
Konsep imobilisasi merupakan hal relatif dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan total, tetapi juga terjadi penurunan aktivitas normalnya.Pada keadaan imobilisasi, pasien tidak dapat menghindari pembatasan gerak pada setiap
aspek
kehidupan.Jadi
imobilisasi
adalah
ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi secara terapeutik. (Potter&Perry,2006) Dalam hubungannya dengan perawatan pasien, maka
imobilisasi
adalah
keadaan
dimana
pasien
terbaring lama di tempat tidur, tidak dapat bergerak secara
bebas
karena
kondisi
yang
mengganggu
pergerakan (aktivitas). Imobilisasi pada pasien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya,yaitu “stroke” (Asmadi,2008). 2.4.2 Definisi Stroke Stroke
adalah
kehilangan
fungsi
otak
yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir ke otak dari
22
tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin, 2001). Stroke
didefinisikan
kondisi
dimana
terjadinya
kerusakan pada sebahagian otak disebabkan karena pembuluh darah yang tersumbat sehingga oksigen tidak terpenuhi dengan baik. Penyakit stroke merupakan penyebab
kematian
menyebabkan
utama
kematian,
di
dunia
dan
kelumpuhan,
dapat
gangguan
bicara,menurunkan kesadaran dan banyak akibat lainnya. Penyakit stroke ini dapat terjadi karena gangguan penyakit seperti jantung, diabetes mellitus dan hipertensi (Sarafino, 2006). 2.4.2
Klasifikasi stroke Menurut Prof. S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI(2001) menyatakan bahwa secara umum stroke dapat terbagi atas dua bagian yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke dapat di klasifikasikan dengan beberapa jenis dari kedua bagian besar stroke tersebut yaitu
a. Stroke Iskemik Menurut Prof. S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI(2001), stroke iskemik secara patofisiologis adalah kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak
mencukupi. 23
Stroke
iskemik
disebabkan
penggumpalan
darah.penyebab
utamanya
adalah
aterosklerosis pembuluh darah di leher dan kepala. Stroke iskemik terdiri dari : 1.
Stroke Iskemik Trombotik: Stroke jenis ini terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah ke otak. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit ateroklerosis.
2. Stroke Iskemik Embolik: terjadi tidak di pembuluh darah otak,
melainkan
ditempat
lain,
seperti
jantung.
Penggumpalan darah terjadi di jantung, sehingga darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak. 3. TIA (Transient Ischemic Attack): serangan iskemik sementara. Gejalanya mirip stroke, tapi hanya terjadi dalam beberapa menit. Tidak sampai berjam- jam. Gejalanya antara lain : wajah pucat,tangan atau kaki – kanan atau kiri- lumpuh. Vertigo (sakitkepala) juga menjadi salah satu gejala, juga disfagia (sulit menelan), lemahnya kedua kaki, mual, dan ataksia. Lalu pasien juga tak bisa berbicara atau memahami omongan orang, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata,serta hilangnya keseimbangan dan koordinasi.
b. Stroke Hemoragik 24
Ini
jenis
stroke
yang
disebabkan
oleh
pecahnya
pembuluh darah di otak atau pembuluh darah otak bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga menekan pembuluh darah Stroke hemoragik terdiri dari : 1. Stroke Hemoragik Intraserebral: Pada kasus ini, sebagian besar orang yang mengalaminya bisa menderita lumpuh dan susah di obati. Pada stroke jenis ini pendarahan terjadi di dalam otak. Biasanya mengenai basal ganglia, otak kecil, batang otak, dan otak besar. Jika yang terkena di daerah talamus, sering penderitanya sulit dapat di tolong meskipun di lakukan tindakan operatif untuk mengevakuasi perdarahannya. 2. Stroke Hemoragik Subaraknoid: Memiliki kesamaan dengan
stroke
hemoragik
intraserebral.
Yang
membedakannya, stroke ini di pembuluh darah di luar otak, tapi masih di daerah kepala, seperti di selaput otak bagian
bawah
otak.
Meski
tidak
di
dalam
otak,
perdarahan itu bisa menekan otak. Hal ini terjadi akibat adanya aneurisma yang pecah atau AVM (arteriovenous malformation) klasifikasi
Peneliti
stroke,
25
memasukkan
dikarenakan
hal
teori ini
tentang
memberikan
informasi kepada peneliti tentang penyebab dari jenisjenis stroke yang dialami oleh penderita stroke. Stroke mengakibatkan individu mengalami keterbatasan dalam hidupnya. Gangguan fisik tersebut adalah adanya serangan defisit neurologis/ kelumpuhan fokal, seperti : hemiparase yaitu kelumpuhan pada sebelah badan yang kanan atau kiri saja.
2.5
Hubungan antara personal hygiene perawat dengan kepuasan pasien imobilisasi dengan stroke. Personal kebersihan
hygiene diri
guna
kesehatan.Personal membersihkan membersihkan
merupakan
mewujudkan
hygiene
kuku,kaki mulut,
tindakan
meliputi
dan
dan
mata,
menjaga
mempertahankan
memandikan
tangan,
membersihkan
untuk
mencuci hidung,
pasien, rambut, telinga.
Personal hygiene tidak hanya penting bagi orang sehat, tapi menjadi kebutuhan penting bagi pasien yang terpenuhi selama menjalani perawatan di rumah sakit.Personal hygiene bagi pasien bertujuan untuk meningkatkan kesembuhan klien dan mencegah terjadinya infeksi nosokomial.Personal hygiene bagi pasien, bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien, bantuan keluarga atau bergantung penuh pada bantuan perawat.
26
Peran perawat sebagai pendidik dalam melakukan personal hygiene adalah mengajarkan kepada pasien dan keluarga cara memenuhi kebutuhan personal hygiene. Selain itu juga bertujuan untuk mengupayakan kebutuhan pasien agar keluarga ini dapat melakukan tindakan personal hygiene sewaktu ia pulang dari rumah sakit. Pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien adalah tugas/ tanggung
jawab
perawat.Pasien
imobilisasi
dengan
stroke
membutuhkan perawat untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene.Pasien stroke ini, tidak mampu melakukan personal hygiene secara mandiri karena keterbatasan fisik (imobilisasi) akibat efek dari penyakit stroke yang dialami.Personal hygiene perawat memberikan dampak fisik dan psikologis pada pasien imobilisasi karena pasien imobilisasi mengalami keterbatasan gerak fisik. Salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan. Oleh karena itu, kepuasan pasien sebagai konsumen pelayanan kesehatan akan tercapai, apabila setiap pasien memperoleh hasil dan mutu pelayanan pelaksanaan personal hygiene yang baik dari perawat.
27
2.6 Kerangka Konseptual Variabel Independen
Variabel Dependen
Tindakan personal hygiene
Kepuasaan pasien
perawat
imobilisasi dengan stroke
2.7 Hipotesis H0: Tidak ada hubungan tindakan personal hygiene terhadap kepuasan pasien imobilisasi dengan stroke. H1: Ada hubungan tindakan personal hygiene terhadap kepuasan pasien imobilisasi dengan stroke.
28