16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan bagian dari aktivitas manajemen yang
merupakan satu dari sekian fungsi terpenting suatu perusahaan, di mana manajemen keuangan membantu fungsi operasional perusahaan yang lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen strategik, manajemen sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan setiap perusahaan yang beriorientasi kepada laba di dalam aktivitasnya sehari-sehari. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu memikirkan bagaimana cara untuk memperoleh dana dan bagaimana pula cara untuk menggunakannya dengan cara seefektif mungkin. Secara umum, pencairan dan penggunaan dana tercakup dalam suatu bidang studi yang biasa disebut Manajemen Keuangan atau yang lebih dikenal dengan pembelanjaan uang. 2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan Ada berbagai pengertian Manajemen Keuangan yang dikemukakan oleh para ahli. Sutrisno (2003:3) mendefinisikan: ”Manajemen Keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”
17
Selanjutnya Martono dan Harjito (2008:13) menjelaskan bahwa: “Manajemen Keuangan (financial management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Sejalan dengan definisi di atas, Riyanto (2008:4) menjelaskan bahwa manajemen keuangan adalah: “Semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dan usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.” Pendefenisian yang diberikan dari para ahli pada umumnya mengarahkan manajemen keuangan atau pembelanjaan sebagai cara untuk mendapatkan dan mempergunakan dana seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu laba atau profit yang optimal bagi perusahaan dan kesejahteraan melalui berbagai keputusan keuangan yang tepat. Sebagai konsekuensinya, semua pengambilan keputusan harus difokuskan pada penciptaan kekayaan melalui kebijakan pengambilan keputusan keuangan seperti kapan melakukan atau menambah investasi dalam aset baru, kapan melakukan pinjaman dari sumbersumber pendanaan seperti bank atau yang lainnya. 2.1.2. Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standard dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai
18
perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2006:11) tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut : “The goal of financial management to maximize the current value per share of the existing stock.” Artinya bahwa tujuan dari manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai saat ini per saham dari saham yang ada. 2.1.3. Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memiliki kesempatan kerja yang terluas karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Menurut Riyanto (2008:6) seorang manajer keuangan harus mengetahui atas tiga fungsi utama, yaitu: 1.
Menyangkut tentang keputusan alokasi dana, baik yang berasal dari perusahaan maupun dari luar perusahaan atau bentuk investasi yang bagaimana yang baik bagi perusahaan.
2.
Menyangkut tentang pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Hal ini menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi sumber dana yang harus dipertahankan pada penggunaan modal dari dalam atau luar.
3.
Menyangkut tentang kebijakan dividen. Pada prinsipnya kebijakan dividen menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh harus dibagikan
19
kepada para pemegang saham atau ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting didalam perusahaan, disamping fungsi – fungsi yang lainnya yaitu fungsi pemasaran,
sumber
daya
manusia,
dan
operasional.
Walaupun
dalam
pelaksanaannya keempat fungsi - fungsi tersebut saling berhubungan dengan yang lainnya. 2.2
Kebijakan Dividen Ketika sebuah perusahaan memperoleh laba bersih (net income) dan
tingkat cashflow pada suatu periode tertentu, manajemen dihadapkan pada keputusan pemanfaatan laba tersebut. Dua alternatif penggunaan utama laba adalah dibagikan sebagai dividen atau ditahan sebagai laba ditahan (retained earnings). Keputusan inilah yang dikenal sebagai kebijakan dividen, yaitu menentukan seberapa besar atau proporsi laba yang akan dibagikan sebagai dividen. 2.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen Pada dasarnya kebijakan dividen menentukan proporsi seberapa besar laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dan yang tidak akan dibagikan dalam bentuk laba ditahan. Sama halnya dengan pengertian kebijakan dividen menurut Riyanto (2008:265) : “Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan.”
20
Menurut Husnan dan Pudjiasti (2004:297) pengertian kebijakan dividen adalah : “Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut tidak dibagi sehingga dividen atau laba ditahan untuk diinvestasikan kembali.” Selanjutnya menurut Gitman (2006:597), kebijakan dividen perusahaan adalah sebgai berikut: “A plan of action to be followed wherever on dividend decision is made.” Artinya bahwa sebuah rencana tindakan yang harus diikuti di mana pun keputusan dividen dibuat. Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan dividen adalah kebijakan yang mengatur berapa bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan berapa bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. 2.2.2 Teori Kebijakan Dividen Teori kebijakan dividen sebagian besar menitik beratkan pada masalah hubungan pada kebijakan dividen dengan nilai perusahaan semua teori itu masih menjadi perdebatan banyak ahli. Beberapa buku memberikan nama lain terhadap teori mengenai kebijakan dividen seperti dividend controversy dan dividend puzzle, yang mengisyaratkan belum tercapainya suatu kesepakatan yang umum tentang kebijakan dividen dalam kaitannya dengan nilai perusahaan. Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen yang dikemukakan oleh Gitman (2006:597) diantaranya : 1.
Dividend Irrelevance Theory (teori dividen tidak relevan)
21
Teori ini menyatakan kebijakan dividen perusahaan tidak memiliki pengaruh, baik terhadap perusahaan (firm’s value) maupun biaya modal (cost of capital). Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). M-M menyatakan bahwa nilai dari suatu perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan assetnya, bukan dengan bagaiman pendapat itu dibagikan menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.M-M membuktikan pendapatnya secara matematis dengan berbagai asumsi : a.
Tidak ada pajak pendapatan perorangan atau perusahaan
b.
Tidak ada flootasi atau biaya transaksi
c.
Bahwa financial leverage tidak terpengaruh terhadap biaya modal
d.
Bahwa investor dan manajer memiliki informasi yang sama mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang.
e.
Bahwa pembagian pendapatan antara dividen dan laba ditahan (cost of equity) perusahaan
f.
Bahwa anggaran modal perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividennya. Asumsi diatas pada dunia nyata. Perusahaan dan investor membayar pajak
pendapatan; perusahaan mengalami flotasi biaya; manager seringkali mengetahui mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan investor. Investor membayar biaya transaksi dapat menyebabkan biaya kepemilikan dipengaruhi oleh kebijakan dividennya. M-M menyatakan bahwa kebijakan teori
22
ekonomi didasarkan pada asumsi-asumsi sederhana dan bahwa validitas suatu teori harus diuji secara empiris, bukan dengan merealisasikan asumsi-asumsinya. Kesimpulan dari teori ini yaitu tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, suatu kebijakan dividen sama baiknya dengan kebijakan dividen lainnya. 2.
Bird-in-the Hand Theory ( teori burung di tangan) Teori ini menyatakn nilai suatu perusahaan akan memaksimalkan dengan
rasio pembayaran dividen yang tinggi. Pendapatan ini dinyatakan oleh Myron Gordon dan Lintner yang diberi nama bird-in-the hand theory karena menurut mereka investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen atau menunggu capital gain. Gordon dan Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung ditangan akan lebih berharga dari seribu burung di udara. Kesimpulan dari teori ini adalah suatu perusahaan akan menetapkan rasio pembayaran dividen yang tinggi dan menawarkan perolehan dividen yang tinggi untuk memaksimalkan harga sahamnya. 3.
Tax Preference Theory (teori pajak preferen) Pertama harus disadari bagi investor yang dikenai pajak pendapatan
perorangan, pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan setelah pajak. Pendapat yang ketiga setelah pendapatan Mondigliani-Miller dan Gordon Lintner adalah pendapatan dari kelompok para akademisi yang cenderung menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout yang
23
rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. Pendapat ketiga ini ternyata bertentangan dengan pendapat Gordon-Lintner sebelumnya. Kesimpulan dari teori ini adalah investor lebih memilih laba ditahan daripada dengan dividen karena keuntungan dari pajak capital gain. Teori ini menyarankan perusahaan harus menahan pembayaran dividennya pada tingkat yang rendah jika mereka ingin memaksimalkan harga sahamnya. 2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Dalam menentukan bentuk dividen yang akan dibagikan serta jumlah earning yang akan dikeluarkan sebagai dividen (cash dividend), perusahaan harus memperhatikan kepentingan banyak pihak baik pihak internal maupun pihak eksternal yang berhubungan dengan perusahaan, selain itu dividen yang akan ditetapkan oleh perusahaan sebaiknya melalui pertimbangan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen itu sendiri. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:387-390) faktor-faktor yang mempengaruhi dividen adalah: 1.
Peraturan Hukum a. Mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayarkan dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para direktur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal (membagikan investasinya bukan membagikan dividennya). c. Peraturan mengenai tidak mampu bayar. Perusahaan tidak boleh membayar jika tidak mampu (bangkrut).
24
2.
Posisi Likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun ke tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan, dan barangbarang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya betul-betul kurang dana dalam situasi seperti ini mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk tunai.
3.
Membayar Pinjaman Jika perusahaan telah melakukan pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka perusahaan dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau perusahaan dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.
4.
Kontrak Pinjaman Kontrak pinjaman apabila menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Pembatasan yang dimaksudkan untuk melindungi para kreditur yaitu dividen yang akan datang hanya akan boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesuai ditandatanganinya kontrak pinjaman (artinya tidak boleh dibayarkan pada laba tahun yang ditahan).
25
5.
Pengembalian Aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba apabila ingin menambah modal dari luar maka sumber alami yang tersedia adalah para pemegang saham sekarang yang sudah mengenal perusahaan. Jika keuntungannya dibayarkan kepada mereka sebagai dividen dan terkena tarif pajak perorangan yang tinggi, maka hanya sebagian laba saja yang dapat ditanam kembali.
6.
Tingkat Pengembalian Tingkat pengembalian atas aset menentukan laba pembentukan dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali ke dalam perusahaan maupun ke tempat lain.
7.
Stabilitas Keuntungan Perusahaan
yang
keuntungannya
relatif
teratur
seringkali
dapat
memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari, maka keuntungan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungan dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. 8.
Pasar Modal Perusahaan besar yang mantap dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk kepasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Perusahaan
26
yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil atau yang masih baru. 9.
Kendali Perusahaan Jika perusahaan hanya memperkuat usahanya dari pembiayaan intern maka pembiayaan dividen akan berkurang, kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasanya akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa. Selain itu, penjualan saham tambahan akan memperbesar resiko fluktuasinya keuntungan bagi para pemegang saham.
10. Keputusan Kebijakan Dividen Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen pershare pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya, dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan nampak cukup permanen. 2.2.4 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen Keuntungan perusahaan tidak selalu dibagikan kepada pemegang saham, tetapi ada bagian yang ditahan kembali. Besarnya dividen yang diterima ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut.Tapi yang jelas bahwa perusahaan tidak selalu membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi tergantung pada kondisi perusahaan itu sendiri (khususnyaberkaitan dengan keuntungan yang diraih). Artinya jika
27
perusahaan mengalami kerugian tertentu, maka dividen tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut. Adapun yang merupakan jenis-jenis dari kebijakan dividen menurut Gitman (2003:571-572) sebagai berikut : 1.
Constant Payout Ratio Dividend Policy (rasio kebijakan dividen konstan) Yang dimaksud dengan constant-payout-ratio adalah suatu kebijakan
dividen berdasar pada pembayaran dengan persentase yang tetap dari pendapatan perusahaan. Kebijakan sejenis ini jarang sekali digunakan perusahaan, di mana perusahaan membayarkan dividen dalam persentase yang konstan terhadap pendapatan perusahaan. Umumnya jika pendapatan perusahaan berfluktuasi maka jumlah dividen yang dibayarkan akan ikut berfluktuasi. Terdapat beberapa cara mengatur dividend payout ratio yang dibagikan secara tetap dalam persentase atau rasio tertentu, yaitu: a. membayar dengan jumlah persentase yang tetap dari pendapatan tahunan, b. menentukan dividen yang akan diberikan dalam setahun sama dengan jumlah persentase tetap dari keuntungan tahun sebelumnya, dan c. menentukan proyeksi payout ratio untuk jangka waktu panjang. 2.
Reguler Dividend Policy (kebijakan dividen reguler) Kebijakan yang menetapkan besaran dividen perlembar saham yang
dibayarkan setiap tahunnya relatif dalam jumlah yang tetap selama jangka waktu tertentu, meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, kemudian apabila pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut tampak
28
mantap dan relatif permanen maka barulah dividen per lembar saham dinaikkan dan dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk yang relatif panjang.
Kebijakan
ini
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
mempertahankan laba yang tinggi. 3.
Low Reguler and Extra Dividend Policy (kebijakan dividen rendah reguler dan ekstra) Low reguler and extra dividend policy yaitu suatu kebijakan dividen yang
didasarkan pada pembayaran suatu dividen reguler rendah, ditambah oleh suatu dividen tambahan ketika pendapatan menjaminnya. Kebijakan ini merupakan kebijakan kombinasi antara kedua kebijakan diatas. Perusahaan membayarkan dividen tetap yang rendah, tapi ditambah dengan pembayaran ekstra pada saat-saat tertentu. dengan kebijakan semacam ini, perusahaan dapat menghilangkan ketidakpastian bagi insvestor mengenai pendapatan dividen yang akan diterimanya. Kebijakan semacam ini cocok untuk perusahaan yang pendapatannya berfluktuasi.
2.2.5 Prosedur Pembayaran Dividen Pembagian
dividen
merupakan
satu
hal
yang
dinantikan
oleh
pemegangsaham. Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan,tergantung
kebijaksanaan
yang
ditetapkan
oleh
masing-masing
perusahaan. Adapun prosedur pembagian dividen yang aktual menurut Ross (2003:574) adalah sebagai berikut:
29
1.
Tanggal Pengumuman (Declaration Date) Tanggal pengumuman merupakan tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen. Tanggal ini penting karena dengan
mengumumkan
maksud
perusahaan
untuk
meningkatkan,
mengurangi, atau memelihara jumlah dividen sebelumnya, perusahaan menyampaikan informasi pada pasar. Dengan begitu, jika perusahaan merubah dividennya, tanggal ini menjadi tanggal dimana reaksi pasar terhadap perubahan dividen hampir bisa dipastikan terjadi. 2.
Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (Holder of Record Date) Tanggal pencatatan pemegang saham merupakan hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. Setelah berakhirnya jam kerja pada tanggal pencatatan pemegang saham, perusahaan menutup buku transfer sahamnya dan menyusun daftar pemegang saham yang dimulai berdasarkan pada tanggal tersebut.
3.
Tanggal Ex-Dividend (Ex-dividend Date) Merupakan tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan saham. Untuk mencegah timbulnya konflik, industri pasar modal telah menetapkan suatu konvensi yang mengumumkan bahwa hak atas dividen tetap menyertai saham hingga empat hari kegiatan bisnis sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. Pada hari keempat sebelum tanggal tersebut, hak atas dividen tidak lagi menyertai saham.
30
4.
Tanggal Pembayaran Dividen (Dividend Payment) Merupakan tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen. Prosedur pembagian dividen tersebut mengakibatkan adanya perbedaan
respon investor dalam bertransaksi di pasar modal. Hal ini dapat diindikasikan dengan bervariasinya harga saham dari declaration date sampai setelah exdividend date. Berdasarkan beberapa prosedur pembayaran dividen yang telah disebutkan di atas, dalam penelitian ini digunakan tanggal pencatatan pemegang saham sebagai tanggal pembagian dividen. 2.3
Saham
2.3.1. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (www.idx.co.id).
31
Menurut Halim (2005:48), saham adalah surat tanda ikut serta menginvestasikan modal ke dalam perusahaan yang mengeluarkan surat tersebut, sehingga dengan sendirinya mempunyai hak-hak dankewajiban-kewajiban tertentu sebagai seorang pemilik perusahaan. Menurut Pradhono (2004:7), ketika perusahaan menikmati laba yang besar, nilai pasar saham (dana pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai perusahaan (dana kreditur) tidak terpengaruh. Sebaliknya, ketika perusahaan mengalami kerugian, maka hak kreditur akan didahulukan sementara nilai saham akan menurun drastis. Jadi dengan demikian nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk mengukur efektivitas perusahaan, sehingga seringkali dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan juga berarti memaksimumkan nilai kekayaan pemegang saham. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pengertian saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Salah satu efek yang umumnya dijual di pasar modal adalah saham. Akan tetapi tidak semua perusahaan dapat menjual sahamnya di pasar modal. Hanya perusahaan-perusahaan yang telah go public dan memenuhi persyaratan dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) saja yang dapat menjual saham di pasar modal yang berlangsung di bursa efek. 2.3.2. Jenis-Jenis Saham Terdapat berbagai jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6-7), jenis-jenis saham diklasifikasikan sebagai berikut:
32
1.
Jenis saham dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim. Jenis saham ini terdiri atas: a.
Saham biasa: saham yang menampatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b.
Saham preferen: saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap.
2.
Jenis saham dilihat dari segi cara peralihannya. Jenis saham ini terdiri atas: a.
Saham atas unjuk: pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham.
b.
Saham atas nama: merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3.
Jenis saham dilihat dari segi kinerja perdagangan. Jenis saham ini terdiri atas: a.
Blue-Chip Stock: saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam mebayar dividen.
33
b.
Income Stock: saham dari suatu emitmen yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mempu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menelan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
c.
Growth Stock: saham-saham dari emiten yang memilki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stocks yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
d.
Speculative Stock: saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e.
Counter Cyclical Stock: saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan consumer goods.
34
2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Banyak sekali faktor yang mempengaruhi harga saham baik itu yang bersifat fundamental maupun teknikal. Namun demikian secara sederhana variabilitas harga saham bergantung pada bagaimana earning dan dividend yang terjadi pada suatu perusahaan. Menurut Arifin (2007:115), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut 1.
Penawaran dan Permintaan Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar, dalam arti tergantung pada permintan dan penawaran (saham mengalami likuid). Jumlah permintaan dan penawaran akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika penawaran lebih besar dari pada permintaan, pada umumnya kurs harga akan turun. Sebaliknya, jika penawaran lebih kecil dari pada permintaan, pada umumnya kurs akan naik. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai sisa beli atau jual. Bagi investor yang memerlukan investasi jangka panjang maupun jangka pendek, perlu memperhatikan apakah sekuritas tersebut diminati atau tidak diminati.
2.
Efisiensi Pasar Modal Efisiensi pasar modal merupakan pasar modal yang harga sekuritassekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Efisiensi pasar pada dasarnya meliputi efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal dapat mempengaruhi harga saham, apabila biaya transaksi dalam perdagangan sekuritas semakin rendah jika efisiensi dikaitkan dengan besarnya biaya untuk melakukan pembelian/penjualan sekuritas. Kemudian efisiensi eksternal dapat mempengaruhi harga, ditentukan oleh kecepatan
35
penyesuaian harga sekuritas di pasar modal terhadap informasi baru. Informasi yang ada kemudian diserap oleh investor untuk digunakan dalam menghasilkan keputusan. Keputusan investasi untuk membeli/menjual berdasarkan informasi akan mempengaruhi harga sekuritas. Adapun pandangan lain mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham dikemukakan oleh Husnan (2001:264) yaitu: 1.
Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil maka harga sahamcenderung stabil. Sebaliknya, jika pendapatan atau dividen suatu saham berfluktuasi maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi pula.
2.
Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari Earning Per Share (EPS) terkait erat dengan peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka makin tinggi pula perubahan harga pasarnya.
3.
Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini dan sekarang salah satunya dipengaruhi oleh kondisi masa lalu dan saat ini. Apabila kondisi perekonomian stabil dan mantap maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham cenderung stabil dan sebaliknya.
2.3.4. Analisis Saham Analisis kinerja harga saham adalah bagian dari proses analisis sekuritas dalam investasi. Menilai kinerja saham berarti menilai kinerja perusahaan yang
36
menerbitkan saham. Itu artinya bahwa nilai yang tercermin dalam saham adalah cerminan nilai perusahaan yang diapresiasi oleh pasar. Menurut Tandelilin (2010:301) beberapa klasifikasi di dalam melakukan penilaian saham adalah sebagai berikut: “Di dalam melakukan penilaian saham terdapat tiga jenis nilai yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Investor perlu mengetahui nilai-nilai tersebut sebagai informasi penting dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi yang tepat”. Investor berkepentingan untuk mengetahui informasi dari ketiga nilai tersebut sebagai dasar penilaian kinerja saham. Keputusan membeli atau menjual harga saham akan sangat bergantung kepada hasil perbandingan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang dilakukan investor. Untuk mengetahui nilai saham, ada banyak pendekatan yang dilakukan investor. Namun secara keseluruhan pendekatan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua klasifikasi, yaitu pendekatan analisis fundamental dan pendekatan analisis teknikal. 2.3.4.1. Pendekatan Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan metode penilaian harga saham yang menggunakan financial analysis dan economic analysis untuk memperkirakan pergerakan harga saham. Informasi fundamental yang digunakan untuk dianalisis meliputi laporan-laporan keuangan perusahaan dan informasi non-financial seperti perkiraan pertumbuhan permintaan produk-produk pesaing, perbandingan
37
industri, perubahan peraturan dan perubahan demografi, serta perubahan ekonomi secara luas. Banyak cara yang dapat dilakukan investor untuk mengetahui suatu saham dihargai dengan benar atau tidak. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan prinsip CAPM, yaitu dengan membandingkan return yang disyaratkan (required return) dengan return yang diharapkan. Menurut Bodie, dkk. (2005:222): “Suatu saham dihargai dengan benar apabila return yang diharapkan sama dengan return yang disyaratkan. Apabila expected return sebuah saham lebih besar dari required return-nya, maka saham tersebut undervalued, dan apabila expected return lebih kecil dari required return-nya, maka saham tersebut overvalued. Pengkategorian nilai saham dalam penelitian ini didasarkan pada teori tersebut”. Penjelasan analisis saham secara fundamental menurut Tandelilin (2001:184-186) adalah sebagai berikut: “Dalam pengertian sederhana, analisis fundamental dimulai dengan menaksir bahwa nilai sebenarnya (intrinsic value) sebuah aset keuangan sama dengan nilai sekarang (present value) dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik aset. Jadi, analisis fundamental saham berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian mengkonversikan menjadi nilai sekarang (present value) dengan menggunakan tingkat diskonto yang tepat. Lebih spesifik lagi, analisis tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja, tetapi juga aliran dividen dari suatu saham di masa depan, yang artinya meramalkan pendapatan per lembar saham dan pembayaran dividen tunai (pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus diestimasi”. Setelah nilai sesungguhnya (true value) dari saham suatu perusahaan ditentukan, nilai tersebut dibandingkan dengan harga pasar saham tersebut dengan tujuan untuk melihat apakah saham dihargai dengan tepat. Saham yang memiliki
38
true value lebih rendah dari harga pasar disebut overvalued atau overpriced. Saham yang true value-nya lebih tinggi dari harga pasar disebut undervalued atau underpriced. Lebih lanjut hal ini dijelaskan oleh Husnan (2003:288) mengenai pedoman perbandingan yang digunakan di dalam menganalisis saham, yakni sebagai berikut: 1.
Apabila nilai intrinsik (NI) > nilai pasar (NP), maka saham undervalued (harganya terlalu murah). Keputusan yang dapat diambil investor adalah membeli atau menahan saham apabila telah dimiliki sebelumnya.
2.
Apabila NI < NP, maka saham overvalued (harganya terlalu mahal). Keputusan yang dapat diambil investor adalah menjual saham.
3.
Apabila NI = NP, maka harga saham wajar dan berada pada kondisi seimbang. Analis fundamental percaya bahwa harga saham tertentu tidak selalu tepat.
Namun mereka juga percaya bahwa kasus kesalahan dalam penentuan harga akan dikoreksi oleh pasar pada masa depan, artinya harga saham yang undervalued akan mengalami kenaikan nilai (appreciation) yang luar biasa, sedangkan harga saham yang overvalued akan mengalami penurunan nilai (depreciation) yang luar biasa. Untuk itulah, keputusan jual dan beli saham—seperti yang distandarisasi Suad Husnan dalam bagian sebelumnya--harus dilandaskan pada pengetahuan tentang nilai suatu saham. 2.3.4.2. Pendekatan Analisis Teknikal Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham
39
perusahaan tertentu. Mula-mula, harga-harga masa lalu dianalisis untuk menentukan trend atau pola pergerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk mengidentifikasi trend atau pola yang muncul yang mirip dengan pola masa lalu. Pola sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi, dengan mengidentifikasi pola yang muncul, diharapkan dapat diramalkan dengan tepat pergerakan harga pada masa depan untuk saham tersebut. Hal ini berbeda sekali dengan analisis fundamental yang menganalisis pergerakan harga sekuritas tanpa mengacu kepada faktor-faktor masa lalu dari harga pasar. Menurut Halim (2005:29), beberapa asumsi yang mendasari analisis ini diantaranya adalah: 1.
Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan.
2.
Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.
3.
Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.
4.
Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan.
5.
Pergeseran permintaan dan penawaran dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar..
6.
Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang. Analis teknikal percaya bahwa investor dapat memperoleh keuntungan di
atas rata-rata apabila mampu mendapatkan informasi lebih cepat dibandingkan investor lain, dan kemudian menerjemahkan informasi tersebut ke dalam
40
keputusan jual dan beli saham. Data-data yang dipakai oleh para analis teknikal adalah data-data pasar yang bersifat sebagai data historis, seperti data harga saham, volume perdagangan, dan informasi perdagangan lainnya. Beberapa istilah dan pengukuran di dalam melakukan analisis kinerja saham adalah sebagai berikut: 1.
Indeks Harga Saham Individual Menurut Widoatmodjo (2009:13), harga saham dapat dibedakan sebagai berikut: a.
Harga Nominal: merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena deviden yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b.
Harga Perdana: merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat.
c.
Harga Pasar: merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan
41
merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia. Index Harga Saham Individual yaitu menggunakan saham masing-masing perusahaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Pahlevi, 2008:7): IHSIt =
x 100
di mana:
2.
NP
= nilai pasar saham individual
ND
= nilai dasar saham individual
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menurut Tandelilin (2010:86), pengertian IHSG adalah : “Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga”. Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEI pada hari tersebut. Formula perhitungan indeks menurut Alwi (2003: 89) adalah sebagai berikut:
42
IHSG =
x 100
di mana: IHSG
= Indeks Harga Saham Gabungan
Nilai Pasar = total harga semua saham pada waktu yang berlaku Nilai Dasar = total harga semua saham pada waktu dasar 3.
Return Saham Return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Return saham menurut Horne dan John (2005: 144) adalah sebagai berikut: “Return saham atau yang biasa disebut dengan Return merupakan pembayaran yang diterima karena hak kepemilikannya, ditambah dengan perubahan dalam harga pasar yang dibagi dengan harga awal”. Jogiyanto (2010: 205) menyatakan bahwa: “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau return ekspektasian (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi sangat penting karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang, jadi return ekspektasian sifatnya belum terjadi”. Sedangkan menurut Tandelilin (2010:48) adalah sebagai berikut: “Return suatu investasi terdiri dari yield atau dividen dan capital gain (loss). Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik. Capital gain (loss) adalah return yang diperoleh dari kenaikan (penurunan) nilai surat berharga”. Berdasarkan penjelasan di atas, dari kedua komponen pengembalian tersebut, selanjutnya dapat dihitung pengembalian total (total return) dan tingkat pengembalian (rate of return) sebagai berikut (Halim, 2005:34):
43
Total Return = Capital Gain (loss) + Yield atau Return Saham = di mana: Pt
= Harga saham pada periode t
Pt-1
= Harga saham pada periode t-1
Dt
= Dividen pada periode t
Perubahan harga selama periode bisa berupa angka negatif , nol, dan positif. Sedangkan yield bisa berupa angka nol (0) dan positif. 4.
Abnormal return Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman atau peristiwa yang mempunyai kandungan informasi, maka akan direspon oleh pasar yang ditunjukkan oleh adanya abnormal return. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar. Menurut Jogiyanto (2010:7) sebagai berikut: “Abnormal return merupakan kelebihan dari return sesungguhnya yang terjadi terhadap return normal yang merupakan return ekspektasi (yang diharapkan) dan merupakan return yang terjadi pada keadaan normal di mana tidak terjadi suatu peristiwa”. Dengan demikian, abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya dan return ekspektasi. Adapun rumus untuk menghitung abnormal return adalah (Jogiyanto, 2010:579):
44
=
-E(
)
di mana:
5.
ARi,t
= abnormal return saham i pada periode peristiwa ke-t
Ri,t
= actual return saham i pada periode t
E(Ri,t)
= expected return saham i pada periode t
Average Abnormal Return (AAR) Menurut Jogiyanto (2010:96) sebagai berikut: “Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan pada tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata abnormal return seluruh sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari dalam periode peristiwa”. Adapun rata-rata abnormal return merupakan jumlah total abnormal return yang dibagi dengan jumlah total keseluruhan sekuritas. Rata-rata return tidak normal atau average abnormal return (AAR) untuk hari ke-t dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut Jogiyanto (2010:96):
di mana: AARt = average abnormal return pada hari ke-t ARit
= abnormal return pada sekuritas ke-i pada hari ke-t
k
= jumlah sekuritas pada event window
45
6.
Cummulative Abnormal Return (CAR) Jogiyanto (2010:614) menjelaskan bahwa: “Beberapa peneliti berusaha untuk menemukan faktor-faktor spesifik perusahaan yang dapat menjelaskan terjadinya abnormal return. Teknik yang banyak digunakan adalah teknik regresi, dan Cumulative Abnormal Return (CAR) digunakan sebagai dependen variabel”. Beberapa penelitian mengenai studi peristiwa juga menggunakan akumulasi return tidak normal atau cummulative abnormal return (CAR). CAR merupakan penjumlahan abnormal return hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas sebagai berikut Jogiyanto (2010:614):
di mana: CARit = cummulative abnormal return sekuritas ke-i pada hari ke-t, yang diakumulasi dari abnormal return (AR) sekuritas ke-i mulai hari awal periode peristiwa (t3) sampai hari ke-t. ARia = abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-a, yaitu mulai t3 (hari awal periode jendela) sampai hari ke-t. 7.
Cummulative Average Abnormal Return (CAAR) Menurut Jogiyanto (2003:450) sebagai berikut: “CAAR atau akumulasi rata-rata return tidak normal merupakan penjumlahan rata-rata abnormal return hari sebelumnya dengan ratarata abnormal return sesudahnya, atau merupakan jumlah total keseluruhan yang diperoleh dari abnormal return beberapa periode yang digabungkan”. Jika terdapat k buah sekuritas, maka CAAR dapat dihitung sebagai berikut Jogiyanto (2003:450):
46
di mana: CAARt = jumlah AAR pada hari ke-t CARit
= CAR pada sekuritas i pada hari ke-t
k
= jumlah sekuritas dalam event window
CAAR dapat juga dihitung dengan mengakumulasikan AAR untuk hari-hari sebelumnya. Jika AAR hari ke-t adalah AARt, maka CAAR hari ke-t dapat dihitung sebesar Jogiyanto (2003:451):
di mana: CAARt = CAAR pada hari ke-t AARa
= AAR pada hari ke-a, yaitu mulai t-3 (hari awal periode jendela) sampai hari ke-t
8.
Studi Peristiwa (Event Study) Menurut Tandelilin (2010:565) sebagai berikut: “Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) berdasarkan informasi publik. Secara lebih spesifik studi peristiwa merupakan kandungan informasi yang dapat berupa berita baik (good news) atau berita buruk (bad news)”. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dan suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi
47
pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Sebaliknya, suatu pengumuman yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal harga kepada pasar. 2.3.5. Menentukan Harga Saham Menurut Ang (1997), berdasarkan fungsinya, penentuan nilai dari suatu saham dibagi atas tiga jenis yaitu: 1.
Per Value (Nilai Nominal): adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan
yang
berfungsiuntuk
pencatatan
akuntansi
dan
tidak
dipergunakan untuk mengukur sesuatu. 2.
Base Price (Harga Dasar): merupakan harga yang dipergunakan di dalam perhitungan harga indekssaham yang akan berubah sesuai dengan aksi emiten.
3.
Market Price (Harga Pasar): merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Dengan demikian harga pasar inilah yang akan menyatakan naik-turunnya saham.
2.4
Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Dalam meningkatkan nilai perusahaan, disamping membuat keputusan
investasi juga menetukan kebijakan dividen. Kebijakan dividen menurut Martono dan Harjito (2007:253) adalah sebagai berikut: “Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.”
48
Berdasarkan penjelasan di atas, keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak seluruhnya digunakan untuk keperluan pendanaan operasionalnya, namun juga terdapat alokasi besaran dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham secara proporsional. Selanjutnya menurut Nurmala (2006:17-18): “Perusahaan harus memeriksa relevansi antara laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (retained earning to be reinvested) dengan laba yang dibagikan kepada para pemegang sahamnya dalam bentuk dividen (revenue that divided to the share holders as divided). Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah kedua hal yang diinginkan perusahaan tetapi sekaligus merupakan suatu tujuan yang berlawanan.” Apabila perusahaan menetapkan kebijakan peruntukan laba yang berorientasi sebagai dividen yang dibayar, berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan laba dan harga sahamnya. Sebaliknya, kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar labanya tetap di dalam perusahaan berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen menjadi semakin kecil. Akibatnya, dividen yang di terima pemegang saham atau investor menjadi tidak sebanding dengan risiko yang mereka tanggung. Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa (performance) suatu perusahaan. Oleh karena itu, masingmasing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena apabila suatu perusahaan membayar dividen kepada para pemegang sahamnya maka memperkecil
49
kesempatan perusahaan untuk mempertahankan dana yang cukup di dalam pembiayaan pertumbuhannya di masa mendatang sehingga nilai saham perusahaan menjadi tidak menarik. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mempertimbangkan komposisi seideal mungkin antara pembayaran dividen dengan besaran laba yang akan ditahan untuk kepentingan pengembangan perusahaan di masa mendatang. Dalam hal ini, peran manajer keuangan sangat penting di dalam memutuskan apakah kebijakan yang diambil oleh perusahaan baik bagi nilai perusahaan di masa mendatang, khususnya di mata para investor. 2.5
Penelitian Terdahulu Berikut ini diuraikan penelitian terdahulu yang menganalisis pengaruh
kebijakan dividen terhadap harga saham yang menjadi referensi pada penelitian ini (Tabel 2.1): 1.
Anindhita (2010) melakukan penelitian mengenai reaksi pasar atas pengumuman dividen sebelum dan sesudah ex–dividend date terhadap kelompok cash dividend final naik dan turun pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ. Melalui metode pengujian perbandingan diperoleh kesimpulan bahwa pengumuman dividen turun hanya memberikan reaksi yang singkat terhadap investor, sedangkan pada pengumuman dividen naik investor justru memberikan reaksi negatif.
2.
Waluyo
dan
Prihantoro
(2010)
melakukan
penelitian
untuk
mengidentifikasi pengaruh pengumuman dividen terhadap return saham sebelum dan sesudah ex-devidend date perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa
50
perusahaan yang mengumumkan kenaikan deviden secara keseluruhan tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham sebelum dan
sesudah
ex-devidend
date.
Sedangkan
pada
perusahaan
yang
mengumumkan penurunan deviden secara keseluruhan pengumuman deviden menurun tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham sebelum dan sesudah ex-devidend date di Bursa Efek Indonesia. 3.
Pahlevi (2009) menganalisis pengaruh pengumuman dividen terhadap harga saham perusahaan sektor keuangan pada saat ex-dividend date di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008. Dari hasil uji statistik ditarik kesimpulan bahwa pengumuman dividen mempengaruhi harga saham di sekitar ex-dividend date pada semua hari selama event period. Hal ini juga menunjukkan bahwa investor ternyata tidak hanya memperhatikan hal-hal yang bersifat kuantitatif atau berupa angka namun juga memperhatikan hal-hal yang bersifat kualitatif seperti pengumuman dividen.