PENGALAMAN MAHASISWA PROGRAM A ANGKATAN 2008 SELAMA MENGIKUTI CCSA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE PASIEN DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG Lia Debora Manihuruk1 Wiwi Mardiah1 Irman Somantri1 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengalaman mahasiswa A Angkatan 2008 dalam pelaksanaan personal hygiene pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sebanyak 10 orang informan dijaring secara random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode focus group discussion. Analisa data dilakukan dengan proses reduksi, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6 tema yang teridentifikasi yaitu perbedaan pemahaman standar (SOP) personal hygiene, proses pembelajaran pelaksanaan personal hygiene di rshs dan fakultas, persepsi mahasiswa dalam pelaksanaan personal hygiene, kerjasama mahasiswa dalam pelaksanaan personal hygiene, konsistensi perawat dalam pelaksanaan personal hygiene, dan pencapaian target pelaksanaan personal hygiene oleh mahasiswa. Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu, bagi institusi pendidikan perlu disamakan pemahaman pelaksanaan standar yang dari rumah sakit dengan fakultas terutama fasilitator sebagai pengawas di rumah sakit sebagai pedoman mahasiswa untuk melaksanakan personal hygiene ketika CCSA, bagi mahasiswa diharapkan ketika melaksanakan personal hygiene tidak hanya sekedar target melainkan tanggungjawab dan juga perlu diadakan penelitian selanjutnya mengenai topik yang berhubungan dengan personal hygiene. Kata kunci
: Personal hygiene, Pengalaman mahasiswa, CCSA
ABSTRACT The researcher intended to do this research to know the experience of class 2008 during CCSA in fulfilling personal hygiene patient . This kind of study was descriptive qualitative. The number of the subject of this study was ten by using random sampling techniques. Data are taken by using focus group discussion. Data analysis was proceed by the reduction process, data presentation, and draw conclusions. The results showed that there were six theme that were identified, Understanding the differences in understanding the standards (SOP) personal hygiene, personal hygiene learning implementation in RSHS and faculty, student perceptions in the implementation of personal hygiene, cooperation in the implementation of personal hygiene students, nurses consistency in the implementation of personal hygiene, and achieving the implementation of personal hygiene by students. From this result, researcher suggests in the educational institutions to make a standard as guidelines for 1 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
students implementation the personal hygiene when doing CCSA. For students are expected when implementation of personal hygiene is not just a target but also a responsibility and need to hold further research on topics related to personal hygiene. Keywords : Personal Hygiene, Students experienced, CCSA
PENDAHULUAN Personal Hygiene menurut buku kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan, personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene adalah upaya yang dilakukan individu dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental. Pelaksanaan personal hygiene di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dilaksankan oleh perawat dengan melibatkan keluarga. Salah seorang perawat di rumah sakit hasan sadikin ketika peneliti melaksanakan studi pendahuluan menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan personal hygiene adalah tugas dan kewajiban perawat, tetapi banyaknya tindakan dan pasien yang dirawat menyebabkan personal hygiene kadang dilaksankan oleh keluarga dan mahasiswa yang sedang praktek lapangan. Berdasarkan hasil komunikasi Interpersonal yang dilakukan pada tanggal 12 januari 2012 dengan 3 orang mahasiswa yang mengikuti CCSA, didapatkan bahwa pada saat mereka melakukan personal hygiene tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan selama kuliah. Sebelum melaksanakan personal hygiene, perawat ruangan tidak menjelaskan terlebih dahulu prosedur pelaksanaan personal hygiene, sehingga mahasiswa hanya mengetahui apa yang mereka dapat dari perkuliahan yang membuat mahasiswa menjadi kurang percaya diri dan
2 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
menemukan kesulitan dalam melaksanakannya serta proses pelaksanaan yang berbeda-beda. Ketika melakukan Personal Hygiene mahasiswa menggunakan alat-alat yang tersedia di ruangan. Apabila mahasiswa tidak menemukan salah satu alat atau bahan yang dipakai untuk memandikan, keramas, gunting kuku dan oral hygiene, maka mahasiswa mempergunakan alat dan bahan seadanya saja. Setiap mahasiswa meminta persetujuan kepada pasien dan keluarga pasien sebelum melakukan personal hygiene. Salah seorang mahasiswa mengungkapkan, bahwa ketika dia melaksanakan personal hygiene, seperti oral hygiene, dia merasa jijik atau hanya sekedar menjalankan target untuk program CCSA. Dan setelah peneliti menanyakan kembali kepada ketiga mahasiswa ini, apakah setelah target tercapai, mahasiswa akan melakukan personal hygiene kembali. Ketiga nya menjawab “Tidak” dengan alasan yang hampir sama. Ada yang mengatakan, jijik dan malas. Ada pula yang mengatakan “kalau target sudah tercapai untuk apa lagi”. Ketiga mahasiswa ini merasakan perasaan yang berbeda-beda saat melaksanakan personal hygiene, ada yang merasa ketika melaksanakan personal hygiene merasa senang karena target mereka tercapai,ada juga yang bingung disebabkan perbedaan dalam melaksanakan personal hygiene karena lingkungan yang baru terlebih pada saat memandikan dan juga merasa menjadi perawat sesungguhnya dan ada yang mengungkapkan bahwa, ketika melaksanakan personal hygiene mahasiswa tersebut melakukannya dengan tulus dan ikhlas dengan tujuan membuat pasiennya merasa aman dan nyaman.
3 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
Berdasarkan fenomena yang diuraikan di atas dapat diketahui masih terdapat mahasiswa melaksanakan personal hygiene hanya untuk mencapai target saja. Selain itu, dari hasil wawancara, mahasiswa menyatakan bahwa apa yang mereka pelajari di kampus berbeda dengan yang ada di rumah sakit dikarenakan panduan yang berbeda dan lingkungan yang baru. Oleh karena itu, peneliti merasa penting dan tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengalaman Mahasiswa Program A Angkatan 2008 Selama Mengikuti CCSA Dalam Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung”. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman mahasiswa dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan dasar Personal Hygiene pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan teknik focus group discussion (FGD) FGD menurut Bungin (dalam Basrowi & Suwandi, 2008). Jumlah informan atau peserta FGD yang ideal adalah 7-11 orang (Irwanto, 2006; Dawson, Manderson, & Tallo, 1993). Penentuan informan ditentukan dengan cara simple random sampling Semua mahasiswa FIK Unpad yang berjumlah 149 orang ini memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi informan. Oleh karena itu, penentuan informan dilakukan dengan cara mengocok nomor pokok mahasiswa program A 2008 untuk mendapatkan 10 dari 149 orang. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengurus surat izin penelitian ke
4 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
bagian akademik FIK UNPAD. Diskusi berlangsung selama kira-kira kurang lebih 90 menit dengan rancangan kegiatan : 5 menit pembukaan, 80 menit diskusi, dan 5 menit penutup. Diskusi dilakukan sampai mendapatkan saturasi data. FGD dilaksanakan di ruang tutorial FIK UNPAD. Peneliti lebih banyak mendengarkan agar semua informasi dari peserta dapat terawasi Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Ada dua kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),kebergantungan
(dependability),
[Moleong,
2010].
Peneliti
menggunakan analisa data model Miles and Huberman 1992, (dalam Basrowi & Suwandi, 2008), Reduksi data, Penyajian Data dan Kesimpulan.
HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan kepada 10 orang informan yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi 6 tema yang muncul, yaitu: Perbedaan pemahaman dalam memahami standar (SOP) personal hygiene, proses pembelajaran, persepsi mahasiwa terhadap pelaksanaan personal hygiene, kerjasama mahasiswa dalam pelaksanaan personal hygiene, konsistensi perawat dalam pelaksanaan personal hygiene, pencapaian target personal hygiene yang dilakukan mahasiswa.
5 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
PEMBAHASAN 1.Perbedaan Pemahaman Dalam Pelaksanaan Standar (SOP) Personal
Hygiene
Oleh Fasilitator dan Mahasiswa. Dari hasil penelitian, ke 10 informan memiliki berbagai macam pengalaman mengenai adanya perbedaan pemahaman dalam pelaksanaan standar atau prosedur dari pihak fakultas dan rumah sakit terutama untuk para fasilitator. Sehingga masih terdapat keberagaman, perbedaan pendapat, perbedaan persepsi dan kebingungan dalam memahami pelaksanaan personal hygiene pada pasien. Dalam hal ini informan melaksanakan personal hygiene berdasarkan dengan pemahaman yang seadanya dari dirinya masing-masing sesuai dengan pengetahuan yang didapat. Diperkuat oleh informan ke delapan, bahwa ketika ujian memandikan salah satu dari teman kita harus remedial dikarenakan perbedaan pemahaman SOP dalam pelaksanaan personal hygine dengan rumah sakit saat pelaksanaan ujian nya. Sedangkan apabila kita melihat tujuan dari pelaksanaan personal hygiene, yaitu untuk memelihara kebersihan pasien sehingga tercipta keadaan yang sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit. pada pasien. Apabila mahasiswa dalam melaksanakan personal hygiene tidak diarahkan ke suatu standar, maka mahasiswa-mahasiswa tersebut tidak dapat menyamakan persepsi mereka dan merasa kebingungan dalam melaksanakannya, sehingga pelaksanaan yang dilakukan itu kurang memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien dan juga bagi mahasiswa bisa merugikan, Sedangkan menurut peraturan menteri kesehatan tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat pasal 1 no 4
6 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
menyatakan bahwa standar adalah pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional (Peraturan Menkes RI nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010). Maka dengan pernyataan para mahasiswa tersebut,
bagi
fasilitator,
pendamping
mahasiswa
hendaklah
dilakukan
pengawasan dalam pelaksanaan personal hygiene sehingga ketika ujian mahasiswa dan fasilitator tidak memiliki perbedaan pendapat tentang pelaksanaan personal hygine. Dan dari pihak fakultas agar menyamakan pemahaman persepsi prosedur pelaksanaan personal hygiene terhadap fasilitator, agar tidak terulang hal-hal yang tidak diinginkan saat CCSA kelak. 2. Proses Pembelajaran Pelaksanaan Personal Hygeiene di RSHS & FIK UNPAD Dari hasil penelitian yang diungkapkan oleh informan tersebut peneliti mengungkapkan bahwa didapatkan ketika dalam proses pelaksanaan para mahasiswa mengandalkan situasi dan kondisi untuk mencapai tujuan personal hygiene atau belajar dari keadaan. contohnya ketika memandikan banyak sekali keluarga pasien atau pasiennya sendiri berkomentar tentang apa yang sedang dilaksanakan mahasiswa terhadap pasien dan juga perasaan jijik yang dirasakan mahasiswa. Perasaan jijik yang dirasakan mahasiswa adalah hal yang wajar, karena pelaksanaan personal hygiene ini baru pertama sekali dilakukan oleh mahasiswa. Tetapi ketika mahasiswa sudah berulang kali melakukannya, maka perasaan jijik tersebut bisa diatasi mahasiswa dengan cara-cara yang membuat mahasiswa nyaman untuk melakuaknnya,salah satunya memakai masker atau menyemprotkan wewangian ke masker yang akan dipakai. Sehingga dari
7 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
pengalaman tersebut mahasiswa mampu beradaptasi dengan pelaksanaan berikutnya. Karena proses pembelajaran yang mereka dapatkan dari fakultas sangat berbeda dengan yang ada di rumah sakit, pernyataan tersebut diperkuat oleh informan 8, 6 dan 10. Setiap pelaksanaan personal hygiene selesai, fasilitator atau perawat ruangan tidak mengevaluasi dan memberikan umpan balik (feedback) yang tegas atau pasti mengenai pelaksanaan personal hygiene yang mengakibatkan mahasiswa bingung dengan apa yang telah mereka kerjakan, yang mengajarkan para mahasiswa untuk belajar dari situasi dan kondisi pada saat pelaksanaan. Dari uraian tersebut peneliti mengungkapkan bahwa mahasiswa berharap untuk pembelajaran materi dasar seperti konsep dasar keperawatan termasuk semua target personal hygiene pada saat CCSA dan lain-lain yang menjadi dasar dalam keperawatan, diberikan terlebih dahulu atau sebelum masuk rumah sakit diulas kembali agar memperkuat daya ingat para mahasiswa, sebagai bekal mahasiswa pada saat di rumah sakit. 3. Persepsi Negatif Mahasiswa Dalam Pelaksanaan Personal Hygiene. Dari hasil penelitian, peneliti menyatakan bahwa persepsi setiap mahasiswa tentang pelaksanaan personal hygiene itu berbeda-beda, ada yang menganggap takut, jijik, jenuh, kurang pede dan senang karena bisa mencapai target yang ditetapkan oleh fakultas. Gunawan dan Setyono (2007) mengungkapkan bahwa persepsi kita dibatasi oleh pengalaman, pengetahuan, dan imajinasi yang kita miliki, sehingga perbedaan persepsi bisa saja terjadi pada setiap orang.
8 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
Dari hasil penelitian ini, didapatkan adanya persepsi mahasiswa yang dipengaruhi oleh kesiapan mental dan persepsi berpikir yang berbeda. Mahasiswa mengalami perasaan yang berbeda-beda pada saat mau memulai dan sedang berlangsungnya pelaksanaan. Yang membuat mahasiswa atau terlintas dipikiran mahasiswa bahwa tindakan personal hygiene ini sangat tidak mendesak dan terabaikan, karena mahasiswa hanya mengajar target saja. Hal-hal tersebut mendukung terjadinya perbedaan persepsi mengenai pengalaman pelaksanaan personal hygiene. Maka timbullah persepsi-persepsi yang negatif tentang personal hygiene. Oleh sebab itu dari hasil penelitian peneliti mengungkapkan bahwa ketika pembelajaran di fakultas sangatlah baik menggunakan orang percobaan bukan boneka saat pelaksanaan personal hygiene agar mahasiswa terbiasa dengan keadaan yang kurang nyaman tersebut dan pada akhirnya mahasiswa tidak hanya untuk mengejar target melainkan sebagai tugas dan tanggungjawab.. 4. Kerjasama Mahasiswa Dalam Pelaksanaan Personal Hygiene. Setiap pelaksanaan personal hygiene mahasiswa selalu bekerjasama atau ditemani oleh teman-teman. Baik itu untuk persiapan atau pun pelaksanaannya. Kerjasama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu (Kamus besar bahasa Indonesia,2001.). Permasalahan di sini adalah, ketika kerjasama itu dilakukan atas dasar ingin mencapai tujuan yang maksimal itu bukan menjadi masalah namun ketika kerjasama itu dilakukan untuk mengejar target seperti yang diungkapkan oleh informan dan yang dilakukan oleh setiap
9 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
mahasiswa, maka bisa menjadi sesuatu yang tidak enak dilihat dan memberikan rasa kurang nyaman kepada pasien. Alangkah baiknya apabila suatu pekerjaan atau aktivitas yang kita lakukan itu kita sesuaikan dengan lingkungan dan kondisi atau pada saat pelaksanaan personal hygiene tidak mengeroyok pasien. Dalam pelaksanaan terhadap pasien mahasiswa selalu bekerjasama bahkan hal-hal kecil seperti
gunting
kuku
sekali
pun
para
mahasiswa
bekerjasama
untuk
melaksanakannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa masih sangat perlu dievaluasi atau dilakukan pengawasan terus dalam melaksanakan personal hygiene agar tercipta suasana yang dinamis. 5. Konsistensi Perawat Dalam Pelaksanaan Personal Hygiene Sebagai Profesionalisme. Selama mahasiswa praktek di rumah sakit jarang atau tidak pernah melihat perawat ruangan melaksanakan personal hygiene terhadap pasien. Padahal secara tugas dan tanggungjawab perawat yaitu memenuhi kebutuhan dasar pasien dan bekerja secara professional. Dalam hal ini terlihat bahwa perawat-perawat ruangan tidak konsisten dengan profesinya, yang diperkuat oleh beberapa pernyataan informan. Sedangkan defenisi dari konsistensi merupakan kata sifat yang bermakna taat asas atau ketetapan dalam bertindak tidak berubah-ubah selaras sesuai (Depnakertrans, 2011). Beberapa mahasiswa menyebutkan selama di rumah sakit ada beberapa perawat yang mengatakan bahwa, mereka tidak pernah atau jarang melakukan personal hygiene disebabkan oleh banyak hal terutama kesibukan dan beban kerja perawat yang sangat berat. Dipandang dari konteks profesionalisme perawat
10 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
merupakan sebagai profesi yang dituntut untuk professional dalam melakukan setiap tindakan tanpa memperhatikan fakta bahwa pekerjaan tersebut mungkin bukan sungguh-sungguh pekerjaan prfesional (Basford,L. & Slevin, O. 2006.). Sementara dalam melaksanakan setiap tindakan terutama personal hygiene para mahasiswa pasti melihat atau yang menjadi panduan mereka dalam melaksanakan kegiatan yaitu para perawat ruangan dan ternyata fakta yang ditemukan dilapangan adalah para perawat tidak pernah atau jarang melakukan personal hygiene yang menyebabkan para mahasiswa praktek memiliki pandangan yang jelek terhadap profesi keperawatan. Yang sangat diharapkan para mahasiswa di sini adalah, agar para dosen selalu mengarahakan dan mengingatkan mahasiswa pada saat proses pembelajaran harus melakukan kegiatan-kegiatan kecil sekalipun terhadap pasien, terutama pelaksanaan personal hygiene. 6. Pencapaian Target Pelaksanaan Personal Hygiene Oleh Mahasiswa. Target menurut (KBBI) merupakan sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai atau tujuan. Dari penelitian ini didapatkan para mahasiswa sangat mengejar pelaksanaan personal hygiene disebabkan karena target yang ditentukan oleh fakultas. Sehingga dalam pelaksanaan personal hygiene yang kecil sekalipun para mahasiswa melakukannya secara bergotong royong, Pada saat target itu telah tercapai, para mahasiswa jarang bahkan ada yang mengatakan tidak mau melakukannya lagi. Padahal tugas dan tanggugjawab para mahasiswa selama praktek adalah mampu memenuhi atau perduli terhadap kebutuhan dasar pasien terlebih personal hygiene. Maka dari hasil penelitian, peneliti mengungkapkan bahwa dibutuhkan sekali pihak fakultas membuat peraturan tentang pelaksanaan
11 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
personal hygiene yang tidak mengeroyok pasien atau tidak melaksanakannya dengan teman secara berlebihan.
SIMPULAN Sebagian informan mendiskusikan bahwa mereka
mengungkapkan tidak
adanya standar atau persamaan prosedur dari pihak fakultas dan rumah sakit untuk fasilitator dalam pelaksanaan personal hygiene. Kemudian didiskusikan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan membuat informan kurang yakin terhadap informasi mengenai pelaksanaan personal hygiene sehingga sampai saat ini masih adanya kebingungan dalam pelaksanaan personal hygiene. Kemudian didiskusikan bahwa persepsi-persepsi negatif
mahasiswa
mengenai pelaksanaan personal hygiene berbeda-beda sehingga memicu terjadinya perasaan-perasaan yang menyebabkan mahasiswa penuh dengan kehatihatian atau kurang percaya diri. Kemudian didiskusikan bahwa saat pelaksanaan personal hygiene dilakukan secara berlebihan atau lebih dari tiga orang mahasiswa dapat menyebabkan situasi yang tidak nyaman bagi pasien. Kemudian didiskusikan bahwa tidak ada konsistensi perawat sebagai tugas profesionalisme dalam pelaksanaan personal hygiene terhadap pasien sehingga memicu persepsipersepsi negatif bagi mahasiswa praktek dan memberikan contoh yang tidak baik. Hal ini didukung oleh pencapaian target yang dilakukan oleh mahasiswa selama CCSA yang memicu terjadinya mahasiswa hanya mengejar nilai saja dan tidak mementingkan kebutuhan pasien terlebih kebutuhan personal hygiene.
12 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
Saran Untuk Institusi Pendidikan 1. Ditentukan persamaan pemahaman dalam pelaksanaan prosedur personal hygiene di rumah sakit dengan fakultas untuk para fasilitator sebagai prinsip dasar dalam pelaksanaan personal hygiene. 2. Fasilitator memberikan evaluasi atau pengawasan setelah pelaksanaan dan selama pelaksanaan personal hygiene, agar para mahasiswa tidak melakukannya sekedar target saja. Tidak hanya pada materi yang dianggap penting, tetapi juga pada materi yang dianggap kurang tepat, khususnya materi tentang personal hygiene. 3. Memberitahukan para mahasiswa agar dalam setiap pelaksanaan personal hygiene tidak mengeroyok pasien secara berlebihan, agar menghindari situasi yang kurang nyaman bagi pasien. Untuk Penelitian Selanjutnya 1. Persepsi dosen keperawatan terhadap standar (SOP) personal hygiene yang ada di rumah sakit dan fakultas. 2. Hubungan pencapaian target personal hygiene pada saat CCSA dengan hasil pelaksanaan personal hygiene mahasiswa praktek. Untuk Mahasiswa Bagi mahasiswa diharapkan dapat lebih termotivasi lagi dalam mempelajari dan memahami materi proses keperawatan khususnya personal hygiene dan untuk pelaksanaan personal hygiene diharapkan sesuai dengan ketentuan yang sudah ada.
13 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
Daftar Pustaka Arends, R.T. & Kilcher, A. 2010. Teaching for Student Learning: Becoming an accomplished teacher. USA : Routledge. Basford, L.& Slevin, O. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan: Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC. Barrett, T.& Moore, S. 2011. New Approaches to Problem Based Learning: Revitalizing Your Practice in Higher Education. USA: Routledge. Danim, S. 2003. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta : EGC. Darmono. Pengembangan Standard Operating Procedures (SOP) untuk Perpustakaan Perguruan Tinggi. http://library.um.ac.id/index.php/ArtikelPustakawan/pengembangan-standard-operating-procedures-sop-untukperpustakaan-perguruan-tinggi.html. Diakses pada tanggal 13 juni 2012 pukul 23.08 wib. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, E/3. Jakarta: Balai Pustaka. Gibson, I. J. & Ivancevich, J.H. 2000. Organisasi Perilaku : Struktur dan Proses. Jilid 1, edisi 9. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Gunawan, A.W. & Setyono, A. 2007. Manage Your Mind for Succsess. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hamalik, O.1993. Psikologi Manajemnen ; Penuntun Bagi Pemimpin. Bandung: Trigenda Karya. Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa swara. Harahap. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, E/2. Jakarta: Salemba Medika. Irwanto. 2006. Focused Group Discussion. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Kozier,B. et all. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, E/5. Jakarta: EGC. La Monica, Elaine. L. 1998. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. Jakarta: EGC. Lexy J. Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. 14 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]
Mardiana,N. 2007.Strategi Penanggulangan Stres Pada Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Immanuel Bandung. Skripsi STIK Immanuel (Tidak di publikasikan). Mubarak,I. W & Chayatin, N. 2007 Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam praktik Jakarta: EGC. Nancy, R.2002. Prinsip-Prinsip Keperawatan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam & Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02./MenKes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Potter, & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik , E/4, Vol. 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Reilly, D.E., & Obermann, M.H. 2002. Pengajaran Klinis dalam Pendidikan Keperawatan. Jakarta : EGC. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutarto.2000. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University. Sutikno, S. M. 2008. Belajar dan Pembelajaran : Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung : Prospect. Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Tristianty, H. 2011. Belajar melalui Pengalaman http://pusdiklat.depnakertrans.go.id ; diperoleh tanggal 6 juni 2012. Pukul 22.51. Widayatun, T.R. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta : CV Infomedika. Young, L.& Paterson, B. 2007. Teaching Nursing ; Developing a Student Centered Learning Environment. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkinss. 15 Lia Debora Manihuruk. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung – Sumedang, KM. 21, Sumedang. Email :
[email protected]