ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian yang menyangkut kewirausahaan (entrepreneurship) yang telah ditemukan. Beberapa penelitian pada tingkat tesis yang mengkaji tentang kewirausahaan akan dijadikan acuan dan landasan penguat tentang judul penelitian ini. Koe et al (2012) dengan judul “Determinant of Entrepreneurial Intention Among Millennial Generation” makalah ini mengusulkan sebuah kerangka konseptual penelitian dengan memperluas (1991) teori Ajzen tentang perilaku yang direncanakan (TPB) untuk mempelajari niat kewirausahaan di kalangan generasi milenium. Secara khusus, pengetahuan, pengalaman dan hubungan adalah variabel independen, sedangkan, sikap, norma sosial, kontrol perilaku yang dirasakan dan kepribadian bertindak sebagai variabel mediasi. Altinay et al (2011) dengan judul “The Influence of Family Tradition and Psychological Traits on Entrepreneurial Intention” Tulisan ini meneliti pengaruh tradisi keluarga dan sifat-sifat psikologis pada niat kewirausahaan mahasiswa perhotelan universitas di Inggris. Penelitian empiris didasarkan pada kebutuhan untuk mempertimbangkan baik sosio-demografi variabel dan terutama latar belakang keluarga dan kepribadian. Penelitian ini juga menguji saran bahwa kecenderungan mengambil resiko dapat bertindak sebagai mediator potensial. Temuan penelitian menunjukkan
bahwa
latar
belakang
keluarga
kewirausahaan
dan
inovasi
mempengaruhi niat untuk memulai bisnis baru, bahwa ada hubungan positif antara 9
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
toleransi ambiguitas dan pengambilan risiko kecenderungan, dan hubungan negatif antara locus of control dan kecenderungan pengambilan risiko. Makalah ini menekankan pentingnya mengambil pendekatan yang lebih holistik ketika meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi niat kewirausahaan. Gurel et al (2010) dengan judul “Tourism Students’ Entrepreneurial Intentions” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sifat-sifat kewirausahaan, sosial-budaya latar belakang dan tujuan kewirausahaan mahasiswa di Inggris dan Turki. 409 siswa pariwisata disurvei untuk mengukur niat kewirausahaan, sifat kewirausahaan termasuk kecenderungan pengambilan risiko, inovasi, toleransi ambiguitas dan locus of control dan faktor sosial-budaya. Temuan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan secara statistik antara inovasi, kecenderungan untuk mengambil risiko, keluarga kewirausahaan dan niat kewirausahaan. Pendidikan tampaknya tidak memainkan peran penting dalam mengembangkan sifat-sifat kewirausahaan dan niat dari mahasiswa. Ada persamaan mendasar dari ke tiga penelitian diatas yaitu meneliti tentang niat seseorang untuk berwirausaha, namun perbedaannya dengan peneliti diatas adalah variabel independent yang dipakai dan objek yang dipakai, didalam penelitian ini disesuaikan dengan keadaan yang ada. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Latar Belakang Keluarga Keluarga bisa dianggap sebagai orang-orang yang paling dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Karena sebagian besar waktu seseorang dihabiskan bersama keluarga, dan sebagian besar adalah saat pertumbuhan menjadi dewasa yang 10
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
membentuk karakteristik personal seseorang. Saat seseorang tumbuh dewasa, mereka belajar banyak hal dari keluarga. Keluarga, khususnya orang tua, memiliki banyak kebijakan dan pandangan tentang hidup yang akan mereka ajarkan pada anak-anaknya, karena mereka telah lebih dulu mengalami fase-fase hidup yang kelak akan dilalui anaknya. Keluarga dapat dijadikan role models atau panutan bagi seseorang. Dan panutan ini adalah faktor yang sangat penting dalam penentuan preferensi karir seseorang. Memiliki panutan berarti belajar dari suatu contoh nyata bukannya dari pengalaman langsung. Jika seseorang tidak memiliki panutan atau role models, orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam kehidupan nyata. “Dalam role modeling seseorang mengadopsi kelakuan dan kebiasaan dari observasi yang informal dan tidak disengaja” (Tkachev dan Kolvereid, 1999). Pemilihan karir seseorang juga biasanya paling banyak dipengaruhi oleh seseorang yang menjadi panutannya, terutama dalam keluarganya. Sehingga memiliki orang tua yang juga seorang wirausahawan sering dijadikan salah satu alasan atau faktor yang penting dalam munculnya niat kewirausahaan seorang individu. “Orang tua yang juga wirausahawan menjadi panutan dan menciptakan manajemen yang akrab dan tidak asing bagi anaknya yang kelak menjadi wirausahawan” (Papadaki dan Chami, 2002). “Anak-anak dari para orang tua wirausahawan ini akan belajar bagaimana mengendalikan faktor-faktor yang terlibat dalam menjalankan sebuah bisnis dan memikirkan untuk mendirikan sebuah perusahaan sendiri sebagai pilihan karir yang lumrah” (Cooper, Gimeno-Gascon, dan Woo, 1994; Papadaki dan Chami, 2004; Sandberg dan Hofer, 1987).
11
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa individu dengan keluarga wirausaha lebih cenderung untuk mendirikan usaha sendiri (Basu & Virick, 2008; Gasse, 1985; Hirsrich, 1986; Linan, Rodriguez-Cohard, & Rueda-Cantuche, 2005). Factor Latar belakang keluarga menurut persepsi responden sesuai dengan penelitian yang dilakukan Basu dan Virick (2010) yaitu: 1. Memiliki orangtua yang menjadi wirausahawan, terdorong untuk menjadi wirausahawan pula. 2. Memiliki anggota keluarga yang sukses sebagai wirausahawan terdorong untuk menjadi wirausahawan pula Secara khusus, penelitian sebelumnya tentang pengaruh tradisi keluarga menunjukkan bahwa individu memperoleh keterampilan usaha tertentu sebelum bisnis mereka start-up (Basu & Goswami, 1999; Duchesneau & Gartner, 1990). Pengalaman masa lalu juga melengkapi mereka dengan ide-ide, visi dan kepercayaan diri untuk memulai bisnis baru (Altinay & Altinay, 2006).
2.2.2. Pendidikan dan Dukungan Akademis Pendidikan memiliki arti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan yang dibahas dalam penulisan ini adalah pendidikan yang terselenggara secara formal di universitas, bukan pendidikan informal yang terjadi secara spontan dalam kehidupan
12
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
sehari-hari. Dukungan akademis juga termasuk dalam pendidikan formal yang terjadi di universitas. Dari pengertian di atas, pendidikan kewirausahaan berarti pendidikan yang menyediakan siswanya dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi untuk mendorong tercapainya kesuksesan dalam berwirausaha di berbagai tingkatan. Pendidikan kewirausahaan memiliki berbagai macam variasi yang ditawarkan mulai dari sekolah dasar hingga program-program di universitas. Hal-hal yang membuat pendidikan kewirausahaan menjadi sesuatu yang khusus adalah fokusnya pada pengajaran untuk menyadari adanya suatu kesempatan. Telah diketahui secara luas bahwa karir sebagai wirausahawan menawarkan kesempatan bagi seseorang untuk mencapai kemerdekaan dan kesuksesan secara finansial sekaligus memberikan keuntungan bagi perekonomian dengan berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja, inovasi produk dan jasa, dan pertumbuhan ekonomi. Mahasiswa hari ini adalah wirausahawan potensial di masa depan, yang mungkin dapat menjelaskan mengapa semakin banyak dan bertumbuhnya universitas-universitas yang menawarkan program dan jurusan tentang wirausaha. Meskipun demikian, masih terdapat sedikit sekali pengertian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi niat para mahasiswa untuk menjadi wirausahawan dan hubungan antara pendidikan kewirausahaan dengan sikap-sikap seorang wirausahawan dan niat wirausaha itu sendiri. “Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan yang signifikan terhadap program pendidikan kewirausahaan yang terjadi secara global” (Fayolle dkk., 2006; Hamidi dkk., 2008). Program-program pendidikan kewirausahaan ini 13
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
dimaksudkan untuk menambah dan mendorong aktifitas kewirausahaan dalam semua tahap dan tingkatan. Young (1997) dalam penelitian sebelumnya menjelaskan: “pendidikan kewirausahaan sebagai sebuah struktur yang paling utama”. Berbagai penelitian dan debat yang terjadi, intervensi dalam pendidikan kewirausahaan memusatkan terhadap masalah pengembangan lingkungan yang dapat membuat kewirausahaan dapat ditingkatkan dan dapat dilakukan secara terus-menerus. Karena itu “universitas-universitas diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang memberikan dukungan secara akademis bagi mahasiswanya untuk dapat menjadi wirausahawan yang potensial” (Gilbert et al., 2004). Kesimpulannya, Matlay (2006) menyarankan bahwa: “pendidikan kewirausahaan telah meningkat menjadi agenda politik bersama dengan industrialisasi dan pengembangan perekonomian dalam maksud untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan”. Penelitian yang lebih jauh menyebutkan bahwa pengetahuan dasar seseorang yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah ataupun universitas dapat berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan munculnya niat kewirausahaan. Polanyi (1966), berpendapat bahwa: “pengetahuan dibedakan dalam dua bentuk”. Pengetahuan eksplisit adalah bentuk pertamanya, yang berarti pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal atau pelatihan, yang diasumsikan bisa menyediakan kemampuan yang dibutuhkan untuk siapapun yang tertarik pada aktifitas wirausaha. Berangkat dari asumsi ini, organisasi dan universitas-universitas bisnis telah meningkatkan investasi mereka pada berbagai macam sumber daya dengan tujuan untuk membangun sistem pelatihan yang didisain untuk meningkatkan kesadaran anggotanya akan adanya pasar 14
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
yang belum dieksploitasi. Contohnya, Franke dan Luthje (2004) akhir-akhir ini menemukan bahwa: “pendidikan kewirausahaan dan dukungan dari para akademisi di universitas telah memiliki akibat yang positif terhadap niat kewirausahaan”. Literatur mengenai dampak dari pendidikan terhadap perilaku kewirausahaan substansial dan cukup terpolarisasi. Sementara beberapa peneliti mengklaim bahwa pendidikan mengurangi keinginan kewirausahaan individu misalnya Krueger & Carsrud (1993), ada orang lain yang mengatakan bahwa kecenderungan kewirausahaan masyarakat benar-benar meningkat dengan pendidikan misalnya (Clercq & Arenius, 2006; Crant, 1996). Kelompok pertama peneliti berpendapat bahwa pendidikan dapat meningkatkan kreativitas individu, fleksibilitas, pengarahan diri sendiri dan kemampuan untuk merespon situasi secara luas variabel dan dengan demikian berkontribusi terhadap perilaku inovatif (Llewellyn & Wilson, 2003; Rauch & Frese, 2000; Shook, Priem, & McGee, 2003). Secara khusus, individu dengan pencapaian pendidikan tahu kapan, bagaimana dan di mana untuk memulai sebuah perusahaan (Ronstadt, 1985). Mengkonfirmasi ini, Peters (2002) menyatakan bahwa pencapaian pendidikan melengkapi individu dengan keterampilan dan pola pikir untuk tetap fleksibel dan terbuka terhadap kekuatan pasar dan peluang. Menghubungkan pendidikan untuk niat untuk memulai bisnis, baik Sexton dan Bowman-Upton (1984) dan Hornaday dan Vesper (1983) menemukan bahwa siswa yang belajar manajemen, dan khususnya, kewirausahaan lebih mungkin menjadi tahun selfemployed kemudian daripada rekanrekan mereka yang melakukan tidak mengambil kursus tersebut. Demikian pula, sebuah meta-analisis dari literatur tentang pendidikan kewirausahaan yang dilakukan 15
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
oleh Dickson, Salomo, dan Weaver (2008) menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara pendidikan kewirausahaan spesifik dan niat siswa untuk membentuk usaha bisnis di beberapa titik waktu. Basu dan Virick (2010) serta Gurbuz dan Aykol (2008) dalam penelitianya menyatakan bahwa faktor pendidikan kewirausahaan dan dukungan akademis terdiri dari: 1. Mendapat pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, 2. Adanya individuindividu di universitas yang sukses memulai usaha sendiri, 3. Pihak universitas selalu memberikan dorongan untuk mewujudkan ide dan cita-cita dalam berwirausaha, 4. Adanya individu-individu di universitas yang memiliki ide menjadi wirausahawan, 5. Adanya infrastruktur yang memadai di universitas bagi calon wirausahawan. Di sisi negatif, beberapa peneliti berpendapat bahwa pendidikan formal dapat mengakibatkan penurunan rasa ingin tahu, visi dan peningkatan penghindaran risiko (Fallows, 1985; Shapero, 1980). Ronstadt (1984) menyatakan bahwa pendidikan tradisional mengarah ke konformitas, menurunkan toleransi untuk ambiguitas dan dengan demikian menghambat kemampuan berpikir kreatif siswa dan niat untuk memulai sebuah bisnis baru. Kirby (2005) berpendapat bahwa karena universitas dan sekolah bisnis pada khususnya harus merevisi kurikulum dan metode pengajaran dan pendidikan dalam rangka untuk merangsang pemikiran inovatif dan kritis.
2.2.3. Internal Locus of Control Locus of control, yang berkaitan dengan persepsi individu dari / kemampuannya untuk mempengaruhi peristiwa dalam kehidupan (Begley & Boyd, 1987; Rotter, 1966), merupakan salah satu variabel psikologis yang paling sering 16
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
diperiksa dalam literatur. Sementara individu dengan locus of control internal percaya bahwa mereka mempunyai kontrol terhadap kehidupan mereka, sedangkan orang-orang dengan locus of control eksternal percaya bahwa kekuatan eksternal memiliki masukan yang jauh lebih besar dalam hidup mereka daripada tindakan mereka sendiri (Begley & Boyd, 1987). Individu dengan internal locus of control yang lebih tinggi lebih mempunyai jiwa kewirausahaan dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai internal locus of control rendah dan memiliki orientasi prestasi yang lebih tinggi (Diaz & Rodriguez, 2003; Rotter, 1966). Dengan menghubungkan argumen ini dengan niat untuk memulai bisnis, Koh (1996) tidak menemukan perbedaan antara nilai siswa entrepreneurially dan non-entrepreneurially dalam sampel kecil dari mahasiswa MBA di Hong Kong. Namun, dalam sampel dari tahun keempat mahasiswa di Turki, Gurol dan Atsan (2006) melaporkan hubungan yang signifikan secara statistik antara variabel-variabel. Siswa entrepreneurially cenderung menunjukkan internal locus of control yang lebih tinggi dibandingkan
dengan
siswa
tanpa
niat
tersebut.
Mendefinisikan
semangat
kewirausahaan sebagai'' keinginan untuk memanfaatkan peluang dengan melakukan penciptaan kekayaan dan kegiatan yang mempunyai nilai tambah'', Ang dan Hong (2000, p. 285) menemukan bahwa Internal Locus of Control secara statistik lebih tinggi pada siswa yang mempunyai semangat kewirausahaan di Singapura. Sepuluh item skala internal locus of control terdiri dari (diadaptasi dari Rotter 1966): 1. Kesuksesan tergantung pada tempat dan waktu yang tepat, 2. Pengendali kehidupan adalah kejadian tidak disengaja, 3. Pencapaian hasil merupakan suatu keberuntungan, 4. Kehidupan seseorang di tentukan oleh tindakan seseorang tersebut, 17
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
5. Pencapaian merupakan hasil dari kerja keras, 6. Tidak perlu adanya perencanaan terlalu jauh karena keadaan bisa berubah menjadi hal buruk, 7. Sebuah kesuksesan bergantung pada kemampuan seseorang itu sendiri, 8. Apa yang terjadi pada seseorang ditentukan oleh orang–orang di sekitarnya, 9. Yang mengendalikan kehidupan seseorang adalah diri mereka pribadi, 10. Bisnis adalah masalah keberuntungan.
2.2.4. Toleransi Ambiguitas Toleransi ambiguitas didefinisikan oleh Begley dan Boyd (1987) sebagai kecenderungan untuk memahami situasi ambigu dan ketidakpastian diinginkan. Gurol dan Atsan (2006, p 30) menunjukkan bahwa:'' toleransi ambiguitas dapat efisien dikonseptualisasikan sebagai orientasi individu mengambil kesempatan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Westerberg, et al. (1997) Toleransi terhadap ambiguitas telah didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individu dapat membuat keputusan dalam lingkungan yang berisiko atau situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Karena risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari usaha kewirausahaan, pengusaha sering diperlukan untuk membuat keputusan dengan informasi yang tidak memadai, yang menciptakan ambiguitas. Oleh karena itu, mereka harus memiliki toleransi untuk ambiguitas (Cromie, 2000). McMullen dan Shepherd (2006) link niat kewirausahaan dan keberhasilan dengan kemampuan untuk menanggung situasi tidak pasti. Empat indikator yang dipakai dalam mengukur Toleransi Ambiguitas yang di adaptasi dari Lorsch and Morse (1974) diantaranya adalah: 1. Menikmati situasi tidak
18
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
pasti, 2. Ketidakpastian menghalangi kinerja maksimal, 3. Perasaan kesal saat kejadian tak terduga merusak rencana, 4. Menikmati tantangan di situasi tidak pasti. Pillis dan Reardon (2007) menemukan bahwa toleransi ambiguitas berkorelasi negatif dengan jangka pendek niat kewirausahaan di kalangan sarjana Irlandia dan mahasiswa MBA. Sebaliknya, Koh (1996) melaporkan bahwa toleransi ambiguitas secara statistik lebih tinggi pada mereka siswa dengan niat dibandingkan dengan mereka yang tidak ada niat di Hong Kong.
2.2.5. Sifat Inovasi Seperti telah disebutkan di atas, seorang wirausahawan dianggap memiliki sifat inovatif dalam dirinya. Sifat inovatif dapat berarti memperkenalkan tekhnologi baru, meningkatkan efisiensi, meningkatkan produktivitas, atau memperkenalkan produk berupa barang dan jasa yang baru. Seorang wirausahawan bersikap sebagai katalisator dalam perubahan ekonomi, hal ini mengindikasikan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang individu yang sangat kreatif yang dapat membayangkan solusi baru dengan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh laba dan keuntungan. Kata inovasi sendiri berasal dari bahasa latin innovatus, yang merupakan kata benda dari kata innovare yang berarti membuat jadi baru atau merubah sesuatu. Meskipun kata inovasi ini dapat dipergunakan secara luas, inovasi umumnya mengacu pada kreasi untuk membuat produk, proses, teknologi, dan ide yang lebih baik dan efektif sehingga dapat mempengaruhi pasar, pemerintahan, dan masyarakat. “Inovasi bisa diartikan sebagai proses yang mengubah suatu penemuan menjadi produk yang dapat dipasarkan” (Gabor, 1970). “Inovasi juga diartikan sesuatu yang lebih berharga 19
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
daripada hanya sekedar penemuan, tapi juga mencakup ide untuk komersialisasi, implementasi dari ide itu sendiri, dan juga termasuk melakukan modifikasi dari produk, sumber daya, dan sistem yang ada sekarang” (Bird, 1988). Sifat inovatif dengan jelas menjadi sifat dasar seorang wirausahawan sehingga bisa melihat kesempatan baru untuk mendapat keuntungan dan rela untuk berhadapan dengan resiko yang tidak diduga. Indikator dan item pernyataan untuk sifat inovatif disusun berdasarkan “Jackson Personality Inventory” (Jackson, 1994), yang terdiri atas: 1. Mempunyai ide kreatif, 2. Banyak memberikan masukan akan ide kreatif, 3. Lebih mengutamakan akan penguasaan terhadap suatu ketrampilan, 4. Menyukai pekerjaan yang membutuhkan pemikiran original, 5. Melakukan pekerjaan sesuai dengan yang di ajarkan, 6. Lebih menyukai pekerjaan yang menuntut ketrampilan dan praktek, 7. Tidak terlalu kreatif, 8. Mencoba banyak cara dalam melakukan hal yang sama. “Sifat inovatif seorang wirausahawan dilihat dari pendidikan yang sempat ditempuhnya” (Hoffman, 1998). Pernyataan ini kemudian didukung dan dikonfirmasi oleh Leiponen (2005) dan Mohnen dan Roller (2005) yaitu: “pendidikan atau pengetahuan yang dikuasai seseorang juga termasuk salah satu unsur sifat inovatif, selain kepribadian seseorang dan teknologi yang dikuasainya” “Inovasi dapat dilihat sebagai konsep yang luas dan ada beberapa indikator untuk mengukur inovasi itu sendiri” (Praag dan Versloot, 2007). Sebagai contoh, untuk mengukur keinovatifan dari suatu perusahaan dapat diukur melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dapat dilihat dari perhitungan empiris, seperti pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, paten, dan jumlah dari produk 20
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
baru serta teknologi baru yang diperkenalkan. Sedangkan pengukuran kualitatif dapat dilihat dari tingkat sifat inovatif yang tercapai. Yang termasuk dalam sifat inovatif adalah dapat merancang suatu konsep dalam cara-cara yang baru, mengembangkan dan memproduksi suatu barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Meskipun menemukan hal-hal baru bisa dilihat sebagai bagian dari sifat inovatif, tapi sifat inovatif juga tidak secara eksklusif hanya berdasarkan pada penemuan-penemuan baru. Melihat suatu masalah dengan cara-cara yang berbeda juga dapat dikategorikan sebagai sifat inovatif dalam diri seseorang. Sehingga sifat inovatif tidak diidentikkan hanya dengan penemuan baru dan hampir semua orang dapat memiliki sifat inovatif dalam dirinya. Inovasi sering disebut dalam literatur sebagai elemen penting dari kewirausahaan. Schumpeter (1990) mendefinisikan pengusaha hanya sebagai inovator dan Drucker (1986, hlm. 19) menunjukkan bahwa inovasi'' adalah alat khusus pengusaha''. Robinson et al. (1991, hal 19.) Menunjukkan bahwa inovasi dalam bisnis terkait dengan'' memahami dan bertindak atas kegiatan usaha dengan cara baru dan unik''. Gagasan bahwa pengusaha yang lebih inovatif dibandingkan nonentrepreneurs juga didukung oleh beberapa temuan penelitian empiris (Gurol & Atsan, 2006, Koh, 1996;. Robinson et al, 1991). Mueller dan Thomas (2001) menunjukkan temuan inovasi menjadi motif utama dalam memulai usaha bisnis. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa ia juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha (Utsch & Rauch, 2000). Dalam studi kedua Koh (1996) dan Gurol dan Atsan (2006), inovasi ditemukan memiliki hubungan yang signifikan secara statistik positif dengan niat kewirausahaan. 21
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2.2.6. Kebutuhan akan Prestasi McClelland (1961) berpendapat bahwa perilaku manusia dipandu oleh kebutuhan untuk prestasi dan motif ini mengatur tindakan manusia dalam jangka panjang. Dalam domain penelitian ciri-ciri kepribadian, motivasi berprestasi atau kebutuhan untuk berprestasi adalah salah satu argumen teoritis yang paling menonjol terkait dengan kewirausahaan (McClelland, 1961; Gurol dan Atsan, 2006). Di antara semua karakteristik psikologis dipelajari untuk saat ini, kebutuhan untuk berprestasi adalah salah satu yang memiliki sejarah terpanjang (Koh, 1996, Shaver dan Scott, 1991). Dalam analisis meta-studi dari 105 (Spangler, 1992), kebutuhan untuk berprestasi telah diidentifikasi sebagai penentu berbagai hasil seperti keberhasilan karir, nilai sekolah dan kinerja perusahaan. Empat komponen utama menurut (Kahl, 1965): 1. Keinginan untuk prestasi kerja, 2. Kemandirian keluarga (individualisme), 3. Aktivisme atau penguasaan atas lingkungan, 4. Kepercayaan pada orang.
2.2.7. Kecenderungan untuk Mengambil Risiko Kecenderungan dalam mengambilan risiko dapat efektif dikonseptualisasikan sebagai orientasi individu terhadap pengambilan peluang dalam skenario pengambilan keputusan (Sexton dan Bowman, 1984). “Kewirausahaan secara historis terkait dengan pengambilan risiko” (Gurol & Atsan, 2006, hal 30). Hisrich, Peters, dan Shepherd (2005, hal. 8) mendefinisikan kewirausahaan sebagai'' proses menciptakan sesuatu yang baru dengan nilai dengan mengabdikan waktu dan usaha yang diperlukan, dengan
22
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
asumsi risiko keuangan, psikis, dan sosial yang menyertainya, dan menerima menghasilkan penghargaan''. Indikator pengukuran kecenderungan dalam mengambil resiko menurut (Sexton dan Bowman, 1985) adalah: 1. Mempunyai tujuan kewirausahaan yang tinggi dalam membangun dan mengambil kesempatan, 2. Rela mengespose diri untuk situasi dengan hasil yang tidak pasti, 3. Menikmati petualangan yang memiliki unsur bahaya, 4. Tidak peduli dengan bahaya yang akan menimpa usahanya. Sejumlah hasil penelitian empiris ini juga mendukung karakterisasi pengusaha sebagai risiko-taker, meskipun mereka juga menunjukkan bahwa pengusaha lebih memilih untuk mengambil risiko moderat dalam keputusan bisnis mereka daripada terlibat dalam situasi di mana ada risiko ekstrim atau ketidakpastian (Cunnigham & Lischeron, 1991; Koh, 1996; Thomas & Mueller, 2000). Busenitz (1999) mengemukakan bahwa pengusaha dan non-pengusaha tidak selalu berbeda dalam kecenderungan risiko tetapi dalam persepsi risiko mereka: pengusaha dapat mengambil jalur berisiko dalam usaha yang diusulkan mereka karena mereka melihat risiko lebih kecil dibandingkan dengan manajer. Penelitian oleh Koh (1996) dan Gu ¨ rol dan Atsan (2006) menunjukkan bahwa siswa entrepreneurially cenderung memiliki skor yang jauh lebih tinggi dalam mengambil risiko daripada siswa cenderung nonentrepreneurially. Ang dan Hong (2000) juga menemukan bahwa pengambilan risiko secara statistik lebih tinggi pada mereka siswa dengan semangat tinggi di kedua Hong Kong dan Singapura.
2.2.8. Keinginan untuk Berwirausaha 23
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Definisi keinginan dijabarkan sebagai alur pikiran yang mengarahkan perhatian seseorang dalam tujuan mencapai suatu hasil yang spesifik atau suatu jalan yang ditempuh untuk memperoleh sesuatu. Sedangkan berwirausaha adalah tindakan menjadi seorang wirausahawan yang mengambil alih tanggung jawab finansial dan bisnis, melakukan inovasi dan mengubah inovasi tersebut menjadi barang ekonomis yang bermanfaat. Sehingga, “keinginan untuk berwirausaha dapat berarti membuat perusahaan baru maupun membuat nilai-nilai yang berbeda dalam perusahaan yang sudah ada” (Bird, 1988). Seperti disebutkan di atas, niat kewirausahaan juga berpengaruh pada sisi organisasional suatu perusahaan yang telah berdiri. “Niat kewirausahaan seseorang pada perusahaan yang telah berdiri dapat mempengaruhi sikap yang diambil dalam pemecahan suatu masalah” (Isenberg, 1984; McGinnis, 1984). Namun, niat kewirausahaan akan lebih memiliki pengaruh saat perusahaan dilahirkan, ketika pengaruh dari pemegang saham, struktur perusahaan, politik, dan kebudayaan belum terbentuk. “Ada beberapa bukti bahwa ambisi, niat, dan kemampuan seorang pendiri perusahaan akan menentukan ukuran kesuksesan perusahaan tersebut” (Birley, 1985). Ajzen (1991) menjelaskan sebuah teori yang disebut Theory of Planned Behaviour (TPB) atau teori yang menjelaskan kelakuan yang direncanakan, yang menjelaskan tentang apa yang disebut dengan “niat kewirausahaan dilihat dari sudut pandang sikap, kontrol perilaku yang dirasakan, dan norma subjektif”. Berdasarkan teori ini, dalam usaha untuk “meningkatkan niat kewirausahaan seseorang diperlukan sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang tinggi” (Kolvereid, 1997).
24
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Intentions diasumsikan sebagai suatu variabel yang dapat memprediksi faktorfaktor motivasional yang berpengaruh terhadap behavior atau perilaku (Ajzen,1991). Intentions adalah indikator-indikator seberapa keras usaha seseorang untuk melakukan suatu tindakan (Ajzen,1991 dalam Kolvereid, 1997).
Entrepreneurial intentions
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan awal yang dilakukan oleh seseorang sebelum memulai suatu bisnisnya secara formal (Carr dan Sequeiria,2007). Berdasarkan TPB, entrepreneurial intentions merepresentasikan atau mencerminkan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk bertindak atau berperilaku wirausaha (Linan dan Chen,2009). Pendapat lain datang dari Gurbuz dan Aykol (2008) yang menyatakan bahwa: “keinginan untuk
berwirausaha adalah kemauan dan kerelaan seseorang dalam
melakukan aktifitas wirausaha, atau dengan kata lain menjadi seorang wirausahawan”. “Kebalikan dari seorang wirausahawan adalah menjadi seseorang yang mempunyai gaji atau berpenghasilan” (Tkachev dan Kolvereid, 1999). Dilihat dari sudut pandang seperti ini, “mengukur keinginan untuk berwirausaha seseorang akan mirip seperti mengukur kewirausahaan itu sendiri” (Verheul, Thurik, dan Grilo, 2005). Kewirausahaan sendiri dapat diartikan sebagai tindakan menjadi wirausaha yang berarti seseorang yang melakukan inovasi serta kecerdasan dalam bidang keuangan dan bisnis sebagai usaha untuk melakukan hal-hal yang baru sehingga bisa dijadikan barang-barang ekonomi yang bermanfaat. Wirausahawan juga disebut sebagai seseorang yang menghasilkan perusahaan atau ide yang melibatkan banyak resiko dalam proses produksi barang-barangnya.
25
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
“Self-efficacy atau pengakuan terhadap kemampuan diri sendiri memiliki peran penting dalam pengembangan niat dan tindakan kewirausahaan” (Boyd dan Vozikis, 1994). Penulis lain mengembangkan penelitian berdasarkan pernyataan ini dan memang menemukan bahwa niat untuk memulai suatu bisnis paling mungkin dilandasi oleh self-efficacy seseorang. Self-efficacy seorang wirausahawan berada pada lima area kemampuan wirausahawan yaitu pemasaran, inovasi, manajemen, pengambilan resiko, dan kontrol keuangan. “Hal ini yang membedakan para wirausahawan dengan karyawan” (Chen dkk., 1998). Menurut Nabi et al. (2006) “untuk meneliti keinginan untuk berwirausaha pada kalangan mahasiswa yang belum lulus, model yang paling baik adalah dengan menggunakan teori perilaku terencana (TPB)”. Karena sebagian besar mahasiswa yang belum lulus belum menentukan preferensi karir mereka dan masih mengeksplorasi pilihan-pilihan mereka. “Keinginan untuk berwirausaha dipandang sebagai hal yang penting untuk ditingkatkan di negara-negara berkembang sebagai solusi yang paling tepat karena adanya ketidakmampuan pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang mencukupi untuk seluruh warga negaranya” (Ahmed dkk., 2010). Keinginan untuk berwirausaha yang diwujudkan juga menjanjikan karir sebagai wirausahawan yang memiliki kesempatan untuk menikmati kebebasan berekspresi, dapat menuai keuntungan finansial yang lebih besar, dan berpartisipasi dalam perekonomian melalui kontribusi seperti melakukan inovasi, penyediaan lapangan kerja dan pengembangan perekonomian itu sendiri. “Dalam perekonomian negara berkembang, wirausahawan
26
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
bekerja seperti mesin untuk pertumbuhan ekonomi, penyedia lapangan pekerjaan, dan penyesuaian sosial dalam masyarakat” (Ahmed dkk., 2010). Dalam penelitian ini, indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur niat kewirausahaan didasarkan pada penelitian oleh Krueger Jr. Dan Reilly (2000) melalui tiga pernyataan yang akan diberi skala penilaian oleh responden yaitu besar kemungkinan untuk memulai perusahaan sendiri,
besar kemungkinan telah ada
persiapan yang dilakukan sekarang untuk bisa memulai perusahaan sendiri, dan kemungkinan besar untuk memulai perusahaan sendiri dalam waktu lima tahun mendatang. Indikator dan item pernyataan untuk pengukuran variabel niat kewirausahaan menurut Krueger Jr. dan Reilly (2000) yaitu: 1. Akan memulai bisnis sendiri, 2. Telah mempersiapkan diri untuk memulai bisnis sendiri, 3. Akan memulai bisnis sendiri dalam lima tahun kedepan. Beberapa penelitian mengatakan kondisi lingkungan menjadi dasar aspirasi untuk memulai usaha Robinson et al., (1991) mengatakan prediksi mengenai perilaku seseorang untuk menjadi entrepreneur dipengaruhi lingkungannya, karena individu hidup tidak terisolasi. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa pengaruh dari faktor eksternal terhadap ketertarikan individu akan entrepreneur sangat penting. Faktor eksternal tersebut antara lain lingkungan sosial, norma sosial budaya, dan tantangan serta halangan dalam entrepreneurship (Autio et al., 1997; Begley et al., 1987; Franke dan Luhje., 2004). Raijman (2001) meneliti peran dari kondisi lingkungan terhadap Entrepreneur Intent seseorang. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kerabat dekat yang menjadi entrepreneur akan meningkatkan keinginan seseorang 27
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
untuk mendirikan usaha. Franke dan Luhje (2004) mengatakan bahwa semakin besar mahasiswa menerima dukungan untuk menjadi entrepreneur, maka semakin besar Entrepreneur Intent mahasiswa tersebut. Dalam penelitian lain, Frank dan Luhje (2004) menemukan bahwa rendahnya keinginan mahasiswa untuk memulai usaha dikarenakan sangat rendahnya dukungan universitas berupa pengetahuan dalam memulai usaha serta dukungan dalam pendampingan usaha yang baru berdiri. Sehingga bisa disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki perception of university environment yang tinggi maka akan memiliki entrepreneurial intent yang tinggi pula.
28
TESIS
PENGARUH FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEINGINAN UNTUK BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA...
RIYAN SISIAWAN PUTRA