BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI 1. Defenisi ASI Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati., Wulandari. 2009. hlm 24). 2. Manfaat ASI Manfaat ASI adalah : (1) ASI dapat melindungi bayi dari penyakit diare, infeksi telinga, infeksi kandung kemih, diabetes, infeksi paru-paru, dan kegemukan; (2) ASI bisa mencegah terjadinya infeksi pada bayi, serta mendukung perkembangan sistem pertahanan tubuhnya; (3) Bayi yang memperoleh ASI ekslusif selama lebih dari 3 bulan memiliki IQ lebih tinggi di bandingkan dengan bayi yang diberi susu formula; (4) Menyusui bayi dapat melindungi ibu dari kanker ovarium dan payudara, serta peretakan pinggul; (5) Menyusui bayi bisa mengurangi lemak yang menumpuk dalam tubuh ibu saat hamil (Pprasetyono, 2009, hlm.89). 3. Struktur Payudara Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada setiap payudara terdapat 20 lobus (lobe), dan setiap lobus memiliki sistem saluran (duct system). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir pada sekelompok sel – sel yang memproduksi susu, yang dinamakan alveoli. Saluran
Universitas Sumatera Utara
melebar menjadi tempat penyimpanan susu, yang bermuara pada puting payudara. Adapun sel otot mengelilingi alveoli. Para ibu perlu mengetahui beberapa hal yang terkait dengan penyusuan. Beragam hal tersebut adalah sebagai berikut: (1) Ukuran payudara tidaklah penting bagi bayi, sebab seorang ibu dapat menyusui bayinya walaupun payudaranya kecil; (2) Sesungguhnya, 97% ibu mampu menyusui bayinya meskipun puting panyudaranya rata atau masuk kedalam; (3) Banyak wanita yang telah mengalami bedah payudara, tetapi bisa menyusui meskipun ada juga yang tidak dapat menyusui bayinya (Prasetyono, 2009, hlm.90). 4. Fisiologi Pengeluaran ASI. Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah proklaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi makin lancar. Dua reflek pada ibu dalam proses laktasi, reflek proklaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh isapan bayi. a. Reflex Proklaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk
Universitas Sumatera Utara
memproduksi ASI. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi mengisap
(Ambarawati., Wulandari. 2009. hlm. 10)
b. Reflex Aliran (let down reflex) Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelililngi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras ASI dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju puting susu (Ambarawati., Wulandari. 2009. hlm. 10) 5. Volume Produksi ASI Pada
bulan
terakhir
kehamilan,
kelenjar-kelenjar
pembuat
ASI
mulai
mengahsilkan ASI. Kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningakat pada 10-14 hari setelah melahirkan. Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus mendaptkan makanan tambahan (Prastyono, 2009, hal.102). Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan makanan yang dikonsumsinya, oleh karna itu
ibu tidak boleh merasa stres dan
Universitas Sumatera Utara
gelisah secara berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume ASI pada minggu pertama menyusui bayi ( Deddy Muchtadi , dalam Prasetyono, 2009, hlm. 103). Jumlah air susu pada ibu yang kekurangan gizi sekitar 500-700 ml setiap hari selama 6 bulan pertama, 400-600 ml pada bulan kedua, serta 300-500 ml pada tahun kedua kehidupan bayi. Kekurangan gizi dikarenakan cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh ibu pada masa kehamilan tidak mencukupi kebutuhan yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sumber energi selama menyusui. Meskipun begitu, peningkatan konsumsi makanan pada ibu hamil belum tentu meningkatkan produksi air susunya. Sebenarnya, gizi dalam makanan yang dikonsumsi oleh ibu itulah yang menjadi faktor dominan yang berpengaruh terhadap volume produksi ASI. (Prasetyo Dwi Sunar, 2009) 6.
Kualitas dan Kuantitas ASI Pada dasarnya, kebutuhan bayi terhadap ASI dan produksi ASI sangat bervariasi.
Oleh karena itu, ibu sulit memprediksi tercukupi kebutuhan ASI pada bayi. Terkait hal ini, ibu perlu memperhatikan tanda-tanda kelaparan atau kepuasan yang ditunjukkan oleh bayi, serta pertambahan berat badan bayi sebagai indikator kecukupan bayi terhadap ASI. Di bawah ini hal-hal yang berhubungan dengan kualitas dan kuntitas ASI (Prasetyono, 2009, hlm.104). a. Makanan dan Gizi Ibu Saat Menyusui Makanan yang dikonsumsi oleh ibu pada masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu, kualitas maupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
Ibu yang menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari agar bisa menyusui bayinya dengan sukses. 300 kalori yang dibutuhkan oleh bayi bearsal dari lemak yang ditimbun selama kehamilan. Artinya, ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga keseimbangan konsumsi gizi. b. Kondisi Psikis Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, misalnya kegelisahan, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketenangan emosional. Semuanya itu bisa membuat ibu tidak berhasil menyusui. Jika ibu mengalami gangguan emosi, maka kondisi itu bisa menganggu proses let down reflek yang berakibat ASI tidak keluar, sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup, dan ia pun akan terus-menerus menagis. Tangisan bayi membuat ibu menjadi gelisah dan menganggu proses let down reflek. Semakin tertekan perasaan ibu karena tangisan bayi, semakin sedikit air susu yang dikeluarkan. c. Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin Sebagian besar ahli kesehatan berpendapat bahwa rumah sakit atau klinik bersalin menitikberatkan pada kondisi kesehatan ibu dan bayi. Akan tetapi, perihal pemberian ASI kurang mendapatkan perhatian. Sering kali, makanan pertama yang diberikan kepada bayi susu formula, bukan ASI. Hal ini memberikan kesan tidak mendidik kepada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu formula lebih baik dibandingkan dengan ASI.
Universitas Sumatera Utara
d. Pil Kontrasepsi Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak volume ASI. Berdasrkan hal ini WHO merekombinasikan pil
progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
kontrasepsi (Arifin, 2004) 7. Teknik-Teknik Menyusui Banyak cara untuk mengatur posisi dan menggendong bayi serta memegang payudara agar bayi mudah menyusu. Bisa dicoba berbagai cara yang nyaman untuk anda berdua setelah bayi lahir. Langkah-langkah menyusui adalah: (1) Arahkkan puting Anda ke hidung bayi; (2) Usapkan bagian bawah aerola ke bibir bawah bayi, jaga puting agar tetap berada di atas bibir atasnya; (3) Ketika bibir bawah bayi melalui payudara, mulutnya terbuka lebar dan lidahnya menjulur , segera dekatkan; (4)
Tahan posisi hingga 8-10 hisapan, kemudian lepaskan tangan Anda dari
payudara ( Roesli, Utami. 2006) 8. Tanda Bayi Cukup ASI Tanda bayi cukup ASI adalah (1) Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali; (2) Warna seni biasanya tidak bewarna kuning pucat; (3) Bayi sering BAB bewarna kekuningan berbiji; (4) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup; (5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam; (6) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui; (7) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui; (8) Ibu
Universitas Sumatera Utara
dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI; (9) Bayi bertambah berat badanya (Ambarwati., Wulandari. 2009, hlm. 29) Tanda kecukupan ASI menurut Utami. (2007) adalah : (1) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali dalam sehari; (2) Terutama bagi bayi yang berusia <6 minggu, frekuensi buang air besar (BAB) paling tidak 2-5 kali sehari. Hal ini tidak berlaku bagi bayi yang berusia >6 minggu; (3) Pertumbuhan berat badan bayi dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan; (4) Perkembangan motorik yang baik. Bayi aktif, motoriknya sesuai dengan rentang usia. 9. Tanda ASI kurang a. Tanda – tanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang antar lain : Tanda – tanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang adalah ; (1) Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering sekali menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi terkadang bayi lebih cepat menyusu. Diduga produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu; (2) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu; (3) Tinja bayi keras, keringat atau bewarna hijau; (4) Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak datang pasca lahir (Ambarwati., Wulandari. 2009, hlm. 29). b. Tanda ASI Benar – Benar Kurang, antara lain: Tanda bahwa ASI benar – benar kurang adalah (1) Berat badan bayi meningkat kurang dari rata- rata 500 gram per bulan; (2) BB lahir dalam waktu 2
Universitas Sumatera Utara
minggu belum kembali; (3) Ngompol rata- rata kurang 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning(Ambarwati., Wulandari. 2009, hlm.29).
B. Metode Kangguru 1. Defenisi Metode Kanguru Metode kanguru adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI ekslusif ( UKK Perinatologi IDAI. 1999, hlm 108). Pada awalnya bayi yang memenuhi syarat untuk perawatan kanguru adalah bayi preterm, dengan berat lahir kurang dari 1500 gram, dan bisa bernapas sendiri. Selama awal tahun 1990-an, konsep ini dianjurkan di Amerika Utara untuk bayi premature di NICu dan kemudian untuk bayi aterm (cukup umur) (Bergman, 2005, ¶1, http://wwwkangaroomothercare.com, diperoleh tanggal 20 september 2009 ). Penelitian yang dilakukan untuk melihat efek dari kanguru terhadap status menyusui yang dilakukan dengan batas waktu tertentu juga menunjukkan pengaruh yang menguntungkan dalam menyusui. Hasil penelitian pada tahun 1997 oleh Charpak menunjukkan hasil menyusui ekslusif dalam waktu tiga bulan dengan kangguru memperlihatkan perbedaan yakni 82% pada kelompok intervensi dan 75% pada kelompok control. Penelitian yang dilakukan oleh Hurst (1997) juga menunjukkan hasil yang memuaskan, penggunaan teknik kangguru memperlihatkan volume AS1 pada 4 minggu sebanyak 647 ml, sedangkan pada kelompok kontrol 530 ml dan pelaksanaan menyusui eksklusif sebesar 37% dengan intervensi teknik
Universitas Sumatera Utara
kanguru
dan
6%
pada
kelompok
kontrol
(WHO,
2003,
¶
2,
http//:en.Wikipedia.org/wiki/kangaroo_core diperoleh tanggal 20 september 2009 ). 2. Manfaat Teknik Kangguru Manfaat tidak saja untuk bayi, tetapi juga untuk bayi ibu, keluarga, dan institusi dimana MK ini diterapkan. Adapun manfaat metode kanguru adalah sebagai berikut : (PERINASIA, 2003, hlm.3) a. Bayi Manfaat metode kanguru pada bayi adalah: (1) Suhu tubuh stabil (36.5-37 oC); (2) Detak jantung relatif stabil sekitar 140-160/ menit, fluktuasi 510 kali. (3) Tidur lebih lelap; (4) Kenaikan berat badan lebih cepat; (5) Lebih jarang timbul infeksi yang serius; (6) Lebih jarang apnu; (7) Bayi lebih diperlakukan manusiawi selama dalam perawatan intensif (humazing neonatal care). b. Ibu Manfaat metode kanguru pada ibu adalah: (1) Berkurangnya stess; (2) Merasa lebih percaya diri; mampu merawat bayi kecil; (3) Merasa diberdayakan dalam perawatan bayinya; (4) Terjalinya ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi (bonding); (5) Menigkatnya pemberian ASI. 3. Persiapan yang Diperlukan a. Ibu dan Bayi Kondisi dan keberadaan ibu setelah melahirkan merupakan persyaratan utama. Harus ada ibu atau pengganti ibu yang secara fisik dan mental sehat, mampu dan
Universitas Sumatera Utara
mau melakukan perawatan metode kanguru. Untuk itu ibu harus tinggal di institusi tempat bayinya berada. Apabila ibu tidak dapat untuk mengendong bayinya, bisa digantikan sementara kepada anggota keluaraga yang lain (suami, nenek, atau bibi). Dari penelitian yang dilakukan oleh Ludington Hoe (dalam PERINASIA, 2003, hlm.5) ternyata bapak juga mampu memberikan kehangatan pada bayinya pada saat digendong dengan posisi kanguru. Tidak ada pakaian khusus yang diperlukan ibu untuk metode kanguru ini. Hanya ibu harus mengenakan baju yang terbuka didepan. Untuk bayinya hanya popok dan penutup kepala (topi bayi). Agar posisi bayi tetap melekat ke dada ibu, di luar baju itu bisa diikat dengan kain panjang. Bisa juga dibuatkan kantongan berbentuk segiempat dari kain yang elastis yang penting ikatan atau kain yang dipergunakan tidak menekan perut bayi, supaya bayi dapat tetap bernafas dengan pernafasan perut. b. Tempat Metode kanguru dapat dilakukan pada tempat pelayanan persalinan ditingkat yang paling bawah (Rumah Bersalin, Polindes, Puskesmas) (PERINASIA, 2003, hlm.5). c. Dukungan Lingkungan Untuk keberhasilan
penerapan metode kanguru ini perlu dukungan dari
petugas selama masih berada di rumah sakit. Di rumah dukungan pihak keluarga sangat diperlukan termasuk agar ibu diberi kesempatan untuk banyak istirahat, tidur yang cukup, aktivitasnya hanya berkaitan dengan bayinya. Beban dan tugas lainya dapat dikurangi. Dukungan masyarakat sekitarnya juga diperlukan
Universitas Sumatera Utara
sepanjang hal ini tidak melanggar adat kebiasaan masyarakat setempat (PERINASIA, 2003, hlm.5). 4. Langkah-langkah pelaksanaan metode kanguru a. Posisi Kanguru 1) Setelah mencuci tangan ibu mengenakan baju kanguru atau baju biasa terbuka didepan 2) Bayi diletakkan tegak antara kedua payudara ibu 3) Kepala bayi dipalingkan kearah kiri atau ke kanan, sehingga bayi mendengar detak jantung ibunya, leher bayi dalam posisi ektensi (usahakan jangan sampai tertekuk) 4) Kenakan kancing baju ibu 5) Agar posisi bayi tidak berubah gunakan kain panjang yang melilit tubuh ibu ( usahakan tidak menekan perut ibu). Kedua tangan ibu bebas bergerak posisi ini dipertahankan terus baik ibu dalam posisi duduk, berdiri maupun berbaring. Bila ibu berbaring hendaknya tempat tidur dibagian hulu ditopang dengan dada atau biasa dengan menambah bantal sehingga posisi kepala bayi lebih tinggi dari badannya. b. Nutrisi Ibu harus yakin bahwa makanan yang terbaik bagi bayinya adalah ASI dan perlu dukungan bahwa dia sanggup untuk memenuhi kebutuhan ASI bagi bayinya.
Universitas Sumatera Utara
c. Rawat Jalan Setelah ibu merasa yakin melakukan perawatan banyinya dengan metode kanguru, bayi dipulangkan dalam posisi kanguru. Metode ini terus dipergunakan di rumah, sambil dilakukan rawat jalan untuk menilai tumbuh kembang bayi (PERINASIA. 2003, hlm.6) 5. Lama dan Durasi Kontak kulit dengna kulit harus dimulai bertahap dengan peralihan yang mulus dari cara konvensional kepada metode kanguru terus-menerus. Sesi yang kurang dari 60 menit sebaiknya dihindari karena perubahan yang sering dapat menyebabkan stres pada bayi. Lama kontak kulit dengan kulit secara bertahap ditingkatkan, siang dan malam, dipotong hanya untuk mengganti popok. Saat ibu perlu untuk melepas bayinya maka bayi dapat dibungkus agar tetap hangat dan anggota keluarga lainnya dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit terhadap bayi. 6.
Pelaksanaan Metode Kanguru Pelaksanaan metode kanguru adalah : (a) Segera setelah lahir; (b) Sangat awal,
sebelum umur 24 jam; (c) Awal, setelah umur 24 jam; (d) Menengah, setelah 7 hari perwatan; (e) Setelah keluar dari perawatan inkubator
Universitas Sumatera Utara