BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI 1. Definisi ASI Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati., Wulandari, 2009). 2. Manfaat ASI a. Manfaat bagi bayi : (1) Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan tambahan utam bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. guna memenuhi semua kebutuhan bayi, maka ASI perlu ditambah dengan makanan pendamping ASI; (2) ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi; (3) Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi yang tidak memperoleh ASI.; (3) ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya. ASI pun selalu dalam keadaan steril dan suhunya cocok; (4) Bayi yang premtur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai kebutuhan bayi. ASI bermanfaat untuk menaikkan barat badan dn menumbuhkan sel otak pada bayi premature. b. Manfaat bagi ibu : (1) Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan; (2) Lemak di sekitar pinggul berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsung kembali; (3) Resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih rendah daripada ibu yang tidak menyusui; (4) Menyusui bayi lebih menghemat waktu, 5
6 karena ibu tidak perlu menyiapkan dan mensterilkan botol susu atau dot (Prasetyono, 2009). 3. Manajemen Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Sementara itu, yang dimaksud dengan manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah, dan kelurga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Ruang lingkup pelaksanaan manjemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi: a. Pada masa kehamilan yaitu: (1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negativ pemberian susu formula; (2) Ibu memeriksa kesehatan tubuh, kehamilan, dan kondisi putting payudara. Selain itu, ibu perlu memantau kenaikan berat badan saat hamil; (3) Ibu melakukan perwatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga siap menyusui; (4) Ibu harus selalu mencari informasi tentang gizi dan makanan tambahan sejak kehamilan trimester kedua. Makanan tambahan yang dibuthkan ibu hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil; (5) Ibu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, termassuk dukungan suami yang dapat memberikan rasa nyaman kepada ibu. b. Pada masa setelah persalinan : (1) Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi selanjutnya. Dalam hal ini, bayi harus mendapatkan cukup ASI, yang dilanjutkan dengan cara menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara ibu; (2) Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dan ibu selama 24 jam agar
7 menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal; (3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan. c. Pada masa menyusui yaitu: (1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir; (2) Ibu harus selalu mencari informasi tentang gizi makanan ketika masa menyusui agar bayi tumbuh sehat. Saat menyusui, ibu memerlukan makanan 1 ½ kali lebih banyak daripada biasanya, dan minuman minimal 8 gelas per hari; (3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya. Ia perlu ketenangan pikiran, serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat; (4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan bila ada permasalahan yang terkait penyusuan; (5) Ibu memeperhatikan gizi atau makanan bayi, terutama pada bayi berusia 4 bulan.sebaiknya,bayi diberi ASI yang kualitas dan kuantitasnya baik. d. Hal- hal yang terkait tentang persiapan menyusui bayi : (1) Ibu harus siap memberikan ASI kepada bayi yang akan dilahirkan,terutama bagi ibu yang akan melahirkan untuk pertama kalinya; (2) Banyaknya ASI yang akan Seorang ibu berikan, tergantung pada gizi ibu selama hamil dan menyusui; (3) Usia ibu saat mengandung dan menyusui juga mempengaruhi terhadap produksi ASI. Biasanya, ibu yang berumur 19-23 tahun menghasilkan ASI yang lebih banyak dibandingkan ibu yang berusia 30-an; (4) Untuk bentuk putting susu berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui; (5) Putting yang terlalu masuk kedalam akan membuat bayi sulit menghisap ASI. Oleh karena itu, Sebaiknya ibu menggunakan alat yang ditempelkan pada areola selama
8 beberapa minggu secara terus-menerus, sehingga putting diharapkan dapat menonjol dan berfungsi dengan semestinya (Prasetyono, 2009, hal, 61). 4. Fisiologi pengeluaraan ASI Saat bayi menghisap payudara, hisapan ini menstimulasi ujung saraf payudara. Saraf memerintahkan otak untuk mengeluarkan dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin merangsang alveoli untuk lebih banyak ASI. Sementara itu, hormon oksitosin menyebabkan sel-sel otot di sekitar alveoli mengerut, mendorong ASI masuk ke saluran penyimpanan sehingga bayi dapat menghisapnya. Semakin sering dan semakin lama bayi menghisap, semakin banyak ASI yang dihasilkan. pengeluaran ASI juga disebut sebagai reflex let down yang mekanisme kerjanya dikontrol oleh reflex neurohormonal. Selain oleh hisapan bayi, reflex let down juga menjadi aktif karena beberapa rangsangan lain, yaitu audotori misalnya saat mendengar bayi menangis dan visual misalnya saat melihat bayi. rangsangan terdebut membuat ibu merasakan pengeluaran ASI tanpa ada hisapan dari bayi. beberapa factor yang dapat memperhambat reflex let down dan menurunkan jumlah pengeluaran ASI adalah kecemasan, ketegangan, flu berat, dan nyeri. Oleh karena itu, dalam memberikan ASI, ibu perlu memperhatikan kenyamanan- duduk yang nyaman dan terbebas dari stress yang dapat menganggu proses menyusui (Nisman, 2011). 5. Volume Produksi ASI Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai mengahsilkan ASI. Kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningakat pada 10-14 hari setelah melahirkan. Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa
9 bulan ke depan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan makanan tambahan (Prasetyono, 2009, hal.102). Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan makanan yang dikonsumsinya, oleh karna itu ibu tidak boleh merasa stres dan gelisah secara berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume ASI pada minggu pertama menyusui bayi ( Deddy Muchtadi , dalam Prasetyono, 2009, hlm. 103). Jumlah air susu pada ibu yang kekurangan gizi sekitar 500-700 ml setiap hari selama 6 bulan pertama, 400-600 ml pada bulan kedua, serta 300-500 ml pada tahun kedua kehidupan bayi. Kekurangan gizi dikarenakan cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh ibu pada masa kehamilan tidak mencukupi kebutuhan yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sumber energi selama menyusui. Meskipun begitu, peningkatan konsumsi makanan pada ibu hamil belum tentu meningkatkan produksi air susunya. Sebenarnya, gizi dalam makanan yang dikonsumsi oleh ibu itulah yang menjadi faktor dominan yang berpengaruh terhadap volume produksi ASI. (Prasetyono, 2009). Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain : (a) Frekuensi penyusuan : pada study 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusu ( Hopkinson et al, 1988 dalam ACCSCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dan bayi cukup
10 bulan mennjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, at al, 1982 dalam ACCSN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam payudara; (b) Prentince (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia satu bulan erat berhubungan dengan kekuatan menghisap yang mengakibatkan perbedaan inti yang besar dibandingkan bayi yang mendapat formula. De Carvalo (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah disbanding bayi lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. 6. Kandungan zat gizi dalam ASI Kandungan zat gizi dalam ASI yaitu : (1) Kadar karbohidrat dalam ASI lebih tinggi dibandingkan pada susu sapi. Karbohidrat berfungsi memberikan energi serta membangun sel saraf otak sehingga bayi yang diberi ASI lebih aktif dan cerdas. Di dalam usus, sebagian karbohidrat diubah menjadi bakteri berbahaya; (2) Keberadaan protein dalam ASI lebih rendah dibandingan dari susu sapi. Akan tetapi, protein dalam susu sapi membentuk gumpalan yang relative keras dalam lambung bayi sehingga sulit dicerna. Akibatnya bayi sering mengalami susah buang air besar.
11 Sebaliknya protein dalam ASI lebih lunak sehingga hampir seluruhnya mudah dicerna dan terserap oleh pencernaan bayi; (3) Kadar lemak ASI lebih tinggi dibandingkan pada susu sapi. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega 3, omega 6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak. Selain itu, di dalam lemak ASI terdapat enzim yang membuat lemak dapat seluruhnya tercerna oleh bayi; (4) Kadar mineral dalam ASI, seperti kalium, kalsium, natrium, dan fosfor, lebih rendah dibandingkan pada susu sapi. Meskipun demikian, mineral dalam ASI tetap mencukupi tinggi, tetapi hal tersebut justru berbahaya karena apabila sebagian besar tidak dapat diserap maka akan memperberat kerja usus bayi dan mengganggu sistem keseimbangan dalam pencernaan. Hal tersebut bisa merangsang pertumbuhan bakteri yang merugikan. Gejala yang tampak adalah bayi menjadi kembung (Nisman, 2011). 7. Cara menyusui yang baik dan benar a. Posisi badan ibu dan bayi : (1) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai; (2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala; (3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke bayi; (4) Rapatkan dada bayi dengan ibu atau bagian bawah payudara; (5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu; (6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi; (7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan bokong bayi dengan lengan ibu bagian dalam. b. posisi mulut bayi dan putting susu ibu : (1) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas jari yang lain menopang di bawah (benuk C) atau dengan menjempit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), di belakang areola ( kalang payudara); (2) Bayi di beri rangsangan agar
12 membuka mulut; (3) Posisikan putting susu di atas “bibir atas” bayi dan berhadapan dengan hidung bayi; (4) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi; (5) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu di sangga atau di pegang lagi; (6) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi. c. Posisi menyusui yang benar : (1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu; (2) Dagu bayi menempel pada payudara; (3) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (bagian bawah); (4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi; (5) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka; (6) Sebagian besar areola tidak tampak; (7) Bayi menghisap dalam perlahan; (8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu (Ambarwati, Wulandari, 2009) 8. Kualitas dan Kuantitas ASI Pada dasarnya, kebutuhan bayi terhadap ASI dan produksi ASI sangat bervariasi. Oleh karena itu, ibu sulit memprediksi tercukupi kebutuhan ASI pada bayi. Terkait hal ini, ibu perlu memperhatikan tanda-tanda kelaparan atau kepuasan yang ditunjukkan oleh bayi, serta pertambahan berat badan bayi sebagai indikator kecukupan bayi terhadap ASI. Di bawah ini hal-hal yang berhubungan dengan kualitas dan kuntitas ASI (Prasetyono, 2009, hlm.104). a. Makanan dan Gizi Ibu Saat Menyusui Makanan yang dikonsumsi oleh ibu pada masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu, kualitas maupun jumlah air susu yang dihasilkan. Ibu yang menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari agar bisa menyusui bayinya dengan sukses. 300 kalori yang dibutuhkan oleh bayi bearasal
13 dari lemak yang ditimbun selama kehamilan. Artinya, ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga keseimbangan konsumsi gizi. b. Kondisi Psikis Produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, misalnya
kegelisahan, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketenangan emosional. Semuanya itu bisa membuat ibu tidak berhasil menyusui. Jika ibu mengalami gangguan emosi, maka kondisi itu bisa menganggu proses let down reflek yang berakibat ASI tidak keluar, sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup, dan ia pun akan terus-menerus menangis. Tangisan bayi membuat ibu menjadi gelisah dan mengganggu proses let down reflek. Semakin tertekan perasaan ibu karena tangisan bayi, semakin sedikit air susu yang dikeluarkan. c. Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin Sebagian besar ahli kesehatan berpendapat bahwa rumah sakit atau klinik bersalin menitikberatkan pada kondisi kesehatan ibu dan bayi. Akan tetapi, perihal pemberian ASI kurang mendapatkan perhatian. Sering kali, makanan pertama yang diberikan kepada bayi susu formula, bukan ASI. Hal ini memberikan kesan tidak mendidik kepada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu formula lebih baik dibandingkan dengan ASI. 9. Tanda Bayi Cukup ASI Tanda bayi cukup ASI adalah (1) Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali; (2) Warna seni biasanya tidak bewarna kuning pucat; (3) Bayi sering BAB bewarna kekuningan berbiji; (4) Bayi kelihatan puas, sewaktuwaktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup; (5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam; (6) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui; (7) Ibu dapat
14 merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui; (8) Ibu dapat mendapat suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI; (9) Bayi bertambah berat badannya (Kristiyanasari, 2009)
Tanda kecukupan ASI adalah : (1) Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI dengan cara menimbang bayi sebelum mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian yang sama dapat deketahui banyaknya ASI yang masuk; (2) Secara subjektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu yaitu bayi merasa puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasakan ada perubahan tegangan pada saat menyusui bayinya ibu merasa ASI mengalir deras; (3) Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apbila dirangsang (disentuh pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan) (Sudaryati, dkk. 2005 dalam suherni, 2009,hal, 36). 10. Tanda ASI kurang a. Tanda – tanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang Tanda – tanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang adalah ; (1) Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering sekali menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi terkadang bayi lebih cepat menyusu. Diduga produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu; (2) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu; (3) Tinja bayi keras, keringat atau bewarna hijau; (4) Payudara tidak membesar selama kehamilan adalah keadaan yang sangat jarang terjadi, atau ASI tidak datang pasca lahir (Kristiyanasari. 2009, hlm. 58). b. Tanda ASI Benar – Benar Kurang Tanda bahwa ASI benar – benar kurang adalah (1) Berat badan bayi meningkat kurang dari rata- rata 500 gram per bulan; (2) BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali; (3) Ngompol rata- rata kurang 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning (Kristyanasari. 2009, hlm. 59). 11. Pertumbuhan berat badan
15 Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali lebih berat badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir (Hidayat, 2008).