BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Peramalan
2.1.1 Definisi Peramalan Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan, dan pola yang sistematis (Sugiarto, 2000:1). Pendapat lain mengatakan bahwa peramalan merupakan kegiatan penerapan model yang telah dikembangkan pada waktu yang akan datang (Aritonang, 2009:2). Selanjutnya Makridakis et al (1999:14) mengatakan bahwa peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien. Dari beberapa definisi diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa untuk melakukan suatu peramalan dibutuhkan adanya data, pola atau hubungan atas kejadian yang diamati, model peramalan. 2.1.2 Jenis-Jenis Peramalan Aritonang (2009:4) membedakan jenis peramalan berdasarkan tiga kategori yaitu berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup, dan metode yang digunakan. Berdasarkan jangka waktunya, peramalan terbagi atas dua yaitu peramalan jangka pendek dan jangka panjang. Peramalan jangka panjang biasanya dilakukan oleh para pimpinan puncak suatu perusahaan dan bersifat umum sedangkan peramalan jangka pendek biasanya dilakukan pimpinan pada tingkat menengah maupun bawah dan lebih bersifat operasional. Peramalan jangka panjang ini berfungsi sebagai dasar dalam pembuatan peramalan jangka pendek.
8 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ruang lingkupnya, peramalan terbagi atas dua yaitu peramalan mikro dan makro. Contoh peramalan secara mikro adalah misalnya seorang peneliti ingin meramalkan produksi suatu perusahaan untuk sepuluh tahun kedepan sedangkan contoh peramalan secara makro adalah peramalan perekonomian suatu negara selama sepuluh tahun kedepannya. Berdasarkan metode yang digunakan, peramalan terbagi atas dua yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif biasanya didasarkan atas penilaian orang yang melakukan peramalan tersebut daripada pemanipulasian (pengelolaan dan analisis) data historis yang tersedia. Hal ini terjadi karena tidak ada atau tidak cukup tersedianya data historis, misalnya peramalan untuk penjualan produk baru. Adapun teknik-teknik yang lazim digunakan dalam peramalan kualitatif ini adalah teknik delphi, kurva pertumbuhan, penulisan skenario, penelitian pasar, kelompok fokus, dan sebagainya. Peramalan
kuantitatif
adalah
peramalan
yang
didasarkan
atas
pemanipulasian data historis yang tersedia secara memadai dan tanpa anggapan, intuisi, pendapat, maupun penilaian subjektif dari peneliti. Metode ini lazimnya didasarkan pada analisis statistik. Makridakis (1999:20) berpendapat bahwa peramalan kuantitatif dapat diterapkan apabila terdapat tiga kondisi berikut : 1. Tersedia informasi tentang masa lalu, 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik, 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.
9 Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, Makridakis (1999:21) juga berpendapat bahwa terdapat suatu dimensi tambahan untuk mengklasifikasikan metode peramalan kuantitatif yaitu dengan memperhatikan model yang mendasarinya. Terdapat dua jenis model peramalan yang utama, yaitu model deret berkala dan model regresi (kausal). Tujuan peramalan deret berkala adalah untuk menemukan pola dalam deret data historis mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis siklis dan trend (Makridakis, 1999:21) yaitu : 1. Pola horizontal (H), terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. (Deret seperti itu “stasioner” terhadap nilai rataratanya). 2. Pola musiman (S), terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). 3. Pola siklis (C), terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti dengan siklus bisnis. 4. Pola trend (T), terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Model regresi (kausal) mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas,
10 Universitas Sumatera Utara
misalnya, penjualan = f (pendapatan, harga, iklan, persaingan). Model kausal ini bermaksud untuk menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas. 2.1.3 Langkah-Langkah Peramalan Menurut Sugiarto (2000:10) ada empat langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu peramalan, yaitu : 1. Mengumpulkan data Langkah pertama yang sangat penting dalam peramalan merupakan pengumpulan data karena berlakunya prinsip “garbage in garbage out”. Apabila data yang dikumpulkan kurang tepat atau kurang memadai akan menyebabkan hasil peramalan yang kurang akurat. 2. Menyeleksi dan memilih data Apabila data sudah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah melakukan seleksi data yang ada. Data-data yang kurang relevan harus di buang supaya tidak mempengaruhi akurasi peramalan. 3. Memilih model peramalan Langkah berikutnya adalah memilih model peramalan. Model peramalan yang tersedia cukup banyak, untuk itu harus dilakukan pemilihan metode yang akan dipakai. Salah satu kriteria yang sering dipakai adalah kesalahan peramalan. Semakin kecil kesalahan peramalan maka semakin baik metodenya karena hasil peramalan semakin mendekati data aktual dan sebaliknya semakin besar kesalahan
peramalan maka semakin buruk
metodenya karena hasil peramalan tidak mendekati data aktualnya.
11 Universitas Sumatera Utara
4. Menggunakan model terpilih untuk peramalan Setelah model peramalan dipilih maka langkah berikutnya adalah menggunakan model tersebut. Akurasi metode peramalan terpilih perlu selalu dipantau dengan membandingkan hasil peramalan dengan data aktualnya. Apabila akurasi model peramalan menurun karena terjadinya pola data, model tersebut perlu dievaluasi ulang dan diganti apabila perlu. 2.2
Metode Dekomposisi Metode dekomposisi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk melakukan suatu peramalan.. Metode dekomposisi ini umumnya mencoba mengidentifikasi tiga komponen secara terpisah sebagai pola dasar yang menggambarkan karakteristik ekonomi dan bisnis sepanjang waktu tertentu, yaitu komponen faktor musiman (sesonal factor), kecendrungan (trend), siklik (cyclical). Secara umum model matematik dari pendekatan metode analisis dekomposisi adalah (Gaspersz, 1991)
Yt = f (It, Tt, Ct, Et) dimana: Yt Tt Tt Ct Et
= = = = =
nilai deret waktu (data aktual) pada periode t. komponen atau indeks musiman pada periode t. komponen trend pada periode t. komponen siklik pada periode t. komponen galat pada periode t.
Faktor galat merupakan selisih antara data aktual dan model yang tidak dapat diperkirakan tetapi dapat diidentifikasikan.
12 Universitas Sumatera Utara
Metode dekomposisi memiliki dua sifat yaitu model dekomposisi yang bersifat aditif dan model dekomposisi yang bersifat multiplikatif. Yt = It + Tt + Ct + Et
(Metode analisis dekomposisi bersifat aditif)
Yt = It x Tt x Ct x Et
(Metode analisis dekomposisi bersifat multiplikatif)
2.2.1 Indeks Musiman Indeks musiman berkaitan dengan fluktuasi periodik yang relatif konstan dan disebabkan oleh faktor-faktor seperti: temperatur, curah hujan, bulan-bulan tertentu dalam setahun yang berkaitan dengan hari raya, upacara keagamaan, dan sebagainya. 2.2.2 Trend Trend menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang, yang dapat bersifat menaik, menurun, atau tidak berubah 2.2.3 Siklik Faktor siklik mengambarkan naik-turunnya ekonomi atau industri tertentu dan umumnya seperti deret data GNP (Gross National Product), indeks produksi industri, permintaan, penjualan barang-barang industri, perkembangan harga, tingkat bunga, penawaran uang, tingkat inflasi dan sebagainya. 2.3
Perdagangan Internasional
2.3.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional Historis lahirnya perdagangan internasional pada mulanya disebabkan oleh kebutuhan terhadap suatu barang yang saling ketergantungan dari penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain (Sumanjaya et al, 2010:9). Hal ini ini dapat terjadi karena sumber daya yang dimiliki oleh setiap negara relatif terbatas dan
13 Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda sehingga dalam pemenuhan kebutuhan tersebut dibutuhkan suatu perdagangan antar negara atau yang lazim disebut perdagangan internasional. Negara-negara melakukan perdagangan internasional disebabkan oleh dua alasan yaitu untuk mendapatkan keuntungan perdagangan (gains from trade ) dan negara berdagang satu sama lain dengan tujuan skala ekonomis (economies of scales) dalam proses produksi (Krugman, 2002:15). 2.3.2 Teori Perdagangan Internasional 2.3.2.1 Teori Merkantilisme Aliran merkantilisme lahir di kawasan Eropa Timur dan salah satu tokoh yang paling berpengaruh adalah Thomas Mun (1571-1641). Aliran merkantilisme mempunyai pandangan bahwa untuk mencapai kesejahteraan diperoleh melalui proses akumulasi pengumpulan logam mulia atau emas. Selain itu, aliran merkantilisme berpendapat bahwa proses keuntungan perdagangan internasional hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan (ekspor lebih besar dari impor atau X > M). Hal ini dapat dilakukan dengan memacu kegiatan ekspor sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Sumanjaya et al, 2010:12). Merkantilisme memandang bahwa pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor dan mengurangi atau membatasi impor. Namun dalam perkembangannya, pandangan merkantilisme ini membawa dampak negatif yaitu terjadinya inflasi bagi perkembangan perekonomian domestik. Hal ini terjadi akibat adanya penumpukan logam mulia (emas) yang menyebabkan meningkatnya jumlah uang yang beredar sehingga memicu
14 Universitas Sumatera Utara
terjadinya inflasi. Teori merkantilisme ini tidak bertahan lama karena pada masa merkantilisme, masyarakat dalam negeri mengalami tekanan yang ditandai dengan kenaikan harga barang yang berlangsung secara terus-menerus. 2.3.2.2 Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage Theory) Teori keunggulan mutlak ini dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini pada prinsipnya merupakan perbaikan dari teori merkantilisme yang menyatakan bahwa surplus perdagangan internasional sebagai suatu doktrin. Dasar dari pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan perdagangan internasional (gains of trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage) serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disadvantage). Hady (2001) menyebutkan bahwa ada beberapa asumsi pokok yang berkaitan tentang teori absolute advantage ini, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja, 2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama, 3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang, 4. Biaya transportasi diabaikan. Namun sama halnya dengan teori merkantilisme sebelumnya, teori keunggulan mutlak ini juga mempunyai kelemahan, yaitu teori ini hanya berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi apabila negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, bila negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak maka tidak akan terjadi perdagangan internasional.
15 Universitas Sumatera Utara
2.3.2.3 Teori Keunggulan Komperatif (Comparative Advantage Theory) Teori keunggulan komperatif ini dikemukakan oleh David Ricardo sebagai koreksi dari teori keunggulan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith sebelumnya. Menurut David Ricardo perdagangan internasional dapat saja terjadi meskipun negara itu tidak memiliki keunggulan mutlak tetapi keunggulan komperatif (Sumanjaya et al, 2010:20). Konsep teori keunggulan komperatif ini dibangun oleh beberapa asumsi (Sumanjaya et al, 2010:21) sebagai berikut : 1. Dua negara masing-masing memproduksi dua jenis komoditi dengan hanya menggunakan satu faktor produksi tenaga kerja, 2. Kedua komoditi bersifat identik (homogen), 3. Kedua komoditi dapat dipindahkan antar negara dengan biaya transportasi nol, 4. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara, namun heterogen tidak identik antar negara, 5. Tenaga kerja dapat bergerak antar industri dalam suatu negara namun tidak antar negara, 6. Pasar barang dan pasar tenaga kerja dalam kondisi persaingan sempurna. Teori keunggulan komperatif ini juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan teori ini (Pelly, 2009) adalah : 1. Teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja). Perbedaan ini menimbulkan terjadinya perbedaan produktivitas ataupun perbedaan
16 Universitas Sumatera Utara
efisiensi. Akibatnya terjadi perbedaan harga barang yang sejenis diantara dua negara, 2. Jika fungsi faktor produksi (tenaga kerja) sama atau produktivitas dan efisiensi di kedua negara sama maka tentu tidak terjadi perdagangan internasional karena harga barang yang sejenis akan menjadi sama di kedua negara tersebut, 3. Pada kenyataannya, walaupun fungsi faktor prodiksi (produktivitas dan efisiensi) sama diantara kedua negara, ternyata harga barang yang sejenis dapat berbeda sehingga dapat terjadi perdagangan internasional. Dalam hal ini teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk barang sejenis walaupun fungsi faktor produksi (produktivitas dan efisiensi) sama di kedua negara. 2.3.2.4 Teori Heckscher-Ohlin (H-O) Teori Heckscher-Ohlin (H-O) dikembangkan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, dimana teori ini merupakan pengembangan dari teori comparative advantage yang dikemukakan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa perdagangan internasional digerakkan oleh perbedaan karunia sumber daya antar negara dengan proporsi penggunaan yang berbeda dalam memproduksi barang. Menurut teori H-O, faktor produksi dominan bertumpu pada penggunaan input tenaga kerja dan barang-barang modal. Input yang dimaksud sebagai efisiensi produk. Advantage menghasilkan suatu barang sebagai spesialisasi dihadapkan kepada alternatif apakah padat karya (labor intensive) atau padat modal (capital intensive). Apabila suatu negara mengalami keuntungan bila
17 Universitas Sumatera Utara
menghasilkan barang dengan padat karya maka negara tersebut mengekspor tenaga kerja dan sebaliknya apabila negara tersebut lebih untung dengan alternatif padat modal maka negara tersebut akan mengekspor barang-barang modal. Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam teori H-O bagi kedua negara yang melakukan perdagangan internasional (Sumanjaya et al, 2010:35) yaitu : 1. Negara
yang
melakukan
perdagangan
internasional
mempunyai
karakteristik yang berbeda terhadap tenaga kerja yang berlimpah dan sebaliknya berlimpah barang-barang modal, 2. Kedua negara mempunyai kesamaan teknologi, 3. Selera adalah identik bagi kedua negara, 4. Kedua komoditas diproduksi berdasarkan constant return to scale, 5. Masing-masing negara melakukan spesialisasi produk, 6. Kompetitif adalah sempurna sehingga barang ditentukan oleh masingmasing pihak, 7. Tidak terdapat biaya transportasi, tarif, atau bentuk lainnya yang akan menghambat pola perdagangan internasional, 8. Semua sumber daya dapat diperoleh dengan mudah dan produktif, 9. Perdagangan internasional dilakukan secara seimbang. 2.3.2.5 Teori Leontiev Teori Leontiev ini diperkenalkan oleh Wessily Leontiev. Teori ini timbul akibat dari teori H-O yang tidak menyoroti perbedaan labor cost dan capital cost bagi negara yang berbeda, apalagi diantara negara maju dengan negara yang sedang berkembang atau bahkan negara miskin. Hal ini membuktikan bahwa
18 Universitas Sumatera Utara
betapa luasnya pengertian advantage dalam proses perdagangan internasional (Sumanjaya, 2010:43). 2.3.2.6 Teori Stopler-Samuelson Teori ini dikemukakan oleh Wolf Gang Stopler dan Paul Samuelson dalam artikelnya yang berjudul “Proteksi dan Upah Riil” tahun 1941. Teori StoplerSamuelson menggunakan instrumen tarif dalam perdagangan internasional sehingga negara yang bersumber dari tarif digunakan untuk memperluas kesempatan kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. 2.3.2.7 Teori Rybczynski Dalam teori Rybczynski hampir sama dengan teori Stopler-Samuelson sebelumnya, yaitu hanya menyoroti bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam perdagangan internasional untuk melindungi tenaga kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, hanya saja dalam teori Rybczynski ini instrumen yang digunakan adalah dengan membatasi input capital (restriksi). Namun dalam perkembangannya instrumen restriksi dan tarif ini mengakibatkan terjadinya perang sebagai suatu dasar perselisihan. Suatu negara yang menggunakan tarif dalam upaya perlindungan terhadap tenaga kerja maka hal yang sama akan dilakukan oleh negara lain sebai tindakan balasan dan demikian pula terhadap restriksi. 2.4
Ekspor
2.4.1 Definisi Ekspor Secara fisik, ekspor diartikan sebagai pengiriman dan penjualan barangbarang buatan dalam negeri ke negara-negara lain. Pengiriman ini akan
19 Universitas Sumatera Utara
menimbulkan aliran pengeluaran yang masuk ke sektor perusahaan. Dengan demikian pengeluaran agregat akan meningkat sebagai akibat dari kegiatan mengekspor barang dan jasa dan pada akhirnya keadaan ini menyebabkan peningkatan dalam pendapatan nasional (Sukirno, 2004:203). Dalam pengertian lain, ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (M.S, 2004:1). Kegiatan ekspor merupakan suatu hal yang penting dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selanjutnya, Todaro (2000:167) mendefinisikan ekspor sebagai kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri dan pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien. 2.4.2 Tujuan Ekspor Menurut M.S (2004:99) ada beberapa tujuan ekspor, diantaranya : 1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba), 2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik (membuka pasar ekspor). Dengan demikian komoditi yang diproduksi mempunyai pasar luas, tidak lagi sekadar pasar dalam negeri, tapi juga mampu melayani konsumen mancanegara,
20 Universitas Sumatera Utara
3. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang sehingga tercapai kapasitas optimum dalam berproduksi yang dapat menekan biaya minimum perusahaan, 4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat dan terhindar dari sebutan “jago kandang”, apalagi menghadapi globalisasi dan liberalisasi di milenium kedua yang akan segera tiba. 2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor menurut Darmansyah (Surbakti, 2007) dalam yaitu : 1. Harga internasional. Semakin besar selisih antara di pasar internasional dengan harga domestik maka akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan di ekspor menjadi bertambah banyak. 2. Nilai tukar uang. Makin tinggi nilai mata uang suatu negara (mengalami apresiasi) maka harga itu di pasar internasional menjadi mahal. Sebaliknya makin rendah nilai mata uang suatu negara (mengalami depresiasi) maka harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih rendah. 3. Kuota ekspor-impor. Yaitu
merupakan
kebijaksanaan
perdagangan
internasional
berupa
pembatasan kuantititas (jumlah) barang ekspor.
21 Universitas Sumatera Utara
4. Kebijaksanaan tarif non tarif. Kebijaksanaan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalm negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan komoditi tersebut, sedangkan kebijakan non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor. 2.4.4 Kebijakan Pemerintah Untuk Mendorong Ekspor Menurut Ritonga (2004:8) ada beberapa kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah unruk mendorong ekspor, yaitu : 1. Meningkatkan volume dengan menambah jenis komoditas, 2. Meningkatkan volume dengan memperbanyak negara tujuan, 3. Meningkatkan nilai dengan cara perbaikan mutu dan daya saing, 4. Mendorong ekspor dengan berbagai bentuk fasilitas dan subsidi, 5. Pengendalian harga atau inflasi dalam negeri, 6. Devaluasi mata uang, dan 7. Lobi dan kerja sama (bilateral dan multilateral) 2.5
Krisis Ekonomi
2.5.1 Definisi Krisis Ekonomi Krisis ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dimana ekonomi dari sebuah negara mengalami penurunan secara mendadak yang disebabkan oleh suatu krisis keuangan. Krisis keuangan itu sendiri terjadi pada saat dalam ekonomi/negara, jumlah permintaan uang melebihi jumlah penawaran uang. (Tambunan, 2011:9).
22 Universitas Sumatera Utara
Krisis ekonomi dapat berupa resesi atau depresiasi. Perbedaan kedua hal ini terletak pada jangka waktu atau lamanya suatu krisis yang terjadi. Suatu negara dikatakan mengalami resesi apabila penurunan Produk Domestik Brutonya (PDB) berlangsung selama enam bulan (dua semester berturut-turut). Resesi ekonomi pada umumnya berlangsung tidak lebih dari satu tahun dan efeknya lebih ringan dari depresi. Depresi ekonomi didefinisikan sebagai titik terendah dalam sebuah siklis ekonomi. Depresi ekonomi dimana saat ekonomi nasional secara total mengalami kelesuhan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak heran jika pada umumnya orang lebih takut mengalami depresi daripada resesi. Menurut Tambunan (2011:10) ciri-ciri suatu negara mengalami depresi ekonomi adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan belanja masyarakat menurun, 2. Jumlah pengangguran sangat besar (lebih dari 50 persen dari jumlah tenaga kerja), 3. Permintaan atau konsumsi menurun sehingga menimbulkan kelebihan supply di pasar domestik, 4. Harga-harga mengalami kejatuhan atau harga-harga naik namun dengan laju yang lebih rendah dari laju normal, 5. Upah atau gaji dihampir semua sektor ekonomi dalam negeri berkurang atau mengalami kenaikan dengan persentase lebih kecil daripada laju pada saat ekonomi mengalami kondisi normal, 6. Hilangnya kepercayaan atau harapan masyarakat terhadap masa depan.
23 Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Jenis-Jenis Krisis Dalam kenyataannya, jenis krisis sangat ditentukan oleh sumbernya. Menurut Tambunan (2011 :11) ada beberapa jenis krisis, diantaranya : a. Krisis Produksi Krisis ini termasuk krisis yang bersumber dari dalam negeri, dimana terjadi penurunan volume produksi domestik secara mendadak dan dalam jumlah besar. Misalnya, gagal panen padi yang membuat produksi beras turun drastis. b. Krisis Perbankan Krisis perbankan (krisis keuangan) merupakan salah satu jenis krisis yang paling sering terjadi di banyak negara. Contohnya, krisis keuangan Asia 1997/1998. Dampak langsung atau fase pertama dari krisis ini adalah pada kesempatan kerja dan pendapatan di subsektor keuangan tersebut. Pada fase pertama ini di dalam ekonomi telah terjadi penambahan jumlah pengangguran dan penurunan per kapita akibat krisis keuangan. Selanjutnya, pada fase kedua dari krisis perbankan ini merembet ke perusahaan-perusahaan yang selama itu sangat tergantung pada sektor perbankan dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi/bisnis. Kenaikan suku bunga pinjaman bisa terjadi sangat drastis pada krisis perbankan ini. Hal ini dikarenakan oleh dua sebab. Pertama, permintaan kredit yang besar dari dunia usaha, namun di sisi lain pada waktu bersamaan, dana yang terkumpul dari perbankan dari pihak ketiga untuk disalurkan sebagai kredit usaha terbatas. Kedua, bank-bank yang masih
24 Universitas Sumatera Utara
dapat bertahan atau yang kondisi keuangannya yang tidak terlalu buruk menjadi sangat hati-hati menyalurkan kredit ke masyarakat dengan maksud untuk memperkecil risiko. c. Krisis Nilai Tukar Krisis nilai tukar terjadi apabila suatu nilai tukar (kurs) dari sebuah mata uang sendiri (misalnya, rupiah) terhadap mata uang asing (misalnya, dolar AS) mengalami penurunan atau depresiasi sangat besar yang terjadi secara mendadak atau prosesnya berlangsung terus membentuk sebuah trend meningkat. Dampak langsung dari perubahan kurs adalah pada volume ekspor dan impor. Menurut teori konvensional mengenai perdagangan internasional, depresiasi nilai tukar dari suatu mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS akan membuat daya saing harga dari produk-produk buatan Indonesia membaik yang selanjutnya membuat volume ekspor Indonesia meningkat. d. Krisis Perdagangan Krisis perdagangan ini berasal dari sumber-sumber eksternal. Di jalur perdagangan itu sendiri terdapat dua subjalur, yaitu ekspor dan impor. Dalam jalur ekspor, suatu krisis bagi eksportir bisa terjadi karena harga di pasar internasional dari komoditas yang di ekspor turun drastis atau permintaan dunia terhadap krisis komoditas tersebut menurun secara signifikan. Dalam hal impor, suatu kenaikan harga dunia yang signifikan atau penurunan secara tiba-tiba dan dalam jumlah besar dari persediaan dunia untuk komoditas yang diperdagangkan di pasar global dapat menjadi
25 Universitas Sumatera Utara
krisis ekonomi serius bagi negara-negara importir jika komoditas itu sangat krusial. e. Krisis Modal Krisis modal terjadi karena adanya pelarian modal, baik yang berasal dari sumber dalam negeri maupun modal asing, terutama investasi jangka pendek dalam jumlah besar dan terjadi secara mendadak. 2.6
Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti 1 Dwi Mega Sari (2008)
Metode Trend, Double Exponential Smoothing, Dekomposisi, Winters, ARIMA
Hasil Penelitian Melakukan penelitian tentang peramalan harga dan produksi tembakau di Indonesia. Hasil yang didapat bahwa metode ARIMA (0,1,1) merupakan metode paling akurat dalam memberikan nilai ramalan untuk harga tembakau dengan nilai MSE sebesar 0,02573. Sedangkan untuk produksi tembakau, metode dekomposisi aditif merupakan metode peramalan terbaik dengan MSE sebesar 392.222.286. Peramalan harga tembakau Indonesia dengan metode ARIMA (0,0,1) dalam 18 tahun ke depan menghasilkan harga tembakau Indonesia yang cenderung stabil walaupun ada peningkatan tiap periodenya, tetapi tidak begitu besar. Metode dekomposisi aditif menunjukkan tingkat produksi tembakau yang berfluktuasi setiap periodenya
26 Universitas Sumatera Utara
2
Gusti Digja ARIMA, Rank Meneliti mengenai Peramalan Ramadhan ekspor, konsumsi domestik, dan Spearman, (2011) Combining Forecast. produk Crude Palm Oil (CPO). Model ARIMA yang tepat untuk peramalan ekspor CPO adalah model ARIMA (2,2,2). Sedangkan model ARIMA untuk peramalan konsumsi domestik adalah model ARIMA (1,2,0) dan model peramalan produksi adalah ARIMA (0,2,1). Berdasarkan hasil analisis asosiasi, ekspor CPO Indonesia berpengaruh positif terhadap harga CPO Rotterdam. Namun ekspor CPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap selisih harga CPO Rotterdam-Medan sedangkan hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa impor tidak memiliki hubungan dengan harga CPO Malaysia maupun selisih harga CPO Medan-Malaysia. Namun impor CPO memiliki hubungan negatif terhadap produksi CPO Indonesia.
3
Dewi Laili Paired Sample t-Test Yusrina (2010)
Meneliti mengenai dampak krisis global tahun 2008 terhadap harga dan volume ekspor perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao) di SumateraUtara.Sebelum terjadinya krisis global 2008 harga dan volume ekspor menurun sedangkan sesudah terjadinya krisis global 2008 harga dan volume ekspor adalah meningkat.
Sumber : Berbagai skripsi dan karya ilmiah lainnya
27 Universitas Sumatera Utara
2.7
Kerangka Pemikiran KRISIS KEUANGAN EROPA DAN GLOBAL Berdampak Kepada Ekonomi Domestik Nilai Ekspor Data Nilai Ekspor Indonesia Sektor Pertanian (Januri 2002-Desember 2011)
D E
Data Nilai Ekspor Indonesia Sektor Industri (Januri 2002-Desember 2011)
K O M
Data Nilai Ekspor Indonesia Sektor Pertambangan (Januri 2002-Desember 2011)
P O
Hasil Peramalan
S I
Data Nilai Ekspor Indonesia Agregat (Pertanian, Industri, Pertambangan) (Januri 2002-Desember 2011)
Data Pada Selama 5 Tahun Mendatang (Januari 2012Desember 2017)
S I
Evaluasi Hasil Peramalan (Januari 2002-Desember 2011)
Keputusan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
28 Universitas Sumatera Utara
2.8
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
menjadi objek penelitian yang masih perlu dibuktikan atau diuji lagi kebenarannya secara empiris. Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesisnya adalah sebagai berikut : 1. Peramalan nilai ekspor sektor pertanian Indonesia yang dilakukan dengan metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan diduga menghasilkan nilai ekspor yang cenderung menurun. 2. Peramalan nilai ekspor sektor industri Indonesia yang dilakukan dengan metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan diduga menghasilkan nilai ekspor yang cenderung menurun. 3. Peramalan nilai ekspor sektor pertambangan Indonesia yang dilakukan dengan metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan diduga menghasilkan nilai ekspor yang cenderung menurun. 4. Peramalan nilai ekspor secara agregat dari ketiga sektor yang dilakukan dengan metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan diduga menghasilkan nilai ekspor yang cenderung menurun. 5. Hasil pengukuran tingkat akurasi peramalan nilai ekspor Indonesia secara agregat dengan metode dekomposisi diduga menghasilkan hasil yang baik
29 Universitas Sumatera Utara